SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
PNEUMONIA
ALWINSYAH ABIDIN
DEFINISI
• Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai
suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
• Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis tidak termasuk.
• Sedangkan peradangan paru yang disebabkan
oleh non mikroorganisme (bahan kimia, radiasi,
aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis.
PATOGENESIS
• Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme
di paru.
• Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru.
• Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan
penyakit.
• Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan
mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel
saluran napas.
• Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan :
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
PATOLOGI
• Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi
radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi.
Sel-sel PMN mendesak bakteri kepermukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit
yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian
dimakan.
Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona
pada daerah parasitik tersebut yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah
merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan
jumlah PMN yang banyak.
4. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati,
leukosit dan alveolar makrofag.
• Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan 'Gray
hepatization' ialah konsolodasi yang luas.
KLASIFIKASI PNEUMONIA
• 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
• a. Pneumonia komuniti (community-acquired
pneumonia)
• b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured
pneumonia / nosocomial pneumonia)
• c. Pneumonia aspirasi
• d. Pneumonia pada penderita
Immunocompromised
• pembagian ini penting untuk memudahkan
penatalaksanaan.
KLASIFIKASI PNEUMONIA
• Berdasarkan bakteri penyebab :
• a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada
semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi
menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella
pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada
penderita pasca infeksi influenza.
• b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma,
Legionella dan Chlamydia
• c. Pneumonia virus
• d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi
sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan
daya tahan lemah (immunocompromised)
KLASIFIKASI PNEUMONIA
• Berdasarkan predileksi infeksi
• a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania
bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia
yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan
sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya :
pada aspirasi benda asing atau proses keganasan
• b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak
infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh
bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua.
Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
• c. Pneumonia interstisial
DIAGNOSIS
• GAMBARAN KLINIS :
a. Anamnesis : demam, menggigil, suhu tubuh
meningkat dapat melebihi 40 C, batuk dengan dahak
mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah,
sesak napas dan nyeri dada.
• b. Pemeriksaan fisik : tergantung dari luas lesi di paru.
Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal
waktu bernapas, pada palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial
yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• a. Gambaran radiologis :
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan " air broncogram". Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis
etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae, sedang Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan
Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas
kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
• b. Pemeriksaan labolatorium :
Terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-
kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran
ke kiri serta terjadi peningkatan LED.
• c. Diagnosis etiologi :
Pemeriksaan kultur dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif
pada 20-25% penderita yang tidak diobati.
• d. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia,
• e. pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
PENGOBATAN
• AB dan suportif.
• Pemberian AB sebaiknya sesuai kuman dan
sensitivity test.
• Tapi ok sesuatu hal, hrs segera diberi pada :
1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa,
2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum
tentu sebagai penyebab pneumonia.
3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
• Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan
terapi secara empiris.
PENGOBATAN
• Secara umum pemilihan antibiotik berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat
dilihat sebagai berikut :
• Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP) : Golongan Penisilin, TMP-SMZ,
Makrolid
• Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP) : Betalaktam oral dosis tinggi
(untuk rawat jalan), Sefotaksim/Seftriakson dosis tinggi, Marolid baru dosis tinggi,
Fluorokuinolon respirasi.
• Pseudomonas aeruginosa : Aminoglikosid, Seftazidim, Sefoperason, Sefepim,
Tikarsilin, Piperasilin, Karbapenem Meropenem, Imipenem, Siprofloksasin,
Levofloksasin
• Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA) : Vankomisin, Teikoplanin,
Linezolid
• Hemophilus influenzae : TMP-SMZ, Azitromisin, Sefalosporin gen. 2 atau 3,
Fluorokuinolon respirasi.
• Legionella : Makrolid, Fluorokuinolon, Rifampisin.
• Mycoplasma pneumoniae : Doksisiklin, Makrolid, Fluorokuinolon
• Chlamydia pneumoniae : Doksisikin, Makrolid, Fluorokuinolon
KOMPLIKASI
• Komplikasi yang dapat terjadi :
• • Efusi pleura.
• • Empiema.
• • Abses Paru.
• • Pneumotoraks.
• • Gagal napas.
• • Sepsis
CAP
• Etiologi
• penyebab pneumonia komuniti terbanyak disebabkan bakteri Gram positif
dan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di
Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan
dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif.
• Beberapa laporan di indonesia, penyabab cap :
• o Klebsiella pneumoniae 45,18%
• o Streptococcus pneumoniae 14,04%
• o Streptococcus viridans 9,21%
• o Staphylococcus aureus 9%
• o Pseudomonas aeruginosa 8,56%
• o Steptococcus hemolyticus 7,89%
• o Enterobacter 5,26%
• o Pseudomonas spp 0,9%
DIAGNOSIS
• Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari
anamnesis, gejala klinis pemeriksaan fisis, foto toraks
dan labolatorium. Diagnosis pasti pneumonia komuniti
ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru
atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih
gejala di bawah ini :
• • Batuk-batuk bertambah
• • Perubahan karakteristik dahak / purulen
• • Suhu tubuh > 38 C (aksila) / riwayat demam
• • Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda
konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
• • Leukosit > 10.000 atau < 4500
DERAJAT KEPARAHAN (PSI/PORT)
DERAJAT KEPARAHAN
•Menurut ATS : pneumonia berat bila dijumpai 'salah satu atau lebih'
kriteria di bawah ini.
• Kriteria minor:
• • Frekuensi napas > 30/menit
• • Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg
• • Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
• • Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
• • Tekanan sistolik < 90 mmHg
• • Tekanan diastolik < 60 mmHg
• Kriteria mayor :
• • Membutuhkan ventilasi mekanik
• • Infiltrat bertambah > 50%
• • Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)
• • Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada penderita
riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis
DERAJAT KEPARAHAN
• Kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah :
• 1. Skor PORT lebih dari 70
• 2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu
dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria dibawah
ini :
Frekuensi napas > 30/menit,
Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg,
Foto toraks menunjukkan kelainan bilateral,
Foto toraks melibatkan > 2 lobus,
Tekanan sistolik < 90 mmHg,
Tekanan diastolik < 60 mmHg
• 3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
KRITERIA PERAWATAN INTENSIF
• Adalah penderita yang mempunyai paling sedikit
1 dari 2 gejala mayor (membutuhkan ventalasi
mekanik dan membutuhkan vasopressor > 4 jam
[syok sptik]) atau 2 dari 3 gejala minor tertentu
(Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto toraks
paru menunjukkan kelainan bilateral, dan
tekanan sistolik < 90 mmHg).
• Kriteria minor dan mayor yang lain bukan
merupakan indikasi untuk perawatan Ruang
Rawat Intensif.
PNEUMONIA ATIPIK
• Bakteri atipik yang sering dijumpai adalah
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia
pneumoniae, Legionella spp.
• Penyebab lain Chlamydiapsittasi, Coxiella
burnetti, virus Influenza tipe A & B,
Adenovirus dan Respiratori syncitial virus.
DIAGNOSA PN ATIPIK
• a. Gejalanya adalah tanda infeksi saluran napas
yaitu demam, batuk nonproduktif dan gejala
sistemik berupa nyeri kepala dan mialgia. Gejala
klinis pada tabel di bawah ini dapat membantu
menegakkan diagnosis pneumonia atipik.
• b. Pada pemeriksaan fisis terdapat ronki basah
tersebar, konsolidasi jarang terjadi.
• c. Gambaran radiologis infiltrat interstitial.
• d. Labolatorium menunjukkan leukositosis ringan,
pewarnaan Gram, biarkan dahak atau darah tidak
ditemukan bakteri.
• Laboratorium untuk menemukan bakteri atipik.
• • Isolasi biarkan sensitivitinya sangat rendah
• • Deteksi antigen enzyme immunoassays (EIA)
• • Polymerase Chain Reaction (PCR)
• • Uji serologi : • Cold agglutinin, • Uji fiksasi
komplemen merupakan standar untuk diagnosis
M.pneumoniae • Micro immunofluorescence
(MIF). Standard serologi untuk C.pneumoniae •
Antigen dari urin untuk Legionella
BEDA TIPIK DAN ATIPIK
TATALAKSANA
• FAKTOR MODIFIKASI.
• a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin
• • Umur lebih dari 65 tahun
• • Memakai obat-obat golongan P laktam
selama tiga bulan terakhir
• • Pecandu alkohol
• • Penyakit gangguan kekebalan
• • Penyakit penyerta yang multipel
• b. Bakteri enterik Gram negatif
• • Penghuni rumah jompo
• • Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung
paru
• • Mempunyai kelainan penyakit yang multipel
• • Riwayat pengobatan antibiotik
• c. Pseudomonas aeruginosa
• • Bronkiektasis
• • Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
• • Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari
pada bulan terakhir
• • Gizi kurang
RAWAT JALAN
• Pengobatan suportif / simptomatik
• - Istirahat di tempat tidur
• - Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
• - Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum
obat penurun panas
• - Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan
ekspektoran
• Pemberian antiblotik harus diberikan (sesuai
bagan) kurang dari 8 jam
RAWAP INAP BIASA
• Pengobatan suportif / simptomatik
• - Pemberian terapi oksigen
• - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan
koreksi kalori dan elektrolit
• - Pemberian obat simptomatik antara lain
antipiretik, mukolitik
• Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai
bagan) kurang dari 8 jam
RAWAT ICU
• Pengobatan suportif / simptomatik
• - Pemberian terapi oksigen
• - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi
kalori dan elektrolit Pemberian obat
• simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik
• • Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang
dari 8 jam
• • Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator
mekanik
PEMBERIAN AB
AB PN ATIPIK
• Antibiotik terpilih pada pneumonia atipik yang
disebabkan oleh M.pneumoniae,
C.pneumoniae dan Legionella adalah golongan
: Makrolid baru (azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin) , Fluorokuinolon respiness,
Doksisiklin
PROGNOSA
• Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor
penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat
serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat.
• Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5%
pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang dirawat di
rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society Of
America ( IDSA ) angka kematian pneumonia komuniti pada rawat
jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I , 0,1% dan kelas II, 0,6% dan
pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V
29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian
penderita pneumonia komuniti dengan peningkatan risiko kelas.
PENCEGAHAN
• Pola hidup sehat termasuk tidak merokok.
• • Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin
influenza) sampai saat ini masih perlu dilakukan
penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi
misalnya usia lanjut, penyakit kronik , diabetes,
penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll.
Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah > 2
tahun. Efek samping vaksinasi yang terjadi antara
lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang terjadi
yaitu hipersensitiviti tipe 3

More Related Content

What's hot (20)

Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Peritonitis generalisata
Peritonitis generalisataPeritonitis generalisata
Peritonitis generalisata
 
Teori kandidiasis
Teori kandidiasisTeori kandidiasis
Teori kandidiasis
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
Kolesistitis
KolesistitisKolesistitis
Kolesistitis
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Gnaps farmasi 2017
Gnaps farmasi 2017Gnaps farmasi 2017
Gnaps farmasi 2017
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Abses peritonselar
Abses peritonselarAbses peritonselar
Abses peritonselar
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Edema paru
Edema paruEdema paru
Edema paru
 
Kontusio paru
Kontusio paruKontusio paru
Kontusio paru
 
Limfadenopati
LimfadenopatiLimfadenopati
Limfadenopati
 
Bronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.pBronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.p
 
17. profilaksis tb
17. profilaksis tb17. profilaksis tb
17. profilaksis tb
 
Copd
CopdCopd
Copd
 
Omsk
OmskOmsk
Omsk
 
Tb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktifTb duplex lama aktif
Tb duplex lama aktif
 
Pielonefritis
PielonefritisPielonefritis
Pielonefritis
 

Viewers also liked

Viewers also liked (7)

Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Seizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginners
Seizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginnersSeizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginners
Seizures & Epilepsy, chapt. #1: Diagnosis, at a glance, for beginners
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Acute respiratory infection (ARI)
Acute respiratory infection (ARI)Acute respiratory infection (ARI)
Acute respiratory infection (ARI)
 
Ppt pneumonia
Ppt pneumoniaPpt pneumonia
Ppt pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 

Similar to Pneumonia magister

pneumonia fk unand.pdf
pneumonia fk unand.pdfpneumonia fk unand.pdf
pneumonia fk unand.pdfdavid792933
 
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nitalany pratiwi
 
Patofisioanatomi
PatofisioanatomiPatofisioanatomi
Patofisioanatomidanivita
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptback up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptFirstiafinaTiffany1
 
Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...
Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...
Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...Nabilah Kusuma
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumoniaojie_cr7
 
Patologi Sistem Pernapasan (2)
Patologi Sistem Pernapasan (2)Patologi Sistem Pernapasan (2)
Patologi Sistem Pernapasan (2)Jumatil Fajar
 
Journal Reading Non TB (Willy)
Journal Reading Non TB (Willy)Journal Reading Non TB (Willy)
Journal Reading Non TB (Willy)soroylardo1
 
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infectionsNontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infectionsSoroy Lardo
 
Pneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxPneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxSitiMutia15
 

Similar to Pneumonia magister (20)

pneumonia fk unand.pdf
pneumonia fk unand.pdfpneumonia fk unand.pdf
pneumonia fk unand.pdf
 
Tugas respirasi
Tugas respirasiTugas respirasi
Tugas respirasi
 
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
 
A1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptxA1 PNEUMONIA.pptx
A1 PNEUMONIA.pptx
 
Pneumonia 2019
Pneumonia 2019Pneumonia 2019
Pneumonia 2019
 
pnemoni 10.ppt
pnemoni 10.pptpnemoni 10.ppt
pnemoni 10.ppt
 
Patofisioanatomi
PatofisioanatomiPatofisioanatomi
Patofisioanatomi
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Pneumonia tito
Pneumonia titoPneumonia tito
Pneumonia tito
 
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.pptback up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
back up slide post stroke pneumonia in stroke patientia.ppt
 
Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...
Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...
Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
JOURDING NUSA (1).pptx
JOURDING NUSA (1).pptxJOURDING NUSA (1).pptx
JOURDING NUSA (1).pptx
 
Patologi Sistem Pernapasan (2)
Patologi Sistem Pernapasan (2)Patologi Sistem Pernapasan (2)
Patologi Sistem Pernapasan (2)
 
Journal Reading Non TB (Willy)
Journal Reading Non TB (Willy)Journal Reading Non TB (Willy)
Journal Reading Non TB (Willy)
 
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infectionsNontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
Nontuberculosis mycobacterial pulmonary infections
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Pneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxPneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptx
 
Penyuluhan ISPA
Penyuluhan ISPA Penyuluhan ISPA
Penyuluhan ISPA
 

Recently uploaded

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 

Recently uploaded (20)

PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 

Pneumonia magister

  • 2. DEFINISI • Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). • Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. • Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh non mikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis.
  • 3. PATOGENESIS • Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru. • Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. • Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit. • Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas. • Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan : 1. Inokulasi langsung 2. Penyebaran melalui pembuluh darah 3. Inhalasi bahan aerosol 4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
  • 4. PATOLOGI • Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Sel-sel PMN mendesak bakteri kepermukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik tersebut yaitu : 1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema. 2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah. 3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak. 4. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag. • Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan 'Gray hepatization' ialah konsolodasi yang luas.
  • 5. KLASIFIKASI PNEUMONIA • 1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis : • a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia) • b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia) • c. Pneumonia aspirasi • d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised • pembagian ini penting untuk memudahkan penatalaksanaan.
  • 6. KLASIFIKASI PNEUMONIA • Berdasarkan bakteri penyebab : • a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. • b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia • c. Pneumonia virus • d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
  • 7. KLASIFIKASI PNEUMONIA • Berdasarkan predileksi infeksi • a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan • b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus • c. Pneumonia interstisial
  • 8. DIAGNOSIS • GAMBARAN KLINIS : a. Anamnesis : demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40 C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada. • b. Pemeriksaan fisik : tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
  • 9. PEMERIKSAAN PENUNJANG • a. Gambaran radiologis : Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air broncogram". Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, sedang Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus. • b. Pemeriksaan labolatorium : Terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang- kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. • c. Diagnosis etiologi : Pemeriksaan kultur dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. • d. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, • e. pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
  • 10. PENGOBATAN • AB dan suportif. • Pemberian AB sebaiknya sesuai kuman dan sensitivity test. • Tapi ok sesuatu hal, hrs segera diberi pada : 1. penyakit yang berat dapat mengancam jiwa, 2. bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia. 3. hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu. • Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris.
  • 11. PENGOBATAN • Secara umum pemilihan antibiotik berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut : • Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP) : Golongan Penisilin, TMP-SMZ, Makrolid • Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP) : Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan), Sefotaksim/Seftriakson dosis tinggi, Marolid baru dosis tinggi, Fluorokuinolon respirasi. • Pseudomonas aeruginosa : Aminoglikosid, Seftazidim, Sefoperason, Sefepim, Tikarsilin, Piperasilin, Karbapenem Meropenem, Imipenem, Siprofloksasin, Levofloksasin • Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA) : Vankomisin, Teikoplanin, Linezolid • Hemophilus influenzae : TMP-SMZ, Azitromisin, Sefalosporin gen. 2 atau 3, Fluorokuinolon respirasi. • Legionella : Makrolid, Fluorokuinolon, Rifampisin. • Mycoplasma pneumoniae : Doksisiklin, Makrolid, Fluorokuinolon • Chlamydia pneumoniae : Doksisikin, Makrolid, Fluorokuinolon
  • 12. KOMPLIKASI • Komplikasi yang dapat terjadi : • • Efusi pleura. • • Empiema. • • Abses Paru. • • Pneumotoraks. • • Gagal napas. • • Sepsis
  • 13. CAP • Etiologi • penyebab pneumonia komuniti terbanyak disebabkan bakteri Gram positif dan dapat pula bakteri atipik. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif. • Beberapa laporan di indonesia, penyabab cap : • o Klebsiella pneumoniae 45,18% • o Streptococcus pneumoniae 14,04% • o Streptococcus viridans 9,21% • o Staphylococcus aureus 9% • o Pseudomonas aeruginosa 8,56% • o Steptococcus hemolyticus 7,89% • o Enterobacter 5,26% • o Pseudomonas spp 0,9%
  • 14. DIAGNOSIS • Diagnosis pneumonia komuniti didapatkan dari anamnesis, gejala klinis pemeriksaan fisis, foto toraks dan labolatorium. Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini : • • Batuk-batuk bertambah • • Perubahan karakteristik dahak / purulen • • Suhu tubuh > 38 C (aksila) / riwayat demam • • Pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki • • Leukosit > 10.000 atau < 4500
  • 16. DERAJAT KEPARAHAN •Menurut ATS : pneumonia berat bila dijumpai 'salah satu atau lebih' kriteria di bawah ini. • Kriteria minor: • • Frekuensi napas > 30/menit • • Pa02/FiO2kurang dari 250 mmHg • • Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral • • Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus • • Tekanan sistolik < 90 mmHg • • Tekanan diastolik < 60 mmHg • Kriteria mayor : • • Membutuhkan ventilasi mekanik • • Infiltrat bertambah > 50% • • Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok) • • Kreatinin serum > 2 mg/dl atau peningkatan > 2 mg/dI, pada penderita riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang membutuhkan dialisis
  • 17. DERAJAT KEPARAHAN • Kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah : • 1. Skor PORT lebih dari 70 • 2. Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria dibawah ini : Frekuensi napas > 30/menit, Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg, Foto toraks menunjukkan kelainan bilateral, Foto toraks melibatkan > 2 lobus, Tekanan sistolik < 90 mmHg, Tekanan diastolik < 60 mmHg • 3. Pneumonia pada pengguna NAPZA
  • 18. KRITERIA PERAWATAN INTENSIF • Adalah penderita yang mempunyai paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor (membutuhkan ventalasi mekanik dan membutuhkan vasopressor > 4 jam [syok sptik]) atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik < 90 mmHg). • Kriteria minor dan mayor yang lain bukan merupakan indikasi untuk perawatan Ruang Rawat Intensif.
  • 19. PNEUMONIA ATIPIK • Bakteri atipik yang sering dijumpai adalah Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella spp. • Penyebab lain Chlamydiapsittasi, Coxiella burnetti, virus Influenza tipe A & B, Adenovirus dan Respiratori syncitial virus.
  • 20. DIAGNOSA PN ATIPIK • a. Gejalanya adalah tanda infeksi saluran napas yaitu demam, batuk nonproduktif dan gejala sistemik berupa nyeri kepala dan mialgia. Gejala klinis pada tabel di bawah ini dapat membantu menegakkan diagnosis pneumonia atipik. • b. Pada pemeriksaan fisis terdapat ronki basah tersebar, konsolidasi jarang terjadi. • c. Gambaran radiologis infiltrat interstitial. • d. Labolatorium menunjukkan leukositosis ringan, pewarnaan Gram, biarkan dahak atau darah tidak ditemukan bakteri.
  • 21. • Laboratorium untuk menemukan bakteri atipik. • • Isolasi biarkan sensitivitinya sangat rendah • • Deteksi antigen enzyme immunoassays (EIA) • • Polymerase Chain Reaction (PCR) • • Uji serologi : • Cold agglutinin, • Uji fiksasi komplemen merupakan standar untuk diagnosis M.pneumoniae • Micro immunofluorescence (MIF). Standard serologi untuk C.pneumoniae • Antigen dari urin untuk Legionella
  • 22. BEDA TIPIK DAN ATIPIK
  • 23. TATALAKSANA • FAKTOR MODIFIKASI. • a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin • • Umur lebih dari 65 tahun • • Memakai obat-obat golongan P laktam selama tiga bulan terakhir • • Pecandu alkohol • • Penyakit gangguan kekebalan • • Penyakit penyerta yang multipel
  • 24. • b. Bakteri enterik Gram negatif • • Penghuni rumah jompo • • Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru • • Mempunyai kelainan penyakit yang multipel • • Riwayat pengobatan antibiotik
  • 25. • c. Pseudomonas aeruginosa • • Bronkiektasis • • Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari • • Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir • • Gizi kurang
  • 26. RAWAT JALAN • Pengobatan suportif / simptomatik • - Istirahat di tempat tidur • - Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi • - Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas • - Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran • Pemberian antiblotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
  • 27. RAWAP INAP BIASA • Pengobatan suportif / simptomatik • - Pemberian terapi oksigen • - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit • - Pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik • Pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai bagan) kurang dari 8 jam
  • 28. RAWAT ICU • Pengobatan suportif / simptomatik • - Pemberian terapi oksigen • - Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit Pemberian obat • simptomatik antara lain antipiretik, mukolitik • • Pengobatan antibiotik (sesuai bagan.) kurang dari 8 jam • • Bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik
  • 30. AB PN ATIPIK • Antibiotik terpilih pada pneumonia atipik yang disebabkan oleh M.pneumoniae, C.pneumoniae dan Legionella adalah golongan : Makrolid baru (azitromisin, klaritromisin, roksitromisin) , Fluorokuinolon respiness, Doksisiklin
  • 31. PROGNOSA • Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor penderita, bakteri penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat. Perawatan yang baik dan intensif sangat mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat. • Angka kematian penderita pneumonia komuniti kurang dari 5% pada penderita rawat jalan , sedangkan penderita yang dirawat di rumah sakit menjadi 20%. Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA ) angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I , 0,1% dan kelas II, 0,6% dan pada rawat inap kelas III sebesar 2,8%, kelas IV 8,2% dan kelas V 29,2%. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan peningkatan risiko kelas.
  • 32. PENCEGAHAN • Pola hidup sehat termasuk tidak merokok. • • Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza) sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya. Pemberian vaksin tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut, penyakit kronik , diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV, dll. Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah > 2 tahun. Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3