[Ringkasan]
Buku panduan ini membahas tentang pemantauan anggaran dan belanja daerah oleh komunitas lingkar tambang. Secara garis besar, buku panduan ini menjelaskan tentang pemahaman konsep anggaran daerah, regulasi dan alur perencanaan penganggaran daerah, struktur dan komponen anggaran pendapatan dan belanja daerah, serta metode pemantauan anggaran oleh masyarakat melalui advokasi. Buku panduan ini diharapkan dapat digunakan
4. ii
Memantau Anggaran dan Belanja Daerah
Panduan untuk Komunitas Lingkar Tambang
ISBN 978-602-72039-8-3
Penulis
Yenny Sucipto
Yenti Nurhidayat
Reviewer
Jensi Sartin
Maryati Abdullah
Meliana Lumbantoruan
Hak cipta dilindungi undang-undang
Edisi Pertama, 2015
Panduan ini diterbitkan oleh Yayasan Transparasi Sumberdaya Ekstraktif-Publish
What You Pay (PWYP) Indonesia, dengan dukungan dari Southeast Asia Technology
and Transparency Initiative (SEATTI)/Hivos. Isi panduan ini adalah tanggung jawab
PWYP Indonesia dan tidak serta-merta mencerminkan pandangan SEATTI/Hivos.
Publish What You Pay Indonesia
Jl. Tebet Utara 2C No.22B, Jakarta Selatan 12810, Indonesia
Telp/Fax :+62-21-8355560 | E: sekretariat@pwyp-indonesia.org
Twitter @PWYP_indonesia
5. iii
Daftar Isi
Daftar Gambar...............................................................................................................................................iv
Kata Pengantar...............................................................................................................................................v
Bagian I. Memahami Anggaran Daerah........................................................................1
Ruang Lingkup Anggaran.....................................................................................................................1
Fungsi Anggaran.......................................................................................................................................2
Prinsip Penyelenggaraan Anggaran...............................................................................................3
Bagian II. Konsep, Regulasi dan Alur Perencanaan Penganggaran Daerah (PPD)... 5
Konsep Perencanaan Penganggaran Daerah............................................................................5
Regulasi Perencanaan dan Penganggaran Daerah.................................................................7
Alur Perencanaan dan Penganggaran Daerah..........................................................................8
Bagian III. Struktur dan Komponen APBD................................................................ 11
Pendapatan Daerah................................................................................................................................11
Dana Transfer Daerah.........................................................................................................................13
Belanja Daerah.........................................................................................................................................15
Pembiayaan daerah...............................................................................................................................16
Bagian IV : Metode Pemantauan (Strategi Advokasi)..............................................18
Advokasi......................................................................................................................................................18
Advokasi Anggaran...............................................................................................................................19
Faktor Penghambat dan Pendukung Advokasi Anggaran.............................................. 20
Strategi Advokasi Anggaran............................................................................................................ 20
Lampiran..........................................................................................................................................................24
Daftar Pustaka............................................................................................................................................. 30
Biodata Penulis.............................................................................................................................................31
Tentang Koalisi Publish What You Pay (PWYP) Indonesia....................................................32
6. iv
Daftar Gambar
Gambar 1. Ruang Lingkup Anggaran .............................................................................................2
Gambar 2. Fungsi Anggaran Daerah................................................................................................3
Gambar 3. Prinsip Penyelenggaran Anggaran...........................................................................4
Gambar 4. Alur Perencanaan Program dan Penganggaran................................................6
Gambar 5. Proses Penganggaran dan Peraturannya..............................................................7
Gambar 6. Siklus dan Kalender Perencanaan dan Penganggaran Tahun...................9
Gambar 7. Komponen Pendapatan Daerah............................................................................... 12
Gambar 8. Komposisi dan Pembagian Dana Bagi Hasil......................................................13
Gambar 9: Postur Transfer Daerah TA 2014 dan 2015............................................................14
Gambar 10. Klasifikasi Belanja Daerah..........................................................................................15
Gambar 11. Komposisi Belanja Daerah..........................................................................................16
Gambar 12. Komposisi Pembiayaan Daerah................................................................................ 17
Gambar 13. Wilayah Kerja Advokasi................................................................................................19
Gambar 14. Ruang Partisipasi Masyarakat dalam Advokasi Anggaran Daerah......19
Gambar 15. Faktor Pendukung dan Penghambat Advokasi............................................... 20
Gambar 16. Tahapan Strategis Advokasi....................................................................................... 21
7. v
Kata Pengantar
D
alam rangka mendorong penguatan kapasitas komunitas khususnya di
daerah kaya sekitar tambang, Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
menerbitkan buku panduan yang dapat digunakan untuk pemantauan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Oleh karena keterlibatan
masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran merupakan hal
yang penting, maka PWYP Indonesia berharap kiranya buku panduan ini dapat
digunakan oleh komunitas masyarakat untuk terlibat aktif dalam memantau proses
perencanaan dan penganggaran daerah.
Penerbitan buku panduan ini hadir dari dukungan program Southeast Asia
Technology and Transparency Initiative (SEATTI)/Hivos yang bertujuan mendorong
keterlibatan aktif masyarakat dalam proses perumusan kebijakan dan mendorong
keterbukaan dan adanya data terbuka dalam aspek kebijakan. Salah satunya adalah
dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemantauan penganggaran
daerah.
Secara umum buku panduan ini berisikan pemahaman, konsep, regulasi,
komponen dan struktur penganggaran daerah. Di bagian akhir dari buku panduan
ini juga dipaparkan tentang metode-metode yang dapat digunakan oleh komunitas
masyarakat dalam melakukan advokasi dan pemantauan penganggaran di daerah.
Terimakasihyangsebesar-besarnyauntuksegenappihakyangsudahmendukung
penerbitan buku ini. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih untuk Seknas
FITRA yang sudah berkontribusi dalam penulisan buku ini, dan seluruh rekan
Sekretariat Nasional PWYP Indonesia (Jensi, Meli, Ary, Abud, Kiki, Dewi, Asri, Dilah,
Sri, Ibeth dan Wiko) atas dukungan dalam pembuatan buku ini. Semoga buku ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Jakarta, Juni 2015
Maryati Abdullah
Koordinator Nasional Publish What You Pay Indonesia
9. 1
Bagian I.
Memahami Anggaran Daerah
Pokok Bahasan
Pada materi ini masyarakat akan diajak untuk memahami ruang lingkup, fungsi
dan prinsip-prinsip penyelenggaraan anggaran. Penyampaian materi pada sesi ini
memberi pemahaman tentang pokok bahasan tersebut agar mampu memahami
anggaran dalam konteks keuangan daerah dan kewajiban pemerintah dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Ruang Lingkup Anggaran
Anggaran atau sering juga disebut budget adalah suatu rencana yang disusun
secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan, yang dinyatakan dalam unit
satuan moneter dan berlaku dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan
datang. Anggaran juga dapat digunakan sebagai alat untuk merencanakan dan
mengendalikan keuangan dan penyusunannya dilakukan secara periodik.
Anggaran daerah dapat dipahami dan dikaji dari 2 sisi:
1. Makro
Secara makro, keuangan daerah dapat dipahami
sebagai rencana kerja pemerintah daerah yang
diwujudkan dalam bentuk uang selama periode
waktu tertentu (1 tahun anggaran).
2. Mikro
Anggaran daerah pada dasarnya merupakan
salah satu instrumen kebijakan yang dapat
dipakai sebagai alat untuk meningkatkan
pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat
di daerah.
10. 2
Ruanglingkupdarianggaranmeliputiaspekkewajiban,penerimaan,pengeluaran,
pengelolaan kekayaan, dan pemungutan pajak daerah.
Gambar 1. Ruang Lingkup Anggaran
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan
daerah juga temasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan keuangan daerah merupakan seluruh
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah.
Fungsi Anggaran
Anggaran merupakan cerminan dari tanggung jawab dan kewenangan negara
anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dan penyusunan keuangan
negara selayaknya mencerminkan tanggung jawab dan kewenangan negara dan
daerah dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang diamanatkan oleh undang-undang
dan ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Berikut beberapa fungsi anggaran
daerah:
Hak memungut pajak
dan retribusi daerah
serta melakukan
pinjaman
Kekayaan pihak lain yang
dikuasai oleh pemerintah daerah
dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintah daerah dan /
atau kepentingan umum
Kewajiban untuk
menyelenggarakan urusan
pemerintah daerah dan
membayar tagihan pihak
ketiga
Ruang Lingkup
Anggaran
Kekayaan yang dikelola sendiri
atau oleh pihak lain baik
berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak
lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan
daerah
Pengeluaran
daerah
Penerimaan daerah
11. 3
Gambar 2. Fungsi Anggaran Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Prinsip Penyelenggaraan Anggaran
Untuk mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan
negara, maka penyelenggaraan anggaran harus diselenggarakan secara profesional,
terbuka dan bertanggung jawab dengan berpegang pada prinsip transparan,
partisipatif, disiplin, berkeadilan, efisien dan efektif, serta rasional dan terukur.
Fungsi otorisasi: anggaran daerah menjadi dasar untuk
merealisasi pendapatan dan belanja daerah pada tahun
bersangkutan. Tanpa dianggarkan, maka sebuah kegiatan
tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan
Fungsi perencanaan: anggaran merupakan pedoman
bagi pemerintah daerah untuk menyelenggarakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan
Fungsi pengawasan: anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan pemerintah daerah
Fungsi alokasi: anggaran harus diarahkan untuk
menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran
dan pemborosan sumberdaya serta untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah
Fungsi distribusi: kebijakan-kebijakan penganggaran
daerah harus memiliki rasa keadilan dan kepatutan
Fungsi stabilitasi: anggaran daerah merupakan alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian daerah
FungsiAnggaranDaerah
12. 4
Gambar 3. Prinsip Penyelenggaran Anggaran
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Pertanyaan Kunci:
1. Apa yang dimaksud dengan anggaran?
2. Sebutkan komponen-komponen ruang lingkup
anggaran!
3. Sebutkan enam fungsi APBD!
4. Sebutkan 6 prinsip penyelenggaraan anggaran!
Penyelenggaraan keuangan daerah harus dilakukan
secara transparan. Pemerintah wajib membuka dan
memberikan informasi terkait pengelolaan keuangan
daerah baik perencanaan, pelaksanaan ataupun evaluasi.
Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan
secara rasional, dengan mempertimbangkan berbagai
kondisi dan latar belakang serta dapat memperkirakan
pencapaian yang tepat dan terukur.
Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan
secara efisien dan efektif dengan berorientasi pada
pemberian manfaat kepada masyarakat secara
maksimal.
Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan
secara berkeadilan, memahami dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi
apapun.
Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan
dengan disiplin, Kejelasan dalam klasifikasi
anggaran dan konsisten antara perencanaan dengan
implementasi.
Penyelenggaraan keuangan daerah harus melibatkan
masyarakat untuk memastikan dan menjamin
kesesuaian antara kebutuhan dan ketersediaan
anggaran.
Efisien dan Efektif
Berkeadilan
Disiplin
Partisipatif
Transparansi
Rasional dan Terukur
13. 5
Bagian II.
Konsep, Regulasi dan
Alur Perencanaan dan
Penganggaran Daerah (PPD)
Pokok Bahasan
Di dalam sesi ini masyarakat akan diajak untuk memahami konsep,
regulasi, alur dan tahapan Perencanaan Penganggaran Daerah (PPD).
Masyarakat diharapkan mampu melihat peluang-peluang yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi proses (advokasi) PPD mulai dari
tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pelaporan hingga
pertanggungjawaban.
Konsep Perencanaan Penganggaran Daerah
PPD merupakan sebuah siklus tahunan untuk merencanakan dan
menyusun anggaran baik di tingkat pusat maupun daerah. Secara teknis
perencanaan anggaran ini berlangsung dalam dua aras besar yaitu aras
spasial dan aras sektoral. Aras spasial adalah proses perencanaan yang
dilakukan secara bertahap dan berbasis kewilayahan dimulai dari desa/
kelurahan hingga tingkat kabupaten/kota. Sedangkan aras sektoral adalah
proses perencanaan yang dilakukan oleh instansi pemerintahan.
14. 6
Gambar 4. Alur Perencanaan Program dan Penganggaran
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Secara umum, PPD dapat dibedakan menjadi dua;
1. Perencanaan dalam menentukan arah dan kebijakan umum APBD atau biasa
disebut perencanaan kebijakan (policy planning) anggaran daerah. Dalam
prakteknya, perencanaan kebijakan disusun dan disepakati secara bersama-
sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Daerah
(Pemda). Perencanaan kebijakan harus memuat kejelasan tujuan dan sasaran
yang akan dicapai sebagai acuan bagi proses pertanggungjawaban kinerja
keuangan daerah pada akhir tahun anggaran.
2. Perencanaan rangkaian strategis, prioritas, program dan kegiatan yang
diperlukan dalam mencapai arah dan kebijakan umum APBD atau disebut
juga sebagai perencanaan operasional (operational planning) anggaran
daerah. perencanaan operasional ini dibebankan kepada Pemda.
Perencanaan dan penganggaran yang berbasis partisipasi masyarakat berperan
penting dalam mendorong terselenggaranya forum yang menyerap aspirasi
masyarakat. Partispasi masyarakat dalam forum tersebut dapat membantu
proses penentuan skala prioritas perencanaan program pembangunan dan
pendokumentasian dan pengawalan usulan masyarakat dalam pembuatan
rancangan APBD.
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman PedomanPedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
diacu
diacu
dijabarkan
dijabarkan
diperhatikan
RENSTRA
KL
RPJM
NASIONAL
RPJM
DAERAH
RPJP
NASIONAL
RPJP
DAERAH
RENSTRA
SKPD
PENJABARAN
APBD
RENJA
SKPD
RKA-
SKPD
RINCIAN
APBN
APBN
APBD
RAPBN
RAPBDKUA
PPAS
RKP
RKPD
RENJA
KL
RKA-KL
PERENCANAAN PROGRAM
Alur Perencanaan Program & Penganggaran
PENGANGGARAN
Pemerintah
Pusat
Pemerintah
Daerah
15. 7
Regulasi Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Landasan hukum perencanaan dan penganggaran di Indonesia diatur dalam
beberapa regulasi pokok antara lain:
• UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
• UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
• UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
• UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
• PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pedoman Keuangan Daerah
• Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah
• Permendagri No. 27 Tahun 2014 tentang Pemerintah daerah
Regulasi-regulasi tersebut tidak hanya mengatur kewenangan pusat dan
daerah dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran, tetapi juga mengatur
alur, mekanisme serta dokumen yang dibutuhkan dalam setiap tahapan proses
perencanaan penganggaran.
Namun, dalam beberapa kajian yang dilakukan oleh kelompok masyarakat
maupun akademisi masih ditemukan adanya ketidaksingkronan dan inkonsistensi
antar regulasi-regulasi terkait sehingga menghambat tercapainya kesejahteraan
masyarakat.
Gambar 5. Proses Penganggaran dan Peraturannya
Sumber: Seknas FITRA
• UU 17 tahun 2003
• UU 32 tahun 2004
• UU 1 2004
• UU 15 tahun 2004
• PP 58 tahun 2005
• Permendagri 13
tahun 2006
• UU 17 tahun 2003
• UU 1 tahun 2004
• UU 32 tahun 2004
• PP 58 tahun 2005
• Permendagri 13
tahun 2006
• PP 58 tahun 2005
• PP 24 tahun 2004
• PP 37 tahun 2005
• PP 37 tahun 2006
• Permendagri 13
tahun 2006
• Permendagri 26
tahun 2006
• UU 25 tahun 2004
• UU 10 tahun 2004
• UU 17 tahun 2003
• UU 32 tahun 2004
• UU 33 tahun 2004
Proses Penganggaran dan Aturan Per-UU-nya
Perencanaan
Pembahasan/
Penetapan APBD
Pelaksanaan
Efektifitas dan
efisiensi
Penatausahan
dan akuntansi
Prioritas usulan
dan anggaran
Laporan BPKP/
bawasda dan BPK
Monev
16. 8
Alur Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Merujuk pada penjelasan sebelumnya bahwa proses PPD dilaksanakan pada
dua aras yaitu: spasial dan sektoral. Pada aras spasial, proses PPD dimulai dari
level terendah yaitu desa/ kelurahan hingga berakhir pada level kapupaten/ kota.
Sementara itu, pada saat yang bersamaan proses PPD juga berlangsung pada aras
sektoral yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintahan. Keseluruhan proses
PPD di kedua aras ini dimulai dengan tahapan perencanaan pada bulan Januari
melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa/ Kelurahan
hingga tahapan Penetapan APBD pada akhir Desember.
Dengan mengenali siklus dan jadwal penyelenggaraan dari setiap proses PPD,
akan memberi ruang yang semakin besar bagi kelompok masyarakat untuk dapat
berpatisipasi secara aktif untuk menentukan arah dan kebijakan anggaran yang
akan ditetapkan.
Secara umum, siklus anggaran (APBN dan APBD) terdiri dari 4 (empat) tahapan,
yaitu penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan anggaran dan
pertanggungjawaban anggaran. Sikulus anggaran di Indonesia dilakukan selama 2,5
tahun dengan rincian: 1 tahun proses penyusunan, 1 tahun proses pelaksanaan dan
5 (lima) bulan proses pertanggungjawaban/audit.
Tahap Penyusunan Anggaran
Dalam tahap ini pemerintah melakukan review terhadap pelaksanaan anggaran
tahun sebelumnya, rencana pembangunan, dan memperhatikan masukan dari
masyarakat.
Tahap Pembahasan Anggaran
Pada tahap ini eksekutif menyusun draft usulan anggaran dibahas bersama
DPRD melalui konsultasi publik, pembahasan internal, meminta pendapat ahli.
Tahap Pelaksanaan Anggaran
Pada tahapan ini, draft usulan yang sudah disetujui noleh DPRD dilaksanakan
oleh pemerintah dan sekaligus melakukan monitoring pelaksaan anggaran.
Tahap Pengawasan/Audit
Pengawasan pelaksanaa anggaran dilakukan oleh berbagai pihak, baik dari
internal pemerintah (Inspektorat, Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah/BPKP
dan Badan Pemeriksa Keuangan/BPK) maupun eksternal yaitu masyarakat.
17. 9
Kelender Perencanaan & Penganggaran Tahunan
Siklus Perencanaan & Penganggaran Tahunan
RPJMD
Renstra
SKPD
Rancangan
Renja SKPD
Forum
SKPD
Renja
SKPD
RKA-
SKPD
Pokok-pokok
Pikiran
DPRD
KUA &
PPAS
Rancangan
RKP
Rancangan
RKPD Prov
MUSRENBANGNAS
MUSRENBANG
PROV
MUSRENBANG
Kecamatan
MUSRENBANG
Desa/Kel
MUSRENBANG RKPD/
MUSRENBANGDA
Rancangan
AwalRKPD
• Prioritas pemb.
• Pagu Indika-
tif berdasar
fungsi SKPD,
sumber dana &
Wilayah Kerja
Rancangan
RKPD
Rancangan
Akhir RKPD
Penetapan
RKPD
RAPBD
Mei
Apr
Apr
Apr
Mar
Feb
Feb
Mei
Mei
Okt
Jun
Agt
Jan
Pembahasan & Kesepakatan
KUA antara KDH dengan
DPRD (Juni)
Pembahasan & Kesepakatan
PPAS antara KDH dengan
DPRD (Juni)
Penyusunan RKA-SKPD &
RAPBD (Juli-September)
Pembahasan dan Persetujuan
Rancangan APBD dengan
DPRD (Oktober-November)
Evaluasi Rancangan
Perda APBD(Desember)
Penetapan Perda
APBD(Desember)
Penyusunan DPA
SKPD(Desember)Pelaksanaan APBD
Januari tahun berikutnya
Penetapan RKPD
(Mei)
Musrenbang Kab/Kota
(Maret)
Forum SKPD
Penyusunan Kerja SKPD
Kab/Kota (Maret)
Musrenbang Kecamatan
(Februari)
Musrenbang Desa
(Januari)
1
2
3
4
5
6 7
8
9
10
11
1213
Gambar 6. Siklus dan Kalender Perencanaan dan Penganggaran Tahunan
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
18. 10
Studi Kasus
Perencanaan dan Penganggaran di DKI Jakarta
Pada awal tahun 2015, Indonesia dikagetkan dengan berita kisruhnya proses
penetapan APBD Propinsi DKI Jakarta. Ada dua versi Rancangan APBD DKI yang
dikirimkan kepada Kemendagri untuk disahkan. Kemudian diketahui bahwa, kisruh
ini bermula ketika Gubernur DKI saat itu mengetahui adanya dana-dana “siluman”
yang muncul tanpa melalui proses dan tahapan perencanaan dan penganggaran
yang seharusnya sesuai ketentuan undang-undang.
Usulan program dan kegiatan seharusnya muncul di dalam proses perencanaan,
mulai dari musrenbang tingkat kelurahan hingga penetapan KUA PPAS. KUA PPAS
merupakan rancangan program dan kegiatan prioritas beserta patokan maksimal
anggaran yang akan digunakan oleh SKPD dalam penyusunan RKA SKPD sebelum
disahkan oleh DPRD.
Dalam kasus RAPBD DKI, program dan kegiatan siluman muncul pada saat
pembahasan RAPBD di DPRD dimana seharusnya sidang dioptimalkan untuk
melihat apakah program dan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan prioritas yang
dibutuhkan daerah. Tidak boleh lagi ada usulan program dan kegiatan baru pada
tahap ini.
Kisruh ini kemudian memperlihatkan betapa selama ini proses perencanaan dan
penganggaran masih sangat tertutup. Partisipasi masyarakat di dalam proses
ini cenderung masih sangat minim. Banyak usulan-usulan program dan kegiatan
yang sangat dibutuhkan masyarakat tiba-tiba menghilang di tengah perjalanan dan
digantikan oleh program dan kegiatan yang menguntungkan pihak-pihak tertentu
saja. **
Pertanyaan Kunci:
1. Sebutkan tahapan PPD!
2. Sebutkan 4 (empat) tahapan siklus APBD!
3. Ceritakan siklus perencanaan dan penganggaran
daerah!
19. 11
Bagian III.
Struktur dan Komponen APBD
Pokok Bahasan
Dalam sesi ini, masyarakat diajak untuk mengenal dan memahami struktur
dan komponen APBD dan melihat peranan masyarakat sebagai stakeholder
pembangunan yang memiliki kepentingan di dalamnya. Penyampaian materi
pada sesi ini akan merekonstruksi pemahaman dan memperkuat keterampilan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam keseluruhan siklus perencanaan dan
penganggaran daerah mulai dari tahap penyusunan, pelaksanaan hingga tahap
pertanggungjawaban anggaran.
Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah merupakan seluruh penerimaan kas daerah dalam
periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. Dalam UU No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah disebutkan bahwa pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah
yang diakui menambah kekayaan bersih daerah pada periode tahun yang
bersangkutan.
Pendapatan Daerah berasal dari :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Dana Bagi Hasil (DBH) yaitu dana-dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam
rangka desentralisasi.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yaitu pendapatan daerah dari
sumber lain, misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
20. 12
PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang Sah
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah
yang Sah
Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari
Propinsi dan Pemda Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Propinsi
dan Pemda Lainnya
Gambar 7. Komponen Pendapatan Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Pendapatan Asli Daerah merupakan
kegiatan ekonomi yang berasal dari
daerah itu sendiri. PAD merupakan
cerminan kemandirian daerah.
Dana Perimbangan
• Dana Bagi Hasil (DBH Pajak
& Non Pajak)-->berdasarkan
persentase (%)
• Dana Alokasi Umum (DAU)
pemerataan kemampuan
keuangan daerah berdasarkan
Alokasi Dasar dan Celah Fiskal
(Kebutuhan Fiskal - kapasitas
Fiskal)
a. Kebutuhan fiskal=kebutuhan
daerah untuk membiayai
pegawai dan infrastruktur
dasar
b. Kapasitas Fiskal = DBH + PAD
• Dana Alokasi Khusus (DAK)
pada daerah tertentu, kegiatan
khusus prioritas nasional Dana
pendamping APBD sebesar 10%
21. 13
No Jenis DBH
KOMPOSISI/PEMBAGIAN
Menurut UU 33 Tahun 2004
Pusat
Daerah
Jumlah Propinsi Kab/Kota
1 PAJAK
a. PBB 10% 90% 16,2% 64,8%
b. BPHTBP 20% 80% 16% 64%
c. PPh Pasal 25, Pasal 29
dan PPh 21
80% 20% 40% 60%
2 SDA (Non Pajak)
a. Kehutanan :
1. IHPH 20% 80% 16% 64% utk kab/kota
penghasil
2. PSDH 20% 80% 16% 32% utk kab/kota
penghasil
3. Dana Reboisasi 60% 40% - 40% utk kab/kota
penghasil
b. Pertambangan Umum 20% 80% - 80%
1. Iuran tetap (land-
rent)
16% 64% utk kab/kota
penghasil
2. Iuran eksplorasi dan
eksploitasi (royalti)
16% 32% utk kab/kota
penghasil
c. Perikanan 20% 80% - 80%
d. Minyak Bumi 84,5% 15,5% 3% propinsi yg
bersangkutan
6% kab/kota penghasil
0,5% 0,5% 0,1% prop yg
bersangkutan
- 0,2% kab/kota penghasil
- sisanya 0,2% dibagi
merata utk seluruh kab/
kota dalam prop. yg
bersangkutan
e. Gas Bumi 69,5% 30,5% 6% utk prop.
yg bersangkutan
12% utk kab/kota
penghasil
0,5% 0,5% 0,1% prop yg
bersangkutan
- 0,2% kab/kota penghasil
- sisanya 0,2% dibagi
merata untuk seluruh
kab/kota dlm prop.yg
bersangkutan
f. Panas Bumi (komponen
PNBP)
20% 80% 16% utk prop.
yg bersangkutan
32% utk kab/kota
penghasil
Gambar 8. Komposisi dan Pembagian Dana Bagi Hasil
Sumber: UU No. 33 Tahun 2004
Dana Transfer Daerah
Transfer ke daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus dan
Penyesuaian.
22. 14
Postur Transfer ke Daerah TA 2014
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otsus Papua
Dana Otsus Aceh
Dana Intras Otsus Papua
Dana Intras Otsus PaBarat
Dana Keistimewaan DIY
Tamb Penghasilan Guru
Tunjangan Profesi Guru
Bantuan Op Sekolah
Dana Insentif Daerah
Dana P2D2
Dana
Penyesuaian
Dana Otsus &
Penyesuaian
Dana
Otsus
DBH Pajak
DBH SDA
DBH PBB
Kehutanan
DBH PPh
Pertum
Migas
DBH CHT
Perikanan
Panas Bumi
TRANSFER
KE DAERAH
Dana Otsus Papua BRT
Dana
Perimbangan
Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2015
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otsus Papua
Dana Otsus Aceh
Dana Intras Otsus Papua
Dana Intras Otsus PaBarat
Dana Keistimewaan DIY
Tamb Penghasilan Guru
Tunjangan Profesi Guru
Bantuan Op Sekolah
Dana Insentif Daerah
Dana P2D2
Dana
Perimbangan
Dana Transfer
ke Daerah
Dana Desa
DBH Pajak
DBH SDA
DBH PBB
Kehutanan
DBH PPh
Pertum
Migas
DBH CHT
Perikanan
Panas Bumi
DANA
TRANSFER
KE DAERAH
DAN DESA
Dana Otsus Papua BRT
Dana
Keistimewaan
DI Yogyakarta
Dana Otsus
Dana Transfer
Lainnya
Transfer ke daerah ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden dan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) yang selanjutnya dituangkan dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas nama
Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran untuk tiap jenis transfer ke daerah
dengan dilampiri rincian alokasi per daerah.
Berikut rincian jenis-jenis transfer dana ke daerah:
a. Transfer Dana Perimbangan, meliputi:
1. Transfer Dana Bagi Hasil Pajak;
2. Transfer Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam;
3. Transfer Dana Alokasi Umum; dan
4. Transfer Dana Khusus.
b. Transfer Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian, meliputi:
1. Transfer Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat;
2. Transfer Dana Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam; dan
3. Transfer Dana Penyesuaian.
Pasca dikeluarkannya UU No. 6 Tahun 2014 yang memberikan transfer selain ke
daerah (provinsi dan kabupaten) namun juga untuk desa. Maka postur transfer dana
ke daerah juga berubah. Berikut gambar perbedaan postur transfer dana daerah
untuk tahun anggaran 2014 (sebelum diberlakukannya UU. No. 6 Tahun 2014) dan
tahun anggaran 2015 (setelah diberlakukannya UU No. 6 Tahun 2014) sebagai berikut:
Gambar 9: Postur Transfer Daerah TA 2014 dan 2015
Sumber: Presentasi DJPK Kemenkeu RI di Bintuni tahun 2015
23. 15
Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari :
1) klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan
untuk tujuan pengelolaan pemerintahan daerah
2) klasifikasi belanja berdasarkan fungsi pengelolaan
keuangan negara.
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan
merupakan penjabaran dari kebijakan umum anggaran
sesuai dengan misi dan agenda prioritas dari masing-
masing organisasi
Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi disesuaikan
dengan susunan organisasi pemerintah daerah
Program/Kegiatan
Organisasi
Fungsi
Belanja Daerah
Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, Belanja Daerah didefinisikan sebagai
kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang kemudian
dijabarkan dalam Permendagri 13 Tahun 2006, belanja diklasifikasikan berdasarkan
jenis belanja yaitu: belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja
tidak langsung merupakan belanja yang penganggarannya tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung
merupakan belanja yang penganggarannya terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja Daerah diklasifikasikan sebagai berikut:
Gambar 10. Klasifikasi Belanja Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
24. 16
• Belanja Langsung -->
belanja yang dianggarkan
terkait secara langsung
dengan pelaksanaan
program dan kegiatan
• Belanja Tidak Langsung
--> belanja yang
dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan
pelaksanaan program dan
kegiatan
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Prop/Kab/
Kota dan Pemdes
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Gambar 11. Komposisi Belanja Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Pembiayaan daerah
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Daerah yang
digunakan untuk menutup selisih antara pendapatan dengan belanja daerah.
Dalam UU dijelaskan bahwa pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
25. 17
PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya (SILPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA)
Gambar 11. Komposisi Pembiayaan Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Pertanyaan Kunci:
1. Apa yang dimaksud dengan Pendapatan daerah,
belanja daerah dan Pembiayaan Daerah?
2. Sebutkan komponen Pendapatan Asli Daerah/PAD!
3. Sebutkan komponen belanja daerah!
4. Sebutkan komponen pembiayaan daerah!
26. 18
Bagian IV.
Metode Pemantauan
(Strategi Advokasi)
Pokok Bahasan
Dalam sesi ini masyarakat diajak untuk memahami metode pemantauan dan
strategi advokasi yang dapat digunakan dalam mempengaruhi dan mengawal
proses perencanaan dan penganggaran sesuai dengan siklus PPD. Pada sesi ini
masyarakat juga akan diberi pemahaman tentang gerakan advokasi dalam melihat
peluang-peluang yang dapat digunakan untuk mempengaruhi proses advokasi
PPD mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pelaporan hingga
pertanggungjawaban.
Advokasi
Advokasi merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi
keputusan dan kebijakan publik yang ditujukan untuk membantu kelompok
masyarakat yang dirugikan, dan termarjinal. Advokasi biasanya dilakukan secara
terorganisir, terencana dan sistematis sehingga perubahan yang diinginkan dapat
tercapai. Pelibatan masyarakat dalam proses advokasi merupakan salah satu syarat
yang penting.
Secara umum, advokasi memiliki 3 (tiga) wilayah kerja. Masing-masing wilayah
kerja advokasi akan berdampak terhadap strategi dan kegiatan yang dilakukan.
27. 19
Gambar 13. Wilayah Kerja Advokasi
Sumber: Seknas FITRA
Advokasi Anggaran
Prosesperencanaandanpenganggaranmerupakansalahsatufokusutamadalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi
masyarakat dalam membantu terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.
Partisipasi masyarakat menjadi komponen yang penting dalam proses
perencanaan dan penganggaran karena menentukan ketepatan sasaran
perencanaan dan penggunaan anggaran. Terdapat beberapa titik ruang partisipasi
yang dapat digunakan masyarakat yaitu:
Gambar 14. Ruang Partisipasi Masyarakat dalam Advokasi Anggaran Daerah
Sumber: Seknas FITRA
merupakan wilayah yang terkait dengan peraturan
hukum dan perundang-undangan. Contoh kegiatan
yang dilakukan dalam wilayah ini antara lain: menyusun
naskah akademis, legal drafting, counter legal drafting
dan judicial review.
merupakan wilayah para penyusun dan pengambil
kebijakan. Kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di
wilayah ini antara lain: lobbying, diskusi, audiensi dll.
merupakan wilayah penyadaran masyarakat. Kegiatan
yang dilakukan di wilayah ini antara lain: pendidikan dan
pelatihan, pengembangan opini publik melalui media dan
kampanye, demontrasi dan mobilisasi massa.
Legislasi
dan
Litigasi
Politik
dan
Birokarasi
Sosialisasi
dan
Mobilisasi
Musrenbang desa/
Kelurahan hingga
musrenbang
kecamatan
Penyusunan RKPD
hingga KUA PPAS
Forum SKPD
Penyusunan RKA
SKPD hingga
Penetapan APBD
Pelaksanaan
APBD
28. 20
Faktor Penghambat dan Pendukung Advokasi Anggaran
Dalam melakukan advokasi anggaran, terdapat faktor-faktor yang mendukung
dan yang menghambat advokasi. Berikut komponen-konponen yang termasuk
dalam kedua faktor tersebut:
Gambar 15. Faktor Pendukung dan Penghambat Advokasi
Sumber: Seknas FITRA
Strategi Advokasi Anggaran
Dalam proses penyusunan advokasi anggaran maka penggunaan strategi yang
dilakukan dengan teroganisir, terstruktur, dan sistematis dengan memperhatikan
beberapa langkah berikut ini:
Faktor
Pendukung
Faktor
Penghambat
Inisiatif politis dari aktor-
aktor kunci di daerah
Kemauan untuk
bersinergi dan
berjaringan yang lemahKelembagaan dan
ketersediaan akses
informasi publik baik
terpusat pada satu SKPD
ataupun masing-masing-
masing SKPD
Legal basis daerah
yang tidak jelas
Kepemimpinan daerah
yang masih menutup
diri
Adanya regulasi yang
menjamin partisipasi
publik dan keterbukaan
informasi publik
Birokrasi yang membatasi
akses masyarakat atas
dokumen publik
29. 21
Gambar 16. Tahapan Strategi Advokasi
Sumber: Seknas FITRA
Tahap 1: Identifikasi dan Analisis Isu
Analisis isu merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan advokasi yang
sangat penting. Pentingnya identifikasi dan analisis isu untuk mendapatkan
informasi yang akurat dan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh terhadap
isu yang akan diadvokasi.
Tahap 2: Merumuskan Tujuan Advokasi
Hasilanalisisisuberkontribusiterhadappenentuantujuanadvokasi.Tujuanyang
dirumuskan harus memenuhi kriteria SMART (Specific, Measureable, Achievable,
Relevant, Time-bound).
Tahap 3: Identifikasi dan Analisis Aktor/Stakeholders
Dalam tahapan ini dilakukan analisis berdasarkan isu dan tujuan advokasi
yang sudah ditetapkan. Daftar aktor/stakeholders disusun lalu dikategorisasi
berdasarkan tingkat relevansinya terhadap isu dan tujuan advokasi.
evaluasi dan
monitoring
pelaksanaan
rencana
posisi lembaga/
kelompok
analisis situasi/
masalah
riset kebijakan
memetakan
kekuasaan
menentukan
target advokasi
menentukan dan
mengemas isu
advokasi
30. 22
Tahap 4: Memilih Taktik/Cara advokasi
Setelah pemetaan dilakukan maka tahap selanjutnya adalah melakukan
pemilihan terhadap cara advokasi yang akan digunakan, dapat juga menggunakan
berbagai macam media.
Tahap 5: Membuat Rencana Kerja Advokasi
Dalam tahapan ini dilakukan penyusunan rencana kerja advokasi. Rencana kerja
meliputi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan advokasi
yang dilengkapi dengan kerangka waktu, sumberdaya yang dibutuhkan dan pihak-
pihak yang bertanggungjawab terhadap kegiatan tersebut.
Tahap 6: Monitoring dan Evaluasi
Setiap kegiatan yang direcanakan dan hasil yang dicapai harus dimonitoring dan
dievaluasi sesuai dengan tujuan advokasi.
Studi Kasus:
Advokasi Anggaran Kesehatan di Polewali Mandar *
Kabupaten Polewali Mandar (Polman) merupakan salah satu kabupaten yang berada
di wilayah Sulawesi Barat. Polman terbagi atas 16 kecamatan dengan 455.572 jiwa.
Dari segi infrastruktur terjadi kesenjangan yang sangat tinggi antara daerah perkotaan
dengan perdesaan. Infrastruktur yang relatif baik hanya terdapat di 2 kecamatan
di wilayah perkotaan saja yaitu Kecamatan Polewali dan Kecamatan Wonomulyo.
Sementara kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah perdesaan minim fasilitas
publik baik sarana maupun prasarana. Mereka juga kesulitan akan akses terhadap
listrik, pendidikan, kesehatan bahkan sarana kebersihan (MCK).
Berdasarkan data UNDP pada tahun 1999, Angka Harapan Hidup di Polman
termasuk rendah bila dibandingkan dengan daerah lain. Sementara itu, alokasi
anggaran kesehatan hanya sebesar 5,4% dari total APBD dengan rincian 15,2% untuk
belanja aparatur dan 84,8% untuk belanja publik. Namun setelah dianalisa lebih dalam
ternyata 84,8% belanja publik ini lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai yaitu
sebesar 76,8%. Sehingga dengan demikian, alokasi anggaran yang riil digunakan untuk
kepentingan masyarakat hanya sebesar 15,2%.
Alokasi anggaran kesehatan yang sangat minim ini berbanding terbalik dengan
penerimaan yang diterima dari sektor kesehatan. Pada tahun 2005, penerimaan dari
retribusi kesehatan mencapai sebesar 1,3 Milyar atau 50% dari total penerimaan
retribusi daerah. Dan itu sama artinya bahwa pembangunan di Polman dibiayai oleh
orang sakit.
Advokasi anggaran kesehatan di Polman dimulai pada tahun 2005 oleh YASMIB.
Setelah melakukan analisis terhadap APBD dan menemukan fakta-fakta kesenjangan
31. 23
dan ketidakadilan dalam alokasi anggaran, YASMIB mulai melakukan pengorganisiran
terhadap kelompok-kelompok masyarakat terutama perempuan.
Kenapa perempuan?
Dalam banyak kasus, buruknya pelayanan kesehatan sangat terkait dengan
kepentingan perempuan. Perempuan yang paling mendapatkan dampak ketika ada
anggota keluarga yang sakit dan perempuan pula yang paling sering menjadi korban
akibat buruknya pelayanan kesehatan misalnya ketika melahirkan.
Setelah memetakan siapa yang menerima dampak paling buruk akibat kebijakan
ini, YASMIB kemudian mulai melakukan pendampingan dan penyadaran melalui
pendidikan (transformasi informasi). Langkah-langkah pendampingan diperlukan
untuk membangun kedaulatan rakyat atas anggaran yang terindikasi dari tumbuhnya
pertisipasi dan kontrol masyarakat terhadap jalannya pembangunan.
Intervensi terhadap kebijakan dilakukan dengan cara mengontrol dan mengkritisi
secara langsung setiap kebijakan dan anggaran pemerintah terutama yang terkait
dengan sektor kesehatan. Intervensi diawali dengan melakukan assessment (penilaian)
terhadap kemiskinan dan ketimpangan gender yang terjadi di dalam masyarakat.
Kemudian dilakukan analisis berbagai dokumen kebijakan dan anggaran. Hasilnya
kemudian digunakan untuk membangun opini publik melalui media massa dan
membangun komunikasi politik dengan kuasa anggaran (eksekutif dan legislatif).
Selain itu juga dibarengi dengan memantau dan mengawal setiap proses dan
tahapan perencanaan dan penganggaran; mulai dari perencanaan, penetapan, hingga
pelaksanaan anggaran.
Seiring dengan gerakan advokasi anggaran yang dilakukan YASMIB, pada tahun
2006 mulai terlihat beberapa perbaikan dimana anggaran kesehatan Polman mengalami
peningkatan sebesar 9% dari tahun sebelumnya. Kemudian juga bermunculan berbagai
perogram dan kegiatan yang lebih berpihak pada kepentingan rakayat miskin seperti
program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.**
*disarikan dari buku Belajar dari Tanah Mandar; Mengawali Gerakan Gender Budget
di Polewali Mandar, ditulis oleh: Yenny Sucipto, Sunarti Sain dan Rosniaty.
Pertanyaan Kunci:
1. Sebutkan 3 (tiga) wilayah kerja advokasi!
2. Sebutkan tahapan strategi advokasi anggaran!
3. Sebutkan faktor-faktor pendukung dan penghambat
advokasi anggaran!
4. Pada tahapan apa sajakah terdapat peluang
partisipasi masyarakat dalam PPD?
37. 29
LAMPIRAN
Lampiran 6 - Rekapitulasi Belanja Pemerintah Daerah
Sumber: Dikutip dari data Seknas FITRA
38. 30
Daftar Pustaka
Yenny Sucipto, dkk (2014). Modul Magang; Perencanaan dan Penganggaran responsif
Gender. Jakarta: Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (FITRA).
Fridollin Berek, dkk (2006).Kumpulan Modul Pendidikan Politik Anggaran Bagi
Warga. Bandung; Bandung Institute for Governance Studies(BIGS),
Yenny Sucipto, dkk. (2008). Belajar Dari Tanah Mandar; Makassar: Yayasan Swadaya
Mitra Bangsa (YASMIB) dan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran
(FITRA).
39. 31
Biodata Penulis
Yenny Sucipto. Lulusan S1 Universitas Brawijaya Malang, dan tercatat sebagai
mahasiswa pasca sarjana Ilmu Ekonomi IPB dan pasca sarjana Kajian Gender dan
Transformasi Sosial UI. Sejak Tahun 2013 dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA). Aktif sebagai aktivis
lembaga swadaya masyarakat dan peneliti APBN/D sudah sejak tahun 2002, hingga
dipercaya menjadi kontributor untuk isu anggaran sektoral di beberapa publikasi
lembaga, dan beberapa tulisan opininya juga pernah dipublikasikan di media,
seperti Kompas maupun Jurnal Nasional. Yenny juga menulis beberapa publikasi, di
antaranya “Gerakan Advokasi Pro Poor Budget” (2007); “Belajar Dari Tanah Mandar”
(2008); “Inovasi Partisipasi” (2009); “Beban Keuangan Negara Terhadap Pemekaran
Daerah” (2010); “Kebijakan Anggaran HIV dan Aids” (2011); Pak Bujet: Melek Anggaran”
(2012); dan “Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah” (2013)”, “APBN Konstitusi Tahun
Anggaran 2014” (2013), “APBN 2014: Anggaran Kesejahteraan Sosial” (2014). Dapat
dihubungi melalui email: yenny.sucipto@gmail.com
Yenti Nurhidayat. Sejak kuliahdi Universitas 17 Agustus Jakarta pada tahun
1993 aktif mengeluti dunia advokasi dan kampanye dengan merancang berbagai
kegiatan kesenian yang ditujukan untuk membangun kesadaran publik terhadap
isu-isu kemanusiaan. Pernah bekerja sebagai campaign officer Komnas Perempuan
pada tahun 2002-2004. Mulai terlibat dalam riset dan kajian sejak tahun 2007 dan
awal 2015 mulai bergabung dengan Seknas FITRA sebagai staff riset.
Selain sebagai peneliti, Yenti juga aktif mendalami dunia teater dan penulisan.
Karya-karyanya diterbitkan di beberapa media massa. Yenti dapat dihubungi
melalui yn_sikumbang@yahoo.com.
40. 32
Tentang Koalisi Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan koalisi 39 organisasi
masyarakat sipil untuk transparansi dan akuntabilitas tata kelola sumber daya
ekstraktif migas, pertambangan, kehutanan dan sumber daya alam lainnya.
PWYP Indonesia terafiliasi dalam kampanye global Publish What You Pay.
Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar sebagai badan hukum Indonesia sejak
tahun 2012 dengan nama Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif.
Aktivitas PWYP Indonesia berada di sepanjang rantai nilai sumberdaya
ekstraktif yang berfokus pada transparansi dan akuntabilitas fase sebelum
kontrak dan operasi (publish why you pay and how you extract) dan
pendapatan negara (publish what you pay); fase pemanfaatan pendapatan
ekstraktif untuk kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan (publish
what you earn and how you spend).