1. Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya revolusi mental dan pola pikir bagi bangsa Indonesia untuk maju. Revolusi mental berfokus pada nilai-nilai integritas, etos kerja, dan gotong royong.
2. Tujuan revolusi mental antara lain mengubah cara pandang menjadi lebih modern dan kompetitif, membangun optimisme untuk maju, serta mewujudkan kemandirian politik, ekonomi, dan kepribadian bangsa.
3. Revol
1. 1
POLA PIKIR DAN ETOS KERJA REVOLUSIONER SEBAGAI
FONDASIKEKUATAN BANGSA
Muhammad Fadhil
Ketua BEM Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo 2016-2017
Dewasa ini bangsa Indonesia tengah memiliki berbagai macam permasalahan
yang menyebabkan bangsa kita menjadi bangsa yang terpuruk, tidak berkembang
bahkan terkesan mengalami kemunduran khususnya dalam bidang pemerintahan,
perekonomian dan moral etika. Mengapa bangsa kita memerlukan perubahan yang
bersifat menyeluruh ? karena permasalahan yang bangsa kita alami sudah hampir
mencakup keseluruhan aspek, kita sudah terlalu lama membiarkan praktik-praktik
dalam berbangsa dan bernegara dilakukan dengan cara yang tidak jujur, tidak
memegang etika dan moral, tidak bertanggung-jawab, tidak dapat diandalkan, dan tidak
dapat dipercaya. Bangsa kita juga mengalami krisis integritas dan pandemik korupsi.
Akibatnya kejujuran dan integritas menjadi barang mahal dalam kehidupan para
penyelenggara negara dan masyarakat. Kepercayaan antar penyelenggara Negara
rendah, aturan dibuat untuk tidak untuk ditaati, perilaku tak amanah pada berbagai lapis
kepemimpinan. Dengan kata lain, sebagai bangsa kita kehilangan nilai-nilai Integritas
yang merupakan wujud keutuhan prinsip moral dan etika bangsa dalam kehidupan
bernegara yang selayaknya menjadi pondasi kekuatan suatu bangsa dalam
menyelenggarakan suatu sistem berbangsa dan bernegara yang baik. Dalam bidang
perekonomian kita tertinggal jauh dari negara-negara lain, karena Indonesia makin
tertinggal dari negeri lain, akibat orientasi materialisme namun berbudaya instan untuk
meraih tujuan-tujuan hidup. Ketergantungan atas impor makin tinggi pada berbagai
produk barang dan jasa, padahal sumber daya alam dan manusia melimpah akibat etos
kerja, produktivitas, kreativitas dan daya saing relatif rendah. Tak kalah pentingnya,
permasalahan mengenai krisis Identitas perlu perhatian khusus untuk kita semua.
2. 2
Karakter kuat bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai semangat gotong
royong, saling bekerja-sama demi kemajuan bangsa perlahan telah mengalami reduksi.
Sebagai seorang mahasiswa yang merupakan agent of change terhadap bangsa
dan negara sudah selayaknya mahasiswa memiliki kecenderungan menghendaki
perubahan secara menyeluruh dan mendasar terkait cara pandang, pola pikir,
pemahaman akan nilai-nilai berbangsa dan bernegara serta etos kerja individu itu
sendiri yang lebih dikenal dengan istilah revolusioner. Kenyataan yang dihadapi
bangsa ini mewajibkan adanya perubahan dari bangsa itu sendiri dari berbagai aspek
terutama adanya revolusi mental terutama untuk para generasi penerus bangsa.
Mengapa bangsa kita memerlukan revolusi mental ?. Mentalitas menentukan
kemajuan suatu bangsa, bangsa yang mempunyai mental yang kuat akan tumbuh
sebagai bangsa yang maju dan bermartabat, dan sebaliknya bangsa yang memiliki
mental yang terbelakang akan tumbuh pula sebagai bangsa yang tertinggal. Revolusi
mental bermula di alam pikiran, menuntun dalam meraih cita-cita dan mencapai tujuan
bernegara. Revolusi mental juga membangkitkan kesadaran untuk berprestasi tinggi,
produktif menuju bangsa maju dan modern. Revolusi mental bertumpu pada tiga nilai-
nilai dasar : Integritas, Etos kerja dan Gotong Royong. adapun tujuan Revolusi Mental
itu sendiri mencakup 3 hal yaitu :
1. Mengubah cara pandang, pola pikir, sikap, perilaku dan cara kerja yang
berorientasi pada kemajuan dan kemodernan sehingga Indonesia menjadi
bangsa besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
2. Membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimististis dalam menatap
masa depan Indonesia sebagai negara dengan kekuatan besar untuk berprestasi
tinggi, produktif dan berpotensi menjadi bangsa maju dan modern dengan
fondasi tiga pilar Trisakti.
3. Mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi,
dan berkepribadian yang kuat melalui pembentukan manusia Indonesia baru
yang unggul menerapkan nilai-nilai integritas, kerja keras, dan semangat
gotong royong.
3. 3
Tujuan diatas tidak akan tercapai tanpa adanya kesadaran dari seluruh pihak
terkait dalam hal ini seluruh aspek bangsa Indonesia terutama mahasiswa sebagai agent
of change, namun tidak dapat dipungkiri penanaman nilai-nilai akan revolusi mental
dari bangsa Indonesia itu sendiri harus dimulai dari penanaman nilai-nilai dasar dari
tiap individu dan proses penanaman nilai-nilai tersebut harus dimulai sejak dini dan
atas dukungan semua aspek untuk tercapainya generasi bangsa yang lebih baik.
Penanaman nilai-nilai kebangsaan memiliki porsinya masing-masing, namun yang
menjadi perhatiaan utama adalah pola pikir dan etos kerja dari masing-masing individu.
Pola pikir dan etos kerja yang dibutuhkan oleh bangsa saat ini adalah pola pikir yang
bersifat kritis dalam menanggapi suatu masalah, inovatif dan kreatif dalam mencari
solusi terhadap masalah yang ada, dan mampu merealisasikan nilai-nilai pancasila
dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Disamping itu dalam
membangun sistem pemerintahan yang maju dan sinergis diperlukan etos kerja yang
mencakup Kerja keras, optimis, produktif, inovatif, dan berdaya saing.
Dalam sebuah kesempatan Presiden Republik Indonesia berkata bahwa
"Revolusi pola pikir kita perlukan. Kita tidak mungkin (lagi) berpikir monoton, bisa
kedahuluan negara lain," kata Presiden saat menerima kunjungan peserta kursus
reguler Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) di Istana Negara, Jakarta, Selasa.
Hal ini menunjukkan bahwa betapa penting bagi rakyat Indonesia berhijrah dari
pola pikir sederhana yang hanya menguntungkan diri sendiri, kurang inovatif dan tidak
effisien menjadi pola pikir yang mengutamakan kemajuan bangsa, inovatif dan
effisien. Menjadi bangsa yang besar adalah cita-cita para pendahulu bangsa, oleh
karena itu upaya memajukan bangsa menjadi tanggung jawab kita semua. Melalui
pembangunan yang berorientasi peningkatan kesejahteraan serta peningkatan
produktivitas dari masyarakat Indonesia. Yang diperlukan itu sebenarnya revolusi pola
pikir dalam melihat suatu momen peristiwa. Kata Adnan Oskar yang sering disebut
Harun Yahya, kita umumnya mempunyai pola pikir yang dangkal bukan deep
thingking. Salah satu cirinya adalah kesulitan kita ketika mengungkapkan sesuatu.
4. 4
Dengan kata lain umumnya kita sangat susah untuk menulis padahal pelajaran
mengarang dulu diajarkan sejak SD.
Revolusi pola pikir sebenarnya sudah jelas dicantumkan di dalam al-Qur'an
dalam Qs 96:1 ketika wahyu pertama kali diturunkan dengan sebutan “Iqra bismi. Iqra
bismi adalah ungkapan “bacalah dengan Nama Tuhanmu Yang menciptakan”. Ayat
pertama yang terdiri dari 19 huruf ini sebenarnya menegaskan kepada Rasulullah yang
saat itu memang ummi untuk membaca.
Kenapa Tuhan memerintahkan Rasul untuk membaca sementar Tuhan sendiri
tahu persis kalau Rasul seorang yang Ummi. Perintah ini bukanlah kontradiksi namun
suatu ungkapan metaforis bahwa meskipun Rasul seorang yang ummi dan secara
formal tidak dididik secara khusus dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang saat itu sudah
berkembang, Tuhan menekankan bahwa ”bacalah” itu mengandung makna yang jelas
berkaitan dengan membaca Tanda-tanda Tuhan, Pesan-pesan Tuhan yang ada dimana-
mana termasuk dalam diri Rasulullah sendiri sebagai makhluk yang diciptakan dari
segumpal darah.
Dalam membaca Qalam Allah, maka Tuhan menyarankan Rasul untuk
merenungkan, memahami, dan mengamati gejala-gejala fenomenal seperti
diungkapkan dalam beberapa ayat dari “prinsip dasarnya” bukan katanya atau
merujuk pada suatu referensi tertentu. Ungkapan yang dimaksud adalah dzikir, fikir
dan ikhtiar. Meskipun hasil akhirnya tampil seperti mirip-mirip, namun sejatinya itu
menunjukkan bahwa sumber pengetahuan Rasul adalah Allah, Tuhan Yang Esa melalui
mediator-mediator Wahyu-Nya seperti Jibril, Rasulin Kariim, dll. Ketika Tatanan
Pengetahuan Tuhan Terungkap sebagai Isra Miraj, maka Rasulullah telah mengetahui
dengan Cahaya Allah yang murni yang hanya dimungkinkan karena beliau menyucikan
jiwanya untuk memahami Asma, Sifat dan Perbuatan Tuhan.
Jadi, dalam belajar membaca, umat Islam diwajibkan untuk membaca langsung
Qalam Allah atau Pesan-pesan Tuhan bukan taklid buta. Dan harus kritis benar tentang
berbagai hal bukan hanya sebagai pengikut. Harus mampu berargumentasi tanpa
meninggalkan kemukminannya dan harus bisa memahami pendapat orang lain karena
5. 5
kebenaran boleh jadi muncul dari lawan bicara kita tanpa disadarinya. Ambil yang
benar dan baik dan buang yang buruk itu merupakan kaidah Rasululah belajar dari
sekelilingnya.
Revolusi pola pikir pada akhirnya kembali kepada diri kita sendiri untuk
menggali kembali al-Qur'an dan as-Sunnah dengan jiwa yang murni dan tidak diliputi
hawa nafsu karena banyak ilmu pengetahuan dari Al Qur'an yang diabaikan Umat
Islam namun sebenarnya telah diadopsi oleh kalangan barat yang diam-diam
membedah Al Qur'an meskipun sebagian besar dari mereka mungkin tidak beriman
kepada Tuhan.
Karena itu untuk berpikir dengan benar, kembalilah menggali Warisan Sang
Nabi, al-Qur'an dan As-Sunnah dengan melihat ruang-waktu atau zaman dimana kita
hidup karena penafsir al-Qur'an yang benar adalah anak-anak zamannya. Anak-anak
yang sadar dirinya, ruang-waktunya dan sejarahnya.