An Expandable Prosthesis with Dual Cage-and-Plate Function in a Single Device...Erwin Chiquete, MD, PhD
Juan J. Ramı´rez, Erwin Chiquete, Juan J. Ramı´rez, Jr., Ernesto Go´mez-Limo´n, and Juan M. Ramı´rez
An expandable vertebral body prosthesis with dual cage-and-plate function in a single
device (JR prosthesis) was designed to test the hypothesis that this modular system can
provide the biomechanical requirements for immediate and durable spine stabilization
after corpectomy. Cadaver assays were performed with a stainless steal device to test fixation
and adequacy to the human spine anatomy. Then, 14 patients with vertebral tumors
(eight metastatic) underwent corpectomy and vertebral body replacement with a titaniummade
JR prosthesis. All patients had neurological deficit, severe pain and spine instability
prior to surgery. Mean pain score before surgery on a visual analog scale decreased from
7.6e3.0 points after operation ( p 5 0.002). All patients achieved at least one grade of
improvement in the Frankel score ( p 5 0.003), excepting the three patients with Frankel
grade A before surgery. Two patients with renal cell carcinoma died during the following
4 days after surgery. The remaining patients attained a painless and stable spine immediately,
which was maintained for long periods (mean follow-up: 25.4 months). No significant
infections or implant failures were registered. A nonfatal case of inferior vena cava
surgical injury was observed (repaired during surgery without further complications). In
conclusion, the JR prosthesis stabilizes the spine immediately after surgery and for the
rest of the patients’ life. To our knowledge, this is the first report on the clinical experience
of any expandable vertebral body prosthesis with dual cage-and-plate function in
a single device.
An Expandable Prosthesis with Dual Cage-and-Plate Function in a Single Device...Erwin Chiquete, MD, PhD
Juan J. Ramı´rez, Erwin Chiquete, Juan J. Ramı´rez, Jr., Ernesto Go´mez-Limo´n, and Juan M. Ramı´rez
An expandable vertebral body prosthesis with dual cage-and-plate function in a single
device (JR prosthesis) was designed to test the hypothesis that this modular system can
provide the biomechanical requirements for immediate and durable spine stabilization
after corpectomy. Cadaver assays were performed with a stainless steal device to test fixation
and adequacy to the human spine anatomy. Then, 14 patients with vertebral tumors
(eight metastatic) underwent corpectomy and vertebral body replacement with a titaniummade
JR prosthesis. All patients had neurological deficit, severe pain and spine instability
prior to surgery. Mean pain score before surgery on a visual analog scale decreased from
7.6e3.0 points after operation ( p 5 0.002). All patients achieved at least one grade of
improvement in the Frankel score ( p 5 0.003), excepting the three patients with Frankel
grade A before surgery. Two patients with renal cell carcinoma died during the following
4 days after surgery. The remaining patients attained a painless and stable spine immediately,
which was maintained for long periods (mean follow-up: 25.4 months). No significant
infections or implant failures were registered. A nonfatal case of inferior vena cava
surgical injury was observed (repaired during surgery without further complications). In
conclusion, the JR prosthesis stabilizes the spine immediately after surgery and for the
rest of the patients’ life. To our knowledge, this is the first report on the clinical experience
of any expandable vertebral body prosthesis with dual cage-and-plate function in
a single device.
SLIDE BERKAITAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. SALAH SATU MATAPELAJARAN DALAM KURSUS PDPP IPG SEBAGAI RUJUKAN KEPADA PELAJAR AKAN DATANG. SEMOGA IANYA BERMANFAAT DAN MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA ORANG LAIN. SEKIAN TERIMA KASIH.
MODEL-MODEL PEMBELAJARANINOVATIF
Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber belajar
Perubahan tingkah laku yang dihasilkan bersifat permanen dan ke arah positif.
Perubahan tingkah laku dapat berupa kognitif, afektif, psikhomotorik
Proses belajar hanya bisa berlangsung jika terjadi interaksi antara si belajar dengan sumber belajar
Terjadinya proses belajar tidak selalu harus ada orang yang mengajar
Kegiatan belajar tak dapat diwakili orang lain, harus dialami sendiri oleh si belajar
Mengajar merupakan upaya untuk membuat orang lain belajar
Peran utama (dosen/guru, tutor, Instruktur) adalah menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar pada si belajar
“Model Pembelajaran” adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang terorganisir secara sistemik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi dosen dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Syntax
Social System
Principle of Reaction
Support system
Instructional and Nurturant Effect
Ciri model pembelajaran
yang baik
Adanya keterlibatan intelektual – emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap
Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran
Dosen bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan motivator dalam kegiatan belajar
Penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah suatu rancangan /kebijaksanaan dlm memulai serta melaksanakan pengajaran suatu materi pembelajaran yang memberi arah & corak pd metode pengajarannya.
Fungsinya: sbg pedoman umum dan langsung bagi langkah-Iangkah metode pengajaran yg akan digunakan
Pendekatan Pembelajaran berpusat pada Dosen(Teacher Centered Approach)
Pendekatan Pembelajaran berpusat pada Mahasiswa (Student Centered Approach)
Strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh dosen, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan nya lancar dan tujuannya tercapai secara optimal.
Strategi pembelajaran dikelompokkan dalam :
Expository-Discovery Learning
Group-Individual Learning
Metode pembelajaran dpt dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode ceramah : penuturan secara lisan oleh dosen pada mahasiswa di depan kelas.
Metode tanya jawab : metode mengajar di mana dosen menanyakan hal-hal yang sifatnya faktual.
Metode diskusi: dosen memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menggunakan informasi yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah.
Metode kerja kelompok, dengan metode ini mahasiswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Metode demonstrasi & eksperimen:
Similar to 21198220 apakah-pembelajaran-kontekstual (20)
1. APAKAH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL ?
Pembelajaran kontekstual ialah kaedah pembelajaran yang menggabungkan isi
kandungan dengan pengalaman harian individu, masyarakat dan alam
pekerjaan. Kaedah ini menyediakan pembelajaran secara konkrit yang
melibatkan aktiviti hands – on dan minds – on.
7
Pengalaman Harian Individu
Persekolahan
Alam Pekerjaan
Kehidupan Masyarakat
Teori pembelajaran secara kontekstual
Pengetahuan sedia ada
Pengetahuan baru
Pembelajaran hanya berlaku apabila murid dapat memproses maklumat atau
pengetahuan baru dengan cara yang bermakna dalam rangka minda mereka.
Pembelajaran akan menjadi lebih berkesan jika maklumat disampaikan dalam
konteks yang pelbagai dan bermakna kepada murid.
Budaya
Fizikal
Sosial
Penekanan perlu diberi kepada kepelbagaian persekitaran
pembelajaran untuk menghasilkan pembelajaran yang berkesan.
Kepelbagaian PersekitaranPembelajaran
Bilik Darjah
Tempat Kerja
Mengapakah pendekatan kontekstual perludalam pengajaran dan pembelajaran?
Individu mengekalkanmaklumat dengan lebih berkesan melalui pengalaman sendiri.
Individu memilikipelbagai jeniskecerdasan.
2. Pembelajarankontekstual mengambilkira pelbagai gaya pembelajaran. NG KITA
TAHU TENTANG
PROSES PEMBELAJARAN?
• Kebanyakan murid belajar dengan berkesan melalui pengalaman penglibatan
peribadi,
aktiviti hands-on dan peluang untuk penemuan kendiri.
• Pembelajaran lebih bermakna apabila konsep disampaikan dalam konteks hubungan
yang tidak asing kepada murid.
• Kebanyakan murid belajar dengan lebih berkesan melalui komunikasi interpersonal,
belajar dalamkumpulan, berkongsi maklumat, saling membantu dan maklum balas
yang positif.
• Pemindahan pembelajaran dari satu situasi ke situasi yang lain adalah satu kemahiran
yang perlu dipelajari.
Dalam proses pembelajaran secara kontekstual, murid akan melalui satu atau
lebih daripada kaedah-kaedah pembelajaran berikut :
Relating(Menghubungkait)
Belajar dalam konteks menghubungkaitkan pengetahuan baru dengan
pengalaman hidup
Experiencing (Mengalami)
Belajar dalam kontekspenerokaan,penemuan dan reka cipta
Applying(Mengaplikasi)
Belajar dalam konteks bagaimana pengetahuan atau
informasi boleh digunakan dalam situasi lain.
Cooperating (Bekerjasama)
Belajar dalam konteks bekerjasama, member maklum balas dan
Berkomunikasi
Transfering (Memindahkan)
Belajar dalam konteks pengetahuan sedia ada dengan menggunakan atau membina daripada apa
yang telah diketahui
Dalam pendekatan kontekstual, pengajaran dan pembelajaran mesti
memenuhi keperluan strategi berikut:
MOTIVASI
§ Pengenalan § Isu perbincangan § Alat bantu mengajar
3. PEMAHAMAN
§ Penerangankonsep dan perbincangankelas § Bacaan dan melakukan § Contoh kajian
KEMAHIRANAPLIKASI
§ Aktiviti Hands-On § Penyelesaian masalah
IMBASANKEMBALI DAN PENILAIAN
§ Ingat kembali fakta utama § Penilaian kemajuan
Perkara Yang Perlu Dipertimbangkan Bagi Melaksanakan Pembelajaran Secara
Kontekstual Dengan Berkesan
Matlamat utama pembelajaran secara kontekstual adalah untuk menghasilkan murid yang
berkualiti. Untuk menjayakannya, semua pihak perlu bersetuju mengenai apa yang perlu
dipelajari dan bersetuju mengenai strategi pembelajarannya. Di samping itu, sokongan
daripada organisasi masyarakat diperlukan untuk menjayakan strategi pengajaran dan
pembelajaran kontekstual. Sokongan luaran ini akan memberi galakan dan sumber-sumber untuk
membantu murid dan guru mewujudkan suasana pengajaran dan pembelajaran yang kondusif.
Pembelajaran Kontekstual
A. Latar belakang
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal
dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya,
guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
4. anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata
guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual
B. Pemikiran tentang belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai
berikut.
1. Proses belajar
• Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di
benak mereka.
• Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
• Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
• Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang
terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
• Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
• Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
• Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
• Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
• Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi
sedikit)
• Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
• Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang
anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
5. • Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan
tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
• Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
• Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada
siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa
untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
• Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru
akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru
mengarahkan.
• Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
• Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
• Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan
penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan
kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks
lainnya.
2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan
antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat
E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
6. Kontekstual
1. Menyandarkan pada pemahaman makna.
2. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
3. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
5. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
6. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
7. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir
kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
8. Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
11. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
13. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
14. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
1. Menyandarkan pada hapalan
2. Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
3. Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
4. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5. Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
6. Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
7. Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas,
mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
8. Perilaku dibangun atas kebiasaan.
9. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
7. 11. Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
12. Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
13. Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
14. Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
2. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
3. Ciptakan masyarakat belajar.
4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
• Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada
pengetahuan awal.
• Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan
2. Inquiry
• Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
• Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
• Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
• Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
8. • Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
• Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
• Tukar pengalaman.
• Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
• Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
• Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
• Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
• Mencatat apa yang telah dipelajari.
• Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
• Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
• Penilaian produk (kinerja).
• Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
• Kerjasama
• Saling menunjang
• Menyenangkan, tidak membosankan
• Belajar dengan bergairah
• Pembelajaran terintegrasi
• Menggunakan berbagai sumber
• Siswa aktif
• Sharing dengan teman
• Siswa kritis guru kreatif
• Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel,
humor dan lain-lain
9. • Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
pratikum, karangan siswa dan lain-lain
I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas
yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin
tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang
akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional
dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada
penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan
yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual
lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis
kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa
yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok
dan Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.