SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
1 
PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA 
Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 
+62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id 
Policy Brief 
Launching Arsitektur Kabinet 2014-2019 : Meretas Jalan Pemerintahan Baru 
Konstitusi mengamanatkan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (Pasal 4 UUD 1945). Dalam menjalankan tugas tersebut, Presiden dibantu oleh menteri- menteri negara yang membidangi urusan tertentu di bidang pemerintahan (UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara). Pada dasarnya pembentukan kabinet adalah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Meskipun pembentukan kementerian atau kabinet merupakan prerogatif Presiden sebagaimana amanat UU Nomor 39 Tahun 2008 Pasal 11, akan tetapi tetap harus mengacu pada amanat konstitusi dan menganut prinsip right size, efisiensi dan efektivitas. Dalam rangka memberikan sumbang saran bagi pemerintahan baru yang akan dibentuk, Tim Pusat Inovasi Kelembagaan dan SDA, LAN mencoba menawarkan satu usulan Arsitektur Kabinet 2014-2019 yang bisa dijadikan sebagai referensi untuk pembentukan Kabinet 2014- 2019. 
Pusat Inovasi Kelembagaan dan Sumber Daya Aparatur Lembaga Administrasi Negara
2 
PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA 
Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 
+62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id 
Latar Belakang 
Diskursus tentang semakin kompleksnya kelembagaan pemerintah sudah cukup lama berlangsung dan sejauh ini belum menemukan arah pembaharuan yang jelas. Diskursus tersebut mencakup beberapa problema dan isu strategis antara lain: semakin gemuknya struktur kelembagaan pemerintahan, rendahnya interkoneksi antar lembaga pemerintah pusat dan daerah, dan tidak jelasnya pengaturan tentang kedudukan, fungsi, dan peran lembaga pemerintah seperti Kementerian, LPNK dan Lembaga Non-Struktural. 
Semakin gemuknya struktur kelembagaan pemerintah bukan hanya dengan mudah dapat dilihat dari munculnya banyak lembaga-lembaga baru dengan fungsi yang seringkali tumpang-tindih dan mengalami duplikasi, tetapi juga dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah pejabat struktural. Pada tahun 2012 jumlah jabatan struktural di di Kementrian mencapai 19.478 jabatan sedangkan jumlah jabatan struktural di LPNK ada 5.020. Postur pemerintah yang besar ini juga telah mengakibatkan in-efisiensi anggaran. Hasil evaluasi anggaran tahun 2012 oleh Kementerian Keuangan mengungkapkan adanya in-efisiensi anggaran belanja pemerintah pusat pada 2012 mencapai Rp 72 triliun (www.jurnalparlemen.com, 2013). In-efisiensi terjadi pada dua bagian, yaitu bagian pengalokasian anggaran senilai Rp 61 triliun dan pelaksanaan program senilai Rp 11 triliun. 
Pemerintah melalui Kementrian PAN dan RB telah membentuk Tim Penataan Kelembagaan (audit organisasi) dan mendorong 16 K/L untuk melakukan right sizing struktur kelembagaannya. Upaya untuk menata kembali kelembagaan baru terjadi di beberapa K/L terutama di Kementrian PAN dan RB, LAN, dan BKN. Namun, disisi lain upaya untuk terus membengkakkan struktur birokrasinya masih terus terjadi sehingga jumlah jabatan struktural di Pemerintah Pusat sekarang ini diyakini terus makin bertambah. Kecenderungan semakin besarnya struktur kelembagaan pemerintah pusat ini tentu bertentangan dengan kebijakan desentralisasi yang telah dilakukan lebih dari satu dekade ini. 
Struktur kelembagaan pemerintah yang gemuk dan kompleks bukan hanya membuat pemerintah menjadi tidak efisien, tetapi juga membuat pemerintah menjadi tidak efektif ketika kewenangan yang terdistribusi kedalam begitu banyak lembaga tersebut menjadi
3 
PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA 
Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 
+62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id 
tumpang-tindih dan berbenturan satu dengan lainnya. Bahkan dengan struktur yang kompleks tersebut kemampuan pemerintah untuk merespon dinamika dan perubahan lingkungan strategik domestik ataupun global menjadi amat lamban. 
Berbagai problema kelembagaan tersebut ditengarai menjadi salah satu penyebab mengapa Indonesia memiliki indeks effektivitas pemerintahan yang lebih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Philipina. Sedangkan efektivitas pemerintah sangat berpengaruh terhadap banyak aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat, termasuk kemampuan para pelaku sosial ekonomi dalam menghadapi globalisasi. 
Jika problema kelembagaan ini tidak segera dicarikan solusinya, maka Indonesia akan mengalami kesulitan dalam membangun pemerintah yang efisien, efektif, dan mampu secara cepat dan cerdas merespon tantangan global, terutama dalam memanfaatkan peluang yang tercipta dari pemberlakuan Masyarakat ASEAN pada tahun 2015 dan dalam membawa Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia. 
Kerangka Pikir Arsitektur Kabinet 
Arsitektur Kabinet yang dihasilkan dari kajian ini didasarkan pada lima konsep dasar yang sangat mempengaruhi proses dalam tata kelola pemerintahan modern di Indonesia saat ini. Kelima konsep tersebut adalah: Pertama adalah tujuan negara. Sebagaimana telah tercantum di dalam Pembukaan dari UUD 1945, bahwa ada empat tujuan pemerintahan negara (melindung segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia). Kajian ini dengan demikian berusaha untuk merumuskan arsitektur kabinet dalam rangka mendorong pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara tersebut. 
Kedua, Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam konteks hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pola kekuasaan saat ini juga telah bergeser dari sistem yang sentralistik ke arah sistem desentralistik. Dengan demikian, dalam merumuskan desain kelembagaan kementerian pemerintah pusat, kajian ini sangat mempertimbangkan realitas empiris bahwa sebagian kewenangan pemerintah pusat telah
4 
PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA 
Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 
+62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id 
diberikan kepada daerah. Ketiga, adalah Pergeseran tata kelola pemerintahan (governance issues). Di masa lalu, negara (government) merupakan aktor yang sangat dominan dalam pengelolaan urusan publik. Saat ini, paradigma tersebut telah bergeser ke pola relasi antara negara, masyarakat dan swasta (governance).Demikian juga dengan fungsi-fungsi pemerintahan. Arsitektur kabinet dalam kajian ini dengan demikian juga didasarkan pada prinsip bahwa pemerintah bukan lagi satu-satunya aktor dalam mengatur urusan publik dan redefinisi atas pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah. 
Keempat adalah mengikuti perkembangan lingkungan strategis (global challanges). Globalisasi saat ini telah memunculkan kesadaran bersama untuk mengelola urusan publik yang bersifat nasional dan global. Desain kelembagaan kementerian pemerintah pusat diharapkan dapat menjawab berbagai masalah dan tantangan dalam lingkup nasional dan global. Kelima adalah dalam rangka mewujudkan suatu Kelembagaan pemerintah yang efektif dan efisien. Secara umum, kajian ini berupaya untuk merumuskan desain kelembagaan kementerian pemerintah pusat yang dapat mengelola urusan-urusan publik dengan prinsip efektif dan efisien untuk menghindari adanya duplikasi dan tumpang tindih tugas dan fungsi antar unit-unit pemerintah. 
Perspektif Teoritis Penataan Arsitektur Kabinet 
Menurut Mintzberg (1979) (Laporan Kajian Pusat KKK, LANRI, 2013) fungsi dan tipologi organisasi pemerintah pusat dibagi berdasarkan 5 (lima) kriteria, yaitu organisasi pemerintah yang menjalankan peran sebagai strategic apec (top level), middle line (top level back-up), operating core (level operasional), techno structure (dukungan teknokratis) dan support staff (dukungan administratif). Dalam kerangka teori ini, dapat disusun berbagai bentuk struktur kabinet sesuai tugas dan fungsinya. Kementerian berperan pada level operating core, sementara fungsi dukungan yang berbentuk techno structure maupun support staff dapat dilakukan oleh Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), Lembaga Non Struktural (LNS), atau agency khusus yang dibentuk berdasarkan kebutuhan urusan pemerintahan yang bersifat umum, sebagai contoh kesekretariatan, reformasi birokrasi, kepegawaian negara, kebijakan otonomi daerah, hingga perencanaan program dan anggaran. Apabila dipandang perlu, bahkan dapat dibentuk LPNK atau LNS
5 
PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA 
Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 
+62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id 
yang melaksanakan peran operating core. Namun demikian, secara struktur kedudukannya berada di bawah kementerian. Artinya, fungsi operating core tetap dijalankan dalam konteks dukungan (supporting) terhadap kinerja kementerian. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua keberadaan urusan pemerintahan harus direspon dengan pembentukan kementerian. 
Sementara itu, Peter Shelf (1977) sebagaimana dikutip dalam Laporan tersebut, mengklasifikasikan bentuk organisasi pemerintah pusat berdasarkan derajat signifikansi yang menunjukkan signifikansi keberadaan organisasi pemerintah yang dikaitkan dengan amanat konstitusi dan kontribusinya dalam pencapaian tujuan nasional, serta berdasarkan derajat hierarki yang menunjukkan tingkat kedalaman peran pemerintah dalam menangani urusan. Berdasarkan hal ini, maka organisasi pemerintah pusat dapat diklasifikasikan kedalam 4 (empat) bentuk, yaitu organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi tinggi dan derajat hierarki tinggi, organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi tinggi namun memiliki derajat hierarki yang rendah, organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi rendah namun memiliki derajat hierarki tinggi, dan terakhir organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi rendah dan derajat hierarki yang rendah pula. 
Dengan mengikuti konstruksi berpikir tersebut, maka secara ideal kementerian terdiri dari 2 (dua) karakteristik, yaitu kementerian dengan derajat signifikansi tinggi dan derajat hierarki tinggi dan kementerian dengan derajat signifikansi tinggi namun memiliki derajat hierarki yang rendah. Artinya, dua tipologi organisasi pemerintah pusat lainnya (organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi rendah namun memiliki derajat hierarki tinggi, dan organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi rendah dan derajat hierarki yang rendah) sebaiknya mengambil bentuk sebagai LPNK atau LNS sesuai dengan karakteristik urusan yang ditanganinya. 
Arah Penataan Arsitektur Kabinet 2014-2019 
Dengan mencermati urusan dan menggunakan pendekatan sebagai dijelaskan didepan maka ada 3 (tiga) klasifikasi tipe organisasi pemerintah pusat yang diusulkan untuk membentuk arsitektur kabinet pemerintah 2014-2019. Pertama, kementerian portofolio, yang terdiri dari kementerian dengan tingkat kedalaman peran yang tinggi (derajat
6 
PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA 
Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 
+62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id 
hierarkis tinggi) dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Tingkat kedalaman peran yang tinggi ini dicerminkan melalui fungsi pengaturan (regulating), pemberdayaan (empowering) dan pelaksanaan (executing) yang melekat pada kementerian tipe ini. 
Kedua, kementerian non-portofolio, yang tingkat kedalaman perannya dibatasi hanya pada fungsi pengaturan (regulating) dan pemberdayaan (empowering), dengan pertimbangan bahwa fungsi pelaksanaan (executing) dapat dilakukan oleh masyarakat, swasta atau pemerintah daerah. Bentuk kementerian ini merupakan manifestasi pelaksanaan prinsip good governance serta kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Melalui fungsi pemberdayaan yang dilakukan oleh kementerian, pemerintahan yang partisipatif (demokratis) diharapkan dapat terwujud. Masyarakat, swasta atau pemerintah daerah dapat berkontribusi sesuai kemampuannya. Dan bagi yang memerlukan bantuan, akan dibantu oleh kementerian. Dengan demikian akan ada penghematan sumber daya, bagi yang sudah mampu maka akan dikawal sementara yang belum mampu akan dibantu secara maksimal. Dengan demikian diharapkan pencapaian tujuan dapat dicapai secara bersama-sama. 
Ketiga, agency yang bersifat techno structure dan staff support. Yaitu, unit-unit yang menangani urusan pemerintahan umum (manajemen pemerintahan), seperti kesekretariatan, reformasi administrasi, kebijakan otonomi daerah, hingga perencanaan program dan anggaran. Seluruh unit ini yang merupakan kepanjangan tangan Presiden dalam penyelenggaraan manajemen pemerintahan, semestinya berada dibawah koordinasi langsung Presiden. Maka dapat diintegrasikan dalam satu Kantor Kepresidenan. Kerangka berpikir tersebut yang kemudian menjadi dasar dalam penataan arsitektur kabinet 2014-2019. Sehingga pembentukan lembaga kementerian benar-benar didasarkan pada urgensinya. 
Dari analisis yang dilakukan, Tim mengusulkan bahwa arsitektur Kabinet 2014-2019 secara ideal (opsi 1) berjumlah 20 (dua puluh) kementerian, serta 1 (satu) kantor kepresidenan. Usulan ideal ini tentu saja akan berdampak pada pengurangan yang cukup signifikan terhadap kabinet existing. Dengan pertimbangan beban tugas, rentang kendali, efisiensi dan efektivitas. Opsi 2, moderate mengusulkan 24 (dua puluh empat) kementerian, serta 1 (satu) kantor kepresidenan. Juga ditawarkan opsi 3, soft mengusulkan 24 (dua puluh empat) kementerian, 1 (satu) kantor kepresidenan serta 2
7 
PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA 
Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 
+62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id 
(dua) kementerian koordinator. Secara terperinci Usulan Arsitektur Kabinet 2014-2019 disampaikan berikut. 
1. Opsi Ideal 
2. Opsi Moderate
8 
PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA 
Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 
+62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id 
3. Opsi Soft 
Desain Kajian Arsitektur Kabinet 2014-2019

More Related Content

What's hot

Draft manual csos keamanan nasional new
Draft manual csos keamanan nasional newDraft manual csos keamanan nasional new
Draft manual csos keamanan nasional newnatubakha
 
Manajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan IndonesiaManajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan IndonesiaRandy Wrihatnolo
 
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola PemerintahanModul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola PemerintahanTri Widodo W. UTOMO
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi  PembangunanAdministrasi  Pembangunan
Administrasi PembangunanDadang Solihin
 
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen KajianAdministrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen KajianTri Widodo W. UTOMO
 
Administrasi Pembangunan di Indonesia Perencanaan, Penganggaran, dan Pengawasan
Administrasi Pembangunan  di Indonesia Perencanaan, Penganggaran, dan PengawasanAdministrasi Pembangunan  di Indonesia Perencanaan, Penganggaran, dan Pengawasan
Administrasi Pembangunan di Indonesia Perencanaan, Penganggaran, dan PengawasanDadang Solihin
 
Relasi JFAK-JPT Dalam Konteks Utilisasi AK
Relasi JFAK-JPT Dalam Konteks Utilisasi AKRelasi JFAK-JPT Dalam Konteks Utilisasi AK
Relasi JFAK-JPT Dalam Konteks Utilisasi AKTri Widodo W. UTOMO
 
Analis Kebijakan dan Policy Think Tank
Analis Kebijakan dan Policy Think TankAnalis Kebijakan dan Policy Think Tank
Analis Kebijakan dan Policy Think TankTri Widodo W. UTOMO
 
Bab 3 administrasi pembangunan dosen pengampu Dr. bambang kusbandrijo,msi
Bab 3 administrasi pembangunan dosen pengampu Dr. bambang kusbandrijo,msiBab 3 administrasi pembangunan dosen pengampu Dr. bambang kusbandrijo,msi
Bab 3 administrasi pembangunan dosen pengampu Dr. bambang kusbandrijo,msisigit pratikta
 
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan NegaraAkuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan NegaraDadang Solihin
 
Administrasi pembangunan
Administrasi pembangunanAdministrasi pembangunan
Administrasi pembangunanAdri Anto
 
Administrasi pembangunan
Administrasi pembangunanAdministrasi pembangunan
Administrasi pembangunanAdri Anto
 
Membangun Indonesia Inklusif Tanpa Diskriminasi
Membangun Indonesia Inklusif Tanpa Diskriminasi Membangun Indonesia Inklusif Tanpa Diskriminasi
Membangun Indonesia Inklusif Tanpa Diskriminasi Tri Widodo W. UTOMO
 
Urgensi Kajian Kebijakan dan Peran Analis Kebijakan
Urgensi Kajian Kebijakan dan Peran Analis KebijakanUrgensi Kajian Kebijakan dan Peran Analis Kebijakan
Urgensi Kajian Kebijakan dan Peran Analis KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Sekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi Negara
Sekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi NegaraSekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi Negara
Sekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi NegaraTri Widodo W. UTOMO
 
Masukan saran sidang kelompok bidang pemerintahan
Masukan saran   sidang kelompok bidang pemerintahan Masukan saran   sidang kelompok bidang pemerintahan
Masukan saran sidang kelompok bidang pemerintahan Frans Dione
 
1.adm dan negara
1.adm dan negara1.adm dan negara
1.adm dan negaraMoh TP
 

What's hot (20)

Draft manual csos keamanan nasional new
Draft manual csos keamanan nasional newDraft manual csos keamanan nasional new
Draft manual csos keamanan nasional new
 
Manajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan IndonesiaManajemen Pembangunan Indonesia
Manajemen Pembangunan Indonesia
 
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola PemerintahanModul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
Modul Peran Legislatif Dalam Perubahan Tata Kelola Pemerintahan
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi  PembangunanAdministrasi  Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen KajianAdministrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
 
Administrasi Pembangunan di Indonesia Perencanaan, Penganggaran, dan Pengawasan
Administrasi Pembangunan  di Indonesia Perencanaan, Penganggaran, dan PengawasanAdministrasi Pembangunan  di Indonesia Perencanaan, Penganggaran, dan Pengawasan
Administrasi Pembangunan di Indonesia Perencanaan, Penganggaran, dan Pengawasan
 
Relasi JFAK-JPT Dalam Konteks Utilisasi AK
Relasi JFAK-JPT Dalam Konteks Utilisasi AKRelasi JFAK-JPT Dalam Konteks Utilisasi AK
Relasi JFAK-JPT Dalam Konteks Utilisasi AK
 
Analis Kebijakan dan Policy Think Tank
Analis Kebijakan dan Policy Think TankAnalis Kebijakan dan Policy Think Tank
Analis Kebijakan dan Policy Think Tank
 
Bab 3 administrasi pembangunan dosen pengampu Dr. bambang kusbandrijo,msi
Bab 3 administrasi pembangunan dosen pengampu Dr. bambang kusbandrijo,msiBab 3 administrasi pembangunan dosen pengampu Dr. bambang kusbandrijo,msi
Bab 3 administrasi pembangunan dosen pengampu Dr. bambang kusbandrijo,msi
 
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan NegaraAkuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara
 
Administrasi pembangunan
Administrasi pembangunanAdministrasi pembangunan
Administrasi pembangunan
 
Administrasi pembangunan
Administrasi pembangunanAdministrasi pembangunan
Administrasi pembangunan
 
Membangun Indonesia Inklusif Tanpa Diskriminasi
Membangun Indonesia Inklusif Tanpa Diskriminasi Membangun Indonesia Inklusif Tanpa Diskriminasi
Membangun Indonesia Inklusif Tanpa Diskriminasi
 
Urgensi Kajian Kebijakan dan Peran Analis Kebijakan
Urgensi Kajian Kebijakan dan Peran Analis KebijakanUrgensi Kajian Kebijakan dan Peran Analis Kebijakan
Urgensi Kajian Kebijakan dan Peran Analis Kebijakan
 
Arah dan Strategi Reformasi LAN
Arah dan Strategi Reformasi LANArah dan Strategi Reformasi LAN
Arah dan Strategi Reformasi LAN
 
Penguatan Pengkajian Lemhannas
Penguatan Pengkajian LemhannasPenguatan Pengkajian Lemhannas
Penguatan Pengkajian Lemhannas
 
Sekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi Negara
Sekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi NegaraSekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi Negara
Sekolah Legislatif Dalam Perspektif Administrasi Negara
 
Masukan saran sidang kelompok bidang pemerintahan
Masukan saran   sidang kelompok bidang pemerintahan Masukan saran   sidang kelompok bidang pemerintahan
Masukan saran sidang kelompok bidang pemerintahan
 
Pasar Modal
Pasar ModalPasar Modal
Pasar Modal
 
1.adm dan negara
1.adm dan negara1.adm dan negara
1.adm dan negara
 

Similar to Arsitektur Kabinet Baru

Buku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikBuku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikMohammad Subhan
 
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L LainnyaKerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L LainnyaDadang Solihin
 
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docxMAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docxAlfaTreisya
 
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan IndonesiaTugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesiaguest361f82
 
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Tri Widodo W. UTOMO
 
Buku pemimpin reformasi dan birokrasi
Buku pemimpin reformasi dan birokrasiBuku pemimpin reformasi dan birokrasi
Buku pemimpin reformasi dan birokrasiMohammad Subhan
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkrivirmannsyah
 
Artikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentArtikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentAstri Yulia
 
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?Kurniawan Saputra
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb Mulyadi Yusuf
 
Penguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalPenguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalSujatmiko Wibowo
 

Similar to Arsitektur Kabinet Baru (20)

Buku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikBuku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktik
 
Reformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktikReformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktik
 
96574220 manajemen-keuangan-pemerintah
96574220 manajemen-keuangan-pemerintah96574220 manajemen-keuangan-pemerintah
96574220 manajemen-keuangan-pemerintah
 
Fix
FixFix
Fix
 
Arah dan Strategi Reformasi LAN
Arah dan Strategi Reformasi LANArah dan Strategi Reformasi LAN
Arah dan Strategi Reformasi LAN
 
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L LainnyaKerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
Kerangka Kelembagaan Kemendagri dengan K/L Lainnya
 
direktori inovasi an 2014
direktori inovasi an 2014direktori inovasi an 2014
direktori inovasi an 2014
 
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docxMAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
 
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan IndonesiaTugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
Tugas Kuliah Manajemen Pembangunan Indonesia
 
Reformasi birokrasi
Reformasi birokrasiReformasi birokrasi
Reformasi birokrasi
 
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
Prospek Restrukturisasi Pemerintah dalam rangka Pengembangan Kemitrausahaan d...
 
Laporan koordinasi internal eksternal
Laporan koordinasi internal eksternalLaporan koordinasi internal eksternal
Laporan koordinasi internal eksternal
 
Pemimpin dan reformasi birokrasi
Pemimpin dan reformasi birokrasiPemimpin dan reformasi birokrasi
Pemimpin dan reformasi birokrasi
 
Buku pemimpin reformasi dan birokrasi
Buku pemimpin reformasi dan birokrasiBuku pemimpin reformasi dan birokrasi
Buku pemimpin reformasi dan birokrasi
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
 
Artikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing governmentArtikel astri reinventing government
Artikel astri reinventing government
 
4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf
4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf
4. Policy Brief Inovasi Administrasi Negara (2021).pdf
 
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
 
Penguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalPenguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internal
 

More from Researcher Syndicate68

Samiaji pengukuran dan evaluasi kinerja manajemen pns di daerah studi kasus ...
Samiaji pengukuran dan evaluasi kinerja manajemen pns di daerah  studi kasus ...Samiaji pengukuran dan evaluasi kinerja manajemen pns di daerah  studi kasus ...
Samiaji pengukuran dan evaluasi kinerja manajemen pns di daerah studi kasus ...Researcher Syndicate68
 
Organizational culture change in the decentralization practice boyolali budi...
Organizational culture change in the decentralization practice boyolali  budi...Organizational culture change in the decentralization practice boyolali  budi...
Organizational culture change in the decentralization practice boyolali budi...Researcher Syndicate68
 
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...Researcher Syndicate68
 
Pnpm tackle inequality problem in indonesian development budiarjo
Pnpm tackle inequality problem in indonesian development  budiarjo Pnpm tackle inequality problem in indonesian development  budiarjo
Pnpm tackle inequality problem in indonesian development budiarjo Researcher Syndicate68
 
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdmWisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdmResearcher Syndicate68
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...Researcher Syndicate68
 
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Researcher Syndicate68
 
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...Researcher Syndicate68
 
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Researcher Syndicate68
 
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)Researcher Syndicate68
 
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)Researcher Syndicate68
 

More from Researcher Syndicate68 (20)

Paparan akd saumlaki (agustinus)
Paparan akd saumlaki (agustinus)Paparan akd saumlaki (agustinus)
Paparan akd saumlaki (agustinus)
 
Samiaji corporate social responsibility
Samiaji corporate social responsibilitySamiaji corporate social responsibility
Samiaji corporate social responsibility
 
Samiaji pengukuran dan evaluasi kinerja manajemen pns di daerah studi kasus ...
Samiaji pengukuran dan evaluasi kinerja manajemen pns di daerah  studi kasus ...Samiaji pengukuran dan evaluasi kinerja manajemen pns di daerah  studi kasus ...
Samiaji pengukuran dan evaluasi kinerja manajemen pns di daerah studi kasus ...
 
Perbandingan (antun nasri sidik 2014)
Perbandingan (antun nasri sidik 2014)Perbandingan (antun nasri sidik 2014)
Perbandingan (antun nasri sidik 2014)
 
Kti tentang elakip
Kti tentang elakipKti tentang elakip
Kti tentang elakip
 
Organizational culture change in the decentralization practice boyolali budi...
Organizational culture change in the decentralization practice boyolali  budi...Organizational culture change in the decentralization practice boyolali  budi...
Organizational culture change in the decentralization practice boyolali budi...
 
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
Penataan opd berdasar pp 41 2007 di kabupaten muara enim dan kabupaten kaiman...
 
Pnpm tackle inequality problem in indonesian development budiarjo
Pnpm tackle inequality problem in indonesian development  budiarjo Pnpm tackle inequality problem in indonesian development  budiarjo
Pnpm tackle inequality problem in indonesian development budiarjo
 
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdmWisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
Wisber inovasi pengembangan kapasitas sdm
 
Paper+responsible+innovation evi
Paper+responsible+innovation eviPaper+responsible+innovation evi
Paper+responsible+innovation evi
 
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah  dinamika dan probl...
Pelayanan publik di era desentralisasi dan otonomi daerah dinamika dan probl...
 
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
Jurnal lan mp-desanew (suryanto)
 
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
Implikasi implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah terhadap p...
 
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal  perwujudan kinerja pemerint...
Implementasi kebijakan standar pelayanan minimal perwujudan kinerja pemerint...
 
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
Identifikasi instrumen pelaksanaan akuntabilitas nasional (pusat han 2011)
 
Global warming artikel suryanto
Global warming artikel suryantoGlobal warming artikel suryanto
Global warming artikel suryanto
 
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
 
Efektivitas kelembagaan ptsp (marsono )
Efektivitas  kelembagaan  ptsp (marsono )Efektivitas  kelembagaan  ptsp (marsono )
Efektivitas kelembagaan ptsp (marsono )
 
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
Artikel stia lan jkt-menyoal desentralisasi fiskal (suryanto)
 
Penyiapan e leadership (sri astiti )
Penyiapan e leadership (sri astiti )Penyiapan e leadership (sri astiti )
Penyiapan e leadership (sri astiti )
 

Recently uploaded

Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxBudyHermawan3
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 

Recently uploaded (9)

Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptxMembangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 

Arsitektur Kabinet Baru

  • 1. 1 PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 +62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id Policy Brief Launching Arsitektur Kabinet 2014-2019 : Meretas Jalan Pemerintahan Baru Konstitusi mengamanatkan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (Pasal 4 UUD 1945). Dalam menjalankan tugas tersebut, Presiden dibantu oleh menteri- menteri negara yang membidangi urusan tertentu di bidang pemerintahan (UU Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara). Pada dasarnya pembentukan kabinet adalah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Meskipun pembentukan kementerian atau kabinet merupakan prerogatif Presiden sebagaimana amanat UU Nomor 39 Tahun 2008 Pasal 11, akan tetapi tetap harus mengacu pada amanat konstitusi dan menganut prinsip right size, efisiensi dan efektivitas. Dalam rangka memberikan sumbang saran bagi pemerintahan baru yang akan dibentuk, Tim Pusat Inovasi Kelembagaan dan SDA, LAN mencoba menawarkan satu usulan Arsitektur Kabinet 2014-2019 yang bisa dijadikan sebagai referensi untuk pembentukan Kabinet 2014- 2019. Pusat Inovasi Kelembagaan dan Sumber Daya Aparatur Lembaga Administrasi Negara
  • 2. 2 PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 +62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id Latar Belakang Diskursus tentang semakin kompleksnya kelembagaan pemerintah sudah cukup lama berlangsung dan sejauh ini belum menemukan arah pembaharuan yang jelas. Diskursus tersebut mencakup beberapa problema dan isu strategis antara lain: semakin gemuknya struktur kelembagaan pemerintahan, rendahnya interkoneksi antar lembaga pemerintah pusat dan daerah, dan tidak jelasnya pengaturan tentang kedudukan, fungsi, dan peran lembaga pemerintah seperti Kementerian, LPNK dan Lembaga Non-Struktural. Semakin gemuknya struktur kelembagaan pemerintah bukan hanya dengan mudah dapat dilihat dari munculnya banyak lembaga-lembaga baru dengan fungsi yang seringkali tumpang-tindih dan mengalami duplikasi, tetapi juga dapat dilihat dari semakin banyaknya jumlah pejabat struktural. Pada tahun 2012 jumlah jabatan struktural di di Kementrian mencapai 19.478 jabatan sedangkan jumlah jabatan struktural di LPNK ada 5.020. Postur pemerintah yang besar ini juga telah mengakibatkan in-efisiensi anggaran. Hasil evaluasi anggaran tahun 2012 oleh Kementerian Keuangan mengungkapkan adanya in-efisiensi anggaran belanja pemerintah pusat pada 2012 mencapai Rp 72 triliun (www.jurnalparlemen.com, 2013). In-efisiensi terjadi pada dua bagian, yaitu bagian pengalokasian anggaran senilai Rp 61 triliun dan pelaksanaan program senilai Rp 11 triliun. Pemerintah melalui Kementrian PAN dan RB telah membentuk Tim Penataan Kelembagaan (audit organisasi) dan mendorong 16 K/L untuk melakukan right sizing struktur kelembagaannya. Upaya untuk menata kembali kelembagaan baru terjadi di beberapa K/L terutama di Kementrian PAN dan RB, LAN, dan BKN. Namun, disisi lain upaya untuk terus membengkakkan struktur birokrasinya masih terus terjadi sehingga jumlah jabatan struktural di Pemerintah Pusat sekarang ini diyakini terus makin bertambah. Kecenderungan semakin besarnya struktur kelembagaan pemerintah pusat ini tentu bertentangan dengan kebijakan desentralisasi yang telah dilakukan lebih dari satu dekade ini. Struktur kelembagaan pemerintah yang gemuk dan kompleks bukan hanya membuat pemerintah menjadi tidak efisien, tetapi juga membuat pemerintah menjadi tidak efektif ketika kewenangan yang terdistribusi kedalam begitu banyak lembaga tersebut menjadi
  • 3. 3 PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 +62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id tumpang-tindih dan berbenturan satu dengan lainnya. Bahkan dengan struktur yang kompleks tersebut kemampuan pemerintah untuk merespon dinamika dan perubahan lingkungan strategik domestik ataupun global menjadi amat lamban. Berbagai problema kelembagaan tersebut ditengarai menjadi salah satu penyebab mengapa Indonesia memiliki indeks effektivitas pemerintahan yang lebih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Philipina. Sedangkan efektivitas pemerintah sangat berpengaruh terhadap banyak aspek kehidupan sosial ekonomi masyarakat, termasuk kemampuan para pelaku sosial ekonomi dalam menghadapi globalisasi. Jika problema kelembagaan ini tidak segera dicarikan solusinya, maka Indonesia akan mengalami kesulitan dalam membangun pemerintah yang efisien, efektif, dan mampu secara cepat dan cerdas merespon tantangan global, terutama dalam memanfaatkan peluang yang tercipta dari pemberlakuan Masyarakat ASEAN pada tahun 2015 dan dalam membawa Indonesia menjadi kekuatan ekonomi dunia. Kerangka Pikir Arsitektur Kabinet Arsitektur Kabinet yang dihasilkan dari kajian ini didasarkan pada lima konsep dasar yang sangat mempengaruhi proses dalam tata kelola pemerintahan modern di Indonesia saat ini. Kelima konsep tersebut adalah: Pertama adalah tujuan negara. Sebagaimana telah tercantum di dalam Pembukaan dari UUD 1945, bahwa ada empat tujuan pemerintahan negara (melindung segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia). Kajian ini dengan demikian berusaha untuk merumuskan arsitektur kabinet dalam rangka mendorong pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara tersebut. Kedua, Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam konteks hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pola kekuasaan saat ini juga telah bergeser dari sistem yang sentralistik ke arah sistem desentralistik. Dengan demikian, dalam merumuskan desain kelembagaan kementerian pemerintah pusat, kajian ini sangat mempertimbangkan realitas empiris bahwa sebagian kewenangan pemerintah pusat telah
  • 4. 4 PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 +62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id diberikan kepada daerah. Ketiga, adalah Pergeseran tata kelola pemerintahan (governance issues). Di masa lalu, negara (government) merupakan aktor yang sangat dominan dalam pengelolaan urusan publik. Saat ini, paradigma tersebut telah bergeser ke pola relasi antara negara, masyarakat dan swasta (governance).Demikian juga dengan fungsi-fungsi pemerintahan. Arsitektur kabinet dalam kajian ini dengan demikian juga didasarkan pada prinsip bahwa pemerintah bukan lagi satu-satunya aktor dalam mengatur urusan publik dan redefinisi atas pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah. Keempat adalah mengikuti perkembangan lingkungan strategis (global challanges). Globalisasi saat ini telah memunculkan kesadaran bersama untuk mengelola urusan publik yang bersifat nasional dan global. Desain kelembagaan kementerian pemerintah pusat diharapkan dapat menjawab berbagai masalah dan tantangan dalam lingkup nasional dan global. Kelima adalah dalam rangka mewujudkan suatu Kelembagaan pemerintah yang efektif dan efisien. Secara umum, kajian ini berupaya untuk merumuskan desain kelembagaan kementerian pemerintah pusat yang dapat mengelola urusan-urusan publik dengan prinsip efektif dan efisien untuk menghindari adanya duplikasi dan tumpang tindih tugas dan fungsi antar unit-unit pemerintah. Perspektif Teoritis Penataan Arsitektur Kabinet Menurut Mintzberg (1979) (Laporan Kajian Pusat KKK, LANRI, 2013) fungsi dan tipologi organisasi pemerintah pusat dibagi berdasarkan 5 (lima) kriteria, yaitu organisasi pemerintah yang menjalankan peran sebagai strategic apec (top level), middle line (top level back-up), operating core (level operasional), techno structure (dukungan teknokratis) dan support staff (dukungan administratif). Dalam kerangka teori ini, dapat disusun berbagai bentuk struktur kabinet sesuai tugas dan fungsinya. Kementerian berperan pada level operating core, sementara fungsi dukungan yang berbentuk techno structure maupun support staff dapat dilakukan oleh Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), Lembaga Non Struktural (LNS), atau agency khusus yang dibentuk berdasarkan kebutuhan urusan pemerintahan yang bersifat umum, sebagai contoh kesekretariatan, reformasi birokrasi, kepegawaian negara, kebijakan otonomi daerah, hingga perencanaan program dan anggaran. Apabila dipandang perlu, bahkan dapat dibentuk LPNK atau LNS
  • 5. 5 PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 +62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id yang melaksanakan peran operating core. Namun demikian, secara struktur kedudukannya berada di bawah kementerian. Artinya, fungsi operating core tetap dijalankan dalam konteks dukungan (supporting) terhadap kinerja kementerian. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua keberadaan urusan pemerintahan harus direspon dengan pembentukan kementerian. Sementara itu, Peter Shelf (1977) sebagaimana dikutip dalam Laporan tersebut, mengklasifikasikan bentuk organisasi pemerintah pusat berdasarkan derajat signifikansi yang menunjukkan signifikansi keberadaan organisasi pemerintah yang dikaitkan dengan amanat konstitusi dan kontribusinya dalam pencapaian tujuan nasional, serta berdasarkan derajat hierarki yang menunjukkan tingkat kedalaman peran pemerintah dalam menangani urusan. Berdasarkan hal ini, maka organisasi pemerintah pusat dapat diklasifikasikan kedalam 4 (empat) bentuk, yaitu organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi tinggi dan derajat hierarki tinggi, organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi tinggi namun memiliki derajat hierarki yang rendah, organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi rendah namun memiliki derajat hierarki tinggi, dan terakhir organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi rendah dan derajat hierarki yang rendah pula. Dengan mengikuti konstruksi berpikir tersebut, maka secara ideal kementerian terdiri dari 2 (dua) karakteristik, yaitu kementerian dengan derajat signifikansi tinggi dan derajat hierarki tinggi dan kementerian dengan derajat signifikansi tinggi namun memiliki derajat hierarki yang rendah. Artinya, dua tipologi organisasi pemerintah pusat lainnya (organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi rendah namun memiliki derajat hierarki tinggi, dan organisasi pemerintah dengan derajat signifikansi rendah dan derajat hierarki yang rendah) sebaiknya mengambil bentuk sebagai LPNK atau LNS sesuai dengan karakteristik urusan yang ditanganinya. Arah Penataan Arsitektur Kabinet 2014-2019 Dengan mencermati urusan dan menggunakan pendekatan sebagai dijelaskan didepan maka ada 3 (tiga) klasifikasi tipe organisasi pemerintah pusat yang diusulkan untuk membentuk arsitektur kabinet pemerintah 2014-2019. Pertama, kementerian portofolio, yang terdiri dari kementerian dengan tingkat kedalaman peran yang tinggi (derajat
  • 6. 6 PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 +62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id hierarkis tinggi) dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Tingkat kedalaman peran yang tinggi ini dicerminkan melalui fungsi pengaturan (regulating), pemberdayaan (empowering) dan pelaksanaan (executing) yang melekat pada kementerian tipe ini. Kedua, kementerian non-portofolio, yang tingkat kedalaman perannya dibatasi hanya pada fungsi pengaturan (regulating) dan pemberdayaan (empowering), dengan pertimbangan bahwa fungsi pelaksanaan (executing) dapat dilakukan oleh masyarakat, swasta atau pemerintah daerah. Bentuk kementerian ini merupakan manifestasi pelaksanaan prinsip good governance serta kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Melalui fungsi pemberdayaan yang dilakukan oleh kementerian, pemerintahan yang partisipatif (demokratis) diharapkan dapat terwujud. Masyarakat, swasta atau pemerintah daerah dapat berkontribusi sesuai kemampuannya. Dan bagi yang memerlukan bantuan, akan dibantu oleh kementerian. Dengan demikian akan ada penghematan sumber daya, bagi yang sudah mampu maka akan dikawal sementara yang belum mampu akan dibantu secara maksimal. Dengan demikian diharapkan pencapaian tujuan dapat dicapai secara bersama-sama. Ketiga, agency yang bersifat techno structure dan staff support. Yaitu, unit-unit yang menangani urusan pemerintahan umum (manajemen pemerintahan), seperti kesekretariatan, reformasi administrasi, kebijakan otonomi daerah, hingga perencanaan program dan anggaran. Seluruh unit ini yang merupakan kepanjangan tangan Presiden dalam penyelenggaraan manajemen pemerintahan, semestinya berada dibawah koordinasi langsung Presiden. Maka dapat diintegrasikan dalam satu Kantor Kepresidenan. Kerangka berpikir tersebut yang kemudian menjadi dasar dalam penataan arsitektur kabinet 2014-2019. Sehingga pembentukan lembaga kementerian benar-benar didasarkan pada urgensinya. Dari analisis yang dilakukan, Tim mengusulkan bahwa arsitektur Kabinet 2014-2019 secara ideal (opsi 1) berjumlah 20 (dua puluh) kementerian, serta 1 (satu) kantor kepresidenan. Usulan ideal ini tentu saja akan berdampak pada pengurangan yang cukup signifikan terhadap kabinet existing. Dengan pertimbangan beban tugas, rentang kendali, efisiensi dan efektivitas. Opsi 2, moderate mengusulkan 24 (dua puluh empat) kementerian, serta 1 (satu) kantor kepresidenan. Juga ditawarkan opsi 3, soft mengusulkan 24 (dua puluh empat) kementerian, 1 (satu) kantor kepresidenan serta 2
  • 7. 7 PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 +62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id (dua) kementerian koordinator. Secara terperinci Usulan Arsitektur Kabinet 2014-2019 disampaikan berikut. 1. Opsi Ideal 2. Opsi Moderate
  • 8. 8 PUSAT INOVASI KELEMBAGAAN DAN SDA Jl. Veteran 10, jakarta Pusat, INDONESIA 10110 +62-213848217 | [Email Address] | www.lan.go.id 3. Opsi Soft Desain Kajian Arsitektur Kabinet 2014-2019