Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
Absorpsi obat adaah peran yang terpenting untuk akhirnya menentukan efektifitas obat. Sebelum obat diabsorpsi,terlebih dahulu obat itu larut dalam cairan biologis. Kelarutan (serta cepat lambatnya melarut) menentukan banyaknya obat terabsorpsi.
Isolasi Senyawa murni Daun Sukun (Artocapus altilis)Sasori Kuchiki
Artocapus merupakan salah satu genus utama dalam family moraceae selain molus dan ficus. Genus ini tumbuh di Indonesia, Asia selatan, Papua nugini dan Pasifik Selatan (Mustapa, 2009). Spesies yang termasuk dalam genus Artocarpus, salah satu diantaranya Artocapus communis (sukun). Tumbuhan ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, dimana hampir semua bagian tanaman ini dapat digunakan, antara lain buahnya dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan.
Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan-tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna.
Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi kertas yang cukup mudah sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen-komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan zat pewarna pada spidol seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya.
Merupakan gambaran dari proposal penelitian mengenai Potensi Kitosan dari Cangkang Langkitang (Faunus ater) sebagai desinfektan dalam pengolahan air minum
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menafaatkan unsur logam dan nonlogam untuk keperluan transportasi, industri, dan bangunan. Penggunaan logam dan nonlogam makin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan industri.
Dari 109 unsur yang telah di temukan, ada 92 unsur yang terdapat di alam dan 70 unsur diantaranya adalah logam. Hanya sebagian saja dari logam – logam ini yang dimanfaatkan oleh manusia secara meluas. Alam Indonesia kaya akan bijih logam yang ada dalam perut bumi Indonesia. Untuk itu, anda harus mengetahui ilmu dan teknologi untuk mengolahnya.
Logam di alam pada umumnya terdapat dalam bentuk senyawa, bukan unsur bebas. Senyawa logam terdapat dalam berbagai batuan dalam kerak bumi. Batuan yang mengandung senyawa logam dalam kadar tinggi disebut Bijih. Senyawa logam yang dikandung bijih disebut mineral.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang unsur non-logam nitrogen. Nitrogen adalah salah satu unsur golongan V A yang merupakan unsur nonlogam dan gas yang paling banyak di atmosfer bumi. Nitrogen terdapat dalam bentuk unsur bebas di udara (78% volume), sebagai ammonia yang berasal dari senyawa – senyawa nitrogen, serta dalam beberapa mineral, seperti kalium nitrat. Nitrogen merupakan unsur yang relatif stabil, tetapi membentuk isotop – isotop yang 4 diantaranya bersifat radioaktif.
1. Agrielsa Alphasati Sinaga
Dinda Maisyarah
Fayaddah
Linda Rosita
Indah Santika
Febe Karen Rehulina
Kimia Dik B 2017
KELOMPOK 1
2. IDENTITAS JURNAL I IDENTITAS JURNAL II
Judul Artikel : Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Flavonoid Fraksi Etil Asetat
Rimpang Tumbuhan Temu Kunci
(Boesenbergia pandurata
(Roxb) Schelecht) (Zingiberaceae)
Pengarang artikel : Ochtavia Prima Sari
and Titik Taufiqurrohmah
Nama Jurnal : Jurnal of Chemistry
Kota terbit : -
Tahun terbit : 2006
Volume : 6
Nomor : 2
Halaman : 219-223 halaman
Nomor ISSN : -
Judul Artikel : Isolasi senyawa
metabolit sekunder dari ekstrak n-
heksana Daun tumbuhan majapahit
(crescentia cujete)
Pengarang artikel : Intan Fardilla dan Nurul Hidajati
Nama Jurnal : Jurnal Kimia
Kota terbit : Surabaya
Tahun terbit : 2018
Volume : 7
Nomor : 1
Halaman : 34-38halaman
Nomor ISSN : -
3. Tumbuhan majapahit (Crescentia cujete) umum dijumpai di daerah tropis. Kegunaan dari
tumbuhan majapahit adalah sebagai kayu bakar, buahnya digunakan untuk tempat air dan
gayung, daunnya sebagai pakan ternak, dan sebagai tanaman hias.
Berdasarkan literatur yang telah ditelusuri, buah maja mengandung fenolik, flavonoid,
tannin, saponin, alkaloid, cardenolid. Dalam penelitian yang dilakukan Nurhasanah,
menyebutkan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan uji bioaktivitas ekstrak tumbuhan
majapahit LC50 pada rayap menunjukkan fraksi n-heksana sebsar 1.323%, ekstrak kasar etanol
sebesar 1.548%, dan fraksi etanol 8,296%, dan fraksi kloroform sebesar 0.982%. Menurut
Nurhasanah, ekstrak n-heksana mengandung senyawa alkaloid, steroid, polifenol, dan saponin.
RINGKASAN JURNAL I
4. Metode yang digunakan adalah metode ekstraksi. Ekstraksi
yang dilakukan adalah dengan cara maserasi menggunakan
pelarut n-heksana. Dipisahkan dengan sistem 2 eluen atau
lebih, kemudian di KCV dan di KKG serta dimonitor dengan
KLT dan dimurnikan dengan cara rekristalisasi. serta
diidentifikasi dengan metode spektroskopi UV-Vis, FTIR, dan
GC-MS.
5. Salah satu ekstrak tanaman yang banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran dan industri
yaitu tanaman temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht). Rimpang B. pandurate
merupakan spesies dari famili Zingeberaceae tumbuh di bawah permukaan tanah secara mendatar,
beruas, sedikit keras, berbau khas minyak atsiri. Metabolit sekunder yang telah diteliti pada family
Zingiberaceae yaitu minyak atsiri, monoterpen, seskuiterpen pada Curcuma heyneana dan
C.aeruginosa Salah satu metabolit sekunder yang memiliki bioaktivitas adalah flavonoid. Banyak
senyawa flavonoid yang mudah larut dalam air sehingga pengekstraksian kembali larutan dalam air
tersebut dapat dilakukan dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air tetapi agak polar.
Pemilihan pelarut organik untuk pengekstraksian kembalisenyawa flavonoid yang terlarut dalam air
umumnya menggunakan kloroform, dietil eter, etil asetat,dan n-butanol.
RINGKASAN JURNAL ii
6. Pengekstraksian kembali senyawa flavonoid yang terlarut dalam air
menggunakan etil asetat tidak hanya berasal dari tumbuhan suku
Zingeberaceae tetapi juga terdapat pada suku Compositae yang
dibuktikan bahwa dalam pemeriksaan kandungan flavonoid sebagai
obat penyakit hati dari tumbuhan Sonchus oleraceus L.
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat lebih banyak mengandung
senyawa flavonoid yang memiliki efek antihepatotoksik lebih tinggi
bila dibandingkan dengan fraksi n-butanol dan fraksi air dari
ekstrak total dalam methanol.
7. METODE KROMATOGRAFI VAKUM CAIR (JURNAL 1)
Pemisahan senyawa flavonoid dari rimpang B. pandurata dilakukan dengan dua
metode kromatografi kolom yaitu kromatografi vakum cair (KVC) dan kromatografi
kolom gravitasi (KKG).
Pemisahan dengan KVC
Ekstrak etil asetat sebanyak 8 g dilakukan fraksinasi melalui kromatografi vakum cair
dengan diameter kolom 5 cm dan tinggi adsorben 5 cm. Fraksinasi menggunakan silika
gel merck 60 G F254 sebagai fasa diam dan fasa gerak berupa eluen n-herksana-etil
asetat, etil asetat, metanol sebanyak 200 mL dengan perbandingan yang ditunjukkan
pada Tabel 1. Fraksifraksi yang diperoleh dari eluen tersebut sebanyak 100 fraksi dengan
volume setiap fraksi 10 mL. Fraksi tersebut dimonitor dengan KLT menggunakan eluen
nheksana-etil asetat.
8. METODE KROMATOGRAFI CAIR VAKUM (KCV) PADA
JURNAL 2
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tumbuhan majapahit (Crescentia cujete)
sebanyak 10,1 kg daun basah. Metode kromatografi yang dipakai pada penelitian ini ada 2 yaitu, KCV
(Kromatografi Cair Vakum) dan KLT (Kromatografi Lapis Tipis).
Serbuk halus sebanyak 2 kg direndam/dimaserasi dengan pelarut n-heksana selama 24 jam dan
dilakukan sebanyak 3 kali dengan pelarut baru hingga didapatkan ekstrak berwarna hijau kehitaman
kemudian disaring menggunakan corong Buchner dan Erlenmeyer pipa samping. Filtrat diuapkan dengan
rotary vacuum evaporator dan didapatkan ekstrak kental sebesar 17,4279 gr. Ekstrak kental n-heksana
yang terbentuk kemudian diuji fitokimianya.
Metode KCV yang dilakukan pada penelitian ini adalah ekstrak kental n-heksana dipisahkan dengan
eluen n-heksana dan etil asetat menghasilkan 154 fraksi. Hasil pemisahannya dimonitoring dengan
menggunakan KLT dengan perbandingan eluen n-heksana: etil asetat = 8:2.
9. METODE PENELITIAN
JURNAL 1 :
ALAT :
ALAT EKSTRAKSI,ALAT DESTILASI, EVAPORATOR,ALAT KROMATOGRAFI
KOLOM,BAK KROMATOGRAFI,CORONG PISAH,SPEKTROFOTOMETER DAN
PERALATAN GELAS LAINNYA.
BAHAN :
N-HEKSANA,METANOL,ETIK ASETAT,PITA MAGNESIUM,LARUTAN FERI
KLORIDA,ASAM KLORIDA PEKAT DAN SILIKA GEL DAN RIMPANG TEMU
KUNCI.
PROSEDUR :
-TAHAP PENGUMPULAN DAN PENYIAPAN SAMPEL
-PEMBUATAN EKSTRAK
-IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID
10. METODE PENELITIAN
JURNAL 2 :
ALAT :
ALAT EKSTRAKSI,ALAT PENYARING,NERACA ANALITIK,GELAS KIMIA,GELAS
UKUR,CAWAN PETRI,PIPET TETES,KERTAS TISU,TABUNG VIAL,BOTOL,
EVAPORATOR,ALAT KROMATOGRAFI VAKUM CAIR DAN KROMATOGRAFI LAPIS
TIPIS,PLAT TETES DAN SPATULA.
BAHAN :
ETIK ASETAT,ETANOL, METANOL,HEKSANA,KLOROFORM,ASAM SULFAT,SILIKA
GEL,PITA MAGNESIUM,ASAM KLORIDA PEKAT,AQUADES,AMMONIA
PEKAT,REAGEN MAYER ,WAGNER,DAN DRAGENDROF.
PROSEDUR :
ISOLASI DAN IDENTFIKASI SENYAWA METABOLIT
SEKUNDER EKSTRAK N-HEKSANA DAUN TUMBUHAN
MAJAPAHIT
11. KELEBIHANJURNAL
1. Terdapat tabel dan
gambar untuk membantu
pembaca memahami isi
jurnal
2. Sistematika penulisan
jurnal berurutan dan
dijelaskan setiap bagian
dengan jelas
3. Bahasa yang digunakan
mudah dimengerti
1. Abstrak ditulis dengan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris
2. Dituliskan nomor diakhir kalimat
pada setiap materi yang diambil
dari daftar pustaka
3. Bahasa yang digunakan mudah
dimengerti
4. Urutan sistematika dijelaskan
dengan baik dan jelas
5. Terdapat tabel, grafik, dan gambar
untuk membantu pembaca lebih
memahami isi jurnal
JURNAL 1
JURNAL 2
12. 1. Untuk identitas jurnal ini kurang lengkap karena pada jurnal
ini tidak tertera nomor ISSN nya
2. Pembahasan untuk kromatografi cair pada jurnal ini sangat
singkat.
1.Untuk identitas jurnal ini kurang lengkap karena pada jurnal ini
tidak tertera nomor ISSN nya.
2.Pembahasan untuk kromatografi cair pada jurnal ini juga begitu
singkat sehingga membuat pembaca tidak mengerti mengenai
kromatografi cair tersebut.
3. Kesimppulan pada jurnal ini juga sangat singkat.