Omnibus Law dianggap memiliki implikasi yang serius terhadap penataan ruang dan lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan RUU Cipta Kerja melemahkan proteksi lingkungan demi kepentingan investasi, dan menghilangkan mekanisme pengawasan seperti Komisi Penilai Amdal. Stranas PK berupaya meningkatkan tata kelola data perizinan sektor sumber daya alam melalui Kebijakan Satu Peta, namun menemui kendala karena ketersed
Transparansi dan partisipasi publik dalam revisi undang undang pertambangan m...
Newsletter Voicing for Life April 2020
1. Newsletter Voicing for Life1
Nyawiji Nandur Kanggo
Lestarine Kendeng
Al Ayubi & Ary Nugroho
Prinsip Berdikari: Mengge-
ser Narasi Pemberdayaan
Andri Prasetiyo & Al Ayubi
Liputan Media
Moeldoko dan JMPPK
Bahas Kajian Pegunungan
Kendeng
Implikasi Omnibus Law
terhadap Upaya Penataan
Ruang dan Pencegahan Ko-
rupsi Sektor Sumber Daya
Alam
Al Ayubi & Wicitra
Prinsip Berdikari:
Menggeser Narasi Pemberdayaan
Pelatihan Audit Sosial:
Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat dalam Penga-
wasan Pembangunan
Al Ayubi & Andri Prasetiyo
Newsletter
Voicing for Life
Seri April 2020
Halaman 2 Halaman 8
Halaman 14
Halaman 4
Halaman 10
2. 2Newsletter Voicing for Life
Nyawiji Nandur
Kanggo Lestarine Kendeng
Sepenggal tembang Jawa Pangkur yang dinyanyi-
kan oleh warga yang tergabung dalam Jaringan
Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK)
pada saat kegiatan “Nyawiji Nandur Kanggo Les-
tarine Kendeng” sepanjang Januari-Februari tahun
2020. Kegiatan yang juga dikenal sebagai “Rabu
Menanam” ini berbentuk penanaman pohon ber-
sama yang rutin dilaksanakan setiap Rabu pagi di
kawasan Pegunungan Kendeng Utara. Saat itu, se-
luruh warga akan berkumpul di satu titik kemudian
berangkat bersama secara beriringan, melakukan
perjalanan dan pendakian gunung ke lokasi yang
akan ditanami. Setiap bulannya, kegiatan Rabu
Menanam dilakukan dengan turut mengundang pi-
hak luar, yang bertujuan untuk memperluas penya-
daran dan membangun ikatan solidaritas bersama.
Menanam pohon merupakan kunci menjaga kese-
imbangan ekosistem. Dengan menanam, air dan
sumber mata air dapat terselamatkan dan kea-
nekaragaman hayati terjaga habitatnya. “Dengan
Pangkur
Nanduri panggonan bera // Dina iki barengan
ditindhaki // Wujud tindakan lan laku // Kanggo
ngomahi toya // Dimen sumber lestari nyukupi
butuh // Kang mangkono anak putu // Tetep bisa
den warisi //
(Mari menanam dilahan yang kosong, hari ini
kita melakukannya bersama-sama. Sebagai wu-
jud tindakan dan melaksanakan. Agar sumber
mata air punya rumah, untuk mencukupi kebu-
tuhan hidup. Dengan demikian, harapannya anak
cucu kita. Supaya bisa merasakan warisan lesta-
rinya sumber mata air)
Oleh: Al Ayubi & Ary Nugroho
3. Newsletter Voicing for Life3
menanam bersama, manusia sudah menyelamat-
kan kehidupannya sendiri.” Demikian diungkapkan
oleh salah satu warga Kendeng saat sedang me-
lakukan kegiatan Aksi Rabu Menanam, pada Rabu
(26/2), di Kecamatan Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.
Rabu Menanam ini berawal dari desakan warga
pegunungan Kendeng Utara terhadap Pemerin-
tah Kabupaten (Pemkab) Pati untuk peduli pada
pentingnya melakukan revitalisasi fungsi ekologi
kawasan Kendeng Utara. Di sejumlah media lokal,
Pemkab Pati pernah mengagendakan penanaman
3 (tiga) juta pohon. Namun, tidak dijelaskan kapan
dan dimana 3 (tiga) juta pohon tersebut akan dita-
nam. Sejumlah perempuan warga Kendeng Utara
kemudian mencoba menanyakan langsung kepada
Bupati Pati pada 8 Januari 2020. Sayangnya, me-
reka tidak mendapatkan jawaban yang pasti. Pa-
dahal, upaya warga bertanya kepada Bupati meru-
pakan bentuk keinginan untuk secara aktif terlibat
dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan di
kawasan Kendeng Utara. Akhirnya warga berini-
siatif untuk melakukan penanaman pohon tanpa
menunggu kabar dari Pemkab Pati.
PadaRabuterakhirbulanFebruarilalu(26/02/2020),
Rabu Menanam atau “Nyawiji Nandur Kanggo Les-
tarine Kendeng” ditutup dengan rangkaian acara
penanaman pohon bersama musisi Melanie Soe-
bono yang dilanjutkan dengan pentas kolaborasi
gamelan “Wiji Kendeng feat Melanie Soebono” dan
diskusi tentang Revisi Peraturan Daerah (Perda)
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di Omah
Kendeng, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Diskusi ter-
sebut menghadirkan narasumber Dr. Mila Karmila,
Akademisi dari Unnisulla Semarang dan Gunretno,
Koordinator JMPPK, serta moderator oleh Aryanto
Nugroho, Manajer Advokasi Publish What You Pay
(PWYP) Indonesia.
Gunretno, menyampaikan perkembangan terakhir
pelaksanaan rekomendasi hasil Kajian Lingkung-
an Hidup Strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng
yang belum sepenuhnya dilaksanakan oleh Peme-
rintah Daerah. “Padahal KLHS ini merupakan ama-
nat yang diinisiasi langsung oleh Presiden, sebagai
Kepala Negara. Maka sudah selayaknya dilaku-
kan.” jelas Gunretno.
Dalam kesempatan tersebut, Gunretno juga men-
jelaskan bahwa Revisi Perda RTRW Kabupaten Pati
yang saat ini sedang berjalan, perlu dikawal bersa-
ma. “KLHS Pegunungan Kendeng telah mengama-
natkan bahwa revisi RTRW Kabupaten Pati harus
menjalankan sejumlah rekomendasi diantaranya
KBAK Sukolilo harus dipertahankan; Izin Usaha
Pertambangan (IUP) di KBAK tidak boleh diper-
panjang; Kecamatan Kayen, Sukolilo dan Tambak-
romo tidak boleh untuk kawasan pertambangan
dan lainnya.”
Sementara Dr. Mila Karmila mengatakan, dalam
setiap penyusunan Perda RTRW, Pemda harus
menyusun KLHS RTRW. Namun demikian, KLHS
RTRW Kabupaten Pati seharusnya sejalan dengan
KLHS Pegunungan Kendeng yang telah disusun
sebelumnya. Meskipun isi KLHS berupa rekomen-
dasi, namun hal tersebut merupakan kajian yang
objektif dan komprehensif, sehingga perlu menjadi
pertimbangan utama bagi pemerintah daerah da-
lam memberlakukan kebijakan ke depannya.
4. 4Newsletter Voicing for Life
Implikasi Omnibus Law terhadap
Upaya Penataan Ruang dan Pencegahan
Korupsi Sektor Sumber Daya Alam
Pada 12 Februari 2020 lalu, pemerintah resmi
menyerahkan kepada DPR Draf RUU Cipta Kerja,
salah satu RUU Omnibus Law yang belakangan
mengundang kontroversi, karena prosesnya yang
dianggap tertutup dan terlalu ambisius. Seiring de-
ngan perkembangan isu tersebut, PWYP Indonesia
menyelenggarakan PWYP Knowledge Forum (PKF)
pada Senin (17/2) lalu, bertajuk “Implikasi Omnibus
Law terhadap Upaya Penataan Ruang dan Pence-
gahan Korupsi Sektor SDA”. Hadir sebagai pembi-
cara yakni Prof. Hariadi Kartodihardjo, Guru Besar
Kebijakan Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, dan
Muhammad Isro, selaku wakil dari Strategi Nasio-
nal Pencegahan Korupsi (STRANAS PK).
Melalui paparannya, Prof. Hariadi menilai Omnibus
Law merupakan suatu bentuk perubahan yang luar
biasa, sehingga masyarakat harus mengetahuinya.
Namun sayangnya, perhatian publik yang berkem-
bang masih bersifat inkremental. Hal ini tidak ter-
lepas dari ketidakjelasan informasi selama ini ter-
hadap Draf RUU maupun Naskah Akademiknya.
Lebih lanjut, Prof HK menyatakan bahwa Omnibus
Law memiliki implikasi yang serius terhadap pe-
nataan ruang. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
dimensi, di antaranya korupsi, yang menurut ber-
bagai kajian dinilai menjadi alasan utama perginya
investasi dari Indonesia, dan bukan karena pro-
sedur sebagaimana pemerintah asumsikan sela-
ma ini. “Praktik korupsi di lapangan ini mencakup
berbagai jenis yakni korupsi politik, korupsi pene-
gakan hukum, korupsi perizinan, korupsi pengada-
an barang & jasa, dan korupsi pelayanan publik.”
Oleh: Al Ayubi & Wicitra
5. Newsletter Voicing for Life5
Imbuhnya. Hal ini selaras dengan data KPK yang
menunjukkan Kasus Penyuapan sebagai tertinggi
dalam rentan waktu 2004-2017 dengan 340 kasus
atau 55%.
Melalui hasil kajiannya, Prof HK juga menjabarkan
adanya msalah politik yang bersifat struktural dari
mulai benturan kepentingan dalam pendanaan Pil-
kada yang dilakukan antara donatur dengan ca-
lon kepala daerah, korupsi dalam alur Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), hingga
modus dalam proses pemberian izin seperti ma-
nipulasi data, pemerasan, hingga jual beli doku-
men seperti AMDAL maupun Izin Lingkungan yang
marak terjadi di daerah. “Di Riau dan Papua Barat
itu banyak beredar peta palsu, yang menimbulkan
terjadinya pemerasan, tawaran penambahan luas-
an izin, dan biaya pengesahan dokumen.” Terang-
nya.
Penyusunan Omnibus Law RUU Cipta Kerja ini,
simpul Hariadi, tidak didasarkan pada masalah
nyata di lapangan, dan pemerintah seolah hendak
mempertaruhkan proteksi lingkungan hidup demi
investasi alih-alih melihat sumber daya alam seba-
gai ‘ruang hidup’.
“Akibat kepentingan, kegiatan pseudo-legal ini te-
lah mempengaruhi proses pengambilan keputus-
an. Padahal, situasi ‘bad governance’ memerlukan
solusi menyeluruh, bukan hanya undang-undang”
Tutupnya.
Omnibuslaw vs Lingkungan Hidup
Pemerintah sudah menyerahkan omnibus law Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja ke DPR. Demi
Investasi, proteksi lingkungan hidup dipertaruhkan.
Proteksi Lingkungan tak ditegaskan sebagai ba-
gian dari keputusan industri
Tak ada lagi Komisi Penilai Amdal
Izin Lingkungan untuk perusahaan dihapus, di-
ganti persetujuan lingkungan dari pemerintah
Tak ada penegasan informasi kelayakan ling-
kungan hidup dalam investasi mudah diakses
masyarakat
penilaian Amdal dimonopoli pemerintah, bukan
lagi pihak ketiga yang independen
Jenis-jenis sanksi administratif ditiadakan
Sembilan kriteria usaha berdampak penting di-
hapus
pengawasan dan sanksi administratif terhadap
industri menjalankan proteksi lingkungan sepe-
nuhnya oleh pemerintah pusat
Aktivis/Pengamat/Ahli lingkungan tak lagi terlibat
dalam penyusunan Amdal
Tertutup pintu gugatan akibat kerusakan ling-
kungan
Sumber: Presentasi Prof. Hariadi Kartodihardjo, 17 Februari 2020, di PYWP Indonesia, Jakarta
6. 6Newsletter Voicing for Life
Di sisi lain, Muhammad Isro sebagai anggota Tim
Stranas PK, menyampaikan bahwa berdasarkan
Perpres 54 Tahun 2019 dan Surat Keputusan Ber-
sama, salah satu fokus dan aksi Stranas PK tahun
2019-2020 yaitu terkait perizinan dan tata niaga
yakni melakukan perbaikan tata kelola data dan
kepatuhan di sektor ekstraktif, kehutanan, dan
perkebunan. Salah satu tools yang digunakan yak-
ni melalui Kebijakan Satu Peta (One Map Policy).
“Pilot project implementasi One Map Policy ini di-
lakukan di Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat,
Kalimantan Timur, Riau dan Papua, bekerjasama
dengan lintas kementerian, Badan Geospasial, dan
pemerintah provinsi setempat.” Ujar Isro.
Adapun tahapan kebijakan satu peta ini dimulai
dengan berbagi pakai data, sinkronisasi, integra-
si, dan kompilasi. Data-data tersebut di antaranya
Surat Keputusan (SK), lampiran peta, dan peta
digitalnya. “Setelah proses kompilasi selesai dan
diintegrasikan dengan peta dasar, akan dilaku-
kan sinkronisasi sehingga keluar PITTI IGT (Peta
Indikatif Tumpang Tindih Informasi Geospasial Te-
matik).” Namun, menurut hasil evaluasi terdapat
kendala utama yang ditemukan di lapangan yak-
ni minimnya data baik SK, lampiran peta, maupun
shapfile-nya
Berkaitan dengan Omnibus Law, Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) dikatakan menjadi kunci dalam
mendorong perizinan. Hal ini otomatis masuk da-
lam fokus kerja Stranas PK karena RDTR ada di da-
lam kebijakan Satu Peta. “RDTR menjadi salah satu
instrument debottlenecking pelaksanaan aksi, yai-
tu terkait Online Single Submission, Kebijakan Satu
Peta, dan Penetapan Kawasan Hutan. Percepatan
Penyusunan RDTR ini, sebut Isro, akan dipantau
melalui laman https://jaga.id/monitoring.
“Kebutuhan RDTR berdasarkan Dirjen Tata Ruang
hampir berjumlah 2000 RDTR. Sementara posisi
saat ini RDTR baru ada sekitar 50. Sehingga menu-
rut kami, ketika RUU CK ini berlaku dan dikaitkan
dengan OSS, saya rasa kesiapannya masih belum.”
Sumber: Presentasi Muhammad Isro, 17 Februari
2020, di PYWP Indonesia, Jakarta
7. Newsletter Voicing for Life7
Kedua pembicara bersepakat, bahwa pelibatan
masyarakat dalam proses penyusunan Omnibus
Law RUU Cipta Kerja ini adalah keharusan. Prof.
HK menyampaikan masyarakat sipil dapat melaku-
kan Corruption Impact Assesment (CIA) yakni me-
meriksa apakah di setiap pasal-pasal RUU CK ini
berpeluang memberikan ruang korupsi. CIA ini da-
pat dijadikan bahan untuk memikirkan dampak ne-
gatif jika RUU CK diterapkan. Rekomendasi yang
bersifat advokasi risiko juga penting disampaikan
kepada pemerintah seperti kerentanan terjadinya
konflik sosial pada suatu daerah jika rancangan
undang-undang tersebut disahkan. Mengingat
kondisi sosial di setiap daerah Indonesia beragam,
bisa saja RUU CK cocok diterapkan di pulau Jawa,
namun ternyata tidak cocok untuk Papua.
Sebagai informasi, pemerintah dalam perjalan-
annya hendak menyusun 4 (empat) Rancangan
Undang-Undang (RUU) Omnibus Law yaitu RUU
tentang Ibu Kota Negara (IKN), RUU tentang Ke-
farmasian, RUU tentang Cipta Lapangan Kerja, dan
RUU tentang Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan
untuk Penguatan Perekonomian. Saat ini paket
RUU Omnibus Law tersebut telah masuk sebagai
bagian dari 50 RUU yang masuk Program Legislasi
Nasional (Prolegnas) 2020.
8. 8Newsletter Voicing for Life
Prinsip Berdikari:
Menggeser Narasi Pemberdayaan
16-19 September 2019 - Voice, sebuah program
yang memfasilitasi dana hibah untuk isu keragam-
an dan inklusi, menyelenggarakan "Knowledge Ex-
change: Infinite Influence; Right of Leading Hold-
ers" di Masaka, Uganda. Forum pembelajaran ini
mengumpulkan perwakilan komunitas dari sepuluh
negara anggota Voice di Afrika dan Asia, termasuk
Indonesia, untuk mendiskusikan secara mendalam
pertanyaan seputar prinsip Berdikari.
Voice Indonesia yang diwakili oleh Publish What
You Pay (PWYP) Indonesia dan mitranya, komu-
nitas Sedulur Kendeng. Dimana Andri Prasetiyo,
Program Manager PWYP Indonesia dan Gun Ret-
no (pemimpin adat Sedulur Sikep) bergabung dan
berbagi pengalaman mereka dalam melakukan ad-
vokasi memperjuangkan akses masyarakat kepa-
da sumberdaya produktifnya dengan tetap menja-
ga kelestarian lingkungan.
Secara khusus, melalui program Voice, PWYP In-
donesia bersama dengan komunitas Sedulur Ken-
deng memfasilitasi penyusunan dan mengawasi
pelaksanaan kebijakan yang mendukung konser-
Oleh: Andri Prasetiyo & Al Ayubi
9. Newsletter Voicing for Life9
vasi Pegunungan Kendeng Utara melalui pende-
katan advokasi yang berakar pada budaya lokal
dan berpegang pada prinsip-prinsip pembangun-
an berkelanjutan. Perempuan masyarakat adat
juga diberdayakan untuk mengklaim ruang politik
mereka dan berpartisipasi penuh dalam agenda
advokasi. Program ini juga menyoroti pentingnya
agenda perubahan berbasis masyarakat yang sa-
rat akan nilai pembelajaran selama kegiatan.
“Apa pentingnya kemandirian? Siapa yang berpe-
ngaruh? Bagaimana bekerjasama dengan orang
lain dengan tetap mempertahankan prinsip? "
Itulah sejumlah pertanyaan yang menggerakkan
diskusi mereka. Salah satu refleksi utamanya ialah
bahwa kemandirian mampu membawa perubahan
lebih cepat karena orisinalitasnya turut berkontri-
busi pada upaya percepatan mobilisasi.
Namun, sejumlah tantangan dihadapi, mulai dari
level individu sampai level komunitas atau organi-
sasi, seperti hambatan budaya, terbatasnya akses
atas informasi, keberlanjutan kondisi serta marji-
nalisasi yang terstruktur. Di antara keuntungan dan
hambatan yang dihadapi, yang memainkan peran
penting disini tidak lain adalah para pemimpin dan
anggota komunitasnya — sebagai pemegang hak
— yang mampu mengidentifikasi masalah dan pe-
luang serta mau bersuara.
Menurut Gun Retno, pengalaman itu sangat ber-
harga karena memperkuat keyakinannya akan
pentingnya upaya advokasi. Ia berkomitmen untuk
melanjutkan proses pemberdayaan ini dalam ge-
rakan mereka dan menerapkan apa yang ia pelajari
pada gerakan Sedulur Kendeng.
Selama kegiatan, ia menekankan pentingnya pe-
ngembangan transfer antar generasi untuk me-
mastikan bahwa gerakan tidak hanya ada tetapi
juga semakin menguat. Pertukaran pembelajar-
an dengan komunitas dan organisasi lain tentang
perjuangan mereka dalam perjuangannya masing-
-masing menjadi inspirasi baginya ketika ia kem-
bali terbang sejauh 5.000 mil untuk pulang ke kam-
pung halamannya.
PWYP Indonesia memang telah menjadi mitra stra-
tegis bagi komunitas Sedulur Sikep. Pertukaran
pembelajaran selanjutnya akan memotivasi ko-
munitas untuk terus memelihara kerjasama yang
transformasional ini, dengan mendorong advokasi
yang lebih kuat dan suara yang lebih solid. **
10. 10Newsletter Voicing for Life
Peran serta masyarakat diperlukan untuk memas-
tikan implementasi kebijakan pembangunan yang
tepat dan berkeadilan. Hal ini tertuang dalam PP
No.45 Tahun 2017 tentang Partisipasi Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Pada praktiknya peran masyarakat dalam hal ter-
sebut masih belum optimal. Penyebab utamanya
tidak lain adalah masih terbatasnya pemahaman
warga tentang ruang lingkup dan aspek peng-
awasan yang dapat dilakukan. Oleh karenanya,
dibutuhkan upaya peningkatan kapasitas agar
masyarakat lebih memahami hak-haknya seba-
gai warga negara sehingga bisa melakukan fungsi
pengawasan secara efektif dan maksimal, serta
mampu mengukur akuntabilitas dan integritas pe-
nyelenggaraan program pembangunan.
Sebagai respon atas kondisi tersebut, PWYP Indo-
nesia bersama dengan LBH Semarang dan Jaring-
an Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-
PPK) menyelenggarakan kegiatan temu warga dan
pelatihan audit sosial dengan tajuk Dialog Hukum
& Pelatihan: Peran Serta Masyarakat dalam Pe-
laksanaan serta Pengawasan Pembangunan pada
Sabtu (26/10/2019) pekan lalu.
Tidak kurang, ratusan orang memadati ruangan
serba guna di Langgar Yu Patmi, di Desa Larangan,
Pelatihan Audit Sosial: Meningkatkan
Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan
Pembangunan.
Oleh: Al Ayubi & Andri Prasetiyo
11. Newsletter Voicing for Life11
Kecamatan Tambakromo, Pati, Jawa tengah. Gun
Retno, selaku koordinator JMPPK, menjelaskan
perihal acara ini diselenggarakan dalam rangka
mengenang 1000 hari wafatnya Yu Patmi. Yu Patmi
merupakan sosok Kartini Kendeng asal Pati yang
meninggal dalam rangkaian aksi di depan Istana
Merdeka untuk menyuarakan kelestarian Pegu-
nungan Kendeng.
Dengan tajuk “Nyewu Yu Patmi Nukulke Patriot
Bumi” (Seribu Hari Yu Patmi Menumbuhkan Kem-
bali Patriot Bumi) Gun Retno berharap kepergian
Yu Patmi dapat menginspirasi warga lain untuk
menjadi patriot-patriot baru yang akan melanjut-
kan perjuangan mempertahankan lingkungan de-
ngan gigih.
Negara Hukum
dan Hak Warga Negara
Pelatihan audit sosial diawali dengan sesi disku-
si yang dimoderatori oleh Andri Prasetiyo (Pene-
liti Publish What You Pay Indonesia). Diskusi ini
menghadirkan sejumlah narasumber seperti Ni-
meradi Gulo, yang juga merupakan pendamping
hukum warga Kendeng, Rizki Agung Firmansyah
dan Mujadid Salim dari Pusat Kajian Anti Korupsi
dan Kebijakan Hukum Fakultas Hukum (CACCP
FH) UNAIR, serta Tenti Nawari Kurniawati (Direktur
Perkumpulan IDEA).
Nimeradi Gulo dalam pemaparannya, menjelaskan
bahwa negara Indonesia didirikan oleh para pendiri
bukan sebagai negara kekuasaan melainkan nega-
ra hukum. Artinya, negara ini harus dijalankan de-
ngan mematuhi kaidah hukum yang berlaku. Gulo
juga sempat menyinggung terkait dengan sikap-
-sikap ketidakpatuhan hukum. Gulo memberikan
contoh dengan menyebut sikap pemerintah Jawa
Tengah yang tidak patuh hukum dengan menga-
baikan putusan Putusan Mahkamah Agung yang
memenangkan gugatan Petani Kendeng. Bahkan,
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meng-
ambil sikap kontraproduktif dengan memberikan
izin baru pendirian pabrik semen di wilayah pegu-
nungan karst Rembang, Jawa Tengah.
Lebih jauh, konsepsi mengenai hukum itu sendiri
menurutnya diharuskan berisi moral dan keadil-
an. Artinya, jika suatu “hukum” yang dibuat tidak
bernilai moral dan tidak bernilai keadilan, maka hal
tersebut bukanlah hukum melainkan kekuasaan.
Dengan demikian rakyat sebagai pemegang ke-
daulatan tertinggi harus mengawasi dan melurus-
kan.
Terlebih dalam hal pengelolaan sumber daya alam.
Sebagai kekayaan bersama, maka tata kelola yang
dilakukan pemerintah daerah harus dilakukan de-
ngan tepat dan seadil mungkin. Sebab tambahnya,
“ujung dari prinsip negara hukum adalah tercipta-
nya ketertiban umum dan kesejahteraan”. Oleh ka-
rena itu, sudah menjadi kewajiban warga negara
untuk menghalau setiap tindakan yang tidak sesu-
ai, termasuk apa yang kini sedang dihadapi warga
Kendeng berkaitan dengan masih beroperasinya
aktivitas tambang yang tidak sesuai dengan regu-
lasi.
Di sisi lain, Agung dari (CACCP FH) UNAIR men-
jabarkan secara rinci ancaman RUU Pertanahan
yang belakangan dibahas pemerintah. Salah sa-
tunya ialah potensi kembalinya konsep domein
12. 12Newsletter Voicing for Life
verklaring di Indonesia, dimana semua tanah yang
orang lain tidak dapat membuktikan bahwa tanah
itu miliknya, maka tanah tersebut adalah milik (ei-
gendom) negara.
Selain itu, sejumlah pasal kontroversional lain yang
menurutnya juga patut dikritisi diantaranya keber-
adaan Bank Tanah yang memungkinkan adanya
praktik liberalisasi agraria, munculnya hak pe-
ngelolaan baru (HPL), tertutupnya informasi HGU,
hingga pasal yang berpotensi meningkatkan krimi-
nalisasi terhadap para pejuang lingkungan hidup.
Memetakan Persoalan
Pembangunan
Siang hari, kegiatan dilanjutkan dengan agenda
lanjutan yakni pelatihan audit sosial. Tenti (IDEA
Yogyakarta) selaku fasilitator, menjelaskan kon-
sep dasar kepada peserta mengenai peran penga-
wasan warga beserta tata caranya melalui pranata
yang tersedia. Dirinya hendak mendorong tiap pe-
serta agar mau terlibat secara aktif dalam penye-
lenggaran pemerintahan daerah demi memastikan
hak-haknya terpenuhi.
Sebab menurutnya, hal paling utama dalam ge-
rakan adalah peningkatan kapasitas kelompok
masyarakat serta penguatan organisasi. Upaya
penguatan melalui pengorganisiran tersebut tam-
bahnya, “harus dilakukan secara berjenjang mulai
dari lintas desa, kabupaten, hingga provinsi dan
nasional.”
Kegiatan diskusi kelompok oleh warga
Dalam format diskusi dan lingkar belajar partisipa-
tif, warga antusias untuk berdiskusi dalam kelom-
pok kecil membahas konsep hak warga negara,
dasar regulasi, memetakan permasalahan dalam
berbagai aspek yang dekat dengan kehidupan
seperti lingkungan hidup, pendidikan, kesehatan,
infrastruktur, transparansi dan penegakan hukum.
Terkait dengan topik tersebut, peserta dalam ke-
lompok diminta untuk memetakan masing-masing
topik dari segi masalah, penyebab, dampak, serta
solusi yang terpikirkan. Pemetaan ini sangat pen-
ting tidak hanya sebagai upaya menemukenali ma-
salah secara bersama, melainkan juga untuk men-
dorong setiap warga agar berani terlibat dan mau
menyuarakan keluhannya. Pasalnya, topik-topik
yang telah dipetakan kemudian harus dipresenta-
sikan di depan oleh kelompok. Disini, tampak war-
ga yang sebelumnya tidak banyak bersuara perla-
han mau mengutarakan masalahnya.
13. Newsletter Voicing for Life13
Di beberapa kasus, seperti pada topik lingkungan
hidup perwakilan masyarakat menjelaskan banyak
izin dan aktivitas tambang di wilayah mereka yang
beroperasi tidak transparan dengan tidak mem-
pertimbangkan pandangan awal warga setempat.
Sejumlah masalah lingkungan seperti debu, polusi
dan krisis air dikeluhkan oleh warga dan berdam-
pak kepada aspek kesehatan, ekonomi warga di
sektor pertanian. Warga juga menyoroti tentang
tindakan kriminalisasi ketika berupaya menjaga
lingkungan. Hal ini menjadi ganjalan serius dalam
upaya warga untuk mempertahankan hak-hak nya.
Arti Pelatihan Audit Sosial bagi
Warga Kendeng
Usai rangkaian diskusi panjang, kegiatan pelatih-
an dilanjutkan dengan agenda evaluasi bersama.
Gunarto, salah satu peserta dari Warga Sikep Pati,
mengaku kegiatan yang diikutinya selama sehari
penuh tersebut sangat bermanfaat. Dirinya menja-
di lebih tahu beragam pelayanan dasar publik yang
semestinya didapat sebagai warga negara.
Selain itu, pemahaman akan hak masyarakat da-
lam melakukan pengawasan layanan publik yang
sebelumnya dianggap tabu oleh sebagian besar
peserta juga semakin disadari pasca dilakukannya
pelatihan. “Kini sebagai warga saya sudah lebih
memahami bagaimana caranya melakukan peng-
awasan melalui jalur yang tersedia seperti Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), Kepolisian, maupun
institusi terkait yang ada di tingkat Kabupaten dan
Provinsi” Tukas Giyem, dari Tambakromo Pati.
Secara statistik, kami mencatat bahwa terjadi pe-
ningkatan pemahaman yang dapat dicermati dari
hasil Pre Test dan dan Post Test. Warga diminta
menjawab sejumlah pertanyaan seputar isu pe-
layanan publik dan pengawasan pembangunan
oleh masyarakat. Hasilnya, terjadi peningkatan ni-
lai rata-rata keseluruhan dari 55,7 pada saat Pre
Test, menjadi rata-rata nilai capaiaan warga men-
jadi 83,3 pada saat sesi Post Test.
Sebagai rencana tindak lanjut, kegiatan diakhiri
dengan penentuan langkah Sedulur Kendeng da-
lam beberapa waktu ke depan, terutama dalam
rangka merespon perkembangan kebijakan Peme-
rintah Jawa Tengah. Harapannya, apa yang telah
dipelajari selama masa pelatihan dapat diimple-
mentasikan dalam agenda JMPPK dalam meng-
awasi implementasi RTRW, RPJMD yang saat ini
telah disahkan.
14. 14Newsletter Voicing for Life
Moeldoko dan JMPPK Bahas Kajian
Pegunungan Kendeng
Jakarta - Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan
Kendeng (JMPPK) melakukan pertemuan dengan
Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
JMPPK meminta Kajian Lingkungan Hidup Strate-
gis (KLHS) di Pegunungan Kendeng dijalankan se-
suai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Kami minta ini harus di jalankan, ini kan yang me-
rintahkan Pak Jokowi, ini harus kembali pada Pak
Jokowi, apakah ini ditindaklanjuti semacam mem-
buat interupsi presiden, atau peraturan. Ini terse-
rah Pak Jokowi, tapi ini kan perintah Pak Jokowi
sendiri ketika ini tidak di laksanakan, ini kasian Pak
Jokowi, ini kan perintah," kata Ketua JMPPK Gun-
retno usai bertemu Moeldoko di Kompleks Istana
Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 19 November 2019.
Kendeng. Menurut dia, hingga saat ini Kendeng
masih ditetapkan sebagai wilayah calon tambang.
Padahal, kata dia, KLHS merekomendasikan agar
tidak boleh ada izin tambang baru.
Gunretno menjelaskan KLHS merupakan perintah
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindung-
Liputan Media
15. Newsletter Voicing for Life15
an dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebab itu
KLHS harus dilakukan pemerintah pusat dan da-
erah untuk mencegah terjadinya kerusakan ling-
kungan. Gunretno juga meminta agar pemerintah
dapat menindaklanjuti sejumlah persoalan yang
terjadi di Kendeng. Semuanya telah diungkapkan
JMPPK kepada Moeldoko.
Kayaknya kami merasa ini ada pembiaran gitu.
Maka kami sampaikan kepada Pak Moeldoko, gi-
mana ini negara kita kalau pengrusakan ini terus
dibiarkan. Ini harus ada tindakan tegas.
Diketahui, Jokowi telah menitipkan pesan kepada
KSP sebagai koordinator antara Kementerian Ling-
kungan Hidup Kehutanan (KLHK), Kementerian
BUMN, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral
(ESDM) untuk melakukan KLHS di Kendeng Utara
pada 2 Agustus 2016.
Gunretno menyebut, sampai saat ini KLHS belum
bisa dijadikan dasar perlindungan kawasan di Pe-
gunungan ungan.
"Membicarakan tentang tindak lanjut KLHS. Jadi
KLHS ini kan perintah pak Jokowi untuk menjawab
konflik panjang tentang Kendeng," ucap dia.
Hingga kini, pihak istana yang diwakili Moeldoko
belum memberikan jawaban dengan pasti atas
desakan JMPPK. Moeldoko mengaku akan berko-
ordinasi terlebih dahulu dengan KLHK, BUMN dan
ESDM untuk membahas pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan pihak tertentu di Pegunungan Ken-
deng.
"Dia (Moeldoko) akan komunikasi dengan KLHK
dan lainnya untuk menindaklanjuti pelanggaran-
-pelanggaran itu," tutur Gunretno.
Sumber: https://www.tagar.id/moeldoko-dan-
-jmppk-bahas-kajian-pegunungan-kendeng
16. 16Newsletter Voicing for Life
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan lembaga koalisi nasional yang concern pada
transparansi, akuntabilitas, perbaikan tata kelola ekstraktif, pertambangan, dan sumber daya alam.
Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar sebagai badan hukum Indonesia sejak tahun 2012 dengan
nama Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif, dan terafiliasi dalam kampanye Publish What
You Pay di tingkat global. PWYP Indonesia mendorong transparansi dan akuntabilitas di sepanjang
rantai sumberdaya ekstraktif, dari tahap pengembangan kontrak dan operasi pertambangan (pub-
lish why you pay and how you extract), tahap produksi dan pendapatan dari industri (publish what
you pay), hingga tahap pengeluaran pendapatan untuk pembangunan berkelanjutan dan kesejah-
teraan sosial (publish what you earn and how you spent).
Alamat
Jl. Tebet Timur Dalam VIII K No. 12, RT 001/009,
Tebet Timur, Tebet, Kota Jakarta Selatan, DKI
Jakarta 12820
Social Media
pwypindonesia — Instagram
pwyp_indonesia — Twitter
Publish What You Pay Indonesia — Facebook
Publish What You Pay Indonesia — Linkedin
Kontak
sekretariat@pwypindonesia.org — Email
www.pwypindonesia.org — Website
Publish What You Pay Indonesia
[Yayasan Transparasi Sumberdaya Ekstraktif]