Ungkapan character building kini sudah klise dan tidak bermakna. Pendidikan karakter penting untuk membentuk watak siswa secara individu dan untuk membangun karakter bangsa yang kuat. Evaluasi pendidikan karakter di sekolah perlu diperbaiki.
4. Ungkapan character building kini sudah klise
kosong, nyaris tidak bermakna. Diucapkan para
politisi, birokrat pendidikan, pemimpin organisasi
pendidikan, ungkapan ini tidak meninggalkan
bekas apa-apa.
Ketika Bung Karno mengucapkan kata-kata
ini, rasanya diucapkan dalam konteks politik. Jadi
yang dimaksud ialah watak bangsa harus
dibangun. Tetapi ketika kata-kata ini diungkapkan
oleh para pendidik, dari Ki Hajar Dewantara
hingga Mohammad Said, konteksnya adalah
pedagogik. Yang dimaksudkan ialah pendidikan
watak untuk para siswa,
satu demi satu
5. Jika diuraikan seperti ini, masalah character building
masih merupakan suatu isu besar, bahkan amat
besar. Semua kebobrokan yang kita rasakan kini lahir
dari tidakadanya watak yang cukup kokoh pada diri
kita bersama. Watak bangsa rapuh dan watak
manusia Indonesia
mudah goyah. Saya kira jumlah orang yang jujur
masih cukup banyak di Indonesia, tetapi mereka tidak
berdaya menghadapi kelompok kecil manusia
Indonesia yang korup, yang mempunyai kekuasaan
atau membonceng pada kekuasaan.
Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin
yang amat penting yang harus terjadi dalam diri
anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat
(tekad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut
conatio. Dan langkah untuk membimbing anak
membulatkan tekad ini disebut langkah konatif
6. Kini, lihatlah cara kita melaksanakan pendidikan
watak, terutama dari segi evaluasi. Mengetahui kemajuan anak
dalam aspek kognitif relative itu mudah.
Dilihat dari segi ini, kita tidak dapat menghindari
kesan, pendidikan watak di sekolah kita benar-benar
amburadul.
Mungkin ada yang mengatakan, mengevaluasi hasil
pendidikan watak dengan baik tidak mungkin dilakukan secara
nasional, tetapi harus secara lokal. Saya setuju! Tetapi
kenyataannya, penilaian lokal tidak diperhitungkan sama
sekali. Kesimpulan saya, Departemen PendidikanNasional
(Depdiknas) menganggap pendidikan watak tidak penting. Itu
hanya suatu komoditas politik yang tidak perlu dianggap terlalu
serius. Selain itu, Depdiknas menganggap para guru yang tiap
hari mendampingi anak tidak memiliki informasi yang sah
tentang perkembangan murid, termasuk perkembangan
wataknya.
7.
8. Disiplin diri merupakan hal penting
dalam setiap upaya membangun
dan membentuk karakter
seseorang. Sebab karakter
mengandung pengertian:
–Suatu kualitas positif yang
dimiliki
seseorang, sehingga
membuatnya menarik dan
atraktif
–Reputasi Seseorang.
–Seseorang yang unusual
atau memiliki kepribadian
9. Karakter Anda menciptakan pilihan-pilihan
Anda, dan pilihan-pilihan Anda
menciptakan karakter Anda. Karakter tidak
bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli
dan karakter tidak bisa ditukar.
Karakter harus Dibangun dan Di
kembangkan secara sadar hari demi hari
dengan melalui suatu Proses yang tidak
instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan
sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi
seperti sidik jari
.
10. Kitab suci Al Quran merupakan sumber inspirasi yang tidak
akan pernah kering. Semakin kita dalami Al Quran, semakin
yakin kita akan kebenaran firman Allah. Semakin kita baca
dengan lantunan yang indah, semakin terasa kedamaian dan
kesejukan dari pancaran kandungan isinya.
Selain berisi nilai nilai keimanan, Al Quran juga mengandung
sumber ilmu pengetahuan yang diperuntukan bagi umat
manusia. Al Quran berisi kisah kisah sejarah, falsafah
hidup, kemuliaan dan keteladanan. Kitab suci ini sarat berisi
pesan pesan moral yang luhur dan agung.
11.
12. Penyebab terjadinya krisis moral
adalah :
» Adanya penyimpangan pemikiran
dalam sejarah pemikiran manusia
yang menyebabkan paradoks
antarnilai, misalnya etika dan
estetika
» Hilangnya model kepribadian yang
integral, yang memadukan kesalihan
dengan kesuksesan, kebaikan
dengan kekuatan, dan seterusnya
» Munculnya antagonisme dalam
pendidikan moral
» Lemahnya peranan lembaga sosial
yang menjadi basis pendidikan
moral
13. Akhlak adalah nilai pemikiran yang telah
menjadi sikap mental yang mengakar dalam
jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan
perilaku yang bersifat tetap, natural, dan
refleks. Jadi, jika nilai islam mencakup semua
sektor kehidupan manusia, maka perintah
beramal shalih pun mencakup semua sektor
kehidupan manusia itu.
Walaupun islam merinci satuan akhlak
terpuji, namun dengan pengamatan
mendalam, kita menemukan satuan tersebut
sesungguhnya mengakar pada induk karakter
tertentu. Sedangkan akhlak tercela seperti
penyakit syubhat dan syahwat, sama
bersumber dari
kelemahan akal dan jiwa.
14. Faktor-faktor pembentuk perilaku antara lain :
Faktor internal :
– Instink biologis, seperti lapar, dorongan makan yang
berlebihan dan berlangsung lama akan menimbulkan sifat
rakus
– Kebutuhan psikologis, seperti rasa aman, penghargaan,
– Kebutuhan pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang
membentuk cara berfikir seseorang seperti mitos, agama, dan
sebagainya
Faktor eksternal :
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan Social
3. Lingkungan pendidikan
Islam membagi akhlak menjadi dua yaitu :
1. fitriyah, yaitu sifat bawaan yang melekat dalam fitrah seseorang yang
dengannya ia diciptakan, baik sifat fisik maupun jiwa.
2. Muktasabah, yaitu sifat yang sebelumnya tidak ada namun diperoleh melalui
lingkungan alam dan sosial, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
15.
16. Dalam program pengembngan
diri, perencanaan dan
pelaksanaan pendidikan budaya
dan karakter bangsa dilakukan
melalui pengintegrasian ke dalam
kegiatan sehari-hari sekolah yaitu
melalui hal-hal berikut.
17. Kegiatan rutin merupakan kegiatan
yang dilakukan peserta didik secara
terus menerus dan konsisten setiap
saat. Contoh kegiatan ini adalah
upacara pada hari besar
kenegaraan, pemeriksaan kebersihan
badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-
lain) setiap hari Senin, beribadah
bersama atau shalat bersama setiap
dhuhur (bagi yang beragama
Islam), berdoa waktu mulai dan selesai
pelajaran, mengucap salam bila
bertemu guru, tenaga
kependidikan, atau teman.
18. Untuk mendukung keterlaksanaan
pendidikan budaya dan karakter bangsa
maka sekolah harus dikondisikan
sebagai pendukung kegiatan itu.
Sekolah harus mencerminkan
kehidupan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa yang diinginkan.
Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak
sampah ada di berbagai tempat dan
selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi
dan alat belajar ditempatkan teratur.
19. Karakter adalah proses mengukir
atau memahat jiwa sedemikian
rupa,sehingga,berbentuk
unik, menarik,dan berbeda.
Karakter tidak bisa di
wariskan, karakter tidak bisa di
beli dan karakter tidak bisa di
tukar.