Doc ini dibuat oleh Riksa Rizki Zetta Adeli dan tim.
Di dalamnya, terdapat hal-hal berikut.
- Tujuan Praktikum Penurunan Titik Beku
- Dasar Teori
- Alat Bahan
- Cara Kerja
- Hasil Pengamatan
- Ilustrasi Percobaan
- Pembahasan
- Kesimpulan dan Saran
diolah dari berbagai sumber. Semoga dapat bermanfaat.
http://facebook.com/rrza28
http://twiter.com/risarizi
http://noonecanfly.blogspot.com
Doc ini dibuat oleh Riksa Rizki Zetta Adeli dan tim.
Di dalamnya, terdapat hal-hal berikut.
- Tujuan Praktikum Penurunan Titik Beku
- Dasar Teori
- Alat Bahan
- Cara Kerja
- Hasil Pengamatan
- Ilustrasi Percobaan
- Pembahasan
- Kesimpulan dan Saran
diolah dari berbagai sumber. Semoga dapat bermanfaat.
http://facebook.com/rrza28
http://twiter.com/risarizi
http://noonecanfly.blogspot.com
Laporan Resmi dari Praktikum IPA 1 bertopik Nabitor (Natural Acid Base Indicator)
Laporan ini laporan lengkap mulai dari judul hingga daftar pustaka
semoga laporan ini bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik
Laporan Resmi dari Praktikum IPA 1 bertopik Nabitor (Natural Acid Base Indicator)
Laporan ini laporan lengkap mulai dari judul hingga daftar pustaka
semoga laporan ini bermanfaat dan dimanfaatkan dengan baik
Laporan Kimia - Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan Molalitas21 Memento
views
Doc ini dibuat oleh Riksa Rizki Zetta Adeli dan tim.
Di dalamnya, terdapat hal-hal berikut.
- Rumusan Masalah Hubungan Titik Beku dengan Jumlah Partikel dan Molalitas
- Tujuan Percobaan
- Dasar Teori
- Alat Bahan
- Cara Kerja
- Hasil Pengamatan
- Pembahasan
- Kesimpulan dan Saran
diolah dari berbagai sumber. Semoga dapat bermanfaat.
http://facebook.com/rrza28
http://twiter.com/risarizi
http://noonecanfly.blogspot.com
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Percobaan a 2 sifat koligatif larutan
1. PERCOBAAN III
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk dapat memahami pengaruh keberadaan
suatu zat terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik didih suatu
larutan untuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sifat koligatif larutan adalah sifat-sifat: tekanan uap larutan, titik didih, titik beku dan
tekanan osmotik larutan, yaitu sifat-sifat yang bergantung paada konsentrasi (jumlah butiran
solute) dalam larutan (Arifin, 1993).
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri, 1999). Sifat
koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan
elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya
karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya
tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut. Maka sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan
merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan.
Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu
dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu
(Sastrohamidjojo, 2001).
Suhu dimana fase padat dan fase cair suatu zat dapat berada dalam keadaan seimbang
pada tekanan satu atmosfer disebut titik beku cairan, atau titik mencair padatan, atau suhu di
mana bentuk padatan dan cairan suatu zat mempunyai tekanan uap sama. Titik beku larutan
lebih rendah daripada titik beku pelarutnya yang murni. Perbedaan titik beku larutan dan
pelarut murninya (ΔTf) disebut depressi titik beku (Arifin, 1993).
Tf solven – Tf larutan = ΔTf
Depressi titik beku larutan nonelektrolit sebanding lurus terhadap molalitas larutan.
ΔTf = Kf . m
Kf = konstanta depresi titik beku molal
Harga Kf untuk air adalah -1,86 oC kg mol-1
Air murni akan bergerak melaui membran semipermeabel ke dalam larutan gula sampai
tercapai kesetimbangn. Air akan bergerak dari larutan gul aynag encer melalui membran
semipermeabel ke dalam larutan gula yang lebih pekat. Bila solven bergerak melalui
membran semipermeabel dari daerah konsentrasi solut yang lebih tinggi, proses tersebut
disebut osmosis. Bila tekanan hidrostatik pada larutan diperbesar di atas tekanan osmotik,
mak laju air yang mengalir dari larutan kepad air murni bertambah besar daripada air murni
ynag mengalir kedalam larutan. Hasil netto proses demikian adalah memisahkan molekul air
dari larutan atau mengakibatkan larutan menjadi lebih pekat (Arifin, 1993).
Ada empat sifat koligatif larutan, yaitu :
1. Tekanan osmotik
2. Penurunan tekanan uap jenuh
3. Penurunan titik didih
2. 4. Penurunan titik beku
Sifat –sifat koligatif larutan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titik didih dan
tekanan osmotik dari larutan tergantung pada jumlah partikel yang ada dalam larutan. Pada
larutan nonelektrolit seperti gula, sifat-sifat koligatif berbanding lurus dengan molalitas
larutan menurut hukum Raoult dan Henry. Larutan elektrolit memperlihatkan penurunan titik
beku lebih besar, kenaikan titik didih lebih tinggi dan lain-lain. Dalam larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ion sehingga molalitas pertikel menjadi bertambah. Meskipun jumlah
partikel dalam larutan elektrolit bertambah besar, tetapi perubahan sifat-sifat koligatif larutan
tidak sebanding dengan perhitunagn jumlah partikel. Hal ini disebabkan terjadinya gaya tarik
menaik antarionik. Ion-ion yang bermuatan positif tidak sepenuhnya merupakan satuan-
satuan bebas. Setiap ion positif dari larutan akan dikelilingi oleh ion negatif, begitu pula
sebaliknya (Arifin, 1993).
Pada suatu suhu, tekanan uap suatu komponen dari suatu larutan ideal adalah sama
dengan hasil kali fraksi mol komponen tersebut dalam larutan dengan tekanan uap pada
keadaan murninya pada suhu yang sama (disebut hukum Raoult).
PA = xA . Po
A
PA = tekanan uap kompenen A di atas larutan atau tekanan parsial komponen A di
dalam campuran uap dalam keadaan seimbang dengan larutan.
XA = fraksi mol komponen A dari larutan.
Po
A = tekanan uap komponen A murni pada suhu yang sama.
Larutan ideal adalah larutan dimana molekul solute dan solven dalam larutan mengalami
gaya-gaya yang tidak berbeda dari gaya-gaya yang bekerja pada molekul dalam keadaan
murninya komponen. Artinya tidak ada perubahan volume total dan efek panas bila
komponen-komponen dicampur. Larutan ideal berkelakukan menuruti hukum Raoult pada
seluruh rentang konsentrasi, suhu dan tekanan. Hanya sedikit sekali dijumpai larutan ideal.
Tetapi bila komponen-komponen tidak berbeda besar polaritas dan tidak ada interaksi kimia,
atau bila konsentrasi solute cukup rendah, kelakuan larutan mendekati sekali kelakuan larutan
ideal.
Pada titik didih larutan encer, titik didih larutan solute nonvolatil selalu lebih tinggi
daripada pelarut murni. Perbedaan suhu mendidih (ΔTb) disebut elevasi titik didih.
Tb larutan – Tb solven = ΔTb
Dalalm larutan encer elevasi titik didih berbanding lurus dengan molalitas larutan.
ΔTb = Kb . m
Kb = konstanta elevasi titik didih molal
Kb air = 0,513 oC mol-1 kg
Suatu larutan dalam air yang berisi 1 mol solut nonvolatil dan non elektrolit dalam 100 g
air akan mendidih pada suhu 100,513 oC pada tekanan satu atmosfer.
Tekanan uap suatu larutan tergantung pada konsentrasi larutan. Penguapan dari suatu
larutan dengan demikian tergantung konsentrasi larutan dan tekanan parsial uap air dalam
udara (kelembaban udara) (Arifin, 1993).
Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat pelarut murni
berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik didih, titik beku, tekanan
uap berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan ini tergantung pada jumlah partikel-
partikel pelarut yang terdapat di dalam larutan. Makin berat larutan, makin rendah titik beku,
makin tinggi titik didih. Perubahan hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi
(Petrucci,1985).
3. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan oleh kebersamaan jumlah partikel dan bukan
ukurannya. Zat terlarut mempengaruhi sifat larutan dan besar pengaruh itu bergantung pada
jumlah partikel. Sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul dari
zat terlarut, yaitu dengan menggunakan rumus :
m =
Jumlah mol zat terlarut
Kg pelarut
Penurunan titik beku dari suatu larutan, Tf berbanding lurus dengan konsentrasi molal
(m) dari suatu larutan. Setiap pelarut mempunyai konstanta tertentu yang spesifik. Konstanta
ini disebut tetapan krioskopik atau tetapan penurunan titik beku (Kf), sehingga didapatkan
rumus :
Tf = Kf . M
Tf = Kf .
Jumlah mol zat terlarut
Kg pelarut
Untuk menentukan massa molar (BM) dari suatu zat terlarut, jumlah mol harus diubah
menjadi gram zat terlarut / BM. Sehingga :
Tf = Kf.
g zat terlarut / BM
Kg pelarut
BM = Kf .
g zat terlarut
Tf. Kg pelarut
Besarnya penurunan tiitk beku larutan begantung pada konsentrasi zat terlarut. Semakin
berat larutan, maka semakin rendah titk bekunya dan perubahannya hampir sebanding dengan
perubahan konsentrasi. Penurunan titik beku juga bergantung pada jumlah pertikel zat terlarut
dalam larutan.
Pelarut Titik beku (oC) Kf (oC)
Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9
Dalam penurunan titik beku berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. Suatu pelarut jika ditambahkan zat terlarut, maka titik bekunya akan turun.
b. Besarnya penurunan titik beku sebanding dengan konsentrasi molal (m).
c. ∆Tf ( penurunan titik beku) = titik beku pelarut murni – titik beku larutan).
d. Kf merupakan tetapan penurunan titik beku molal dan didefinisikan sebagai penurunan
titik beku jika konsentrasi larutan satu molal,
Sehingga berlaku persamaan :
∆Tf = m. Kf
∆Tf = K f
∆Tf = Kf
4. dengan : ∆Tf = penurunan titik beku
m = konsentrasi molal
Kf = Tetapan penurunan titik beku molal
gr = massa zat terlarut
p = massa zat pelarut
Mr = Mr zat terlarut
Penurunan titik beku, ΔTf . bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut murni
terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana
kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik beku larutan. Titik
beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya
molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik beku
ΔTf = (titik beku pelarut – titik bekularutan) = Kf . m dimana m ialah molaritas larutan.
Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal, penurunan titik beku larutan 1 molal
setiap non elektrolit yang tersebut di dalam pelarut itu ialah Kf yang karena itu dinamakan
tetapan titik beku molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu. Nilai numerik Kf adalah
khas pelarut itu masing-masing (Syukri, 1999).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas beker
besar (500 atau 1000 ml), pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik, termometer.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sikloheksana, larutan contoh, es
batu.
IV. PROSEDUR KERJA
I. Penentuan Titik Beku Pelarut
1) Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan menggunakan kain atau kertas
tisu.
2) Tabung reaksi dal keadaan kosong ditimbang dan dicatat beratnya menggunakan neraca
analitik.
3) Tabung reaksi diisi dengan 20 ml sikloheksana. Kemudian tabung reaksi berisi
sikloheksana ditimbang. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan sumbat.
4) Gelas beker diisi dengan es batu, hingga ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi
dibandingkan tinggi larutan dalm tabung reaksi.
5) Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi sikloheksana.
6) Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker. Suhu awal larutan sebelum tabung reaksi
dimasukkan dicatat.
7) Sikloheksana di dalam tabung diaduk secara perlahan dengan menggunakan pengaduk
gelas.
8) Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicata suhu setiap 10 detik.
9) Pengamatan dilakukan selama 8 menit.
5. II. Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
1) Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan menggunakan kain atau kertas
tisu.
2) Tabung reaksi dal keadaan kosong ditimbang dan dicatat beratnya menggunakan neraca
analitik.
3) Tabung reaksi diisi dengan 20 ml larutan contoh. Kemudian tabung reaksi berisi larutan
contoh ditimbang. Tabung reaksi ditutup dengan menggunakan sumbat.
4) Gelas beker diisi dengan es batu, hingga ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi
dibandingkan tinggi larutan dalm tabung reaksi.
5) Termometer dan pengaduk gelas dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi larutan contoh.
6) Tabung reaksi dimasukkan ke dalam gelas beker. Suhu awal larutan sebelum tabung reaksi
dimasukkan dicatat.
7) Larutan contoh di dalam tabung diaduk secara perlahan dengan menggunakan pengaduk
gelas.
8) Perubahan suhu yang terjadi diamati dan dicata suhu setiap 10 detik.
9) Pengamatan dilakukan selama 8 menit.
V. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil dan
Perhitungan
1. Hasil
a. Penentuan Titik BekuPelarut
No. Percobaan Pengamatan
1. Dikeringkan semua peralatan gelas.
2. Ditimbang dan dicatat berat tabung reaksi
kosong dengan menggunakan neraca
analitik.
m = 69,67 gram
3. Diisi tabung reaksi dengan 20 mL
sikloheksana.
4. Ditimbang berat tabung reaksi yang berisi
sikloheksana.
m =84,84 gram
5. Diisi gelas beker besar dengan es batu,
hingga ketinggian es batu lebih tinggi
dibandingkan dengan tinggi larutan.
6. 6. Dimasukkan termometer dan pengaduk
gelas ke dalam tabung reaksi.
7. Dimasukkan termometer dan pengaduk
gelas ke dalam tabung reaksi.
8. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas
beker.
9. Dicatat suhu awal larutan. T0 = 30o C
10. Diaduk perlahan sikloheksana dalam
tabung dengan pengaduk gelas.
Diamati perubahan suhu tiap 10 detik
selama 8 menit
Hasil
pengamatan
pada tabel
berikut.
·Tabel hasil pengamatan penentuan titik beku pelarut murni
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T (°C)
0 30 120 9 240 6 360 6
10 23 130 9 250 6 370 6
20 22 140 8 260 6 380 6
30 20 150 8 270 6 390 6
40 18 160 7 280 6 400 6
50 17 170 7 290 6 410 6
60 15 180 7 300 6 420 6
70 14 190 6,5 310 6 430 6
80 14 200 6,5 320 6 440 6
90 12 210 6,5 330 6 450 5,5
100 11 220 6,5 340 6 460 5,5
110 10 230 6 350 6 470 5,5
b. Penentuan Titik BekuLarutan Contoh
No. Percobaan Pengamatan
1. Dikeringkan semua peralatan gelas.
2. Ditimbang dan dicatat berat tabung reaksi
kosong dengan menggunakan neraca
analitik.
m = 69,67 gram
3. Diisi tabung reaksi dengan 20 mL
sikloheksana.
4. Ditimbang berat tabung reaksi yang berisi
sikloheksana.
m =85,24 gram
5. Diisi gelas beker besar dengan es batu,
hingga ketinggian es batu lebih tinggi
dibandingkan dengan tinggi larutan.
6. Dimasukkan termometer dan pengaduk
gelas ke dalam tabung reaksi.
7. 7. Dimasukkan termometer dan pengaduk
gelas ke dalam tabung reaksi.
8. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas
beker.
9. Dicatat suhu awal larutan. T0 = 29o C
10. Diaduk perlahan sikloheksana dalam
tabung dengan pengaduk gelas.
Diamati perubahan suhu tiap 10 detik
selama 8 menit
Hasil
pengamatan
pada tabel
berikut.
·Tabel hasil pengamatan penentuan titik beku larutan contoh
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T
(°C)
t
(detik)
T (°C)
0 29 120 7,5 240 1,5 360 -0,5
10 26 130 6,5 250 1 370 -0,5
20 23 140 5,5 260 1 380 -0,5
30 21 150 5 270 1 390 -0,5
40 18 160 5 280 0,5 400 -1
50 17 170 4 290 0,5 410 -1
60 15 180 3,5 300 0 420 -1
70 13 190 3 310 0 430 -1
80 12 200 3 320 0 440 -1
90 10,5 210 2,5 330 0 450 -1
100 10 220 2 340 0 460 -1
110 9 230 2 350 -0,5 470 -1
2. Perhitungan
I. Penentuan Titik Beku Pelarut
1. Dibuat plot temperatur pengamatan untuk setiap titik waktu pengamatan dalam sebuah
grafik suhu (T°C) terhadap waktu (t detik).
2. Grafik yang diperoleh akan menunjukkan penurunan suhu yang relatiftajam pada menit awal
pengamatan (garis curam), diikuti penurunan suhu yang relatif kecil (garis landai).
3. Ditarik garis regresi linear untuk garis curam dari garis regresi linear untuk garis landai.
4. Perpotongan antara kedua garis linear tersebut merupakan titik beku dari sampel yang
diamati.
8. 5. Menentukan Tf pelarut (sikloheksana) dari persamaan :
y = -0,0769x + 21,769
y = 0,0014x + 6,4374
maka : =
6. Menentukan Tf larutan (Sikloheksana + larutan contoh) dari persamaan :
y = -0,1023x + 22,858
y = -0,0105x + 3,6162
maka : =
7. Menentukan ΔTf
Massa solute = massa larutan contoh – massa pelarut
= 15,57 gr – 15,17 gr
9. = 0,40 gr.
Massa pelarut = 15,17 gr – 0,1517 kg
ΔTf = Tf pelarut – Tf larutan
= 22,603 – 17,614
= 4,989 oC
8. Menentukan massa relatif zat terlarut dalam larutan contoh
Diketahui :
ΔTf = 4,989 oC
Kf = 20
Massa pelarut = 15,17 gr = 0,1517 kg.
Ditanya : Mr Sikloheksana = ………….?
Jawab :
Jadi nilai Mr adalah 10,53 gr/mol
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kita dapat mengukur titik beku pelarut dan larutan serta
menentukan massa molar suatu zat. Suatu larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker yang berisi es batu. Suhu awal larutan dicatat,
dan kemudian dicatat suhu larutan setiap 10 detik selama 8 menit. Selama pengamatan,
larutan selalu diaduk agar tidak membeku.
Dalam proses pengadukan sikloheksana dan larutan contoh, agar cepat mengalami
perubahan penurunan suhu, larutan harus terus-menerus diaduk di dalam gelas piala yang
berisi es batu selama menit 6-8 menit sehingga menjadi beku dan terbentuk kristal-kristal
kecil seperti salju yang terdapat pada larutan dan tabung reaksinya.
Setiap larutan pada tekanan tertentu akan berada dalam keadaan setimbang dan suhu
itulah yang dinamakan sebagai titik beku. Begitu pula pada larutan sikloheksana dan larutan
contoh pada praktikum kali ini.
1) Menentukan Titik Beku Pelarut
Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut. Sikloheksana akan
mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi molalnya.
Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat
pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik
10. bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya juga bertambah
sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya.
Dari percoban di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari grafik,
yaitu dengan membuat grafik dari hasil percobaan sehingga kita dapatkan grafik yang
dihasilkan akan memperlihatkan penurunan suhu yang curam pada beberapa detik diawal
percobaan (1-60 detik pertama) dan perubahan suhu yang relatif kecil pada sisa waktu
percobaan (penurunan suhu yang landai). Untuk mendapatkan titik beku pelarut atau larutan,
tarik garis pada daerah curam (garis pertama) dan landai(garis kedua) sehingga garis tersebut
membagi titik suhu dengan jarak yang sama. Perpotongan antara kedua garis tersebut
merupakan titik beku pelarut/larutan.
2) Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut. Sikloheksana akan
mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi molalnya.
Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut dan zat
pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka penurunan titik
bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya juga bertambah
sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya.
Dari seluruh data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya
penambahan jumlah zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya. Perbedaan ini
terjadi karena suhu pendinginan yang tidak konstan, karena seharusnya menggunakan
termostat. Juga karena es yang digunakan dalam praktikum sudah mencair sehingga data
yang diperolehpun kurang tepat dan hal ini akan menyebabkan hasil yang diperoleh akan
tidak mendekati nilai sebenarnya.
Dalam grafik, dapat dilihat bahwa sikloheksana memiliki titik beku lebih tinggi
daripada larutan contoh. Dari percobaan kali ini, kita dapat menentukan nilai massaa molekul
relatif hasil percobaan, yaitu dengan memasukkan nilai-nilai yang telah diketahui seperti
massa pelarut (15,17 g) dan massa terlarut (15,57 g), Tf (4oC), dan Kf (20o C/m) ke dalam
rumus berikut :
ΔTf =
Sehingga dalam percobaan kali ini didapatkan nilai massa molekul relatif sebesar
10,53 .
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah :
1. Penurunan titik beku bergantung pada konsentrasi zat terlarut.
2. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan hanya oleh kebersamaan (jumlah partikel) dan
bukan oleh ukurannya. Sifat koligatif tergantung pada konsentrasi zat terlarut.
3. Dalam menentukan titik beku pelarut dan larutan, melalui percobaan dapat dicari dengan
cara melihat titik perpotongan dalam waktu 1-60 detik pada grafik dan didapatkan titik beku
pelarut (sikloheksana) sebesar 20,603 oC dan titik beku pelarut (larutan contoh) adalah
17,614 oC.
11. 4. Didapat ∆Tf adalah 4,989 oC yang didapat dari selisih antara titik beku sikloheksana dengan
titik beku larutan contoh.
5. Didapat nilai Mr berdasarkan rumus adalah 10,53 .
6. Besar massa molekul suatu senyawa larutan bergantung pada titik beku pelarut dan titik
beku zat terlarut.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, 1993. Diktat Kuliah:Kimia Dasar I (Kimia Anorganik). Banjarbaru.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar dan Prinsip Dasar Modern. Erlangga: Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. UGM. Universitas Press: Yogyakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. ITB: Bandung.
12. BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Penurunan titik beku larutan sangat berhubungan erat dalam kehidupan disekitar kita. sebagai
contoh air murni membeku pada suhu 0°C akan tetapi jika kita melarutkan contoh sirup atau
gula didalamnya maka titik bekunya akan menjadi dibawah 0°C. Sebagai contoh larutan
garam 10% NaCl akan memiliki titik beku -6°C dan 20% NaCl akan memiliki titik beku -
16°C. Fenomena penurunan titik beku larutan sangat menarik perhatian para ilmuwan karena
hal ini bersinggungan langsung dengan kehidupan manusia contohnya, penggunaan etilen
glikol sebagai agen “antibeku” yang dipakai di radiator mobil sehingga air ini tidak beku saat
dipakai dimusim dingin. beberapa ikan didaerah artik mampu melepaskan sejumlah senyawa
untuk menghindari darahnya beku, atau dengan menggunakan teknik penurunan titik beku
kita dapat menentukan massa molar atau menentukan derajat disosiasi suatu zat. Sehingga
dengan praktikum kali ini, diharapkan praktikan dapat menentukan tetapan penurunan titik
beku molal pelarut dan BM zat non volatil.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. bagaimana cara menentukan tetapan penurunan titik beku molal pelarut?
1.2.1. bagaimana menentukan BM zat non volatil?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MSDS
13. 2.1.1 Asam Cuka
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris
C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Asam asetat murni (disebutasam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan
memiliki titik beku 16.7°C. Ia menjadi mudah terbakar jika suhu ruang melebihi 39 °C (102
°F), dan dapat membentuk campuran yang mudah meledak di udara (ambang ledakan: 5.4%-
16%) (Anonym, 2011).
2.1.2 Naphtalen
Naphtalen merupakan senyawa dengan formula C10H8, yang berbentuk kristal, berwarna
putih, berbau tajam, titik lebur 80 C, titik didih 218 C, tidak larut dalam air dan larut dalam
benzena, eter dan alkohol. Naphtalena merupakan senyawa hidrokarbon aromatik yang
memiliki dua cincin benzena yang terfusi. Naphtalena dihasilkan secara penyulingan
bertingkat fase batu bara. Naphtalena digunakan dalam pembuatan hidrokarbon lain seperti
naftol, dekalin dan tetralin. Naftalena adalah salah satu komponen yang termasuk benzena
aromatic hidrokarbon, tetapi tidak termasuk polisiklik. Naftalena memiliki kemiripan sifat
yang memungkinkannya menjadi aditif bensin untuk meningkatkan angka oktan. Sifat-sifat
tersebut antara lain: sifat pembakaran yang baik, mudah menguap sehingga tidak
meninggalkan getah padat pada bagian-bagian mesin. Penggunaan Naftalena sebagai aditif
memang belum terkenal karena masih dalam tahap penelitian. Sampai saat ini memang belum
diketahui akibat buruk penggunaan naftalena terhadap lingkungan dan kesehatan, namun ia
relatif aman untuk digunakan (Anonim,2011).
2.1.3. Natrium Klorida
Memiliki berat molekul 58,44, berbentuk padatan putih dengan struktur bongkahan Kristal.
Titik lelehnya 800,6oC dan titik didihnya 1,413oC. tmenyublim pada 2,165 grain. Biasa
digunakan untuk diet, sebagai bahan sumber elektrolit pada tanaman dan pada tubuh manusia,
14. pencegahan penyakit gondok, bumbu masakan dan digunakan pula pada proses industri
(Anonim, 2011).
2.1.4. Aquades
Aquades memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa namun dalam
lapisan tebal air berwarna biru. Pada tekanan 1 atm, air mencair dari bentuk es pada 0oC dan
mendidih pada 100oC. air, es dan uap air berada dalam kesetimbangan pada 0,0098oC dengan
tekanan 4,58 mmHg. Bila tekanan dinaikkan sebanyak 135 atm, titik cair menjadi -
1oC(Anonim, 2011).
2.2. Materi
Titik beku larutan dapat didefinisikan sebagai temperatur pada saat suatu larutan setimbang
dengan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada temperatur lebih rendah dari
pelarutnya. Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah dari pada pelarut murni.
Alat yang biasa digunakan untuk menetukan penurunan titik beku( ΔTf) adalah alat dari
Beckman. Alat ini terdiri dari 2 tabung yang berfungsi untuk mencegah pendinginan yang
terlalu cepat. Tabung A dikelilingi oleh tabung C, tabung C kemudian dimasukkan dalam
campuran pendingin yang temperaturnya 50C lebih rendah dari titik beku pelarutnya. Seberat
tertentu pelarut dimasukkan ke dalam A dan temperatur diturunkan 0,50C di bawah titik
bekunya. Cairan diaduk hingga terjadi pembekuan dan temperatur yang terbaca dicatat.
Tabung A diambil dan dipanaskan hingga zat padat mencair kemudian ditambah zat yang
ditentukan BM nya melalui B, hingga terlarut sempurna. Sekarang titikbeku ditentukan lagi
seperti di atas dan ΔTf nya dicari (Sukardjo, 1989: 174-175).
Penurunan titik beku larutan dapat dihitung menggunakan persamaan:
ΔTf = kf m
Dimana ΔTf = penurunan titk beku
kf = tetapan penurunan titik beku molal atau tetapan krioskopik
m = kemolalan
15. dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1). Pada tekanan tetap, kenaikan titik didih dan penurunan titik beku suatu larutan encer
berbanding lurus dengan konsentrasi massa
2). Larutan encer semua zat terlarut yang tidak mengion, dalam pelarut yang sama, dengan
konsentrasi molal yang sama, mempunyai titik didih atau titik beku yang sama, pada tekanan
yang sama (Achmad, 1996:40).
Jika ke dalam zat pelarut dimasukkan zat lain yang tidak mudah menguap(non volatil), maka
tenaga bebas pelarut tersebut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini mengikuti persamaan
Nernst.
G0
1 – G0
x = R T ln x
Dimana G0
1 – G0
x merupakan penurunan tenaga bebas pelarut, R= tetapan gas umum, T=
suhu mutlak, x = fraksi mol pelarut dalam larutan. Penurunan tenaga bebas ini akan
menurunkan hasrat zat pelarut untuk berubah menjadi fase uapnya, sehingga tekanan uap
pelarut dalam larutan akan lebih rendah bila dibandingkan dengan tekanan uap pelarut yang
sama dalam keadaan murni (Tim penyusun, 2011:1).
Pada prakteknya, percobaan penentuan penurunan titik beku lebih mudah dilaksanakan
daripada percobaan untuk penentuan kenaikan titik didih. Selain peralatan yang digunakan
lebih sederhana, nilai penurunan titik beku biasanya lebih besar sehingga pengukurannya
lebih mudah dan tepat( Bird, 1993: 190).
Pengaruh penurunan tekanan uap terhadap titik beku larutan dapat dengan mudah dipahami
dengan bantuan diagram fase. Diagram fase suatu zat memperlihatkan daerah-daerah tekanan
dan temperatur dimana berbagai fase bersifat stabil secara termodinamis. Batas-batas fase
memperlihatkan nilai-nilai p dan T dimana dua fase berada dalam kesetimbangan
(Atkins,1994:145).
16. BAB III Metodologi Percobaan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Asam cuka glasial Asam cuka + naftalen Asam cuka + naftalen +
it) Suhu ( °C) Waktu (menit) Suhu ( °C) Waktu (menit) Su
21 0 22 0
19 1 16 1
19 2 11 2
18 3 10 3
16 4 8 4
14 5 7 5
12 6 7 6
9 7 6 7
9 8 6 8
17. 9 9 6 9
4.2. Pembahasan
Praktikum penentuan titik beku larutan ini memakai alat yang telah disusun sederhana.
Wadah terluar (tabung E) diisi dengan pecahan es dan penambahan garam. Penambahan
garam dilakukan untuk menurunkan titik beku es. Hal ini didasarkan pada teori Nernst, yang
menyatakan bahwa suatu pelarut jika dimasukkan dalam zat lain yang tidak mudah menguap
(non volatil), maka tenaga bebas pelarut akan turun. Penurunan tenaga bebas ini dinyatakan
dalam persamaan Nernst :
G°1 – G°x = RT ln x
Bagaimana data yang dihasilkan (Tf, Kf, BM) sesuai dengan literatur apa tidak?
Tabung D diisi dengan air fungsinya untuk mempermudah penempatan tabung B pada tabung
D dan mempercepat proses penurunan titik beku larutan. Selain itu, air merupakan larutan
yang baik dalam proses kesetimbangan suhu dengan lingkungannya (tabung E). Hal ini telah
dibuktikan ketika proses penentuan titik beku larutan asam cuka glasial selesai, air tersebut
membeku menjadi fase padat (es).
Naftalen yang dicampurkan pada zat pelarut (asam asetat) memiliki fungsi sebagai zat terlarut
yang akan diuji titik bekunya. Titik beku larutan yang didapat setelah ditambahkan naftalen
mengalami penurunan, dari semula suhu 9°C menjadi 6°C. Hal tersebut sudah pasti terjadi
karena titik beku larutan selalu lebih rendah daripada titik beku pelarut, hal tersebut sudah
sesuai dengan diagram fasa yang sudah tertera pada literatur.
Data yang dihasilkan dari praktikum ini yang berupa T0
f, K f , BM yakni T0
f ( titik beku
pelarut) sebesar 90C. Nilai titik beku pelarut yang dihasilkan tidak sesuai dengan literatur.
18. Menurut literatur titik beku asam asetat sebesar 16,60C. Kesalahan ini kemungkinan
disebabkan karena suhu es yang terlalu rendah sehingga membuat titik beku semakin
menurun/ semakin rendah. Kemudian harga Kf yang diperoleh sebesar 3,99 gr/ mol 0C,
sedangkan harga BM zat X yang diperoleh sebesar 128,2 gr/ mol. Zat X yang digunakan
disini adalah garam. Pada kenyatannya garam memiliki BM sebesar 58,5 gr/mol. Tentu saja
hasil yang didapat sangat berbeda jauh dengan kenyataan yang ada. Kesalahan ini dapat
terjadi kemungkinan dikarenakan kesalahan yang dilakukan praktikan pada saat pengukuran
suhu yang kurang teliti. Sehingga hasil yang didapat yakni berat molekul menjadi tidak sesuai
dengan literatur.
Berdasarkan grafik yang didapat pada percobaan ini, semakin lama waktunya maka suhunya
akan semakin turun. Dan pada titik tertentu akan stabil dan menunjukkan besarnya titik beku
zatnya. Misalnya pada asam asetat akan stabil pada suhu 90C, sedangkan setelah ditambah
naftalen akan stabil pada suhu 60C, kemudian setelah ditambah zat x akan stabil pada suhu
60C.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. www.wikipedia.com/asam-cuka. tanggal akses, 18 april 2011.
Anonim, 2011. www.wikipedia.com/naftalen. tanggal akses, 18 april 2011.
Anonim, 2011. www.wikipedia.com/natrium-klorida. tanggal akses, 18 april 2011.
Anonim, 2011. www.wikipedia.com/aquades. tanggal akses, 18 april 2011.
Sukardjo, 1989. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Fisika. Jogjakarta : UGM Press.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia.
Atkins, PW. 1994. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
19. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah dapat memahami pengaruh keberadaan suatu zat
terlarut terhadap sifat fisis larutan, dan menggunakan penurunan titik didih suatu larutan
unntuk menentukan massa molekul relatif dari zat terlarut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut
tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan (Syukri, 1999). Sifat
koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan nonelektrolit dan
elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena
terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit jumlahnya tetap
karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat
koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit. Larutan
merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud padatan, maupun cairan.
Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah larutan cair, dimana suatu zat tertentu
dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan yang sesuai hingga konsentrasi tertentu
(Sastrohamidjojo, 2001).
Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam
ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan PA =
XA . PA
o. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan
uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi
mol zat terlarut (Syukri, 1999).
Selisih antara titik beku dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku.
ΔTf = titik beku pelarut – titik beku larutan
Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat pelarut murni
berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik didih, titik beku, tekanan uap
berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan ini tergantung pada jumlah partikel-
partikel pelarut yang terdapat di dalam larutan. Makin berat larutan, makin rendah titik beku,
makin tinggi titik didih. Perubahan hampir sebanding dengan perubahan konsentrasi. Karena
20. fraksi molar zat pelarut x merupakan fungsi linier fraksi zat terlarut X1 maka X + X1 = 1,
sehingga ΔTf dapat dinyatakan sebagai fungsi X1, yaitu :
Dimana : ΔTf = besarnya penurunan titik beku.
M. R T.
2
Kf =
1000 ΔTf
Apabila melarutkan 1 mol zat terlarut ke dalam 1000 gr air, titik beku turun sebesar
1,86 oC. Apabila 2 mol zat terlarut di dalam 100 gram air. Titik beku air turun 2 x
1,86 oC. penurunan titik ini tidak bergantung pada jumlah partikel zat terlarut di dalam
larutan. Tiap pelarut mempunyai tetapan penurunan titik beku molal (Kf) yang tertentu :
Untuk m mol zat terlarut ditambhakan ke dalam 1000 gram zat terlarut, maka larutan
mempunyai fraksi molar zat terlarut sebesar :
m
X1 = 1000/(M + m)
R (To)2 . X1
RTf =
ΔTf
21. dimana :
M = BM Zat terlarut
Untuk larutan yang sangat encer m ≈ 0, maka :
X1 =
Sehingga penurunan titik beku larutan
R (To)2 Mm
ΔTf =
ΔHf 1000
Apabila didistribusikan nilai :
Mo R To
Kf =
1000 ΔHf
22. Ke dalam persamaan di atas maka didapatkan :
;
W1 / M1
X1 =
W1 / M1+ W/m
1000 X1
m =
M
dimana : W1 = berat zat terlarut
M1 = BM zat terlarut
W2 = berat pelarut
M2 = MB Pelarut
ΔTf = Kf . m
Mm
X1 =
1000
23. W1 . M
X1 =
W . M1
Untuk larutan encer, maka W1/M1 <<< W/M dapat dijabarkan terhadap W/M, sehingga :
1000 . Kf . W1
ΔTf =
M1 W
1000 Kf x W1
M1 =
ΔTf W
Tetapan titik beku molal (Kf)
Pelarut
Titik beku (oC) Kf (oC)
24. Air
Benzena
Fenol
Naftalena
Asam asetat
Kamfer
Nitrobenzena
0
5,4
39
80
16,5
180
5,6
1,86
5,1
7,3
7
3,82
40
6,9
Penurunan titik beku, ΔTf . bila kebanyakan larutan encer didinginkan, pelarut murni
terkristalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu dimana
kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik bekularutan. Titik
beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku berbanding lurus dengan banyaknya
molekul zat terlarut (atau molnya) di dalam massa tertentu pelarut, jadi penurunan titik
beku ΔTf = (titik beku pelarut – titik bekularutan) = Kf . m dimana m ialah molaritas
larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi 1 molal, penurunan titik beku larutan
1 molal setiap non elektrolit yang tersebut di dalam pelarut itu ialah Kf yang karena itu
dinamakan tetapan titik beku molal (molal Freezmapoint consatant) pelarut itu. Nilai numerik
Kfadalah khas pelarut itu masing-masing (Anonim, 2003).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi besar, gelas
beker besar (500 atau 1000 mL), pengaduk gelas, gelas ukur, neraca analitik,
termometer.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sikloheksana, larutan
contoh: es batu
IV. PROSEDUR KERJA
I. Penentuan Titk Beku Pelarut
25. a. Semua peralatan gelas yang akan digunakan dikeringkan dengan menggunakan kain
atau tisu.
b. Tabung reaksi dalam keadaan kosong ditimbang dengan menggunakan neraca
analitik dicatat beratnya.
c. Tabung reaksi diisi dengan 20 mL sikloheksana. Tabung reaksi yang telah berisi
sikloheksana ditimbang kembali beratnya.Ditutup tabung reaksi dengan
menggunakan sumbat.
d. Diisi gelas beker besar dengan es batu, ingat ketinggian es batu kira-kira lebih tinggi
dibandingkan tinggi larutan dalam tabung reaksi.
e. Dimasukkan tabung reaksi ke dalam gelas beker. Dicatat suhu awal larutan sebelum
tabung reaksi dimasukkan.
f. Diaduk perlahan sikloheksana dalam tabung dengan menggunakan pengaduk gelas.
g. Diamati perubahan suhu yang terjadi dan dicatat suhu setiap 10 detik
h. Dilakukan pengamatam selama 8 menit.
II. Penentuan Titik Beku Larutan Contoh
Dilakukan prosedur yang sama dengan penentuan titik beku pelaruthanya isi tabung
reaksi diganti dengan larutan conoth yang telah disediakan.
Susunan alat percobaan
termometer pengaduk
26. Es batu
Larutan contoh
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
a. Menentukan Titik Beku Pelarut (sikloheksana)
No Langkah Percobaan Hasil Pen
1
2
3
4
5
Ditimbang tabung reaksi kosong.
Diambil 20 ml larutan sikloheksana, dimasukkan dalam
tabung dan ditimbang (menggunakan gelas piala 200 ml
untuk membantu penimbangan).
Dicatat suhu awal larutan sikloheksana.
Diletakkan tabung reaksi berisi larutan sikloheksana ke
dalam gelas kimia besar yang berisi es batu dan diaduk
serta dicatat perubahan suhu larutan setiap 10 detik selama
68,94 gr
Tabung reaksi + larutan
T1 = 300C
Titik beku larutan 60 be
kristal.
27. 8 menit.
Menentukan titik beku larutan sikloheksana serta bentuk
dan warna larutan.
b. Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
No Langkah Percobaan Hasil Peng
1
2
3
4
5
Ditimbang tabung reaksi besar.
Diambil 20 ml larutan contoh, dimasukkan dalam
tabung dan ditimbang (menggunakan gelas piala 200 ml
untuk membantu penimbangan).
Dicatat suhu awal larutan contoh.
Diletakkan tabung reaksi berisi larutan contoh ke dalam
gelas kimia besar yang berisi es batu dan diaduk serta
dicatat perubahan suhu larutan setiap 10 detik selama 8
menit.
Menentukan titik beku larutan contoh serta bentuk dan
warna larutan.
69,04
Tabung reaksi + larutan
T1 = 310C
Titik beku larutan -10C b
kristal dan berwarna ben
Tabel Hasil Pengamatan Larutan Sikloheksana
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(oC)
t(detik)
T(o
0 30 130 9 250 6 370 6
10 26 140 9 260 6 380 6
20 19 150 9 270 6 390 6
30. -0,0173x + 7,0856 = -0,1874x + 30,284
-0,0173x + 0,1874x = 30,284 – 7,0856
0,1701x = 23,1984
x = 136,38
y = -0,1874 x 136,38 + 30,284
= -25,557 + 30,284
= 4,72(Tf larutan contoh )
I. Diketahui : Tf sikloheksana = 7,540C
Tf larutan contoh = 4,720C.
Ditanya : ΔTf = ………… ?
Jawab : ΔTf = Tf sikloheksana - Tf larutan contoh
= 7,54 – 4,72
= 2,82 0C
II. Diketahui : msolute = 15,30 gr
msolvent = 15,61 gr
ΔTf = 2,82 0C
Kf = 3,9
Ditanya : Mr = ….?
Jawab : ∆Tf = m x Kf
ΔTf = m larutan contoh
Mr larutan sikloheksana
2,82 = 15,30 X 20
15,61
31. Mr
2,82 x 15,61 = 306
Mr
44,02 Mr = 306
Mr = 6,95 gram/mol
Jadi, massa molekul relatif larutan contoh adalah 6,95 gram/mol
V. PEMBAHASAN
1. Menentukan Titik Beku Pelarut
Pada percobaan yang telah dilakukan, sikloheksana sebagai pelarut.Sikloheksana
akan mengalami penurunan titik beku yang besarnya sebanding dengan konsentrasi
molalnya.
Telah diketahui bahwa sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah zat terlarut
dan zat pelarut. Semakin banyak zat terlarut yang dilarutkan dalam zat pelarut, maka
penurunan titik bekunya semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan konsentrasi molalnya
juga bertambah sedangkan perubahan titik bekunya sebanding dengan konsentrasinya.
Dari percoban di atas dapat kita ketahui bahwa dalam mendapatkan titik beku dari
grafik, yaitu dengan membuat grafik dari hasil percobaan sehingga kita dapatkan grafik
yang dihasilkan akan memperlihatkan penurunan suhu yang curam pada beberapa detik
diawal percobaan (1-60 detik pertama) dan perubahan suhu yang relatif kecil pada sisa
waktu percobaan (penurunan suhu yang landai). Untuk mendapatkan titik beku pelarut
atau larutan, tarik garis pada daerah curam (garis pertama) dan landai(garis kedua)
sehingga garis tersebut membagi titik suhu dengan jarak yang sama. Perpotongan antara
kedua garis tersebut merupakan titik beku pelarut/larutan. Sedangkan pada larutan
contoh perubahan suhunya juga tidak konstan pada awal-awal pertama dan pada detik
pengukuran terakhir pada pada suhu -1ºC. jadi dapat kita simpulkan bahwa perubahan
yang terjadi pada penentuan titik beku pelarut dengan penentuan titik beku larutan
contoh perubahan suhunya relatif tidak tetap dan penurunannya juga berjalan dengan
tidak konstan. Dari grafik diketahui bahwa ΔTf dari larutan sikloheksana dan larutan
contoh adalah2,82ºC sedangkan Mr/BM dari larutan contoh adalah 6,95 gram/mol.
2. Menentukan Titik Beku Larutan Contoh
32. Dengan menggunakan percoban penurunan titik beku, digunakan larutan
sikloheksana dan larutan contoh sebagai bahan untuk percoban. Dari percobaan
tersebut, maka didapat berat larutan sikloheksana dan berat larutan contoh. Dari seluruh
data penurunan titik beku larutan di atas, terbukti bahwa setiap adanya penambahan
jumlah zat terlarut akan bertambah juga penurunan titik bekunya. Perbedaan ini terjadi
karena suhu pendinginan yang tidak konstan, karena seharusnya menggunakan
termostat. Juga karena es yang digunakan dalam praktikum sudah mencair sehingga
data yang diperolehpun kurang tepat dan hal ini akan menyebabkan hasil yang
diperoleh akan tidak mendekati nilai sebenarnya.
VI. KESIMPULAN
Dari seluruh percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Penurunan titik beku bergantung pada konsentrasi zat terlarut.
2. Sifat koligatif adalah sifat yang disebabkan hanya oleh kebersamaan (jumlah partikel) dan
bukan oleh ukurannya. Sifat koligatif tergantung pada konsentrasi zat terlarut.
3. Dalam menentukan titik beku pelarut dan larutan, melalui percobaan dapat dicari dengan
cara melihat titik perpotongan dalam waktu 1-60 detik pada grafik dan didapatkan titik
beku pelarut (sikloheksana) sebesar 7,540C dan titik beku pelarut (larutan contoh)
adalah 4,72.
4. Didapat ∆Tf adalah 2,820C yang didapat dari selisih antara titik beku sikloheksana dengan
titik beku larutan contoh.
5. Besar berat molekul suatu senyawa bergantung pada titik beku larutan dan titik beku
pelarut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. UGM, Yogyakarta
Baroroh, Umi L U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. UGM, Yogyakarta.