SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Download to read offline
TEKNIK PEMBENTUKAN LOGAM
         MODUL PRAKTIKUM



              Oleh :

   ABRIANTO AKUAN, ST., MT.




 LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI
    JURUSAN TEKNIK METALURGI
         FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
            BANDUNG
              2009
PETUNJUK PRAKTIKUM



I.        MAKSUD DAN TUJUAN
          Praktikum teknik pembentukan logam merupakan penerapan
teori-teori yang pernah diberikan dalam perkuliahan. Tujuan utama
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
         Mengetahui beberapa proses atau teknik pembentukan logam
          dalam pembuatan produk logam.
         Mengetahui        besaran-besaran   atau    parameter      proses    yang
          terlibat    dan    berpengaruh   terhadap     kualitas    produk     yang
          dihasilkan.
         Merencanakan        dan   membuat    barang     jadi     melalui    teknik
          pembentukan logam.
         Mengetahui cacat-cacat yang terjadi dalam proses pembentukan
          logam.
         Mengetahui        cara-cara   pengujian     sifat      mampu        bentuk
          (formability) dalam proses pembentukan logam.
Dengan melakukan praktikum ini, diharapkan peserta (praktikan)
memiliki pengalaman praktek dalam proses produksi/manufaktur
melalui proses pembentukan logam.


II.       PERATURAN PRAKTIKUM
2.1       Tata Tertib
         Tidak      dibenarkan     memakai   sandal,    sepatu      sandal     dan
          sejenisnya.
         Tas dan barang-barang yang digunakan selama praktikum harus
          disimpan ditempat yang telah disediakan.
         Dilarang melakukan praktikum tanpa seijin instruktur yang
          bersangkutan.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                       1
   Selama berada dilaboratorium dilarang merokok, makan dan
      minum.
     Praktikum harus menjaga keamanan dan ketenangan selama
      berada dilaboratorium.
     Diwajibkan memakai jas laboratorium dalam setiap melakukan
      praktek.


2.2   Kehadiran
     Praktikan yang tidak mengikuti satu kali praktikum dianggap
      gagal dan harus mengulang seluruh mata kuliah praktikum pada
      kesempatan berikutnya.
     Waktu      pelaksanaan    praktikum      diatur   oleh    jadwal   yang
      ditentukan    kemudian.      Praktikan    diharuskan      menyerahkan
      formulir kehadiran kepada instruktur pada setiap melakukan
      praktek.


2.3   Pemakaian Alat
     Periksa kelengkapan alat sebelum melakukan praktek.
     Setiap pemakaian alat harus seijin instruktur.
     Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab satu
      kelompok peserta praktikum.
     Setiap akhir praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan
      harus dibersihkan.
     Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus lapor
      pada    instruktur   untuk    memeriksa       alat-alat    yang    telah
      digunakan.


2.4   Tugas dan Laporan
     Laporan praktikum diisi pada logbook yang telah disediakan.
     Sebelum dan sesudah praktikum akan diadakan responsi dan
      ujian akhir praktikum. Adapun waktu dan tempat ditentukan
      kemudian.


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                2
   Setiap praktikum harus mengumpulkan dan mengisi logbook
       praktikum     secara        perorangan   setelah    seluruh   praktikum
       diselesaikan.
      Logbook praktikum diisi dengan tulisan tangan.


2.5    Penilaian
       Sistematika penilaian mengikuti aturan sebagai berikut:
             1. Nilai Ujian                     = 15 %
             2. Nilai Kehadiran                 = 25 %
             4. Nilai Laporan                   = 20 %
             5. Nilai Presentasi                = 40 %




III.   KESELAMATAN KERJA
3.1    Ringkasan Umum
       Keselamatan kerja merupakan target pertama dalam setiap
proses produksi terutama proses penempaan logam, karena dalam
proses ini kita akan berhadapan dengan bahaya-bahaya yang mungkin
terjadi diantaranya:
      Terkena percikan scale dari benda kerja.
      Terkena     jilatan   api    atau   panas   dari   pembakaran   tungku
       pemanas.
      Risiko terjadinya kebakaran.
Bahaya potensial ini diharapkan tidak akan menjadi bahaya riil apabila
semua peraturan keselamatan telah diikuti dengan seksama dan
selalu bekerja menurut prosedur serta tata cara yang aman dan
benar. Dengan demikian kita akan terhindar dari bahaya dan tempat
kita bekerja menjadi tempat yang aman.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                 3
3.2   Ketentuan dan Prosedur Keselamatan
     Siapkanlah bahwa keadaan lingkungan kerja dan peralatannya
      siap untuk dipakai, dan periksa kembali peralatan sebelum
      bekerja.
     Pakailah pakaian kerja dengan alat pelindung diri (APD) lainnya
      yang diperlukan.
     Bekerjalah sesuai petunjuk yang ada.
     Tanyakanlah pada instruktur/asistant anda, bila kurang jelas
      dalam bekerja.
     Berhati-hatilah dalam penggunaan alat-alat perlengkapan serta
      posisi dalam bekerja.
     Usahakan nyala api dalam kondisi yang baik.
     Jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari api.
     Usahakan benda kerja yang akan ditempa, dalam keadaan
      bersih bebas dari air oli dan bahan lainnya yang dapat
      menyebabkan percikan atau ledakan.
     Bersihkan lantai pasir tempat proses penempaan dari air,
      kotoran dan sebagainya.
     Jaga jarak aman anda dengan tungku pemanas dan peralatan
      lain pada saat penempaan benda kerja.
     Gunakan selalu alat pelindung diri (APD): sarung tangan kulit,
      apron, helm, kacamata, sepatu kerja, masker tang jepit, ear
      plug dan lain sebagainya.
     Tidak diperbolehkan memegang peralatan dan produk tempa
      tanpa alat pelindung diri (APD) selama proses penempaan
      sedang berjalan.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                        4
MODUL 1
                         PENEMPAAN LOGAM


       Menempa adalah suatu pekerjaan membentuk, memendekkan
atau memanjangkan dan melengkungkan benda kerja logam dalam
keadaan panas dengan jalan pemukulan atau dengan cara penekanan
lain. Tujuan dari pemanasan ialah agar benda itu menjadi lunak,
sehingga mudah dibentuk atau dikerjakan. Pada umumnya bahan-
bahan yang dapat ditempa adalah paduan ferro (besi baja) serta
logam-logam non ferro.
       Bahan bakar diperlukan untuk memanaskan benda kerja dalam
Dapur Tempa. Pemakaiannya tergantung dari jenis Dapur Tempa yang
digunakan. Faktor-faktor dalam memilih bahan bakar adalah:
-   Nilai pembakarnya tinggi (lihat tabel).
-   Debu dari sisa pembakaran yang terjadi sedikit sekali.
-   Bahan bakar harus ekonomis dan mudah didapat.
-   Efisiensi dalam melakukan pengerjaan.
Bahan bakar padat yang biasa digunakan adalah arang kayu, batu
bara dan kokas. Sedangkan bahan bakar gas yang sering digunakan
adalah gas elpiji atau gas minyak bumi yang dicairkan.
                     Tabel nilai kalori bahan bakar.
                       Bahan Bakar   Nilai Kalori/gram
                       Arang Kayu    Rata-rata: 7.200
                        Batu bara      5.650-8.200
                        Gas elpiji    10.400-10.800


Yang paling utama untuk menimbulkan panas dalam bahan bakar
adalah hidrogen, nilai kalori pembakarannya bisa mencapai 34.000
kalori/gram. Sedangkan Karbon bisa mencapai 5.100 kalori/gram.
Makin banyak kadar Hidrogennya makin besar pula kesempatan untuk
membakar secara cepat.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                   5
Tabel Komposisi unsur bahan bakar.
                                     Karbon     Hidrogen   Oksigen
                   Bahan Bakar
                                     (C), %      (H), %    (O2), %
                   Arang Kayu          56          12         2
                    Batu Bara          54           6        10
                      Elpiji           54          14         2


       Selain bahan bakar, udara merupakan unsur yang penting
dalam proses pembakaran, karena gabungan dari unsur tersebut
merupakan faktor terpenting untuk kelangsungan dari hidupnya nyala
api. Kekurangan ataupun kelebihan udara dapat mengakibatkan
pembakaran         tidak     sempurna,          sehingga    nilai     kalori   dari
pembakarannya         juga       dapat        berkurang.    Oleh      karena    itu
penghembusan udara secara mekanis akan lebih baik karena dapat
memperoleh/menghasilkan udara yang konstan dan bisa diatur sesuai
yang dibutuhkan. Sedangkan yang secara manual, udara yang
dihembuskan kurang dapat menjamin untuk sesuai yang dibutuhkan.
       Kalau kita perhatikan pada Tabel komposisi bahan bakar, maka
penghembusan udara secara manual ini kurang cocok/sesuai. Bila
yang digunakan batubara sebagai bahan bakar, karena kadar hidrogen
yang    terkandung         relatif   sedikit,     maka     otomatis     kecepatan
pembakarannya akan berkurang dan api dapat mudah mati/padam.


1.1    Prosedur Percobaan
  1. Siapkan bahan baku yang akan digunakan, dengan ukuran
       tertentu.
  2. Timbang benda kerja sebelum dan setelah proses pemanasan
       sehingga akan didapatkan data prosentase kehilangan beratnya.
  3. Tentukan temperatur pengerjaannya sesuai dengan jenis benda
       kerja dan prosesnya.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                     6
4. Bahan baku dimasukkan kedalam dapur pemanas.




  5. Panaskan bahan hingga mencapai temperatur prosesnya.
  6. Lakukan penempaan secara bertahap sampai bentuk yang
     diinginkan tercapai (lihat subbab rencana kerja).
  7. Catat lamanya pemanasan dan besarnya deformasi pada setiap
     tahapan proses tempanya.
  8. Setelah bentuk tercapai, benda kerja dicelup ke air/oli dan
     panaskan   kembali   (temper)   diikuti   pendinginan   di   udara
     terbuka.


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                          7
1.2   Langkah Pemanasan Benda Kerja
      Setelah segala persyaratan keselamatan kerja terpenuhi, serta
semua peralatan-peralatan yang akan dipergunakan telah siap untuk
dipakai, maka pekerjaan menempa sudah dapat dimulai. Dibawah ini
adalah langkah-langkah dalam menyalakan api tungku:
     Bila batubara/kokas atau arang kayu yang tersedia dalam
      bentuk yang relatif besar, Sebaiknya dipecah menjadi bentuk
      yang lebih kecil kurang lebih 1 inch3.
     Letakkan majun yang sudah dibatasi minyak tanah ditengah
      tungku.
     Letakkan arang kayu secukupnya diatas majun tersebut.
     Hidupkan blower utama untuk penghisapan asap/debu dan
      kemudian api mulai dinyalakan, dengan membakar majun
      tersebut.
     Hidupkan blower untuk penghembusan udara pada proses
      pembakaran kedalam tungku. Buka blower handle serta atur
      kebutuhan udara yang diperlukan.
     Bila arang kayu telah membara, kita mulai meletakkan kokas
      (batubara) diatasnya sambil memperhatikan ”Udara” dengan
      mengatur blower handle, karena batubara akan mati atau
      padam bila udara terlalu besar ataupun kecil.
     Setelah kokas/batubara membara maka kita sudah dapat
      memanaskan Benda Kerja pada tungku tersebut.
     Hati-hatilah dalam pengambilan dan peletakkan benda kerja
      pada tungku Usahakan NYALA API yang KONSTAN !!!.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                      8
Posisi benda kerja




1.3   Temperatur Pemanasan Ideal Benda Kerja
      Suhu benda kerja dapat dikira-kira/dibandingkan dengan Tabel
dibawah ini.
                  Tabel warna nyala benda kerja.
               Temperatur (oC)    Warna Nyala Benda Kerja
                   1300          Putih
                   1200          Kuning keputih-putihan
                   1100          Kuning kemerah-merahan
                   1000          Merah terang
                    900          Merah Jambu
                    800          Merah
                    600          Merah gelap
                    500          Coklat


      Pada dasarnya proses pemanasan benda-benda kerja (baja)
dapat mengakibatkan perubahan struktur didalam baja itu sendiri.
Maka harus betul-betul diperhatikan atau temperatur idealnya. Suhu
terlalu tinggi dapat mengakibatkan benda kerja mengelupas dan



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                     9
retak-retak, sehingga permukaannya akan menjadi kasar. Sebaliknya
bila      suhunya     terlalu    rendah,      benda       kerja    akan    sulit
dikerjakan/ditempa,      karena    benda     kerja    tersebut    masih   dalam
keadaan keras.


1.4      Rencana Kerja
a. Pengerjaan       membentuk silinder dari benda kerja berbentuk segi
empat (balok) dengan menggunakan palu pembulat. Diperlukan
tenaga yang cukup besar untuk pemukulannya.




b. Pengerjaannya dilakukan tanpa palu pembulat.
        Benda kerja berbentuk blok dirubah menjadi bentuk octagonal




        Dari octagonal, garis-garis sikunya secara halus untuk dibentuk
         menjadi silinder.




c.     Langkah-langkah       membentuk     segi   empat    dari   benda   kerja
berbentuk silinder.


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                 10
d. Pemotongan, untuk memotong logam-logam yang panas pada
benda kerja tempa, biasanya dikerjakan dengan Hardie & Hot set
sedangkan untuk logam-logam yang dingin biasanya menggunakan
”Cold set”.
1. Hardie
   - Lekukkan sekeliling tepinya diatas sisi hardie.
   - Selanjutnya dipatahkan diatas sisi anvil.




2. Cold set
   - Sudut ketajamannya ± 60o




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                11
3. Hot set
   - Sudut ketajamannya ± 30o




e. Meregangkan
      Biasanya untuk meregangkan bentuk balok. Dikerjakan dengan
       menggunakan palu peregang, seperti terlihat dalam gambar.
      Perlu diperhatikan yaitu selain tenaga peregangan, penjepitan
       juga harus kuat. Dan posisi palu peregang atas dan bawah
       harus sejajar berimpit guna mencegah terjadinya loncatan
       benda kerja yang diakibatkan oleh gaya kopel.




                                         √




                                         X




                                         X




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                       12
   Untuk menghaluskan permukaannya, dapat dikerjakan dengan
      menggunakan palu perata.


f. Perataan
     Posisi   palu   perata   waktu   digunakan   untuk   menghaluskan
      permukaan yang kasar.




     Untuk menghaluskan permukaan batang silinder, bisa juga
      digunakan palu pembulat yang diameternya sesuai dengan
      diameter batang silindernya.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                         13
g. Langkah kerja membuat penitik
     Bentuklah ujungnya menjadi segi empat runcing yang pendek.




     Perhatikan sudut antara benda kerja dan permukaan anvil.




     Bentuk segi empat yang runcing dibuat lebih panjang lagi
      (sesuai dengan yang diperlukan).
     Untuk membentuk suatu bentuk runcing, cukup dipukul secara
      lemah.




     Dibentuk menjadi Octagonal.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                       14
   Dari Octagonal dibentuk menjadi bentuk bulat.




     Pecah akibat pemukulan yang salah.




h. Membentuk sebuah lingkaran
     Ukur panjang benda kerja sepanjang ∏ D yang diminta dari
      salah satu ujungnya dan ditandai dengan penitik.




     Bengkokkan menjadi sisi persegi panjang.




     Lengkungkan sisi ujung atas dari ukuran 1D pada ujung Anvil.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                         15
   Lengkungkan secara terus menerus.




     Lengkungkan    sisi     ujungnya    hingga   membentuk   sebuah
      lingkaran.




     Penyambungan     sisi    ujungnya   hingga   membentuk   sebuah
      lingkaran.




     Terbentuklah sebuah lingkaran.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                       16
i. Menggulung dan melilit
     Setelah benda kerja dipanaskan lalu dipanjangkan diatas tanduk
      Anvil.




     Lakukan perataan dan ujungnya dilancipkan pada permukaan
      Anvil.




     Mulailah proses penggulungan dengan melekukkan ujungnya
      pada sudut permukaan Anvil.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                     17
   Selanjtnya penggulungan dapat dilakukan diatas permukaan
      Anvil.




     Untuk    lebih   lengkap   lagi,   penggulungan   dapat   dikerjakan
      dengan cara seperti ini:
          Menggunakan Horn




          Menggunakan Scroll Tacil




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                           18
j. Twisting
      Bagian yang akan dikerjakan harus dipanaskan secara merata.




      Memulai pengerjaan dengan tekanan memutar seketika.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                     19
MODUL 2
                              PENARIKKAN KAWAT


        Penarikkan kawat (wire drawing) adalah salah satu proses
pembentukkan logam untuk memperkecil diameter dengan cara
penarikkan kawat melalui lubang cetakan (dies).




Energi deformasi =Vol . ∫σ . δε
F1l1 = A1 . l1 ∫σ . δε
Gaya penarikan, F =A1 ∫σ . δε
Tegangan Penarikan ,          σi = F/Ai =∫σ . δε
Jika gesekan diperhitungkan dan dengan anggapan kondisinya adalah
plane strain, maka besarnya gaya penarikan adalah:

                   1  B    Dk  
                                    2B

        F  Ak  0         1    
                    B    Dm  
                                     
          1
0           ∫σ . δε
       k m

B =  cot 
μ = koefisien gesek
 = semi cone angle




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                   20
2.1    Prosedur Percobaan:
A.     Persiapan Mesin
     1. Bersihkan semua peralatan yang ada dan di daerah sekitar
       mesin penarikkan kawat mesin.
     2. Periksa   oli   di   semua   gear   box   dan   bagian-bagian   yang
       memerlukan oli atau stempet (grease).
     3. Pasang dies pada dudukan dies sesuai urutan rencana ukuran
       dies.
     4. Posisi pemasangan dies adalah bagian sudut yang lebih besar
       berada di sebelah datangnya kawat (pay off), seperti gambar
       berikut ini:




     5. Masukkkan power listrik di panel dan jalankan mesin dalam
       keadaan kosong, serta hidupkan lubricant selama 5-10 menit.
     6. Periksa konsentrasi dan temperatur lubricant.


B.     Persiapan Bahan
     1. Siapkan kawat        (baja/tembaga/alumunium) dengan       panjang
       2000 mm untuk percobaan penarikan kawat.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                              21
2. Ujung kawat sepanjang kira-kira 20-25cm dilakukan penyerutan
       sampai diameter tertentu.


C.     Proses Penarikkan Kawat
     1. Siapkan mesin penarikan kawat.
     2. Pasang cetakan untuk reduksi yang pertama.
     3. Perkecil diameter salah satu ujung kawat (gunakan mesin
       serut/roll), sehingga kawat dapat dilewatkan pada cetakan.
     4. Ujung kawat yang telah diserut dimasukkan kedalam dies
       sampai ujung kawat tersebut muncul dari dies minimal 20 cm.
     5. Pasang bagian pengait rantai penarik di capstan ke kawat yang
       akan ditarik.
     6. Hidupkan mesin, dan lakukan penarikkan pelan-pelan sampai
       rantai penarik menjepit kawat dan hidupkan lubricant.
     7. Lakukan penarikan hingga 1500 mm, ukur besarnya gaya
       penarikan dengan membaca dial indicator pada strain gauge
       kemudian dikonversikan dengan menggunakan kurva kalibrasi.
     8. Buka rantai penarik dan buka lilitan kawat pada capstan.
     10.Ulangi tahap 1 sampai 9 tersebut diatas untuk mencoba reduksi
       pada cetakan yang lainnya.


2.2    Standar Kerja Mesin Penarikkan Kawat
     1. Mesin penarikkan kawat, mesin serut dan sekitarnya harus
       bersih.
     2. Oli di gear box dan grease pada mesin serut harus selalu
       diperiksa.
     3. Semua    coil kawat   harus   diletakkan   ditempat   yang   telah
       ditentukan.
     4. Bersihkan dies setiap akan mulai penarikan dari geram dan
       pengotor lainnya. Perhatikan pemasangan dies jangan sampai
       terbalik (sudut yang besar menghadap pay off).




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                           22
5. Periksa motor penggerak setiap pertama mau                menjalankan
     mesin tarik, terutama shielspring dan karbon brass.
  6. Tombol manual (jog) tidak boleh dimatikan sebelum capstan
     berjalan satu putaran, terutama waktu mulai proses.
  7. Bila   ada   perubahan    bunyi     di   mesin,   mesin    secepatnya
     dimatikan, dan mesin diperiksa.
  8. Waktu proses penarikan berjalan lubricant harus dihidupkan dan
     dipastikan mengenai semua permukaan capstan dan lilitan
     batang kawat.
  9. Konsentrasi lubricant 8-12% dengan temperatur kerja 35-45oC.
  10.Jika ada kawat yang kusut, matikan mesin dan perbaiki serta
     rapikan, baru kemudian mesin dapat dijalankan lagi, jangan
     sampai dipaksakan mesin jalan terus.
  11.Batang kawat yang keluar dari mesin penarikkan kawat harus
     bersih dari sisa lubricant.
  12.Perhatikan hasil penarikan, baik diameter, bentuk dan kondisi
     permukaan batang kawat.
  13.Setelah selesai penarikan coil kawat diikat sebanyak beberapa
     lilitan, dan beri tanda spesimen.
  14.Hati-hati jaga keselamatan kerja terutama waktu memasang
     rantai penarik di awal proses dan waktu melepaskan lilitan di
     capstan pada akhir proses.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                            23
MODUL 3
                     PEMBENGKOKKAN PELAT


      Pada proses pembengkokkan pelat atau lembaran Logam, yang
menjadi ukuran keberhasilannya adalah radius bengkokan minimum
yang belum menimbulkan retakan pada daerah deformasi. Ukuran ini
sangat tergantung pada tebal dan keuletan lembaran tersebut.




      Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam proses bending yaitu
spring back. Deformasi yang terjadi pada benda kerja selama ditekan
pada dies terdiri atas deformasi elastis dan plastis. Bila benda kerja
tersebut dikeluarkan dari dies, maka deformasi yang terjadi hanyalah
deformasi plastisnya. Dengan demikian bentuk benda kerja tidaklah
persis sama dengan bentuk dies. Sehingga bentuk dies dan metoda
deformasinya perlu dikoreksi.

      Fenomena    spring back secara skematis ditunjukkan pada
Gambar dibawah ini yang besarnya spring back atau pemulihan
deformasi elastis tergantung pada:
     Kekuatan luluh dan tegangan alir
     Modulus elastisitas
     Deformasi total dan tebal pelat




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                        24
Mekanisme spring back pada proses bending




     Pengaruh kekuatan material yang berbeda terhadap besarnya
spring back yaitu material yang lebih kuat akan memberikan spring
back yang lebih besar. Sedangkan pengaruh modulus elastisitas,



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                   25
material yang kurang kaku (modulus elastisitasnya lebih kecil) maka
spring back yang terjadi akan lebih besar, serta pengaruh besarnya
deformasi total dan tebal pelat terhadap spring back yang terjadi,
pelat yang lebih tebal atau proses deformasi yang besar, akan
mengalami deformasi total yang lebih besar dan akan memberikan
spring back yang lebih besar pula.


Prosedur Percobaan:
  1. Siapkan spesimen pelat dengan ketebalan tertentu untuk proses
     bending, catat geometri dan spesifikasi materialnya.
  2. Lakukan proses bending dengan sudut: 45 dan 90.
  3. Catat fenomena yang terjadi pada saat benda kerja dikeluarkan
     dari cetakan, dan lakukan pengukuran sudut bending-nya.
  4. Lakukan tahap 1 sampai 3 tersebut diatas untuk jenis atau
     ketebalan pelat yang lainnya.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                     26
@@ Teknik Metalurgi – UNJANI   27
MODUL 4
               PENGUJIAN DEEP DRAWABILITY


     Proses deep drawing adalah proses pembentukan lembaran
logam dari bentuk 2 dimensi menjadi bentuk 3 dimensi melalui
penekanan lembaran pada suatu cetakan.

     Geometri proses deep drawing, secara skematis dilukiskan pada
Gambar dibawah ini, proses deep drawing yang murni terjadi bila
ujung punch berbentuk datar sehingga bagian lembaran dibawah
ujung punch tidak mengalami deformasi, sedangkan bagian dinding
mengalami penarikkan. Dilain pihak bila ujung punch membentuk
bagian dari bola, maka proses keseluruhannya adalah gabungan
antara deep drawing dan stretching (Gambar dibawah).




                  Geometri proses deep drawing.



     Tinjauan tahapan deformasi berikut ini didasarkan pada proses
deep drawing murni (Gambar dibawah ini).




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                   28
Tahapan deformasi pada proses deep drawing.



       Bagian flens (flange) akan mengalami pengecilan diameter. Hal
ini dimungkinkan oleh tegangan tarik dalam arah radial (Gambar
dibawah ini). Selain itu muncul pula dengan sendirinya tegangan
tekan dalam arah tangensial. Tegangan tangensial tekan inilah yang
dapat menimbulkan buckling pada flens. Bila ini terjadi maka
terbentuklah keriput pada flens, dan proses deep drawing akan gagal.
Oleh   karena   itu   maka   keriput   harus   dihindari   dengan   jalan
memberikan tegangan tekan pada permukaan flens. Gaya tekan ini




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                          29
diberikan oleh pemegang bakalan (blank holder). Pada saat proses
deep drawing berlangsung, dinding tabung mengalami penarikkan.

        Drawability dari suatu lembaran logam dinyatakan dengan
perbandingan diameter bakalan, do maksimum yang masih bisa
diproses menjadi tabung berdiameter, di. Batas proses deep drawing
tersebut dikenal dengan nama LDR (limiting drawing ratio).

        LDR = do/dimaks

Besarnya LDR dibatasi oleh gaya penarikan yang dapat ditahan oleh
dinding tabung. Secara teoritis, batas deep drawing adalah:

        LDR = do/dimaks = e = 2,7

Jika pengaruh bending dan unbending serta pengaruh gesekan antara
benda kerja dengan perkakas diperhitungkan, maka persamaan diatas
dikoreksi menjadi:

        LDR = e

dimana  menyatakan faktor efisiensi deformasi, bila radius dies kecil
ataupun koefisien gesekan cukup besar maka  akan mengecil. Harga
 yang diambil dari kondisi deep drawing yang wajar adalah 0,7.
Dengan angka tersebut maka LDR akan berkisar sekitar dua.

        Persamaan lain untuk menyatakan LDR yang dihubungkan
dengan      parameter       rasio   regangan    plastis   material,    R     yang
menunjukkan nilai ketahanan material terhadap penipisan adalah:

LDR =  do/di maks = exp  o,w/o,f  = exp  [(R+1)/2]

atau,

LDR =  do/di maks = exp [1/(1+)] .  [(R+1)/2]

dimana          adalah faktor proses, biasanya sekitar 0,2-0,3 yang
tergantung      pada    geometri     proses    atau   perkakas   dan       kondisi
gesekannya.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                    30
Parameter sifat mampu bentuk lembaran logam adalah strain
hardening coefficient (n) dan plastic strain ratio (R) yaitu sifat-sifat
yang muncul bila logam dikenai deformasi plastis. Cara yang praktis
untuk mengamati sifat logam yang dideformasi plastis adalah dengan
pengujian tarik. Pengujian non simulasi ini hanya bersifat teoritis
karena hanya membandingkan keadaan tegangan dan regangan
material tanpa pendekatan pada kondisi proses yang sesungguhnya.

      Harga   strain     hardening    coefficient   dapat      diukur     melalui
pengujian tarik dengan daerah pengukuran yang teliti terletak antara
ys dan uts. Kurva antara ys dan uts dapat didekati dengan
persamaan     Y=aXn      dengan harga n berkisar antara 0-1. Sehingga
bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai: =K n

      persamaan    ini     disebut   tegangan   alir   (flow     stress)    yang
memperlihatkan kenaikan kekuatan akibat deformasi plastis. Bila
persamaan tersebut dinyatakan dalam skala log              Vs    log     maka
kemiringannya akan menunjukkan harga n.

log  = log K + n log 

   n = d log  / d log 

Prosedur untuk mengukur dan menghitung harga n untuk lembaran
baja dapat dilakukan dengan menggunakan standar ASTM E.646-78.

      Data elongation (e) dan reduction in area (q) menandakan
bahwa deformasi spesimen yang diuji tarik tidak hanya terjadi pada


@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                                   31
arah memanjang, melainkan juga pada arah lebar dan tebal. Hal ini
berarti dari pengujian tarik, dengan sedikit modifikasi dapat dilakukan
pengukuran harga R. Plastic strain ratio, R diukur dan dihitung pada
daerah antara ys dan uts, harga R dapat dinyatakan sebagai berikut:

R = w/t = ln (wi/wo) / ln (ti/to)

Pengukuran     regangan     dalam     arah   tebal   secara   langsung   akan
memberikan kesalahan yang besar, dan akan lebih teliti jika regangan
dalam arah tebal dihitung dari perubahan bentuk pada arah panjang
dan lebar dengan prinsip volume konstan, dengan demikian dapat
dituliskan:

t = ln (lo wo/li wi)

sehingga:

R = w/t = ln (wi/wo) / ln (lo wo/li wi)

Untuk menghitung harga rata-rata dari R, maka pengukurannya
dilakukan pada spesimen dengan arah 0o, 45o, dan 90o terhadap arah
pengerolan:

Rm = (R0+2R45+R90) / 4

Harga planar anisotropi dinyatakan dengan persamaan:

R = (R0-2R45+R90) / 2

Prosedur untuk mengukur dan menghitung harga R lembaran baja
dapat dilakukan dengan menggunakan standar ASTM E.517-74.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                               32
Salah satu orientasi spesimen untuk menentukan R.




       Pengujian mampu bentuk lembaran logam, selain dilakukan
melalui pengujian non simulasi, dapat pula melalui pengujian simulasi
yang dilakukan dengan pendekatan terhadap kondisi proses dimana
hasilnya akan lebih memberikan gambaran mengenai mampu bentuk
material.

       Berbagai   macam    pengujian    simulasi    sheet   metal    forming
dimaksudkan       untuk   mendapatkan     koreksi      (gambaran)     antara
kenyataan proses sheet metal forming dengan pengujian simulasi
tersebut. Proses sheet metal forming yang dapat dipandang sebagai
gabungan proses bending, stretching dan deep drawing. Oleh karena
itu   banyak    dikembangkan    metoda    uji   yang    diharapkan    dapat
mengungkapkan secara cepat sifat mampu bentuk dalam proses-
proses sheet metal forming tersebut.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                              33
Uji simulasi untuk deep drawing telah dikembangkan oleh Sachs
dalam pengujian wedge drawing test dan yang lebih sering dipakai
adalah Swift cup drawing test yang skemanya terlihat pada Gambar
dibawah ini.




                       Swift cup drawing test.



       Metoda lainnya yang juga popular adalah Olsen, Erichsen dan
Fukui cup drawing test seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut
ini.




                       Fukui cup drawing test.

       Pada simulasi Swift test, menggunakan punch yang ujungnya
datar yang berarti deep drawing murni, dan pada Fukui test dipakai
punch yang ujungnya merupakan bagian dari permukaan bola, yang
berarti gabungan antara deep drawing dan stretching. Yang menjadi
ukuran deep drawability dalam Swift test adalah LDR. Hal ini berarti
bahwa Swift test menggunakan blank dengan berbagai diameter.
Dalam Fukui test dipakai satu ukuran diameter blank, do. Ukuran yang
dipakai untuk menyatakan deep drawability adalah diameter benda uji
minimal sebelum terjadinya retakan. Dengan uji simulasi tersebut
diatas dapat dengan cepat dihasilkan data sifat mampu bentuk, tetapi



@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                      34
seringkali tidak memiliki korelasi yang baik dengan kenyataan press
forming di industri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam kondisi
gesekannya atau perbedaan dalam perbandingan tebal pelat atau
lembaran dengan ukuran benda kerja.




Prosedur Percobaan:
  1. Siapkan peralatan/cetakan pengujian deep drawability dan
     mesin pengujian tarik.
  2. Berilah pelumasan pada peralatan/cetakan uji.
  3. Buatlah   keping   lembaran   logam   (blank)   dengan   variasi
     diameter: 40, 45, 50, 55 dan 60 mm.
  4. Lakukan pengujian deep drawability untuk setiap keping yang
     telah disiapkan.
  5. Amati dan catat hasilnya.




@@ Teknik Metalurgi – UNJANI                                      35

More Related Content

What's hot

Peralatan Proses dan Utilitas
Peralatan Proses dan UtilitasPeralatan Proses dan Utilitas
Peralatan Proses dan UtilitaslombkTBK
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Novia Fitriany
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutAlen Pepa
 
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubutDidi sudiprayitna
 
Laporan permesinan
Laporan permesinanLaporan permesinan
Laporan permesinanasdin amroe
 
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptxMohAliYahya1
 
Perencanaan Perawatan dan perbaikan
Perencanaan Perawatan dan perbaikanPerencanaan Perawatan dan perbaikan
Perencanaan Perawatan dan perbaikanHamid Abdillah
 
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Adolvin Mahadiputra
 
Peralatan kerja bangku
Peralatan kerja bangkuPeralatan kerja bangku
Peralatan kerja bangkuEdi Sutanto
 
Perhitungan Laju Korosi
Perhitungan Laju KorosiPerhitungan Laju Korosi
Perhitungan Laju Korosiyusi arisandi
 

What's hot (20)

Peralatan Proses dan Utilitas
Peralatan Proses dan UtilitasPeralatan Proses dan Utilitas
Peralatan Proses dan Utilitas
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi
 
Konsep dislokasi
Konsep dislokasiKonsep dislokasi
Konsep dislokasi
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Laporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja BangkuLaporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja Bangku
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serut
 
Rumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurusRumus perhitungan roda gigi lurus
Rumus perhitungan roda gigi lurus
 
Laporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum PemesinanLaporan Praktikum Pemesinan
Laporan Praktikum Pemesinan
 
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
131223466 perhitungan-waktu-pemesinan-bubut
 
Laporan permesinan
Laporan permesinanLaporan permesinan
Laporan permesinan
 
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
 
Memotong dengan gas
Memotong dengan gasMemotong dengan gas
Memotong dengan gas
 
laporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakarlaporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakar
 
Perencanaan Perawatan dan perbaikan
Perencanaan Perawatan dan perbaikanPerencanaan Perawatan dan perbaikan
Perencanaan Perawatan dan perbaikan
 
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
 
Tanda pengerjaan
Tanda pengerjaanTanda pengerjaan
Tanda pengerjaan
 
Peralatan kerja bangku
Peralatan kerja bangkuPeralatan kerja bangku
Peralatan kerja bangku
 
Perhitungan Laju Korosi
Perhitungan Laju KorosiPerhitungan Laju Korosi
Perhitungan Laju Korosi
 

Viewers also liked

Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan12luthfi
 
Latihan Pengendalian diri dalam Pengembangan Diri
Latihan Pengendalian diri dalam Pengembangan DiriLatihan Pengendalian diri dalam Pengembangan Diri
Latihan Pengendalian diri dalam Pengembangan Diripjj_kemenkes
 
Materi2 daspend
Materi2 daspendMateri2 daspend
Materi2 daspendDermawan12
 
Tes Sidik Jari PRiADI (TSP):
Tes Sidik Jari PRiADI (TSP):Tes Sidik Jari PRiADI (TSP):
Tes Sidik Jari PRiADI (TSP):Dedi Priadi
 
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalLaporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalMuhammad Akmal
 
Proses pembentukan
Proses pembentukanProses pembentukan
Proses pembentukan12luthfi
 
2 keselamatan kerja di pengecoran logam
2 keselamatan kerja di pengecoran logam2 keselamatan kerja di pengecoran logam
2 keselamatan kerja di pengecoran logamYudi Hartono
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktursurya kelana
 

Viewers also liked (11)

Makalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukanMakalah proses pembentukan
Makalah proses pembentukan
 
Latihan Pengendalian diri dalam Pengembangan Diri
Latihan Pengendalian diri dalam Pengembangan DiriLatihan Pengendalian diri dalam Pengembangan Diri
Latihan Pengendalian diri dalam Pengembangan Diri
 
Materi2 daspend
Materi2 daspendMateri2 daspend
Materi2 daspend
 
Forming
FormingForming
Forming
 
Tes Sidik Jari PRiADI (TSP):
Tes Sidik Jari PRiADI (TSP):Tes Sidik Jari PRiADI (TSP):
Tes Sidik Jari PRiADI (TSP):
 
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalLaporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
 
LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN
LATIHAN DASAR KEPEMIMPINANLATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN
LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN
 
Proses pembentukan
Proses pembentukanProses pembentukan
Proses pembentukan
 
2 keselamatan kerja di pengecoran logam
2 keselamatan kerja di pengecoran logam2 keselamatan kerja di pengecoran logam
2 keselamatan kerja di pengecoran logam
 
Makalah proses manufaktur
Makalah proses manufakturMakalah proses manufaktur
Makalah proses manufaktur
 
Produksi kerajinan logam
Produksi kerajinan logamProduksi kerajinan logam
Produksi kerajinan logam
 

Similar to Logam Metalurgi

Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Abrianto Akuan
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Abrianto Akuan
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.pptKeselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.pptsandirustandi8
 
Logam mesin casting and moulding 19
Logam mesin casting and moulding 19Logam mesin casting and moulding 19
Logam mesin casting and moulding 19Eko Supriyadi
 
Logam mesin forging 3
Logam mesin forging 3Logam mesin forging 3
Logam mesin forging 3Eko Supriyadi
 
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docxDRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docxsusan26225
 
(LK3) materi smk3+kontrak reguler 2014-2015.ppt.pdf
(LK3) materi smk3+kontrak reguler 2014-2015.ppt.pdf(LK3) materi smk3+kontrak reguler 2014-2015.ppt.pdf
(LK3) materi smk3+kontrak reguler 2014-2015.ppt.pdfIlhamAswiSyaputra
 
Materi K3 di Lab lingk.ppt
Materi K3 di Lab lingk.pptMateri K3 di Lab lingk.ppt
Materi K3 di Lab lingk.pptIchahusaini
 
Praktikumm-Kimiaa-Dasar-Komprehensif.pdf
Praktikumm-Kimiaa-Dasar-Komprehensif.pdfPraktikumm-Kimiaa-Dasar-Komprehensif.pdf
Praktikumm-Kimiaa-Dasar-Komprehensif.pdfjubahtas
 
Perlombaan inovasi karyawan laboratorium 1
Perlombaan inovasi karyawan laboratorium 1Perlombaan inovasi karyawan laboratorium 1
Perlombaan inovasi karyawan laboratorium 1novihardiyanti
 
Logam mesin fabrication 8
Logam mesin fabrication 8Logam mesin fabrication 8
Logam mesin fabrication 8Eko Supriyadi
 
Modul dan panduan praktikum KIMAN 1
Modul dan panduan praktikum KIMAN 1Modul dan panduan praktikum KIMAN 1
Modul dan panduan praktikum KIMAN 1iankurniawan019
 
Laporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
Laporan PKL di WLN dan PT.Air ManadoLaporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
Laporan PKL di WLN dan PT.Air ManadoMargareth Pandaleke
 
Prosedur Kerja Aman kimia 1.pptx
Prosedur Kerja Aman kimia 1.pptxProsedur Kerja Aman kimia 1.pptx
Prosedur Kerja Aman kimia 1.pptxratnapuspitasari47
 
PPT LAPORAN PKL RU III.pptx
PPT LAPORAN PKL RU III.pptxPPT LAPORAN PKL RU III.pptx
PPT LAPORAN PKL RU III.pptxEgaAryaPangestu
 
Diktat praktikum-kimia-analisis
Diktat praktikum-kimia-analisisDiktat praktikum-kimia-analisis
Diktat praktikum-kimia-analisismeiwulandari24
 

Similar to Logam Metalurgi (20)

Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
Modul Praktikum Teknik Pengelasan Logam (AA)
 
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
Modul praktikum peleburan & pengecoran logam (AA)
 
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.pptKeselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.ppt
 
Logam mesin casting and moulding 19
Logam mesin casting and moulding 19Logam mesin casting and moulding 19
Logam mesin casting and moulding 19
 
Logam mesin forging 3
Logam mesin forging 3Logam mesin forging 3
Logam mesin forging 3
 
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docxDRAFT MODUL PBL KLS X.docx
DRAFT MODUL PBL KLS X.docx
 
KK 2 BARU.pdf
KK 2 BARU.pdfKK 2 BARU.pdf
KK 2 BARU.pdf
 
(LK3) materi smk3+kontrak reguler 2014-2015.ppt.pdf
(LK3) materi smk3+kontrak reguler 2014-2015.ppt.pdf(LK3) materi smk3+kontrak reguler 2014-2015.ppt.pdf
(LK3) materi smk3+kontrak reguler 2014-2015.ppt.pdf
 
3.-Confined-Space.pdf
3.-Confined-Space.pdf3.-Confined-Space.pdf
3.-Confined-Space.pdf
 
Materi K3 di Lab lingk.ppt
Materi K3 di Lab lingk.pptMateri K3 di Lab lingk.ppt
Materi K3 di Lab lingk.ppt
 
Praktikumm-Kimiaa-Dasar-Komprehensif.pdf
Praktikumm-Kimiaa-Dasar-Komprehensif.pdfPraktikumm-Kimiaa-Dasar-Komprehensif.pdf
Praktikumm-Kimiaa-Dasar-Komprehensif.pdf
 
Ppt krbon aktif
Ppt krbon aktifPpt krbon aktif
Ppt krbon aktif
 
Perlombaan inovasi karyawan laboratorium 1
Perlombaan inovasi karyawan laboratorium 1Perlombaan inovasi karyawan laboratorium 1
Perlombaan inovasi karyawan laboratorium 1
 
Logam mesin fabrication 8
Logam mesin fabrication 8Logam mesin fabrication 8
Logam mesin fabrication 8
 
Modul dan panduan praktikum KIMAN 1
Modul dan panduan praktikum KIMAN 1Modul dan panduan praktikum KIMAN 1
Modul dan panduan praktikum KIMAN 1
 
Laporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
Laporan PKL di WLN dan PT.Air ManadoLaporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
Laporan PKL di WLN dan PT.Air Manado
 
Prosedur Kerja Aman kimia 1.pptx
Prosedur Kerja Aman kimia 1.pptxProsedur Kerja Aman kimia 1.pptx
Prosedur Kerja Aman kimia 1.pptx
 
PPT LAPORAN PKL RU III.pptx
PPT LAPORAN PKL RU III.pptxPPT LAPORAN PKL RU III.pptx
PPT LAPORAN PKL RU III.pptx
 
01 Peng Teknik Kimia1-1.ppt
01 Peng Teknik Kimia1-1.ppt01 Peng Teknik Kimia1-1.ppt
01 Peng Teknik Kimia1-1.ppt
 
Diktat praktikum-kimia-analisis
Diktat praktikum-kimia-analisisDiktat praktikum-kimia-analisis
Diktat praktikum-kimia-analisis
 

More from Abrianto Akuan

Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Abrianto Akuan
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Abrianto Akuan
 
WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)Abrianto Akuan
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Abrianto Akuan
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Abrianto Akuan
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Abrianto Akuan
 
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)Abrianto Akuan
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Abrianto Akuan
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Abrianto Akuan
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Abrianto Akuan
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Abrianto Akuan
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Abrianto Akuan
 

More from Abrianto Akuan (20)

Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)Refresh k3 (paradigm)
Refresh k3 (paradigm)
 
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
Melting Loss pada Peleburan Aluminium (AA)
 
Index minerals (AA)
Index minerals (AA)Index minerals (AA)
Index minerals (AA)
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
 
WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)WPS-PQR (welding-pengelasan)
WPS-PQR (welding-pengelasan)
 
Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)Paint Calculation Practice & Report (AA)
Paint Calculation Practice & Report (AA)
 
Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)Konversi Kekerasan Logam (AA)
Konversi Kekerasan Logam (AA)
 
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
Jurnal analisis keausan sproket rantai rol (AA)
 
Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)Minerals Classification (AA)
Minerals Classification (AA)
 
Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)Images Minerals (AA)
Images Minerals (AA)
 
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
Analisis kerusakan pegas ulir pada kereta api (AA)
 
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
Galvanizing for Corrosion Protection (AGA)
 
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
Galvanisasi untuk Proteksi Korosi (AGI)
 
Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)Perhitungan korosi (USA)
Perhitungan korosi (USA)
 
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)Perhitungan korosi standard NACE (AA)
Perhitungan korosi standard NACE (AA)
 
Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)Perhitungan proteksi korosi (AA)
Perhitungan proteksi korosi (AA)
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
 
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
Jurnal jominy test (pengujian mampu keras baja) melalui program MATLAB (AA)
 
Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)Jurnal proses cyaniding (AA)
Jurnal proses cyaniding (AA)
 
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)Jurnal baja mangan austenitik (AA)
Jurnal baja mangan austenitik (AA)
 

Recently uploaded

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Logam Metalurgi

  • 1. TEKNIK PEMBENTUKAN LOGAM MODUL PRAKTIKUM Oleh : ABRIANTO AKUAN, ST., MT. LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI JURUSAN TEKNIK METALURGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI BANDUNG 2009
  • 2. PETUNJUK PRAKTIKUM I. MAKSUD DAN TUJUAN Praktikum teknik pembentukan logam merupakan penerapan teori-teori yang pernah diberikan dalam perkuliahan. Tujuan utama dari praktikum ini adalah sebagai berikut:  Mengetahui beberapa proses atau teknik pembentukan logam dalam pembuatan produk logam.  Mengetahui besaran-besaran atau parameter proses yang terlibat dan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan.  Merencanakan dan membuat barang jadi melalui teknik pembentukan logam.  Mengetahui cacat-cacat yang terjadi dalam proses pembentukan logam.  Mengetahui cara-cara pengujian sifat mampu bentuk (formability) dalam proses pembentukan logam. Dengan melakukan praktikum ini, diharapkan peserta (praktikan) memiliki pengalaman praktek dalam proses produksi/manufaktur melalui proses pembentukan logam. II. PERATURAN PRAKTIKUM 2.1 Tata Tertib  Tidak dibenarkan memakai sandal, sepatu sandal dan sejenisnya.  Tas dan barang-barang yang digunakan selama praktikum harus disimpan ditempat yang telah disediakan.  Dilarang melakukan praktikum tanpa seijin instruktur yang bersangkutan. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 1
  • 3. Selama berada dilaboratorium dilarang merokok, makan dan minum.  Praktikum harus menjaga keamanan dan ketenangan selama berada dilaboratorium.  Diwajibkan memakai jas laboratorium dalam setiap melakukan praktek. 2.2 Kehadiran  Praktikan yang tidak mengikuti satu kali praktikum dianggap gagal dan harus mengulang seluruh mata kuliah praktikum pada kesempatan berikutnya.  Waktu pelaksanaan praktikum diatur oleh jadwal yang ditentukan kemudian. Praktikan diharuskan menyerahkan formulir kehadiran kepada instruktur pada setiap melakukan praktek. 2.3 Pemakaian Alat  Periksa kelengkapan alat sebelum melakukan praktek.  Setiap pemakaian alat harus seijin instruktur.  Kehilangan atau kerusakan alat adalah tanggung jawab satu kelompok peserta praktikum.  Setiap akhir praktikum, ruangan dan alat-alat yang digunakan harus dibersihkan.  Sebelum meninggalkan laboratorium, praktikan harus lapor pada instruktur untuk memeriksa alat-alat yang telah digunakan. 2.4 Tugas dan Laporan  Laporan praktikum diisi pada logbook yang telah disediakan.  Sebelum dan sesudah praktikum akan diadakan responsi dan ujian akhir praktikum. Adapun waktu dan tempat ditentukan kemudian. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 2
  • 4. Setiap praktikum harus mengumpulkan dan mengisi logbook praktikum secara perorangan setelah seluruh praktikum diselesaikan.  Logbook praktikum diisi dengan tulisan tangan. 2.5 Penilaian Sistematika penilaian mengikuti aturan sebagai berikut: 1. Nilai Ujian = 15 % 2. Nilai Kehadiran = 25 % 4. Nilai Laporan = 20 % 5. Nilai Presentasi = 40 % III. KESELAMATAN KERJA 3.1 Ringkasan Umum Keselamatan kerja merupakan target pertama dalam setiap proses produksi terutama proses penempaan logam, karena dalam proses ini kita akan berhadapan dengan bahaya-bahaya yang mungkin terjadi diantaranya:  Terkena percikan scale dari benda kerja.  Terkena jilatan api atau panas dari pembakaran tungku pemanas.  Risiko terjadinya kebakaran. Bahaya potensial ini diharapkan tidak akan menjadi bahaya riil apabila semua peraturan keselamatan telah diikuti dengan seksama dan selalu bekerja menurut prosedur serta tata cara yang aman dan benar. Dengan demikian kita akan terhindar dari bahaya dan tempat kita bekerja menjadi tempat yang aman. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 3
  • 5. 3.2 Ketentuan dan Prosedur Keselamatan  Siapkanlah bahwa keadaan lingkungan kerja dan peralatannya siap untuk dipakai, dan periksa kembali peralatan sebelum bekerja.  Pakailah pakaian kerja dengan alat pelindung diri (APD) lainnya yang diperlukan.  Bekerjalah sesuai petunjuk yang ada.  Tanyakanlah pada instruktur/asistant anda, bila kurang jelas dalam bekerja.  Berhati-hatilah dalam penggunaan alat-alat perlengkapan serta posisi dalam bekerja.  Usahakan nyala api dalam kondisi yang baik.  Jauhkan bahan-bahan yang mudah terbakar dari api.  Usahakan benda kerja yang akan ditempa, dalam keadaan bersih bebas dari air oli dan bahan lainnya yang dapat menyebabkan percikan atau ledakan.  Bersihkan lantai pasir tempat proses penempaan dari air, kotoran dan sebagainya.  Jaga jarak aman anda dengan tungku pemanas dan peralatan lain pada saat penempaan benda kerja.  Gunakan selalu alat pelindung diri (APD): sarung tangan kulit, apron, helm, kacamata, sepatu kerja, masker tang jepit, ear plug dan lain sebagainya.  Tidak diperbolehkan memegang peralatan dan produk tempa tanpa alat pelindung diri (APD) selama proses penempaan sedang berjalan. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 4
  • 6. MODUL 1 PENEMPAAN LOGAM Menempa adalah suatu pekerjaan membentuk, memendekkan atau memanjangkan dan melengkungkan benda kerja logam dalam keadaan panas dengan jalan pemukulan atau dengan cara penekanan lain. Tujuan dari pemanasan ialah agar benda itu menjadi lunak, sehingga mudah dibentuk atau dikerjakan. Pada umumnya bahan- bahan yang dapat ditempa adalah paduan ferro (besi baja) serta logam-logam non ferro. Bahan bakar diperlukan untuk memanaskan benda kerja dalam Dapur Tempa. Pemakaiannya tergantung dari jenis Dapur Tempa yang digunakan. Faktor-faktor dalam memilih bahan bakar adalah: - Nilai pembakarnya tinggi (lihat tabel). - Debu dari sisa pembakaran yang terjadi sedikit sekali. - Bahan bakar harus ekonomis dan mudah didapat. - Efisiensi dalam melakukan pengerjaan. Bahan bakar padat yang biasa digunakan adalah arang kayu, batu bara dan kokas. Sedangkan bahan bakar gas yang sering digunakan adalah gas elpiji atau gas minyak bumi yang dicairkan. Tabel nilai kalori bahan bakar. Bahan Bakar Nilai Kalori/gram Arang Kayu Rata-rata: 7.200 Batu bara 5.650-8.200 Gas elpiji 10.400-10.800 Yang paling utama untuk menimbulkan panas dalam bahan bakar adalah hidrogen, nilai kalori pembakarannya bisa mencapai 34.000 kalori/gram. Sedangkan Karbon bisa mencapai 5.100 kalori/gram. Makin banyak kadar Hidrogennya makin besar pula kesempatan untuk membakar secara cepat. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 5
  • 7. Tabel Komposisi unsur bahan bakar. Karbon Hidrogen Oksigen Bahan Bakar (C), % (H), % (O2), % Arang Kayu 56 12 2 Batu Bara 54 6 10 Elpiji 54 14 2 Selain bahan bakar, udara merupakan unsur yang penting dalam proses pembakaran, karena gabungan dari unsur tersebut merupakan faktor terpenting untuk kelangsungan dari hidupnya nyala api. Kekurangan ataupun kelebihan udara dapat mengakibatkan pembakaran tidak sempurna, sehingga nilai kalori dari pembakarannya juga dapat berkurang. Oleh karena itu penghembusan udara secara mekanis akan lebih baik karena dapat memperoleh/menghasilkan udara yang konstan dan bisa diatur sesuai yang dibutuhkan. Sedangkan yang secara manual, udara yang dihembuskan kurang dapat menjamin untuk sesuai yang dibutuhkan. Kalau kita perhatikan pada Tabel komposisi bahan bakar, maka penghembusan udara secara manual ini kurang cocok/sesuai. Bila yang digunakan batubara sebagai bahan bakar, karena kadar hidrogen yang terkandung relatif sedikit, maka otomatis kecepatan pembakarannya akan berkurang dan api dapat mudah mati/padam. 1.1 Prosedur Percobaan 1. Siapkan bahan baku yang akan digunakan, dengan ukuran tertentu. 2. Timbang benda kerja sebelum dan setelah proses pemanasan sehingga akan didapatkan data prosentase kehilangan beratnya. 3. Tentukan temperatur pengerjaannya sesuai dengan jenis benda kerja dan prosesnya. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 6
  • 8. 4. Bahan baku dimasukkan kedalam dapur pemanas. 5. Panaskan bahan hingga mencapai temperatur prosesnya. 6. Lakukan penempaan secara bertahap sampai bentuk yang diinginkan tercapai (lihat subbab rencana kerja). 7. Catat lamanya pemanasan dan besarnya deformasi pada setiap tahapan proses tempanya. 8. Setelah bentuk tercapai, benda kerja dicelup ke air/oli dan panaskan kembali (temper) diikuti pendinginan di udara terbuka. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 7
  • 9. 1.2 Langkah Pemanasan Benda Kerja Setelah segala persyaratan keselamatan kerja terpenuhi, serta semua peralatan-peralatan yang akan dipergunakan telah siap untuk dipakai, maka pekerjaan menempa sudah dapat dimulai. Dibawah ini adalah langkah-langkah dalam menyalakan api tungku:  Bila batubara/kokas atau arang kayu yang tersedia dalam bentuk yang relatif besar, Sebaiknya dipecah menjadi bentuk yang lebih kecil kurang lebih 1 inch3.  Letakkan majun yang sudah dibatasi minyak tanah ditengah tungku.  Letakkan arang kayu secukupnya diatas majun tersebut.  Hidupkan blower utama untuk penghisapan asap/debu dan kemudian api mulai dinyalakan, dengan membakar majun tersebut.  Hidupkan blower untuk penghembusan udara pada proses pembakaran kedalam tungku. Buka blower handle serta atur kebutuhan udara yang diperlukan.  Bila arang kayu telah membara, kita mulai meletakkan kokas (batubara) diatasnya sambil memperhatikan ”Udara” dengan mengatur blower handle, karena batubara akan mati atau padam bila udara terlalu besar ataupun kecil.  Setelah kokas/batubara membara maka kita sudah dapat memanaskan Benda Kerja pada tungku tersebut.  Hati-hatilah dalam pengambilan dan peletakkan benda kerja pada tungku Usahakan NYALA API yang KONSTAN !!!. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 8
  • 10. Posisi benda kerja 1.3 Temperatur Pemanasan Ideal Benda Kerja Suhu benda kerja dapat dikira-kira/dibandingkan dengan Tabel dibawah ini. Tabel warna nyala benda kerja. Temperatur (oC) Warna Nyala Benda Kerja 1300 Putih 1200 Kuning keputih-putihan 1100 Kuning kemerah-merahan 1000 Merah terang 900 Merah Jambu 800 Merah 600 Merah gelap 500 Coklat Pada dasarnya proses pemanasan benda-benda kerja (baja) dapat mengakibatkan perubahan struktur didalam baja itu sendiri. Maka harus betul-betul diperhatikan atau temperatur idealnya. Suhu terlalu tinggi dapat mengakibatkan benda kerja mengelupas dan @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 9
  • 11. retak-retak, sehingga permukaannya akan menjadi kasar. Sebaliknya bila suhunya terlalu rendah, benda kerja akan sulit dikerjakan/ditempa, karena benda kerja tersebut masih dalam keadaan keras. 1.4 Rencana Kerja a. Pengerjaan membentuk silinder dari benda kerja berbentuk segi empat (balok) dengan menggunakan palu pembulat. Diperlukan tenaga yang cukup besar untuk pemukulannya. b. Pengerjaannya dilakukan tanpa palu pembulat.  Benda kerja berbentuk blok dirubah menjadi bentuk octagonal  Dari octagonal, garis-garis sikunya secara halus untuk dibentuk menjadi silinder. c. Langkah-langkah membentuk segi empat dari benda kerja berbentuk silinder. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 10
  • 12. d. Pemotongan, untuk memotong logam-logam yang panas pada benda kerja tempa, biasanya dikerjakan dengan Hardie & Hot set sedangkan untuk logam-logam yang dingin biasanya menggunakan ”Cold set”. 1. Hardie - Lekukkan sekeliling tepinya diatas sisi hardie. - Selanjutnya dipatahkan diatas sisi anvil. 2. Cold set - Sudut ketajamannya ± 60o @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 11
  • 13. 3. Hot set - Sudut ketajamannya ± 30o e. Meregangkan  Biasanya untuk meregangkan bentuk balok. Dikerjakan dengan menggunakan palu peregang, seperti terlihat dalam gambar.  Perlu diperhatikan yaitu selain tenaga peregangan, penjepitan juga harus kuat. Dan posisi palu peregang atas dan bawah harus sejajar berimpit guna mencegah terjadinya loncatan benda kerja yang diakibatkan oleh gaya kopel. √ X X @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 12
  • 14. Untuk menghaluskan permukaannya, dapat dikerjakan dengan menggunakan palu perata. f. Perataan  Posisi palu perata waktu digunakan untuk menghaluskan permukaan yang kasar.  Untuk menghaluskan permukaan batang silinder, bisa juga digunakan palu pembulat yang diameternya sesuai dengan diameter batang silindernya. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 13
  • 15. g. Langkah kerja membuat penitik  Bentuklah ujungnya menjadi segi empat runcing yang pendek.  Perhatikan sudut antara benda kerja dan permukaan anvil.  Bentuk segi empat yang runcing dibuat lebih panjang lagi (sesuai dengan yang diperlukan).  Untuk membentuk suatu bentuk runcing, cukup dipukul secara lemah.  Dibentuk menjadi Octagonal. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 14
  • 16. Dari Octagonal dibentuk menjadi bentuk bulat.  Pecah akibat pemukulan yang salah. h. Membentuk sebuah lingkaran  Ukur panjang benda kerja sepanjang ∏ D yang diminta dari salah satu ujungnya dan ditandai dengan penitik.  Bengkokkan menjadi sisi persegi panjang.  Lengkungkan sisi ujung atas dari ukuran 1D pada ujung Anvil. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 15
  • 17. Lengkungkan secara terus menerus.  Lengkungkan sisi ujungnya hingga membentuk sebuah lingkaran.  Penyambungan sisi ujungnya hingga membentuk sebuah lingkaran.  Terbentuklah sebuah lingkaran. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 16
  • 18. i. Menggulung dan melilit  Setelah benda kerja dipanaskan lalu dipanjangkan diatas tanduk Anvil.  Lakukan perataan dan ujungnya dilancipkan pada permukaan Anvil.  Mulailah proses penggulungan dengan melekukkan ujungnya pada sudut permukaan Anvil. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 17
  • 19. Selanjtnya penggulungan dapat dilakukan diatas permukaan Anvil.  Untuk lebih lengkap lagi, penggulungan dapat dikerjakan dengan cara seperti ini:  Menggunakan Horn  Menggunakan Scroll Tacil @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 18
  • 20. j. Twisting  Bagian yang akan dikerjakan harus dipanaskan secara merata.  Memulai pengerjaan dengan tekanan memutar seketika. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 19
  • 21. MODUL 2 PENARIKKAN KAWAT Penarikkan kawat (wire drawing) adalah salah satu proses pembentukkan logam untuk memperkecil diameter dengan cara penarikkan kawat melalui lubang cetakan (dies). Energi deformasi =Vol . ∫σ . δε F1l1 = A1 . l1 ∫σ . δε Gaya penarikan, F =A1 ∫σ . δε Tegangan Penarikan , σi = F/Ai =∫σ . δε Jika gesekan diperhitungkan dan dengan anggapan kondisinya adalah plane strain, maka besarnya gaya penarikan adalah: 1  B    Dk   2B F  Ak  0  1      B    Dm     1 0  ∫σ . δε k m B =  cot  μ = koefisien gesek  = semi cone angle @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 20
  • 22. 2.1 Prosedur Percobaan: A. Persiapan Mesin 1. Bersihkan semua peralatan yang ada dan di daerah sekitar mesin penarikkan kawat mesin. 2. Periksa oli di semua gear box dan bagian-bagian yang memerlukan oli atau stempet (grease). 3. Pasang dies pada dudukan dies sesuai urutan rencana ukuran dies. 4. Posisi pemasangan dies adalah bagian sudut yang lebih besar berada di sebelah datangnya kawat (pay off), seperti gambar berikut ini: 5. Masukkkan power listrik di panel dan jalankan mesin dalam keadaan kosong, serta hidupkan lubricant selama 5-10 menit. 6. Periksa konsentrasi dan temperatur lubricant. B. Persiapan Bahan 1. Siapkan kawat (baja/tembaga/alumunium) dengan panjang 2000 mm untuk percobaan penarikan kawat. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 21
  • 23. 2. Ujung kawat sepanjang kira-kira 20-25cm dilakukan penyerutan sampai diameter tertentu. C. Proses Penarikkan Kawat 1. Siapkan mesin penarikan kawat. 2. Pasang cetakan untuk reduksi yang pertama. 3. Perkecil diameter salah satu ujung kawat (gunakan mesin serut/roll), sehingga kawat dapat dilewatkan pada cetakan. 4. Ujung kawat yang telah diserut dimasukkan kedalam dies sampai ujung kawat tersebut muncul dari dies minimal 20 cm. 5. Pasang bagian pengait rantai penarik di capstan ke kawat yang akan ditarik. 6. Hidupkan mesin, dan lakukan penarikkan pelan-pelan sampai rantai penarik menjepit kawat dan hidupkan lubricant. 7. Lakukan penarikan hingga 1500 mm, ukur besarnya gaya penarikan dengan membaca dial indicator pada strain gauge kemudian dikonversikan dengan menggunakan kurva kalibrasi. 8. Buka rantai penarik dan buka lilitan kawat pada capstan. 10.Ulangi tahap 1 sampai 9 tersebut diatas untuk mencoba reduksi pada cetakan yang lainnya. 2.2 Standar Kerja Mesin Penarikkan Kawat 1. Mesin penarikkan kawat, mesin serut dan sekitarnya harus bersih. 2. Oli di gear box dan grease pada mesin serut harus selalu diperiksa. 3. Semua coil kawat harus diletakkan ditempat yang telah ditentukan. 4. Bersihkan dies setiap akan mulai penarikan dari geram dan pengotor lainnya. Perhatikan pemasangan dies jangan sampai terbalik (sudut yang besar menghadap pay off). @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 22
  • 24. 5. Periksa motor penggerak setiap pertama mau menjalankan mesin tarik, terutama shielspring dan karbon brass. 6. Tombol manual (jog) tidak boleh dimatikan sebelum capstan berjalan satu putaran, terutama waktu mulai proses. 7. Bila ada perubahan bunyi di mesin, mesin secepatnya dimatikan, dan mesin diperiksa. 8. Waktu proses penarikan berjalan lubricant harus dihidupkan dan dipastikan mengenai semua permukaan capstan dan lilitan batang kawat. 9. Konsentrasi lubricant 8-12% dengan temperatur kerja 35-45oC. 10.Jika ada kawat yang kusut, matikan mesin dan perbaiki serta rapikan, baru kemudian mesin dapat dijalankan lagi, jangan sampai dipaksakan mesin jalan terus. 11.Batang kawat yang keluar dari mesin penarikkan kawat harus bersih dari sisa lubricant. 12.Perhatikan hasil penarikan, baik diameter, bentuk dan kondisi permukaan batang kawat. 13.Setelah selesai penarikan coil kawat diikat sebanyak beberapa lilitan, dan beri tanda spesimen. 14.Hati-hati jaga keselamatan kerja terutama waktu memasang rantai penarik di awal proses dan waktu melepaskan lilitan di capstan pada akhir proses. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 23
  • 25. MODUL 3 PEMBENGKOKKAN PELAT Pada proses pembengkokkan pelat atau lembaran Logam, yang menjadi ukuran keberhasilannya adalah radius bengkokan minimum yang belum menimbulkan retakan pada daerah deformasi. Ukuran ini sangat tergantung pada tebal dan keuletan lembaran tersebut. Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam proses bending yaitu spring back. Deformasi yang terjadi pada benda kerja selama ditekan pada dies terdiri atas deformasi elastis dan plastis. Bila benda kerja tersebut dikeluarkan dari dies, maka deformasi yang terjadi hanyalah deformasi plastisnya. Dengan demikian bentuk benda kerja tidaklah persis sama dengan bentuk dies. Sehingga bentuk dies dan metoda deformasinya perlu dikoreksi. Fenomena spring back secara skematis ditunjukkan pada Gambar dibawah ini yang besarnya spring back atau pemulihan deformasi elastis tergantung pada:  Kekuatan luluh dan tegangan alir  Modulus elastisitas  Deformasi total dan tebal pelat @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 24
  • 26. Mekanisme spring back pada proses bending Pengaruh kekuatan material yang berbeda terhadap besarnya spring back yaitu material yang lebih kuat akan memberikan spring back yang lebih besar. Sedangkan pengaruh modulus elastisitas, @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 25
  • 27. material yang kurang kaku (modulus elastisitasnya lebih kecil) maka spring back yang terjadi akan lebih besar, serta pengaruh besarnya deformasi total dan tebal pelat terhadap spring back yang terjadi, pelat yang lebih tebal atau proses deformasi yang besar, akan mengalami deformasi total yang lebih besar dan akan memberikan spring back yang lebih besar pula. Prosedur Percobaan: 1. Siapkan spesimen pelat dengan ketebalan tertentu untuk proses bending, catat geometri dan spesifikasi materialnya. 2. Lakukan proses bending dengan sudut: 45 dan 90. 3. Catat fenomena yang terjadi pada saat benda kerja dikeluarkan dari cetakan, dan lakukan pengukuran sudut bending-nya. 4. Lakukan tahap 1 sampai 3 tersebut diatas untuk jenis atau ketebalan pelat yang lainnya. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 26
  • 28. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 27
  • 29. MODUL 4 PENGUJIAN DEEP DRAWABILITY Proses deep drawing adalah proses pembentukan lembaran logam dari bentuk 2 dimensi menjadi bentuk 3 dimensi melalui penekanan lembaran pada suatu cetakan. Geometri proses deep drawing, secara skematis dilukiskan pada Gambar dibawah ini, proses deep drawing yang murni terjadi bila ujung punch berbentuk datar sehingga bagian lembaran dibawah ujung punch tidak mengalami deformasi, sedangkan bagian dinding mengalami penarikkan. Dilain pihak bila ujung punch membentuk bagian dari bola, maka proses keseluruhannya adalah gabungan antara deep drawing dan stretching (Gambar dibawah). Geometri proses deep drawing. Tinjauan tahapan deformasi berikut ini didasarkan pada proses deep drawing murni (Gambar dibawah ini). @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 28
  • 30. Tahapan deformasi pada proses deep drawing. Bagian flens (flange) akan mengalami pengecilan diameter. Hal ini dimungkinkan oleh tegangan tarik dalam arah radial (Gambar dibawah ini). Selain itu muncul pula dengan sendirinya tegangan tekan dalam arah tangensial. Tegangan tangensial tekan inilah yang dapat menimbulkan buckling pada flens. Bila ini terjadi maka terbentuklah keriput pada flens, dan proses deep drawing akan gagal. Oleh karena itu maka keriput harus dihindari dengan jalan memberikan tegangan tekan pada permukaan flens. Gaya tekan ini @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 29
  • 31. diberikan oleh pemegang bakalan (blank holder). Pada saat proses deep drawing berlangsung, dinding tabung mengalami penarikkan. Drawability dari suatu lembaran logam dinyatakan dengan perbandingan diameter bakalan, do maksimum yang masih bisa diproses menjadi tabung berdiameter, di. Batas proses deep drawing tersebut dikenal dengan nama LDR (limiting drawing ratio). LDR = do/dimaks Besarnya LDR dibatasi oleh gaya penarikan yang dapat ditahan oleh dinding tabung. Secara teoritis, batas deep drawing adalah: LDR = do/dimaks = e = 2,7 Jika pengaruh bending dan unbending serta pengaruh gesekan antara benda kerja dengan perkakas diperhitungkan, maka persamaan diatas dikoreksi menjadi: LDR = e dimana  menyatakan faktor efisiensi deformasi, bila radius dies kecil ataupun koefisien gesekan cukup besar maka  akan mengecil. Harga  yang diambil dari kondisi deep drawing yang wajar adalah 0,7. Dengan angka tersebut maka LDR akan berkisar sekitar dua. Persamaan lain untuk menyatakan LDR yang dihubungkan dengan parameter rasio regangan plastis material, R yang menunjukkan nilai ketahanan material terhadap penipisan adalah: LDR =  do/di maks = exp  o,w/o,f  = exp  [(R+1)/2] atau, LDR =  do/di maks = exp [1/(1+)] .  [(R+1)/2] dimana  adalah faktor proses, biasanya sekitar 0,2-0,3 yang tergantung pada geometri proses atau perkakas dan kondisi gesekannya. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 30
  • 32. Parameter sifat mampu bentuk lembaran logam adalah strain hardening coefficient (n) dan plastic strain ratio (R) yaitu sifat-sifat yang muncul bila logam dikenai deformasi plastis. Cara yang praktis untuk mengamati sifat logam yang dideformasi plastis adalah dengan pengujian tarik. Pengujian non simulasi ini hanya bersifat teoritis karena hanya membandingkan keadaan tegangan dan regangan material tanpa pendekatan pada kondisi proses yang sesungguhnya. Harga strain hardening coefficient dapat diukur melalui pengujian tarik dengan daerah pengukuran yang teliti terletak antara ys dan uts. Kurva antara ys dan uts dapat didekati dengan persamaan Y=aXn dengan harga n berkisar antara 0-1. Sehingga bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai: =K n persamaan ini disebut tegangan alir (flow stress) yang memperlihatkan kenaikan kekuatan akibat deformasi plastis. Bila persamaan tersebut dinyatakan dalam skala log  Vs log  maka kemiringannya akan menunjukkan harga n. log  = log K + n log  n = d log  / d log  Prosedur untuk mengukur dan menghitung harga n untuk lembaran baja dapat dilakukan dengan menggunakan standar ASTM E.646-78. Data elongation (e) dan reduction in area (q) menandakan bahwa deformasi spesimen yang diuji tarik tidak hanya terjadi pada @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 31
  • 33. arah memanjang, melainkan juga pada arah lebar dan tebal. Hal ini berarti dari pengujian tarik, dengan sedikit modifikasi dapat dilakukan pengukuran harga R. Plastic strain ratio, R diukur dan dihitung pada daerah antara ys dan uts, harga R dapat dinyatakan sebagai berikut: R = w/t = ln (wi/wo) / ln (ti/to) Pengukuran regangan dalam arah tebal secara langsung akan memberikan kesalahan yang besar, dan akan lebih teliti jika regangan dalam arah tebal dihitung dari perubahan bentuk pada arah panjang dan lebar dengan prinsip volume konstan, dengan demikian dapat dituliskan: t = ln (lo wo/li wi) sehingga: R = w/t = ln (wi/wo) / ln (lo wo/li wi) Untuk menghitung harga rata-rata dari R, maka pengukurannya dilakukan pada spesimen dengan arah 0o, 45o, dan 90o terhadap arah pengerolan: Rm = (R0+2R45+R90) / 4 Harga planar anisotropi dinyatakan dengan persamaan: R = (R0-2R45+R90) / 2 Prosedur untuk mengukur dan menghitung harga R lembaran baja dapat dilakukan dengan menggunakan standar ASTM E.517-74. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 32
  • 34. Salah satu orientasi spesimen untuk menentukan R. Pengujian mampu bentuk lembaran logam, selain dilakukan melalui pengujian non simulasi, dapat pula melalui pengujian simulasi yang dilakukan dengan pendekatan terhadap kondisi proses dimana hasilnya akan lebih memberikan gambaran mengenai mampu bentuk material. Berbagai macam pengujian simulasi sheet metal forming dimaksudkan untuk mendapatkan koreksi (gambaran) antara kenyataan proses sheet metal forming dengan pengujian simulasi tersebut. Proses sheet metal forming yang dapat dipandang sebagai gabungan proses bending, stretching dan deep drawing. Oleh karena itu banyak dikembangkan metoda uji yang diharapkan dapat mengungkapkan secara cepat sifat mampu bentuk dalam proses- proses sheet metal forming tersebut. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 33
  • 35. Uji simulasi untuk deep drawing telah dikembangkan oleh Sachs dalam pengujian wedge drawing test dan yang lebih sering dipakai adalah Swift cup drawing test yang skemanya terlihat pada Gambar dibawah ini. Swift cup drawing test. Metoda lainnya yang juga popular adalah Olsen, Erichsen dan Fukui cup drawing test seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut ini. Fukui cup drawing test. Pada simulasi Swift test, menggunakan punch yang ujungnya datar yang berarti deep drawing murni, dan pada Fukui test dipakai punch yang ujungnya merupakan bagian dari permukaan bola, yang berarti gabungan antara deep drawing dan stretching. Yang menjadi ukuran deep drawability dalam Swift test adalah LDR. Hal ini berarti bahwa Swift test menggunakan blank dengan berbagai diameter. Dalam Fukui test dipakai satu ukuran diameter blank, do. Ukuran yang dipakai untuk menyatakan deep drawability adalah diameter benda uji minimal sebelum terjadinya retakan. Dengan uji simulasi tersebut diatas dapat dengan cepat dihasilkan data sifat mampu bentuk, tetapi @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 34
  • 36. seringkali tidak memiliki korelasi yang baik dengan kenyataan press forming di industri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam kondisi gesekannya atau perbedaan dalam perbandingan tebal pelat atau lembaran dengan ukuran benda kerja. Prosedur Percobaan: 1. Siapkan peralatan/cetakan pengujian deep drawability dan mesin pengujian tarik. 2. Berilah pelumasan pada peralatan/cetakan uji. 3. Buatlah keping lembaran logam (blank) dengan variasi diameter: 40, 45, 50, 55 dan 60 mm. 4. Lakukan pengujian deep drawability untuk setiap keping yang telah disiapkan. 5. Amati dan catat hasilnya. @@ Teknik Metalurgi – UNJANI 35