SlideShare a Scribd company logo
PERCOBAAN III
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk dapat memahami pengaruh keberadaan
suatu zat terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik didih suatu
larutan untuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat: tekanan uap larutan, titik didih, titik beku dan
tekanan osmotik larutan, yaitu sifat-sifat yang bergantung paada konsentrasi (jumlah butiran
solute) dalam larutan (Arifin, 1993).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri, 1999). Sifat
koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan
elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya
karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya
tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut. Maka sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan
merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan.
Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu
dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu
(Sastrohamidjojo, 2001).
Suhu dimana fase padat dan fase cair suatu zat dapat berada dalam keadaan seimbang
pada tekanan satu atmosfer disebut titik beku cairan, atau titik mencair padatan, atau suhu di
mana bentuk padatan dan cairan suatu zat mempunyai tekanan uap sama. Titik beku larutan
lebih rendah daripada titik beku pelarutnya yang murni. Perbedaan titik beku larutan dan
pelarut murninya (ΔTf) disebut depressi titik beku (Arifin, 1993).
Tf solven – Tf larutan = ΔTf
Depressi titik beku larutan nonelektrolit sebanding lurus terhadap molalitas larutan.
ΔTf = Kf . m
Kf = konstanta depresi titik beku molal
Harga Kf untuk air adalah -1,86 oC kg mol-1
Air murni akan bergerak melaui membran semipermeabel ke dalam larutan gula sampai
tercapai kesetimbangn. Air akan bergerak dari larutan gul aynag encer melalui membran
semipermeabel ke dalam larutan gula yang lebih pekat. Bila solven bergerak melalui
membran semipermeabel dari daerah konsentrasi solut yang lebih tinggi, proses tersebut
disebut osmosis. Bila tekanan hidrostatik pada larutan diperbesar di atas tekanan osmotik,
mak laju air yang mengalir dari larutan kepad air murni bertambah besar daripada air murni
ynag mengalir kedalam larutan. Hasil netto proses demikian adalah memisahkan molekul air
dari larutan atau mengakibatkan larutan menjadi lebih pekat (Arifin, 1993).
Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu :
1. Tekanan osmotik
2. Penurunan tekanan uap jenuh
3. Penurunan titik didih
4. Penurunan titik beku
Sifat –sifat koligatif larutan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih dan
tekanan osmotik dari larutan tergantung pada jumlah partikel yang ada dalam larutan. Pada
larutan nonelektrolit seperti gula, sifat-sifat koligatif berbanding lurus dengan molalitas
larutan menurut hukum Raoult dan Henry. Larutan elektrolit memperlihatkan penurunan titik
beku lebih besar, kenaikan titik didih lebih tinggi dan lain-lain. Dalam larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ion sehingga molalitas pertikel menjadi bertambah. Meskipun jumlah
partikel dalam larutan elektrolit bertambah besar, tetapi perubahan sifat-sifat koligatif larutan
tidak sebanding dengan perhitunagn jumlah partikel. Hal ini disebabkan terjadinya gaya tarik
menaik antarionik. Ion-ion yang bermuatan positif tidak sepenuhnya merupakan satuan-
satuan bebas. Setiap ion positif dari larutan akan dikelilingi oleh ion negatif, begitu pula
sebaliknya (Arifin, 1993).
Pada suatu suhu, tekanan uap suatu komponen dari suatu larutan ideal adalah sama
dengan hasil kali fraksi mol komponen tersebut dalam larutan dengan tekanan uap pada
keadaan murninya pada suhu yang sama (disebut hukum Raoult).
PA = xA . Po
A
PA = tekanan uap kompenen A di atas larutan atau tekanan parsial komponen A di
dalam campuran uap dalam keadaan seimbang dengan larutan.
XA = fraksi mol komponen A dari larutan.
Po
A = tekanan uap komponen A murni pada suhu yang sama.
Larutan ideal adalah larutan dimana molekul solute dan solven dalam larutan mengalami
gaya-gaya yang tidak berbeda dari gaya-gaya yang bekerja pada molekul dalam keadaan
murninya komponen. Artinya tidak ada perubahan volume total dan efek panas bila
komponen-komponen dicampur. Larutan ideal berkelakukan menuruti hukum Raoult pada
seluruh rentang konsentrasi, suhu dan tekanan. Hanya sedikit sekali dijumpai larutan ideal.
Tetapi bila komponen-komponen tidak berbeda besar polaritas dan tidak ada interaksi kimia,
atau bila konsentrasi solute cukup rendah, kelakuan larutan mendekati sekali kelakuan larutan
ideal.
Pada titik didih larutan encer, titik didih larutan solute nonvolatil selalu lebih tinggi
daripada pelarut murni. Perbedaan suhu mendidih (ΔTb) disebut elevasi titik didih.
Tb larutan – Tb solven = ΔTb
Dalalm larutan encer elevasi titik didih berbanding lurus dengan molalitas larutan.
ΔTb = Kb . m
Kb = konstanta elevasi titik didih molal
Kb air = 0,513 oC mol-1 kg
Suatu larutan dalam air yang berisi 1 mol solut nonvolatil dan non elektrolit dalam 100 g
air akan mendidih pada suhu 100,513 oC pada tekanan satu atmosfer.
Tekanan uap suatu larutan tergantung pada konsentrasi larutan. Penguapan dari suatu
larutan dengan demikian tergantung konsentrasi larutan dan tekanan parsial uap air dalam
udara (kelembaban udara) (Arifin, 1993).
Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat pelarut murni
berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik didih, titik beku, tekanan
uap berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan ini tergantung pada jumlah partikel-
partikel pelarut yang terdapat di dalam larutan. Makin berat larutan, makin rendah titik beku,
makin tinggi titik didih. Perubahan hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi
(Petrucci,1985).
Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan oleh kebersamaan jumlah partikel dan bukan
ukurannya. Zat terlarut mempengaruhi sifat larutan dan besar pengaruh itu bergantung pada
jumlah partikel. Sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari
zat terlarut, yaitu dengan menggunakan rumus :
m =
Jumlah mol zat terlarut
Kg pelarut
Penurunan titik beku dari suatu larutan, Tf berbanding lurus dengan konsentrasi molal
(m) dari suatu larutan. Setiap pelarut mempunyai konstanta tertentu yang spesifik. Konstanta
ini disebut tetapan krioskopik atau tetapan penurunan titik beku (Kf), sehingga didapatkan
rumus :
Tf = Kf . M
Tf = Kf .
Jumlah mol zat terlarut
Kg pelarut
Untuk menentukan massa molar (BM) dari suatu zat terlarut, jumlah mol harus diubah
menjadi gram zat terlarut / BM. Sehingga :
Tf = Kf.
g zat terlarut / BM
Kg pelarut
BM = Kf .
g zat terlarut
Tf. Kg pelarut
Besarnya penurunan tiitk beku larutan begantung pada konsentrasi zat terlarut. Semakin
berat larutan, maka semakin rendah titk bekunya dan perubahannya hampir sebanding dengan
perubahan konsentrasi. Penurunan titik beku juga bergantung pada jumlah pertikel zat terlarut
dalam larutan.
Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9
Dalam penurunan titik beku berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Suatu pelarut jika ditambahkan zat terlarut, maka titik bekunya akan turun.
b. Besarnya penurunan titik beku sebanding dengan konsentrasi molal (m).
c. ∆Tf ( penurunan titik beku) = titik beku pelarut murni – titik beku larutan).
d. Kf merupakan tetapan penurunan titik beku molal dan didefinisikan sebagai penurunan
titik beku jika konsentrasi larutan satu molal,
Sehingga berlaku persamaan :
∆Tf = m. Kf
∆Tf = K f
∆Tf = Kf
dengan : ∆Tf = penurunan titik beku
m = konsentrasi molal
Kf = Tetapan penurunan titik beku molal
gr = massa zat terlarut
p = massa zat pelarut
Mr = Mr zat terlarut
Penurunan titik beku, ΔTf . bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut murni
terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana
kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik beku larutan. Titik
beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya
molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik beku
ΔTf = (titik beku pelarut – titik bekularutan) = Kf . m dimana m ialah molaritas larutan.
Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal, penurunan titik beku larutan 1 molal
setiap non elektrolit yang tersebut di dalam pelarut itu ialah Kf yang karena itu dinamakan
tetapan titik beku molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu. Nilai numerik Kf adalah
khas pelarut itu masing-masing (Syukri, 1999).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas beker
besar (500 atau 1000 ml), pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik, termometer.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sikloheksana, larutan contoh, es
batu.
IV. PROSEDUR KERJA
I. Penentuan Titik Beku Pelarut
1) Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan menggunakan kain atau kertas
tisu.
2) Tabung reaksi dal keadaan kosong ditimbang dan dicatat beratnya menggunakan neraca
analitik.
3) Tabung reaksi diisi dengan 20 ml sikloheksana. Kemudian tabung reaksi berisi
sikloheksana ditimbang. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan sumbat.
4) Gelas beker diisi dengan es batu, hingga ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi
dibandingkan tinggi larutan dalm tabung reaksi.
5) Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi sikloheksana.
6) Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker. Suhu awal larutan sebelum tabung reaksi
dimasukkan dicatat.
7) Sikloheksana di dalam tabung diaduk secara perlahan dengan menggunakan pengaduk
gelas.
8) Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicata suhu setiap 10 detik.
9) Pengamatan dilakukan selama 8 menit.
II. Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
1) Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan menggunakan kain atau kertas
tisu.
2) Tabung reaksi dal keadaan kosong ditimbang dan dicatat beratnya menggunakan neraca
analitik.
3) Tabung reaksi diisi dengan 20 ml larutan contoh. Kemudian tabung reaksi berisi larutan
contoh ditimbang. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan sumbat.
4) Gelas beker diisi dengan es batu, hingga ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi
dibandingkan tinggi larutan dalm tabung reaksi.
5) Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan contoh.
6) Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker. Suhu awal larutan sebelum tabung reaksi
dimasukkan dicatat.
7) Larutan contoh di dalam tabung diaduk secara perlahan dengan menggunakan pengaduk
gelas.
8) Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicata suhu setiap 10 detik.
9) Pengamatan dilakukan selama 8 menit.
V. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil dan
Perhitungan
1. Hasil
a. Penentuan Titik BekuPelarut
No. Percobaan Pengamatan
1. Dikeringkan semua peralatan gelas.
2. Ditimbang dan dicatat berat tabung reaksi
kosong dengan menggunakan neraca
analitik.
m = 69,67 gram
3. Diisi tabung reaksi dengan 20 mL
sikloheksana.
4. Ditimbang berat tabung reaksi yang berisi
sikloheksana.
m =84,84 gram
5. Diisi gelas beker besar dengan es batu,
hingga ketinggian es batu lebih tinggi
dibandingkan dengan tinggi larutan.
6. Dimasukkan termometer dan pengaduk
gelas ke dalam tabung reaksi.
7. Dimasukkan termometer dan pengaduk
gelas ke dalam tabung reaksi.
8. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas
beker.
9. Dicatat suhu awal larutan. T0 = 30o C
10. Diaduk perlahan sikloheksana dalam
tabung dengan pengaduk gelas.
Diamati perubahan suhu tiap 10 detik
selama 8 menit
Hasil
pengamatan
pada tabel
berikut.
·Tabel hasil pengamatan penentuan titik beku pelarut murni
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T (°C)
0 30 120 9 240 6 360 6
10 23 130 9 250 6 370 6
20 22 140 8 260 6 380 6
30 20 150 8 270 6 390 6
40 18 160 7 280 6 400 6
50 17 170 7 290 6 410 6
60 15 180 7 300 6 420 6
70 14 190 6,5 310 6 430 6
80 14 200 6,5 320 6 440 6
90 12 210 6,5 330 6 450 5,5
100 11 220 6,5 340 6 460 5,5
110 10 230 6 350 6 470 5,5
b. Penentuan Titik BekuLarutan Contoh
No. Percobaan Pengamatan
1. Dikeringkan semua peralatan gelas.
2. Ditimbang dan dicatat berat tabung reaksi
kosong dengan menggunakan neraca
analitik.
m = 69,67 gram
3. Diisi tabung reaksi dengan 20 mL
sikloheksana.
4. Ditimbang berat tabung reaksi yang berisi
sikloheksana.
m =85,24 gram
5. Diisi gelas beker besar dengan es batu,
hingga ketinggian es batu lebih tinggi
dibandingkan dengan tinggi larutan.
6. Dimasukkan termometer dan pengaduk
gelas ke dalam tabung reaksi.
7. Dimasukkan termometer dan pengaduk
gelas ke dalam tabung reaksi.
8. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas
beker.
9. Dicatat suhu awal larutan. T0 = 29o C
10. Diaduk perlahan sikloheksana dalam
tabung dengan pengaduk gelas.
Diamati perubahan suhu tiap 10 detik
selama 8 menit
Hasil
pengamatan
pada tabel
berikut.
·Tabel hasil pengamatan penentuan titik beku larutan contoh
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T (°C)
0 29 120 7,5 240 1,5 360 -0,5
10 26 130 6,5 250 1 370 -0,5
20 23 140 5,5 260 1 380 -0,5
30 21 150 5 270 1 390 -0,5
40 18 160 5 280 0,5 400 -1
50 17 170 4 290 0,5 410 -1
60 15 180 3,5 300 0 420 -1
70 13 190 3 310 0 430 -1
80 12 200 3 320 0 440 -1
90 10,5 210 2,5 330 0 450 -1
100 10 220 2 340 0 460 -1
110 9 230 2 350 -0,5 470 -1
2. Perhitungan
I. Penentuan Titik Beku Pelarut
1. Dibuat plot temperatur pengamatan untuk setiap titik waktu pengamatan dalam sebuah
grafik suhu (T°C) terhadap waktu (t detik).
2. Grafik yang diperoleh akan menunjukkan penurunan suhu yang relatiftajam pada menit awal
pengamatan (garis curam), diikuti penurunan suhu yang relatif kecil (garis landai).
3. Ditarik garis regresi linear untuk garis curam dari garis regresi linear untuk garis landai.
4. Perpotongan antara kedua garis linear tersebut merupakan titik beku dari sampel yang
diamati.
5. Menentukan Tf pelarut (sikloheksana) dari persamaan :
y = -0,0769x + 21,769
y = 0,0014x + 6,4374
maka : =
6. Menentukan Tf larutan (Sikloheksana + larutan contoh) dari persamaan :
y = -0,1023x + 22,858
y = -0,0105x + 3,6162
maka : =
7. Menentukan ΔTf
Massa solute = massa larutan contoh – massa pelarut
= 15,57 gr – 15,17 gr
= 0,40 gr.
Massa pelarut = 15,17 gr – 0,1517 kg
ΔTf = Tf pelarut – Tf larutan
= 22,603 – 17,614
= 4,989 oC
8. Menentukan massa relatif zat terlarut dalam larutan contoh
Diketahui :
ΔTf = 4,989 oC
Kf = 20
Massa pelarut = 15,17 gr = 0,1517 kg.
Ditanya : Mr Sikloheksana = ………….?
Jawab :
Jadi nilai Mr adalah 10,53 gr/mol
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita dapat mengukur titik beku pelarut dan larutan serta
menentukan massa molar suatu zat. Suatu larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi es batu. Suhu awal larutan dicatat,
dan kemudian dicatat suhu larutan setiap 10 detik selama 8 menit. Selama pengamatan,
larutan selalu diaduk agar tidak membeku.
Dalam proses pengadukan sikloheksana dan larutan contoh, agar cepat mengalami
perubahan penurunan suhu, larutan harus terus-menerus diaduk di dalam gelas piala yang
berisi es batu selama menit 6-8 menit sehingga menjadi beku dan terbentuk kristal-kristal
kecil seperti salju yang terdapat pada larutan dan tabung reaksinya.
Setiap larutan pada tekanan tertentu akan berada dalam keadaan setimbang dan suhu
itulah yang dinamakan sebagai titik beku. Begitu pula pada larutan sikloheksana dan larutan
contoh pada praktikum kali ini.
1) Menentukan Titik Beku Pelarut
Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut. Sikloheksana akan
mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi molalnya.
Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat
pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik
bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya juga bertambah
sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya.
Dari percoban di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari grafik,
yaitu dengan membuat grafik dari hasil percobaan sehingga kita dapatkan grafik yang
dihasilkan akan memperlihatkan penurunan suhu yang curam pada beberapa detik diawal
percobaan (1-60 detik pertama) dan perubahan suhu yang relatif kecil pada sisa waktu
percobaan (penurunan suhu yang landai). Untuk mendapatkan titik beku pelarut atau larutan,
tarik garis pada daerah curam (garis pertama) dan landai(garis kedua) sehingga garis tersebut
membagi titik suhu dengan jarak yang sama. Perpotongan antara kedua garis tersebut
merupakan titik beku pelarut/larutan.
2) Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut. Sikloheksana akan
mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi molalnya.
Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat
pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik
bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya juga bertambah
sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya.
Dari seluruh data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya
penambahan jumlah zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya. Perbedaan ini
terjadi karena suhu pendinginan yang tidak konstan, karena seharusnya menggunakan
termostat. Juga karena es yang digunakan dalam praktikum sudah mencair sehingga data
yang diperolehpun kurang tepat dan hal ini akan menyebabkan hasil yang diperoleh akan
tidak mendekati nilai sebenarnya.
Dalam grafik, dapat dilihat bahwa sikloheksana memiliki titik beku lebih tinggi
daripada larutan contoh. Dari percobaan kali ini, kita dapat menentukan nilai massaa molekul
relatif hasil percobaan, yaitu dengan memasukkan nilai-nilai yang telah diketahui seperti
massa pelarut (15,17 g) dan massa terlarut (15,57 g), Tf (4oC), dan Kf (20o C/m) ke dalam
rumus berikut :
ΔTf =
Sehingga dalam percobaan kali ini didapatkan nilai massa molekul relatif sebesar
10,53 .
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah :
1. Penurunan titik beku bergantung pada konsentrasi zat terlarut.
2. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan hanya oleh kebersamaan (jumlah partikel) dan
bukan oleh ukurannya. Sifat koligatif tergantung pada konsentrasi zat terlarut.
3. Dalam menentukan titik beku pelarut dan larutan, melalui percobaan dapat dicari dengan
cara melihat titik perpotongan dalam waktu 1-60 detik pada grafik dan didapatkan titik beku
pelarut (sikloheksana) sebesar 20,603 oC dan titik beku pelarut (larutan contoh) adalah
17,614 oC.
4. Didapat ∆Tf adalah 4,989 oC yang didapat dari selisih antara titik beku sikloheksana dengan
titik beku larutan contoh.
5. Didapat nilai Mr berdasarkan rumus adalah 10,53 .
6. Besar massa molekul suatu senyawa larutan bergantung pada titik beku pelarut dan titik
beku zat terlarut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, 1993. Diktat Kuliah:Kimia Dasar I (Kimia Anorganik). Banjarbaru.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar dan Prinsip Dasar Modern. Erlangga: Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. UGM. Universitas Press: Yogyakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. ITB: Bandung.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penurunan titik beku larutan sangat berhubungan erat dalam kehidupan disekitar kita. sebagai
contoh air murni membeku pada suhu 0°C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau
gula didalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 0°C. Sebagai contoh larutan
garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6°C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -
16°C. Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan karena
hal ini bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen
glikol sebagai agen “antibeku” yang dipakai di radiator mobil sehingga air ini tidak beku saat
dipakai dimusim dingin. beberapa ikan didaerah artik mampu melepaskan sejumlah senyawa
untuk menghindari darahnya beku, atau dengan menggunakan teknik penurunan titik beku
kita dapat menentukan massa molar atau menentukan derajat disosiasi suatu zat. Sehingga
dengan praktikum kali ini, diharapkan praktikan dapat menentukan tetapan penurunan titik
beku molal pelarut dan BM zat non volatil.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. bagaimana cara menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut?
1.2.1. bagaimana menentukan BM zat non volatil?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MSDS
2.1.1 Asam Cuka
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam asetat murni (disebutasam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan
memiliki titik beku 16.7°C. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 °C (102
°F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%-
16%) (Anonym, 2011).
2.1.2 Naphtalen
Naphtalen merupakan senyawa dengan formula C10H8, yang berbentuk kristal, berwarna
putih, berbau tajam, titik lebur 80 C, titik didih 218 C, tidak larut dalam air dan larut dalam
benzena, eter dan alkohol. Naphtalena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang
memiliki dua cincin benzena yang terfusi. Naphtalena dihasilkan secara penyulingan
bertingkat fase batu bara. Naphtalena digunakan dalam pembuatan hidrokarbon lain seperti
naftol, dekalin dan tetralin. Naftalena adalah salah satu komponen yang termasuk benzena
aromatic hidrokarbon, tetapi tidak termasuk polisiklik. Naftalena memiliki kemiripan sifat
yang memungkinkannya menjadi aditif bensin untuk meningkatkan angka oktan. Sifat-sifat
tersebut antara lain: sifat pembakaran yang baik, mudah menguap sehingga tidak
meninggalkan getah padat pada bagian-bagian mesin. Penggunaan Naftalena sebagai aditif
memang belum terkenal karena masih dalam tahap penelitian. Sampai saat ini memang belum
diketahui akibat buruk penggunaan naftalena terhadap lingkungan dan kesehatan, namun ia
relatif aman untuk digunakan (Anonim,2011).
2.1.3. Natrium Klorida
Memiliki berat molekul 58,44, berbentuk padatan putih dengan struktur bongkahan Kristal.
Titik lelehnya 800,6oC dan titik didihnya 1,413oC. tmenyublim pada 2,165 grain. Biasa
digunakan untuk diet, sebagai bahan sumber elektrolit pada tanaman dan pada tubuh manusia,
pencegahan penyakit gondok, bumbu masakan dan digunakan pula pada proses industri
(Anonim, 2011).
2.1.4. Aquades
Aquades memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa namun dalam
lapisan tebal air berwarna biru. Pada tekanan 1 atm, air mencair dari bentuk es pada 0oC dan
mendidih pada 100oC. air, es dan uap air berada dalam kesetimbangan pada 0,0098oC dengan
tekanan 4,58 mmHg. Bila tekanan dinaikkan sebanyak 135 atm, titik cair menjadi -
1oC(Anonim, 2011).
2.2. Materi
Titik beku larutan dapat didefinisikan sebagai temperatur pada saat suatu larutan setimbang
dengan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari
pelarutnya. Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah dari pada pelarut murni.
Alat yang biasa digunakan untuk menetukan penurunan titik beku( ΔTf) adalah alat dari
Beckman. Alat ini terdiri dari 2 tabung yang berfungsi untuk mencegah pendinginan yang
terlalu cepat. Tabung A dikelilingi oleh tabung C, tabung C kemudian dimasukkan dalam
campuran pendingin yang temperaturnya 50C lebih rendah dari titik beku pelarutnya. Seberat
tertentu pelarut dimasukkan ke dalam A dan temperatur diturunkan 0,50C di bawah titik
bekunya. Cairan diaduk hingga terjadi pembekuan dan temperatur yang terbaca dicatat.
Tabung A diambil dan dipanaskan hingga zat padat mencair kemudian ditambah zat yang
ditentukan BM nya melalui B, hingga terlarut sempurna. Sekarang titikbeku ditentukan lagi
seperti di atas dan ΔTf nya dicari (Sukardjo, 1989: 174-175).
Penurunan titik beku larutan dapat dihitung menggunakan persamaan:
ΔTf = kf m
Dimana ΔTf = penurunan titk beku
kf = tetapan penurunan titik beku molal atau tetapan krioskopik
m = kemolalan
dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1). Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu larutan encer
berbanding lurus dengan konsentrasi massa
2). Larutan encer semua zat terlarut yang tidak mengion, dalam pelarut yang sama, dengan
konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik didih atau titik beku yang sama, pada tekanan
yang sama (Achmad, 1996:40).
Jika ke dalam zat pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap(non volatil), maka
tenaga bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini mengikuti persamaan
Nernst.
G0
1 – G0
x = R T ln x
Dimana G0
1 – G0
x merupakan penurunan tenaga bebas pelarut, R= tetapan gas umum, T=
suhu mutlak, x = fraksi mol pelarut dalam larutan. Penurunan tenaga bebas ini akan
menurunkan hasrat zat pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya, sehingga tekanan uap
pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang
sama dalam keadaan murni (Tim penyusun, 2011:1).
Pada prakteknya, percobaan penentuan penurunan titik beku lebih mudah dilaksanakan
daripada percobaan untuk penentuan kenaikan titik didih. Selain peralatan yang digunakan
lebih sederhana, nilai penurunan titik beku biasanya lebih besar sehingga pengukurannya
lebih mudah dan tepat( Bird, 1993: 190).
Pengaruh penurunan tekanan uap terhadap titik beku larutan dapat dengan mudah dipahami
dengan bantuan diagram fase. Diagram fase suatu zat memperlihatkan daerah-daerah tekanan
dan temperatur dimana berbagai fase bersifat stabil secara termodinamis. Batas-batas fase
memperlihatkan nilai-nilai p dan T dimana dua fase berada dalam kesetimbangan
(Atkins,1994:145).
BAB III Metodologi Percobaan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Asam cuka glasial Asam cuka + naftalen Asam cuka + naftalen +
it) Suhu ( °C) Waktu (menit) Suhu ( °C) Waktu (menit) Su
21 0 22 0
19 1 16 1
19 2 11 2
18 3 10 3
16 4 8 4
14 5 7 5
12 6 7 6
9 7 6 7
9 8 6 8
9 9 6 9
4.2. Pembahasan
Praktikum penentuan titik beku larutan ini memakai alat yang telah disusun sederhana.
Wadah terluar (tabung E) diisi dengan pecahan es dan penambahan garam. Penambahan
garam dilakukan untuk menurunkan titik beku es. Hal ini didasarkan pada teori Nernst, yang
menyatakan bahwa suatu pelarut jika dimasukkan dalam zat lain yang tidak mudah menguap
(non volatil), maka tenaga bebas pelarut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini dinyatakan
dalam persamaan Nernst :
G°1 – G°x = RT ln x
Bagaimana data yang dihasilkan (Tf, Kf, BM) sesuai dengan literatur apa tidak?
Tabung D diisi dengan air fungsinya untuk mempermudah penempatan tabung B pada tabung
D dan mempercepat proses penurunan titik beku larutan. Selain itu, air merupakan larutan
yang baik dalam proses kesetimbangan suhu dengan lingkungannya (tabung E). Hal ini telah
dibuktikan ketika proses penentuan titik beku larutan asam cuka glasial selesai, air tersebut
membeku menjadi fase padat (es).
Naftalen yang dicampurkan pada zat pelarut (asam asetat) memiliki fungsi sebagai zat terlarut
yang akan diuji titik bekunya. Titik beku larutan yang didapat setelah ditambahkan naftalen
mengalami penurunan, dari semula suhu 9°C menjadi 6°C. Hal tersebut sudah pasti terjadi
karena titik beku larutan selalu lebih rendah daripada titik beku pelarut, hal tersebut sudah
sesuai dengan diagram fasa yang sudah tertera pada literatur.
Data yang dihasilkan dari praktikum ini yang berupa T0
f, K f , BM yakni T0
f ( titik beku
pelarut) sebesar 90C. Nilai titik beku pelarut yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatur.
Menurut literatur titik beku asam asetat sebesar 16,60C. Kesalahan ini kemungkinan
disebabkan karena suhu es yang terlalu rendah sehingga membuat titik beku semakin
menurun/ semakin rendah. Kemudian harga Kf yang diperoleh sebesar 3,99 gr/ mol 0C,
sedangkan harga BM zat X yang diperoleh sebesar 128,2 gr/ mol. Zat X yang digunakan
disini adalah garam. Pada kenyatannya garam memiliki BM sebesar 58,5 gr/mol. Tentu saja
hasil yang didapat sangat berbeda jauh dengan kenyataan yang ada. Kesalahan ini dapat
terjadi kemungkinan dikarenakan kesalahan yang dilakukan praktikan pada saat pengukuran
suhu yang kurang teliti. Sehingga hasil yang didapat yakni berat molekul menjadi tidak sesuai
dengan literatur.
Berdasarkan grafik yang didapat pada percobaan ini, semakin lama waktunya maka suhunya
akan semakin turun. Dan pada titik tertentu akan stabil dan menunjukkan besarnya titik beku
zatnya. Misalnya pada asam asetat akan stabil pada suhu 90C, sedangkan setelah ditambah
naftalen akan stabil pada suhu 60C, kemudian setelah ditambah zat x akan stabil pada suhu
60C.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. www.wikipedia.com/asam-cuka. tanggal akses, 18 april 2011.
Anonim, 2011. www.wikipedia.com/naftalen. tanggal akses, 18 april 2011.
Anonim, 2011. www.wikipedia.com/natrium-klorida. tanggal akses, 18 april 2011.
Anonim, 2011. www.wikipedia.com/aquades. tanggal akses, 18 april 2011.
Sukardjo, 1989. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Fisika. Jogjakarta : UGM Press.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia.
Atkins, PW. 1994. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah dapat memahami pengaruh keberadaan suatu zat
terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik didih suatu larutan
unntuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri, 1999). Sifat
koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan
elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena
terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap
karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan
merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan.
Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu
dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu
(Sastrohamidjojo, 2001).
Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam
ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA =
XA . PA
o. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan
uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi
mol zat terlarut (Syukri, 1999).
Selisih antara titik beku dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku.
ΔTf = titik beku pelarut – titik beku larutan
Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat pelarut murni
berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik didih, titik beku, tekanan uap
berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan ini tergantung pada jumlah partikel-
partikel pelarut yang terdapat di dalam larutan. Makin berat larutan, makin rendah titik beku,
makin tinggi titik didih. Perubahan hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi. Karena
fraksi molar zat pelarut x merupakan fungsi linier fraksi zat terlarut X1 maka X + X1 = 1,
sehingga ΔTf dapat dinyatakan sebagai fungsi X1, yaitu :
Dimana : ΔTf = besarnya penurunan titik beku.
M. R T.
2
Kf =
1000 ΔTf
Apabila melarutkan 1 mol zat terlarut ke dalam 1000 gr air, titik beku turun sebesar
1,86 oC. Apabila 2 mol zat terlarut di dalam 100 gram air. Titik beku air turun 2 x
1,86 oC. penurunan titik ini tidak bergantung pada jumlah partikel zat terlarut di dalam
larutan. Tiap pelarut mempunyai tetapan penurunan titik beku molal (Kf) yang tertentu :
Untuk m mol zat terlarut ditambhakan ke dalam 1000 gram zat terlarut, maka larutan
mempunyai fraksi molar zat terlarut sebesar :
m
X1 = 1000/(M + m)
R (To)2 . X1
RTf =
ΔTf
dimana :
M = BM Zat terlarut
Untuk larutan yang sangat encer m ≈ 0, maka :
X1 =
Sehingga penurunan titik beku larutan
R (To)2 Mm
ΔTf =
ΔHf 1000
Apabila didistribusikan nilai :
Mo R To
Kf =
1000 ΔHf
Ke dalam persamaan di atas maka didapatkan :
;
W1 / M1
X1 =
W1 / M1+ W/m
1000 X1
m =
M
dimana : W1 = berat zat terlarut
M1 = BM zat terlarut
W2 = berat pelarut
M2 = MB Pelarut
ΔTf = Kf . m
Mm
X1 =
1000
W1 . M
X1 =
W . M1
Untuk larutan encer, maka W1/M1 <<< W/M dapat dijabarkan terhadap W/M, sehingga :
1000 . Kf . W1
ΔTf =
M1 W
1000 Kf x W1
M1 =
ΔTf W
Tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut
Titik beku (oC) Kf (oC)
Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9
Penurunan titik beku, ΔTf . bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut murni
terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana
kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik bekularutan. Titik
beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya
molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik
beku ΔTf = (titik beku pelarut – titik bekularutan) = Kf . m dimana m ialah molaritas
larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal, penurunan titik beku larutan
1 molal setiap non elektrolit yang tersebut di dalam pelarut itu ialah Kf yang karena itu
dinamakan tetapan titik beku molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu. Nilai numerik
Kfadalah khas pelarut itu masing-masing (Anonim, 2003).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas
beker besar (500 atau 1000 mL), pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik,
termometer.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sikloheksana, larutan
contoh: es batu
IV. PROSEDUR KERJA
I. Penentuan Titk Beku Pelarut
a. Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan dengan menggunakan kain
atau tisu.
b. Tabung reaksi dalam keadaan kosong ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik dicatat beratnya.
c. Tabung reaksi diisi dengan 20 mL sikloheksana. Tabung reaksi yang telah berisi
sikloheksana ditimbang kembali beratnya.Ditutup tabung reaksi dengan
menggunakan sumbat.
d. Diisi gelas beker besar dengan es batu, ingat ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi
dibandingkan tinggi larutan dalam tabung reaksi.
e. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. Dicatat suhu awal larutan sebelum
tabung reaksi dimasukkan.
f. Diaduk perlahan sikloheksana dalam tabung dengan menggunakan pengaduk gelas.
g. Diamati perubahan suhu yang terjadi dan dicatat suhu setiap 10 detik
h. Dilakukan pengamatam selama 8 menit.
II. Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
Dilakukan prosedur yang sama dengan penentuan titik beku pelaruthanya isi tabung
reaksi diganti dengan larutan conoth yang telah disediakan.
Susunan alat percobaan
termometer pengaduk
Es batu
Larutan contoh
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
a. Menentukan Titik Beku Pelarut (sikloheksana)
No Langkah Percobaan Hasil Pen
1
2
3
4
5
Ditimbang tabung reaksi kosong.
Diambil 20 ml larutan sikloheksana, dimasukkan dalam
tabung dan ditimbang (menggunakan gelas piala 200 ml
untuk membantu penimbangan).
Dicatat suhu awal larutan sikloheksana.
Diletakkan tabung reaksi berisi larutan sikloheksana ke
dalam gelas kimia besar yang berisi es batu dan diaduk
serta dicatat perubahan suhu larutan setiap 10 detik selama
68,94 gr
Tabung reaksi + larutan
T1 = 300C
Titik beku larutan 60 be
kristal.
8 menit.
Menentukan titik beku larutan sikloheksana serta bentuk
dan warna larutan.
b. Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
No Langkah Percobaan Hasil Peng
1
2
3
4
5
Ditimbang tabung reaksi besar.
Diambil 20 ml larutan contoh, dimasukkan dalam
tabung dan ditimbang (menggunakan gelas piala 200 ml
untuk membantu penimbangan).
Dicatat suhu awal larutan contoh.
Diletakkan tabung reaksi berisi larutan contoh ke dalam
gelas kimia besar yang berisi es batu dan diaduk serta
dicatat perubahan suhu larutan setiap 10 detik selama 8
menit.
Menentukan titik beku larutan contoh serta bentuk dan
warna larutan.
69,04
Tabung reaksi + larutan
T1 = 310C
Titik beku larutan -10C b
kristal dan berwarna ben
Tabel Hasil Pengamatan Larutan Sikloheksana
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(o
0 30 130 9 250 6 370 6
10 26 140 9 260 6 380 6
20 19 150 9 270 6 390 6
30 18 160 8 280 6 400 6
40 18 170 8 290 6 410 6
50 18 180 7 300 6 420 6
60 15 190 7 310 6 430 6
70 14 200 7 320 6 440 6
80 12 210 6 330 6 450 6
90 11 220 6 340 6 460 6
100 11 230 6 350 6 470 6
120 11 240 6 360 6 480 6
Tabel Hasil Pengamatan Larutan Contoh
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(o
0 31 130 7 250 3 370 1
10 30 140 6 260 3 380 0
20 29 150 5 270 2 390 0
30 26 160 5 280 2 400 0
40 23 170 4 290 2 410 0
50 20 180 4 300 2 420 0
60 17 190 4 310 1 430 0
70 15 200 4 320 1 440 0
80 13 210 3 330 1 450 0
90 11 220 3 340 1 460 -1
100 9 230 3 350 1 470 -1
120 8 240 3 360 1 480 -1
2. Perhitungan
Tf sikloheksana
y = -0,1374x + 24,763
y = -0,0062x + 8,3208
-0,0062x + 8,3208 = -0,1374x + 24,763
-0,0062x + 0,1374x = 24,763 – 8,3208
0,1312x = 16,4422
x = 125,32
y = -0,1374 x 125,32 + 24,763
= -17,218 + 24,763
= 7,54 (Tf sikloheksana)
Tf larutan contoh
y = -0,1874x + 30,284
y = -0,0173x + 7,0856
-0,0173x + 7,0856 = -0,1874x + 30,284
-0,0173x + 0,1874x = 30,284 – 7,0856
0,1701x = 23,1984
x = 136,38
y = -0,1874 x 136,38 + 30,284
= -25,557 + 30,284
= 4,72(Tf larutan contoh )
I. Diketahui : Tf sikloheksana = 7,540C
Tf larutan contoh = 4,720C.
Ditanya : ΔTf = ………… ?
Jawab : ΔTf = Tf sikloheksana - Tf larutan contoh
= 7,54 – 4,72
= 2,82 0C
II. Diketahui : msolute = 15,30 gr
msolvent = 15,61 gr
ΔTf = 2,82 0C
Kf = 3,9
Ditanya : Mr = ….?
Jawab : ∆Tf = m x Kf
ΔTf = m larutan contoh
Mr larutan sikloheksana
2,82 = 15,30 X 20
15,61
Mr
2,82 x 15,61 = 306
Mr
44,02 Mr = 306
Mr = 6,95 gram/mol
Jadi, massa molekul relatif larutan contoh adalah 6,95 gram/mol
V. PEMBAHASAN
1. Menentukan Titik Beku Pelarut
Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut.Sikloheksana
akan mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi
molalnya.
Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut
dan zat pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka
penurunan titik bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya
juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya.
Dari percoban di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari
grafik, yaitu dengan membuat grafik dari hasil percobaan sehingga kita dapatkan grafik
yang dihasilkan akan memperlihatkan penurunan suhu yang curam pada beberapa detik
diawal percobaan (1-60 detik pertama) dan perubahan suhu yang relatif kecil pada sisa
waktu percobaan (penurunan suhu yang landai). Untuk mendapatkan titik beku pelarut
atau larutan, tarik garis pada daerah curam (garis pertama) dan landai(garis kedua)
sehingga garis tersebut membagi titik suhu dengan jarak yang sama. Perpotongan antara
kedua garis tersebut merupakan titik beku pelarut/larutan. Sedangkan pada larutan
contoh perubahan suhunya juga tidak konstan pada awal-awal pertama dan pada detik
pengukuran terakhir pada pada suhu -1ºC. jadi dapat kita simpulkan bahwa perubahan
yang terjadi pada penentuan titik beku pelarut dengan penentuan titik beku larutan
contoh perubahan suhunya relatif tidak tetap dan penurunannya juga berjalan dengan
tidak konstan. Dari grafik diketahui bahwa ΔTf dari larutan sikloheksana dan larutan
contoh adalah2,82ºC sedangkan Mr/BM dari larutan contoh adalah 6,95 gram/mol.
2. Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
Dengan menggunakan percoban penurunan titik beku, digunakan larutan
sikloheksana dan larutan contoh sebagai bahan untuk percoban. Dari percobaan
tersebut, maka didapat berat larutan sikloheksana dan berat larutan contoh. Dari seluruh
data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya penambahan
jumlah zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya. Perbedaan ini terjadi
karena suhu pendinginan yang tidak konstan, karena seharusnya menggunakan
termostat. Juga karena es yang digunakan dalam praktikum sudah mencair sehingga
data yang diperolehpun kurang tepat dan hal ini akan menyebabkan hasil yang
diperoleh akan tidak mendekati nilai sebenarnya.
VI. KESIMPULAN
Dari seluruh percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Penurunan titik beku bergantung pada konsentrasi zat terlarut.
2. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan hanya oleh kebersamaan (jumlah partikel) dan
bukan oleh ukurannya. Sifat koligatif tergantung pada konsentrasi zat terlarut.
3. Dalam menentukan titik beku pelarut dan larutan, melalui percobaan dapat dicari dengan
cara melihat titik perpotongan dalam waktu 1-60 detik pada grafik dan didapatkan titik
beku pelarut (sikloheksana) sebesar 7,540C dan titik beku pelarut (larutan contoh)
adalah 4,72.
4. Didapat ∆Tf adalah 2,820C yang didapat dari selisih antara titik beku sikloheksana dengan
titik beku larutan contoh.
5. Besar berat molekul suatu senyawa bergantung pada titik beku larutan dan titik beku
pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. UGM, Yogyakarta
Baroroh, Umi L U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. UGM, Yogyakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung.

More Related Content

What's hot

laporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaslaporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaswd_amaliah
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
qlp
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiawd_amaliah
 
Laporan hasil praktikum titik beku dan penurunan titik beku larutan (1)
Laporan hasil praktikum titik beku dan penurunan titik beku larutan (1)Laporan hasil praktikum titik beku dan penurunan titik beku larutan (1)
Laporan hasil praktikum titik beku dan penurunan titik beku larutan (1)
shellawidiyanti
 
Sifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif LarutanSifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif Larutan
Abulkhair Abdullah
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
Ridha Faturachmi
 
laporan praktikum titrasi asam basa
laporan praktikum titrasi asam basalaporan praktikum titrasi asam basa
laporan praktikum titrasi asam basawd_amaliah
 
Diagram Alir Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Diagram Alir Pembuatan dan Pengenceran LarutanDiagram Alir Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Diagram Alir Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Rut Tiur Lani Marpaung
 
Jurnal termokimia
Jurnal termokimiaJurnal termokimia
Jurnal termokimia
nurul limsun
 
Hidrasi Air
Hidrasi AirHidrasi Air
Hidrasi Air
Abulkhair Abdullah
 
Laporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam BasaLaporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam Basa
nurwiji
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriAndreas Cahyadi
 
Laporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum DestilasiLaporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum Destilasi
Ernalia Rosita
 
Laporan Praktikum Kimia Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih
Laporan Praktikum Kimia Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik DidihLaporan Praktikum Kimia Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih
Laporan Praktikum Kimia Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didihworodyah
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri docLaporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
aufia w
 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalah
aji indras
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
qlp
 

What's hot (20)

laporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositaslaporan praktikum viskositas
laporan praktikum viskositas
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 
Laporan hasil praktikum titik beku dan penurunan titik beku larutan (1)
Laporan hasil praktikum titik beku dan penurunan titik beku larutan (1)Laporan hasil praktikum titik beku dan penurunan titik beku larutan (1)
Laporan hasil praktikum titik beku dan penurunan titik beku larutan (1)
 
Sifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif LarutanSifat Kologatif Larutan
Sifat Kologatif Larutan
 
Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 
laporan praktikum titrasi asam basa
laporan praktikum titrasi asam basalaporan praktikum titrasi asam basa
laporan praktikum titrasi asam basa
 
Diagram Alir Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Diagram Alir Pembuatan dan Pengenceran LarutanDiagram Alir Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Diagram Alir Pembuatan dan Pengenceran Larutan
 
Jurnal termokimia
Jurnal termokimiaJurnal termokimia
Jurnal termokimia
 
Hidrasi Air
Hidrasi AirHidrasi Air
Hidrasi Air
 
Laporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam BasaLaporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam Basa
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetri
 
Laporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum DestilasiLaporan Praktikum Destilasi
Laporan Praktikum Destilasi
 
Laporan Praktikum Kimia Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih
Laporan Praktikum Kimia Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik DidihLaporan Praktikum Kimia Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih
Laporan Praktikum Kimia Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri docLaporan praktikum asidi alkalimetri doc
Laporan praktikum asidi alkalimetri doc
 
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhuKelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhu
 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalah
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
 

Viewers also liked

Laporan praktikum Sifat koligatif larutan
Laporan praktikum Sifat koligatif larutanLaporan praktikum Sifat koligatif larutan
Laporan praktikum Sifat koligatif larutan
khoirilliana12
 
Pim1221 8 menangkap ikan denganpukat kantong lingkar
Pim1221 8 menangkap ikan denganpukat kantong lingkarPim1221 8 menangkap ikan denganpukat kantong lingkar
Pim1221 8 menangkap ikan denganpukat kantong lingkar
PT. SASA
 
Ekosistem sungai 2
Ekosistem sungai 2Ekosistem sungai 2
Ekosistem sungai 2
PT. SASA
 
My last love
My last love My last love
My last love
PT. SASA
 
Estimasi
EstimasiEstimasi
Estimasi
PT. SASA
 
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obatAlat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
PT. SASA
 
Pendahuluan ekologi perairan
Pendahuluan ekologi perairanPendahuluan ekologi perairan
Pendahuluan ekologi perairan
PT. SASA
 
Penanganan ikan-segar
Penanganan ikan-segarPenanganan ikan-segar
Penanganan ikan-segar
PT. SASA
 
Bab 9 pengendalian
Bab 9 pengendalianBab 9 pengendalian
Bab 9 pengendalian
PT. SASA
 
Sungai
SungaiSungai
Sungai
PT. SASA
 
Pim1221 b 1 ruang lingkup penangkapan ikan
Pim1221 b 1 ruang lingkup penangkapan ikanPim1221 b 1 ruang lingkup penangkapan ikan
Pim1221 b 1 ruang lingkup penangkapan ikan
PT. SASA
 
Pim1221 5 menangkap ikan dengan memabukkan
Pim1221 5 menangkap ikan dengan memabukkanPim1221 5 menangkap ikan dengan memabukkan
Pim1221 5 menangkap ikan dengan memabukkan
PT. SASA
 
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakartaestimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
PT. SASA
 
Laporan lengkap praktikum fokus lensa konvergen
Laporan lengkap praktikum fokus lensa konvergenLaporan lengkap praktikum fokus lensa konvergen
Laporan lengkap praktikum fokus lensa konvergen
PT. SASA
 
Bab 7 pengarahan (directing)
Bab 7 pengarahan (directing)Bab 7 pengarahan (directing)
Bab 7 pengarahan (directing)
PT. SASA
 
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
PT. SASA
 
Rpp sifat koligatif larutan
Rpp sifat koligatif larutanRpp sifat koligatif larutan
Rpp sifat koligatif larutanYeni Purwati
 
Bab 6 tipe organisasi
Bab 6 tipe organisasiBab 6 tipe organisasi
Bab 6 tipe organisasi
PT. SASA
 
Penuntun praktikum kimia dasar 1
Penuntun praktikum kimia dasar 1Penuntun praktikum kimia dasar 1
Penuntun praktikum kimia dasar 1
Friska Yunita Lumban Tobing
 

Viewers also liked (20)

Laporan praktikum Sifat koligatif larutan
Laporan praktikum Sifat koligatif larutanLaporan praktikum Sifat koligatif larutan
Laporan praktikum Sifat koligatif larutan
 
Pim1221 8 menangkap ikan denganpukat kantong lingkar
Pim1221 8 menangkap ikan denganpukat kantong lingkarPim1221 8 menangkap ikan denganpukat kantong lingkar
Pim1221 8 menangkap ikan denganpukat kantong lingkar
 
Ekosistem sungai 2
Ekosistem sungai 2Ekosistem sungai 2
Ekosistem sungai 2
 
My last love
My last love My last love
My last love
 
Estimasi
EstimasiEstimasi
Estimasi
 
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obatAlat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
 
Pendahuluan ekologi perairan
Pendahuluan ekologi perairanPendahuluan ekologi perairan
Pendahuluan ekologi perairan
 
Penanganan ikan-segar
Penanganan ikan-segarPenanganan ikan-segar
Penanganan ikan-segar
 
Bab 9 pengendalian
Bab 9 pengendalianBab 9 pengendalian
Bab 9 pengendalian
 
Sungai
SungaiSungai
Sungai
 
Pim1221 b 1 ruang lingkup penangkapan ikan
Pim1221 b 1 ruang lingkup penangkapan ikanPim1221 b 1 ruang lingkup penangkapan ikan
Pim1221 b 1 ruang lingkup penangkapan ikan
 
Berkas pengangkut
Berkas pengangkutBerkas pengangkut
Berkas pengangkut
 
Pim1221 5 menangkap ikan dengan memabukkan
Pim1221 5 menangkap ikan dengan memabukkanPim1221 5 menangkap ikan dengan memabukkan
Pim1221 5 menangkap ikan dengan memabukkan
 
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakartaestimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
estimasi populasi gastropoda di tambakbayan yogyakarta
 
Laporan lengkap praktikum fokus lensa konvergen
Laporan lengkap praktikum fokus lensa konvergenLaporan lengkap praktikum fokus lensa konvergen
Laporan lengkap praktikum fokus lensa konvergen
 
Bab 7 pengarahan (directing)
Bab 7 pengarahan (directing)Bab 7 pengarahan (directing)
Bab 7 pengarahan (directing)
 
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
Analisis kesadahan air dan pengendapan besi secara gravimetri 131020171434-ph...
 
Rpp sifat koligatif larutan
Rpp sifat koligatif larutanRpp sifat koligatif larutan
Rpp sifat koligatif larutan
 
Bab 6 tipe organisasi
Bab 6 tipe organisasiBab 6 tipe organisasi
Bab 6 tipe organisasi
 
Penuntun praktikum kimia dasar 1
Penuntun praktikum kimia dasar 1Penuntun praktikum kimia dasar 1
Penuntun praktikum kimia dasar 1
 

Similar to Percobaan a 2 sifat koligatif larutan

SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docxSIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
danny110359
 
Sifat Koligatif
Sifat KoligatifSifat Koligatif
Sifat Koligatif
Annis Afifah, S.Pd
 
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Sifat Koligatif Larutan ElektrolitSifat Koligatif Larutan Elektrolit
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
catatantutor
 
LARUTAN+koligatif+(7).pdf
LARUTAN+koligatif+(7).pdfLARUTAN+koligatif+(7).pdf
LARUTAN+koligatif+(7).pdf
ssuser8cafc5
 
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTANSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
elitriana88
 
sifat sifat koligatif larutan
sifat sifat koligatif larutansifat sifat koligatif larutan
sifat sifat koligatif larutanmfebri26
 
sifat sifat koligatif larutan
sifat sifat koligatif larutansifat sifat koligatif larutan
sifat sifat koligatif larutanmfebri26
 
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptxMateri-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
soufamalita1
 
Bab 1 sifat koligatif kelas xii
Bab 1 sifat koligatif kelas xiiBab 1 sifat koligatif kelas xii
Bab 1 sifat koligatif kelas xiiSinta Sry
 
Bab1sifatkoligatifkelasxii 141109045910-conversion-gate01
Bab1sifatkoligatifkelasxii 141109045910-conversion-gate01Bab1sifatkoligatifkelasxii 141109045910-conversion-gate01
Bab1sifatkoligatifkelasxii 141109045910-conversion-gate01sanoptri
 
Bab1 sifat Koligatif larutan | Kimia Kelas XII
Bab1 sifat Koligatif larutan | Kimia Kelas XIIBab1 sifat Koligatif larutan | Kimia Kelas XII
Bab1 sifat Koligatif larutan | Kimia Kelas XII
Bayu Ariantika Irsan
 
Bab 1 sifat koligatif larutan
Bab 1 sifat koligatif larutanBab 1 sifat koligatif larutan
Bab 1 sifat koligatif larutan
wafiqasfari
 
Kelompok 10 koligatif larutan
Kelompok 10 koligatif larutanKelompok 10 koligatif larutan
Kelompok 10 koligatif larutan
sukmaawaty
 
Sifat Koligatif XII.ppt
Sifat Koligatif XII.pptSifat Koligatif XII.ppt
Sifat Koligatif XII.ppt
nana883370
 
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
AyubDovaRiady
 
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1Muhammad Fadhillah
 
Laporan Kimia - Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan Molalitas
Laporan Kimia - Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan MolalitasLaporan Kimia - Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan Molalitas
Laporan Kimia - Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan Molalitas
21 Memento
 

Similar to Percobaan a 2 sifat koligatif larutan (20)

SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docxSIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
SIFAT_KOLIGATIF_LARUTAN.docx
 
Sifat Koligatif
Sifat KoligatifSifat Koligatif
Sifat Koligatif
 
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
Sifat Koligatif Larutan ElektrolitSifat Koligatif Larutan Elektrolit
Sifat Koligatif Larutan Elektrolit
 
LARUTAN+koligatif+(7).pdf
LARUTAN+koligatif+(7).pdfLARUTAN+koligatif+(7).pdf
LARUTAN+koligatif+(7).pdf
 
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTANSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
 
sifat sifat koligatif larutan
sifat sifat koligatif larutansifat sifat koligatif larutan
sifat sifat koligatif larutan
 
sifat sifat koligatif larutan
sifat sifat koligatif larutansifat sifat koligatif larutan
sifat sifat koligatif larutan
 
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptxMateri-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
Materi-Kimia-Kelas-12-Sifat-Koligatif-Larutan-PPT.pptx
 
Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif LarutanSifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan
 
Bab 1 sifat koligatif kelas xii
Bab 1 sifat koligatif kelas xiiBab 1 sifat koligatif kelas xii
Bab 1 sifat koligatif kelas xii
 
Bab1sifatkoligatifkelasxii 141109045910-conversion-gate01
Bab1sifatkoligatifkelasxii 141109045910-conversion-gate01Bab1sifatkoligatifkelasxii 141109045910-conversion-gate01
Bab1sifatkoligatifkelasxii 141109045910-conversion-gate01
 
Bab1 sifa
Bab1 sifaBab1 sifa
Bab1 sifa
 
Bab1 sifat Koligatif larutan | Kimia Kelas XII
Bab1 sifat Koligatif larutan | Kimia Kelas XIIBab1 sifat Koligatif larutan | Kimia Kelas XII
Bab1 sifat Koligatif larutan | Kimia Kelas XII
 
Bab 1 sifat koligatif larutan
Bab 1 sifat koligatif larutanBab 1 sifat koligatif larutan
Bab 1 sifat koligatif larutan
 
Kelompok 10 koligatif larutan
Kelompok 10 koligatif larutanKelompok 10 koligatif larutan
Kelompok 10 koligatif larutan
 
Sifat Koligatif XII.ppt
Sifat Koligatif XII.pptSifat Koligatif XII.ppt
Sifat Koligatif XII.ppt
 
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
Lembar kerja peserta didik sifat koligatif larutan
 
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
Larutan m.irfan fadhillah xi tkj 1
 
Laporan Kimia - Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan Molalitas
Laporan Kimia - Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan MolalitasLaporan Kimia - Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan Molalitas
Laporan Kimia - Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan Molalitas
 
Rangkuman sifat koligatif
Rangkuman sifat koligatifRangkuman sifat koligatif
Rangkuman sifat koligatif
 

More from PT. SASA

Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
PT. SASA
 
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosLaporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
PT. SASA
 
Hasil pengamatan ekoper 3 word
Hasil pengamatan ekoper 3 wordHasil pengamatan ekoper 3 word
Hasil pengamatan ekoper 3 word
PT. SASA
 
Ekosistem sungai
Ekosistem sungaiEkosistem sungai
Ekosistem sungai
PT. SASA
 
Ekosistem danau 1
Ekosistem danau 1Ekosistem danau 1
Ekosistem danau 1
PT. SASA
 
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran bantenPraktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
PT. SASA
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
PT. SASA
 
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungaiLaporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
PT. SASA
 
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropodaLaporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
PT. SASA
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairan
PT. SASA
 
Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1
PT. SASA
 
Ekosistem sungai 1
Ekosistem sungai 1Ekosistem sungai 1
Ekosistem sungai 1
PT. SASA
 
keanekaragaman dan kelimpahan makrobentos
keanekaragaman dan kelimpahan makrobentoskeanekaragaman dan kelimpahan makrobentos
keanekaragaman dan kelimpahan makrobentos
PT. SASA
 
studi makrobentos
studi makrobentosstudi makrobentos
studi makrobentos
PT. SASA
 
kualitas perairan sungai kapuas kota sintang
kualitas perairan sungai kapuas kota sintangkualitas perairan sungai kapuas kota sintang
kualitas perairan sungai kapuas kota sintang
PT. SASA
 
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawan
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawankeanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawan
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawan
PT. SASA
 
Presentasi ekoper gastro n macro
Presentasi ekoper gastro n macroPresentasi ekoper gastro n macro
Presentasi ekoper gastro n macro
PT. SASA
 
Makalah dpi penangkapan ikaan dengan jaring
Makalah dpi penangkapan ikaan dengan jaringMakalah dpi penangkapan ikaan dengan jaring
Makalah dpi penangkapan ikaan dengan jaring
PT. SASA
 
Uu 31 th 2004 tentang perikanan
Uu 31 th 2004 tentang perikananUu 31 th 2004 tentang perikanan
Uu 31 th 2004 tentang perikanan
PT. SASA
 
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
PT. SASA
 

More from PT. SASA (20)

Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
 
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentosLaporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
Laporan estimasi populasi gastropoda dan makrobentos
 
Hasil pengamatan ekoper 3 word
Hasil pengamatan ekoper 3 wordHasil pengamatan ekoper 3 word
Hasil pengamatan ekoper 3 word
 
Ekosistem sungai
Ekosistem sungaiEkosistem sungai
Ekosistem sungai
 
Ekosistem danau 1
Ekosistem danau 1Ekosistem danau 1
Ekosistem danau 1
 
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran bantenPraktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
Praktikum ekosistem perairan mengalir di sungai pasauran banten
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
 
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungaiLaporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
 
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropodaLaporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
Laporan ekologi perairan acara estimasi populasi gastropoda
 
Jurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairanJurnal ekologi perairan
Jurnal ekologi perairan
 
Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1
 
Ekosistem sungai 1
Ekosistem sungai 1Ekosistem sungai 1
Ekosistem sungai 1
 
keanekaragaman dan kelimpahan makrobentos
keanekaragaman dan kelimpahan makrobentoskeanekaragaman dan kelimpahan makrobentos
keanekaragaman dan kelimpahan makrobentos
 
studi makrobentos
studi makrobentosstudi makrobentos
studi makrobentos
 
kualitas perairan sungai kapuas kota sintang
kualitas perairan sungai kapuas kota sintangkualitas perairan sungai kapuas kota sintang
kualitas perairan sungai kapuas kota sintang
 
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawan
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawankeanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawan
keanekaragaman makrozoobentos di muara sungai belawan
 
Presentasi ekoper gastro n macro
Presentasi ekoper gastro n macroPresentasi ekoper gastro n macro
Presentasi ekoper gastro n macro
 
Makalah dpi penangkapan ikaan dengan jaring
Makalah dpi penangkapan ikaan dengan jaringMakalah dpi penangkapan ikaan dengan jaring
Makalah dpi penangkapan ikaan dengan jaring
 
Uu 31 th 2004 tentang perikanan
Uu 31 th 2004 tentang perikananUu 31 th 2004 tentang perikanan
Uu 31 th 2004 tentang perikanan
 
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
EkaPuspita67
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
rusinaharva1
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
GuneriHollyIrda
 
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docxCP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
HUSINKADERI
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptxmateri sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
srihardiyanty17
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.pptPERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN SOSIAL.ppt
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptxALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA  Kelas VII (1).pptx
ALur Tujuan Pembelajaran Materi IPA Kelas VII (1).pptx
 
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptxPenjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
Penjelasan tentang Tahapan Sinkro PMM.pptx
 
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docxCP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptxmateri sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 

Percobaan a 2 sifat koligatif larutan

  • 1. PERCOBAAN III SIFAT KOLIGATIF LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk dapat memahami pengaruh keberadaan suatu zat terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik didih suatu larutan untuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut. II. TINJAUAN PUSTAKA Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat: tekanan uap larutan, titik didih, titik beku dan tekanan osmotik larutan, yaitu sifat-sifat yang bergantung paada konsentrasi (jumlah butiran solute) dalam larutan (Arifin, 1993). Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri, 1999). Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut. Maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu (Sastrohamidjojo, 2001). Suhu dimana fase padat dan fase cair suatu zat dapat berada dalam keadaan seimbang pada tekanan satu atmosfer disebut titik beku cairan, atau titik mencair padatan, atau suhu di mana bentuk padatan dan cairan suatu zat mempunyai tekanan uap sama. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarutnya yang murni. Perbedaan titik beku larutan dan pelarut murninya (ΔTf) disebut depressi titik beku (Arifin, 1993). Tf solven – Tf larutan = ΔTf Depressi titik beku larutan nonelektrolit sebanding lurus terhadap molalitas larutan. ΔTf = Kf . m Kf = konstanta depresi titik beku molal Harga Kf untuk air adalah -1,86 oC kg mol-1 Air murni akan bergerak melaui membran semipermeabel ke dalam larutan gula sampai tercapai kesetimbangn. Air akan bergerak dari larutan gul aynag encer melalui membran semipermeabel ke dalam larutan gula yang lebih pekat. Bila solven bergerak melalui membran semipermeabel dari daerah konsentrasi solut yang lebih tinggi, proses tersebut disebut osmosis. Bila tekanan hidrostatik pada larutan diperbesar di atas tekanan osmotik, mak laju air yang mengalir dari larutan kepad air murni bertambah besar daripada air murni ynag mengalir kedalam larutan. Hasil netto proses demikian adalah memisahkan molekul air dari larutan atau mengakibatkan larutan menjadi lebih pekat (Arifin, 1993). Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu : 1. Tekanan osmotik 2. Penurunan tekanan uap jenuh 3. Penurunan titik didih
  • 2. 4. Penurunan titik beku Sifat –sifat koligatif larutan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih dan tekanan osmotik dari larutan tergantung pada jumlah partikel yang ada dalam larutan. Pada larutan nonelektrolit seperti gula, sifat-sifat koligatif berbanding lurus dengan molalitas larutan menurut hukum Raoult dan Henry. Larutan elektrolit memperlihatkan penurunan titik beku lebih besar, kenaikan titik didih lebih tinggi dan lain-lain. Dalam larutan elektrolit terurai menjadi ion-ion sehingga molalitas pertikel menjadi bertambah. Meskipun jumlah partikel dalam larutan elektrolit bertambah besar, tetapi perubahan sifat-sifat koligatif larutan tidak sebanding dengan perhitunagn jumlah partikel. Hal ini disebabkan terjadinya gaya tarik menaik antarionik. Ion-ion yang bermuatan positif tidak sepenuhnya merupakan satuan- satuan bebas. Setiap ion positif dari larutan akan dikelilingi oleh ion negatif, begitu pula sebaliknya (Arifin, 1993). Pada suatu suhu, tekanan uap suatu komponen dari suatu larutan ideal adalah sama dengan hasil kali fraksi mol komponen tersebut dalam larutan dengan tekanan uap pada keadaan murninya pada suhu yang sama (disebut hukum Raoult). PA = xA . Po A PA = tekanan uap kompenen A di atas larutan atau tekanan parsial komponen A di dalam campuran uap dalam keadaan seimbang dengan larutan. XA = fraksi mol komponen A dari larutan. Po A = tekanan uap komponen A murni pada suhu yang sama. Larutan ideal adalah larutan dimana molekul solute dan solven dalam larutan mengalami gaya-gaya yang tidak berbeda dari gaya-gaya yang bekerja pada molekul dalam keadaan murninya komponen. Artinya tidak ada perubahan volume total dan efek panas bila komponen-komponen dicampur. Larutan ideal berkelakukan menuruti hukum Raoult pada seluruh rentang konsentrasi, suhu dan tekanan. Hanya sedikit sekali dijumpai larutan ideal. Tetapi bila komponen-komponen tidak berbeda besar polaritas dan tidak ada interaksi kimia, atau bila konsentrasi solute cukup rendah, kelakuan larutan mendekati sekali kelakuan larutan ideal. Pada titik didih larutan encer, titik didih larutan solute nonvolatil selalu lebih tinggi daripada pelarut murni. Perbedaan suhu mendidih (ΔTb) disebut elevasi titik didih. Tb larutan – Tb solven = ΔTb Dalalm larutan encer elevasi titik didih berbanding lurus dengan molalitas larutan. ΔTb = Kb . m Kb = konstanta elevasi titik didih molal Kb air = 0,513 oC mol-1 kg Suatu larutan dalam air yang berisi 1 mol solut nonvolatil dan non elektrolit dalam 100 g air akan mendidih pada suhu 100,513 oC pada tekanan satu atmosfer. Tekanan uap suatu larutan tergantung pada konsentrasi larutan. Penguapan dari suatu larutan dengan demikian tergantung konsentrasi larutan dan tekanan parsial uap air dalam udara (kelembaban udara) (Arifin, 1993). Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat pelarut murni berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik didih, titik beku, tekanan uap berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan ini tergantung pada jumlah partikel- partikel pelarut yang terdapat di dalam larutan. Makin berat larutan, makin rendah titik beku, makin tinggi titik didih. Perubahan hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi (Petrucci,1985).
  • 3. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan oleh kebersamaan jumlah partikel dan bukan ukurannya. Zat terlarut mempengaruhi sifat larutan dan besar pengaruh itu bergantung pada jumlah partikel. Sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari zat terlarut, yaitu dengan menggunakan rumus : m = Jumlah mol zat terlarut Kg pelarut Penurunan titik beku dari suatu larutan, Tf berbanding lurus dengan konsentrasi molal (m) dari suatu larutan. Setiap pelarut mempunyai konstanta tertentu yang spesifik. Konstanta ini disebut tetapan krioskopik atau tetapan penurunan titik beku (Kf), sehingga didapatkan rumus : Tf = Kf . M Tf = Kf . Jumlah mol zat terlarut Kg pelarut Untuk menentukan massa molar (BM) dari suatu zat terlarut, jumlah mol harus diubah menjadi gram zat terlarut / BM. Sehingga : Tf = Kf. g zat terlarut / BM Kg pelarut BM = Kf . g zat terlarut Tf. Kg pelarut Besarnya penurunan tiitk beku larutan begantung pada konsentrasi zat terlarut. Semakin berat larutan, maka semakin rendah titk bekunya dan perubahannya hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi. Penurunan titik beku juga bergantung pada jumlah pertikel zat terlarut dalam larutan. Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC) Air Benzena Fenol Naftalena Asam asetat Kamfer Nitrobenzena 0 5,4 39 80 16,5 180 5,6 1,86 5,1 7,3 7 3,82 40 6,9 Dalam penurunan titik beku berlaku ketentuan sebagai berikut : a. Suatu pelarut jika ditambahkan zat terlarut, maka titik bekunya akan turun. b. Besarnya penurunan titik beku sebanding dengan konsentrasi molal (m). c. ∆Tf ( penurunan titik beku) = titik beku pelarut murni – titik beku larutan). d. Kf merupakan tetapan penurunan titik beku molal dan didefinisikan sebagai penurunan titik beku jika konsentrasi larutan satu molal, Sehingga berlaku persamaan : ∆Tf = m. Kf ∆Tf = K f ∆Tf = Kf
  • 4. dengan : ∆Tf = penurunan titik beku m = konsentrasi molal Kf = Tetapan penurunan titik beku molal gr = massa zat terlarut p = massa zat pelarut Mr = Mr zat terlarut Penurunan titik beku, ΔTf . bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut murni terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik beku larutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik beku ΔTf = (titik beku pelarut – titik bekularutan) = Kf . m dimana m ialah molaritas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal, penurunan titik beku larutan 1 molal setiap non elektrolit yang tersebut di dalam pelarut itu ialah Kf yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu. Nilai numerik Kf adalah khas pelarut itu masing-masing (Syukri, 1999). III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas beker besar (500 atau 1000 ml), pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik, termometer. B. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sikloheksana, larutan contoh, es batu. IV. PROSEDUR KERJA I. Penentuan Titik Beku Pelarut 1) Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan menggunakan kain atau kertas tisu. 2) Tabung reaksi dal keadaan kosong ditimbang dan dicatat beratnya menggunakan neraca analitik. 3) Tabung reaksi diisi dengan 20 ml sikloheksana. Kemudian tabung reaksi berisi sikloheksana ditimbang. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan sumbat. 4) Gelas beker diisi dengan es batu, hingga ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi dibandingkan tinggi larutan dalm tabung reaksi. 5) Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi sikloheksana. 6) Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker. Suhu awal larutan sebelum tabung reaksi dimasukkan dicatat. 7) Sikloheksana di dalam tabung diaduk secara perlahan dengan menggunakan pengaduk gelas. 8) Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicata suhu setiap 10 detik. 9) Pengamatan dilakukan selama 8 menit.
  • 5. II. Penentuan Titik Beku Larutan Contoh 1) Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan menggunakan kain atau kertas tisu. 2) Tabung reaksi dal keadaan kosong ditimbang dan dicatat beratnya menggunakan neraca analitik. 3) Tabung reaksi diisi dengan 20 ml larutan contoh. Kemudian tabung reaksi berisi larutan contoh ditimbang. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan sumbat. 4) Gelas beker diisi dengan es batu, hingga ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi dibandingkan tinggi larutan dalm tabung reaksi. 5) Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan contoh. 6) Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker. Suhu awal larutan sebelum tabung reaksi dimasukkan dicatat. 7) Larutan contoh di dalam tabung diaduk secara perlahan dengan menggunakan pengaduk gelas. 8) Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicata suhu setiap 10 detik. 9) Pengamatan dilakukan selama 8 menit. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Perhitungan 1. Hasil a. Penentuan Titik BekuPelarut No. Percobaan Pengamatan 1. Dikeringkan semua peralatan gelas. 2. Ditimbang dan dicatat berat tabung reaksi kosong dengan menggunakan neraca analitik. m = 69,67 gram 3. Diisi tabung reaksi dengan 20 mL sikloheksana. 4. Ditimbang berat tabung reaksi yang berisi sikloheksana. m =84,84 gram 5. Diisi gelas beker besar dengan es batu, hingga ketinggian es batu lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi larutan.
  • 6. 6. Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam tabung reaksi. 7. Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam tabung reaksi. 8. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. 9. Dicatat suhu awal larutan. T0 = 30o C 10. Diaduk perlahan sikloheksana dalam tabung dengan pengaduk gelas. Diamati perubahan suhu tiap 10 detik selama 8 menit Hasil pengamatan pada tabel berikut. ·Tabel hasil pengamatan penentuan titik beku pelarut murni t (detik) T (°C) t (detik) T (°C) t (detik) T (°C) t (detik) T (°C) 0 30 120 9 240 6 360 6 10 23 130 9 250 6 370 6 20 22 140 8 260 6 380 6 30 20 150 8 270 6 390 6 40 18 160 7 280 6 400 6 50 17 170 7 290 6 410 6 60 15 180 7 300 6 420 6 70 14 190 6,5 310 6 430 6 80 14 200 6,5 320 6 440 6 90 12 210 6,5 330 6 450 5,5 100 11 220 6,5 340 6 460 5,5 110 10 230 6 350 6 470 5,5 b. Penentuan Titik BekuLarutan Contoh No. Percobaan Pengamatan 1. Dikeringkan semua peralatan gelas. 2. Ditimbang dan dicatat berat tabung reaksi kosong dengan menggunakan neraca analitik. m = 69,67 gram 3. Diisi tabung reaksi dengan 20 mL sikloheksana. 4. Ditimbang berat tabung reaksi yang berisi sikloheksana. m =85,24 gram 5. Diisi gelas beker besar dengan es batu, hingga ketinggian es batu lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi larutan. 6. Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam tabung reaksi.
  • 7. 7. Dimasukkan termometer dan pengaduk gelas ke dalam tabung reaksi. 8. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. 9. Dicatat suhu awal larutan. T0 = 29o C 10. Diaduk perlahan sikloheksana dalam tabung dengan pengaduk gelas. Diamati perubahan suhu tiap 10 detik selama 8 menit Hasil pengamatan pada tabel berikut. ·Tabel hasil pengamatan penentuan titik beku larutan contoh t (detik) T (°C) t (detik) T (°C) t (detik) T (°C) t (detik) T (°C) 0 29 120 7,5 240 1,5 360 -0,5 10 26 130 6,5 250 1 370 -0,5 20 23 140 5,5 260 1 380 -0,5 30 21 150 5 270 1 390 -0,5 40 18 160 5 280 0,5 400 -1 50 17 170 4 290 0,5 410 -1 60 15 180 3,5 300 0 420 -1 70 13 190 3 310 0 430 -1 80 12 200 3 320 0 440 -1 90 10,5 210 2,5 330 0 450 -1 100 10 220 2 340 0 460 -1 110 9 230 2 350 -0,5 470 -1 2. Perhitungan I. Penentuan Titik Beku Pelarut 1. Dibuat plot temperatur pengamatan untuk setiap titik waktu pengamatan dalam sebuah grafik suhu (T°C) terhadap waktu (t detik). 2. Grafik yang diperoleh akan menunjukkan penurunan suhu yang relatiftajam pada menit awal pengamatan (garis curam), diikuti penurunan suhu yang relatif kecil (garis landai). 3. Ditarik garis regresi linear untuk garis curam dari garis regresi linear untuk garis landai. 4. Perpotongan antara kedua garis linear tersebut merupakan titik beku dari sampel yang diamati.
  • 8. 5. Menentukan Tf pelarut (sikloheksana) dari persamaan : y = -0,0769x + 21,769 y = 0,0014x + 6,4374 maka : = 6. Menentukan Tf larutan (Sikloheksana + larutan contoh) dari persamaan : y = -0,1023x + 22,858 y = -0,0105x + 3,6162 maka : = 7. Menentukan ΔTf Massa solute = massa larutan contoh – massa pelarut = 15,57 gr – 15,17 gr
  • 9. = 0,40 gr. Massa pelarut = 15,17 gr – 0,1517 kg ΔTf = Tf pelarut – Tf larutan = 22,603 – 17,614 = 4,989 oC 8. Menentukan massa relatif zat terlarut dalam larutan contoh Diketahui : ΔTf = 4,989 oC Kf = 20 Massa pelarut = 15,17 gr = 0,1517 kg. Ditanya : Mr Sikloheksana = ………….? Jawab : Jadi nilai Mr adalah 10,53 gr/mol B. Pembahasan Pada praktikum kali ini kita dapat mengukur titik beku pelarut dan larutan serta menentukan massa molar suatu zat. Suatu larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi es batu. Suhu awal larutan dicatat, dan kemudian dicatat suhu larutan setiap 10 detik selama 8 menit. Selama pengamatan, larutan selalu diaduk agar tidak membeku. Dalam proses pengadukan sikloheksana dan larutan contoh, agar cepat mengalami perubahan penurunan suhu, larutan harus terus-menerus diaduk di dalam gelas piala yang berisi es batu selama menit 6-8 menit sehingga menjadi beku dan terbentuk kristal-kristal kecil seperti salju yang terdapat pada larutan dan tabung reaksinya. Setiap larutan pada tekanan tertentu akan berada dalam keadaan setimbang dan suhu itulah yang dinamakan sebagai titik beku. Begitu pula pada larutan sikloheksana dan larutan contoh pada praktikum kali ini. 1) Menentukan Titik Beku Pelarut Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut. Sikloheksana akan mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi molalnya. Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik
  • 10. bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya. Dari percoban di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari grafik, yaitu dengan membuat grafik dari hasil percobaan sehingga kita dapatkan grafik yang dihasilkan akan memperlihatkan penurunan suhu yang curam pada beberapa detik diawal percobaan (1-60 detik pertama) dan perubahan suhu yang relatif kecil pada sisa waktu percobaan (penurunan suhu yang landai). Untuk mendapatkan titik beku pelarut atau larutan, tarik garis pada daerah curam (garis pertama) dan landai(garis kedua) sehingga garis tersebut membagi titik suhu dengan jarak yang sama. Perpotongan antara kedua garis tersebut merupakan titik beku pelarut/larutan. 2) Menentukan Titik Beku Larutan Contoh Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut. Sikloheksana akan mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi molalnya. Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya. Dari seluruh data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya penambahan jumlah zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya. Perbedaan ini terjadi karena suhu pendinginan yang tidak konstan, karena seharusnya menggunakan termostat. Juga karena es yang digunakan dalam praktikum sudah mencair sehingga data yang diperolehpun kurang tepat dan hal ini akan menyebabkan hasil yang diperoleh akan tidak mendekati nilai sebenarnya. Dalam grafik, dapat dilihat bahwa sikloheksana memiliki titik beku lebih tinggi daripada larutan contoh. Dari percobaan kali ini, kita dapat menentukan nilai massaa molekul relatif hasil percobaan, yaitu dengan memasukkan nilai-nilai yang telah diketahui seperti massa pelarut (15,17 g) dan massa terlarut (15,57 g), Tf (4oC), dan Kf (20o C/m) ke dalam rumus berikut : ΔTf = Sehingga dalam percobaan kali ini didapatkan nilai massa molekul relatif sebesar 10,53 . VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah : 1. Penurunan titik beku bergantung pada konsentrasi zat terlarut. 2. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan hanya oleh kebersamaan (jumlah partikel) dan bukan oleh ukurannya. Sifat koligatif tergantung pada konsentrasi zat terlarut. 3. Dalam menentukan titik beku pelarut dan larutan, melalui percobaan dapat dicari dengan cara melihat titik perpotongan dalam waktu 1-60 detik pada grafik dan didapatkan titik beku pelarut (sikloheksana) sebesar 20,603 oC dan titik beku pelarut (larutan contoh) adalah 17,614 oC.
  • 11. 4. Didapat ∆Tf adalah 4,989 oC yang didapat dari selisih antara titik beku sikloheksana dengan titik beku larutan contoh. 5. Didapat nilai Mr berdasarkan rumus adalah 10,53 . 6. Besar massa molekul suatu senyawa larutan bergantung pada titik beku pelarut dan titik beku zat terlarut. DAFTAR PUSTAKA Arifin, 1993. Diktat Kuliah:Kimia Dasar I (Kimia Anorganik). Banjarbaru. Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar dan Prinsip Dasar Modern. Erlangga: Jakarta. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. UGM. Universitas Press: Yogyakarta. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. ITB: Bandung.
  • 12. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penurunan titik beku larutan sangat berhubungan erat dalam kehidupan disekitar kita. sebagai contoh air murni membeku pada suhu 0°C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau gula didalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 0°C. Sebagai contoh larutan garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6°C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku - 16°C. Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan karena hal ini bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen glikol sebagai agen “antibeku” yang dipakai di radiator mobil sehingga air ini tidak beku saat dipakai dimusim dingin. beberapa ikan didaerah artik mampu melepaskan sejumlah senyawa untuk menghindari darahnya beku, atau dengan menggunakan teknik penurunan titik beku kita dapat menentukan massa molar atau menentukan derajat disosiasi suatu zat. Sehingga dengan praktikum kali ini, diharapkan praktikan dapat menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut dan BM zat non volatil. 1.2.Rumusan Masalah 1.2.1. bagaimana cara menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut? 1.2.1. bagaimana menentukan BM zat non volatil? BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MSDS
  • 13. 2.1.1 Asam Cuka Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebutasam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 °C (102 °F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%- 16%) (Anonym, 2011). 2.1.2 Naphtalen Naphtalen merupakan senyawa dengan formula C10H8, yang berbentuk kristal, berwarna putih, berbau tajam, titik lebur 80 C, titik didih 218 C, tidak larut dalam air dan larut dalam benzena, eter dan alkohol. Naphtalena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang memiliki dua cincin benzena yang terfusi. Naphtalena dihasilkan secara penyulingan bertingkat fase batu bara. Naphtalena digunakan dalam pembuatan hidrokarbon lain seperti naftol, dekalin dan tetralin. Naftalena adalah salah satu komponen yang termasuk benzena aromatic hidrokarbon, tetapi tidak termasuk polisiklik. Naftalena memiliki kemiripan sifat yang memungkinkannya menjadi aditif bensin untuk meningkatkan angka oktan. Sifat-sifat tersebut antara lain: sifat pembakaran yang baik, mudah menguap sehingga tidak meninggalkan getah padat pada bagian-bagian mesin. Penggunaan Naftalena sebagai aditif memang belum terkenal karena masih dalam tahap penelitian. Sampai saat ini memang belum diketahui akibat buruk penggunaan naftalena terhadap lingkungan dan kesehatan, namun ia relatif aman untuk digunakan (Anonim,2011). 2.1.3. Natrium Klorida Memiliki berat molekul 58,44, berbentuk padatan putih dengan struktur bongkahan Kristal. Titik lelehnya 800,6oC dan titik didihnya 1,413oC. tmenyublim pada 2,165 grain. Biasa digunakan untuk diet, sebagai bahan sumber elektrolit pada tanaman dan pada tubuh manusia,
  • 14. pencegahan penyakit gondok, bumbu masakan dan digunakan pula pada proses industri (Anonim, 2011). 2.1.4. Aquades Aquades memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa namun dalam lapisan tebal air berwarna biru. Pada tekanan 1 atm, air mencair dari bentuk es pada 0oC dan mendidih pada 100oC. air, es dan uap air berada dalam kesetimbangan pada 0,0098oC dengan tekanan 4,58 mmHg. Bila tekanan dinaikkan sebanyak 135 atm, titik cair menjadi - 1oC(Anonim, 2011). 2.2. Materi Titik beku larutan dapat didefinisikan sebagai temperatur pada saat suatu larutan setimbang dengan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari pelarutnya. Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah dari pada pelarut murni. Alat yang biasa digunakan untuk menetukan penurunan titik beku( ΔTf) adalah alat dari Beckman. Alat ini terdiri dari 2 tabung yang berfungsi untuk mencegah pendinginan yang terlalu cepat. Tabung A dikelilingi oleh tabung C, tabung C kemudian dimasukkan dalam campuran pendingin yang temperaturnya 50C lebih rendah dari titik beku pelarutnya. Seberat tertentu pelarut dimasukkan ke dalam A dan temperatur diturunkan 0,50C di bawah titik bekunya. Cairan diaduk hingga terjadi pembekuan dan temperatur yang terbaca dicatat. Tabung A diambil dan dipanaskan hingga zat padat mencair kemudian ditambah zat yang ditentukan BM nya melalui B, hingga terlarut sempurna. Sekarang titikbeku ditentukan lagi seperti di atas dan ΔTf nya dicari (Sukardjo, 1989: 174-175). Penurunan titik beku larutan dapat dihitung menggunakan persamaan: ΔTf = kf m Dimana ΔTf = penurunan titk beku kf = tetapan penurunan titik beku molal atau tetapan krioskopik m = kemolalan
  • 15. dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1). Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu larutan encer berbanding lurus dengan konsentrasi massa 2). Larutan encer semua zat terlarut yang tidak mengion, dalam pelarut yang sama, dengan konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik didih atau titik beku yang sama, pada tekanan yang sama (Achmad, 1996:40). Jika ke dalam zat pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap(non volatil), maka tenaga bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini mengikuti persamaan Nernst. G0 1 – G0 x = R T ln x Dimana G0 1 – G0 x merupakan penurunan tenaga bebas pelarut, R= tetapan gas umum, T= suhu mutlak, x = fraksi mol pelarut dalam larutan. Penurunan tenaga bebas ini akan menurunkan hasrat zat pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya, sehingga tekanan uap pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang sama dalam keadaan murni (Tim penyusun, 2011:1). Pada prakteknya, percobaan penentuan penurunan titik beku lebih mudah dilaksanakan daripada percobaan untuk penentuan kenaikan titik didih. Selain peralatan yang digunakan lebih sederhana, nilai penurunan titik beku biasanya lebih besar sehingga pengukurannya lebih mudah dan tepat( Bird, 1993: 190). Pengaruh penurunan tekanan uap terhadap titik beku larutan dapat dengan mudah dipahami dengan bantuan diagram fase. Diagram fase suatu zat memperlihatkan daerah-daerah tekanan dan temperatur dimana berbagai fase bersifat stabil secara termodinamis. Batas-batas fase memperlihatkan nilai-nilai p dan T dimana dua fase berada dalam kesetimbangan (Atkins,1994:145).
  • 16. BAB III Metodologi Percobaan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Asam cuka glasial Asam cuka + naftalen Asam cuka + naftalen + it) Suhu ( °C) Waktu (menit) Suhu ( °C) Waktu (menit) Su 21 0 22 0 19 1 16 1 19 2 11 2 18 3 10 3 16 4 8 4 14 5 7 5 12 6 7 6 9 7 6 7 9 8 6 8
  • 17. 9 9 6 9 4.2. Pembahasan Praktikum penentuan titik beku larutan ini memakai alat yang telah disusun sederhana. Wadah terluar (tabung E) diisi dengan pecahan es dan penambahan garam. Penambahan garam dilakukan untuk menurunkan titik beku es. Hal ini didasarkan pada teori Nernst, yang menyatakan bahwa suatu pelarut jika dimasukkan dalam zat lain yang tidak mudah menguap (non volatil), maka tenaga bebas pelarut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini dinyatakan dalam persamaan Nernst : G°1 – G°x = RT ln x Bagaimana data yang dihasilkan (Tf, Kf, BM) sesuai dengan literatur apa tidak? Tabung D diisi dengan air fungsinya untuk mempermudah penempatan tabung B pada tabung D dan mempercepat proses penurunan titik beku larutan. Selain itu, air merupakan larutan yang baik dalam proses kesetimbangan suhu dengan lingkungannya (tabung E). Hal ini telah dibuktikan ketika proses penentuan titik beku larutan asam cuka glasial selesai, air tersebut membeku menjadi fase padat (es). Naftalen yang dicampurkan pada zat pelarut (asam asetat) memiliki fungsi sebagai zat terlarut yang akan diuji titik bekunya. Titik beku larutan yang didapat setelah ditambahkan naftalen mengalami penurunan, dari semula suhu 9°C menjadi 6°C. Hal tersebut sudah pasti terjadi karena titik beku larutan selalu lebih rendah daripada titik beku pelarut, hal tersebut sudah sesuai dengan diagram fasa yang sudah tertera pada literatur. Data yang dihasilkan dari praktikum ini yang berupa T0 f, K f , BM yakni T0 f ( titik beku pelarut) sebesar 90C. Nilai titik beku pelarut yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatur.
  • 18. Menurut literatur titik beku asam asetat sebesar 16,60C. Kesalahan ini kemungkinan disebabkan karena suhu es yang terlalu rendah sehingga membuat titik beku semakin menurun/ semakin rendah. Kemudian harga Kf yang diperoleh sebesar 3,99 gr/ mol 0C, sedangkan harga BM zat X yang diperoleh sebesar 128,2 gr/ mol. Zat X yang digunakan disini adalah garam. Pada kenyatannya garam memiliki BM sebesar 58,5 gr/mol. Tentu saja hasil yang didapat sangat berbeda jauh dengan kenyataan yang ada. Kesalahan ini dapat terjadi kemungkinan dikarenakan kesalahan yang dilakukan praktikan pada saat pengukuran suhu yang kurang teliti. Sehingga hasil yang didapat yakni berat molekul menjadi tidak sesuai dengan literatur. Berdasarkan grafik yang didapat pada percobaan ini, semakin lama waktunya maka suhunya akan semakin turun. Dan pada titik tertentu akan stabil dan menunjukkan besarnya titik beku zatnya. Misalnya pada asam asetat akan stabil pada suhu 90C, sedangkan setelah ditambah naftalen akan stabil pada suhu 60C, kemudian setelah ditambah zat x akan stabil pada suhu 60C. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2011. www.wikipedia.com/asam-cuka. tanggal akses, 18 april 2011. Anonim, 2011. www.wikipedia.com/naftalen. tanggal akses, 18 april 2011. Anonim, 2011. www.wikipedia.com/natrium-klorida. tanggal akses, 18 april 2011. Anonim, 2011. www.wikipedia.com/aquades. tanggal akses, 18 april 2011. Sukardjo, 1989. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga. Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Fisika. Jogjakarta : UGM Press. Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia. Atkins, PW. 1994. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
  • 19. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah dapat memahami pengaruh keberadaan suatu zat terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik didih suatu larutan unntuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut. II. TINJAUAN PUSTAKA Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri, 1999). Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu (Sastrohamidjojo, 2001). Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA = XA . PA o. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut (Syukri, 1999). Selisih antara titik beku dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku. ΔTf = titik beku pelarut – titik beku larutan Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat pelarut murni berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik didih, titik beku, tekanan uap berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan ini tergantung pada jumlah partikel- partikel pelarut yang terdapat di dalam larutan. Makin berat larutan, makin rendah titik beku, makin tinggi titik didih. Perubahan hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi. Karena
  • 20. fraksi molar zat pelarut x merupakan fungsi linier fraksi zat terlarut X1 maka X + X1 = 1, sehingga ΔTf dapat dinyatakan sebagai fungsi X1, yaitu : Dimana : ΔTf = besarnya penurunan titik beku. M. R T. 2 Kf = 1000 ΔTf Apabila melarutkan 1 mol zat terlarut ke dalam 1000 gr air, titik beku turun sebesar 1,86 oC. Apabila 2 mol zat terlarut di dalam 100 gram air. Titik beku air turun 2 x 1,86 oC. penurunan titik ini tidak bergantung pada jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan. Tiap pelarut mempunyai tetapan penurunan titik beku molal (Kf) yang tertentu : Untuk m mol zat terlarut ditambhakan ke dalam 1000 gram zat terlarut, maka larutan mempunyai fraksi molar zat terlarut sebesar : m X1 = 1000/(M + m) R (To)2 . X1 RTf = ΔTf
  • 21. dimana : M = BM Zat terlarut Untuk larutan yang sangat encer m ≈ 0, maka : X1 = Sehingga penurunan titik beku larutan R (To)2 Mm ΔTf = ΔHf 1000 Apabila didistribusikan nilai : Mo R To Kf = 1000 ΔHf
  • 22. Ke dalam persamaan di atas maka didapatkan : ; W1 / M1 X1 = W1 / M1+ W/m 1000 X1 m = M dimana : W1 = berat zat terlarut M1 = BM zat terlarut W2 = berat pelarut M2 = MB Pelarut ΔTf = Kf . m Mm X1 = 1000
  • 23. W1 . M X1 = W . M1 Untuk larutan encer, maka W1/M1 <<< W/M dapat dijabarkan terhadap W/M, sehingga : 1000 . Kf . W1 ΔTf = M1 W 1000 Kf x W1 M1 = ΔTf W Tetapan titik beku molal (Kf) Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
  • 24. Air Benzena Fenol Naftalena Asam asetat Kamfer Nitrobenzena 0 5,4 39 80 16,5 180 5,6 1,86 5,1 7,3 7 3,82 40 6,9 Penurunan titik beku, ΔTf . bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut murni terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik bekularutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik beku ΔTf = (titik beku pelarut – titik bekularutan) = Kf . m dimana m ialah molaritas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal, penurunan titik beku larutan 1 molal setiap non elektrolit yang tersebut di dalam pelarut itu ialah Kf yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu. Nilai numerik Kfadalah khas pelarut itu masing-masing (Anonim, 2003). III. ALAT DAN BAHAN A. Alat Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas beker besar (500 atau 1000 mL), pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik, termometer. B. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sikloheksana, larutan contoh: es batu IV. PROSEDUR KERJA I. Penentuan Titk Beku Pelarut
  • 25. a. Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan dengan menggunakan kain atau tisu. b. Tabung reaksi dalam keadaan kosong ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dicatat beratnya. c. Tabung reaksi diisi dengan 20 mL sikloheksana. Tabung reaksi yang telah berisi sikloheksana ditimbang kembali beratnya.Ditutup tabung reaksi dengan menggunakan sumbat. d. Diisi gelas beker besar dengan es batu, ingat ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi dibandingkan tinggi larutan dalam tabung reaksi. e. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. Dicatat suhu awal larutan sebelum tabung reaksi dimasukkan. f. Diaduk perlahan sikloheksana dalam tabung dengan menggunakan pengaduk gelas. g. Diamati perubahan suhu yang terjadi dan dicatat suhu setiap 10 detik h. Dilakukan pengamatam selama 8 menit. II. Penentuan Titik Beku Larutan Contoh Dilakukan prosedur yang sama dengan penentuan titik beku pelaruthanya isi tabung reaksi diganti dengan larutan conoth yang telah disediakan. Susunan alat percobaan termometer pengaduk
  • 26. Es batu Larutan contoh V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Perhitungan 1. Hasil a. Menentukan Titik Beku Pelarut (sikloheksana) No Langkah Percobaan Hasil Pen 1 2 3 4 5 Ditimbang tabung reaksi kosong. Diambil 20 ml larutan sikloheksana, dimasukkan dalam tabung dan ditimbang (menggunakan gelas piala 200 ml untuk membantu penimbangan). Dicatat suhu awal larutan sikloheksana. Diletakkan tabung reaksi berisi larutan sikloheksana ke dalam gelas kimia besar yang berisi es batu dan diaduk serta dicatat perubahan suhu larutan setiap 10 detik selama 68,94 gr Tabung reaksi + larutan T1 = 300C Titik beku larutan 60 be kristal.
  • 27. 8 menit. Menentukan titik beku larutan sikloheksana serta bentuk dan warna larutan. b. Menentukan Titik Beku Larutan Contoh No Langkah Percobaan Hasil Peng 1 2 3 4 5 Ditimbang tabung reaksi besar. Diambil 20 ml larutan contoh, dimasukkan dalam tabung dan ditimbang (menggunakan gelas piala 200 ml untuk membantu penimbangan). Dicatat suhu awal larutan contoh. Diletakkan tabung reaksi berisi larutan contoh ke dalam gelas kimia besar yang berisi es batu dan diaduk serta dicatat perubahan suhu larutan setiap 10 detik selama 8 menit. Menentukan titik beku larutan contoh serta bentuk dan warna larutan. 69,04 Tabung reaksi + larutan T1 = 310C Titik beku larutan -10C b kristal dan berwarna ben Tabel Hasil Pengamatan Larutan Sikloheksana t(detik) T(oC) t(detik) T(oC) t(detik) T(oC) t(detik) T(o 0 30 130 9 250 6 370 6 10 26 140 9 260 6 380 6 20 19 150 9 270 6 390 6
  • 28. 30 18 160 8 280 6 400 6 40 18 170 8 290 6 410 6 50 18 180 7 300 6 420 6 60 15 190 7 310 6 430 6 70 14 200 7 320 6 440 6 80 12 210 6 330 6 450 6 90 11 220 6 340 6 460 6 100 11 230 6 350 6 470 6 120 11 240 6 360 6 480 6 Tabel Hasil Pengamatan Larutan Contoh t(detik) T(oC) t(detik) T(oC) t(detik) T(oC) t(detik) T(o 0 31 130 7 250 3 370 1 10 30 140 6 260 3 380 0 20 29 150 5 270 2 390 0 30 26 160 5 280 2 400 0 40 23 170 4 290 2 410 0
  • 29. 50 20 180 4 300 2 420 0 60 17 190 4 310 1 430 0 70 15 200 4 320 1 440 0 80 13 210 3 330 1 450 0 90 11 220 3 340 1 460 -1 100 9 230 3 350 1 470 -1 120 8 240 3 360 1 480 -1 2. Perhitungan Tf sikloheksana y = -0,1374x + 24,763 y = -0,0062x + 8,3208 -0,0062x + 8,3208 = -0,1374x + 24,763 -0,0062x + 0,1374x = 24,763 – 8,3208 0,1312x = 16,4422 x = 125,32 y = -0,1374 x 125,32 + 24,763 = -17,218 + 24,763 = 7,54 (Tf sikloheksana) Tf larutan contoh y = -0,1874x + 30,284 y = -0,0173x + 7,0856
  • 30. -0,0173x + 7,0856 = -0,1874x + 30,284 -0,0173x + 0,1874x = 30,284 – 7,0856 0,1701x = 23,1984 x = 136,38 y = -0,1874 x 136,38 + 30,284 = -25,557 + 30,284 = 4,72(Tf larutan contoh ) I. Diketahui : Tf sikloheksana = 7,540C Tf larutan contoh = 4,720C. Ditanya : ΔTf = ………… ? Jawab : ΔTf = Tf sikloheksana - Tf larutan contoh = 7,54 – 4,72 = 2,82 0C II. Diketahui : msolute = 15,30 gr msolvent = 15,61 gr ΔTf = 2,82 0C Kf = 3,9 Ditanya : Mr = ….? Jawab : ∆Tf = m x Kf ΔTf = m larutan contoh Mr larutan sikloheksana 2,82 = 15,30 X 20 15,61
  • 31. Mr 2,82 x 15,61 = 306 Mr 44,02 Mr = 306 Mr = 6,95 gram/mol Jadi, massa molekul relatif larutan contoh adalah 6,95 gram/mol V. PEMBAHASAN 1. Menentukan Titik Beku Pelarut Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut.Sikloheksana akan mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi molalnya. Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya. Dari percoban di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari grafik, yaitu dengan membuat grafik dari hasil percobaan sehingga kita dapatkan grafik yang dihasilkan akan memperlihatkan penurunan suhu yang curam pada beberapa detik diawal percobaan (1-60 detik pertama) dan perubahan suhu yang relatif kecil pada sisa waktu percobaan (penurunan suhu yang landai). Untuk mendapatkan titik beku pelarut atau larutan, tarik garis pada daerah curam (garis pertama) dan landai(garis kedua) sehingga garis tersebut membagi titik suhu dengan jarak yang sama. Perpotongan antara kedua garis tersebut merupakan titik beku pelarut/larutan. Sedangkan pada larutan contoh perubahan suhunya juga tidak konstan pada awal-awal pertama dan pada detik pengukuran terakhir pada pada suhu -1ºC. jadi dapat kita simpulkan bahwa perubahan yang terjadi pada penentuan titik beku pelarut dengan penentuan titik beku larutan contoh perubahan suhunya relatif tidak tetap dan penurunannya juga berjalan dengan tidak konstan. Dari grafik diketahui bahwa ΔTf dari larutan sikloheksana dan larutan contoh adalah2,82ºC sedangkan Mr/BM dari larutan contoh adalah 6,95 gram/mol. 2. Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
  • 32. Dengan menggunakan percoban penurunan titik beku, digunakan larutan sikloheksana dan larutan contoh sebagai bahan untuk percoban. Dari percobaan tersebut, maka didapat berat larutan sikloheksana dan berat larutan contoh. Dari seluruh data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya penambahan jumlah zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya. Perbedaan ini terjadi karena suhu pendinginan yang tidak konstan, karena seharusnya menggunakan termostat. Juga karena es yang digunakan dalam praktikum sudah mencair sehingga data yang diperolehpun kurang tepat dan hal ini akan menyebabkan hasil yang diperoleh akan tidak mendekati nilai sebenarnya. VI. KESIMPULAN Dari seluruh percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1. Penurunan titik beku bergantung pada konsentrasi zat terlarut. 2. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan hanya oleh kebersamaan (jumlah partikel) dan bukan oleh ukurannya. Sifat koligatif tergantung pada konsentrasi zat terlarut. 3. Dalam menentukan titik beku pelarut dan larutan, melalui percobaan dapat dicari dengan cara melihat titik perpotongan dalam waktu 1-60 detik pada grafik dan didapatkan titik beku pelarut (sikloheksana) sebesar 7,540C dan titik beku pelarut (larutan contoh) adalah 4,72. 4. Didapat ∆Tf adalah 2,820C yang didapat dari selisih antara titik beku sikloheksana dengan titik beku larutan contoh. 5. Besar berat molekul suatu senyawa bergantung pada titik beku larutan dan titik beku pelarut. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. UGM, Yogyakarta Baroroh, Umi L U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. UGM, Yogyakarta.
  • 33. Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB, Bandung.