Model pembelajaran talking stick memiliki peluang untuk diterapkan dalam pembelajaran kimia di sekolah karena telah terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penggunaan tongkat dan unsur permainan membuat siswa lebih bersemangat dan cepat memahami materi. Interaksi aktif antara siswa dan guru menciptakan suasana belajar yang hidup dan menyenangkan.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas x pada materi struktur atom
1. REKAYASA IDE
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS X PADA MATERI STRUKTUR ATOM
Tugas ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta
Dosen pengampu : Dewi Syafriani, S.Pd.,M.Pd.
DISUSUN
OLEH
Nama : Linda Rosita
Nim : 4173131020
Kelas : Kimia Dik B 2017
Jurusan : Kimia
Program : S-1 Pendidikan
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
2. DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 10
BAB II ORIGINALITAS IDE DAN KONTEKS SOSIAL
1. Identitas Buku................................................................................................. 3
2. Ringkasan Isi Buku......................................................................................... 3
BAB III PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN.............................................. 10
BAB IV IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIAL
1. Peluang Keterwujudan.................................................................................... 11
2. Nilai-Nilai Inovasi........................................................................................... 16
3. Perkiraan Dampak...........................................................................................
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan .................................................................................................... 20
2. Saran .............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 21
3. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan tugas Rekayasa Ide (RI) ini, tak lupa pula shalawat
bertangkaikan salam saya hadiahkan kepada putra Abdullah buah hati Aminah ialah Nabi besar
kita Muhammad SAW, yang selalu kita harapkan syafaatnya di hari kelak, dan semoga kita
menjadi salah satu orang yang mendapatkannya kelak. Amin.
Saya menyadari bahwa dalam proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari peran
dan sumbangsih pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Karena itu dalam kesempatan
ini, saya ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan penulisan makalah ini yang tidak dapat saya
sebutkan satu per satu.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada dosen mata kuliah Kapita Selekta Ibu Dewi
Syafriani, S.PD.,M.Pd. yang telah membimbing saya sehingga saya bisa menyelesaikan
makalah ini, dengan selesainya makalah ini saya berharap agar makalah ini nantinya bisa
menjadi bukti bahwa saya telah melaksanakan tugas makalah yang dilakukan pada 28
November 2018. Semoga makalah ini bermanfaat. Amin.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kelemahan dan jauh
dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat. Amin.
Medan, 28 November 2018
LINDA ROSITA
4. BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk menciptakan generasi yang bermutu
dan dapat menjalankan kewajibannya dalam meningkatkan kehidupan secara optimal,
diperlukan pendidikan yang memenuhi standar nasional pendidikan yakni standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Bila standar nasional
pendidikan sudah terpenuhi maka pendidikan bisa dikatakan berhasil sehingga pada akhirnya
dapat menunjang salah satu tujuan Nasional Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fator-faktor yang mempengaruhi sIstem pembelajaran salah satunya adalah guru. Guru
berperan penting dalam menentukan kualitas dalam pengajaran yang telah direncanakan. Guru
sebagai tenaga pendidik perlu mengupayakan suatu proses pembelajaran yang dapat
menciptakan suasana aktif, efektif, dan menyenangkan, sehingga pada akhirnya dapat
berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa .
Usaha meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan mulai menggunakan
model dan metode pembelajaran yang tepat dan lebih bervariasi dalam penyampaian suatu
materi pelajaran. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang tepat dan lebih bervariasi
diharapkan dapat memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran di sekolah. Agar siswa
dapat memahami dan lebih mengerti pelajaran yang diberikan, khususnya pelajaran pada
materi struktur atom, maka siswa dituntut harus lebih berperan aktif dalam proses belajar di
kelas terutama dalam mencari sumber-sumber atau informasi yang berkaitan dengan materi
yang disampaikan oleh guru, baik dengan mendengarkan penjelasan guru secara seksama,
membaca buku-buku yang terkait dengan materi pembelajaran, maupun melakukan diskusi
dengan teman sebaya ataupun guru. Guru juga diharapkan dapat membimbing dan membantu
siswa agar kegiatan belajar di dalam kelas dapat berjalan dengan baik.
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Hal ini terlihat dari jumlah jam pelajaran kimia yang sangat banyak di sekolah, kimia diberikan
mulai pada jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi. Sehingga
untuk meningkatkan keberhasilan belajar Kimia penggunaan metode pembelajaran harus
diperhatikan.
5. Dengan menerapkan model pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan mata pelajaran
Kimia diharapkan dapat menyampaikan materi yang dapat membangkitkan aktivitas siswa dan
materi-materi yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa dengan lebih baik. Salah satu
model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran kooperatif tipe talking stick.
Talking stick (tongkat berbicara) adalah metode pembelajaran talking stick dilakukan
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan yang
dibuat oleh guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Selain untuk melatih berbicara,
model ini juga menuntut siswa dapat bekerjasama dengan teman-temannya agar dapat mengerti
dan siap untuk menjawab pertanyaan dari guru. Model pembelajaran talking stick menurut
(Trianto, 2011) adalah “metode pembelajaran bermain tongkat yaitu pembelajaran yang
dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan
menggunakan media tongkat”.
Dari uraian diatas model pembelajaran talking stick dirasakan perlu diterapkan dalam
pengajaran Kimia karena dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pelajaran kimia. Dengan
meningkatkan aktivitas siswa dalam pelajaran kimia, hasil belajarpun diharapkan meningkat.
Selain itu dapat merubah paradigma guru dalam pembelajaran, yaitu dari guru sebagai pusat
belajar agar beralih ke pembelajaran yang berpusat pada siswa. Aktivitas belajar diharapkan
terdapat hubungan timbal balik antara siswa dengan guru.
6. BAB II
ORIGINALITAS IDE DAN KONTEKS SOSIAL
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat
dalam suatu forum (pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini :
“Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat
menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan
untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai
berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah
ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara
akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan
pendapatnya. Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi
ke ketua/pimpinan rapat”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda
seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.
Model pembelajaran Talking Stick berkembang dari penelitian belajar kooperatif oleh
Slavin Pada tahun 1995. Model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk melaksanakan
pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Dalam model pembelajaran ini siswa dituntut
mandiri sehingga tidak bergantung pada siswa yang lainnya. Sehingga siswa harus mampu
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan siswa juga harus percaya diri dan yakin dalam
menyelesaikan masalah.
Dalam penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stik ini, guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang yang heterogen. Kelompok
dibentuk dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat, yang dalam topik
selanjutnya menyiapkan dan mempersentasekan laporannya kepada seluruh kelas.
Model pembelajaran talking stick merupakan salah satu dari model pembelajaran
kooperatif, guru memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama
dengan orang lain dengan cara mengoptimalisasikan partisipasi siswa (Hengky, 2006).
Menurut (Budiono, 2002) mengemukakan bahwa model pembelajaran talking
sticktermasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan
pembelajaran kooperatif yaitu: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
7. menuntaskan materi belajarnya, (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah, (3) Anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda, serta (4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.
8. BAB III
PERANGKAT YANG DIBUTUHKAN
Model pembelajaran Talking stick dalam kegiatan belajar mengajaar hanya memerlukan media
berupa :
a. Tongkat berbahan plastic/kayu
b. LCD
c. Slide powerpoimt
d. Video
e. Speaker
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melaksanakan Talking Stick:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat sepanjang lebih kurang 20cm.
2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari melalui slide powerpoint, dan
siswa diberi waktu untuk membaca dan memahami dengan diberi waktu yang cukup.
3. Setelah peserta didik siap, semua sumber belajar berisi materi pokok ditutup.
4. Guru memulai metode Talking Stick dengan menyalakan iringan musik, atau dapat
menginstruksikan peserta didik untuk bernnyanyi dan menari bersama-sama.
5. Tongkat diberikan kepada salah satu siswa dari baris duduk siswa di pojok paling
depan.
6. Tongkat terus bergulir berurutan melalui tempat duduk siswa seiring dengan alunan
musik atau nyanyian pengiring.
7. Guru berhak menghentikan musik atau nyanyian pengiring kapanpun, seiring musik
berhenti maka guliran tongkat juga dihentikan.
8. Siswa yang terakhir memegang tongkat akan diberi pertanyaan oleh guru dan wajib
menjawabnya.
9. Siswa yang tidak dapat menjawab diberikan hukuman yang telah disepakati
sebelumnya.
10. Demikian seterusnya
Permainan Talking Stick dikatakan menyenangkan karena didalam tongkat tersebut tidak
hanya berisi soal-soal tetapi juga soal kosong atau soal pengalihan untuk menghindari
terjadinya senam jantung pada diri siswa dan karena permainan tersebut diiringi oleh iringan
musik. Keuntungan penggunaan musik adalah membuat siswa rileks dan mengurangi rasa
9. stres. Hal ini sesuai dengan pendapat (Trianto, 2011) yang menyatakan bahwa musik dapat
membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik dapat merangsang,
meremajakan dan memperkuat belajar baik secara sadar maupun tidak sadar. Unsur permainan
dalam pembelajaran akan menimbulkan motivasi dalam diri siswa untuk aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan dengan adanya unsur permainan dalam pembelajaran
akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih hidup dan tidak membosankan bagi siswa.
10. BAB IV
IDE TURUNAN DAN KONTEKS SOSIAL
1. Peluang Keterwujudan
Berdasarkan artikel/jurnal yang telah saya baca, Penggunaan model pembelajaran
talking stick membuat siswa lebih bersemangat dan lebih cepat mengerti, hal ini terlihat
ketika siswa mendapat tongkat dan mendapat pertanyaan, siswa cenderung menjawab
pertanyaan secara langsung dengan pemikirannya sendiri bahkan ada juga yang menjawab
pertanyaan dengan mendemonstrasikan secara langsung tanpa diminta. Tidak ada
ditemukan siswa yang tidak menjawab pertanyaan. Sebagian besar siswa berusaha
menjawab pertanyaan meskipun jawabannya salah atau kurang tepat. Hal ini dikarenakan
siswa berada pada tahap operasi formal. Dimana pada tahap ini siswa mulai berpikir logis
dan masalah-masalah dapat dipecahkan melalui eksperimentasi sistematis. Selain ini
interaksi belajar mengajar antara siswa dan guru sangat baik, hal ini membuat suasana
belajar dalam kelas menjadi lebih hidup sehingga siswa tidak merasa bosan saat proses
belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan artikel yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Suryodiningratan II Tahun Ajaran 2015/2016” yang hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Pembelajaran terasa semakin hidup saat guru akan memberikan tongkat
kepada salah satu siswa. Semua siswa merasa senam jantung sehingga siswa akan
terangsang untuk mengingat dan mempelajari lebih giat lagi materi yang telah disampaikan
oleh guru.
Kegiatan pembelajaran yang dialami siswa lebih optimal sehingga dapat memicu siswa
menjadi aktif. Keaktifan siswa terlihat ketika siswa sedang melakukan membaca dan
memahami kembali materi yang diajarkan oleh guru. Sehingga siswa mempunyai kesiapan
dalam menangkap materi yang diajarkan guru dengan metode ini dapat melatih
kemandirian siswa dalam belajar dan siswalah yang berperan aktif dalam proses
pembelajaran berlangsung. Dalam model pembelajaran talking stick ini, siswa dibagi
kedalam beberapa kelompok, sehingga siswa dapat melakukan bekerja sama yang dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik, Karena dalam
model pembelajaran talking stick terdapat unsur permainan, metode ini menyenangkan
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, dapat meningkatkan
11. motivasi siswa, sarana melatih keberanian siswa, melatih kedisiplinan siswa, menghargai
waktu untuk belajar. yang mempengaruhi aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
talking stick bukan terdapat pada tongkat yang digunakan dalam pembelajaran melainkan
ada pengaruh model tersebut dalam membuat suasana belajar yang menyenangkan
sehingga siswa aktif, dalam proses pembelajaran terlihat suasana lebih hidup dikarenakan
siswa lebih antusias dan siap menerima pembelajaran. Ini sesuai dengan pendapat
(ma’rifah, 2013) menyatakan bahwa, siswa lebih cepat memahami materi karena diawali
dari penjelasan seorang guru, siswa lebih menguasai materi karena diberikan kesempatan
untuk mempelajarinya kembali melalui buku paket yang tersedia, daya ingat lebih baik
sebab akan ditanya kembali tentang materi yang diterangkan dan dipelajarinya dan siswa
tidak jenuh karena ada tongkat sebagai pengikat daya tarik siswa mengikuti pelajaran
tersebut, jadi siswa yang mendominasi kelas tersebut sehingga siswa lebih mudah untuk
memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
2. Nilai-Nilai Inovasi
Nilai-nilai inovasi dari model pembelajaran talking stick yaitu talking stick
menggunakan media yang sederhana namun menarik, artinya meskipun media berupa
tongkat saja, tetapi proses didalamnya sangat menarik dan terdapat nilai-nilai sosial yang
dibangun didalamnya, baik nilai social kepda guru maupun kepada teman. Metode Talking
Stick adalah proses pembelajaran dengan bantuan tongkat yang berfungsi sebagai alat
untuk menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan. Pembelajaran dengan metode
Talking Stick bertujuan untuk mendorong siswa agar berani mengemukakan pendapat.
Metode pembelajaran Talking Stick dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi
pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa
kepada siswa yang lainnya. Tongkat digulirkan dengan diiringi musik. Pada saat musik
berhenti maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan
untuk menjawab pertanyaan tersebut. Metode pembelajaran Talking Stick dilakukan hingga
sebagian besar siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan
guru. Penggunaan metode ini menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif selama
pembelajaran, siswa harus selalu siap menjawab pertanyaan dari guru ketika stick yang
digulirkan jatuh kepadanya (Rendi, 2013).
Selain itu, Hengky (2006), menyatakan bahwa ada beberapa langkah atau sintaks dari
langkah model pembelajaran talking stick, yaitu sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
12. 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangan /
paketnya.
3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan siswa untuk
menutup bukunya.
4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya. Demikian
seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
5. Guru memberikan kesimpulan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sintaks yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah (a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD, (b)
guru menyiapkan sebuah tongkat, (c) guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan
mempelajari materi lebih lanjut, (d) setelah siswa selesai membaca materi/buku pelajaran
dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya dan mepersiapkan diri menjawab pertanyaan
guru, (e) guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru, (f) guru memberikan kesimpulan, (g) evaluasi dan penutup.
3. Perkiraan Dampak
Model pembelajaran talking stick memiliki beberpa dampak, yaitu terdapat pada kelebihan
dan kekurangan dari model pembelajaran tersebut. Berikut dampak dari model
pembelajaran talking stick ditinjau dari kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
Melatih kecepatan peserta didik dalam mempelajari materi
Melatih keberanian peserta didik dalam mengemukakan pendapat
Melatih siswa dalam menghargai ide serta jawaban orang lain
Menumbuhkan tingkat kepercayaan diri siswa
13. Dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga siswa tidak tegang dan
bisa belajar dengan baik, sehingga siswa merasa termotivasi dan senang untuk dapat
mengikuti pelajaran serta dapat menguasai materi pelajaran.
Siswa dapat memunculkan emosi dan sikap positif belajar dalam proses belajar
mengajar yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak.
menguji kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran, membuat siswa membaca
dan memahami pelajaran dengan cepat dan membuat siswa belajar lebih giat,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa.
Meningkatkan kepekaan sosial.
Memungkinkan siswa saling belajar mengenal sikap, keterampilan, informasi,
perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
Memudahkan siswa untuk melakukan penyesuaian sosial.
Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
Menghilangkan sifat egoistik
Kekurangan :
Pemberian sanksi yang kurang pas akan menghambat proses pembelajaran.
Membutuhkan waktu yang agak lama.
Membuat siswa yang tidak siap gugup ketika mendapat bagian tongkat dan
menjawab pertanyaan dari guru.
Tidak rasional jika mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan
memahami perannya dalam penerapan model talking stick.
Memungkinkan adanya dominasi dari sejumlah siswa yang pintar.
Membutuhkan interaksi yang optimal baik antara guru dengan siswa, maupun antar
siswa.
Keberhasilan pembelajaran dalam upaya mengembangkan kesadaran kelompok
memerlukan periode waktu yang relatif panjang.
Membuat tegang sebagian siswa yang tidak terbiasa mengemukakan pendapat.
14. BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode talking stick sedikit
banyak membuat siswa untuk selalu siap dalam mengikuti pembelajaran. Sebab semua
mempunyai kesempatan untuk ditunjuk dan menjawab pertanyaan.
Selain itu, kegiatan estafet sambil bernyanyi/menari membuat siswa merasa
gembira dan tidak tegang selama menunggu giliran menjawab pertanyaan. Saya pribadi
berpendapat bahwa metode ini cocok digunakan untuk penguatan materi, sehingga
siswa tidak bosan dengan materi yang diajarkan.
2. Saran
(1) Siswa hendaknya lebih kompak dan tidak gaduh ketika sedang melaksanakan
permainan talking stick.
(2) Guru harus lebih intensif mendampingi siswa yang masih belum tuntas dan model
pembelajaran talking stick hendaknya digunakan juga pada mata pelajaran yang
lain.
(3) Kepala sekolah hendaknya menyarankan kepada guru-guru yang lain untuk
mencoba menggunakan model pembelajaran talking stick dalam pembelajaran di
kelas.
15. DAFTAR PUSTAKA
Budiono. (2002). Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Suryodiningratan II Tahun Ajaran
2015/2016. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 2. No 3. Hal 110-121.
Hengky, L. (2006). Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick untuk
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Biologi Siswa pada Materi Pencemaran Lingkungan
XA di SMA Yapis Manokwari. Jurnal Program Pendidikan Biologi. Vol.1. No. 2. Hal : 96-
102.
Ma’rifah, S. (2013). Efektifitas Penerapan Metode Talking Stick dengan Media Power Point
Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa pada Materi Pokok System Pencernaan
Makanan pada Manusia. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol 2. No 1. Hal : 71-80.
Rahmatan. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Hasil Belajar
Dan Aktivitas Visual Siswa Pada Konsep Sistem Indra. Jurnal biotik. Vol 1. No 1. Hal
12-30.
Rendi. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sosiologi Kelas XI IIS 2 Sma Negeri 1
Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Psikologi. Vol 3. No 2. Hal 100-107.
Trianto. (2011). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick disertai Handout
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 1 Sungai Rumbai Kabupaten
Dharmasraya. Jurnal Program Pendidikan Biologi. Vol. 2. No.7. Hal : 32-41.