1. ELEARNING DAN PERKEMBANGANNYA
(Khususnya di Unesa)
By Made Pramono
Antara Hybrid dan Full
Pembelajaran tradisional tatap muka merupakan aktivitas yang sangat rumit.
Kerumitanini berkembangberlipat-lipatlagi ketika pembelajaran dikirimkan online
atau secara elektronik(elearning) mengingat lemahnya komunikasi standar seperti
tekanan suara, kontak mata, bahasa tubuh, dan sebagainya, yang merupakan
piranti-piranti kunci komunikasi manusia. Pembelajaran menggunakan teknologi
merupakan inti penggunaanteknologi terbarudaninovatif untuk memfasilitasi dan
mendukung pembelajaran baik secara online maupun hybrid/blended (tatap muka
dan online). Elearning bisa mengambil salah satu dari keduanya: full atau hybrid.
Dengan konsep elearning (pembelajaran secara elektronik) ataupun Distance
Learning (Pembelajaran Jarak Jauh) ini sistim belajar mengajar akan tidak terbatas
ruang dan waktu.Seorangdosen/dosen/pengajar dapat memberikan materi kuliah
dari mana saja. Begitu juga seorang mahasiswa/siswa dapat mengikuti kuliah dari
mana saja. Bahkan proseskegiatantestataupun kuis dapat dilakukan dengan jarak
jauh. Seorang dosen/pengajar dapat membuat materi soal ujian secara online
dengan sangat mudah, dan proses ujian atau kuis tersebut dapat dilakukan secara
online sehingga tidak membutuhkan kehadiran peserta ujian dalam suatu tempat.
Peserta ujian dapat mengikuti ujian di rumah, kantor, warnet bahkan di saat
perjalanan dengan membawa laptop dan dukungan koneksi internet.
Meskipun demikian perlu dipahami secara hati-hati, bahwa elearning bukanlah
sekedar memindah bahan ajar tatap muka ke online. Dosen tidak sekedar
menitipkan file teks, slide presentasi, atau bahkan video pembelajarannya di
elearning. Elearning, dalam konteks “pemindahan” ini, berarti memindah proses
belajar-mengajarregulerke proses belajar-mengajar online. Pemindahan ini selain
mencakupbahanajar yangsesuai,jugamensyaratkansapaan, penilaian partisipasi,
diskusi kelas,daninteraktivitaslainseoptimal mungkin. Tentu saja, ketidakhadiran
fisik dosen dan mahasiswa merupakan pembeda utama yang tidak tergantikan
antara pembelajaran tatap muka dan elearning.
Keberhasilan dan promosi pembelajaran yang efektif tergantung pada beberapa
faktor:kecakapan pebelajar (murid/mahasiswa), pedagogi yang kuat, karakteristik
dan kesesuaian kurikulum, penilaian, persoalan-persoalan sosiokultural dan
2. keteraksesan,dan seterusnya. Apapun bentuk elearning yang dipakai (full ataukah
hybrid), keberhasilan dan efektivitasnya ditegaskan melalui pedagogi yang kuat
serta promosi penggunaan teknologi yang efektif dalam pembelajaran dan
pengajaran. Tentu saja, perlu alasan-alasan khusus mengapa suatu mata kuliah di-
elearning-kan secara full atau hybrid, misalnya sebagai suatu program nasional
(Belmawa-Dikti sudah memayungi dengan program kuliah dalam jaringan), sistem
pendidikan jarak jauh (PJJ), atau “hanya” karena kreativitas pengajar/instruktur
dalam melengkapi/menambah keseluruhan proses belajar-mengajar dari
matakuliahnya.
Tujuan jangka panjang panduan ini secara kolaboratif dengan hadirnya program
kuliah daring Dikti, adalah keberhasilan integrasi elearning ke dalam pendidikan
tinggi, yang diasumsikan sampai full elearning (penyelenggaraan elearning mulai
pertemuan pertama hingga penilaian akhir kelulusan mahasiswa). Sistem
Pendidikan Jarak Jauh yang dinaungi oleh perundang-undangan yang ada
(khususnya Permendikbud No. 109 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Jarak Jauh pada Pendidikan Tinggi) memiliki konsekuensi perlunya
kesiapan berbagai institusi pendidikan yang ada di negeri ini untuk
mengadaptasikansistempendidikan masing-masing untuk akrab dengan teknologi
pada umumnya dan elearning pada khususnya.
Perlunya Pengembangan Elearning
Visi Kemdikbud pada tahun 2025 yakni mewujudkan Insan Indonesia Cerdas
Komprehensif, Kompetitif, dan Bermartabat (Insan Kamil/Insan Paripurna). Secara
khusus, dalam Rencana Strategis (Renstra) 2010-2014, Kemdikbud juga telah
menetapkan Visi 2014 yakni “Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan
Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia Cerdas Komprehensif “. Untuk
mencapai visi tesebut, Kemdikbud melaksanakan ”Misi 5K” 2010-2014 sebagai
berikut (i) Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan (ii) Meningkatkan
Keterjangkauan Layanan Pendidikan (iii) Meningkatkan Kualitas/Mutu dan
Relevansi Layanan Pendidikan (iv) Meningkatkan Kesetaraan dalam Memperoleh
Layanan Pendidikan dan (v) Meningkatkan Kepastian/Keterjaminan Memperoleh
Layanan Pendidikan.
Pencapaian misi tersebut diatas, khususnya di tingkat perguruan tinggi belumlah
menggembirakan dengan fakta-fakta bahwa: kapasitas perguruan tinggi yang
terbatas;keterjangkauanPT yang rendah dikarenakan sebaran yang kurang merata
sehingga meningkatkan biaya kuliah dan akomodasinya; kebanyakan PT belum
memilikisumberdayapendidikanyangmemadai danberkualitas, PT bermutu lebih
3. terkonsentrasi di pulau Jawa; Belum dapat mewujudkan layanan pendidikan tinggi
yang setara dan bermutu; Belum dapat menjamin pemenuhan kebutuhan dan
permintaanpendidikantinggi yang bermutu. Untuk itu, diperlukan strategi khusus
untukdapat menyediakanpendidikan tinggibermutuyangterjangkau bagi segenap
bangsa Indonesia dalam waktu singkat dan biaya murah.
Melalui programKuliahDaringIndonesiaTerbuka dan Terpadu (KDITT), Kemdikbud
melalui DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) bersama beberapa perguruan
tinggi berpartisipasi untukmenyelenggarakankuliahdaringsebagai aksi nyatauntuk
menyelesaikanpermasalahan-permasalahantersebutdi atas dalam jangka panjang.
Dalam jangka pendek ini kita berupaya untuk meningkatkan mutu perkuliahan di
perguruan tinggi yang dilaksanakan melalui jaringan untuk direalisasikan sebagai
kuliah daring. Peningkatan mutu kuliah dalam jaringan dicapai melalui penerapan
standar proses dan standar isi dalam pengembangan mata kuliah yang
diselenggarakan dalam platform KDITT. Standar isi dan standar proses ini mengacu
pada standar nasional pendidikan dan ISO 19796 serta ISO 29163.
Berdasarkan Renstra Kemendiknas 2010-2014, pemerintah menjamin
keberpihakan kepadapesertadidik yang memiliki hambatanfisik ataupun mental,
hambatan ekonomi dan sosial, ataupun kendala geografis, yaitu layanan
pendidikan untuk menjangkau mereka yang tidak terjangkau. Keberpihakan
diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan sekolah khusus, pendidikan layanan
khusus, ataupun pendidikan nonformal dan informal, pendidikan dengan sistem
guru kunjung, pendidikan jarak jauh, dan bentuk pendidikan layanan khusus lain
sehingga menjamin terselenggaranya pendidikan yang demokratis, merata, dan
berkeadilan serta berkesetaraan gender. Terkait dengan Renstra Kemendiknas
tersebut, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) siap menghadapi berbagai
persaingan global, terutama terkait dengan akses informasi mudah dan cepat,
manajemen, serta pemanfaatan IT dalam berbagai aktifitasnya (Renstra Unesa
2011-2015).
Kemajuan teknologi Internet memberikan manfaat yang besar bagi dunia
pendidikan. Pemanfaat Internet dalam pendidikan antara lain adalah untuk
menyampaikan materi-materi pembelajaran berbasis web atau sering disebut
dengan sistem elearning. Sistem elearning telah banyak dikembangkan berbagai
lembaga pendidikan dan kini menjadi tulang pungggung bagi pelaksanaan
pendidikan jarak jauh.
4. Pengelolaan Elearning
Ketersediaan infrastruktur dan manajemen elearning unesa yang telah
dikembangkansaatini belummampumendongkrakpemanfaatanelearning sebagai
penunjangperkuliahansecaramaksimal.Prodi yangtelah memanfaatkan elearning
adalah 73%, 54 prodi dari 74 prodi yang ada di Unesa (Gambar 1). Bahan ajar yang
diupload umumnya hanya pada bulan awal perkuliahan, hal ini terlihat dari
kunjungandosendanmahasiswamelonjakpadabulanawal semester dan menurun
pada bulan berikutnya (Gambar 2 dan 3). Kemampuan bandwidth yang tersedia di
lingkungan kampus masih dirasa kurang jika beberapa matakuliah diakses secara
bersamaan. Rasio Bandwidth dan mahasiswa sebesar 0,4096 Kbps/mhs (10 KBPs
untuk25.000 mahasiswaaktif) jugamerupakanpenghambatpemanfaatan elearning
untuk perkuliahan. Perkembangan jumlah mahasiswa unesa sebesar 19,93% (S2)
dan 12,45% (S1) per tahun memerlukan perhatian yang lebih serius dalam
penyediaan ruang dan bahan ajar.
Gambar 1. Grafik jumlah mata kuliah yang di online-kan berdasarkan
program studi di UNESA (http://elearning.unesa.ac.id/laporan/jml-mk.php)
Gambar 2.Grafik Jumlah Kunjungan Mahasiswa (16 Feb 2012 s/d 24 Sep
2013) Berdasarkan program Studi.
(http://elearning.unesa.ac.id/laporan/user.php)
5. Gambar 3 : Grafik Jumlah Kunjungan Dosen (16 Feb 2012 s/d 24 Sep 2013)
Berdasarkan program Studi.
(http://elearning.unesa.ac.id/laporan/dosen.php)
Untuk meningkatkan pemanfaatan elearning berbagai cara perlu dilakukan,
diantaranya:
1. Dengan memodifikasi tampilan elearning dari standar asli moodle kedalam
bentuk tampilan web sosial online yang banyak digunakan.
2. Dengan membuat halaman blog pengguna elearning di dalam sub domain
elearning dan terintegrasi dalam sistem elearning, sehingga semua mahasiswa
mempunyai blog pribadi. Untuk masuk dan menggunakan blog tersebut
mahasiswaharusmelewati portal elearningterlebihdahulu. Halaman blog dapat
diakses di http://blog.elearning.unesa.ac.id, dan sampai saat ini telah
mempunyai 2900 artikel pendidikan yang ditulis oleh mahasiswa dan dosen.
3. Semuabahan ajar, kecuali yang untuk ujian online telah di-share secara penuh.
Sehingga mahasiswa atau siapa saja yang mengunjungi elearning dapat
membukabahanajar tersebuttanpaharusmengunduh terlebih dulu, dan dapat
membuka tanpa menggunakan software diluar elearning.
4. Membuat link antara elearning dengan e-journal sehingga informasi artikel
ilmiahterbarudari berbagai bidang ilmudapatdiaksesmahasiswadari elearning.
5. Integrasi sistemik antara elearning dengan sistem administrasi yang relevan,
misalnyadenganpengelolakurikulumdi tingkatprogramstudi/jurusan hingga di
tingkat universitas (BAAK), input mahasiswa yang update dan tepat, dan
sebagainya.
6. Terbentuknya tata kelola elearning Unesa yang mampu mengkoordinasikan
pengelolaan pengembangan dan pemutakhiran elearning Unesa meliputi
brainware (SDM), hardware (infrastruktur), sistem manajemen, konten, dan
teknologi/software (aplikasi pendukung).
Dengan terobosan yang sudah dan akan dilakukan tersebut, selain membawa
dampak mahasiswa lebih tertarik untuk memanfaatkan elearning untuk sumber
belajar ternyata membawa dampak lain, yaitu pada bulan juli 2013 web
6. UniversitasNegeriSurabayamenduduki rangking2dunia dalam kategori Opennes
versi webometrics.Webelearning sebagai salah satu sub domain dari web Unesa
(www.unesa.ac.id) berpartisipasi dalam menyumbang sumber materi publikasi.
Terhitungmulai tahun2015, migrasi dari http://elearning.unesa.ac.id ke http://vi-
learn.unesa.ac.id mulai dilakukan sebagai bentuk upaya keterandalan sistem
elearingUnesa.Penekananpadaaspekinteraktivitasmultimediaadalahsalah satu
kelebihan“rumahelearningunesa”keduaini. Panduan yang sedang anda baca ini
ditujukanuntukpengembanganelearningmelalui http://vi-learn.unesa.ac.id,yang
sebagai alangkahawalnyasudahdisupportmelaluiprogramhibahmodul elearning
Unesa IDB Project.Ke depan,kolaboratif pengembangan elearning unesa dengan
kuliahdaringDikti bersamaberbagai perguruantinggi di Indonesiadilakukanuntuk
melaksanakan amanat konstitusi tentang jaminan hak akses pendidikan bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Pengenalan LMS Moodle
Penggunaan Moodle sebagai Learning Management System (Sistem Manajemen
Kelas – semacam “rumah” untuk konten, fitur, dan aplikasi elearning) sudah lazim
digunakandi seluruhdunia.Dikembangkanolehkomunitasopensource yangsangat
aktif, Moodle merupakan sistem yang ideal untuk menciptakan komunitas
pembelajaran online yang dinamis dan mampu melengkapi dan/atau mendukung
pembelajarantatapmuka.Moodle telahdigunakandi lebih dari 190 negara dengan
lebihdari 70 bahasa(termasukIndonesia).Moodle dapatdigunakanuntuk lembaga
dengansedikit pengajar/instruktur/dosen/guru, hingga universitas dengan ribuan
pengajar.
Moodle dilengkapi perangkatberbasiswebuntuk berbagai kegiatan seperti forum,
berkirim pesan, kuis, tugas, wiki, blog, dan database. Berbagai bentuk materi
pembelajaran dapat dimasukkan dalam aplikasi Moodle ini. Berbagai sumber
(resource) dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran. Naskah tulisan yang
ditulis dari aplikasi pengolah kata Microsoft Word, materi presentasi yang berasal
dari Microsoft Power Point, Animasi Flash dan bahkan materi dalam format audio
dan video dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran.
Berikut ini beberapa aktivitas pembelajaran yang didukung oleh Moodle adalah:
Assignment: Fasilitas ini digunakan untuk memberikan penugasan kepada
pesertapembelajaransecaraonline.Pesertapembelajarandapatmengaksesmateri
tugas dan mengumpulkan hasil tugas mereka dengan mengirimkan file hasil
pekerjaan mereka.
7. Chat:Fasilitasini digunakanuntukmelakukan proses chatting (percakapan online).
Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat melakukan dialog teks secara
online.
Forum: Sebuah forum diskusi secara online dapat diciptakan dalam membahas
suatu materi pembelajaran. Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat
membahas topik-topik belajar dalam suatu forum diskusi.
Kuis: Denganfasilitasini memungkinkanuntukdilakukan ujian ataupun test secara
online.
Survey : Fasilitas ini digunakan untuk melakukan jajak pendapat.
Bahasa : Beberapa pilihan bahasa juga telah disediakan oleh aplikasi Moodle.
Dukungan terhadap bahasa tertentu ini terus berkembang dan dapat di dapatkan
dengancara men-download-nyadari website Moodle. Saat ini penggunaan bahasa
Indonesiajugatelah didukung oleh Moodle. Sehingga website pembelajaran yang
kita buat tersebut tampil dalam bahasa Indonesia.
Moodle jugamenyediakankemudahanuntukmengganti model tampilan (themes)
website e-learning dengan menggunakan teknik template. Beberapa model
themes yang menarik telah disediakan oleh Moodle. Selain itu dosen juga
dimungkinkan untuk merancang dan membuat bentuk tampilan (themes) sendiri.
Moodle juga dipergunakan di LMS elearning Unesa, baik di
http://elearning.unesa.ac.id maupunhttp://vi-learn.unesa.ac.id.Adaptasiteknologi
dan penanamanaplikasi pendukung yang mutakhir lebih diakomodir oleh moodle
terbaru yang dipergunakan di http://vi-learn.unesa.ac.id. Sebagai suatu sistem,
perbaikan/modifikasi fitur dan tampilan selalu akan diperbarui. Pada akhirnya,
pemenuhan kebutuhan member (dosen dan mahasiswa) menjadi tolok ukur
keberhasilan LMS ini.
Pada tahap awal, sosialisasi dan pelatihan penggunaannya perlu dilakukan. Ketika
elearning Unesa dan LMS-nya sudah tersosialisasi dengan baik dan user-friendly,
maka modul elearning yang memadai digunakan untuk membekali pengguna baru
untuk terlibat dalam pengembangan elearning mata kuliahnya masing-masing
dengan atau tanpa pelatihan tatap muka. Modul elearning adalah bahan-bahan
instruksionalberbasiswebyangbisadipergunakantanpabantuanbahanajar lain,di
mana para pengguna berinteraksi secara individual di komputer. Tidak seperti
webinar dan rangkaian rekam gambar ruang kelas, modul elearning tidak sekedar
merekamperistiwa-peristiwayangrelevan.Modul elearning mencakup presentasi,
narasi,aktivitaspembelajaranyangbervariasi, dan pertanyaan-pertanyaan dengan
umpan baliknya yang terdesain dengan baik.
8. Total Quality Management Elearning Unesa
Keterjaminan mutu total elearning Unesa diadopsi dari instrumen evaluasi materi
dari PDITT-Dikti yang mencakup rencana pembelajaran, substansi, metode,
sistematika,rancangan, dan teknologi. Berikut penjelasan detail 6 menu tersebut.
1. Rencana Pembelajaran
No Rambu-rambu
1 Menuliskan rumusan capaian pembelajaran dengan jelas.
2
Menyusun urutan kemampuan yang akan dicapai dalam
satuan waktu.
3 Menyusun tahapan materi ajar yang akan disajikan.
4
Menetapkan metode pembelajaran yang dipilih untuk
mencapai kemampuan yang sudah direncanakan.
5
Menetapkan indikator pencapaiannya dan bobot penilaian
dalam sebuah tahapan pembelajaran
6
Menetapkan bentuk pengalaman belajar yang harus dilakukan
oleh peserta didik.
7 Menyediakan rencana setiap bentuk tugas.
8 Menyediakan rencana evaluasi hasil belajar
9 Menyediakan rencana evaluasi proses pembelajaran
2. Substansi
No Rambu-rambu
1 Materi pembelajaran memuat informasi beban belajar tiap pembelajar.
2 Materi pembelajaran dapat disampaikan sesuai jadwal yang mengikuti kalender pendidikan.
3 Memuat pemetaan bidang keilmuan yang dibahas yang dapat menunjukan posisi materi ajar
4
Memuat uraian tingkat kedalaman dan keluasan materi yang akan disusun menjadi materi e-
Pembelajaran.
5 Materi pembelajaran yang disajikan dapat menumbuhkan gagasan baru dari peserta didik.
6 Materi pembelajaran yang disajikan sesuai atau relevan dengan capaian pembelajaran.
7
Memuat kejelasan sistem asesmen yang menunjukkan indikator keberhasilan pembelajaran
peserta didik.
8
Menggunakan bahasa yang dapat menjembatani bahasa kelimuan dengan bahasa sehari-hari,
mengingat kemampuan peserta didik yang beragam dan pengertian yang dapat dipahami
dalam konteks tertentu.
9 Menuliskan semua referensi yang digunakan.
10 Menyediakan daftar Istilah
11 Menyediakan daftar Notasi dan Simbol
12 Menyediakan petunjuk penggunaan
9. 3. Metode
No Rambu-rambu
1
Menyediakan petunjuk cara mempelajari materi KDITT (apakah
peserta didik dapat mempelajari secara acak ataukah harus
berurutan sesuai dengan urutan subtopik/topik, atau
pembelajaran ini bertaut dengan materi tertentu)
2
Penyajian dapat menggugah keinginan peserta didik untuk
belajar melalui ilustrasi dalam bentuk multi media
3
Menumbuhkan gagasan baru (bukan jawaban tunggal) dalam
bentuk pertanyaan kritis, ilustrasi, isyu yang aktual , problematika
4
Menggunakan bahasa yang dapat menjembatani bahasa keilmuan
dengan bahasa sehari hari sesuai tingkat intelektual mahasiswa
dan konteks pembahasannya.
5 Menyediakan sistem komunikasi bagi peserta didik.
4. Sistematika
No Rambu-rambu
1
Struktur materi jelas, pokokbahasan dan subnya jelas, masing-
masing ada pengantar & ringkasannya
2
Materi lengkap memenuhi kelengkapan spesifikasi struktural
materi. (lihat panduan KDITT)
3
Setiap objek pembelajaran dan objek informasi diorganisasikan
dengan baik.
4
Penyajian OP secara sistematis menggunakan pendekatan
pedagogik tertentu.
5. Rancangan
No Rambu-rambu
1 Struktur materi kuliah didefinisikan sebagai objek lepasan yg lebih
2 Taksonomi objek pembelajaran (OP) didefinisikan dengan baik.
3 Setiap OP mempunyai satu capaian pembelajaran yang jelas
4 Materi yang disusun menerapkan prinsip share dan reuse.
5 Anatomi OP memfasilitasi kegiatan belajar, latihan, dan asesmen.
10. 6. Teknologi
No Rambu-rambu
1
Menggunakan teknologi digital, teknologi informasi dan komunikasi yang
murah dan tersedia saat ini. Apabila teknologi yang digunakan membutuhkan
perangkat lunak tertentu untuk menjalankannya, maka perangkat lunak
tersebut harus dapat disediakan secara gratis.
2
Menggunakan teknologi yang memungkinkan interaksi langsung di laman
tersebut, dan merekam jejak penggunaan materi untuk dapat membandingkan
kemajuan pengguna dalam memahami materi yang disampaikan.
3
Menggunakan teknologi yang bersifat device independent , sehingga dapat
diakses dengan perangkat PC, notebook , tablet, ataupun smartphone.
4
Menggunakan teknologi multimedia untuk memberikan ilustrasi yang menarik
sehingga dapat menggugah peserta didik agar tertarik mempelajari materi.
5
Mendeskripsikan informasi tentang materi dalam bentuk metadata dalam
bahasa Extensible Markup Language (XML).
6
Mengemas materi sehingga compliant terhadap ISO/IEC TR 29163 tentang Sharable
Content Object Reference Model.
7 Semua sumber belajar menyebutkan sumbernya atau hak ciptanya dengan jelas.
Tim pengembang elearning yang profesional dan dinamis di bawah koordinasi
Pembantu Rektor I dirasakan sangat urgen dimantapkan eksistensinya sebagai
bagian dari tata kelola dan jaminan kualitas manajemen elearning yang unggul.
Apabilakonsistensipenjaminanmutuini bisaterusdipertahankandanditingkatkan,
maka tidak mustahil 2 tahun mendatang elearning Unesa dapat menjaring
mahasiswa/pengguna tidak hanya secara nasional, namun juga dari dunia
internasionaldenganmengedepankanciri keunggulankependidikannya. Upgrading
dan updating sistem manajemen, infrastruktur, dan konten yang diiringi kualitas
SDM yangkompetitif-produktif selaluperludilakukandalam rangka mengakomodir
kebutuhan pengembangan elearning Unesa semaksimal mungkin.
Kita bisa membayangkan, suatu saat kelak di Unesa seorang dosen pakar psikologi
pendidikanbisa hadir menjadi dosen tamu di universitas Harvard, atau mahasiswa
dari berbagai belahanduniamengikuti kelasdi PendidikanAnakUsiaDini. Elearning
sudah menjadi kebutuhan sekunder di masa ini, dan mungkin tidak lama lagi
meningkatmenjadikebutuhanprimerjika PJJ sungguh-sungguh diterapkan utuh di
suatu program studi. Tidak lama lagi, elearning tidak perlu lagi dilatihkan,
diworkshopkan secara tatap muka seperti sekarang…
11. Sumber:
Dikti, 2015, Instrumen Evaluasi Materi PDITT, Jakarta: Dikti (excel extension).
------, 2013, Buku Pengembangan KDITT Dikti, Jakarta: Dikti.
Donnelly,Roisindan McSweeney,Fiona,2008, Applied E-Learning and E-Teaching In Higher
Education, New York: Information Science Reference.
OECD, 2006, 21st
Century Learning Environment, England: Organisation for Economic Co-
Operation and Development.