laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhuEmmy Nurul
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh.Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut.Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh.Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur dan sedikit tekanan.
Suatu metode pemisahan dimana komponen yang akan dipisahkan terdistribusi di antara 2 fasa yaitu fasa diam berupa molekul air yang terikat pada selulosa kertas dan fasa geraknya berupa zat cair
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhuEmmy Nurul
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai membentuk larutan jenuh. Apabila suatu larutan suhunya diubah, maka hasil kelarutannya juga akan berubah. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh.Larutan dikatakan jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut.Bila jumlah zat terlarut kurang dari larutan jenuh disebut larutan tidak jenuh.Dan bila jumlah zat terlarut lebih dari larutan jenuh disebut larutan lewat jenuh. Daya larut suatu zat dalam zat lain, dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, temperatur dan sedikit tekanan.
Suatu metode pemisahan dimana komponen yang akan dipisahkan terdistribusi di antara 2 fasa yaitu fasa diam berupa molekul air yang terikat pada selulosa kertas dan fasa geraknya berupa zat cair
Suatu metode pemisahan dimana komponen yang akan dipisahkan terdistribusi di antara 2 fasa yaitu fasa diam berupa molekul air yang terikat pada selulosa kertas dan fasa geraknya berupa zat cair
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menafaatkan unsur logam dan nonlogam untuk keperluan transportasi, industri, dan bangunan. Penggunaan logam dan nonlogam makin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan industri.
Dari 109 unsur yang telah di temukan, ada 92 unsur yang terdapat di alam dan 70 unsur diantaranya adalah logam. Hanya sebagian saja dari logam – logam ini yang dimanfaatkan oleh manusia secara meluas. Alam Indonesia kaya akan bijih logam yang ada dalam perut bumi Indonesia. Untuk itu, anda harus mengetahui ilmu dan teknologi untuk mengolahnya.
Logam di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk senyawa, bukan unsur bebas. Senyawa logam terdapat dalam berbagai batuan dalam kerak bumi. Batuan yang mengandung senyawa logam dalam kadar tinggi disebut Bijih. Senyawa logam yang dikandung bijih disebut mineral.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang unsur non-logam nitrogen. Nitrogen adalah salah satu unsur golongan V A yang merupakan unsur nonlogam dan gas yang paling banyak di atmosfer bumi. Nitrogen terdapat dalam bentuk unsur bebas di udara (78% volume), sebagai ammonia yang berasal dari senyawa – senyawa nitrogen, serta dalam beberapa mineral, seperti kalium nitrat. Nitrogen merupakan unsur yang relatif stabil, tetapi membentuk isotop – isotop yang 4 diantaranya bersifat radioaktif.
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN DENGAN KROMAOGRAFI LAPIS TIPIS
1. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
Mata Kuliah : PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN
PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN (KLOROFIL) DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
OLEH :
NAMA : LINDA ROSITA
NIM : 4173131020
JURUSAN : KIMIA
PROGRAM : S-1 PENDIDIKAN
KELOMPOK : V (LIMA)
TGL PELAKSANAAN : 22 NOVEMBER 2019
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2. I. JUDUL PERCOBAAN : PEMISAHAN ZAT HIJAU DAUN (KLOROFIL) DENGAN
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
II. PEMBAHASAN MATERI
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode analisa yang cukup sederhana karena
dapat menetukan jumlah komponen yang ada pada suatu bahan, bahkan dapat pula
mengidetifikasi komponen-komponen tersebut (Soebagio, 2002). Kromatografi lapis
tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin dideteksi dengan
memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan kepolaran.
Pada kromatografi, komponen-komponen yang akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase
diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran sedangkan fase gerak
akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam
akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih
cepat (Khopkar, 1990).
Prinsip kerja KLT memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel
dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dalam bentuk
plat silica dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan
atau campuaran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara
sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase geraknya tersebut (Vogel.
1994).
Fase diam (adsorben) contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida),
kieslguhr (diatomeous earth), dan selulosa (Syahmani, 2017). Dari keempat jenis adsorben
tersebut, yang paling banyak dipakai ialah silika gel dan masing-masing terdiri dari beberapa
jenis yang mempunyai nama perdagangan bermacam-macam. Silika gel ini menghasilkan
perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya. Selain itu
harus diingat bahwa penyerap yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya.
Berikut ini merupakan langkah - langkah dalam menentukan jenis pigmen dengan
menggunakan Kromatografi Lapis Tipis :
1. Penyediaan pelat silika gel sebagai fase tetap.
2. Pembuatan kromatogram, bagian bawah dan bagian atas pelat dibuat garis horizontal
dengan jarak 1 cm dari ujung bawah dan 1 cm dari ujung atas. Pada garis awal dibuat spot
dan ditotolkan larutan pigmen yang akan dianalisis menggunakan pipet kapiler.
3. 3. Pelat kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi eluen. Eluen yang digunakan
adalah Petroleum Eter : Aseton (80:20)
4. Setelah eluen naik sampai batas yang ditetapkan, pelat silika diangkat dari bejana, spot-
spot yang terlihat ditentukan nilai Rf. Penentuan nilai Rf dilakukan dengan membagi
jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dengan jarak yang ditempuh pelarut dari
titik asal (Sastrohamidjojo, 1991).
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Dalam praktikum ini, ekstrak awal daun pandan dilarutkan petroleum eter dan etanol.
Ekstrak daun pandan dilarutkan dengan benzene dan aseton 7:3 sebagai eluen polar. Eluen ini
dipilih karena pada saat di elusi dengan eluen tersebut lempeng menunjukkan noda yang baik.
Eluen yang merupakan fase gerak (mobile phase) akan membawa komponen kimia untuk
melewati penjerap (silika gel) pada lempeng dan memberikan noda yang diukur Rf-nya. Suatu
adsorben diaktifkan untuk menghindari kandungan air yang masih tertinggal di dalamnya.
Apabila terdapat kandungan air dikhawatirkan akan mengganggu partisi dari senyawa-
senyawa dalam suatu ekstrak. Hal ini berkaitan dengan terganggunya partisi senyawa akibat
adanya kepolaran yang berbeda dari senyawa. Kepolaran yang tinggi oleh air dapat
mempengaruhi tinggi noda terpartisi berbeda. Kepolaran air yang tinggi ini dapat
menyebabkan senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah akan terpartisi lebih tinggi oleh
adanya ikatan dengan silika. Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat
pada silika gel lebih kuat dibanding senyawa lainnya.
Fase diam yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah silika gel. Namun, pada
permukaan gel silika, atom silikon berikatan dengan gugus-OH. Jadi, pada permukaan silika
gel terdapat ikatan Si-O-H (gugus silanol) selain Si-O-Si (gugus siloxan). Permukaan silika
gel sangat polar. Oleh karena itu gugus-OH ini dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
senyawa-senyawa yang agak polar sampai sangat polar. Sifat ini menguntungkan karena
dengan demikian fase diam ini dapat berinteraksi dengan fase gerak dan solut yang agak polar
maupun yang polar (Vogel, (1994).
4. Pada percobaan ini, dilanjutkan dengan perhitungan nilai Rf untuk masing-masing spot
yang diperoleh. Nilai Rf (retaration factor) berperan untuk membantu mengidentifikasi zat-zat
yang ada. Di mana pada daun pandan diperoleh 4 nilai Rf dari 4 spot yang masing-masing
sebesar 0,49; 0,60; 0,81 dan 0,86; sedangkan untuk pewarna makanan ungu diperoleh 2 spot
sehingga nilai Rf yang didapatkan adalah 0,23; dan 0,30. Terjadi perbedaan jumlah spot
dipengaruhi oleh tingkat adsorpsi dari fasa diam terhadap eluen serta komposisi/tingkat
kepolaran dari masing-masing komponen eluen denagn kecepatan pemisahan dan daya serap
yang berbeda.
Pada dasarnya, pemisahan senyawa-senyawa dalam kromatogram dipengaruhi oleh
bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut, tergantung pada bagaimana besar antaraksi
antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut serta bagaimana senyawa melekat pada fasa
diam yang tergantung pada antar aksi aenyawa dengan fasa diam. Dalam proses analisis
spot/pemisahan zat, chamber yang berisi eluen dijenuhkan dan ditutup dengan tujuan agar
pelarut yang digunakan tidak menguap, karena hal itu nantinya dapat mempengaruhi proses
pemisahan.
Dari percobaan ini, makin tinggi nilai Rf yang diperoleh maka makin rendah tingkat
polaritas dari zat tersebut. Karena secara konsep makin tinggi kepolaran dari suatu zat, maka
fasa diam yang tersusun atas alumina dan serbuk selulosa yang merupakan senyawa polar
akan saling berikatan dan membentuk ikatan yang sangat kuat sehingga jarak spot akan makin
kecil dan menyebabkan nilai Rf yang semakin rendah.
III. DAFTAR PUSTAKA
Suryani, C.L., (2017). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Pandan (Pandanus
Amaryllifolius) Dan Fraksi-Fraksinya. Jurnal Agritech. Vol 37(3). 271-279. ISSN : 0216-
0455.
Syahmani. L., (2017). Penggunaan Kittin Sebagai Alternative Fase Diam Kromatografi Lapis
Tipis Dalam Praktikum Kimia Organic. Jurnal Vidya Karya. Vol 32(1). 1-11.
Khopkar, S.M (1990). Konsep dasar kimia analitik. Jakarta. UI Press.
Vogel., (1994), Kimia Kuantitatif Anorganik, Buku kedokteran, Jakarta.
Soebagio., (2002), Kimia Analitik, Universitas Negeri Makassar Fakultas MIPA, Makassar.