Laporan ini membahas pembuatan indikator alami asam-basa dari ekstrak kunyit, kayu secang, dan daun Rhoeo discolor untuk mengidentifikasi larutan asam dan basa. Indikator alami dibuat dengan mengekstrak dan merendam kertas saring ke dalam ekstrak tumbuhan, lalu diuji perubahan warnanya terhadap larutan berbeda pH.
Mengetahui sifat-sifat larutan garam yang terhidrolisis
yang terdiri dari dasar teori yang interaktif mudah dipahami, alar, bahan dan langkah kerja. hasil pengamatan berupa Identifikasi sifat, reaksi, serta pengukuran pH larutan.
pembahasan umum dan khusus
1. Uji Molish dan Uji Karbohidrat pada Buah
Setelah dilakukan uji Molish, bahan yang mengandung karbohidrat karena menghasilkan cincin berwarna ungu setelah ditambahkan pereaksi Molish adalah: Glukosa, Fruktosa, Laktosa, Maltosa, Sukrosa, Jambu Biji Matang, Nanas (Mentah, Ranum, dan Matang), Tomat (Mentah, Ranum, dan Matang), Pisang (Mentah, Ranum, dan Matang), dan Belimbing (Mentah, Ranum, dan Matang).
2. Uji Benedict dan Uji Karbohidrat pada Buah
Uji Benedict yang menghasilkan endapan merah bata setelah dipanaskan sehingga termasuk Gula Pereduksi adalah: Glukosa, Fruktosa, Laktosa, Maltosa, dan Sukrosa. Sedangkan pada Buah yang termasuk Gula Pereduksi Tinggi karena menghasilkan Endapan Merah Bata adalah Tomat Matang, Manggis Mentah dan Belimbing (Mentah, Ranum, dan Matang). Gula Pereduksi Sedang karena menghasilkan Endapan Jingga ada pada buah Cabai Matang, Tomat (Matang dan Ranum), Pisang (Matang dan Ranum), Manggis Matang, Nanas (Ranum dan Matang), dan Jambu Biji (Mentah, Ranum, dan Matang). Terakhir Gula Pereduksi Lemah (tidak mereduksi) karena menghasilkan Endapan Kuning yaitu buah Cabai Ranum, dan Pisang Matang.
3. Uji Seliwanoff dan Uji Karbohidrat pada Buah
Adanya Fruktosa ditemukan pada campuran bahan yang menghasilkan perubahan warna menjadi jingga setelah dipanaskan adalah: Fruktosa, Sukrosa, Nanas (Mentah, Ranum, Matang), Jambu biji Mentah, Pisang (Mentah, Ranum, Matang), dan Manggis Ranum.
4. Uji Iodine dan Uji Karbohidrat pada Buah
Polisakarida terkandung pada bahan yang menghasilkan campuran berwarna biru kehitaman setelah dicampur dengan pereaksi Iodine adalah: Amilum, dan Pisang (Mentah, Ranum, Matang).
Mengetahui sifat-sifat larutan garam yang terhidrolisis
yang terdiri dari dasar teori yang interaktif mudah dipahami, alar, bahan dan langkah kerja. hasil pengamatan berupa Identifikasi sifat, reaksi, serta pengukuran pH larutan.
pembahasan umum dan khusus
1. Uji Molish dan Uji Karbohidrat pada Buah
Setelah dilakukan uji Molish, bahan yang mengandung karbohidrat karena menghasilkan cincin berwarna ungu setelah ditambahkan pereaksi Molish adalah: Glukosa, Fruktosa, Laktosa, Maltosa, Sukrosa, Jambu Biji Matang, Nanas (Mentah, Ranum, dan Matang), Tomat (Mentah, Ranum, dan Matang), Pisang (Mentah, Ranum, dan Matang), dan Belimbing (Mentah, Ranum, dan Matang).
2. Uji Benedict dan Uji Karbohidrat pada Buah
Uji Benedict yang menghasilkan endapan merah bata setelah dipanaskan sehingga termasuk Gula Pereduksi adalah: Glukosa, Fruktosa, Laktosa, Maltosa, dan Sukrosa. Sedangkan pada Buah yang termasuk Gula Pereduksi Tinggi karena menghasilkan Endapan Merah Bata adalah Tomat Matang, Manggis Mentah dan Belimbing (Mentah, Ranum, dan Matang). Gula Pereduksi Sedang karena menghasilkan Endapan Jingga ada pada buah Cabai Matang, Tomat (Matang dan Ranum), Pisang (Matang dan Ranum), Manggis Matang, Nanas (Ranum dan Matang), dan Jambu Biji (Mentah, Ranum, dan Matang). Terakhir Gula Pereduksi Lemah (tidak mereduksi) karena menghasilkan Endapan Kuning yaitu buah Cabai Ranum, dan Pisang Matang.
3. Uji Seliwanoff dan Uji Karbohidrat pada Buah
Adanya Fruktosa ditemukan pada campuran bahan yang menghasilkan perubahan warna menjadi jingga setelah dipanaskan adalah: Fruktosa, Sukrosa, Nanas (Mentah, Ranum, Matang), Jambu biji Mentah, Pisang (Mentah, Ranum, Matang), dan Manggis Ranum.
4. Uji Iodine dan Uji Karbohidrat pada Buah
Polisakarida terkandung pada bahan yang menghasilkan campuran berwarna biru kehitaman setelah dicampur dengan pereaksi Iodine adalah: Amilum, dan Pisang (Mentah, Ranum, Matang).
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
1. LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM ILMU PENGETAHUAN ALAM 1
INDIKATOR ALAMI ASAM BASA
Disusun oleh :
Nama : Nur Wiji Astuti
NIM : 17312241064
Kelas : A
Kelompok :
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
2. A. JUDUL
Indikator Alami Asam Basa
B. TUJUAN
1. Membuat kertas indikator alami.
2. Mengidentifikasi berbagai jenis larutan menggunakan indikator alami.
C. DASAR TEORI
Asam didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai ion positif. Sedangkan basa
didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan
pembentukan ion OH- sebagai ion negatif (Hardjono, 2005 : 4).
Asam memiliki sifat spesifik, misalnya memiliki rasa asam, dapat merusak
permukaan logam dan lantai marmer atau disebut korosif. Asam dapat bereaksi dengan
logam dan menghasilkan gas hidrogen, sebagai indikator sederhana terhadap senyawa
asam, dapat dipergunakan kertas lakmus, dimana asam dapat mengubah kertas lakmus
biru menjadi merah. (Kenaan.dkk, 1984 : 12).
Basa merupakan semua zat yang dapat menetralkan asam. Selain itu, basa
memiliki kemampuan untuk melarutkan minyak dan debu, sehingga basa digunakan
untuk berbagai keperluan. Sebagai indikator sederhana senyawa basa dapat
dipergunakan kertas lakmus, dimana basa dapat mengubah kertas lakmus merah
menjadi biru (Windarti, 2008 : 7).
Indikator adalah sesuatu yang digunakan untuk mengindikasikan benda atau zat
masuk ke dalam suatu kategori, dalam hal ini adalah asam atau basa. Sifat-sifat indikator
bergantung kepada sifat benda atau zat yang diuji, dengan kata lain indikator akan
memiliki warna yang berbeda dalam keadaan asam dan basa. Beberapa indikator seperti
Fenolftalein, Methyl orange, Bromtimol biru umum digunakan untuk menentukan
keasaman dalam titrasi asam-basa (Brady, 1999 : 78).
Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna
jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi dari pada suatu harga tertentu dan suatu warna
lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Indikator asam basa dapat berubah warna apabila
pH lingkungan berubah. Apabila dalam suatu titrasi asam maupun basa merupakan
elektrolit kuat, larutan pada titik ekuivalen akan mempunyai pH = 7. Apabila asam
ataupun basa merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis
3. pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH>7. Harga pH yang tepat dapat dihitung
dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan
yang diperoleh. (Sundari, 2016 : 2)
Indikator titrasi asam basa adalah zat-zat warna yang warnanya bergantung pada
pH larutan, atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa dan netral. Sebagai contoh
kertas lakmus merah atau biru, berwarna merah dalam larutan yang pHnya kurang dari
5,5 dan berwarna biru dalam larutan yang pHnya lebih dari 8. Dalam larutan yang
pHnya 5,5 - 8 warna lakmus adalah kombinasi warna merah dan biru. Batas-batas pH
saat indikator mengalami perubahan warna disebut trayek indikator (Marwati, 2010 : 3)
Kertas lakmus terdiri dari kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Kertas
lakmus merah akan menjadi berwarna biru ketika berada pada larutan yang bersifat
basa, dan tatap merah pada larutan yang bersifat asam. Kertas lakmus biru akan menjadi
berwarna merah ketika berada pada larutan yang bersifat asam, dan tatap biru pada
larutan yang bersifat basa.
Perubahan warna kertas lakmus sebenarnya karena adanya orchein (ekstrak
lichenes) warna biru dalam kertas lakmus. Lakmus biru dibuat dengan menambahkan
ekstrak lakmus berwarna biru ke dalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak
lakmus dan dikeringkan dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas lakmus biru.
Kertas lakmus biru pada larutan yang bersifat basa akan tetap biru, karena orchein
merupakan anion, sehingga tidak akan bereaksi dengan anion (OH-). Kertas lakmus
merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus biru, tetapi
ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi merah.
Sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila
kertas lakmus merah dimasukkan ke dalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan
tetap merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam.
Sedangkan, apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka
orchein yang berwarna biru akan kembali terbentuk (Chang, 2009 : 198).
Indikator alam merupakan bahan-bahan alam yang dapat berubah warnanya
dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator alam yang biasanya dilakukan dalam
pengujian asam basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-
bungaan, umbi-umbian, kulit buah, dan dedaunan. Perubahan warna indikator
bergantung pada warna jenis tanamannya.Cara membuat indikator asam basa alami,
yaitu :
1. Menumbuk bagian yang berwarna pada mortar.
4. 2. Menambahkan sedikit aquades pada hasil tumbukan sehingga didapatkan ekstrak
cair.
3. Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan diteteskan pada keramik.
4. Menguji dengan meneteskan larutan asam dan basa pada ekstrak, sehingga ekstrak
dapat berubah warna.
Perubahan warna indikator bergantung pada warna jenis tanamannya, misalnya
kembang sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah dan di dalam
larutan basa akan berwarna hijau. Lalu kunyit, dari larutan ekstrak yang berwarna
kuning pekat (mendekate oranye), akan berubah menjadi kuning jernih dalam suasana
asam dan berwarna merah bata dalam suasana basa (Evans, 1998)
Batang kayu secang (Caesalpinia Sappan L) berbentuk bulat, berwarna hijau
kecokelatan memberikan warna merah bila serutan kayunya direbus. Kandungan kimia
kayu secang meliputi asam galat, tanin, resin, resorsin, brasilin, brasilein, d-alfa-
phellandrene, oscimene, dan minyak atsiri. Warna merah ekstrak kayu secang
digunakan untuk pengecatan, pewarna anyaman, kue, minuman, dan tinta.
(Padmaningrum, 2012 : 1)
Kandungan kimia dari kayu secang meliputi asam galat, tanin, resin, resorsin,
brasilin, brasilein, d-alfa-phellandrene, oscimene, minyak atsiri. Warna merah yang
dihasilkan oleh kayu secang merupakan komposit brazilin yang terdiri dari senyawa
brazilin, brazilein, dan 3’-O-metilbrazilin. Brazilin (C16H14O5) adalah zat warna
merah dari kayu secang yang terbentuk pada ekstrak cair pada suasana pH netral.
Pigmen warna alami kayu secang dipengaruhi oleh tingkat keasamannya. Pada suasana
asam (pH 2-4) berwarna kuning sedangkan pada suasana netral dan alkali (pH 6-8)
berwarna merah keunguan. Zat warna dalam kayu secang juga dapat berubah warna
pada lingkungan pH berbeda, sehingga kayu secang dapat digunakan sebagai indikator
titrasi asam-basa (Padmaningrum, 2012 : 2)
Ekstrak kunyit yang dilarutkan dalam air pada keadaan netral akan berwarna
kuning. Apabila ditetesi larutan asam, warna kuning akan berubah menjadi kuning
cerah, sedangkan jika ditetesi larutan basa warna kuning akan berubah menjadi jingga
kecoklatan (Djoko, 2006 : 56).
Komponen utama dalam rimpang kunyit adalah kurkuminoid dan minyak atsiri.
Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro)
bahwa kandungan kurkumin rimpang kunyit rata-rata 10,92%. Kurkumin mempunyai
rumus molekul C21H20O6 (Mr = 368). Sifat kimia kurkumin yang menarik adalah sifat
5. perubahan warna akibat perubahan pH lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau
kuning jingga pada suasana asam sedangkan dalam suasana basa berwarna merah
(Sundari, 2016 : 595).
Daun adam hawa (Rhoeo discolor) merupakan tanaman yang mudah dijumpai
di Indonesia. Pigmen merah dan pigmen hijau yang menjadi ciri khas dari tumbuhan
tersebut dihasilkan dari senyawa flavonoid yaitu antosianin dan pigmen klorofil.
(Ratnasari, 2016 : 1)
Senyawa yang berperan dalam perubahan warna indikator alami adalah
antosianin yang juga merupakan metabolit sekunder golongan flavonoid dan termasuk
pigmen yang larut dalam air secara alami sehingga memiliki kemampuan untuk bereaksi
baik dengan asam maupun dengan basa. Antosianin berwarna merah dalam media asam,
dan berubah menjadi ungu dan biru pada media basa. (Ratnasari, 2016 : 1)
Kandungan antosianin yang terdapat pada daun adam hawa menyimpan potensi
besar sebagai indikator titrasi asam basa. Ekstraksi menggunakan teknik maserasi yang
merupakan metode yang paling umum digunakan untuk memisahkan kandungan
senyawa kimia pada jaringan tumbuhan. Etanol 70% merupakan pelarut yang baik
untuk ekstraksi flavonoid khususnya antosianin karena memiliki sifat polar yang
mampu melarutkan senyawa polar. (Ratnasari, 2016 : 1-2)
D. METODOLOGI
1. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Selasa, 30 Oktober 2018
Tempat : Laboratorium IPA FMIPA UNY
Pukul : 13.40 – 15.20 WIB
2. Alat dan bahan
a. Mortar
b. Alu
c. Kertas saring
d. Plat tetes
e. Pipet tetes
f. Corong
g. Beaker glass
h. Silet
i. Larutan A
6. j. Larutan B
k. Larutan C
l. Tabung reaksi
m. Rak tabung reaksi
n. Kertas lakmus biru dan merah
o. Kunyit
p. Kayu secang
q. Daun Rhoeo discolor
3. Desain Percobaan
4. Langkah Kerja
a. Membuat indikator alami
Mengupas kunyit dan menghaluskan
Mengekstrak kunyit dengan aquades dan disaring menggunakan kertas
saring.
Merendam kertas saring yang telah dipotong kedalam hasil ekstrak kunyit.
7. Keringkan kertas saring yang telah direndam oleh ekstrak kunyit.
Menghaluskan daun Rhoeo discolor
Mengekstrak daun Rhoeo discolor dengan aquades dan disaring
menggunakan kertas saring
Merendam kertas saring yang telah dipotong kedalam hasil ekstraksi daun
Rhoeo discolor
Keringkan kertas saring yang telah direndam oleh ekstrak kayu secang
Merendam kayu secang dengan air hangat
Merendam kertas saring yang telah dipotong kedalam hasil ekstraksi kayu
secang
Keringkan kertas saring yang telah direndam oleh ekstrak daun Rhoeo
discolor
8. b. Uji Bahan
E. DATA HASIL
No Bahan Uji A (pH = 9) B (pH = 7) C (pH = 0)
1 Lakmus Merah Biru Ungu Merah
2 Lakmus Biru Biru Ungu Merah
3 Ekstrak 1 (Kunyit)
Kuning
Gelap
Kuning Kuning Muda
4
Ekstrak 2 (daun
Rhoeo discolor)
Hijau Ungu Orange
5
Ekstrak 3 (Kayu
Secang)
Ungu Merah Kuning
Menyiapkan bahan yang akan diuji.
Menuangkan bahan yang akan diuji kedalam gelas beaker.
Menguji bahan dengan memasukan kertas indikator buatan
Mengamati perubahan warna yang terjadi.
Mencatat perubahan yang terjadi kedalam table data hasil.
Mengulangi langkah 3 sampai 5 dengan menggunakan indikator alami yang
telah dibuat.
9. F. PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul “Indikator Alami Asam Basa” ini bertujuan agar
mahasiswa dapat membuat kertas indikator alami dan dapat mengidentifikasi berbagai
jenis larutan menggunakan indikator alami. Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa,
30 Oktober 2018 pukul 13.40 – 15.20 di Labroatorium IPA FMIPA UNY. Alat dan
bahan yang digunakan yaitu mortar dan alu untuk menghaluskan indikator alami, kertas
saring dan corong untuk menyaring indicator alami, beaker glass sebagai wadah
indicator alami, silet untuk mengupas dan memotong indikator alami, kunyit, kayu
secang dan daun Rhoeo discolor sebagai indikator alami.
Indikator alami asam-basa adalah sebuah alat terbuat dari ekstraksi bahan alam
berwarna yang memiliki sifat berubah warna pada kondisi lingkungan asam maupun
basa. Biasanya dibuat dari berbagai ekstrak tumbuhan yang mempunyai pigmen warna
yang keras atau mencolok seperti kunyit, bunga sepatu, kulit manggis, kayu secang dan
masih banyak lagi. Penggunaan bahan-bahan tersebut dengan cara dihaluskan dan diberi
air, sehingga diperoleh ekstrak bahan alam sebagai indikator alami.
Pada praktikum kali ini, praktikan memakai kunyit, kayu secang dan daun
Rhoeo discolor untuk dijadikan bahan dasar pembuatan kertas indikator asam-basa.
Langkah pertama dalam pembuatan kertas indikator adalah menumbuk bahan (kunyit
yang sudah dikupas dan daun Rhoeo discolor) menggunakan alu pada mortar sampai
benar-benar halus. Kemudian, menambahkan sedikit akuades cair ke dalam mortar dan
tumbuk perlahan agar muncul ekstrak yang diinginkan. Selanjutnya, memisahkan
ampas dari hasil ekstraksi menggunakan metode filtrasi yaitu dengan kertas saring.
Sedangkan pada kayu secang hanya direndam menggunakan air hangat. Langkah
terakhir adalah merendam kertas saring (yang lain) yang telah dipotong kecil-kecil
seukuran kertas lakmus lalu mengeringkannya. Dengan begitu kertas indikator alami
asam-basa berhasil dibuat.
Proses ekstraksi sendiri bertujuan untuk mendapatkan pigmen-pigmen dari
kunyit yaitu senyawa kurkumin (berwarna kuning), dari kayu secang yaitu brazilin
(warna merah) dan dari daun Rhoeo discolor yaitu senyawa antosianin (berwarna ungu).
Hal ini sangat penting dilakukan, mengingat senyawa tersebut mempunyai sifat tertentu
terhadap kondisi lingkungan baik asam maupun basa akan menyebabkan perubahan
warna. Perubahan warna pada kondisi asam-basa inilah yang mendasari prinsip kerja
kertas indikator.
10. Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan 3 sampel. Data yang
dihasilkan dari praktikum ini yaitu :
1. Sampel A
Berdasarkan hasil praktikum sampel A saat diuji menggunakan kunyit warnanya
berubah menjadi kuning gelap. Hal ini menunjukkan sampel A merupakan larutan
basa. Hal ini sesuai dengan dasar teori bahwa dari larutan ekstrak kunyit yang
berwarna kuning akan berubah menjadi jingga kecoklatan dalam larutan basa
(Djoko, 2006 : 56). Saat diuji menggunakan daun Rhoeo discolor warna berubah
menjadi hijau. Hal ini juga sesuai dengan literatur menurut Ratnasari (2016 : 1)
bahwa antosianin berwarna merah dalam media asam, dan berubah menjadi ungu
dan biru pada media basa. Saat diuji dengan kayu secang dari warna merah berubah
menjadi warna ungu. Hal ini sesuai dengan teori bahwa zat warna merah dari kayu
secang yang terbentuk pada ekstrak cair akan berubah menjadi ungu.
(Padmaningrum, 2012 : 2) Perubahan warna yang terjadi saat menggunakan
indicator alami tidak selalu mutlak namun dapat mendekati warna tersebut.
Sampel A diuji dengan lakmus merah berubah menjadi biru. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel A merupakan larutan yang bersifat basa. Karena sesuai
dengan literatur menurut Chang (2009 : 298) bahwa kertas lakmus merah
ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka akan menjadi berwarna biru. Saat
diuji dengan lakmus biru tetap berwarna biru hal ini juga sesuai dengan teori kertas
lakmus biru akan tatap biru pada larutan yang bersifat basa. Diperkuat juga saat
dicocokkan dengan trayek indikator menunjukkan pH = 9.
2. Sampel B
Berdasarkan hasil praktikum sampel B saat diuji menggunakan kunyit warnanya
berubah menjadi kuning. Hal ini menunjukkan sampel B merupakan larutan netral.
Hal ini sesuai dengan dasar teori bahwa dari larutan ekstrak yang berwarna kuning
pekat (mendekate oranye), akan berubah menjadi kuning jernih dalam suasana asam
dan berwarna merah bata dalam suasana basa (Evans, 1998). Saat diuji
menggunakan daun Rhoeo discolor warna berubah menjadi ungu. Hal ini juga sesuai
dengan literatur menurut Ratnasari (2016 : 1) bahwa antosianin berwarna merah
dalam media asam, dan berubah menjadi ungu dan biru pada media basa. Saat diuji
dengan kayu secang dari warna merah tetap merah. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa brazilin (C16H14O5) adalah zat warna merah dari kayu secang yang terbentuk
pada ekstrak cair pada suasana pH netral. (Padmaningrum, 2012 : 2) Perubahan
11. warna yang terjadi saat menggunakan indicator alami tidak selalu mutlak namun
dapat mendekati warna tersebut. Hal ini juga ditunjukkan pada saat diukur dengan
kertas lamus merah maupun biru warnanya berubah menjadi warna ungu. Yang
masuk dalam kategori larutan netral karena saat menggunakan trayek indikator
menunjukkan pHnya 7.
3. Sampel C
Berdasarkan hasil praktikum sampel C saat diuji menggunakan kunyit warnanya
berubah menjadi kuning muda. Hal ini menunjukkan sampel C merupakan larutan
asam. Ekstrak kunyit yang dilarutkan dalam air pada keadaan netral akan berwarna
kuning. Apabila ditetesi larutan asam, warna kuning akan berubah menjadi kuning
cerah, sedangkan jika ditetesi larutan basa warna kuning akan berubah menjadi
jingga kecoklatan (Djoko, 2006 : 56). Saat diuji menggunakan daun Rhoeo discolor
warna berubah menjadi orange. Hal ini juga sesuai dengan literatur menurut
Ratnasari (2016 : 1) bahwa antosianin berwarna merah dalam media asam, dan
berubah menjadi ungu dan biru pada media basa. Saat diuji dengan kayu secang dari
warna merah berubah menjadi warna kuning. Hal ini sesuai dengan teori bahwa zat
warna merah dari kayu secang yang terbentuk pada ekstrak cair pada suasana asam
berwarna kuning (Padmaningrum, 2012 : 2).
Sampel C diuji dengan lakmus merah berubah menjadi merah. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel A merupakan larutan yang bersifat asam. Karena sesuai
dengan literatur menurut Chang (2009 : 298) bahwa kertas lakmus merah
ditambahkan larutan yang bersifat asam, maka akan tetap merah. Saat diuji dengan
lakmus biru menjadi warna merah, hal ini juga sesuai dengan teori kertas lakmus
biru akan menjadi merah pada larutan yang bersifat asam. Dan pada trayek indikator
menunjukkan pH = 0 yang artinya larutan asam.
G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kertas indikator alami asam-basa dibuat dengan cara menghaluskan bahan (kunyit
dan daun Rhoeo discolor) sampai terbentuk ekstrak yang diinginkan dan diberi
aquades, kemudian diekstrak dan mencelupkan kertas saring pada air hasil ekstrak
tersebut kemudian dikeringkan.
2. Mengidentifikasi berbagai jenis larutan menggunakan indikator alami.
12. Yang dapat disimpulkan :
Larutan A = basa
Larutan B = netral
Larutan C = asam
H. DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Chang, Raymond.2009.Kimia Dasar Konsep Inti.Jakarta : Erlangga.
Djoko, dkk.2006. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Biologi, Kimia). Jakarta : Gravindo
Media Pratama.
Hardjono, S.2005.Kimia Dasar.Yogyakarta : UGM Pers.
Kenaan, dkk.1984.Kimia untuk Universitas.Jakarta : Erlangga.
Marwati, Siti.2010.Aplikasi Beberapa Ekstrak Bunga Berwarna sebagai Indikator
Alami pada Titrasi Asam Basa. Yogyakarta : Jurnal sains UNY.
Padmaningrum, RT, Mawarti, S, Wiyarsi, A.2012. KARAKTER EKSTRAK ZAT
WARNA KAYU SECANG (CAESALPINIA SAPPAN L) SEBAGAI INDIKATOR
TITRASI ASAM BASA. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Penelitian diunduh
pada hari Senin, 5 November 2018 pukul 23:57 WIB
Ratnasari S, Suhendar D, Amalia V.2016.Studi Potensi Ekstrak Daun Adam Hawa
No Bahan Uji A (pH = 9) B (pH = 7) C (pH = 0)
1 Ekstrak 1 (Kunyit)
Kuning
Gelap
Kuning Kuning Muda
2
Ekstrak 2 (daun
Rhoeo discolor)
Hijau Ungu Orange
3
Ekstrak 3 (Kayu
Secang)
Ungu Merah Kuning
13. (Rhoeo discolor) sebagai Indikator Titrasi Asam-Basa. Jurnal Chimica et
Natura Acta Vol.4 No.1 diunduh pada hari Senin, 5 November 2018 pukul
23:52 WIB
Sundari, Ratna. PEMANFAATAN DAN EFISIENSI KURKUMIN KUNYIT
(CURCUMA DOMESTICA VAL) SEBAGAI INDIKATOR TITRASI ASAM
BASA. Jurnal Tekno in. 595-601, Vol. 22, No 8, 2016. Diunduh pada Senin, 8
Oktober 2018 pukul 21.55 WIB dari
https://media.neliti.com/media/publications/133454-ID-pemanfaatan-dan-
efisiensi-kurkumin-kunyi.pdf.
Windarti.2008.Kimia Analisa Kuantitatif.Yogyakarta : Departemen Perindustrian.
.
14.
15. LAMPIRAN
Ekstraksi kunyit, daun Rhoeo discolor dan kayu secang kunyit
daun Rhoeo discolor pengukuran dengan trayek indikator
Trayek indikator hasil percobaan