SlideShare a Scribd company logo
1 of 426
Download to read offline
MIKROBIOLOGI
❶ PENDAHULUAN & PENGANTAR
❷ PENGETAHUAN DASAR MIKROBIOLOGI
❸ PERANAN/APLIKASI MIKROBA PAKAN & TERNAK
❹ PERANAN/APLIKASI MIKROBA TANAH & TANAMAN
❺ PERANAN/APLIKASI MIKROBA PANGAN
MIKROBIOLOGI
❶ PENDAHULUAN & PENGANTAR (RM)
❷ PENGETAHUAN DASAR MIKROBIOLOGI (SAN)
2.1. DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI
2.2. PERTUMBUHAN MIKROBA
2.3. METABOLISME MIKROBA
2.4. BUDIDAYA MIKROBA
DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI
❶ RUANG LINGKUP MIKROBIOLOGI
❷ KEDUDUKAN MIKROBA DALAM DUNIA KEHIDUPAN
❸ KLASIFIKASI MIKROBA
❹ METODE DALAM MIKROBIOLOGI
❺ PEWARNAAN STRUKTUR SEL
❻ MEDIUM BIAKAN
❼ TEKNIK BIAKAN MURNI
ORIENTASI
TERHADAP:
DISIPLIN & KETERANGAN
TAKSONOMI 1. Virologi
2. Bakteorologi
3. Mikologi
4. Fikologi (Algologi)
5. Protozoologi
HABITAT 1. Mikrobiologi Air
2. Mikrobiologi Tanah & Tanaman
3. Mikrobiologi Udara
4. Mikrobiologi Rumen/Ternak/Pakan/Pangan
PROBLEMA (DASAR) 1. Ekologi Mikroba
2. Fisiologi Mikroba
3. Kimia/Biokimia Mikroba
4. Genetika Mikroba
PROBLEMA
(TERAPAN)
1. Mikrobiologi Kesehatan
2. Mikrobiologi Industri
3. Mikrobiologi Makanan (Pangan)
4. Mikrobiologi Lingkungan
5. Mikrobiologi Geologi/Tambang
6. Mikrobiologi Pertanian (Tanaman/Pakan/Ternak)
7. Mikrobiologi Kesenjataan
8. Mikrobiologi Analitik
❶RUANGLINGKUP
MIKROBIOLOGI
❷KEDUDUKANMIKROBA
DALAMDUNIAKEHIDUPAN
Prokarya Eukarya
❷KEDUDUKANMIKROBA
DALAMDUNIAKEHIDUPAN
Pengelompokan dunia kehidupan
1. Animalia (Hewan)
2. Plantae (Tumbuhan)
3. Protista (prokarya; eukarya)
4. Virus
Kingdom
Berdasarkan Struktur Sel dan Evolusi (SSE)
Tiga garis evolusi jasad hidup:
3 Domain:
• Archea : dunia Archaea ( 2 Phylum)
• Bacteria : dunia Bacteria (23 Phylum)
• Eukarya (sse maju) : 4 dunia
 Fungi : 4 Phylum
 Protista : (Protozoa, Algae, Slime molds,
Water molds)
 Plantae : Tumbuhan
 Animalia : Hewan
Prokarya (sse primitif)
SEL PROKARYOT
•
Sel mikrobia tanpa organel:
Bakteria dan Arkhaea (Prokaryotic)
Struktur & fungsi penyusun sel:
• Membran sitoplasma
• Dinding sel
• Flagela dan silia
• Kapsul dan slime layer
• Nukleoid
• Khromosom (bakteri, arkhaea),
• Ribosom (70S)
• Endospora dan eksospora
Flagella
Pili
Bahan genetik Bacteria & Archaea
SEL EUKARYOT
Sel Eukariot
Protein synthesis
Eucaryotic genome
Fungal Cell wall
Fungal cell
Fungsi organela pada mikrobia eukaryotik:
Protozoa, Fungi dan Algae
Organela Keterangan
Nukleus Penyimpanan informasi genetik
Mitokondria Tempat pembentukan ATP secara respirasi aerobik
Kloroplas Tempat pembentukan ATP secara fotosintetsik
RE Tempat sisntesis protein
App. Golgi Pemaketan materi yang ditransfer ke luar sel
Vakuola Penyimpanan materi, alat pencernaan dan
pemompaan air
Lisosom Penyimpan enzim digestif
Mikrobodi Mengandung enzim degradatif
JENIS
MIKROBA
KATAGORI/DIVISI/KELOMPOK/KELAS
BAKTERI
-4 Katagori
-35 Group
1. Katagori I (Eubacteria Gram Negatif + Dinding Sel): 1-16
2. Katagori II (Eubacteria Gram Positif + Dinding Sel): 17-29
3. Katagori III (Eubacteria Tanpa Dinding Sel): 30
4. Katagori IV (Archeobacteria): 31-35
ALGA
-7 Divisi
1. Divisi I (Cyanophyta, alga hijau-biru)
2. Divisi II (Chlorophyta, alga hijau)
3. Divisi III (Euglenophyta)
4. Divisi IV (Pyrrophyta, alga api)
5. Divisi V (Chrysophyta, alga kemasan/persik)
6. Divisi VI (Phaeophyta)
7. Divisi VII (Rhodophyta, alga merah)
JAMUR
-2 Divisi
1. Divisi Myxomycophyta
2. Divisi Eumycophyta
PROTOZOA 1. Kelas Rhizopoda
2. Kelas Mastigophora
3. Kelas Ciliata
4. Kelas Sporozoa
VIRUS 1. Kelompok Virus ADN
2. Kelompok Virus ARN
❸KLASIFIKASI
MIKROBA
are classified into the kingdoms of
live in harsh
environments such as
include a variety of
lifestyles such as
Bacteria
Eubacteria Archaebacteria
Infecting
large
organisms
Thick mud
Living in
soil
Animal
digestive
tracts
Salty lakes Hot springs
1. Protista rendah (prokaryotik)
1.1. Bakteri
1.2. Rickettsia dan Chlamidia
1.3. Micoplasma
1.4. Arkhebakteri (metanogen, halofil,ekstrim, thermo asidofil)
2. Protista tinggi (eukaryotik)
2.1. Algae
2.2. Protozoa
2.3. Jamur
2.4. Jamur berlendir
 Protista tinggi (Eukaryot)
a. Inti sel diselubungi oleh membran nukleus,
nukleolus,nukleoplasma,kromosom, dan kromatin.
b. Retikulum endoplasma halus (Tempat sintesa lemak)
c. Retikulum endoplasma kasar(tempat sintesa protein)
d. Badan golgi (Tempat penyempurnaan protein)
e. Lysosom (Tempat menyimpan protein)
f. Mitokondria (Tempat respirasi sel/penyedia energi
ATP)
g. Sitoplasma
h. Uniselluler dan multiselluler
i. Sudah ada kompartemensasi
 Struktur sel lebih sederhana
 Inti sel tidak diselubungi oleh membran inti
 Inti sel terdiri dari kromosom tunggal yang
panjangnya kira-kira 1 mm dalam keadaan terbuka
 Sitoplasma di dalamnya tidak terdapat organella yang
lengkap seperti sel eukaryotik
 Uniselluler
 Bentuk dan susunan sel bakteri
 Ultra struktur bakteri
 Reaksi Pewarnaan Gram
 Dinding sel bakteri
 Pembentukan spora
 Termasuk prokaryot (tidak mempunyai inti sejati, karena
tidak adanya membran inti, inti sel hanya merupakan
daerah di dalam sitoplasma dengan kekentalan yang
berbeda
 Ukuran diameter 500-750 nm dan panjang 1000-6000nm
 Uniselluler (satu sel)
 Dinding sel tegar
 Memperbanyak diri dengan pembelahan biner (satu sel
menjadi dua, dua jadi empat, empat jadi delapan)
 Beberapa dapat bergerak dengan flagel
1. Kokus (bulat)
a) Bergerombol seperti buah anggur (stafilococcus)
contoh spesiesnya: Staphylococcus aureus
b) Berderet seperti rantai (Streptokokus), contoh
spesiesnya : Streptococcus pyogenes
c) Dua-dua seperti biji kopi, contoh spesiesnya; Neisseria
gonorhoeae
d) Dua-dua seperti lanset; contoh spesiesnya: Diplococcus
pneumoniae
2. Basil (batang)
a) Soliter, contoh spesiesnya Salmonella typhi (
menimbulkan typus)
b) Berderet, contoh spesiesnya Bacillus antraxis(
menimbulkan penyakit antraks)
c) Basil Tahan Asam, contoh spesiesnya : Mycobacterium
tuberculosis ( menimbulkan TBC) Mycobacterium leprae
(menimbulkan leprae)
3. Batang bengkok, contoh spesiesnya: Vibrio cholerae
(menimbulkan kolera), Campylobacter (menimbulkan
keracunan makanan)
4. Spirochaeta, sangat kecil, lentur dan berbentuk spiral,
contoh spesiesnya: Treponema pallidum (menyebabkan
penyakit sipilis)
 Bakteri bersifat prokaryotik
 Kromosom yang mengandung bahan genetik
terdapat di dalam sitoplasma, demikian juga
ribosom (tempat pembentukan protein) dan
granula penyimpan.
 Mesosom, suatu lipatan ke dalam dari
membran luar, tempat respirasi,analog dengan
mitokondria
 Pilli atau fimbriae: tonjolan-tonjolan mirip
rambut yang digunakan untuk alat perlekatan,
alt pertukaran bahan genetik pada proses
konjugasi. Konjugasi adalah perpindahan
bahan genetik (Plasmid) dari satu sel bakteri ke
sel bakteri yang lain melalui pilli
 Plasmid :
DNA ekstra kromosom yang bentuknya sirkuler
(melingkar) yang mengkode protein fungsional
 Dinding sel: merupakan penunjang dan
pelindung bagi isi, terdiri dari mukopeptida
yang kaku. Dinding sel semacam ini tidak
dijumpai pada sel Eukaryotik
 Kapsul mukosa : terdiri dari polisakarida,
tidak semua bakteri memiliki. Contoh spesie
berkapsul: Klebsiella
 Flagella: alat gerak tetapi tidak semua bakteri
mempunyai flagel
1. Dinding sel bakteri Gram positip
a. Peptidoglikan dan asam teikhoat
b. Peptidoglikan terdiri dari N-
asetilglukosamin dan N-asetil muramathe ,
serta beberapa asam amino(alanin, asam
glutamat dan lisin)a
c. 90% dari dinding selnya terdiri dari
peptidoglikan sedangkan lapisan tipis
lainnya adalah asam teikoat
d. Asam teikhoat mengandung unit gliserol
e. Asam teikhoat bermuatan negatip, yang akan
mempengaruhi muatan negatip pada
permukaan sel
 5-20% dari dinding
selnya terdiri dari
peptidoglikan
 Lapisan lainnya terdiri
dari
protein,
Lipo Polisakarida (LPS)
lipoprotein
METODE MACAM
STERILISASI 1. Sterilisasi Secara Fisik
1.1. Pemanasan Basah dgn: Otoklaf;
Tyndalisasi; Pasteurisasi.
1.2. Pemanasan Kering dgn: Oven,
Pembakaran
1.3. Penyinaran dgn Gelombang Pendek
2. Sterilisasi Secara Kimia (Antiseptik dgn:
alkohol dll.)
3. Sterilisasi Secara Mekanik (Penyaringan)
MIKROSKOPI 1. Mikroskop Cahaya (Pembesaran 1000-
2000x)
1.1. Mikroskop Medan Terang
1.2. Mikroskop Fase Kontras
1.3. Mikroskop Medan Gelap
1.4. Mikroskop Flouresensi
1. Mikroskop Elektron (Pembesaran 200.000-
1jutax)
❹METODEDALAM
MIKROBIOLOGI
METODE
PEWARNAAN
MACAM
SPORA Pewarnaan Berbasis Terbentuknya
Spora:
1. Tipe Endospora
2. Tipe Eksosporas
KAPSULA Pewarnaan Berbasis Adanya
Kapsula/Lap.Luar
1. Pewarnaan (Gram) Negatif
2. Pewarnaan (Gram) Positif
FLAGELLA Pewarnaan Berbasis Adanya
Flagella
BADAN INKLUSI Pewarnaan Berbasis Adanya
Sintesis Granula
❺PEWARNAAN
STRUKTURSEL
Pembentukan spora
• Di bawah keadaan yang tidak menguntungkan beberapa
bakteri membentuk spora
• Bakteri tersebut antara lain: Clostridium tetani, Bacillus
anthracis
• Sel menjadi terbungkus oleh kapsul tebal protektif dan
metabolismenya melambat
• Spora sangat resisten terhadap panas dan dapat hidup dalam
jangka lama.
• Dalam keadaan menguntungkan spora mengalami germinasi
dan membebaskan bakteri
 Selapis tipis spesimen diusapkan ke
permukaan kaca obyek yang telah dibersihkan
hingga bebas kotoran dan lemak, sediaan ini
disebut smear
 Smear dilewatkan di atas api spiritus 3-4 kali
untuk memfiksasi (mematikan)
mikroorganisme
 Smear digenangi dengan Gram A(kristal violet) selama
4 menit, kemudian cat dibuang.
 Sediaan dicuci air mengalir
 Sediaan digenangi dengan Gram B ( lugol) selama 1
menit, kemudian lugol dibuang
 Sediaan dicuci air mengalir
 Sediaan dicuci dengan Gram C (decoloriser)
alkoholasam selama 45 detik, kemudian Gram C
dibuang
 Sediaan dicuci air mengalir
 Sediaan digenangi dengan Gram D (Safranin) selama 4
menit, kemudian Gram D dibuang
 Sediaan dicuci air mengalir, dikering anginkan
 Ditetesi minyak imersi, dilihat dengan mikroskop
dengan perbesaran 1000 kali
Bakteri Gram Positip Bakteri Gram Negatip
Staphylococcus Escherichia coli
Streptococcus Salmonella
Bacillus Vibrio
Clostridium Klebsiella
Corynebacterium Proteus
Branhamella Shigella
Haemophillus
 Dalam keadaan alami bakteri tidak berwarna. Reaksi
pewarnaan gram digunakan sebagai langkah pertama
dalam identifikasi di dalam laboratorium, selain itu
dengan diketahuinya sifat dinding sel bakteri
berdasarkan pewarnaan Gram dapat untuk
menentukan jenis antibiotik untuk pengobatan.
 Bakteri Gram positip berwarna violet
 Bakteri Gram negatip berwarna pink
MEDIUM BIAKAN MACAM
MEDIA HIDUP Khusus untuk Virus
MEDIA MATI Selain Virus
1. Media Cair
2. Media Padat (Cair+Agar)
3. Media Setengah Padat
❻MEDIUM
BIAKAN
MEDIUM BIAKAN MACAM
MEDIA HIDUP Khusus untuk Virus
MEDIA MATI Selain Virus
1. Media Cair
2. Media Padat (Cair+Agar)
3. Media Setengah Padat
❼TEKNIKBIAKAN
MURNI
DASAR-DASAR
MIKROBIOLOGI
❶ RUANG LINGKUP MIKROBIOLOGI
❷ KEDUDUKAN MIKROBA DALAM DUNIA
KEHIDUPAN
❸ KLASIFIKASI MIKROBA
❹ METODE DALAM MIKROBIOLOGI
❺ PEWARNAAN
❻ MEDIUM BIAKAN
❼ TEKNIK BIAKAN MURNI
1. Pengertian Pertumbuhan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan, dan kurva pertumbuhan
3. Perkembangbiakan
 Definisi Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan secara teratur
semua komponen di dalam sel hidup
1. Pada organisme multiselluler, pertumbuhan adalah:
peningkatan jumlah sel dan peningkatan ukuran
setiap sel
2. Pada organime uniseluler, pertumbuhan adalah
peningkatan ukuran setiap sel dan sekaligus terjadi
peningkatan jumlah sel yang berarti peningkatan
jumlah organisme
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme adalah:
1. Tersedianya nutrien
2. Tersedianya air, suhu, pH
3. Tersedianya oksigen
4. Adanya zat penghambat
5. Adanya jasad renik yang lain
 Nutrien dibutuhkan sebagai: sumber carbon, sumber
nitrogen, sumber energi, sebagai faktor pertumbuhan
(vitamin dan mineral)
 Nutrien dibutuhkan untuk aktivitas metabolisme
2. Tersediaanya air
air merupakan bagian terbesar dari komponen sel,
selain itu air dibutuhkan sebagai reaktan dalam
berbagai reaksi biokimia
 Masing-masing jasad renik mempunyai suhu
optimum, minimum dan maksimum untuk
pertumbuhannya
 Berdasarkan kisaranan suhu untuk
pertumbuhannya jasad renik dapat
dikelompokkan sbb: kelompok psikrofil,
mesofil dan termofil
 Nilai pH medium sangat mempengaruhi pertumbuhan
jasad renik
 Kebanyakan bakteri membutuhkan pH medium untuk
pertumbuhannya adalah 6,5-7,5.
 tumbuh Pada pH dibawah 5 dan di atas 8,5 bakteri
tidak mampu dengan baik.
 Sebaliknya Jamur mampu tumbuh dengan baik pada
pH asam(4-5 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5-
8,5
 Pada orang hamil pH vagina cenderung asam oleh
karena itu orang hamil banyak yang mengalami
keputihan, karena melimpahnya jumlah Candida
 Aerob obligat : apabila dalam pertumbuhan bakteri
membutuh pasokan okigen dari lingkungan
Pseudomonas
 Anaerob obligat: apabila dalam pertumbuhannya
bakteri tidak dapat menoleransi adanya oksigen
Clostridium tetani
 Anaerob fakultatif: apabila dapat tumbuh dengan atau
tanpa oksigen
Salmonella typhi
 Mikroaerofilik
 Sel bakteri ditumbuhkan pada suatu media kemudian
diinkubasikan pada kaondisi optimum untuk
pertumbuhannya
 Pertumbuhan mikrobia di dalam kultur mempunyai
kurva dalam bentuk genta
 Sumbu X sebagai waktu inkubasi, dan sumbu Y
sebagai Jumlah sel
• A. Fase adaptasi
• B. Fase pertumbuhan awal
• C. Fase loaritmik
• D. Fase pertumbuhan diperlambat
• E. Fase pertumbuhan statis
• F. Fase kematian
I. PENDAHULUAN
II. EVOLUSI DAN KERAGAMAN MIKROBA
III. TINGKATAN TAKSONOMI
IV. SISTEM KLASIFIKASI
V. KARAKTERISTIK UTAMA YANG DIGUNAKAN DALAM
TAKSONOMI
VI. PENDUGAAN (ASSESSING) FILOGENI MIKROBA
VII. DIVISI UTAMA ORGANISME
VIII. BERGEY’S MANUAL OF SYSTEMATIC BACTERIOLOGY
IX. GARIS BESAR FILOGENI DAN KERAGAMAN PROKARIOT
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
POKOK BAHASAN
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
A. ARCHAEA
B. BACTERIA
C. FUNGI
D. ALGAE
E. PROTOZOA
F. VIRUS
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
POKOK BAHASAN
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
A. ARCHAEA
1. PENDAHULUAN
The archaea are quite diverse, both in morphology and physiology
a. They may stain gram positive or gram negative
b. They may be spherical, rod-shaped, spiral, lobed, plate-shaped, irregularly shaped or
pleomorphic
c. They may exist as single cells, aggregates or filaments
d. They may multiply by binary fission, budding, fragmentation, or other mechanisms
e. They may be aerobic, facultatively anaerobic, or strictly anaerobic
f. Nutritionally, they range from chemilithoautotrophs to organotrophs
g. Some are mesophiles, while others are hyperthermophiles that can grow above 100°C
h. They are often found in extreme aquatic and terrestrial habitats; recently, archaea
have been found in cold environments and may constitute up to 34% of the
procaryotic biomass in Antarctic surface waters; a few are symbionts in animal
digestive systems
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
A. ARCHAEA
2. Archaeal Taxonomy-the new edition of Bergey’s Manual will divide the archaea
into two phyla:
a. Phylum: Crenarchaeota
b. Phylum: Euryarchaeota
Many are extremely thermophilic, acidophilic, and sulfur-dependent
1) Sulfur may be used as an electron acceptor in anaerobic respiration, or as an
electron source by lithotrophs
2) Almost all are strict anaerobes
3) They grow in geothermally heated water or soils (solfatara) that contain elemental
sulfur (sulfur-rich hot springs, waters surrounding submarine volcanic activity);
some (e.g., Pyrodictum spp.) can grow quite well above the boiling point of water
(optimum ± 105oC)
4) Some are organotrophic; others are lithotrophic
5) There are 69 genera; two of the better-studied genera are Sulfolobus and
Thermoproteus
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
A. ARCHAEA
2. Archaeal Taxonomy-the new edition of Bergey’s Manual will divide the archaea
into two phyla:
b. Phylum: Crenarchaeota
1) The Methanogens
2) The Halobacteria
3) The Thermoplasms
4) Extremely thermophilic S0 metabolizers
5) Sulfate-reducing archaea
A. ARCHAEA
B. BACTERIA
C. FUNGI
D. ALGAE
E. PROTOZOA
F. VIRUS
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
POKOK BAHASAN
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
 Most widely accepted taxonomic classification for
bacteria is Bergey’s Manual of Systematic
Bacteriology.
 5000 bacterial species identified, 3100 classified.
 Bacteria are divided into four divisions (phyla)
according to the characteristics of their cell walls.
 Each division is divided into sections according to:
– Gram stain reaction
– Cell shape
– Cell arrangements
– Oxygen requirements
– Motility
– Nutritional and metabolic properties
 Each section contains several genera.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
3. Wall-Less Bacteria (Divisi III)
BEBERAPA KELOMPOK ANGGOTA BAKTERIA:
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
a. Spirochetes
– Helical shape. Flexible.
– Contain two or more axial filaments (endoflagella).
– Move in corkscrew pattern.
– Medically important members:
 Treponema pallidum: Syphilis
 Borrelia spp.: Lyme disease, relapsing fever
 Leptospira: Leptospirosis
Borrelia BurgdorferiTreponema pallidum Leptospira spp.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)-lanjutan
b. Aerobic, Motile, Helical/Vibroid Gram-Negative Bacteria
 Rigid helical shape or curved rods
 Lack axial filaments (endoflagella); have polar flagella
instead.
 Most are harmless aquatic organisms.
 Genus Azospirillum fixes nitrogen in soil.
 Genus Bdellovibrio attacks other bacteria.
 Important pathogens include:
–Campylobacter jejuni: Most common bacterial food-
borne intestinal disease in the United States (2 million
cases/year). Associated with undercooked chicken.
–Helicobacter pylori: Causes most gastric ulcers in
humans.
–Campylobacter fetus: Abortions in domestic animals.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)-lanjutan
c. Gram-Negative Aerobic Rods and Cocci
Contains many medically significant groups (Genera).
 Pseudomonas: Rods with polar flagella. Many secrete pigments in
media.
– Pseudomonas aeruginosa: Urinary tract infections (UTIs),
septicemia, abcesses, burns, pulmonary infections in cystic
fibrosis patients, and meningitis.
 Legionella: Rods that live in natural waters. Frequently found in air
conditioning systems, humidifiers, showers, spas, and fountains.
– Legionella pneumophila: Legionnaires’ disease (pneumonia,
1976) and Pontiac fever.
 Neisseria: Diplococci. Frequently found on human mucous
membranes. Only grow well around body temperature.
– Neisseria gonorrhea: Gonorrhea.
– Neisseria meningitidis: Meningitis.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)-lanjutan
 Genus Moraxella: Aerobic egg-shaped cocco-bacilli.
Moraxella lacunata: Conjunctivitis.
 Genus Brucella: Small nonmotile coccobacilli.
All species are obligate parasites of mammals.
Cause brucellosis. Can survive phagocytosis.
 Genus Bordetella: Nonmotile rods. Virulent forms have
capsules.
Bordetella pertussis: Whooping cough (P in DPT
vaccine).
 Genus Francisella: Small pleomorphic bacteria.
Francisella tularensis: Tularemia
 Genera Rhizobium and Bradyrhizobium: Form nodules on
legume roots and fix nitrogen in soil.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)-lanjutan
d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods
Many cause diseases of gastrointestinal tract;
Contains three medically significant families.
1) Family Enterobacteriaceae (Enterics)
 Inhabit intestinal tracts of animals.
 Motile bacteria with peritrichous flagella or nonmotile.
 Many have fimbriae for attachment to mucous membranes and sex
pili for exchange of DNA (antibiotic resistance genes)
 Most ferment glucose and other sugars.
 Genus Escherichia: E. coli is common inhabitant of human
intestinal tract. Most strains are not pathogenic, but others can
cause UTIs (urinary tract infections), traveler’s diarrhea, and
food-borne disease.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods
1) Family Enterobacteriaceae (Enterics) Lanjutan
 Genus Salmonella: Almost all members are potential pathogens.
Common inhabitants of animal GI tract. Can contaminate food (eggs,
meat).
 Salmonella typhi: Typhoid fever, severe illness.
 S. enteritidis: Causes salmonellosis, the second most common bacterial
food-borne disease. Over 1.3 million cases/year in the U.S.
 Genus Shigella: Only found in humans. Second most common cause of
traveler’s diarrhea.
 Genus Klebsiella: Cause respiratory and UTIs.
 Klebsiella pneumoniae: Antibiotic resistant strains cause pneumonia and
nosocomial infections.
 Genus Serratia: Opportunistic respiratory and urinary tract infections.
 Serratia marcescens: Produces a red pigment. Important cause of
nosocomial infections.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods
1) Family Enterobacteriaceae (Enterics) Lanjutan
 Genus Proteus: Actively motile. Cause UTIs, wound infections,
and infant diarrhea (nosocomial).
 Genus Yersinia:
 Yersinia pestis: Causes bubonic plague (black death). Transmitted
by fleas, respiratory droplet, and contact with animals.
 Genus Erwinia: Important plant pathogens.
 Genus Enterobacter: Cause UTIs and nosocomial infections..
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods
2) Family Vibrionaceae
Found in aquatic habitats.
Straight or slightly curved rods
 Genus Vibrio: Slightly curved rods.
 Vibrio cholerae: Cholera, profuse & watery diarrhea.
 Vibrio parahaemolyticus: Gastroenteritis. Shellfish.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods
3) Family Pasterellaceae
Found in aquatic habitats; Straight or slightly curved rods
 Genus Pasteurella: Pathogens of domestic
animals.
 Genus Hemophilus: Important pathogens that inhabit
mucous membranes of upper respiratory tract, mouth,
vagina, and intestinal tract. Require blood in culture.
 Hemophilus influenzae: Causes meningitis, ear
infections, bronchitis, arthritis, and pneumonia in
children.
 H. ducreyi: Cause of sexually transmitted chancroid.
 Genus Gardnerella: Not assigned to any family.
 G. vaginalis causes common form of vaginitis.
May be straight, helical, or curved.
– Genus Bacteroides: Nonmotile. Live in human
intestinal tract (1 billion/gram of feces) and gum
crevices. Cause peritonitis, abscesses, and deep
tissue infections.
– Genus Fusobacterium: Long slender rods with
pointed tips. Found in gingival crevices, cause
dental abscesses.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
e. Anaerobic Gram-Negative Rods
 Obligate anaerobes that release H2S into the atmosphere.
 Found in soil and intestinal tract of animals.
 Ecologically important.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
f. Sulfur-Reducing Bacteria
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
g. Anaerobic Gram-Negative Cocci
Nonmotile cocci typically found in pairs.
Genus Veillonella: Cause dental plaque
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
h. Rickettsias and Chlamydias
Gram negative bacteria; Obligate intracellular parasites.
Rickettsias: Rod shaped bacteria or coccobacilli, highly pleomorphic. Transmitted to
humans by insects and ticks (except for Coxiella burnetti which causes Q fever).
Genus Ehrlichiae: Live in white blood cells.
Genus Rickettsia: Cause spotted group fevers (Rocky mountain spotted fever,
endemic typhus).
Chlamydias: Cocci shaped bacteria. Transmitted to humans by interpersonal contact or by
airborne respiratory routes.
Unique life cycle: Form a reticulate and elementary bodies in infected cells.
Three species:
– Chlamydia trachomatis: Causes blindness in humans and nongonococcal
urethritis (most common STD in U.S.).
– C. psittaci: Parrot fever.
– C. pneumoniae: Mild pneumonia.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
3. Wall-Less Bacteria (Divisi III)
BEBERAPA KELOMPOK ANGGOTA BAKTERIA:
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
a. Gram-Positive Cocci
 Non-spore forming cocci.
 Aerobic to strictly anaerobic.
 Pyogenic (pus-forming)
– Genus Staphylococcus: Tend to form grape-like clusters. Grow well under high
osmotic pressure and low moisture.
Very common infections, because almost always found on skin and in nasal
mucous membranes.
 Staphylococcus aureus: (aureus = golden) Yellow pigmented colonies.
Produce several toxins. Cause pimples, sties, skin abscesses, toxic shock
syndrome, food poisoning, and nosocomial infections.
Antibiotic resistance is big problem.
Vancomycin is last line of defense against antibiotic resistant strains.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
a. Gram-Positive Cocci (lanjutan)
 Genus Streptococcus:
Most are pathogens. Tend to appear in chains or pairs. Do not use
oxygen, but most are aerotolerant. Classified based on their effect on red
blood cells (hemolysis).
 Cause a wide range of diseases: Strep throat, respiratory infections,
abscesses, puerperal fever, and opportunistic infections.
 A flesh eating Streptococcus strain emerged in 1994 and 1998. After
initial infection, bacteria live on dead flesh, produce toxins, and are not
treatable by antibiotics.
– Streptococcus pneumoniae: Bacterial pneumonia, ear infections, meningitis,
and sinus infections.
– Streptococcus pyogenes: Strep throat, scarlet fever, rheumatic fever,
impetigo, skin infections, erysipelas, puerperal fever, glomerulonephritis.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
b. Endospore-Forming Gram-Positive Rods and Cocci
Aerobic to strictly anaerobic; Motile and nonmotile; Survive harsh
environmental conditions.
 Genus Bacillus: Rod shaped bacteria.
 Bacillus anthracis: Causes anthrax a disease of cattle. Large (4-8 um)
nonmotile facultative anaerobe.
 Bacillus thuringiensis: Kills insects, used by gardeners.
 Genus Clostridium: Rod shaped bacteria, obligate anaerobes.
 Clostridium tetani: Causes tetanus (T in DPT vaccine).
 Clostridium botulinum: Causes botulism.
 Clostridium perfringens: Causes gas gangrene and foodborne diarrhea.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
b. Endospore-Forming Gram-Positive Rods and Cocci
Aerobic to strictly anaerobic; Motile and nonmotile; Survive harsh
environmental conditions.
 Genus Bacillus: Rod shaped bacteria.
 Bacillus anthracis: Causes anthrax a disease of cattle. Large (4-8 um)
nonmotile facultative anaerobe.
 Bacillus thuringiensis: Kills insects, used by gardeners.
 Genus Clostridium: Rod shaped bacteria, obligate anaerobes.
 Clostridium tetani: Causes tetanus (T in DPT vaccine).
 Clostridium botulinum: Causes botulism.
 Clostridium perfringens: Causes gas gangrene and foodborne diarrhea.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
d. Irregular Nonsporing Gram-Positive Rods
Club shaped (Corynebacteria); Pleomorphic; May be anaerobic or aerobic.
Corynebacterium diphtheriae
Important pathogens; Cause diphtheria (D in DPT vaccine);
Propionibacterium acnes: Causes acne.
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
e. Mycobacteria
 Aerobic, non-spore-forming rods.
 Stain Gram-positive, but cell wall structure is more similar to Gram-
negative bacteria.
 Waxy cell wall with mycolic acids (instead of peptidoglycan).
 Acid-fast, drug resistant, resistant to drying, and pathogenic due to
waxy cell wall.
 Grow very slowly.
 Tend to cause chronic infections.
 Important pathogens:
 Mycobacterium tuberculosis: Causes tuberculosis.
 Mycobacterium leprae: Causes leprosy
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
f. Nocardioforms
 Gram-positive, filamentous, aerobic.
 Many are acid fast.
 Common in soil.
 Genus Nocardia: Form filaments which fragment into short rods to
reproduce.
 Nocardia asteroides: Pulmonary infections, mycetoma, abscesses
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
g. Actinomycetes
 Gram-positive, filamentous, resemble molds.
 Common in soil.
 Genus Streptomyces:
 Live in soil.
 Give soil its musty odor.
 Produce hundreds of antibiotics
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)
2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II)
3. Wall-Less Bacteria (Divisi III)
BEBERAPA KELOMPOK ANGGOTA BAKTERIA:
X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA
02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
B. BAKTERIA
3. Wall-Less Bacteria (Divisi III)
 Mycoplasmas
 Do not form cell walls.
 Most are aerobes or facultative anaerobes.
 Highly pleomorphic.
 Can produce filaments that resemble fungi.
 Produce very small colonies (1 nm in diameter).
 Very small cells: 0.1 to 0.25 mm in diameter.
 Can pass through bacterial filters.
 Most important human pathogen:
Mycoplasma pneumoniae: Walking pneumonia.
Chapter Web Links
The Tree of Life
(http://phylogeny.arizona.edu/tree/phylogeny.html)
The Tree of Life is a multi-authored, Internet project containing
information about the diversity of organisms on Earth, their
history, and characteristics. The information is linked together
in the form of the evolutionary tree that connects all organisms
to each other.
Bergey's Manual of Determinative Bacteriology
(http://server.mph.msu.edu/bergeys/)
PERTUMBUHAN MIKROBA
❶ Pertumbuhan dan Perbanyakan Mikroba
❷ Nutrien dan Pengaruhnya thd Pertumbuhan
❸ Faktor Lingkungan Pertumbuhan
❶ PERTUMBUHAN
Pertumbuhan adalah bertambahnya
tinggi atau berat suatu organisme (ukuran dan
atau jumlah sel).
Dalam dunia mikroba pertumbuhan diartikan
sebagai bertambahnya jumlah sel. Hal ini
karena mikroba sebagian besar adalah
organisme bersel tunggal. Sehingga difinisi
pertambahan tinggi maupun berat organisme
tidak berlaku lagi.
 Penambahan
jumlah sel, bukan
ukuran sel
 Satu sel menjadi
jutaan sel
 Pengendalian
pertumbuhan mikrobia
penting untuk:
◦ Pengendalian infeksi
◦ Pertumbuhan industri dan
bioteknologi organisme
❶ PERTUMBUHAN
Mikroba memperbanyak diri melalui
pembelahan sel maupun reproduksi
seksual.
Reproduksi seksual hanya dijumpai
pada mikroba bersel banyak seperti
jamur.
Perbanyakan Bakteri
• Bakteri membelah mengikuti pembelahan biner
• Pengertian lainnya:
– Budding
– Pembentukan Konidiospora (filamentous
bacteria)
– Fragmentasi
• Jamur memperbanyak diri secara seksual dan
aseksual
• Membentuk spora
Pembelahan Sel
Terdapat 2 jenis pembelahan sel yaitu
pembelahan biner dan pertunasan
(budding).
Pembelahan biner adalah pembelahan yang
menghasilkan 2 sel sama besar.
Pertunasan adalah pembelahan yang menghasilkan 2
sel yang tidak sama besar (sel yang besar disebut
induk dan sel yang kecil disebut anak).
Pembelahan filamentus adalah pembelahan biner paa
jamur.
Pembelahan Biner
 Pembelahan satu sel mikrobia menjadi dua
 Sel induk menggandakan DNAnya
 Pembentukan sekat membagi sel menjadi
dua individu yang berbeda
 Sel yang membelah secara sempurna
menghasil dua individu yang identik
Binary Fission
Pembelahan Biner Bakteri
Gambar Pembelahan biner sel
bakteri Staphylococcus
aureus
Pada bakteri Enterococcus hirae
pembelahan sel dimulai dari
pembelahan kromosom (replikasi).
Dua pita DNA pada kromosom
bakteri mengalami pemutusan
ikatan pada lokasi yang disebut
origin of replication.
Dengan putusnya ikatan antarbasa
mengakibatkan enzim polimerase
bekerja menyintesis pasangan baru
untuk masing-masing pita DNA.
Selama proses replikasi dinding sel
bakteri E. hirae mempersiapkan diri
untuk pembelahan dinding sel.
Pembelahan Biner Bakteri
• A. Fase adaptasi (Lag Phase)
• B. Fase pertumbuhan awal (Lag Phase)
• C. Fase logaritmik (Log Phase)
• D. Fase pertumb.diperlambat (Log Phase)
• E. Fase pertumbuhan statis (Stationary Phase)
• F. Fase kematian (Death Phase)
❶PERTUMBUHAN MIKROBA
Berdasarkan kurva pertumbuhan tersebut kita dapat memanipulasi
pertumbuhan mikroba untuk kepentingan manusia. Bentuk manipulasi
pertumbuhan dapat berupa mempercepat maupun menghambat
pertumbuhan.
Kurvapertumbuhanbakteri
Kurva Pertumbuhan
• Fase Lag (Lag phase)
• Fase Log (Log phase)
• Fase Stasioner (Stationary phase)
• Fase kematian (Death phase)
Phases of Microbial Growth
Fase Lag (Lag phase)
• Sel mulai mensintesis protein dan metabolit
penting
• Tidak terjadi penggandaan pada kecepatan
pertumbuhan yang maksimum
Fase Log (Log phase)
• Fase Pertumbuhan Logaritmik
• Kecepatan pertumbuhan eksponensial dari
pembelahan sel
• Memerlukan nutrisi
• Membutuhkan faktor lingkungan yang
sesuai
Fase Stasioner (Stationary phase)
• Model bertahan, bertahan dengan sisa nutrisi
yang minimum, hasil sekresinya dapat
menghambat pertumbuhan
• Jumlah sel yang berhenti membelah dan yang
terus membelah sama banyak
Fase Kematian (Death phase)
• Kebanyakan sel mulai mati (secara
eksponensial) karena ketersediaan nutrisi
mulai habis.
• Bahan kemostat (kemostatik) dapat
berperan sebagai suplai nutrisi tambahan
sehingga sehingga beberapa sel masih
belum mati.
Rapid Growth of Bacterial Population
Fig. 7.14a
MENGUKUR PERTUMBUHAN
MIKROBIA
Quantification of Bacteria
• Cell Numbers
• Total Mass of the Population
• Population Per Media
cells / ml or cells / gram
• Direct and Indirect Methods
Perhitungan Sel
• Kerapatan Sel
• Perhitungan sel secara langsung
• Penggunaan alat Otomatik
– Coulter counter
– Flow cytometer
– Real-time PCR
Direct Count
Spread or
Streak Plate
Direct Count
Pour Plate
Fig. i7.6
Perhitungan Diameter Koloni
• Perhitungan diameter koloni umumnya
dilakukan untuk jamur
• Perhitungan dilakukan tiap satuan waktu
• Pertumbuhan hifa/miselium dapat
diekspresikan dalam satuan tertentu.
3 cm 5 cm
3 hari 5 hari
Berat Kering
❸ Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan
 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme adalah:
1. Tersedianya nutrien
2. Kondisi Lingkungan seperti:
1. Tersedianya air, suhu, pH
2. Tersedianya oksigen
3. Adanya zat penghambat
4. Adanya jasad renik yang lain
3. Waktu generasi
 Nutrien dibutuhkan sebagai: sumber carbon, sumber
nitrogen, sumber energi, sebagai faktor pertumbuhan
(vitamin dan mineral)
 Nutrien dibutuhkan untuk aktivitas metabolisme
2. Tersediaanya air
air merupakan bagian terbesar dari komponen sel,
selain itu air dibutuhkan sebagai reaktan dalam
berbagai reaksi biokimia
 Masing-masing jasad renik mempunyai suhu
optimum, minimum dan maksimum untuk
pertumbuhannya
 Berdasarkan kisaranan suhu untuk
pertumbuhannya jasad renik dapat
dikelompokkan sbb: kelompok psikrofil,
mesofil dan termofil
 Nilai pH medium sangat mempengaruhi pertumbuhan
jasad renik
 Kebanyakan bakteri membutuhkan pH medium untuk
pertumbuhannya adalah 6,5-7,5.
 tumbuh Pada pH dibawah 5 dan di atas 8,5 bakteri
tidak mampu dengan baik.
 Sebaliknya Jamur mampu tumbuh dengan baik pada
pH asam(4-5 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5-
8,5
 Pada orang hamil pH vagina cenderung asam oleh
karena itu orang hamil banyak yang mengalami
keputihan,karena melimpahnya jumlah Candida
 Aerob obligat : apabila dalam pertumbuhan bakteri
membutuh pasokan okigen dari lingkungan
Pseudomonas
 Anaerob obligat: apabila dalam pertumbuhannya
bakteri tidak dapat menoleransi adanya oksigen
Clostridium tetani
 Anaerob fakultatif: apabila dapat tumbuh dengan atau
tanpa oksigen
Salmonella typhi
 Mikroaerofilik
 Sel bakteri ditumbuhkan pada suatu media kemudian
diinkubasikan pada kaondisi optimum untuk
pertumbuhannya
 Pertumbuhan mikrobia di dalam kultur mempunyai
kurva dalam bentuk genta
 Sumbu X sebagai waktu inkubasi, dan sumbuY sebagai
Jumlah sel
Dasar
Metabolisme Mikroba
* Kebutuhan Nutrien Mikroba
* Transfer Nutrien dalam sel
* Proses Metabolisme
– Definisi Metabolisme, Katabolisme dan
Anabolisme
– Metabolisme sebagai proses produksi energi
untuk kehidupan sel
– Senyawa pembawa energi, ATP dan ADP
DEFINISI METABOLISME
Semua proses kimiawi yang dilakukan oleh
organisme atau semua reaksi yang melibatkan
transformasi energi kimia di dalam mahluk
hidup
Anabolisme: Pembentukan senyawa yang memerlukan energi
(Rekasi endergonik):
FOTOSINTESIS: MEMBENTUK C6G12O5 DARI CO2 DAN H2O
Katabolisme:
Penguraian senyawa yang menghasilkan energi (Reaksi
eksergonik):
RESPIRASI MENGURAIKAN KARBOHIDRAT MENJADI ASAM
PIRUVAT DAN ENERGI
Metabolisme
• Keseluruhan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam
organisme hidup
• Terbagi dalam dua golongan:
Katabolisme: rangkaian reaksi-reaksi peruraian
Anabolisme: rangkaian reaksi-reaksi penyusunan
Katabolisme Anabolisme
1. Peruraian 1. Penyusunan
2. Berciri oksidasi 2. Berciri reduksi
3. Menghasilkan energi 3. Membutuhkan energi
4. Substrat aneka 4. Substrat khas
5. Produk akhir khas 5. Produk akhir aneka
Perbandingan ciri-ciri katabolisme dan anbolisme
MENGAPA MIKROBA MEMERLUKAN ENERGI ?
• Synthesa bagian sel
(dinding sel, membran
sel, dan substansi sel
lainnya)
• Synthesis Enzim, Asam
Nukleat, Polysakarida,
Phospholipids, atau
komponen sel lainnya
• Mempertahankan
kondisi sel (optimal) dan
memperbaiki bagian sel
yang rusak
• Pertumbuhan dan
Perbanyakan
• Penyerapan hara dan
ekskresi senyawa yang
tidak diperlukan atau
waste products
• Pergerakan (Motilitas)
TIPE METABOLISME MIKROBA
(berdasar nutrien mikroba (energi & carbon)
ENERGI
 Fototrof (Cahaya)
 Kemotrof (Kimia)
CARBON
 Heterotrof (Organik)
 Ototrof (Anorganik)
1. Kimia (Kemotrof) :
(a) ORGANIK (Kemoheterotrof) : Protozoa, Cendawan dan
Kebanyakan Bakteri
(b) INORGANIK (Kemoototrof) : Bakteri nitrifikasi danThiobacilli
2. Radiasi/cahaya (Fototrof) :
(a) ORGANIK (Fotoheterotrof) : Bakteri fotosintetik
(b) INORGANIK (Fotoototrof) : Ganggang hijau dan biru hijau serta
Bakteri fotosintetik
* Kebutuhan Nutrien Mikroba
Types of -trophs
Type Energy C source Example
Photoauto - Sun CO2 Purple &
Green sulfur
bacteria
Photohetero - Sun Organic
Compounds
Purple &
Green Non -
sulfur bacteria
Chemoauto - Chemical
bonds
CO2 H, S, Fe, N
bacteria
Chemohetero - Chemical
bonds
Organic
Compounds
Most bacteria,
fungi,
protozoa,
animals
Chapter 5
1. Osmotrof (menyerap nutrisi terlarut)
2. Phagotrof (mencerna partikel padat)
1. Biofag (makan organisme hidup)
2. Saprofag (makan organisme mati)
Kemo
heterof
Metabolisme Sumber
C
Sumber N Sumber energi Sumber
H+
Heterotrof/
Kemoorganotrof
Organik Organik
Atau
anorganik
Oksidasi
senyawa organik
-
Ototrof/
kemolitotrof
CO2 anorganik Oksidasi
Senyawa
anorganik
-
Fotosintesis
Fotolitotrof
Bakteri
Sianobakteri
Fotoorganotrof
Bakteri
CO2
CO2
CO2
Anorganik
Anorganik
Anorganik
Cahaya matahari
Cahaya matahari
Cahaya matahari
H2S atau
H2
Fotolisis
H2O
Bahan
organik
• Types of -trophs
METABOLISME HETEROTROF
• Jamur dan bakteri tertentu
• mendapatkan energi dari oksidasi senyawa
organik.
• Senyawa organik mengandung karbon dan
nitrogen yang digunakan secara aerob atau
anaerob untuk menghasilkan tenaga pereduksi
seperti nicotinamide adenine dinucleotide
tereduksi (NADH + H+), dan energi (ATP)
Respirasi (Oksidasi) aerob vs anaerob
• Respirasi aerob: Katabolisme bahan organik dengan akseptor
elektron terminal berupa O2; dan donor elektron berupa
bahan organik, misalnya katabolisme gula
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + energi
Efisiensi respirasi aerob 55 %
• Respirasi anaerob: Katabolisme dengan akseptor elektron
terminal berupa NO3, SO4, senyawa organik fumarate, dan
CO2; dan donor elektron berupa bahan organik, misalnya,
bakteri metanogen
4H2 + CO2 → CH4 + 2H2O
• Bakteri yang tumbuh lambat dengan keberadaan
senyawa anorganik (ion mineral) tanpa menggunakan
sinar matahari sebagai sumber energi
• Sumber karbon: CO2
• Sumber N: NH3, NO3
-, atau N2
METABOLISME OTOTROF
(kemotrof, kemoototrof,kemolitotrof)
Tipe kemosintetis Oksidasi
senyawa anorganik
sebagai sumber energi
Famili, Genus, spesies
pewakil
Pengoksidasi NH3
(aerob)
NH3 dioksidasi menjadi NO2 Nitrobacteriaceae
(Nitrosomonas,
Nitrosococcus, Nitrospira)
Pengoksidasi NO2
(aerob)
NO2 dioksidasi menjadi NO3 Nitrobacteriaceae
(Nitrobacter, Nitrococcus)
Pengoksidasi sulfur
(aerob) dan besi
(aerob)
S2 dioksidasi menjadi SO4, dan
Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+.
Thiobacillus thiooxidans
Thiobacillus ferrooxidans
Ferrobacillus,
Leptothrix
Pengoksidasi
senyawa sulfur dan
pereduski NO3
(denitrifikasi)
S2O3 dioksidasi, NO3 direduksi Thiobacillus denitrificans
Bakteri Ototrof
• Mikroba prokaryotik: bakteri dan sianobakteri
(cyanobacteria)
• Memerlukan sinar matahari (foton) dan
pigmen
• Fototrof: membuat gula di dalam sel untuk
respirasi/energi
• Heterotrof: mengambil gula di luar sel untuk
respirasi/energi
METABOLISME FOTOSINTESIS
(Fotoototrof, Fotoorganotrof)
Fotosintesis bakteri ungu non belerang
CO2 + 2CH3CHOHCH3 → (CH2O) + H2O + 2CH3COCH3
Fotosintesis bakteri hijau belerang
CO2 + 2H2S → (CH2O) + H2O + 2S
Fotosintesis Anoksigenik: Tidak Menghasilkan O2
Fotosintesis Oksigenik: Menghasilkan O2
Fotosintesis Sianobakteri
6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2
15
Bahan Makanan sbg Sumber
Energi
4 jenis nutrien utama, yaitu:
1. Makronutrien (karbohidrat, protein, lipid)
menyuplai energi bagi tubuh
2. Vitamin membantu penggunaan makronutrien dan
mempertahankan jaringan tubuh.
3. Mineral mempertahankan homeostasis, dan
4. Air sbg pelarut dalam tubuh, dan sbg alat transport
untuk mendistribusikan nutrien ke jaringan.
16
Struktur supramolekul
Protein asam nukleat polisakarida lipid
Asam amino nukleotida gula sederhana*) gliserol
asam lemak
- ketoacids ribosa pyruvat(C3) asetat (C2)
C3, C4, C5 nitrogen pyruvat (C3)
Karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O)
Nitogen (N), fosfor (P), sulfur (S)
METABOLISME KARBOHIDRAT
• Glikolisis = glukosa menjadi piruvat
• Siklus Kreb (Siklus asam sitrat) = piruvat menjadi CO2
dan NAD pembawa H+
• Oksidasi Transport Elekteron = NAD dan H+ memasuki
seri reaksi reduksi oksidasi untuk menghasilkan
energi
• Fosforilasi Oksidatif = energi dari transport elektron
menghasilkan ATP dari ADP dan Pi
Glukosa Asam Piruvat
Acetyl-CoA
CO2
O2
H2O
[NADH]
Rantai Pernafasan e-
Elektron akseptor
TAHAPAN DALAM RESPIRASI
Tahap I= Glikolisis
Tahap II = Dekarbiksilasi as.
Pyrupat
Tahap III = Siklus Kreb TCA
Tahap IV = Rantai Pernafasan
EnergiATP
Fosforilasi
oksidatif
GLIKOLISIS: Degradasi glukosa menjadi piruvat
1. Lintasan Fructose Biphosphate Aldolase yang lebih
dikenal sebagai lintasan Embden-Meyerhof-Parnas
(EMP)
2. Lintasan hexose monophosphate (HMP)
3. Lintasan oxidative pentose phosphate (PP)
4. Lintasan Entner-Doudoroff (ED).
Lintasan EMP, HMP dan PP pada eukaryotik (jamur, alga, protozoa)
dan prokaryotik (bakteri)
Lintasn ED hanya pada beberapa bakteri aerob obligat
lintasan Embden-
Meyerhof-Parnas
(EMP) = EMP Pathway
Memecah glukosa
menjadi 2 piruvat, 2
NADH, dan 2 ATP
Lintasan Hexose
monophosphate (HMP)
Hasil akhir lintasan HMP
adalah 1 piruvat, 1 asetil
fosfat, 1 CO2, 1 ATP dan 3
NAD(P)H.
Lintasan ini juga
menghasilkan ribulosa 5-
fosfat (Gambar 8) yang
merupakan prekursor
nukleotida.
LIntasan Pentosa phosphate
(PP)
Hasil akhir dari pemecahan 1
molekul glukosa adalah 1
piruvat, 3 CO2, 1 ATP dan 3
NAD(P)H.
Lintasan Entner
Doudoroff (ED)
Hasil akhir pemecahan 1
molekul glukosa adalah 2
piruvat, 1 ATP dan 2
NAD(P)H
SIKLUS KREB = Piruvat diubah menjadi CO2 dan NAD
Transport elektron
TRANSPORT ELEKTRON = RANTAI PERNAFASAN
Oksidasi NADH dan reduksi senyawa kimia lain (pembawa elektron) untuk
menghasilkan energi yang membentuk ATP pada proses fosforilasi oksidatif
Terminal
akseptor e
Donor
e-
Perbedaan redox
menggambarkan
besarnya perolehan
energi.
Semakin negatif semakin
tereduksi dan sebaliknya
semakin teroksidasi
MENARA ENERGI
Perbedaan Redox menyebabkan terjadinya
pergerakan elektron
Siklus Glioksilat (Glyoxylate Cycle)
Siklus glioksilat dilakukan oleh prokaryotik yang mengoksidasi asam asetat.
Siklus ini mirip dengan siklus Kreb tetapi isositrat tidak diubah menjadi
oksalokuksinat, tapi dipecah menjadi glioksilat dan suksinat
Fermentasi: metabolisme heterotrof dengan senyawa organik sebagai akseptor
elektron (hidrogen) terminal. substrat dioksidasi tidak sempurna. Produk akhir disimilasi
glukosa adalah senyawa organik sederhana yang disekresikan ke dalam medium sebagai
waste product biasanya berupa alkohol dan asam
PRODUK AKHIR FERMENTASI
METABOLISME PROTEIN
Bakteri, ragi (yeast) dan kapang (molds) memerlukan senyawa nitrogen dalam
bentuk asam amino, serta asam nukleat purin dan pirimidin. Mikrorba lainnya dapat
menggunakan ammonia atau nitrat untuk mensintesis senyawa nitrogen organik.
Beberapa bakteri memfiksasi N2 menjadi amonia
Asimilasi ammonia
L-Glutamat + NH4
+ + ATP → L-glutamine + ADP + Pi
Selanjutnya glutamate synthase mentrasfer satu gugus amino dari
glutamine ke molekul γ-ketoglutarat sehingga terbentuk dua molekul L-
glutamat:
γ-ketoglutarat + L-glutamine + NADPH2 + H+ → L-Glutamat + NADP+
Biosintesis asam amino
Asimilasi ammonia menjadi asam amino glutamate adalah
langkah awal dari rangkaian pembentukan asam amino
lainnya.
Katabolisme asam amino
Asam amino dapat digunakan sebagai sumber energi. Secara
umum, 20 asam amino dapat didegradasi menjadi 6 senyawa
antara yang memasuki sistem metabolisme karbohidrat yaitu
piruvat, acetyl Co-A, Oxaloacetate, fumarat, Suksinil Ca-A, dan
γ-ketoglutarat.
Biosintesis asam amino
Biosintesis nukleotida.
Biosintesis purin
Biosintesis pirimidin
METABOLISME LIPID
Bersama-sama karbohidrat dan protein, lemak adalah metabolit
primer yang harus tersedia agar mikroba dapat tumbuh,
berproliferasi dan beraktivitas.
Komponen lemak: membran sitoplasma, mesosom, dan membrane
inti pada mikroba eukaryotic. glycosydilglyserides dan lipoteichoic
acid ditemukan di bakteri gram positif saja sedangkan
lipopolisakarida terdapat di bakteri gram negatif.
Lipid juga didegradasi untuk mendapatkan energi. lipid lebih banyak
menghasilkan energi daripada glukosa. Total energi yang dihasilkan
dari pemcahan asam lemak dapat mencapai 49,3 ATP sedangkan dari
glukosa adalah maksimal 41 ATP.
Biosintesis asam lemak (fatty acids) jenuh dan tak jenuh
Lintasan anaerob LIntasan aerob
Eschericia coli Alkaligenes faecalis
Salmonella typhimurium Corynebacterium diphteriae
Serratia maecesens Mycoibacterium phlei
Azotobacter agilis Bacillus (beberapa spesies)
Lactobacillus plantarum Micrococcus luteus
Agrobacterium tumifaciens Beggiatoa
Clostridium pasteurianum Leptospira caicola
Staphylococcus haemolyticus Sachharomyces cerevisiae
Clostridium butyricum Neurospora crassa
Caulobacter crescentus Candida lipolytica
Propionibacterium Stigmatella aurantiaca
Chloroflexus auranticus
Clorobium limicola
Mikroba dengan biosintesis asam lemak tidak jenuh melalui lintasan anaerbob dan
aerob
Degradasi Lipid
Degradasi lemak menjadi asam lemak (fatty acid) dan
gliserol (glycerol) yang dikatalis oleh enzim lipase
• Karaktersitik enzim
• Faktor yang mempengaruhi kerja enzim
• Pengaturan sistem enzim
• Penamaan enzim
ENZIM
DEFINISI DAN KARAKTERISTIK KERJA ENZIM
Protein dengan aktivitas katalitik yang mempercepat reaksi
kimia tanpa ikut dalam reaksi tersebut
Teori Kunci-Anak
kunci
Penurunan energi
aktivasi
Ukuran molekul enzim >
substrat
Reaksi dipercepat
pada suhu alami
KOFAKTOR ENZIM
Ada enzim yang mengandung komponen kimia lain
selain protein. Komponen ini disebut kofaktor, suatu
komponen yang bukan protein
 Kofaktor berupa :
Molekul anorganik seperti Fe2+, Mn2+, Cu2+, Na+ atau
molekul organik kecil yang disebut koenzim misalnya
vitamin B, B1, dan B2
 Koenzim yang terikat kuat secara kovalen pada protein
enzim disebut gugus prostetik.
 Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif
mengkatalisis, bersama-sama koenzim atau gugus
logamnya disebut holoenzim.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM
pH dan suhu
Konsentrasi Substrat
PENGATURAN ENZIM
Penghambat kompetitif
(competitive inhibitor):
molekul inhibitor
berkompetisi dengan
substrat untuk menempati
sisi aktif enzim.
Penghambat non
kompetitif
(allosteric inhibition)
Molekul penghambat
bergabung dengan enzim di
luar sisi aktif,
menyebabkan konformasi
enzim berubah
Penghambatan umpan balik (Feedback Inhibition)
Penumpukan produk akhir menghambat kerja enzim pertama
dalam rangkaian reaksi tersebut sehingga produksi enzim
selanjutnya ditunda
PENAMAAN ENZIM
• Oxidoreductases (EC1)
• Transferases (EC2)
• Hydrolases (EC3)
• Lyases (EC4)
• Isomerases (EC5)
• Ligases (EC6)
EC1 sd EC6: subclass dalam penamaan enzim (enzyme nomenclature)
Fig. 10.20
Budidaya Mikroba
* Isolasi & Seleksi Mikroba
* Pemeliharaan Kultur
ISOLASI
 Isolasi kultur : kegiatan pemisahan suatu kultur mikroba dari campuran
biakan mikroba di alam  sel individu terpisah
 Sebelum mengisolasi, harus diketahui mikroba apa yang akan diisolasi
dan habitatnya  menentukan sampel apa yang akan diambil dari
alam dan media apa yang akan digunakan
 Sampel biasanya segera dipakai atau disimpan pada suhu dingin
(kulkas)
 Teknik Isolasi Kultur Murni :
- 1. Penggoresan (Streak-plate) & Penyebaran (Spread-plate)
- 2. Penuangan (Pour-plate)
- 3. KulturYang Diperkaya
- 4. Pengenceran Berseri (Serial-dilution)
- 5. Isolasi SelTunggal
1. Teknik Penggoresan (Streak-plate) &
Penyebaran (Spread-plate)
- Paling sesuai untuk bakteri
- Menggunakan agar cawan
-Cara :
Pengenceran berseri dg larutan garam
fisiologis (0,85 %)
Penggoresan (jarum Ose) atau penyebaran (batang
gelas) pada media agar , sehingga koloni tumbuh
menyebar
Penggoresan dilakukan berulang, sehingga
Diperoleh kultur murni
1 sel  1 koloni
Sampel
Direct Count
Spread or
Streak Plate
 Teknik ini merupakan prosedur rutin untuk isolasi bakteri &
menggunakan peralatan yang sederhana
 Kelemahan : hanya sejumlah kecil contoh yang dapat
digunakan/disebarkan pada media
 Dua sel dapat bergabung manjadi membentuk satu koloni
Contoh : bakteri yang menghasilkan lendir & yang tidak 
pencegahan dengan menambahkan deterjen
2.Teknik Penuangan (Pour-plate)
 Prinsip : pengenceran contoh dengan media agar cair (+/- 450C)
dalam tabung reaksi, sehingga distribusi sampel merata
 dituang ke petri dish & dibiarkan mengeras pada
suhu ruang, lalu diinokulasi
Sampel +/- 1 g)
A
B
C
Suspensi
Bakteri
1 loop
Agar cair
Pengenceran
Penuangan
Dibiarkan mengeras
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. . . .
. .
. .
. .
Diperiksa
Koloni terisolasi
Media agar miring
Tahap I Tahap II Tahap III
Teknik Penuangan (Pour-plate)
A
B
C
Inkubasi
Direct Count
Pour Plate
 Metode Penuangan  Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif
(morfologi) & kuantitatif (jumlah sel mikroba)
 Teknik penggoresan/penyebaran dan penuangan ini lebih efektif dengan
menggunakan media selektif/ diferensial atau dengan perlakuan khusus
sebelum penanaman pada agar cawan
Contoh : Isolasi bakteri pembentuk spora  contoh terlebih dulu
dipanaskan s.d 850C selama 5 menit
 Media Selektif :
- Media dg NaCl 7,5 % unt mengisolasi Staphylococcus dari
faeces
- Media BGLBB (brilliant green lactose bile broth) : Salmonellae
 Media Diferensial :
- Media agar EMB (eosin-methylene blue agar)  terbentuk
koloni berbeda & mudah dikenali
E. coli : hijau kehitaman/hijau metalik
Aerobacter aerogenes : tengah ungu tua/coklat, tepi ungu
muda
3. KulturYang Diperkaya
 Untuk mengisolasi bakteri yang mempunyai sifat fisiologis yang khusus
(jumlah kecil & tumbuh lambat)
 Prinsip : menggunakan komposisi media dan kondisi inkubasi
tertentu, sehingga yang tumbuh hanya bakteri tertentu
 Cara :
1 2 3 4
(+) (-)
Media cair dgn substrat khusus
Contoh : bakteri tanah : α-conidendrin
Verifikasi
4.Teknik Pengenceran Berseri (Serial-dilution)
 Digunakan jika mikroba dlm kultur campuran terdapat dalam jumlah
lebih besar dari pada mikroba lain.
Contoh : S. lactis dalam susu asam
 Dengan tingkat pengenceran tinggi, sampel hanya mengandung 1
galur mikroba
 Perlu dicek kemurnian kultur
Fig. i7.6
5.Teknik Isolasi SelTunggal
 Menggunakan alat Mikromanipulator yang digabung
dengan mikroskop untuk mengambil suatu sel mikroba
tunggal dari preparat tetes bergantung
 Dengan Mikromanipulator, operator dapat mengontrol
gerakan mikropipet di bawah lensa obyek, sehingga
dapat diambil sel tunggal ke dalam tabung dan
selanjutnya dipindahkan ke media yang sesuai
 Lebih cepat, namun kelemahannya :
- alat mahal
- operator harus trampil
SELEKSI & IDENTIFIKASI
SELEKSI
Tujuan : mendapatkan galur dengan kinerja terbaik
 - rendemen lebih tinggi
- tidak menghasilkan produk sampingan yang tidak
dikehendaki
- peningkatan kemampuan penggunaan sumber C dan N
yang murah
- Perubahan morfologi sel menjadi bentuk yang lebih
mudah dipisahkan dari produk
 Pendekatan genetika untuk memperbaiki kualitas mikroba :
1. Mutasi
2. Rekombinasi
 Taksonomi (klasifikasi) :
penataan teratur unit-unit ke dalam kelompok satuan yang lebih besar
 hierarkhi klasifikasi :
spesies  genus  famili  orde  kelas  filum atau divisi
Spesies : satuan atau kelompok dasar dalam semua sistem
klasifikasi organisme
 Nomenklatur :
penamaan satuan-satuan yang dicirikan dan dibatasi oleh klasifikasi
 Identifikasi :
penggunaan kriteria yang ditetapkan untuk klasifikasi dan nomenklatur
untuk mengidentifikasi mikroba dengan membandingkan dengan ciri-ciri/
karakteristik yang ada
 Menggunakan kunci-kunci yang sesuai
Contoh : Bakteri : Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology
 Nama menggunakan kombinasi biner Latin, misalnya Rhizopus oryzae
 Contoh identifikasi bakteri :
- tidak terdapat bakteroklorofil
- sel tidak berbentuk filamen
- Gram positif
- berbentuk batang
- menghasilkan endospora
- Katalase positif
- Aerobik
- Nitrit negatif
-VP (Voges Proskauer) negatif
 Bacillus megaterium
Identifikasi Kapang :
 a.l. berdasarkan spora dan miselium
Identifikasi khamir :
 a.l. berdasarkan spora & kemampuan memfermentasi gula sebagai
sumber karbon
IDENTIFIKASI
 Setelah diperoleh kultur murni, dilakukan identifikasi
 Metode untuk identifikasi mikroba adalah dengan menggunakan
ciri/karakteristik :
1. Morfologis
Pengamatan ukuran, bentuk dan susunan sel, adanya flagela,
kapsul atau spora dengan bantuan mikroskop, baik dengan
pewarnaan maupun tidak
2. Nutrisional
Penentuan senyawa kimia dan kondisi fisik khusus (suhu,
cahaya, gas) yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba
3. Kultural
Penentuan tampilan pertumbuhan pada berbagai macam
media, baik cair maupun padat (bentuk koloni, permukaan
koloni, tepi koloni, warna dll)
4. Metabolik
Identifikasi & pengukuran perubahan kimiawi yang dilakukan
mikroba ( kemampuan mikroba untuk mengubah karbohidrat
menjadi asam organik; gula menjadi asam dan gas dll)
Contoh : E. coli dapat memfermentasi laktosa, sedangkan
Salmonella typhi tidak dapat
5. Susunan Kimiawi
Penentuan susunan kimiawi berbagai komponen sel (dinding sel,
nukleus, membran dll)
6. Susunan antigen
Penelaahan sifat antigen – antibodi yang khas
* Antigen : substansi (sel mikroba) yang menstimulasi produksi
antibodi saat diinjeksikan ke hewan
7. Patogenik
Penentuan potensi suatu mikroba untuk menimbulkan penyakit
8. Genetik
Kajian berdasarkan untaian DNA mikroba menggunakan DNA Probe
Contoh 1. Karakteristik Morfologis
(Pengamatan ukuran, bentuk dan susunan sel, adanya flagela,
kapsul atau spora dengan bantuan mikroskop, baik dengan
pewarnaan maupun tidak)
Aspergillus E. coli
Streptomyces Penicillium
Contoh 3. Karakteristik Kultural
Tampilan pertumbuhan pada media padat
(bentuk koloni, tepi koloni, permukaan koloni dll)
Sel Bakteri
PEMELIHARAAN & PENGAWETAN KULTUR MURNI
 Tujuan :
menjaga sampai periode tertentu mikroba tetap dalam kondisi hidup (viable), mencegah
terjadinya perubahan genetik & tidak terkontaminasi  harus mampu melestarikan
karakteristik spesies mikroba selama
diawetkan
Cara :
1. Pemindahan Secara Periodik
- Kultur mikroba secara periodik dipindahkan ke media agar miring
baru/segar
- Komposisi media & suhu serta interval waktu pemindahan harus
tepat dan disimpan pada suhu dingin (50C)  tidak cocok untuk
penyimpanan jangka panjang
2. Pelapisan Kultur dgn Minyak Mineral
- Permukaan agar miring atau media cair dilapisi dengan minyak mineral
steril (+/- 0,5 inci)
- Keuntungan : dapat memindahkan sebagian mikroba di bawah minyak
mineral dg jarum Ose, lalu diinokulasi ke media segar dg tetap
mempertahankan kultur awal  tidak cocok untuk penyimpanan jangka
panjang
3. Liofilisasi
- Pengeringan beku (freeze-drying)
- Merupakan cara paling efektif untuk mengawetkan kultur bakteri
(dapat tetap hidup & tidak berubah lebih dari 20 tahun)
- Cara :
* media berisi senyawa pelindung : eg susu, serum, natrium glutamat
* suspensi mikroba (±0,2 ml) ditempatkan dalam ampul (vial) kaca
* Perendaman dalam es kering + alkohol (-780C)  beku
* Ampul dihubungkan dengan kondensor & pompa vakum 
kering
* Ampul ditutup dengan melelehkan ampul tsb dlm keadaan vakum
 penyimpanan pada susu lebih rendah dari -50C
- Keuntungan :
* Cocok untuk penyimpanan jangak panjang
* Kemungkinan perubahan kecil
* Wadah penyimpanan kecil
4. Penyimpanan pada Suhu Sangat Rendah
- Sel dibekukan dengan diberi bahan pelindung beku (gliserol 10 %
atau dimetil sulfoksida)
- Contoh beku disimpan dalam refrigerator nitrogen cair (suhu
sekitar -150 sampai-1960C)
- Cocok untuk kapang
- Kelebihan : hampir sama dgn liofilisasi & kultur yg tidak dapat
diawetkan dengan liofilisasi, dapat dengan cara ini
5. Penyimpanan padaTanah Steril
- Diterapkan untuk penyimpanan spora bakteri, actinomycetes
dan kapang
- Suspensi 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
5 g bubuk tanah steril (campuran pasir halus dan tanah liat 1:1)
- Dibiarkan pada suhu kamar selama 10 hari sampai kering
 disimpan pada lemari es
PEMANTAUANVIABILITAS DAN KESTABILAN MIKROBA
• Sebelum dan sesudah penyimpanan, sebaiknya viabilitas mikroba
diperiksa, sehingga mikroba yang mati selama penyimpanan dapat
diketahui
• Untuk industri fermentasi sebaiknya diperiksa pula morfologi dan
karakteristik biokimianya
Growth requirements
Physical
 Temperature
 pH
 Osmotic pressure
 Moisture & desiccation
Chemical
 Carbon source
 Nitrogen, sulfur phosphorus
 Oxygen
Rateofgrowth
Temperature in ºC
-10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110
Psychrophiles
Psychrotrophs
Mesophiles
Thermophiles
Hyperthermophiles
APLIKASI MIKROBA PADA
TANAMAN PAKAN
(PERTANIAN ORGANIK)
MIKROBIOLOGI TANAH DAN TANAMAN
A. PENGERTIAN
Mikrobiol/S1/SAN
(1). Mikrobiologi Tanah:
Cabang ilmu tanah yang mengkhususkan mempelajari
mikroorganisme yang berada dalam tanah, menyangkut
peran dan aktivitasnya (metabolisme, aliran energi dan siklus
materi) serta interaksinya dengan lingkungannya (mikroba
lain, tanaman serta lingkungan tanah)
(2). Pendekatan mempelajari Mikrobiologi Tanah:
 Fisiologi (pertumbuhan dan metabolisme)
Taksonomi (hubungan kekerabatan mikroorganisme)
Patologi (menyebabkan penyakit tan-hewan-man)
Simbiosis (interaksi kompleks dengan organisme)
Biogeokimia (efek ke lingkungan sec. kimia)
Siklus materi (berperan dalam siklus senyawa dlm
tanah)
Perubahan Global (pengaruh thd suhu dan tekanan
atm)
Ekologi (interaksi dengan lingk dan mikro lainnya)
EKOSISTEM TANAH DAN TANAMAN
Rantai Makanan Dalam Ekosistem
Mikrobiol/S1/SAN
Ekosistem
Tanah - TanamanCahaya Panas/E
Ekosistem Tanah
– Tanaman
Padat (mik+bo)
Cair (air tnh)
Gas (pori tnh)
Produsen &
Penghancur
Biotik Abiotik
Bahan Bahan
Lintasan Energi
Lintasan Substansi
Macam dan Klasifikasi Mikroba dalam
Tanah-Tanaman
1. Prokariotik :
o Bakteri
o Actinomyseta
3. Mesofauna :
 Nematoda
5. Mikrobiota :
 Mycoplasma
 Virus
 Viroid
Prion
Fungi
1. Penyebaran di dalam tanah
2. Ketahanan terhadap lingkungan
3. Variasi/Fluktuasi populasi
4. Sumber energi dan unsur hara
Mikrobiol/S1/SAN
Topik-topik
Pembahasan
2. Mikrofauna :
o Protozoa
o Archezoa
4. Makrofauna:
 Semut
Cacing tanah
Arthropoda kecil
 Springtail
 Algae
A. Penyebaran di dalam Tanah
1. Penyebaran dengan Pola Pertumbuhan
1. Pola Uniselluler (Tidak Mengembara) : Sebagai sel tunggal /koloni yang
terikat kuat partikel tanah. (Bakteri)
2. Pola Uniselluler (Mengembara) : Seperti no. 1, namun mengembara
melalui permukaan yang berkesinambungan (Rhizobium dan beberapa
Cendawan)
3. Pola Plasmodia : Sebagai massa protoplasma yang telanjang dan
bergerak (seperti amoeba) lalu berubah menjadi spora (Myxobakteria
dan Myxomyceta)
4. Pola Hyfa terbatas : Membentuk spora yang umumnya tidak bergerak
(Penicillium dan Actinomyceta)
5. Pola Hyfa Menyebar : Membentuk spora yang bergerak (Cendawan
Mucor, beberapa Mikoriza)
6. Pola Rhizomorf (Jaringan Mycelia) : Hyfa yang membentuk
rhizomorf/akar, sehingga membentuk jaringan yang kuat dan menyebar
(Basidiomyceta)
2. Penyebaran dengan Potongan Mikrobia
Memecah diri ke dalam potongan-potongan mycelia kecil, spora-spora atau unisel-
unisel yang tetap tinggal hidup di dalam tanah-tanaman
Semua komponen tanah-tanaman sangat menentukan penyebaran dan pertumbuhan
Mikrobia tipe ini
B. Ketahanan terhadap Lingkungan
Membentuk struktur khusus :
a. Struktur vegetatif : sel-sel vegetatif dan potongan-potongan hyfa &
mycelia menjadi dorman dan hidup dalam waktu lama,
membentuk kapsul yang dilindungi oleh senyawa-senyawa
polisakharida/polipeptida
b. Struktur spora : sel-sel mikrobia membentuk spora khusus yang
resisten terhadap lingkungan ekstrim, seperti : (1) Endospora
Bakteria (Bacillus dan Clostridium), (2) Spora-spora dari
Actinomyceta (Konidia dari Streptomyces yang bersifat hidrofobik
dan (3) Spora Cendawan
C. Variasi / Keragaman Populasi
Terdapat tiga cara :
• Transformasi = perpindahan material genetik dari satu
mikrobia ke mikrobia lainnya (harus ada media gen tra)
• Konjugasi = perbanyakan dengan cara menempel
• Transduksi (khusus virus)
D. Sumber Energi dan Unsur Hara/Cara Makan
SUMBER ENERGI
1. Kimia (Khemotrof) :
Meliputi : (a) ORGANIK (Khemoheterotrof) : Protozoa, Cendawan dan
Kebanyakan Bakteri dan (b) INORGANIK (Khemoautotrof) : Bakteri
nitrifikasi dan Thiobacilli
2. Radiasi/cahaya (Fototrof) :
Meliputi : (a) ORGANIK (Fotoheterotrof) : Bakteri fotosintetik dan (b)
INORGANIK (Fotoautotrof) : Ganggang hijau dan biru hijau serta Bakteri
fotosintetik
CARA MEMPEROLEH C dan ENERGI (Khemoheterotrof)
1. Osmotrof (menyerap nutrisi terlarut)
2. Phagotrof (mencerna partikel padat)
CARA MAKAN (Khemoheterotrof)
1. Biofag (makan organisme hidup)
2. Saprofag (makan organisme mati)
An Overview metabolism
metabolism:
the sum total of all chemical reactions occurring in the cell
Complex molecules
catabolism
anabolism
Simple molecules ATP [H]
 Metabolism:The processes of catabolism and anabolism
 Catabolism:The processes by which a living organism
obtains its energy and raw materials from nutrients
 Anabolism:The processes by which energy and raw
materials are used to build macromolecules and cellular
structures (biosynthesis)
Microbial Metabolism
A. Basic Concepts of Metabolism (redox, enzymatic
pathway, cofactor, hydrolitic, atp )
B. Glycolytic Pathways
C. Fermentation
D. Respiration
E. Photosynthesis
F. Chemolithotrophy
(MIKROBA) ~
(TANAH-TANAMAN-UDARA)
1. BIOCOMPOSTING_BIOCONVERTION, BIODEGRADATION
2. BIOFERTILIZER_BIOCONVERTION, ENZYMETRIC
3. BIOCONTROL AGENT_PATHOGENICS ENEMY
4. BIONUTRICONVERTION_BIOCONVERTION
5. BIOREMEDIATION_BIOCONVERTION
BIOCOMPOSTING
(KOMPOS HAYATI)
CONCEPT: BIOCONVERTION &
BIODEGRADATION
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
BIOFERTILIZER
(PUPUK HAYATI)
I
I
I
I
Mikrobiol/S1/SAN
A = Amoniasi dan Mineralisasi, B = Imobilisasi, C = Nitrifikasi, D = reduksi Nitrat dan
Imobilisasi, E = Denitrifikasi, F = Fiksasi N Simbiotik, G = Fiksasi N
Non Simbiotik, H = Pengeluaran N
NO3
-
NH3
Humus, Sel Mikrobia
Tanaman
H
G
B
E
F A
N2
Khewan
D
C
H
H
Siklus Nitrogen dalam Tanah
Peranan Mikroba dalam Siklus N
Mikrobiol/S1/SAN
Amoniasi = proses pembentukan amoniak
Mineralisasi = dekomposisi senyawa N-0rg menjadi senyawa N-
inorg
Nitrifikasi = proses okdisasi mikrobial NH4
+ dan N-org menjadi
NO2
- dan NO-
Mineralisasi = fiksasi N-inorg menjadi bahan mineral dan BO,
mis. Humus dll.
Denitrifikasi = pengubahan nitrat kembali menjadi bentuk inorg
Fiksasi N Simbiotik = fiksasi N2 langsung oleh mikroba
simbiotik
Fiksasi N Non Simbiotik = fiksasi N2 langsung oleh mikroba non
simbiotik
Siklus Nitrogen dalam Tanah
C.3. Peranan Mikroba dalam Siklus N
PENAMBATAN (FIKSASI) N SECARA BIOLOGI
(NONSIMBIOTIK DAN SIMBIOTIK)
INPUT – OUTPUT NITROGEN TANAH
Mikrobiol/S1/SAN
Pupuk
(Organik dan
Inorganik)
NITROGEN
TANAH
Hujan
(NO3
- dan NH4
+)
Diambil
Tanaman
Lucutan
Listrik
Fiksasi N
Sec.Biologi
INPUT
Pencucian Denitrifikasi
OUTPUT
1. Penambatan N Nonsimbiotik
SUMBER
ENERGI
KELOMPOK GENUS
Organotrof - Aerobik
-Aerobik Fakultatif
- Anaerobik
- Genetically E.
- Rhizosfer
- Azotobacter, Beijerinchia, Derxia, Rhizobium
- Bacillus, Klebsiella, Azospirillum,
Thiobacillus
- Clostridium, Desulfofibrio
-Salmonella, Escherichia, Serratia
- Azospirillum, Azotobacter, Bacillus
Fotosintetik
(Free Living)
-Ungu Nonsulfur
- Sulfur Ungu
- Sulfur Hijau
- Sianobakteria
-Rhodopsudomonas, Rhodomicrobium
- Chromatium, Ectothiorhospira
- Chlorobium
- Nostoc, Trichodesmium, Anabaena,
Gloeothece
Non Nodule -Phyllofer
- Legume
- Nonlegume
-Klebsiella, Beijerinchia
- Rhizobium
-Rhizobium, Frankia, Nostoc
Fotosintetik
(Berasosiasi)
-Lichens
- Liverworts
- Mosses
- Gymnosperm/Cucas
- Watersperm/Azolla
-Endocymoses/Oocystic
-Nostoc, Stignonema, Colotrix
- Nostoc
-Halosiphon
- Nostoc
- Anabaena
- Nostoc
Mikrobiol/S1/SAN
1. Penambatan N Nonsimbiotik (Reaksi Kimia)
Mikrobiol/S1/SAN
a. Amonifikasi = Proses pembentukan amonium oleh mikrobiota
b. Nitrifikasi = Proses pembentukan nitrat dan atau nitrit secara
hayati dari senyawa-senyawa yang mengandung N
tereduksi
NH4
+ + 1.5 O2 NO2
- + 2H+ + H2O + 66 kal
NO2
- + 1.5 O2 NO3
- + 17.5 kal
Nitrozomonas
Nitrobacter
Nitrosococcus, Nitrosocystis, Nitrospira,
dsb.
c. Denitrifikasi = Proses reduksi nitrat menjadi amonium atau N2
NO3
- NO2
- NO2
-
NO2
- NO N2O N2
Pseudomonas, Bacillus, Paracoccus,
Thiobacillus denitrificaus,
Chromobacterium, Serratia
Uji Aktivitas Mikrobiota by Ukur Produk N2 (C2H2)
Faktor yang mempengaruhi Fiksasi N2
Fisik & Kimia Tanah ~ Ketersediaan N2 dan Nutrien Anorganik (NH4 & NO3),
~ Sumber energi, pH, Kelembaban dan Suhu
a. Metode Kjeldahl (Penentuan kadar N media),
kelamahannya = tidak mampu mendeteksi kadar N rendah.
b. Metode Gasometrik (mengukur kadar gas N2 yang timbul)
c. Metode Radioisotop 15N (sangat sensitif, tetapi mahal)
d. Uji Reduksi Asetelena, dengan prinsip bahwa :
Mikroorganisme yang dapat mereduksi N2 (N=N, ikatan tiga)
juga dapat mereduksi asetelina (HC= CH), lalu dikuantifikasikan
dengan metode kromatografi gas.
N= N 2 NH3; HC = CH H2C = CH2
Reduksi Reduksi
Asetelina
2. Penambatan Nitrogen Simbiotik
Mikrobiol/S1/SAN
Fiksasi N2 Simbiotik = Penambatan nitrogen melalui simbiosis
antara tanaman dengan mikrobiota (enzim nitrogenase, biasanya
golongan bakteri Rhizobium dan Bradyrhizobium) dengan/tanpa
membentuk nodule/bintil akar (famili leguminoceae/non legum)
CIRI PEMBEDA Rhizobium Bradyrhizobium
1. Tanaman inang utama
yang diinokulasi
2. Kecepatan tumbuh pada
media agar-manitol-kamir
3. Reaksi metabolisme
dalam manitol-garam
4. % G-C dalam DNA-nya
-Pepolongan
subtropis
- Cepat
- Asam
-60
-Pepolongan
tropis
- Lambat
- Basa
-M
- 63
2. Penambatan Nitrogen Simbiotik (Proses Infeksi)
Mikrobiol/S1/SAN
1. Kemotaksis non spesifik Rhizobium ke arah risosfer, disebabkan oleh
eksudat akar, selanjutnya Rhizobium berkembang disini.
2. Melekatnya Rhizobium (attachment) pada akar pepolongan, melalui
situs-situs reseptor komplementor pada ujung akar tanaman-dengan-
heteropolisakarida homolog bakteri. Disinilah kunci kekhususan jenis
Rhizobium dengan inang, artinya setiap tanaman biasanya diinfeksi
oleh jenis Rhizobium tertentu pula.
3. Penyimpangan bentuk akar (pertumbuhan akar sedikit dihambat
dengan meblok proses mitosis, sehingga akar melengkung), dan pori-
pori akar membesar, dan Rhizobium siap menginfeksi.
4. Rhizobium menginfeksi pada lapisan cortex (ujung akar tumbuh
melengkung seperti tongkat gembala).
5. Rhizobium membentuk bakteroid, dan siap bersimbiosis dengan
tanaman inang dalam membantu fiksasi N2 secara langsung dari udara
(tanah).
Rhizobium Filled
Cells
>25,000 per cell Nodule Cross-Section
Sclerenchyma
Vascular Bundles
Nodule Cortex
Nodule Formation
1. Rhizobia attracted to root
2. Rhizobia attach to root
hairs
3. Root hair curling
4. Infection thread formation
Nodule Formation
5. Root cortical cell
division
6. Rhizobia invade
cortical cells
7. The nodule grows
8. Fully functional nodule
1: Rhizobia attracted to root
1. Rhizobia attracted to root
 Legume roots exude
flavonoids
(Soybean exudes the
isoflavone genistein)
 Rhizobia are attracted to
flavonoids
Petri dish
contains a
bacterial lawn
Bacteria turn
blue when a
reporter gene
is switched
on by plant
exudates
(flavonoids)
10 mm
2. Rhizobia attach to root hairs
Rhizobia
Root Hair
2. Rhizobia attach to root hairs
Deformed root
hairs
Curled root
hair
Vascular
bundle
50 mm
3. Root hair curling
4. Rhizobia infect root hair
Root Hair Root Hair Curling
Rhizobia
Infection Thread
Legume Root
Infection Pocket
Vascular Bundle
50 mm
4. Rhizobia infect root hair
100 mm
5. Root cortical cells divide
100 mm
5. Root cortical cells divide
50 mm
6. Rhizobia invade cortical cells
2-4 mm
7. The nodule grows
Nodulation Timeline
Inoculation
(day 0)
Roots 1-2 days post
inoculation (dpi)
4 dpi
4-6 dpi 10 dpi 3 weeks pi
2. Penambatan Nitrogen Simbiotik (Reaksi Kimia)
Mikrobiol/S1/SAN
Infektifitas = kemampuan suatu bakteri bintil akar untuk menodulasi
suatu inang tertentu (diukur dengan banyaknya bintil
akar /nodul yang terbentuk).
Efektifitas = kemampuan relatif suatu asosiasi antara tumbuhan dan
bakteri untuk mengassimilasi N2 (diukur antara lain : (1)
kadar heme (pengikat O2 di bakteroid), (2) jumlah N2 yang
difiksasi, (3) rasio antara jumlah bintil akar dengan dengan
dengan N2 yang difiksasi dan (4) jumlah legH.
Reaksi kimia fiksasi (gabungan aktivitas (a) nitrogenase dan (b)
hidrogenase pada bakteroid)
(a). N2 + 6 e- + 12 ATP + 8 H + 2 NH4
+ + 12 ADP + 12 Pi
(b). 2 H + + 2 e - + 4 ATP H2 + 4 ADP + 4 Pi
N2 + 8 e - + 16 ATP + 10 H + 2 NH4 + H2 + 16 ADP +16 Pi
Mg+2
Mg+2
Mg+2
2. Penambatan N2 Selain Legum/Polong-polongan
(Membentuk Nodul Juga)
Mikrobiol/S1/SAN
ORDO FAMILI GENUS
-Corialiales
- Rosales
- Myricales
- Fagales
- Casuarinales
- Rhamales
-Coriariaceae
- Rasaceae
- Myricaceae
- Betulaceae
- Casuarinaceae
- Elaeagnaceae
- Rhmaceae
-Coriaria
- Cercocarpus, Dryas
dan Purshia
- Comptonia, Gale dan
Myrica
- Alnus
-Casuarina
- Elaeagnus, Hippophae
dan Sherpherdia
- Ceanothus dan Discaria
BEBERAPA TUMBUKAN BUKAN POLONG/LEGUM YANG MAMPU
MENAMBAT NITROGEN
I
I
I
I
Mikrobiol/S1/SAN
A = Pemanfaatan oleh mikrobia, B = Lisis/Enzimatik, C = Pelepasan dari Residu Tan-
Khewan, D = Transfer oleh mikoriza, E = transfer karena pencucian, F = Pengambilan
oleh Tan-Khewan, G = Pelarutan non biologik, H = Pengendapan nonbiologik
P dalam
Mikrobia, Organik,
Iorganik, Humus
P Tanaman dan khewan
(Organik atau Iorganik)
P Inorganik Padat
(Terjerap atau Mineral)
P Inorganik Larutan (H3PO4,
HPO4, H2PO4, PO4, Kompleks
Fe-P dan Al-P)
H
B E
A
F
D
C
G
Siklus Fosfor dalam Tanah
Peranan Mikroba dalam Siklus FOSFOR
Mikrobiol/S1/SAN
Siklus Fosfor dalam Tanah
C.4. Peranan Mikroba dalam Siklus FOSFOR
MIKORIZA DAN PERANANNYA PADA TANAMAN
PAKAN
Mikoriza = bentuk hubungan simbiosis mutualisme
antara cendawan (mykes) dengan perakaran (rhiza)
tanaman
Mikrobiol/S1/SAN
MACAM CARA INFEKSI STRUKTUR
Ektomikoriza Menempel pada
permukaan dinding
sel akar sampai
intraselluler korteks
Hifa membentuk
jaring-jaring hartig,
kadang menonjol
sbg rhizomorphs
Endomikoriza Masuk ke dalam
protoplasma sel
jaringan korteks
inang
Struktur khusus:
Arbuskula dan
Vesikula (ukuran
lebih besar & sbg
tempat simpan)
Ektendomikoriza Gabungan
Endomikoriza dan
Ektomikoriza
Gabungan
Endomikoriza dan
Ektomikoriza
EKTOMIKORIZA DAN PERANANNYA PADA
TANAMAN PAKAN
 Terdiri dari golongan Basidiomiseta (Boletus & Lactarus) dan
golongan Hymenomiseta (Pisolithus, Rhizopogon dan
Scleroderma)
 Bukan simbion obligat (artinya dapat tumbuh tanpa adanya
inang), zat-zat yang dibutuhkan untuk hidupnya antara
lain berupa gula sederhana, Vit-B, Biotin dan senyawa
organik sederhana (as.sitrat, malat, fumarat dll.).
 Proses infeksi tergantung pada infeksifitas dan efektifitas serta
kondisi fisiologis akar: (1) terjadi karena adanya persaingan
antara akar yang bermikoriza dengan yang tidak dan (2)
terjadi pada anakan/semaian tanaman pada tanah yang
mengandung hifa/spora mikoriza.
Mikrobiol/S1/SAN
EKTOMIKORIZA DAN PERANANNYA PADA
TANAMAN PAKAN
1. Meningkatkan serapan unsur hara (makro dan mikro), khususnya P
karena: (a) hifa mikoriza meningkatkan permukaan absorpsi akar,
(b) meningkatkan konsumsi oksigen inang dan (c) mempunyai enzim
phosphatase yang dapat membantu serapan P.
2. Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, karena hifa mikoriza
meningkatkan luas permukaan basorpsi air
3. Meningkatkan inang terhadap serangan patogen, karena: (a) hifa
berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya patogen,
(b) hampir kelebihan/eksudasi akar dimanfaatkan oleh mikoriza
sehingga tidak cocok untuk hidupnya patogen, (c) Mikoriza
mampu melepas antibiotika yang dapat mematikan patogen.
4. Memproduksi hormon tumbuh (auksin, sitokinin dan gibberelin).
5. Penyeimbang lingkungan (rantai makanan terjamin)
Mikrobiol/S1/SAN
TEKNIK INOKULASI DAN APLIKASI EKTOMIKORIZA PADA
TANAMAN PAKAN
 Teknik Inokulum Tanah : (a) menggunakan tanah yang telah
terinfeksi mikoriza dengan perbandingan 1:4 sampai 1:10 terhadap
tanah yang tidak terinfeksi; (b) tanah harus dijaga kelembabannya
dan secepatnya digunakan.
 Teknik Inokulum Dari Anakan Yang Bermikoriza (mother trees
technique) dengan cara menumbuhkan anakan bermikoriza
berdampingan dengan anakan yang belum bermikoriza (1-2m).
 Teknik Inokulum Dari Akar Yang Bermikoriza (rhizos technique)
dengan cara mencampurkan 1 kg akar bermikoriza dengan 1 m3
tanah/media tanam.
 Teknik Inokulum dengan Biakan Murni (isolat-isolat mikoriza) melalui
: (a) suspensi spora mikoriza dan (b) kapsul mikoriza (spora
kering+tepung kayu diselimuti gelatin kapsul)
Mikrobiol/S1/SAN
ENDOMIKORIZA DAN PERANANNYA PADA
TANAMAN PAKAN
 Terdiri dari golongan hifa bersekat (Basidiomiseta atau
Ascomiseta) dan golongan tak bersekat (Zygomiseta,
golongan terbesar dan dikenal sebagai VAM).
 Bukan simbion obligat (artinya dapat tumbuh tanpa adanya
inang), zat-zat yang dibutuhkan untuk hidupnya antara
lain berupa gula sederhana, Vit-B, Biotin dan senyawa
organik sederhana (as.sitrat, malat, fumarat dll.).
 Proses infeksi tergantung pada infeksifitas dan efektifitas serta
kondisi fisiologis akar: (1) terjadi karena adanya persaingan
antara akar yang bermikoriza dengan yang tidak dan (2)
terjadi pada anakan/semaian tanaman pada tanah yang
mengandung hifa/spora mikoriza.
Mikrobiol/S1/SAN
Vesikula Arbuskula Mikoriza DAN SEBARANNYA PADA
TANAMAN PAKAN
 Golongan tumbuhan/tanaman Graminae (rumput pakan) dan
Legume (Centrocema, Stylosanthes, Trifolium, Leucaena dll.)
umumnya bermikoriza.
 Diklasifikasikan ke dalam 4 genus berdasarkan ciri-ciri
bentuk spora yang dibentuknya dan susunan spora
dalam sporokarpnya : (a) Glomus, (b) Gigaspora, (c)
Acaulospora dan (d) Sclerocystis.
 Diagram interaksi (tanah-tanaman-mikoriza) kontribusi
mikoriza terhadap pengambilan fosfor, sebagai bukti
simbiosis mutualisme antara mikoriza dengan tanaman
dan lingkungannya
Mikrobiol/S1/SAN
INTERAKSI MIKORIZA-TANAMAN-TANAH
Mikrobiol/S1/SAN
TANAMAN
CENDAWAN
TANAH
AB
D
C
F
E
A = Serasah dan eksudasi; B,C, E = Fosfor dan hara
lainnya, D = Agregasi tanah (fisik tanah), F = Gula
sederhana, Vit-B, Biotin dan senyawa organik sederhana (as.
Sitrat, malat, fumarat, fulfat dll.
Vesikula Arbuskula Mikoriza DAN PERANANNYA PADA
TANAMAN PAKAN
1. Meningkatkan serapan unsur hara (makro dan mikro), khususnya P
karena: (a) hifa mikoriza meningkatkan permukaan absorpsi akar,
(b) meningkatkan konsumsi oksigen inang dan (c) mempunyai enzim
phosphatase yang dapat membantu serapan P.
2. Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, karena hifa mikoriza
meningkatkan luas permukaan basorpsi air
3. Meningkatkan inang terhadap serangan patogen, karena: (a) hifa
berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya patogen,
(b) hampir kelebihan/eksudasi akar dimanfaatkan oleh mikoriza
sehingga tidak cocok untuk hidupnya patogen, (c) Mikoriza
mampu melepas antibiotika yang dapat mematikan patogen.
4. Memproduksi hormon tumbuh (auksin, sitokinin dan gibberelin).
5. Penyeimbang lingkungan (rantai makanan terjamin)
Mikrobiol/S1/SAN
I
I
I
I
I
+
BIOCONTROL
(BIOPESTICIDES/PESTISIDA HAYATI)
par pre par
par pre pat
pat par
pre
pat
prepat
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
BIONUTRICONVERSION
(KONVERSI HARA HAYATI)
PERANAN MIKROBA TANAH
DALAM SIKLUS MINERAL
Mikrobiol/S1/SAN
A. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus SULFUR
B. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus FOSFOR
C. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus BESI dan MANGAN
D. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus NITROGEN
E. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus KARBON
F. Pengaruh Mikroba Tanah yang ASOSIATIF dan ANTAGONISTIK
G. DETERIORASI dan KOROSI
Reaksi-Reaksi dalam Siklus S
Mikrobiol/S1/SAN
1. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus S
SO4
2- S2-
Anaerobik, Reduksi
Aerobik, Oksidasi
1. Transformasi Inorganik:
H2S + CO2 S + (CH2O)n3. Transformasi Fotosintetik:
* BENTUK SENYAWA ORGANIK S DALAM TANAH: Sulfat (SO4
2-); Sulfit (SO3
2-);
Thiosulfat (S2O3
2-); S (unsur sulfur) dan S2- (sulfida)
SO4
2- S-OS + R-SH2. Transformasi Organik:
4. Mineralisasi = pengubahan s.organik menjadi s.inorganik
5. Reduksi = Desulfuromonas acetoxidans, Desulfobacter curvatus, Desulfobacterium
thermoautotrophicum, D. vacuolatum, Desulfococcus multivorans, Desulfosarcina variabilis,
Desulfovibrio gigas, D. vulgaris dan Desulfomonas pigra
6. Oksidasi = Bakteri sulfur ungu (Rhodospirillum, Rhodopseudomonas), Bakteri sulfur
hijau (Chlorobium), Bakteri mesofil (Thiobacillus ferrooxidans, Leptospirillum ferrooxidans).
Peranan Mikroba dalam Siklus Sulfur
1. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus S
Mikrobiol/S1/SAN
Mikrobiol/S1/SAN
A = Pemanfaatan oleh mikrobia, B = Lisis/Enzimatik, C = Pelepasan dari Residu Tan-
Khewan, D = Transfer oleh mikoriza, E = transfer karena pencucian, F = Pengambilan
oleh Tan-Khewan, G = Pelarutan non biologik, H = Pengendapan nonbiologik
P dalam
Mikrobia, Organik,
Iorganik, Humus
P Tanaman dan khewan
(Organik atau Iorganik)
P Inorganik Padat
(Terjerap atau Mineral)
P Inorganik Larutan (H3PO4,
HPO4, H2PO4, PO4, Kompleks
Fe-P dan Al-P)
H
B E
A
F
D
C
G
Siklus Fosfor dalam Tanah
2. Peranan Mikroba dalam Siklus FOSFOR
Mikrobiol/S1/SAN
Siklus Fosfor dalam Tanah
2. Peranan Mikroba dalam Siklus FOSFOR
Reaksi Karbon dan Oksigen dalam Tanah
Mikrobiol/S1/SAN
3. Peranan Mikroba dalam Siklus C+O
C-Tanaman
(tereduksi)
C-Khewan
(Tereduksi)
CO2 Atmosfer (Teoksidasi)
C – Tanah (teroksidasi
Sebagian)
Sel Mikrobia, Residu
Terlapuk (Teroksidasi
Sebagian)
A
B
C
B
B
E
F
D
E
A = Fotosintetik, B = Respirasi, C = Fiksasi Mikroba Autotrof, D = Dicerna, E =
Dekomposisi Substansi Mati dan F = Transfer C oleh Mikrobia
Mikrobiol/S1/SAN
Peranan Mikroba dalam Siklus Karbon dan Oksigen
3. Peranan Mikroba dalam Siklus C+O
ENZIM SUMBER MIKROBIA
- Amilase Aspergillus niger, Bacillus substilis, Bacillus. Licheniformis
- Glukonase Aspergillus sp., Bacillus amyloliquefaciens
Selulase Aspergillus sp., Trichoderma reesei
Dekstranase Penicillin sp.
Glukoamilase Aspergillus niger, Rhizopus sp.
Hemiselulase Aspergillus niger
Laktase Aspergillus niger
Lipase Aspergillus sp., Candida cylindraceae, Mucor miechei,
Rhizopus sp.
Mutanase Trichoderma sp.
Pektinase Aspergillus sp., Rhizopus sp.
Protease Aspergilus niger, A. oryzae, Rhizopus sp., B. substilis, B.
alkalophilie
Pululanase Klebsiella aerogenes
Jenis Mikroba dalam Konversi Senyawa Organik (Enzimatis)
4. Peranan Mikroba Penghasil Enzim
Mikrobiol/S1/SAN
A = Amoniasi dan Mineralisasi, B = Imobilisasi, C = Nitrifikasi, D = reduksi Nitrat dan
Imobilisasi, E = Denitrifikasi, F = Fiksasi N Simbiotik, G = Fiksasi N
Non Simbiotik, H = Pengeluaran N
NO3
-
NH3
Humus, Sel Mikrobia
Tanaman
H
G
B
E
F A
N2
Khewan
D
C
H
H
Siklus Nitrogen dalam Tanah
5. Peranan Mikroba dalam Siklus N
5. Penambatan N Nonsimbiotik (Reaksi Kimia)
Mikrobiol/S1/SAN
a. Amonifikasi = Proses pembentukan amonium oleh mikrobiota
b. Nitrifikasi = Proses pembentukan nitrat dan atau nitrit secara
hayati dari senyawa-senyawa yang mengandung N
tereduksi
NH4
+ + 1.5 O2 NO2
- + 2H+ + H2O + 66 kal
NO2
- + 1.5 O2 NO3
- + 17.5 kal
Nitrozomonas
Nitrobacter
Nitrosococcus, Nitrosocystis, Nitrospira,
dsb.
c. Denitrifikasi = Proses reduksi nitrat menjadi amonium atau N2
NO3
- NO2
- NO2
-
NO2
- NO N2O N2
Pseudomonas, Bacillus, Paracoccus,
Thiobacillus denitrificaus,
Chromobacterium, Serratia
51. Penambatan N Nonsimbiotik
SUMBER
ENERGI
KELOMPOK GENUS
Organotrof - Aerobik
-Aerobik Fakultatif
- Anaerobik
- Genetically E.
- Rhizosfer
- Azotobacter, Beijerinchia, Derxia, Rhizobium
- Bacillus, Klebsiella, Azospirillum,
Thiobacillus
- Clostridium, Desulfofibrio
-Salmonella, Escherichia, Serratia
- Azospirillum, Azotobacter, Bacillus
Fotosintetik
(Free Living)
-Ungu Nonsulfur
- Sulfur Ungu
- Sulfur Hijau
- Sianobakteria
-Rhodopsudomonas, Rhodomicrobium
- Chromatium, Ectothiorhospira
- Chlorobium
- Nostoc, Trichodesmium, Anabaena,
Gloeothece
Non Nodule -Phyllofer
- Legume
- Nonlegume
-Klebsiella, Beijerinchia
- Rhizobium
-Rhizobium, Frankia, Nostoc
Fotosintetik
(Berasosiasi)
-Lichens
- Liverworts
- Mosses
- Gymnosperm/Cucas
- Watersperm/Azolla
-Endocymoses/Oocystic
-Nostoc, Stignonema, Colotrix
- Nostoc
-Halosiphon
- Nostoc
- Anabaena
- Nostoc
Mikrobiol/S1/SAN
BIOREMEDIATION
(PEMULIHAN HAYATI)
BIOREMIDIASI
SENYAWA HIDROKARBON
oleh
MIKROBIA
SENYAWA ORGANIK
 Senyawa bukan siklik (hidrokarbon
alifatik)
 Senyawa siklik
- hidrokarbon alisiklik
- hidrokarbon aromatik
Senyawa heterosiklik
KLASIFIKASI
SENYAWA HIDROKARBON (1)
 Hidrokarbon
 hidrokarbon alifatik, jenuh dan tak jenuh
 hidrokarbon alisiklik
 hidrokarbon aromatik
 hidrokarbon polisiklik aromatic (PAHs)
 Senyawa terhalogenasi
 senyawa alifatik terhalogenasi
 senyawa aromatik terhalogenasi
 eter terhalogenasi
 senyawa terhalogenasi lainnya
 Asam dan Ester
- asam-asam karboksilat
- ester dari asam-asam karboksilat
 Senyawa-senyawa lain yang mengandung
Oxygen
- keton
- aldehida
- eter
- alkohol
 Senyawa-senyawa lain
KLASIFIKASI
SENYAWA HIDROKARBON (2)
Alkana
Hidrokarbon aromatik
Hidrokarbon polisiklik
aromatik
Senyawa nitro
Organohalida
Cincin
benzenoid tipe
bifenil
CONTOH STRUKTUR
SENYAWA ORGANIK
KECEPATAN DEGRADASI SENYAWA ORGANIK
Senyawa
Kondisi
Aerobic Anaerobic
Acetone 1 1
BTEX 1 2 to 4
PAH’s 1 3 to 4
1. Cepat terdegradasi 2. Agak lambat terdegradasi
3. Lambat terdegradasi 4. Tidak terdegradasi
HIDROKARBON ALIFATIK
DEGRADASI HIDROKARBON
ALIFATIK (JENUH MAUPUN TAK JENUH) DAN ALISIKLIK (1)
 Senyawa alisiklik diubah menjadi senyawa alifatik
 Senyawa alifatik dioksidasi secara terminal maupun
subterminal
 Oksidasi secara terminal menghasilkan alkohol primer
(1-alkohol)
 Oksidasi secara subterminal menghasilkan alkohol
sekunder (2-alkohol)
DEGRADASI HIDROKARBON
ALIFATIK (JENUH MAUPUN TAK JENUH) DAN ALISIKLIK (2)
 Oksidasi selanjutnya mengubah alkohol primer
menjadi asam alkanoat (asam lemak)
 Asam alkanoat didegradasi melalui oksidasi  seperti
halnya asam lemak
OKSIDASI 
(BETA)
BTEX
Benzene, Toluene, Ethylbenzene, Xylene
 Hidrokarbon monoaromatik volatil
 Sering ditemukan bersama-sama dalam minyak
bumi
 Penyebab utama pencemaran lingkungan
OKSIDASI BTEX
MIKROBIOLOGI DEGRADASI BTEX SECARA
AEROBIK
• Genera utama: Pseudomonas, Burkhoderia, dan
Xanthomonas
• Pseudomonas: kemoorganotrof, aerobik, bakteri
berbentuk batang
• Diisolasi dari lingkungan tercmar
• Beberapa bersifat patogen
• 1968: Telah diisolasi beberapa galur Pseudomonas
putida yang
• Tumbuh di etilbenzena, benzena, dan toluena
• Memiliki enzim toluena dioksigenase!
TOLUENE DIOXYGENASE
1. Senyawa aromatik monosiklik 2. Senyawa polisiklik aromatik
3. Senyawa aromatik terhubung
(bifenil)
4. Senyawa lainnya
Mengkatalisis lebih dari 108 macam reaksi, termasuk
MIKROBIOLOGI DEGRADASI BTEX SECARA
ANAEROBIK
• Mikroorganisme yang mampu mendegradasi
BTEX secara anaerobik
1. Pendenitrifikasi, misalnya Thauera aromatica
2. Pereduksi besi
3. Pereduksi sulfat, misalnya Desulfovibrio,
Desulfobacter
4. Penghasil metana
• Biasanya memerlukan kerjasama beberapa jenis
mikroorganisme
DEGRADASI BTEX SECARA
ANAEROBIK
MINYAK BUMI DAN HIDROKARBON
POLISIKLIK AROMATIK LAINNYA
 Karsinogen, mutagen
 Proses degradasi lambat karena
 Sifatnya hidrofobik, atau
kelarutannya dalam air
rendah
 Terjerap kuat pada partikel
tanah
acenaphthene
acenaphthenequinone
O
OO
1-acenaphthenone
acenaphthylene
OO O
COOH
1,8-naphthalene-
dicarboxylic acid
HOOC
OH
HOOC
COOHHO
3-hydroxy-o-phthalic acid
NADH
NAD+
*
*
*
*
1-acenaphthenol
abiotically
*
*
°
°
°
°
°
1,8-naphthalene-
dicarboxylic acid anhydride
(only in
extraction process)
fluoranthene
#
1)
*
acenaphthenol
dehydrogenase
?
PEMECAHAN
HIDROKARBON
POLISIKLIK
AROMATIK
SECARA
BERTAHAP
MELALUI
OXIDASI
MIKROBIOLOGI DEGRADASI HIDROKARBON
POLISIKLIK AROMATIK
 Bakteri
 Pseudomonas
 Achromobacter
 Arthrobacter
 Mycobacterium
 Flavobacterium
 Corneybacterium
 Aeromonas
 Anthrobacter
 Rhodoccus
 Acinetobacter
 Jamur
 Phanerochaete
 Cunninghamella
 Penicillium
 Candida
 Sporobolomyces
 Cladosporium
TIDAK SATUPUN MIKROORGANISME
MAMPU MENGATASI SEMUA
 Fenantrena
 Arthrobacter polychromogens, Mycobacterium sp.,
Phanerochaete chrysosporium dan Bacillus sp.
 Naftalena
 Bacillus sp., dan Phanerochaete chrysosporium
 Fluorantena dan pirena yang telah terdegradasi
secara parsial
 Mycobacterium sp.
PEMECAHAN BERTAHAP HIDROKARBON
POLISIKLIK AROMATIK
 Oksidasi parsial oleh
jamur busuk putih (white
rot fungi), mengubah
hidrokarbon polisiklik
aromatik menjadi lebih
larut air dan tersedia
bagi jasad hidup,
 bakteri kemudian
melanjutkan proses
degradasinya
JAMUR BUSUK PUTIH
(White Rot fungi, Basidiomycota)
 Merasmiellus troyanus, Pleurotus spp., Phanerochaete spp.,
Trametes versicolor
 Memiliki sistem ligninolitik
 Pembusukan dipercepat oleh
 adanya media tumbuh padat, misalnya seresah, yang
berfungsi sebagai sumber karbon
 Penambahan surfaktan (Tween 80)
Akan tetapi memunculkan masalah pembuangan
limbahnya
STUDI KASUS:
Phanerochaete chrysosporium
 Mampu mendegradasi berbagai senyawa hidrofobik pencemar
tanah yang persisten
 Kemampuan degradasi yang luas ditemukan di tahun 1980an
 Bukan mikroorganisme tanah sehingga tidak dikhawatirkan
akan merajai lingkungan tanah
 Membutuhkan tambahan sumber C, misalnya tongkol jagung,
gambut, cacahan kayu atau jerami
 Nisbah C:N=80:1 (jerami) hingg 350:1 (cacahan kayu)
 Peningkatan nisbah C:N di tanah kaya N mengubah
lingkungan yang menguntungkan bagi P. chryososporium
OKSIDASI DAN PELARUTAN HIDROKARBON POLISIKLIK
AROMATIK OLEH Phanerochaete chrysosporium :
 Peroksidase: lignin peroksidase (LiP), manganese-dependent
peroksidase (MnP) and laccase (L)
 Reaksi keseluruhan: oksidasi hidrokarbon polisiklik aromatik oleh
peroksidase menjadi quinon; dan dilanjutkan menjadi CO2
 Hasil metabolisme seperti quinon 1000- to 100,000 x lebih larut
daripada senyawa asalnya
 Antrasena dioksidasi menjadi 9,10-antraquinon kemudian
menjadi asam ftalat
 Fenantrena dioksidasi menjadi 9,10-fenantrena quinon kemudian
menjadi asam 1'1'-bifenil-2,2'-dikarboksilat (asam bifenit)
 Pirena dan benzo[α]pirena dioksidasi secara parsial menjadi
beberapa jenis isomer quinon
Dix and Webster, 1995
Dix and Webster, 1995
Dix and Webster, 1995
PERANAN JAMUR DALAM BIOREMEDIASI
 Senyawa terklorinasi atau termetilasi dapat
didegradasi oleh jamur – terutama jamur
pendegradasio lignin
 Dapat mendegradasi senyawa rekalsitran
 Mekanisme
demetilasi dan/atau reduktif deklorinasi
pemecahan cincin aromatic
CO2 dan/atau CH4 dan CO2 sebagai hasil oksidasi
akhir
JAMUR BUKAN PEMBUSUK PUTIH
 Deuteromycota
 Aspergillus niger, Penicillium glabrum, P. janthinellum,
zygomycete, Cunninghamella elegans
 Basidiomycete
 Crinipellis stipitaria
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan
Mikrobiologi Peternakan

More Related Content

What's hot

Sejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologiSejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologiAgnescia Sera
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarJoni Iswanto
 
Bioteknologi_GMO_S2_Awari_susanti.
Bioteknologi_GMO_S2_Awari_susanti.Bioteknologi_GMO_S2_Awari_susanti.
Bioteknologi_GMO_S2_Awari_susanti.awarisusanti
 
Pertumbuhan bakteri semester 2 THP UB
Pertumbuhan bakteri semester 2 THP UBPertumbuhan bakteri semester 2 THP UB
Pertumbuhan bakteri semester 2 THP UBMuhammad Luthfan
 
Pengantar Mikrobiologi
Pengantar MikrobiologiPengantar Mikrobiologi
Pengantar MikrobiologiHetty Astri
 
Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiRamaiyulis Ramai
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatif5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatifEmi Suhaemi
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramGoogle
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenAndrew Hutabarat
 
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahanMekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahanWidyalestarinurpratama
 
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptRekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptDiana Muliadi
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANRepository Ipb
 

What's hot (20)

Sejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologiSejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologi
 
PPT FUNGI
PPT FUNGIPPT FUNGI
PPT FUNGI
 
Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)Presentasi Jamur (fungi)
Presentasi Jamur (fungi)
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 
Bioteknologi_GMO_S2_Awari_susanti.
Bioteknologi_GMO_S2_Awari_susanti.Bioteknologi_GMO_S2_Awari_susanti.
Bioteknologi_GMO_S2_Awari_susanti.
 
Pertumbuhan bakteri semester 2 THP UB
Pertumbuhan bakteri semester 2 THP UBPertumbuhan bakteri semester 2 THP UB
Pertumbuhan bakteri semester 2 THP UB
 
Pengantar Mikrobiologi
Pengantar MikrobiologiPengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi
 
Teknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapiTeknologi pengolahan pakan sapi
Teknologi pengolahan pakan sapi
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan5. serealia dan kacang kacangan
5. serealia dan kacang kacangan
 
5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatif5. sifat kuantitatif dan kualitatif
5. sifat kuantitatif dan kualitatif
 
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur TiramLaporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
Laporan Praktikum Budidaya Jamur Tiram
 
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogenLecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
Lecture 10 jenis-jenis opt(k)- patogen
 
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahanMekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
Mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahan
 
ISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTING
ISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTINGISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTING
ISOLASI PROTEIN DAN WESTERN BLOTING
 
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptRekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
 
Mikroorganisme
MikroorganismeMikroorganisme
Mikroorganisme
 
Uji Millon
Uji MillonUji Millon
Uji Millon
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 

Viewers also liked

Viewers also liked (7)

Anatomi dan fisiologi
Anatomi dan fisiologi Anatomi dan fisiologi
Anatomi dan fisiologi
 
Xmia5 crysophyta
Xmia5 crysophytaXmia5 crysophyta
Xmia5 crysophyta
 
Chrysophyta
ChrysophytaChrysophyta
Chrysophyta
 
Chrysophyta
ChrysophytaChrysophyta
Chrysophyta
 
Archaebacteria & Eubacteria
Archaebacteria & EubacteriaArchaebacteria & Eubacteria
Archaebacteria & Eubacteria
 
Chrysophyta
ChrysophytaChrysophyta
Chrysophyta
 
Acinetobacter
Acinetobacter Acinetobacter
Acinetobacter
 

Similar to Mikrobiologi Peternakan

MATERI Monera KELAS X SMA
MATERI Monera KELAS X SMAMATERI Monera KELAS X SMA
MATERI Monera KELAS X SMAZona Bebas
 
INTEGRASI ISLAM DALAM KAJIAN MIKROBIOLOGI
INTEGRASI ISLAM DALAM KAJIAN MIKROBIOLOGIINTEGRASI ISLAM DALAM KAJIAN MIKROBIOLOGI
INTEGRASI ISLAM DALAM KAJIAN MIKROBIOLOGIAmalia Aldania
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarahITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarahFransiska Puteri
 
Perkembangan Mikrobiologi pada Saat ini (RUMPUT LAUT)
Perkembangan Mikrobiologi pada Saat ini (RUMPUT LAUT)Perkembangan Mikrobiologi pada Saat ini (RUMPUT LAUT)
Perkembangan Mikrobiologi pada Saat ini (RUMPUT LAUT)NovriadiYC
 
Archeabacteria dan Bakteri
Archeabacteria dan BakteriArcheabacteria dan Bakteri
Archeabacteria dan Bakterinadsca
 
Bakteriologi dasar kuliah
Bakteriologi dasar   kuliahBakteriologi dasar   kuliah
Bakteriologi dasar kuliahhari budin
 
1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf
1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf
1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdfEniAngrainiSitumeang
 
T5 BAB 1.1.1 MIKROORGANISMA.........pptx
T5 BAB 1.1.1 MIKROORGANISMA.........pptxT5 BAB 1.1.1 MIKROORGANISMA.........pptx
T5 BAB 1.1.1 MIKROORGANISMA.........pptxnakasawo11
 
Konsensus nasional tuberculosis 2002
Konsensus nasional tuberculosis 2002Konsensus nasional tuberculosis 2002
Konsensus nasional tuberculosis 2002Mamang Bagiansah
 

Similar to Mikrobiologi Peternakan (20)

Mikrobiologi jp
Mikrobiologi  jpMikrobiologi  jp
Mikrobiologi jp
 
MATERI Monera KELAS X SMA
MATERI Monera KELAS X SMAMATERI Monera KELAS X SMA
MATERI Monera KELAS X SMA
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
INTEGRASI ISLAM DALAM KAJIAN MIKROBIOLOGI
INTEGRASI ISLAM DALAM KAJIAN MIKROBIOLOGIINTEGRASI ISLAM DALAM KAJIAN MIKROBIOLOGI
INTEGRASI ISLAM DALAM KAJIAN MIKROBIOLOGI
 
Bakteri - Bio SMK
Bakteri - Bio SMKBakteri - Bio SMK
Bakteri - Bio SMK
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarahITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
ITP UNS SEMESTER 2 Mikrobioligi sejarah
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Perkembangan Mikrobiologi pada Saat ini (RUMPUT LAUT)
Perkembangan Mikrobiologi pada Saat ini (RUMPUT LAUT)Perkembangan Mikrobiologi pada Saat ini (RUMPUT LAUT)
Perkembangan Mikrobiologi pada Saat ini (RUMPUT LAUT)
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Archeabacteria dan Bakteri
Archeabacteria dan BakteriArcheabacteria dan Bakteri
Archeabacteria dan Bakteri
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Bakteriologi dasar kuliah
Bakteriologi dasar   kuliahBakteriologi dasar   kuliah
Bakteriologi dasar kuliah
 
Bakteriologi I PHB (3).pptx
Bakteriologi I PHB (3).pptxBakteriologi I PHB (3).pptx
Bakteriologi I PHB (3).pptx
 
1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf
1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf
1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf
 
Archaebacteria
ArchaebacteriaArchaebacteria
Archaebacteria
 
Mikrobiologi
Mikrobiologi Mikrobiologi
Mikrobiologi
 
T5 BAB 1.1.1 MIKROORGANISMA.........pptx
T5 BAB 1.1.1 MIKROORGANISMA.........pptxT5 BAB 1.1.1 MIKROORGANISMA.........pptx
T5 BAB 1.1.1 MIKROORGANISMA.........pptx
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Konsensus nasional tuberculosis 2002
Konsensus nasional tuberculosis 2002Konsensus nasional tuberculosis 2002
Konsensus nasional tuberculosis 2002
 
makalah mikroorganisme
makalah mikroorganismemakalah mikroorganisme
makalah mikroorganisme
 

More from Yusuf Ahmad

Pemeliharaan kambing
Pemeliharaan kambingPemeliharaan kambing
Pemeliharaan kambingYusuf Ahmad
 
Statistika - Distribusi peluang
Statistika - Distribusi peluangStatistika - Distribusi peluang
Statistika - Distribusi peluangYusuf Ahmad
 
Statistika - Distribusi frekuensi
Statistika - Distribusi frekuensiStatistika - Distribusi frekuensi
Statistika - Distribusi frekuensiYusuf Ahmad
 
Statistika - Analisis regresi dan korelasi
Statistika - Analisis regresi dan korelasiStatistika - Analisis regresi dan korelasi
Statistika - Analisis regresi dan korelasiYusuf Ahmad
 
aplikasi mikroba pada tanaman pakan
aplikasi mikroba pada tanaman pakanaplikasi mikroba pada tanaman pakan
aplikasi mikroba pada tanaman pakanYusuf Ahmad
 
Nutrisi dan medium kultur mikroba
Nutrisi dan medium kultur mikrobaNutrisi dan medium kultur mikroba
Nutrisi dan medium kultur mikrobaYusuf Ahmad
 
Mikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan MikroorganismeMikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan MikroorganismeYusuf Ahmad
 
Dasar-dasar mikrobiologi
Dasar-dasar mikrobiologiDasar-dasar mikrobiologi
Dasar-dasar mikrobiologiYusuf Ahmad
 
Kuliah kewirausahaan 3
Kuliah kewirausahaan 3Kuliah kewirausahaan 3
Kuliah kewirausahaan 3Yusuf Ahmad
 
Kuliah Kewirausahaan 2 - Manajemen keuangan
Kuliah Kewirausahaan 2 - Manajemen keuanganKuliah Kewirausahaan 2 - Manajemen keuangan
Kuliah Kewirausahaan 2 - Manajemen keuanganYusuf Ahmad
 
Kuliah Kewirausahaan
Kuliah KewirausahaanKuliah Kewirausahaan
Kuliah KewirausahaanYusuf Ahmad
 
Lingkungan biotik
Lingkungan biotikLingkungan biotik
Lingkungan biotikYusuf Ahmad
 
Fotosintesis Tanaman
Fotosintesis TanamanFotosintesis Tanaman
Fotosintesis TanamanYusuf Ahmad
 
pendahuluan Ilmu Tanaman Pakan
pendahuluan Ilmu Tanaman Pakanpendahuluan Ilmu Tanaman Pakan
pendahuluan Ilmu Tanaman PakanYusuf Ahmad
 
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanYusuf Ahmad
 
Ekologi tanaman pakan
Ekologi tanaman pakanEkologi tanaman pakan
Ekologi tanaman pakanYusuf Ahmad
 
Analisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanAnalisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanYusuf Ahmad
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestYusuf Ahmad
 
Istilah dalam ilmu kesehatan ternak
Istilah dalam ilmu kesehatan ternakIstilah dalam ilmu kesehatan ternak
Istilah dalam ilmu kesehatan ternakYusuf Ahmad
 

More from Yusuf Ahmad (20)

Pemeliharaan kambing
Pemeliharaan kambingPemeliharaan kambing
Pemeliharaan kambing
 
Statistika - Distribusi peluang
Statistika - Distribusi peluangStatistika - Distribusi peluang
Statistika - Distribusi peluang
 
Statistika - Distribusi frekuensi
Statistika - Distribusi frekuensiStatistika - Distribusi frekuensi
Statistika - Distribusi frekuensi
 
Statistika - Analisis regresi dan korelasi
Statistika - Analisis regresi dan korelasiStatistika - Analisis regresi dan korelasi
Statistika - Analisis regresi dan korelasi
 
aplikasi mikroba pada tanaman pakan
aplikasi mikroba pada tanaman pakanaplikasi mikroba pada tanaman pakan
aplikasi mikroba pada tanaman pakan
 
Nutrisi dan medium kultur mikroba
Nutrisi dan medium kultur mikrobaNutrisi dan medium kultur mikroba
Nutrisi dan medium kultur mikroba
 
Mikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan MikroorganismeMikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
 
Dasar-dasar mikrobiologi
Dasar-dasar mikrobiologiDasar-dasar mikrobiologi
Dasar-dasar mikrobiologi
 
Kuliah kewirausahaan 3
Kuliah kewirausahaan 3Kuliah kewirausahaan 3
Kuliah kewirausahaan 3
 
Kuliah Kewirausahaan 2 - Manajemen keuangan
Kuliah Kewirausahaan 2 - Manajemen keuanganKuliah Kewirausahaan 2 - Manajemen keuangan
Kuliah Kewirausahaan 2 - Manajemen keuangan
 
Kuliah Kewirausahaan
Kuliah KewirausahaanKuliah Kewirausahaan
Kuliah Kewirausahaan
 
Lingkungan biotik
Lingkungan biotikLingkungan biotik
Lingkungan biotik
 
Fotosintesis Tanaman
Fotosintesis TanamanFotosintesis Tanaman
Fotosintesis Tanaman
 
Budidaya rumput
Budidaya rumputBudidaya rumput
Budidaya rumput
 
pendahuluan Ilmu Tanaman Pakan
pendahuluan Ilmu Tanaman Pakanpendahuluan Ilmu Tanaman Pakan
pendahuluan Ilmu Tanaman Pakan
 
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan Tanaman
 
Ekologi tanaman pakan
Ekologi tanaman pakanEkologi tanaman pakan
Ekologi tanaman pakan
 
Analisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan PakanAnalisis proksimat Bahan Pakan
Analisis proksimat Bahan Pakan
 
Analisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soestAnalisis bahan pakan van soest
Analisis bahan pakan van soest
 
Istilah dalam ilmu kesehatan ternak
Istilah dalam ilmu kesehatan ternakIstilah dalam ilmu kesehatan ternak
Istilah dalam ilmu kesehatan ternak
 

Recently uploaded

Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxEmmyKardianasari
 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankYunitaReykasari
 
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.pptsulistyaningsih20
 
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021AdeImot
 
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptxKennisRozana3
 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxEmmyKardianasari
 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docxNiWayanEkaLansuna1
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxRizkya19
 
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxsd1patukangan
 
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis GrafPenyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf2021515943
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiMemenAzmi1
 
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxFORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxantonkustanto
 

Recently uploaded (12)

Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptxBiokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
Biokimia Gizi 12: Metabolisme Vitamin 2024.pptx
 
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non BankRuang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
Ruang Lingkup Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank
 
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
3. Sejarah masuknya islam ke Nusantara dan KERAJAAN ISLAM DEMAK.ppt
 
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
materi perkuliahan PERTANIAN BERKELANJUTAN S1 2021
 
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
455797170-PROSES dan metode ELISA-pptx.pptx
 
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptxBiokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
Biokimia Gizi 13: Metabolisme Mineral 2024.pptx
 
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
2. soal ujian sekolah dasar bahasa indonesia.docx
 
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptxMateri Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
Materi Kelas 8 - Unsur, Senyawa dan Campuran.pptx
 
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptxPengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
Pengembangan Modul Ajar (Asesmen-Berdiferensiasi dan Kolaboratif).pptx
 
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis GrafPenyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
Penyiasatan Saintifik Tingkatan 4 Jenis-jenis Graf
 
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksiAnalisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
Analisis varinasi (anova) dua arah dengan interaksi
 
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptxFORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
FORMULASI SEDIAAN PADAT DAN BAHAN ALAM.pptx
 

Mikrobiologi Peternakan

  • 1. MIKROBIOLOGI ❶ PENDAHULUAN & PENGANTAR ❷ PENGETAHUAN DASAR MIKROBIOLOGI ❸ PERANAN/APLIKASI MIKROBA PAKAN & TERNAK ❹ PERANAN/APLIKASI MIKROBA TANAH & TANAMAN ❺ PERANAN/APLIKASI MIKROBA PANGAN
  • 2. MIKROBIOLOGI ❶ PENDAHULUAN & PENGANTAR (RM) ❷ PENGETAHUAN DASAR MIKROBIOLOGI (SAN) 2.1. DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI 2.2. PERTUMBUHAN MIKROBA 2.3. METABOLISME MIKROBA 2.4. BUDIDAYA MIKROBA
  • 3. DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI ❶ RUANG LINGKUP MIKROBIOLOGI ❷ KEDUDUKAN MIKROBA DALAM DUNIA KEHIDUPAN ❸ KLASIFIKASI MIKROBA ❹ METODE DALAM MIKROBIOLOGI ❺ PEWARNAAN STRUKTUR SEL ❻ MEDIUM BIAKAN ❼ TEKNIK BIAKAN MURNI
  • 4. ORIENTASI TERHADAP: DISIPLIN & KETERANGAN TAKSONOMI 1. Virologi 2. Bakteorologi 3. Mikologi 4. Fikologi (Algologi) 5. Protozoologi HABITAT 1. Mikrobiologi Air 2. Mikrobiologi Tanah & Tanaman 3. Mikrobiologi Udara 4. Mikrobiologi Rumen/Ternak/Pakan/Pangan PROBLEMA (DASAR) 1. Ekologi Mikroba 2. Fisiologi Mikroba 3. Kimia/Biokimia Mikroba 4. Genetika Mikroba PROBLEMA (TERAPAN) 1. Mikrobiologi Kesehatan 2. Mikrobiologi Industri 3. Mikrobiologi Makanan (Pangan) 4. Mikrobiologi Lingkungan 5. Mikrobiologi Geologi/Tambang 6. Mikrobiologi Pertanian (Tanaman/Pakan/Ternak) 7. Mikrobiologi Kesenjataan 8. Mikrobiologi Analitik ❶RUANGLINGKUP MIKROBIOLOGI
  • 7. Pengelompokan dunia kehidupan 1. Animalia (Hewan) 2. Plantae (Tumbuhan) 3. Protista (prokarya; eukarya) 4. Virus Kingdom Berdasarkan Struktur Sel dan Evolusi (SSE) Tiga garis evolusi jasad hidup: 3 Domain: • Archea : dunia Archaea ( 2 Phylum) • Bacteria : dunia Bacteria (23 Phylum) • Eukarya (sse maju) : 4 dunia  Fungi : 4 Phylum  Protista : (Protozoa, Algae, Slime molds, Water molds)  Plantae : Tumbuhan  Animalia : Hewan Prokarya (sse primitif)
  • 9.
  • 10. Sel mikrobia tanpa organel: Bakteria dan Arkhaea (Prokaryotic) Struktur & fungsi penyusun sel: • Membran sitoplasma • Dinding sel • Flagela dan silia • Kapsul dan slime layer • Nukleoid • Khromosom (bakteri, arkhaea), • Ribosom (70S) • Endospora dan eksospora
  • 12. Pili
  • 14.
  • 15.
  • 19.
  • 23. Fungsi organela pada mikrobia eukaryotik: Protozoa, Fungi dan Algae Organela Keterangan Nukleus Penyimpanan informasi genetik Mitokondria Tempat pembentukan ATP secara respirasi aerobik Kloroplas Tempat pembentukan ATP secara fotosintetsik RE Tempat sisntesis protein App. Golgi Pemaketan materi yang ditransfer ke luar sel Vakuola Penyimpanan materi, alat pencernaan dan pemompaan air Lisosom Penyimpan enzim digestif Mikrobodi Mengandung enzim degradatif
  • 24. JENIS MIKROBA KATAGORI/DIVISI/KELOMPOK/KELAS BAKTERI -4 Katagori -35 Group 1. Katagori I (Eubacteria Gram Negatif + Dinding Sel): 1-16 2. Katagori II (Eubacteria Gram Positif + Dinding Sel): 17-29 3. Katagori III (Eubacteria Tanpa Dinding Sel): 30 4. Katagori IV (Archeobacteria): 31-35 ALGA -7 Divisi 1. Divisi I (Cyanophyta, alga hijau-biru) 2. Divisi II (Chlorophyta, alga hijau) 3. Divisi III (Euglenophyta) 4. Divisi IV (Pyrrophyta, alga api) 5. Divisi V (Chrysophyta, alga kemasan/persik) 6. Divisi VI (Phaeophyta) 7. Divisi VII (Rhodophyta, alga merah) JAMUR -2 Divisi 1. Divisi Myxomycophyta 2. Divisi Eumycophyta PROTOZOA 1. Kelas Rhizopoda 2. Kelas Mastigophora 3. Kelas Ciliata 4. Kelas Sporozoa VIRUS 1. Kelompok Virus ADN 2. Kelompok Virus ARN ❸KLASIFIKASI MIKROBA
  • 25. are classified into the kingdoms of live in harsh environments such as include a variety of lifestyles such as Bacteria Eubacteria Archaebacteria Infecting large organisms Thick mud Living in soil Animal digestive tracts Salty lakes Hot springs
  • 26. 1. Protista rendah (prokaryotik) 1.1. Bakteri 1.2. Rickettsia dan Chlamidia 1.3. Micoplasma 1.4. Arkhebakteri (metanogen, halofil,ekstrim, thermo asidofil) 2. Protista tinggi (eukaryotik) 2.1. Algae 2.2. Protozoa 2.3. Jamur 2.4. Jamur berlendir
  • 27.  Protista tinggi (Eukaryot) a. Inti sel diselubungi oleh membran nukleus, nukleolus,nukleoplasma,kromosom, dan kromatin. b. Retikulum endoplasma halus (Tempat sintesa lemak) c. Retikulum endoplasma kasar(tempat sintesa protein) d. Badan golgi (Tempat penyempurnaan protein) e. Lysosom (Tempat menyimpan protein) f. Mitokondria (Tempat respirasi sel/penyedia energi ATP) g. Sitoplasma h. Uniselluler dan multiselluler i. Sudah ada kompartemensasi
  • 28.  Struktur sel lebih sederhana  Inti sel tidak diselubungi oleh membran inti  Inti sel terdiri dari kromosom tunggal yang panjangnya kira-kira 1 mm dalam keadaan terbuka  Sitoplasma di dalamnya tidak terdapat organella yang lengkap seperti sel eukaryotik  Uniselluler
  • 29.  Bentuk dan susunan sel bakteri  Ultra struktur bakteri  Reaksi Pewarnaan Gram  Dinding sel bakteri  Pembentukan spora
  • 30.
  • 31.  Termasuk prokaryot (tidak mempunyai inti sejati, karena tidak adanya membran inti, inti sel hanya merupakan daerah di dalam sitoplasma dengan kekentalan yang berbeda  Ukuran diameter 500-750 nm dan panjang 1000-6000nm  Uniselluler (satu sel)  Dinding sel tegar  Memperbanyak diri dengan pembelahan biner (satu sel menjadi dua, dua jadi empat, empat jadi delapan)  Beberapa dapat bergerak dengan flagel
  • 32. 1. Kokus (bulat) a) Bergerombol seperti buah anggur (stafilococcus) contoh spesiesnya: Staphylococcus aureus b) Berderet seperti rantai (Streptokokus), contoh spesiesnya : Streptococcus pyogenes c) Dua-dua seperti biji kopi, contoh spesiesnya; Neisseria gonorhoeae d) Dua-dua seperti lanset; contoh spesiesnya: Diplococcus pneumoniae
  • 33. 2. Basil (batang) a) Soliter, contoh spesiesnya Salmonella typhi ( menimbulkan typus) b) Berderet, contoh spesiesnya Bacillus antraxis( menimbulkan penyakit antraks) c) Basil Tahan Asam, contoh spesiesnya : Mycobacterium tuberculosis ( menimbulkan TBC) Mycobacterium leprae (menimbulkan leprae) 3. Batang bengkok, contoh spesiesnya: Vibrio cholerae (menimbulkan kolera), Campylobacter (menimbulkan keracunan makanan) 4. Spirochaeta, sangat kecil, lentur dan berbentuk spiral, contoh spesiesnya: Treponema pallidum (menyebabkan penyakit sipilis)
  • 34.  Bakteri bersifat prokaryotik  Kromosom yang mengandung bahan genetik terdapat di dalam sitoplasma, demikian juga ribosom (tempat pembentukan protein) dan granula penyimpan.  Mesosom, suatu lipatan ke dalam dari membran luar, tempat respirasi,analog dengan mitokondria
  • 35.  Pilli atau fimbriae: tonjolan-tonjolan mirip rambut yang digunakan untuk alat perlekatan, alt pertukaran bahan genetik pada proses konjugasi. Konjugasi adalah perpindahan bahan genetik (Plasmid) dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lain melalui pilli  Plasmid : DNA ekstra kromosom yang bentuknya sirkuler (melingkar) yang mengkode protein fungsional
  • 36.  Dinding sel: merupakan penunjang dan pelindung bagi isi, terdiri dari mukopeptida yang kaku. Dinding sel semacam ini tidak dijumpai pada sel Eukaryotik  Kapsul mukosa : terdiri dari polisakarida, tidak semua bakteri memiliki. Contoh spesie berkapsul: Klebsiella  Flagella: alat gerak tetapi tidak semua bakteri mempunyai flagel
  • 37. 1. Dinding sel bakteri Gram positip a. Peptidoglikan dan asam teikhoat b. Peptidoglikan terdiri dari N- asetilglukosamin dan N-asetil muramathe , serta beberapa asam amino(alanin, asam glutamat dan lisin)a c. 90% dari dinding selnya terdiri dari peptidoglikan sedangkan lapisan tipis lainnya adalah asam teikoat d. Asam teikhoat mengandung unit gliserol e. Asam teikhoat bermuatan negatip, yang akan mempengaruhi muatan negatip pada permukaan sel
  • 38.
  • 39.
  • 40.  5-20% dari dinding selnya terdiri dari peptidoglikan  Lapisan lainnya terdiri dari protein, Lipo Polisakarida (LPS) lipoprotein
  • 41.
  • 42.
  • 43. METODE MACAM STERILISASI 1. Sterilisasi Secara Fisik 1.1. Pemanasan Basah dgn: Otoklaf; Tyndalisasi; Pasteurisasi. 1.2. Pemanasan Kering dgn: Oven, Pembakaran 1.3. Penyinaran dgn Gelombang Pendek 2. Sterilisasi Secara Kimia (Antiseptik dgn: alkohol dll.) 3. Sterilisasi Secara Mekanik (Penyaringan) MIKROSKOPI 1. Mikroskop Cahaya (Pembesaran 1000- 2000x) 1.1. Mikroskop Medan Terang 1.2. Mikroskop Fase Kontras 1.3. Mikroskop Medan Gelap 1.4. Mikroskop Flouresensi 1. Mikroskop Elektron (Pembesaran 200.000- 1jutax) ❹METODEDALAM MIKROBIOLOGI
  • 44. METODE PEWARNAAN MACAM SPORA Pewarnaan Berbasis Terbentuknya Spora: 1. Tipe Endospora 2. Tipe Eksosporas KAPSULA Pewarnaan Berbasis Adanya Kapsula/Lap.Luar 1. Pewarnaan (Gram) Negatif 2. Pewarnaan (Gram) Positif FLAGELLA Pewarnaan Berbasis Adanya Flagella BADAN INKLUSI Pewarnaan Berbasis Adanya Sintesis Granula ❺PEWARNAAN STRUKTURSEL
  • 45. Pembentukan spora • Di bawah keadaan yang tidak menguntungkan beberapa bakteri membentuk spora • Bakteri tersebut antara lain: Clostridium tetani, Bacillus anthracis • Sel menjadi terbungkus oleh kapsul tebal protektif dan metabolismenya melambat • Spora sangat resisten terhadap panas dan dapat hidup dalam jangka lama. • Dalam keadaan menguntungkan spora mengalami germinasi dan membebaskan bakteri
  • 46.
  • 47.  Selapis tipis spesimen diusapkan ke permukaan kaca obyek yang telah dibersihkan hingga bebas kotoran dan lemak, sediaan ini disebut smear  Smear dilewatkan di atas api spiritus 3-4 kali untuk memfiksasi (mematikan) mikroorganisme
  • 48.  Smear digenangi dengan Gram A(kristal violet) selama 4 menit, kemudian cat dibuang.  Sediaan dicuci air mengalir  Sediaan digenangi dengan Gram B ( lugol) selama 1 menit, kemudian lugol dibuang  Sediaan dicuci air mengalir  Sediaan dicuci dengan Gram C (decoloriser) alkoholasam selama 45 detik, kemudian Gram C dibuang  Sediaan dicuci air mengalir  Sediaan digenangi dengan Gram D (Safranin) selama 4 menit, kemudian Gram D dibuang  Sediaan dicuci air mengalir, dikering anginkan  Ditetesi minyak imersi, dilihat dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 kali
  • 49. Bakteri Gram Positip Bakteri Gram Negatip Staphylococcus Escherichia coli Streptococcus Salmonella Bacillus Vibrio Clostridium Klebsiella Corynebacterium Proteus Branhamella Shigella Haemophillus
  • 50.  Dalam keadaan alami bakteri tidak berwarna. Reaksi pewarnaan gram digunakan sebagai langkah pertama dalam identifikasi di dalam laboratorium, selain itu dengan diketahuinya sifat dinding sel bakteri berdasarkan pewarnaan Gram dapat untuk menentukan jenis antibiotik untuk pengobatan.  Bakteri Gram positip berwarna violet  Bakteri Gram negatip berwarna pink
  • 51.
  • 52.
  • 53.
  • 54. MEDIUM BIAKAN MACAM MEDIA HIDUP Khusus untuk Virus MEDIA MATI Selain Virus 1. Media Cair 2. Media Padat (Cair+Agar) 3. Media Setengah Padat ❻MEDIUM BIAKAN
  • 55. MEDIUM BIAKAN MACAM MEDIA HIDUP Khusus untuk Virus MEDIA MATI Selain Virus 1. Media Cair 2. Media Padat (Cair+Agar) 3. Media Setengah Padat ❼TEKNIKBIAKAN MURNI
  • 56. DASAR-DASAR MIKROBIOLOGI ❶ RUANG LINGKUP MIKROBIOLOGI ❷ KEDUDUKAN MIKROBA DALAM DUNIA KEHIDUPAN ❸ KLASIFIKASI MIKROBA ❹ METODE DALAM MIKROBIOLOGI ❺ PEWARNAAN ❻ MEDIUM BIAKAN ❼ TEKNIK BIAKAN MURNI
  • 57. 1. Pengertian Pertumbuhan 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, dan kurva pertumbuhan 3. Perkembangbiakan
  • 58.  Definisi Pertumbuhan Pertumbuhan adalah pertambahan secara teratur semua komponen di dalam sel hidup 1. Pada organisme multiselluler, pertumbuhan adalah: peningkatan jumlah sel dan peningkatan ukuran setiap sel 2. Pada organime uniseluler, pertumbuhan adalah peningkatan ukuran setiap sel dan sekaligus terjadi peningkatan jumlah sel yang berarti peningkatan jumlah organisme
  • 59.  Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah: 1. Tersedianya nutrien 2. Tersedianya air, suhu, pH 3. Tersedianya oksigen 4. Adanya zat penghambat 5. Adanya jasad renik yang lain
  • 60.  Nutrien dibutuhkan sebagai: sumber carbon, sumber nitrogen, sumber energi, sebagai faktor pertumbuhan (vitamin dan mineral)  Nutrien dibutuhkan untuk aktivitas metabolisme 2. Tersediaanya air air merupakan bagian terbesar dari komponen sel, selain itu air dibutuhkan sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia
  • 61.  Masing-masing jasad renik mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya  Berdasarkan kisaranan suhu untuk pertumbuhannya jasad renik dapat dikelompokkan sbb: kelompok psikrofil, mesofil dan termofil
  • 62.  Nilai pH medium sangat mempengaruhi pertumbuhan jasad renik  Kebanyakan bakteri membutuhkan pH medium untuk pertumbuhannya adalah 6,5-7,5.  tumbuh Pada pH dibawah 5 dan di atas 8,5 bakteri tidak mampu dengan baik.  Sebaliknya Jamur mampu tumbuh dengan baik pada pH asam(4-5 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5- 8,5  Pada orang hamil pH vagina cenderung asam oleh karena itu orang hamil banyak yang mengalami keputihan, karena melimpahnya jumlah Candida
  • 63.  Aerob obligat : apabila dalam pertumbuhan bakteri membutuh pasokan okigen dari lingkungan Pseudomonas  Anaerob obligat: apabila dalam pertumbuhannya bakteri tidak dapat menoleransi adanya oksigen Clostridium tetani  Anaerob fakultatif: apabila dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen Salmonella typhi  Mikroaerofilik
  • 64.
  • 65.  Sel bakteri ditumbuhkan pada suatu media kemudian diinkubasikan pada kaondisi optimum untuk pertumbuhannya  Pertumbuhan mikrobia di dalam kultur mempunyai kurva dalam bentuk genta  Sumbu X sebagai waktu inkubasi, dan sumbu Y sebagai Jumlah sel
  • 66. • A. Fase adaptasi • B. Fase pertumbuhan awal • C. Fase loaritmik • D. Fase pertumbuhan diperlambat • E. Fase pertumbuhan statis • F. Fase kematian
  • 67. I. PENDAHULUAN II. EVOLUSI DAN KERAGAMAN MIKROBA III. TINGKATAN TAKSONOMI IV. SISTEM KLASIFIKASI V. KARAKTERISTIK UTAMA YANG DIGUNAKAN DALAM TAKSONOMI VI. PENDUGAAN (ASSESSING) FILOGENI MIKROBA VII. DIVISI UTAMA ORGANISME VIII. BERGEY’S MANUAL OF SYSTEMATIC BACTERIOLOGY IX. GARIS BESAR FILOGENI DAN KERAGAMAN PROKARIOT X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA POKOK BAHASAN 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME
  • 68. A. ARCHAEA B. BACTERIA C. FUNGI D. ALGAE E. PROTOZOA F. VIRUS X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME POKOK BAHASAN
  • 69. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME A. ARCHAEA 1. PENDAHULUAN The archaea are quite diverse, both in morphology and physiology a. They may stain gram positive or gram negative b. They may be spherical, rod-shaped, spiral, lobed, plate-shaped, irregularly shaped or pleomorphic c. They may exist as single cells, aggregates or filaments d. They may multiply by binary fission, budding, fragmentation, or other mechanisms e. They may be aerobic, facultatively anaerobic, or strictly anaerobic f. Nutritionally, they range from chemilithoautotrophs to organotrophs g. Some are mesophiles, while others are hyperthermophiles that can grow above 100°C h. They are often found in extreme aquatic and terrestrial habitats; recently, archaea have been found in cold environments and may constitute up to 34% of the procaryotic biomass in Antarctic surface waters; a few are symbionts in animal digestive systems
  • 70. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME A. ARCHAEA 2. Archaeal Taxonomy-the new edition of Bergey’s Manual will divide the archaea into two phyla: a. Phylum: Crenarchaeota b. Phylum: Euryarchaeota Many are extremely thermophilic, acidophilic, and sulfur-dependent 1) Sulfur may be used as an electron acceptor in anaerobic respiration, or as an electron source by lithotrophs 2) Almost all are strict anaerobes 3) They grow in geothermally heated water or soils (solfatara) that contain elemental sulfur (sulfur-rich hot springs, waters surrounding submarine volcanic activity); some (e.g., Pyrodictum spp.) can grow quite well above the boiling point of water (optimum ± 105oC) 4) Some are organotrophic; others are lithotrophic 5) There are 69 genera; two of the better-studied genera are Sulfolobus and Thermoproteus
  • 71. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME A. ARCHAEA 2. Archaeal Taxonomy-the new edition of Bergey’s Manual will divide the archaea into two phyla: b. Phylum: Crenarchaeota 1) The Methanogens 2) The Halobacteria 3) The Thermoplasms 4) Extremely thermophilic S0 metabolizers 5) Sulfate-reducing archaea
  • 72. A. ARCHAEA B. BACTERIA C. FUNGI D. ALGAE E. PROTOZOA F. VIRUS X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME POKOK BAHASAN
  • 73. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA  Most widely accepted taxonomic classification for bacteria is Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology.  5000 bacterial species identified, 3100 classified.  Bacteria are divided into four divisions (phyla) according to the characteristics of their cell walls.
  • 74.  Each division is divided into sections according to: – Gram stain reaction – Cell shape – Cell arrangements – Oxygen requirements – Motility – Nutritional and metabolic properties  Each section contains several genera. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA
  • 75. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) 3. Wall-Less Bacteria (Divisi III) BEBERAPA KELOMPOK ANGGOTA BAKTERIA:
  • 76. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) a. Spirochetes – Helical shape. Flexible. – Contain two or more axial filaments (endoflagella). – Move in corkscrew pattern. – Medically important members:  Treponema pallidum: Syphilis  Borrelia spp.: Lyme disease, relapsing fever  Leptospira: Leptospirosis Borrelia BurgdorferiTreponema pallidum Leptospira spp.
  • 77. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)-lanjutan b. Aerobic, Motile, Helical/Vibroid Gram-Negative Bacteria  Rigid helical shape or curved rods  Lack axial filaments (endoflagella); have polar flagella instead.  Most are harmless aquatic organisms.  Genus Azospirillum fixes nitrogen in soil.  Genus Bdellovibrio attacks other bacteria.  Important pathogens include: –Campylobacter jejuni: Most common bacterial food- borne intestinal disease in the United States (2 million cases/year). Associated with undercooked chicken. –Helicobacter pylori: Causes most gastric ulcers in humans. –Campylobacter fetus: Abortions in domestic animals.
  • 78. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)-lanjutan c. Gram-Negative Aerobic Rods and Cocci Contains many medically significant groups (Genera).  Pseudomonas: Rods with polar flagella. Many secrete pigments in media. – Pseudomonas aeruginosa: Urinary tract infections (UTIs), septicemia, abcesses, burns, pulmonary infections in cystic fibrosis patients, and meningitis.  Legionella: Rods that live in natural waters. Frequently found in air conditioning systems, humidifiers, showers, spas, and fountains. – Legionella pneumophila: Legionnaires’ disease (pneumonia, 1976) and Pontiac fever.  Neisseria: Diplococci. Frequently found on human mucous membranes. Only grow well around body temperature. – Neisseria gonorrhea: Gonorrhea. – Neisseria meningitidis: Meningitis.
  • 79. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)-lanjutan  Genus Moraxella: Aerobic egg-shaped cocco-bacilli. Moraxella lacunata: Conjunctivitis.  Genus Brucella: Small nonmotile coccobacilli. All species are obligate parasites of mammals. Cause brucellosis. Can survive phagocytosis.  Genus Bordetella: Nonmotile rods. Virulent forms have capsules. Bordetella pertussis: Whooping cough (P in DPT vaccine).  Genus Francisella: Small pleomorphic bacteria. Francisella tularensis: Tularemia  Genera Rhizobium and Bradyrhizobium: Form nodules on legume roots and fix nitrogen in soil.
  • 80. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I)-lanjutan d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods Many cause diseases of gastrointestinal tract; Contains three medically significant families. 1) Family Enterobacteriaceae (Enterics)  Inhabit intestinal tracts of animals.  Motile bacteria with peritrichous flagella or nonmotile.  Many have fimbriae for attachment to mucous membranes and sex pili for exchange of DNA (antibiotic resistance genes)  Most ferment glucose and other sugars.  Genus Escherichia: E. coli is common inhabitant of human intestinal tract. Most strains are not pathogenic, but others can cause UTIs (urinary tract infections), traveler’s diarrhea, and food-borne disease.
  • 81. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods 1) Family Enterobacteriaceae (Enterics) Lanjutan  Genus Salmonella: Almost all members are potential pathogens. Common inhabitants of animal GI tract. Can contaminate food (eggs, meat).  Salmonella typhi: Typhoid fever, severe illness.  S. enteritidis: Causes salmonellosis, the second most common bacterial food-borne disease. Over 1.3 million cases/year in the U.S.  Genus Shigella: Only found in humans. Second most common cause of traveler’s diarrhea.  Genus Klebsiella: Cause respiratory and UTIs.  Klebsiella pneumoniae: Antibiotic resistant strains cause pneumonia and nosocomial infections.  Genus Serratia: Opportunistic respiratory and urinary tract infections.  Serratia marcescens: Produces a red pigment. Important cause of nosocomial infections.
  • 82. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods 1) Family Enterobacteriaceae (Enterics) Lanjutan  Genus Proteus: Actively motile. Cause UTIs, wound infections, and infant diarrhea (nosocomial).  Genus Yersinia:  Yersinia pestis: Causes bubonic plague (black death). Transmitted by fleas, respiratory droplet, and contact with animals.  Genus Erwinia: Important plant pathogens.  Genus Enterobacter: Cause UTIs and nosocomial infections..
  • 83. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods 2) Family Vibrionaceae Found in aquatic habitats. Straight or slightly curved rods  Genus Vibrio: Slightly curved rods.  Vibrio cholerae: Cholera, profuse & watery diarrhea.  Vibrio parahaemolyticus: Gastroenteritis. Shellfish.
  • 84. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) d. Facultative Anaerobic Gram-Negative Rods 3) Family Pasterellaceae Found in aquatic habitats; Straight or slightly curved rods  Genus Pasteurella: Pathogens of domestic animals.  Genus Hemophilus: Important pathogens that inhabit mucous membranes of upper respiratory tract, mouth, vagina, and intestinal tract. Require blood in culture.  Hemophilus influenzae: Causes meningitis, ear infections, bronchitis, arthritis, and pneumonia in children.  H. ducreyi: Cause of sexually transmitted chancroid.  Genus Gardnerella: Not assigned to any family.  G. vaginalis causes common form of vaginitis.
  • 85. May be straight, helical, or curved. – Genus Bacteroides: Nonmotile. Live in human intestinal tract (1 billion/gram of feces) and gum crevices. Cause peritonitis, abscesses, and deep tissue infections. – Genus Fusobacterium: Long slender rods with pointed tips. Found in gingival crevices, cause dental abscesses. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) e. Anaerobic Gram-Negative Rods
  • 86.  Obligate anaerobes that release H2S into the atmosphere.  Found in soil and intestinal tract of animals.  Ecologically important. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) f. Sulfur-Reducing Bacteria
  • 87. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) g. Anaerobic Gram-Negative Cocci Nonmotile cocci typically found in pairs. Genus Veillonella: Cause dental plaque
  • 88. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) h. Rickettsias and Chlamydias Gram negative bacteria; Obligate intracellular parasites. Rickettsias: Rod shaped bacteria or coccobacilli, highly pleomorphic. Transmitted to humans by insects and ticks (except for Coxiella burnetti which causes Q fever). Genus Ehrlichiae: Live in white blood cells. Genus Rickettsia: Cause spotted group fevers (Rocky mountain spotted fever, endemic typhus). Chlamydias: Cocci shaped bacteria. Transmitted to humans by interpersonal contact or by airborne respiratory routes. Unique life cycle: Form a reticulate and elementary bodies in infected cells. Three species: – Chlamydia trachomatis: Causes blindness in humans and nongonococcal urethritis (most common STD in U.S.). – C. psittaci: Parrot fever. – C. pneumoniae: Mild pneumonia.
  • 89.
  • 90. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) 3. Wall-Less Bacteria (Divisi III) BEBERAPA KELOMPOK ANGGOTA BAKTERIA:
  • 91. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) a. Gram-Positive Cocci  Non-spore forming cocci.  Aerobic to strictly anaerobic.  Pyogenic (pus-forming) – Genus Staphylococcus: Tend to form grape-like clusters. Grow well under high osmotic pressure and low moisture. Very common infections, because almost always found on skin and in nasal mucous membranes.  Staphylococcus aureus: (aureus = golden) Yellow pigmented colonies. Produce several toxins. Cause pimples, sties, skin abscesses, toxic shock syndrome, food poisoning, and nosocomial infections. Antibiotic resistance is big problem. Vancomycin is last line of defense against antibiotic resistant strains.
  • 92. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) a. Gram-Positive Cocci (lanjutan)  Genus Streptococcus: Most are pathogens. Tend to appear in chains or pairs. Do not use oxygen, but most are aerotolerant. Classified based on their effect on red blood cells (hemolysis).  Cause a wide range of diseases: Strep throat, respiratory infections, abscesses, puerperal fever, and opportunistic infections.  A flesh eating Streptococcus strain emerged in 1994 and 1998. After initial infection, bacteria live on dead flesh, produce toxins, and are not treatable by antibiotics. – Streptococcus pneumoniae: Bacterial pneumonia, ear infections, meningitis, and sinus infections. – Streptococcus pyogenes: Strep throat, scarlet fever, rheumatic fever, impetigo, skin infections, erysipelas, puerperal fever, glomerulonephritis.
  • 93. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) b. Endospore-Forming Gram-Positive Rods and Cocci Aerobic to strictly anaerobic; Motile and nonmotile; Survive harsh environmental conditions.  Genus Bacillus: Rod shaped bacteria.  Bacillus anthracis: Causes anthrax a disease of cattle. Large (4-8 um) nonmotile facultative anaerobe.  Bacillus thuringiensis: Kills insects, used by gardeners.  Genus Clostridium: Rod shaped bacteria, obligate anaerobes.  Clostridium tetani: Causes tetanus (T in DPT vaccine).  Clostridium botulinum: Causes botulism.  Clostridium perfringens: Causes gas gangrene and foodborne diarrhea.
  • 94. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) b. Endospore-Forming Gram-Positive Rods and Cocci Aerobic to strictly anaerobic; Motile and nonmotile; Survive harsh environmental conditions.  Genus Bacillus: Rod shaped bacteria.  Bacillus anthracis: Causes anthrax a disease of cattle. Large (4-8 um) nonmotile facultative anaerobe.  Bacillus thuringiensis: Kills insects, used by gardeners.  Genus Clostridium: Rod shaped bacteria, obligate anaerobes.  Clostridium tetani: Causes tetanus (T in DPT vaccine).  Clostridium botulinum: Causes botulism.  Clostridium perfringens: Causes gas gangrene and foodborne diarrhea.
  • 95. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) d. Irregular Nonsporing Gram-Positive Rods Club shaped (Corynebacteria); Pleomorphic; May be anaerobic or aerobic. Corynebacterium diphtheriae Important pathogens; Cause diphtheria (D in DPT vaccine); Propionibacterium acnes: Causes acne.
  • 96. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) e. Mycobacteria  Aerobic, non-spore-forming rods.  Stain Gram-positive, but cell wall structure is more similar to Gram- negative bacteria.  Waxy cell wall with mycolic acids (instead of peptidoglycan).  Acid-fast, drug resistant, resistant to drying, and pathogenic due to waxy cell wall.  Grow very slowly.  Tend to cause chronic infections.  Important pathogens:  Mycobacterium tuberculosis: Causes tuberculosis.  Mycobacterium leprae: Causes leprosy
  • 97. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) f. Nocardioforms  Gram-positive, filamentous, aerobic.  Many are acid fast.  Common in soil.  Genus Nocardia: Form filaments which fragment into short rods to reproduce.  Nocardia asteroides: Pulmonary infections, mycetoma, abscesses
  • 98. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) g. Actinomycetes  Gram-positive, filamentous, resemble molds.  Common in soil.  Genus Streptomyces:  Live in soil.  Give soil its musty odor.  Produce hundreds of antibiotics
  • 99.
  • 100. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 1. Gram-Negative Bacteria (Divisi I) 2. Gram-Positive Bacteria (Divisi II) 3. Wall-Less Bacteria (Divisi III) BEBERAPA KELOMPOK ANGGOTA BAKTERIA:
  • 101. X. MENGENAL LEBIH DEKAT ANGGOTA DUNIA MIKROBA 02. PENGGOLONGAN MIKROORGANISME B. BAKTERIA 3. Wall-Less Bacteria (Divisi III)  Mycoplasmas  Do not form cell walls.  Most are aerobes or facultative anaerobes.  Highly pleomorphic.  Can produce filaments that resemble fungi.  Produce very small colonies (1 nm in diameter).  Very small cells: 0.1 to 0.25 mm in diameter.  Can pass through bacterial filters.  Most important human pathogen: Mycoplasma pneumoniae: Walking pneumonia.
  • 102. Chapter Web Links The Tree of Life (http://phylogeny.arizona.edu/tree/phylogeny.html) The Tree of Life is a multi-authored, Internet project containing information about the diversity of organisms on Earth, their history, and characteristics. The information is linked together in the form of the evolutionary tree that connects all organisms to each other. Bergey's Manual of Determinative Bacteriology (http://server.mph.msu.edu/bergeys/)
  • 103.
  • 104.
  • 105.
  • 106.
  • 107.
  • 108.
  • 109.
  • 110.
  • 111.
  • 112.
  • 113.
  • 114.
  • 115.
  • 116.
  • 117.
  • 118.
  • 119.
  • 120.
  • 121.
  • 122.
  • 123.
  • 124.
  • 125.
  • 126.
  • 127.
  • 128. PERTUMBUHAN MIKROBA ❶ Pertumbuhan dan Perbanyakan Mikroba ❷ Nutrien dan Pengaruhnya thd Pertumbuhan ❸ Faktor Lingkungan Pertumbuhan
  • 129. ❶ PERTUMBUHAN Pertumbuhan adalah bertambahnya tinggi atau berat suatu organisme (ukuran dan atau jumlah sel). Dalam dunia mikroba pertumbuhan diartikan sebagai bertambahnya jumlah sel. Hal ini karena mikroba sebagian besar adalah organisme bersel tunggal. Sehingga difinisi pertambahan tinggi maupun berat organisme tidak berlaku lagi.
  • 130.  Penambahan jumlah sel, bukan ukuran sel  Satu sel menjadi jutaan sel
  • 131.  Pengendalian pertumbuhan mikrobia penting untuk: ◦ Pengendalian infeksi ◦ Pertumbuhan industri dan bioteknologi organisme
  • 132. ❶ PERTUMBUHAN Mikroba memperbanyak diri melalui pembelahan sel maupun reproduksi seksual. Reproduksi seksual hanya dijumpai pada mikroba bersel banyak seperti jamur.
  • 133.
  • 134. Perbanyakan Bakteri • Bakteri membelah mengikuti pembelahan biner • Pengertian lainnya: – Budding – Pembentukan Konidiospora (filamentous bacteria) – Fragmentasi • Jamur memperbanyak diri secara seksual dan aseksual • Membentuk spora
  • 135. Pembelahan Sel Terdapat 2 jenis pembelahan sel yaitu pembelahan biner dan pertunasan (budding). Pembelahan biner adalah pembelahan yang menghasilkan 2 sel sama besar. Pertunasan adalah pembelahan yang menghasilkan 2 sel yang tidak sama besar (sel yang besar disebut induk dan sel yang kecil disebut anak). Pembelahan filamentus adalah pembelahan biner paa jamur.
  • 136. Pembelahan Biner  Pembelahan satu sel mikrobia menjadi dua  Sel induk menggandakan DNAnya  Pembentukan sekat membagi sel menjadi dua individu yang berbeda  Sel yang membelah secara sempurna menghasil dua individu yang identik
  • 137.
  • 139.
  • 141. Gambar Pembelahan biner sel bakteri Staphylococcus aureus Pada bakteri Enterococcus hirae pembelahan sel dimulai dari pembelahan kromosom (replikasi). Dua pita DNA pada kromosom bakteri mengalami pemutusan ikatan pada lokasi yang disebut origin of replication. Dengan putusnya ikatan antarbasa mengakibatkan enzim polimerase bekerja menyintesis pasangan baru untuk masing-masing pita DNA. Selama proses replikasi dinding sel bakteri E. hirae mempersiapkan diri untuk pembelahan dinding sel. Pembelahan Biner Bakteri
  • 142. • A. Fase adaptasi (Lag Phase) • B. Fase pertumbuhan awal (Lag Phase) • C. Fase logaritmik (Log Phase) • D. Fase pertumb.diperlambat (Log Phase) • E. Fase pertumbuhan statis (Stationary Phase) • F. Fase kematian (Death Phase) ❶PERTUMBUHAN MIKROBA Berdasarkan kurva pertumbuhan tersebut kita dapat memanipulasi pertumbuhan mikroba untuk kepentingan manusia. Bentuk manipulasi pertumbuhan dapat berupa mempercepat maupun menghambat pertumbuhan. Kurvapertumbuhanbakteri
  • 143. Kurva Pertumbuhan • Fase Lag (Lag phase) • Fase Log (Log phase) • Fase Stasioner (Stationary phase) • Fase kematian (Death phase)
  • 145.
  • 146. Fase Lag (Lag phase) • Sel mulai mensintesis protein dan metabolit penting • Tidak terjadi penggandaan pada kecepatan pertumbuhan yang maksimum
  • 147. Fase Log (Log phase) • Fase Pertumbuhan Logaritmik • Kecepatan pertumbuhan eksponensial dari pembelahan sel • Memerlukan nutrisi • Membutuhkan faktor lingkungan yang sesuai
  • 148. Fase Stasioner (Stationary phase) • Model bertahan, bertahan dengan sisa nutrisi yang minimum, hasil sekresinya dapat menghambat pertumbuhan • Jumlah sel yang berhenti membelah dan yang terus membelah sama banyak
  • 149. Fase Kematian (Death phase) • Kebanyakan sel mulai mati (secara eksponensial) karena ketersediaan nutrisi mulai habis. • Bahan kemostat (kemostatik) dapat berperan sebagai suplai nutrisi tambahan sehingga sehingga beberapa sel masih belum mati.
  • 150. Rapid Growth of Bacterial Population
  • 152.
  • 153.
  • 154.
  • 155.
  • 157. Quantification of Bacteria • Cell Numbers • Total Mass of the Population • Population Per Media cells / ml or cells / gram • Direct and Indirect Methods
  • 158. Perhitungan Sel • Kerapatan Sel • Perhitungan sel secara langsung • Penggunaan alat Otomatik – Coulter counter – Flow cytometer – Real-time PCR
  • 161.
  • 163. Perhitungan Diameter Koloni • Perhitungan diameter koloni umumnya dilakukan untuk jamur • Perhitungan dilakukan tiap satuan waktu • Pertumbuhan hifa/miselium dapat diekspresikan dalam satuan tertentu.
  • 164. 3 cm 5 cm 3 hari 5 hari
  • 165.
  • 166.
  • 167.
  • 168.
  • 169.
  • 170.
  • 172.
  • 173. ❸ Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan  Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme adalah: 1. Tersedianya nutrien 2. Kondisi Lingkungan seperti: 1. Tersedianya air, suhu, pH 2. Tersedianya oksigen 3. Adanya zat penghambat 4. Adanya jasad renik yang lain 3. Waktu generasi
  • 174.  Nutrien dibutuhkan sebagai: sumber carbon, sumber nitrogen, sumber energi, sebagai faktor pertumbuhan (vitamin dan mineral)  Nutrien dibutuhkan untuk aktivitas metabolisme 2. Tersediaanya air air merupakan bagian terbesar dari komponen sel, selain itu air dibutuhkan sebagai reaktan dalam berbagai reaksi biokimia
  • 175.
  • 176.
  • 177.
  • 178.
  • 179.
  • 180.
  • 181.  Masing-masing jasad renik mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya  Berdasarkan kisaranan suhu untuk pertumbuhannya jasad renik dapat dikelompokkan sbb: kelompok psikrofil, mesofil dan termofil
  • 182.  Nilai pH medium sangat mempengaruhi pertumbuhan jasad renik  Kebanyakan bakteri membutuhkan pH medium untuk pertumbuhannya adalah 6,5-7,5.  tumbuh Pada pH dibawah 5 dan di atas 8,5 bakteri tidak mampu dengan baik.  Sebaliknya Jamur mampu tumbuh dengan baik pada pH asam(4-5 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5- 8,5  Pada orang hamil pH vagina cenderung asam oleh karena itu orang hamil banyak yang mengalami keputihan,karena melimpahnya jumlah Candida
  • 183.  Aerob obligat : apabila dalam pertumbuhan bakteri membutuh pasokan okigen dari lingkungan Pseudomonas  Anaerob obligat: apabila dalam pertumbuhannya bakteri tidak dapat menoleransi adanya oksigen Clostridium tetani  Anaerob fakultatif: apabila dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen Salmonella typhi  Mikroaerofilik
  • 184.  Sel bakteri ditumbuhkan pada suatu media kemudian diinkubasikan pada kaondisi optimum untuk pertumbuhannya  Pertumbuhan mikrobia di dalam kultur mempunyai kurva dalam bentuk genta  Sumbu X sebagai waktu inkubasi, dan sumbuY sebagai Jumlah sel
  • 185.
  • 186.
  • 187.
  • 188.
  • 189.
  • 190.
  • 191.
  • 192.
  • 193.
  • 194.
  • 195.
  • 196. Dasar Metabolisme Mikroba * Kebutuhan Nutrien Mikroba * Transfer Nutrien dalam sel * Proses Metabolisme
  • 197. – Definisi Metabolisme, Katabolisme dan Anabolisme – Metabolisme sebagai proses produksi energi untuk kehidupan sel – Senyawa pembawa energi, ATP dan ADP DEFINISI METABOLISME Semua proses kimiawi yang dilakukan oleh organisme atau semua reaksi yang melibatkan transformasi energi kimia di dalam mahluk hidup
  • 198. Anabolisme: Pembentukan senyawa yang memerlukan energi (Rekasi endergonik): FOTOSINTESIS: MEMBENTUK C6G12O5 DARI CO2 DAN H2O Katabolisme: Penguraian senyawa yang menghasilkan energi (Reaksi eksergonik): RESPIRASI MENGURAIKAN KARBOHIDRAT MENJADI ASAM PIRUVAT DAN ENERGI
  • 199. Metabolisme • Keseluruhan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam organisme hidup • Terbagi dalam dua golongan: Katabolisme: rangkaian reaksi-reaksi peruraian Anabolisme: rangkaian reaksi-reaksi penyusunan Katabolisme Anabolisme 1. Peruraian 1. Penyusunan 2. Berciri oksidasi 2. Berciri reduksi 3. Menghasilkan energi 3. Membutuhkan energi 4. Substrat aneka 4. Substrat khas 5. Produk akhir khas 5. Produk akhir aneka Perbandingan ciri-ciri katabolisme dan anbolisme
  • 200. MENGAPA MIKROBA MEMERLUKAN ENERGI ? • Synthesa bagian sel (dinding sel, membran sel, dan substansi sel lainnya) • Synthesis Enzim, Asam Nukleat, Polysakarida, Phospholipids, atau komponen sel lainnya • Mempertahankan kondisi sel (optimal) dan memperbaiki bagian sel yang rusak • Pertumbuhan dan Perbanyakan • Penyerapan hara dan ekskresi senyawa yang tidak diperlukan atau waste products • Pergerakan (Motilitas)
  • 201. TIPE METABOLISME MIKROBA (berdasar nutrien mikroba (energi & carbon) ENERGI  Fototrof (Cahaya)  Kemotrof (Kimia) CARBON  Heterotrof (Organik)  Ototrof (Anorganik) 1. Kimia (Kemotrof) : (a) ORGANIK (Kemoheterotrof) : Protozoa, Cendawan dan Kebanyakan Bakteri (b) INORGANIK (Kemoototrof) : Bakteri nitrifikasi danThiobacilli 2. Radiasi/cahaya (Fototrof) : (a) ORGANIK (Fotoheterotrof) : Bakteri fotosintetik (b) INORGANIK (Fotoototrof) : Ganggang hijau dan biru hijau serta Bakteri fotosintetik * Kebutuhan Nutrien Mikroba
  • 202. Types of -trophs Type Energy C source Example Photoauto - Sun CO2 Purple & Green sulfur bacteria Photohetero - Sun Organic Compounds Purple & Green Non - sulfur bacteria Chemoauto - Chemical bonds CO2 H, S, Fe, N bacteria Chemohetero - Chemical bonds Organic Compounds Most bacteria, fungi, protozoa, animals Chapter 5 1. Osmotrof (menyerap nutrisi terlarut) 2. Phagotrof (mencerna partikel padat) 1. Biofag (makan organisme hidup) 2. Saprofag (makan organisme mati) Kemo heterof
  • 203. Metabolisme Sumber C Sumber N Sumber energi Sumber H+ Heterotrof/ Kemoorganotrof Organik Organik Atau anorganik Oksidasi senyawa organik - Ototrof/ kemolitotrof CO2 anorganik Oksidasi Senyawa anorganik - Fotosintesis Fotolitotrof Bakteri Sianobakteri Fotoorganotrof Bakteri CO2 CO2 CO2 Anorganik Anorganik Anorganik Cahaya matahari Cahaya matahari Cahaya matahari H2S atau H2 Fotolisis H2O Bahan organik • Types of -trophs
  • 204. METABOLISME HETEROTROF • Jamur dan bakteri tertentu • mendapatkan energi dari oksidasi senyawa organik. • Senyawa organik mengandung karbon dan nitrogen yang digunakan secara aerob atau anaerob untuk menghasilkan tenaga pereduksi seperti nicotinamide adenine dinucleotide tereduksi (NADH + H+), dan energi (ATP)
  • 205. Respirasi (Oksidasi) aerob vs anaerob • Respirasi aerob: Katabolisme bahan organik dengan akseptor elektron terminal berupa O2; dan donor elektron berupa bahan organik, misalnya katabolisme gula C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + energi Efisiensi respirasi aerob 55 % • Respirasi anaerob: Katabolisme dengan akseptor elektron terminal berupa NO3, SO4, senyawa organik fumarate, dan CO2; dan donor elektron berupa bahan organik, misalnya, bakteri metanogen 4H2 + CO2 → CH4 + 2H2O
  • 206. • Bakteri yang tumbuh lambat dengan keberadaan senyawa anorganik (ion mineral) tanpa menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi • Sumber karbon: CO2 • Sumber N: NH3, NO3 -, atau N2 METABOLISME OTOTROF (kemotrof, kemoototrof,kemolitotrof)
  • 207. Tipe kemosintetis Oksidasi senyawa anorganik sebagai sumber energi Famili, Genus, spesies pewakil Pengoksidasi NH3 (aerob) NH3 dioksidasi menjadi NO2 Nitrobacteriaceae (Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrospira) Pengoksidasi NO2 (aerob) NO2 dioksidasi menjadi NO3 Nitrobacteriaceae (Nitrobacter, Nitrococcus) Pengoksidasi sulfur (aerob) dan besi (aerob) S2 dioksidasi menjadi SO4, dan Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferrooxidans Ferrobacillus, Leptothrix Pengoksidasi senyawa sulfur dan pereduski NO3 (denitrifikasi) S2O3 dioksidasi, NO3 direduksi Thiobacillus denitrificans Bakteri Ototrof
  • 208. • Mikroba prokaryotik: bakteri dan sianobakteri (cyanobacteria) • Memerlukan sinar matahari (foton) dan pigmen • Fototrof: membuat gula di dalam sel untuk respirasi/energi • Heterotrof: mengambil gula di luar sel untuk respirasi/energi METABOLISME FOTOSINTESIS (Fotoototrof, Fotoorganotrof)
  • 209. Fotosintesis bakteri ungu non belerang CO2 + 2CH3CHOHCH3 → (CH2O) + H2O + 2CH3COCH3 Fotosintesis bakteri hijau belerang CO2 + 2H2S → (CH2O) + H2O + 2S Fotosintesis Anoksigenik: Tidak Menghasilkan O2 Fotosintesis Oksigenik: Menghasilkan O2 Fotosintesis Sianobakteri 6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2
  • 210. 15 Bahan Makanan sbg Sumber Energi 4 jenis nutrien utama, yaitu: 1. Makronutrien (karbohidrat, protein, lipid) menyuplai energi bagi tubuh 2. Vitamin membantu penggunaan makronutrien dan mempertahankan jaringan tubuh. 3. Mineral mempertahankan homeostasis, dan 4. Air sbg pelarut dalam tubuh, dan sbg alat transport untuk mendistribusikan nutrien ke jaringan.
  • 211. 16 Struktur supramolekul Protein asam nukleat polisakarida lipid Asam amino nukleotida gula sederhana*) gliserol asam lemak - ketoacids ribosa pyruvat(C3) asetat (C2) C3, C4, C5 nitrogen pyruvat (C3) Karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) Nitogen (N), fosfor (P), sulfur (S)
  • 212. METABOLISME KARBOHIDRAT • Glikolisis = glukosa menjadi piruvat • Siklus Kreb (Siklus asam sitrat) = piruvat menjadi CO2 dan NAD pembawa H+ • Oksidasi Transport Elekteron = NAD dan H+ memasuki seri reaksi reduksi oksidasi untuk menghasilkan energi • Fosforilasi Oksidatif = energi dari transport elektron menghasilkan ATP dari ADP dan Pi
  • 213. Glukosa Asam Piruvat Acetyl-CoA CO2 O2 H2O [NADH] Rantai Pernafasan e- Elektron akseptor TAHAPAN DALAM RESPIRASI Tahap I= Glikolisis Tahap II = Dekarbiksilasi as. Pyrupat Tahap III = Siklus Kreb TCA Tahap IV = Rantai Pernafasan EnergiATP Fosforilasi oksidatif
  • 214. GLIKOLISIS: Degradasi glukosa menjadi piruvat 1. Lintasan Fructose Biphosphate Aldolase yang lebih dikenal sebagai lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (EMP) 2. Lintasan hexose monophosphate (HMP) 3. Lintasan oxidative pentose phosphate (PP) 4. Lintasan Entner-Doudoroff (ED). Lintasan EMP, HMP dan PP pada eukaryotik (jamur, alga, protozoa) dan prokaryotik (bakteri) Lintasn ED hanya pada beberapa bakteri aerob obligat
  • 215. lintasan Embden- Meyerhof-Parnas (EMP) = EMP Pathway Memecah glukosa menjadi 2 piruvat, 2 NADH, dan 2 ATP
  • 216. Lintasan Hexose monophosphate (HMP) Hasil akhir lintasan HMP adalah 1 piruvat, 1 asetil fosfat, 1 CO2, 1 ATP dan 3 NAD(P)H. Lintasan ini juga menghasilkan ribulosa 5- fosfat (Gambar 8) yang merupakan prekursor nukleotida.
  • 217. LIntasan Pentosa phosphate (PP) Hasil akhir dari pemecahan 1 molekul glukosa adalah 1 piruvat, 3 CO2, 1 ATP dan 3 NAD(P)H.
  • 218. Lintasan Entner Doudoroff (ED) Hasil akhir pemecahan 1 molekul glukosa adalah 2 piruvat, 1 ATP dan 2 NAD(P)H
  • 219. SIKLUS KREB = Piruvat diubah menjadi CO2 dan NAD Transport elektron
  • 220. TRANSPORT ELEKTRON = RANTAI PERNAFASAN Oksidasi NADH dan reduksi senyawa kimia lain (pembawa elektron) untuk menghasilkan energi yang membentuk ATP pada proses fosforilasi oksidatif Terminal akseptor e Donor e-
  • 221. Perbedaan redox menggambarkan besarnya perolehan energi. Semakin negatif semakin tereduksi dan sebaliknya semakin teroksidasi MENARA ENERGI Perbedaan Redox menyebabkan terjadinya pergerakan elektron
  • 222. Siklus Glioksilat (Glyoxylate Cycle) Siklus glioksilat dilakukan oleh prokaryotik yang mengoksidasi asam asetat. Siklus ini mirip dengan siklus Kreb tetapi isositrat tidak diubah menjadi oksalokuksinat, tapi dipecah menjadi glioksilat dan suksinat
  • 223. Fermentasi: metabolisme heterotrof dengan senyawa organik sebagai akseptor elektron (hidrogen) terminal. substrat dioksidasi tidak sempurna. Produk akhir disimilasi glukosa adalah senyawa organik sederhana yang disekresikan ke dalam medium sebagai waste product biasanya berupa alkohol dan asam
  • 225. METABOLISME PROTEIN Bakteri, ragi (yeast) dan kapang (molds) memerlukan senyawa nitrogen dalam bentuk asam amino, serta asam nukleat purin dan pirimidin. Mikrorba lainnya dapat menggunakan ammonia atau nitrat untuk mensintesis senyawa nitrogen organik. Beberapa bakteri memfiksasi N2 menjadi amonia Asimilasi ammonia L-Glutamat + NH4 + + ATP → L-glutamine + ADP + Pi Selanjutnya glutamate synthase mentrasfer satu gugus amino dari glutamine ke molekul γ-ketoglutarat sehingga terbentuk dua molekul L- glutamat: γ-ketoglutarat + L-glutamine + NADPH2 + H+ → L-Glutamat + NADP+
  • 226. Biosintesis asam amino Asimilasi ammonia menjadi asam amino glutamate adalah langkah awal dari rangkaian pembentukan asam amino lainnya. Katabolisme asam amino Asam amino dapat digunakan sebagai sumber energi. Secara umum, 20 asam amino dapat didegradasi menjadi 6 senyawa antara yang memasuki sistem metabolisme karbohidrat yaitu piruvat, acetyl Co-A, Oxaloacetate, fumarat, Suksinil Ca-A, dan γ-ketoglutarat.
  • 229. METABOLISME LIPID Bersama-sama karbohidrat dan protein, lemak adalah metabolit primer yang harus tersedia agar mikroba dapat tumbuh, berproliferasi dan beraktivitas. Komponen lemak: membran sitoplasma, mesosom, dan membrane inti pada mikroba eukaryotic. glycosydilglyserides dan lipoteichoic acid ditemukan di bakteri gram positif saja sedangkan lipopolisakarida terdapat di bakteri gram negatif. Lipid juga didegradasi untuk mendapatkan energi. lipid lebih banyak menghasilkan energi daripada glukosa. Total energi yang dihasilkan dari pemcahan asam lemak dapat mencapai 49,3 ATP sedangkan dari glukosa adalah maksimal 41 ATP.
  • 230. Biosintesis asam lemak (fatty acids) jenuh dan tak jenuh
  • 231. Lintasan anaerob LIntasan aerob Eschericia coli Alkaligenes faecalis Salmonella typhimurium Corynebacterium diphteriae Serratia maecesens Mycoibacterium phlei Azotobacter agilis Bacillus (beberapa spesies) Lactobacillus plantarum Micrococcus luteus Agrobacterium tumifaciens Beggiatoa Clostridium pasteurianum Leptospira caicola Staphylococcus haemolyticus Sachharomyces cerevisiae Clostridium butyricum Neurospora crassa Caulobacter crescentus Candida lipolytica Propionibacterium Stigmatella aurantiaca Chloroflexus auranticus Clorobium limicola Mikroba dengan biosintesis asam lemak tidak jenuh melalui lintasan anaerbob dan aerob
  • 232. Degradasi Lipid Degradasi lemak menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol (glycerol) yang dikatalis oleh enzim lipase
  • 233. • Karaktersitik enzim • Faktor yang mempengaruhi kerja enzim • Pengaturan sistem enzim • Penamaan enzim ENZIM
  • 234. DEFINISI DAN KARAKTERISTIK KERJA ENZIM Protein dengan aktivitas katalitik yang mempercepat reaksi kimia tanpa ikut dalam reaksi tersebut Teori Kunci-Anak kunci Penurunan energi aktivasi Ukuran molekul enzim > substrat Reaksi dipercepat pada suhu alami
  • 235. KOFAKTOR ENZIM Ada enzim yang mengandung komponen kimia lain selain protein. Komponen ini disebut kofaktor, suatu komponen yang bukan protein  Kofaktor berupa : Molekul anorganik seperti Fe2+, Mn2+, Cu2+, Na+ atau molekul organik kecil yang disebut koenzim misalnya vitamin B, B1, dan B2  Koenzim yang terikat kuat secara kovalen pada protein enzim disebut gugus prostetik.  Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama-sama koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim.
  • 236. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM pH dan suhu Konsentrasi Substrat
  • 237. PENGATURAN ENZIM Penghambat kompetitif (competitive inhibitor): molekul inhibitor berkompetisi dengan substrat untuk menempati sisi aktif enzim. Penghambat non kompetitif (allosteric inhibition) Molekul penghambat bergabung dengan enzim di luar sisi aktif, menyebabkan konformasi enzim berubah
  • 238. Penghambatan umpan balik (Feedback Inhibition) Penumpukan produk akhir menghambat kerja enzim pertama dalam rangkaian reaksi tersebut sehingga produksi enzim selanjutnya ditunda
  • 239. PENAMAAN ENZIM • Oxidoreductases (EC1) • Transferases (EC2) • Hydrolases (EC3) • Lyases (EC4) • Isomerases (EC5) • Ligases (EC6) EC1 sd EC6: subclass dalam penamaan enzim (enzyme nomenclature)
  • 241.
  • 242. Budidaya Mikroba * Isolasi & Seleksi Mikroba * Pemeliharaan Kultur
  • 243. ISOLASI  Isolasi kultur : kegiatan pemisahan suatu kultur mikroba dari campuran biakan mikroba di alam  sel individu terpisah  Sebelum mengisolasi, harus diketahui mikroba apa yang akan diisolasi dan habitatnya  menentukan sampel apa yang akan diambil dari alam dan media apa yang akan digunakan  Sampel biasanya segera dipakai atau disimpan pada suhu dingin (kulkas)  Teknik Isolasi Kultur Murni : - 1. Penggoresan (Streak-plate) & Penyebaran (Spread-plate) - 2. Penuangan (Pour-plate) - 3. KulturYang Diperkaya - 4. Pengenceran Berseri (Serial-dilution) - 5. Isolasi SelTunggal
  • 244. 1. Teknik Penggoresan (Streak-plate) & Penyebaran (Spread-plate) - Paling sesuai untuk bakteri - Menggunakan agar cawan -Cara : Pengenceran berseri dg larutan garam fisiologis (0,85 %) Penggoresan (jarum Ose) atau penyebaran (batang gelas) pada media agar , sehingga koloni tumbuh menyebar Penggoresan dilakukan berulang, sehingga Diperoleh kultur murni 1 sel  1 koloni Sampel
  • 246.  Teknik ini merupakan prosedur rutin untuk isolasi bakteri & menggunakan peralatan yang sederhana  Kelemahan : hanya sejumlah kecil contoh yang dapat digunakan/disebarkan pada media  Dua sel dapat bergabung manjadi membentuk satu koloni Contoh : bakteri yang menghasilkan lendir & yang tidak  pencegahan dengan menambahkan deterjen 2.Teknik Penuangan (Pour-plate)  Prinsip : pengenceran contoh dengan media agar cair (+/- 450C) dalam tabung reaksi, sehingga distribusi sampel merata  dituang ke petri dish & dibiarkan mengeras pada suhu ruang, lalu diinokulasi
  • 247. Sampel +/- 1 g) A B C Suspensi Bakteri 1 loop Agar cair Pengenceran Penuangan Dibiarkan mengeras . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Diperiksa Koloni terisolasi Media agar miring Tahap I Tahap II Tahap III Teknik Penuangan (Pour-plate) A B C Inkubasi
  • 249.  Metode Penuangan  Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif (morfologi) & kuantitatif (jumlah sel mikroba)  Teknik penggoresan/penyebaran dan penuangan ini lebih efektif dengan menggunakan media selektif/ diferensial atau dengan perlakuan khusus sebelum penanaman pada agar cawan Contoh : Isolasi bakteri pembentuk spora  contoh terlebih dulu dipanaskan s.d 850C selama 5 menit  Media Selektif : - Media dg NaCl 7,5 % unt mengisolasi Staphylococcus dari faeces - Media BGLBB (brilliant green lactose bile broth) : Salmonellae  Media Diferensial : - Media agar EMB (eosin-methylene blue agar)  terbentuk koloni berbeda & mudah dikenali E. coli : hijau kehitaman/hijau metalik Aerobacter aerogenes : tengah ungu tua/coklat, tepi ungu muda
  • 250. 3. KulturYang Diperkaya  Untuk mengisolasi bakteri yang mempunyai sifat fisiologis yang khusus (jumlah kecil & tumbuh lambat)  Prinsip : menggunakan komposisi media dan kondisi inkubasi tertentu, sehingga yang tumbuh hanya bakteri tertentu  Cara : 1 2 3 4 (+) (-) Media cair dgn substrat khusus Contoh : bakteri tanah : α-conidendrin Verifikasi
  • 251. 4.Teknik Pengenceran Berseri (Serial-dilution)  Digunakan jika mikroba dlm kultur campuran terdapat dalam jumlah lebih besar dari pada mikroba lain. Contoh : S. lactis dalam susu asam  Dengan tingkat pengenceran tinggi, sampel hanya mengandung 1 galur mikroba  Perlu dicek kemurnian kultur
  • 253. 5.Teknik Isolasi SelTunggal  Menggunakan alat Mikromanipulator yang digabung dengan mikroskop untuk mengambil suatu sel mikroba tunggal dari preparat tetes bergantung  Dengan Mikromanipulator, operator dapat mengontrol gerakan mikropipet di bawah lensa obyek, sehingga dapat diambil sel tunggal ke dalam tabung dan selanjutnya dipindahkan ke media yang sesuai  Lebih cepat, namun kelemahannya : - alat mahal - operator harus trampil
  • 254. SELEKSI & IDENTIFIKASI SELEKSI Tujuan : mendapatkan galur dengan kinerja terbaik  - rendemen lebih tinggi - tidak menghasilkan produk sampingan yang tidak dikehendaki - peningkatan kemampuan penggunaan sumber C dan N yang murah - Perubahan morfologi sel menjadi bentuk yang lebih mudah dipisahkan dari produk  Pendekatan genetika untuk memperbaiki kualitas mikroba : 1. Mutasi 2. Rekombinasi
  • 255.  Taksonomi (klasifikasi) : penataan teratur unit-unit ke dalam kelompok satuan yang lebih besar  hierarkhi klasifikasi : spesies  genus  famili  orde  kelas  filum atau divisi Spesies : satuan atau kelompok dasar dalam semua sistem klasifikasi organisme  Nomenklatur : penamaan satuan-satuan yang dicirikan dan dibatasi oleh klasifikasi  Identifikasi : penggunaan kriteria yang ditetapkan untuk klasifikasi dan nomenklatur untuk mengidentifikasi mikroba dengan membandingkan dengan ciri-ciri/ karakteristik yang ada  Menggunakan kunci-kunci yang sesuai Contoh : Bakteri : Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology  Nama menggunakan kombinasi biner Latin, misalnya Rhizopus oryzae
  • 256.  Contoh identifikasi bakteri : - tidak terdapat bakteroklorofil - sel tidak berbentuk filamen - Gram positif - berbentuk batang - menghasilkan endospora - Katalase positif - Aerobik - Nitrit negatif -VP (Voges Proskauer) negatif  Bacillus megaterium Identifikasi Kapang :  a.l. berdasarkan spora dan miselium Identifikasi khamir :  a.l. berdasarkan spora & kemampuan memfermentasi gula sebagai sumber karbon
  • 257. IDENTIFIKASI  Setelah diperoleh kultur murni, dilakukan identifikasi  Metode untuk identifikasi mikroba adalah dengan menggunakan ciri/karakteristik : 1. Morfologis Pengamatan ukuran, bentuk dan susunan sel, adanya flagela, kapsul atau spora dengan bantuan mikroskop, baik dengan pewarnaan maupun tidak 2. Nutrisional Penentuan senyawa kimia dan kondisi fisik khusus (suhu, cahaya, gas) yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba 3. Kultural Penentuan tampilan pertumbuhan pada berbagai macam media, baik cair maupun padat (bentuk koloni, permukaan koloni, tepi koloni, warna dll)
  • 258. 4. Metabolik Identifikasi & pengukuran perubahan kimiawi yang dilakukan mikroba ( kemampuan mikroba untuk mengubah karbohidrat menjadi asam organik; gula menjadi asam dan gas dll) Contoh : E. coli dapat memfermentasi laktosa, sedangkan Salmonella typhi tidak dapat 5. Susunan Kimiawi Penentuan susunan kimiawi berbagai komponen sel (dinding sel, nukleus, membran dll) 6. Susunan antigen Penelaahan sifat antigen – antibodi yang khas * Antigen : substansi (sel mikroba) yang menstimulasi produksi antibodi saat diinjeksikan ke hewan 7. Patogenik Penentuan potensi suatu mikroba untuk menimbulkan penyakit 8. Genetik Kajian berdasarkan untaian DNA mikroba menggunakan DNA Probe
  • 259. Contoh 1. Karakteristik Morfologis (Pengamatan ukuran, bentuk dan susunan sel, adanya flagela, kapsul atau spora dengan bantuan mikroskop, baik dengan pewarnaan maupun tidak) Aspergillus E. coli Streptomyces Penicillium
  • 260. Contoh 3. Karakteristik Kultural Tampilan pertumbuhan pada media padat (bentuk koloni, tepi koloni, permukaan koloni dll)
  • 262. PEMELIHARAAN & PENGAWETAN KULTUR MURNI  Tujuan : menjaga sampai periode tertentu mikroba tetap dalam kondisi hidup (viable), mencegah terjadinya perubahan genetik & tidak terkontaminasi  harus mampu melestarikan karakteristik spesies mikroba selama diawetkan Cara : 1. Pemindahan Secara Periodik - Kultur mikroba secara periodik dipindahkan ke media agar miring baru/segar - Komposisi media & suhu serta interval waktu pemindahan harus tepat dan disimpan pada suhu dingin (50C)  tidak cocok untuk penyimpanan jangka panjang 2. Pelapisan Kultur dgn Minyak Mineral - Permukaan agar miring atau media cair dilapisi dengan minyak mineral steril (+/- 0,5 inci) - Keuntungan : dapat memindahkan sebagian mikroba di bawah minyak mineral dg jarum Ose, lalu diinokulasi ke media segar dg tetap mempertahankan kultur awal  tidak cocok untuk penyimpanan jangka panjang
  • 263. 3. Liofilisasi - Pengeringan beku (freeze-drying) - Merupakan cara paling efektif untuk mengawetkan kultur bakteri (dapat tetap hidup & tidak berubah lebih dari 20 tahun) - Cara : * media berisi senyawa pelindung : eg susu, serum, natrium glutamat * suspensi mikroba (±0,2 ml) ditempatkan dalam ampul (vial) kaca * Perendaman dalam es kering + alkohol (-780C)  beku * Ampul dihubungkan dengan kondensor & pompa vakum  kering * Ampul ditutup dengan melelehkan ampul tsb dlm keadaan vakum  penyimpanan pada susu lebih rendah dari -50C - Keuntungan : * Cocok untuk penyimpanan jangak panjang * Kemungkinan perubahan kecil * Wadah penyimpanan kecil
  • 264. 4. Penyimpanan pada Suhu Sangat Rendah - Sel dibekukan dengan diberi bahan pelindung beku (gliserol 10 % atau dimetil sulfoksida) - Contoh beku disimpan dalam refrigerator nitrogen cair (suhu sekitar -150 sampai-1960C) - Cocok untuk kapang - Kelebihan : hampir sama dgn liofilisasi & kultur yg tidak dapat diawetkan dengan liofilisasi, dapat dengan cara ini 5. Penyimpanan padaTanah Steril - Diterapkan untuk penyimpanan spora bakteri, actinomycetes dan kapang - Suspensi 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 g bubuk tanah steril (campuran pasir halus dan tanah liat 1:1) - Dibiarkan pada suhu kamar selama 10 hari sampai kering  disimpan pada lemari es
  • 265. PEMANTAUANVIABILITAS DAN KESTABILAN MIKROBA • Sebelum dan sesudah penyimpanan, sebaiknya viabilitas mikroba diperiksa, sehingga mikroba yang mati selama penyimpanan dapat diketahui • Untuk industri fermentasi sebaiknya diperiksa pula morfologi dan karakteristik biokimianya
  • 266. Growth requirements Physical  Temperature  pH  Osmotic pressure  Moisture & desiccation Chemical  Carbon source  Nitrogen, sulfur phosphorus  Oxygen Rateofgrowth Temperature in ºC -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100110 Psychrophiles Psychrotrophs Mesophiles Thermophiles Hyperthermophiles
  • 267. APLIKASI MIKROBA PADA TANAMAN PAKAN (PERTANIAN ORGANIK)
  • 268. MIKROBIOLOGI TANAH DAN TANAMAN A. PENGERTIAN Mikrobiol/S1/SAN (1). Mikrobiologi Tanah: Cabang ilmu tanah yang mengkhususkan mempelajari mikroorganisme yang berada dalam tanah, menyangkut peran dan aktivitasnya (metabolisme, aliran energi dan siklus materi) serta interaksinya dengan lingkungannya (mikroba lain, tanaman serta lingkungan tanah) (2). Pendekatan mempelajari Mikrobiologi Tanah:  Fisiologi (pertumbuhan dan metabolisme) Taksonomi (hubungan kekerabatan mikroorganisme) Patologi (menyebabkan penyakit tan-hewan-man) Simbiosis (interaksi kompleks dengan organisme) Biogeokimia (efek ke lingkungan sec. kimia) Siklus materi (berperan dalam siklus senyawa dlm tanah) Perubahan Global (pengaruh thd suhu dan tekanan atm) Ekologi (interaksi dengan lingk dan mikro lainnya)
  • 269. EKOSISTEM TANAH DAN TANAMAN Rantai Makanan Dalam Ekosistem Mikrobiol/S1/SAN Ekosistem Tanah - TanamanCahaya Panas/E Ekosistem Tanah – Tanaman Padat (mik+bo) Cair (air tnh) Gas (pori tnh) Produsen & Penghancur Biotik Abiotik Bahan Bahan Lintasan Energi Lintasan Substansi
  • 270. Macam dan Klasifikasi Mikroba dalam Tanah-Tanaman 1. Prokariotik : o Bakteri o Actinomyseta 3. Mesofauna :  Nematoda 5. Mikrobiota :  Mycoplasma  Virus  Viroid Prion Fungi 1. Penyebaran di dalam tanah 2. Ketahanan terhadap lingkungan 3. Variasi/Fluktuasi populasi 4. Sumber energi dan unsur hara Mikrobiol/S1/SAN Topik-topik Pembahasan 2. Mikrofauna : o Protozoa o Archezoa 4. Makrofauna:  Semut Cacing tanah Arthropoda kecil  Springtail  Algae
  • 271. A. Penyebaran di dalam Tanah 1. Penyebaran dengan Pola Pertumbuhan 1. Pola Uniselluler (Tidak Mengembara) : Sebagai sel tunggal /koloni yang terikat kuat partikel tanah. (Bakteri) 2. Pola Uniselluler (Mengembara) : Seperti no. 1, namun mengembara melalui permukaan yang berkesinambungan (Rhizobium dan beberapa Cendawan) 3. Pola Plasmodia : Sebagai massa protoplasma yang telanjang dan bergerak (seperti amoeba) lalu berubah menjadi spora (Myxobakteria dan Myxomyceta) 4. Pola Hyfa terbatas : Membentuk spora yang umumnya tidak bergerak (Penicillium dan Actinomyceta) 5. Pola Hyfa Menyebar : Membentuk spora yang bergerak (Cendawan Mucor, beberapa Mikoriza) 6. Pola Rhizomorf (Jaringan Mycelia) : Hyfa yang membentuk rhizomorf/akar, sehingga membentuk jaringan yang kuat dan menyebar (Basidiomyceta) 2. Penyebaran dengan Potongan Mikrobia Memecah diri ke dalam potongan-potongan mycelia kecil, spora-spora atau unisel- unisel yang tetap tinggal hidup di dalam tanah-tanaman Semua komponen tanah-tanaman sangat menentukan penyebaran dan pertumbuhan Mikrobia tipe ini
  • 272. B. Ketahanan terhadap Lingkungan Membentuk struktur khusus : a. Struktur vegetatif : sel-sel vegetatif dan potongan-potongan hyfa & mycelia menjadi dorman dan hidup dalam waktu lama, membentuk kapsul yang dilindungi oleh senyawa-senyawa polisakharida/polipeptida b. Struktur spora : sel-sel mikrobia membentuk spora khusus yang resisten terhadap lingkungan ekstrim, seperti : (1) Endospora Bakteria (Bacillus dan Clostridium), (2) Spora-spora dari Actinomyceta (Konidia dari Streptomyces yang bersifat hidrofobik dan (3) Spora Cendawan C. Variasi / Keragaman Populasi Terdapat tiga cara : • Transformasi = perpindahan material genetik dari satu mikrobia ke mikrobia lainnya (harus ada media gen tra) • Konjugasi = perbanyakan dengan cara menempel • Transduksi (khusus virus)
  • 273. D. Sumber Energi dan Unsur Hara/Cara Makan SUMBER ENERGI 1. Kimia (Khemotrof) : Meliputi : (a) ORGANIK (Khemoheterotrof) : Protozoa, Cendawan dan Kebanyakan Bakteri dan (b) INORGANIK (Khemoautotrof) : Bakteri nitrifikasi dan Thiobacilli 2. Radiasi/cahaya (Fototrof) : Meliputi : (a) ORGANIK (Fotoheterotrof) : Bakteri fotosintetik dan (b) INORGANIK (Fotoautotrof) : Ganggang hijau dan biru hijau serta Bakteri fotosintetik CARA MEMPEROLEH C dan ENERGI (Khemoheterotrof) 1. Osmotrof (menyerap nutrisi terlarut) 2. Phagotrof (mencerna partikel padat) CARA MAKAN (Khemoheterotrof) 1. Biofag (makan organisme hidup) 2. Saprofag (makan organisme mati)
  • 274. An Overview metabolism metabolism: the sum total of all chemical reactions occurring in the cell Complex molecules catabolism anabolism Simple molecules ATP [H]  Metabolism:The processes of catabolism and anabolism  Catabolism:The processes by which a living organism obtains its energy and raw materials from nutrients  Anabolism:The processes by which energy and raw materials are used to build macromolecules and cellular structures (biosynthesis)
  • 275. Microbial Metabolism A. Basic Concepts of Metabolism (redox, enzymatic pathway, cofactor, hydrolitic, atp ) B. Glycolytic Pathways C. Fermentation D. Respiration E. Photosynthesis F. Chemolithotrophy
  • 276.
  • 278. 1. BIOCOMPOSTING_BIOCONVERTION, BIODEGRADATION 2. BIOFERTILIZER_BIOCONVERTION, ENZYMETRIC 3. BIOCONTROL AGENT_PATHOGENICS ENEMY 4. BIONUTRICONVERTION_BIOCONVERTION 5. BIOREMEDIATION_BIOCONVERTION
  • 280.
  • 281.
  • 282.
  • 283.
  • 284.
  • 285.
  • 286. I
  • 287. I
  • 288. I
  • 289. I
  • 290. I
  • 291. I
  • 292. I
  • 293. I
  • 294. I
  • 295. I
  • 296. I
  • 297. I
  • 298. I
  • 299. I
  • 300. I
  • 301. I
  • 302. I
  • 304. I
  • 305. I
  • 306. I
  • 307. I
  • 308. Mikrobiol/S1/SAN A = Amoniasi dan Mineralisasi, B = Imobilisasi, C = Nitrifikasi, D = reduksi Nitrat dan Imobilisasi, E = Denitrifikasi, F = Fiksasi N Simbiotik, G = Fiksasi N Non Simbiotik, H = Pengeluaran N NO3 - NH3 Humus, Sel Mikrobia Tanaman H G B E F A N2 Khewan D C H H Siklus Nitrogen dalam Tanah Peranan Mikroba dalam Siklus N
  • 309. Mikrobiol/S1/SAN Amoniasi = proses pembentukan amoniak Mineralisasi = dekomposisi senyawa N-0rg menjadi senyawa N- inorg Nitrifikasi = proses okdisasi mikrobial NH4 + dan N-org menjadi NO2 - dan NO- Mineralisasi = fiksasi N-inorg menjadi bahan mineral dan BO, mis. Humus dll. Denitrifikasi = pengubahan nitrat kembali menjadi bentuk inorg Fiksasi N Simbiotik = fiksasi N2 langsung oleh mikroba simbiotik Fiksasi N Non Simbiotik = fiksasi N2 langsung oleh mikroba non simbiotik Siklus Nitrogen dalam Tanah C.3. Peranan Mikroba dalam Siklus N
  • 310. PENAMBATAN (FIKSASI) N SECARA BIOLOGI (NONSIMBIOTIK DAN SIMBIOTIK) INPUT – OUTPUT NITROGEN TANAH Mikrobiol/S1/SAN Pupuk (Organik dan Inorganik) NITROGEN TANAH Hujan (NO3 - dan NH4 +) Diambil Tanaman Lucutan Listrik Fiksasi N Sec.Biologi INPUT Pencucian Denitrifikasi OUTPUT
  • 311. 1. Penambatan N Nonsimbiotik SUMBER ENERGI KELOMPOK GENUS Organotrof - Aerobik -Aerobik Fakultatif - Anaerobik - Genetically E. - Rhizosfer - Azotobacter, Beijerinchia, Derxia, Rhizobium - Bacillus, Klebsiella, Azospirillum, Thiobacillus - Clostridium, Desulfofibrio -Salmonella, Escherichia, Serratia - Azospirillum, Azotobacter, Bacillus Fotosintetik (Free Living) -Ungu Nonsulfur - Sulfur Ungu - Sulfur Hijau - Sianobakteria -Rhodopsudomonas, Rhodomicrobium - Chromatium, Ectothiorhospira - Chlorobium - Nostoc, Trichodesmium, Anabaena, Gloeothece Non Nodule -Phyllofer - Legume - Nonlegume -Klebsiella, Beijerinchia - Rhizobium -Rhizobium, Frankia, Nostoc Fotosintetik (Berasosiasi) -Lichens - Liverworts - Mosses - Gymnosperm/Cucas - Watersperm/Azolla -Endocymoses/Oocystic -Nostoc, Stignonema, Colotrix - Nostoc -Halosiphon - Nostoc - Anabaena - Nostoc Mikrobiol/S1/SAN
  • 312. 1. Penambatan N Nonsimbiotik (Reaksi Kimia) Mikrobiol/S1/SAN a. Amonifikasi = Proses pembentukan amonium oleh mikrobiota b. Nitrifikasi = Proses pembentukan nitrat dan atau nitrit secara hayati dari senyawa-senyawa yang mengandung N tereduksi NH4 + + 1.5 O2 NO2 - + 2H+ + H2O + 66 kal NO2 - + 1.5 O2 NO3 - + 17.5 kal Nitrozomonas Nitrobacter Nitrosococcus, Nitrosocystis, Nitrospira, dsb. c. Denitrifikasi = Proses reduksi nitrat menjadi amonium atau N2 NO3 - NO2 - NO2 - NO2 - NO N2O N2 Pseudomonas, Bacillus, Paracoccus, Thiobacillus denitrificaus, Chromobacterium, Serratia
  • 313. Uji Aktivitas Mikrobiota by Ukur Produk N2 (C2H2) Faktor yang mempengaruhi Fiksasi N2 Fisik & Kimia Tanah ~ Ketersediaan N2 dan Nutrien Anorganik (NH4 & NO3), ~ Sumber energi, pH, Kelembaban dan Suhu a. Metode Kjeldahl (Penentuan kadar N media), kelamahannya = tidak mampu mendeteksi kadar N rendah. b. Metode Gasometrik (mengukur kadar gas N2 yang timbul) c. Metode Radioisotop 15N (sangat sensitif, tetapi mahal) d. Uji Reduksi Asetelena, dengan prinsip bahwa : Mikroorganisme yang dapat mereduksi N2 (N=N, ikatan tiga) juga dapat mereduksi asetelina (HC= CH), lalu dikuantifikasikan dengan metode kromatografi gas. N= N 2 NH3; HC = CH H2C = CH2 Reduksi Reduksi Asetelina
  • 314. 2. Penambatan Nitrogen Simbiotik Mikrobiol/S1/SAN Fiksasi N2 Simbiotik = Penambatan nitrogen melalui simbiosis antara tanaman dengan mikrobiota (enzim nitrogenase, biasanya golongan bakteri Rhizobium dan Bradyrhizobium) dengan/tanpa membentuk nodule/bintil akar (famili leguminoceae/non legum) CIRI PEMBEDA Rhizobium Bradyrhizobium 1. Tanaman inang utama yang diinokulasi 2. Kecepatan tumbuh pada media agar-manitol-kamir 3. Reaksi metabolisme dalam manitol-garam 4. % G-C dalam DNA-nya -Pepolongan subtropis - Cepat - Asam -60 -Pepolongan tropis - Lambat - Basa -M - 63
  • 315. 2. Penambatan Nitrogen Simbiotik (Proses Infeksi) Mikrobiol/S1/SAN 1. Kemotaksis non spesifik Rhizobium ke arah risosfer, disebabkan oleh eksudat akar, selanjutnya Rhizobium berkembang disini. 2. Melekatnya Rhizobium (attachment) pada akar pepolongan, melalui situs-situs reseptor komplementor pada ujung akar tanaman-dengan- heteropolisakarida homolog bakteri. Disinilah kunci kekhususan jenis Rhizobium dengan inang, artinya setiap tanaman biasanya diinfeksi oleh jenis Rhizobium tertentu pula. 3. Penyimpangan bentuk akar (pertumbuhan akar sedikit dihambat dengan meblok proses mitosis, sehingga akar melengkung), dan pori- pori akar membesar, dan Rhizobium siap menginfeksi. 4. Rhizobium menginfeksi pada lapisan cortex (ujung akar tumbuh melengkung seperti tongkat gembala). 5. Rhizobium membentuk bakteroid, dan siap bersimbiosis dengan tanaman inang dalam membantu fiksasi N2 secara langsung dari udara (tanah).
  • 316. Rhizobium Filled Cells >25,000 per cell Nodule Cross-Section Sclerenchyma Vascular Bundles Nodule Cortex
  • 317. Nodule Formation 1. Rhizobia attracted to root 2. Rhizobia attach to root hairs 3. Root hair curling 4. Infection thread formation
  • 318. Nodule Formation 5. Root cortical cell division 6. Rhizobia invade cortical cells 7. The nodule grows 8. Fully functional nodule
  • 320. 1. Rhizobia attracted to root  Legume roots exude flavonoids (Soybean exudes the isoflavone genistein)  Rhizobia are attracted to flavonoids Petri dish contains a bacterial lawn Bacteria turn blue when a reporter gene is switched on by plant exudates (flavonoids)
  • 321. 10 mm 2. Rhizobia attach to root hairs Rhizobia Root Hair
  • 322. 2. Rhizobia attach to root hairs Deformed root hairs Curled root hair Vascular bundle
  • 323. 50 mm 3. Root hair curling
  • 324. 4. Rhizobia infect root hair Root Hair Root Hair Curling Rhizobia Infection Thread Legume Root Infection Pocket Vascular Bundle
  • 325. 50 mm 4. Rhizobia infect root hair
  • 326. 100 mm 5. Root cortical cells divide
  • 327. 100 mm 5. Root cortical cells divide
  • 328. 50 mm 6. Rhizobia invade cortical cells
  • 329. 2-4 mm 7. The nodule grows
  • 330. Nodulation Timeline Inoculation (day 0) Roots 1-2 days post inoculation (dpi) 4 dpi 4-6 dpi 10 dpi 3 weeks pi
  • 331. 2. Penambatan Nitrogen Simbiotik (Reaksi Kimia) Mikrobiol/S1/SAN Infektifitas = kemampuan suatu bakteri bintil akar untuk menodulasi suatu inang tertentu (diukur dengan banyaknya bintil akar /nodul yang terbentuk). Efektifitas = kemampuan relatif suatu asosiasi antara tumbuhan dan bakteri untuk mengassimilasi N2 (diukur antara lain : (1) kadar heme (pengikat O2 di bakteroid), (2) jumlah N2 yang difiksasi, (3) rasio antara jumlah bintil akar dengan dengan dengan N2 yang difiksasi dan (4) jumlah legH. Reaksi kimia fiksasi (gabungan aktivitas (a) nitrogenase dan (b) hidrogenase pada bakteroid) (a). N2 + 6 e- + 12 ATP + 8 H + 2 NH4 + + 12 ADP + 12 Pi (b). 2 H + + 2 e - + 4 ATP H2 + 4 ADP + 4 Pi N2 + 8 e - + 16 ATP + 10 H + 2 NH4 + H2 + 16 ADP +16 Pi Mg+2 Mg+2 Mg+2
  • 332. 2. Penambatan N2 Selain Legum/Polong-polongan (Membentuk Nodul Juga) Mikrobiol/S1/SAN ORDO FAMILI GENUS -Corialiales - Rosales - Myricales - Fagales - Casuarinales - Rhamales -Coriariaceae - Rasaceae - Myricaceae - Betulaceae - Casuarinaceae - Elaeagnaceae - Rhmaceae -Coriaria - Cercocarpus, Dryas dan Purshia - Comptonia, Gale dan Myrica - Alnus -Casuarina - Elaeagnus, Hippophae dan Sherpherdia - Ceanothus dan Discaria BEBERAPA TUMBUKAN BUKAN POLONG/LEGUM YANG MAMPU MENAMBAT NITROGEN
  • 333. I
  • 334. I
  • 335. I
  • 336. I
  • 337. Mikrobiol/S1/SAN A = Pemanfaatan oleh mikrobia, B = Lisis/Enzimatik, C = Pelepasan dari Residu Tan- Khewan, D = Transfer oleh mikoriza, E = transfer karena pencucian, F = Pengambilan oleh Tan-Khewan, G = Pelarutan non biologik, H = Pengendapan nonbiologik P dalam Mikrobia, Organik, Iorganik, Humus P Tanaman dan khewan (Organik atau Iorganik) P Inorganik Padat (Terjerap atau Mineral) P Inorganik Larutan (H3PO4, HPO4, H2PO4, PO4, Kompleks Fe-P dan Al-P) H B E A F D C G Siklus Fosfor dalam Tanah Peranan Mikroba dalam Siklus FOSFOR
  • 338. Mikrobiol/S1/SAN Siklus Fosfor dalam Tanah C.4. Peranan Mikroba dalam Siklus FOSFOR
  • 339. MIKORIZA DAN PERANANNYA PADA TANAMAN PAKAN Mikoriza = bentuk hubungan simbiosis mutualisme antara cendawan (mykes) dengan perakaran (rhiza) tanaman Mikrobiol/S1/SAN MACAM CARA INFEKSI STRUKTUR Ektomikoriza Menempel pada permukaan dinding sel akar sampai intraselluler korteks Hifa membentuk jaring-jaring hartig, kadang menonjol sbg rhizomorphs Endomikoriza Masuk ke dalam protoplasma sel jaringan korteks inang Struktur khusus: Arbuskula dan Vesikula (ukuran lebih besar & sbg tempat simpan) Ektendomikoriza Gabungan Endomikoriza dan Ektomikoriza Gabungan Endomikoriza dan Ektomikoriza
  • 340. EKTOMIKORIZA DAN PERANANNYA PADA TANAMAN PAKAN  Terdiri dari golongan Basidiomiseta (Boletus & Lactarus) dan golongan Hymenomiseta (Pisolithus, Rhizopogon dan Scleroderma)  Bukan simbion obligat (artinya dapat tumbuh tanpa adanya inang), zat-zat yang dibutuhkan untuk hidupnya antara lain berupa gula sederhana, Vit-B, Biotin dan senyawa organik sederhana (as.sitrat, malat, fumarat dll.).  Proses infeksi tergantung pada infeksifitas dan efektifitas serta kondisi fisiologis akar: (1) terjadi karena adanya persaingan antara akar yang bermikoriza dengan yang tidak dan (2) terjadi pada anakan/semaian tanaman pada tanah yang mengandung hifa/spora mikoriza. Mikrobiol/S1/SAN
  • 341. EKTOMIKORIZA DAN PERANANNYA PADA TANAMAN PAKAN 1. Meningkatkan serapan unsur hara (makro dan mikro), khususnya P karena: (a) hifa mikoriza meningkatkan permukaan absorpsi akar, (b) meningkatkan konsumsi oksigen inang dan (c) mempunyai enzim phosphatase yang dapat membantu serapan P. 2. Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, karena hifa mikoriza meningkatkan luas permukaan basorpsi air 3. Meningkatkan inang terhadap serangan patogen, karena: (a) hifa berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya patogen, (b) hampir kelebihan/eksudasi akar dimanfaatkan oleh mikoriza sehingga tidak cocok untuk hidupnya patogen, (c) Mikoriza mampu melepas antibiotika yang dapat mematikan patogen. 4. Memproduksi hormon tumbuh (auksin, sitokinin dan gibberelin). 5. Penyeimbang lingkungan (rantai makanan terjamin) Mikrobiol/S1/SAN
  • 342. TEKNIK INOKULASI DAN APLIKASI EKTOMIKORIZA PADA TANAMAN PAKAN  Teknik Inokulum Tanah : (a) menggunakan tanah yang telah terinfeksi mikoriza dengan perbandingan 1:4 sampai 1:10 terhadap tanah yang tidak terinfeksi; (b) tanah harus dijaga kelembabannya dan secepatnya digunakan.  Teknik Inokulum Dari Anakan Yang Bermikoriza (mother trees technique) dengan cara menumbuhkan anakan bermikoriza berdampingan dengan anakan yang belum bermikoriza (1-2m).  Teknik Inokulum Dari Akar Yang Bermikoriza (rhizos technique) dengan cara mencampurkan 1 kg akar bermikoriza dengan 1 m3 tanah/media tanam.  Teknik Inokulum dengan Biakan Murni (isolat-isolat mikoriza) melalui : (a) suspensi spora mikoriza dan (b) kapsul mikoriza (spora kering+tepung kayu diselimuti gelatin kapsul) Mikrobiol/S1/SAN
  • 343. ENDOMIKORIZA DAN PERANANNYA PADA TANAMAN PAKAN  Terdiri dari golongan hifa bersekat (Basidiomiseta atau Ascomiseta) dan golongan tak bersekat (Zygomiseta, golongan terbesar dan dikenal sebagai VAM).  Bukan simbion obligat (artinya dapat tumbuh tanpa adanya inang), zat-zat yang dibutuhkan untuk hidupnya antara lain berupa gula sederhana, Vit-B, Biotin dan senyawa organik sederhana (as.sitrat, malat, fumarat dll.).  Proses infeksi tergantung pada infeksifitas dan efektifitas serta kondisi fisiologis akar: (1) terjadi karena adanya persaingan antara akar yang bermikoriza dengan yang tidak dan (2) terjadi pada anakan/semaian tanaman pada tanah yang mengandung hifa/spora mikoriza. Mikrobiol/S1/SAN
  • 344. Vesikula Arbuskula Mikoriza DAN SEBARANNYA PADA TANAMAN PAKAN  Golongan tumbuhan/tanaman Graminae (rumput pakan) dan Legume (Centrocema, Stylosanthes, Trifolium, Leucaena dll.) umumnya bermikoriza.  Diklasifikasikan ke dalam 4 genus berdasarkan ciri-ciri bentuk spora yang dibentuknya dan susunan spora dalam sporokarpnya : (a) Glomus, (b) Gigaspora, (c) Acaulospora dan (d) Sclerocystis.  Diagram interaksi (tanah-tanaman-mikoriza) kontribusi mikoriza terhadap pengambilan fosfor, sebagai bukti simbiosis mutualisme antara mikoriza dengan tanaman dan lingkungannya Mikrobiol/S1/SAN
  • 345. INTERAKSI MIKORIZA-TANAMAN-TANAH Mikrobiol/S1/SAN TANAMAN CENDAWAN TANAH AB D C F E A = Serasah dan eksudasi; B,C, E = Fosfor dan hara lainnya, D = Agregasi tanah (fisik tanah), F = Gula sederhana, Vit-B, Biotin dan senyawa organik sederhana (as. Sitrat, malat, fumarat, fulfat dll.
  • 346. Vesikula Arbuskula Mikoriza DAN PERANANNYA PADA TANAMAN PAKAN 1. Meningkatkan serapan unsur hara (makro dan mikro), khususnya P karena: (a) hifa mikoriza meningkatkan permukaan absorpsi akar, (b) meningkatkan konsumsi oksigen inang dan (c) mempunyai enzim phosphatase yang dapat membantu serapan P. 2. Meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, karena hifa mikoriza meningkatkan luas permukaan basorpsi air 3. Meningkatkan inang terhadap serangan patogen, karena: (a) hifa berfungsi sebagai pelindung fisik untuk masuknya patogen, (b) hampir kelebihan/eksudasi akar dimanfaatkan oleh mikoriza sehingga tidak cocok untuk hidupnya patogen, (c) Mikoriza mampu melepas antibiotika yang dapat mematikan patogen. 4. Memproduksi hormon tumbuh (auksin, sitokinin dan gibberelin). 5. Penyeimbang lingkungan (rantai makanan terjamin) Mikrobiol/S1/SAN
  • 347. I
  • 348. I
  • 349. I
  • 350. I
  • 351. I +
  • 353.
  • 354.
  • 355.
  • 356. par pre par par pre pat pat par pre pat prepat
  • 357. I
  • 358. I
  • 359. I
  • 360. I
  • 361. I
  • 362. I
  • 363. I
  • 364. I
  • 365. I
  • 366. I
  • 367. I
  • 368. I
  • 369. I
  • 371. PERANAN MIKROBA TANAH DALAM SIKLUS MINERAL Mikrobiol/S1/SAN A. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus SULFUR B. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus FOSFOR C. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus BESI dan MANGAN D. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus NITROGEN E. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus KARBON F. Pengaruh Mikroba Tanah yang ASOSIATIF dan ANTAGONISTIK G. DETERIORASI dan KOROSI
  • 372. Reaksi-Reaksi dalam Siklus S Mikrobiol/S1/SAN 1. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus S SO4 2- S2- Anaerobik, Reduksi Aerobik, Oksidasi 1. Transformasi Inorganik: H2S + CO2 S + (CH2O)n3. Transformasi Fotosintetik: * BENTUK SENYAWA ORGANIK S DALAM TANAH: Sulfat (SO4 2-); Sulfit (SO3 2-); Thiosulfat (S2O3 2-); S (unsur sulfur) dan S2- (sulfida) SO4 2- S-OS + R-SH2. Transformasi Organik: 4. Mineralisasi = pengubahan s.organik menjadi s.inorganik 5. Reduksi = Desulfuromonas acetoxidans, Desulfobacter curvatus, Desulfobacterium thermoautotrophicum, D. vacuolatum, Desulfococcus multivorans, Desulfosarcina variabilis, Desulfovibrio gigas, D. vulgaris dan Desulfomonas pigra 6. Oksidasi = Bakteri sulfur ungu (Rhodospirillum, Rhodopseudomonas), Bakteri sulfur hijau (Chlorobium), Bakteri mesofil (Thiobacillus ferrooxidans, Leptospirillum ferrooxidans).
  • 373. Peranan Mikroba dalam Siklus Sulfur 1. Peranan Mikroba Tanah dalam Siklus S Mikrobiol/S1/SAN
  • 374. Mikrobiol/S1/SAN A = Pemanfaatan oleh mikrobia, B = Lisis/Enzimatik, C = Pelepasan dari Residu Tan- Khewan, D = Transfer oleh mikoriza, E = transfer karena pencucian, F = Pengambilan oleh Tan-Khewan, G = Pelarutan non biologik, H = Pengendapan nonbiologik P dalam Mikrobia, Organik, Iorganik, Humus P Tanaman dan khewan (Organik atau Iorganik) P Inorganik Padat (Terjerap atau Mineral) P Inorganik Larutan (H3PO4, HPO4, H2PO4, PO4, Kompleks Fe-P dan Al-P) H B E A F D C G Siklus Fosfor dalam Tanah 2. Peranan Mikroba dalam Siklus FOSFOR
  • 375. Mikrobiol/S1/SAN Siklus Fosfor dalam Tanah 2. Peranan Mikroba dalam Siklus FOSFOR
  • 376. Reaksi Karbon dan Oksigen dalam Tanah Mikrobiol/S1/SAN 3. Peranan Mikroba dalam Siklus C+O C-Tanaman (tereduksi) C-Khewan (Tereduksi) CO2 Atmosfer (Teoksidasi) C – Tanah (teroksidasi Sebagian) Sel Mikrobia, Residu Terlapuk (Teroksidasi Sebagian) A B C B B E F D E A = Fotosintetik, B = Respirasi, C = Fiksasi Mikroba Autotrof, D = Dicerna, E = Dekomposisi Substansi Mati dan F = Transfer C oleh Mikrobia
  • 377. Mikrobiol/S1/SAN Peranan Mikroba dalam Siklus Karbon dan Oksigen 3. Peranan Mikroba dalam Siklus C+O
  • 378. ENZIM SUMBER MIKROBIA - Amilase Aspergillus niger, Bacillus substilis, Bacillus. Licheniformis - Glukonase Aspergillus sp., Bacillus amyloliquefaciens Selulase Aspergillus sp., Trichoderma reesei Dekstranase Penicillin sp. Glukoamilase Aspergillus niger, Rhizopus sp. Hemiselulase Aspergillus niger Laktase Aspergillus niger Lipase Aspergillus sp., Candida cylindraceae, Mucor miechei, Rhizopus sp. Mutanase Trichoderma sp. Pektinase Aspergillus sp., Rhizopus sp. Protease Aspergilus niger, A. oryzae, Rhizopus sp., B. substilis, B. alkalophilie Pululanase Klebsiella aerogenes Jenis Mikroba dalam Konversi Senyawa Organik (Enzimatis) 4. Peranan Mikroba Penghasil Enzim
  • 379. Mikrobiol/S1/SAN A = Amoniasi dan Mineralisasi, B = Imobilisasi, C = Nitrifikasi, D = reduksi Nitrat dan Imobilisasi, E = Denitrifikasi, F = Fiksasi N Simbiotik, G = Fiksasi N Non Simbiotik, H = Pengeluaran N NO3 - NH3 Humus, Sel Mikrobia Tanaman H G B E F A N2 Khewan D C H H Siklus Nitrogen dalam Tanah 5. Peranan Mikroba dalam Siklus N
  • 380. 5. Penambatan N Nonsimbiotik (Reaksi Kimia) Mikrobiol/S1/SAN a. Amonifikasi = Proses pembentukan amonium oleh mikrobiota b. Nitrifikasi = Proses pembentukan nitrat dan atau nitrit secara hayati dari senyawa-senyawa yang mengandung N tereduksi NH4 + + 1.5 O2 NO2 - + 2H+ + H2O + 66 kal NO2 - + 1.5 O2 NO3 - + 17.5 kal Nitrozomonas Nitrobacter Nitrosococcus, Nitrosocystis, Nitrospira, dsb. c. Denitrifikasi = Proses reduksi nitrat menjadi amonium atau N2 NO3 - NO2 - NO2 - NO2 - NO N2O N2 Pseudomonas, Bacillus, Paracoccus, Thiobacillus denitrificaus, Chromobacterium, Serratia
  • 381. 51. Penambatan N Nonsimbiotik SUMBER ENERGI KELOMPOK GENUS Organotrof - Aerobik -Aerobik Fakultatif - Anaerobik - Genetically E. - Rhizosfer - Azotobacter, Beijerinchia, Derxia, Rhizobium - Bacillus, Klebsiella, Azospirillum, Thiobacillus - Clostridium, Desulfofibrio -Salmonella, Escherichia, Serratia - Azospirillum, Azotobacter, Bacillus Fotosintetik (Free Living) -Ungu Nonsulfur - Sulfur Ungu - Sulfur Hijau - Sianobakteria -Rhodopsudomonas, Rhodomicrobium - Chromatium, Ectothiorhospira - Chlorobium - Nostoc, Trichodesmium, Anabaena, Gloeothece Non Nodule -Phyllofer - Legume - Nonlegume -Klebsiella, Beijerinchia - Rhizobium -Rhizobium, Frankia, Nostoc Fotosintetik (Berasosiasi) -Lichens - Liverworts - Mosses - Gymnosperm/Cucas - Watersperm/Azolla -Endocymoses/Oocystic -Nostoc, Stignonema, Colotrix - Nostoc -Halosiphon - Nostoc - Anabaena - Nostoc Mikrobiol/S1/SAN
  • 384. SENYAWA ORGANIK  Senyawa bukan siklik (hidrokarbon alifatik)  Senyawa siklik - hidrokarbon alisiklik - hidrokarbon aromatik Senyawa heterosiklik
  • 385. KLASIFIKASI SENYAWA HIDROKARBON (1)  Hidrokarbon  hidrokarbon alifatik, jenuh dan tak jenuh  hidrokarbon alisiklik  hidrokarbon aromatik  hidrokarbon polisiklik aromatic (PAHs)  Senyawa terhalogenasi  senyawa alifatik terhalogenasi  senyawa aromatik terhalogenasi  eter terhalogenasi  senyawa terhalogenasi lainnya
  • 386.  Asam dan Ester - asam-asam karboksilat - ester dari asam-asam karboksilat  Senyawa-senyawa lain yang mengandung Oxygen - keton - aldehida - eter - alkohol  Senyawa-senyawa lain KLASIFIKASI SENYAWA HIDROKARBON (2)
  • 387. Alkana Hidrokarbon aromatik Hidrokarbon polisiklik aromatik Senyawa nitro Organohalida Cincin benzenoid tipe bifenil CONTOH STRUKTUR SENYAWA ORGANIK
  • 388. KECEPATAN DEGRADASI SENYAWA ORGANIK Senyawa Kondisi Aerobic Anaerobic Acetone 1 1 BTEX 1 2 to 4 PAH’s 1 3 to 4 1. Cepat terdegradasi 2. Agak lambat terdegradasi 3. Lambat terdegradasi 4. Tidak terdegradasi
  • 390. DEGRADASI HIDROKARBON ALIFATIK (JENUH MAUPUN TAK JENUH) DAN ALISIKLIK (1)  Senyawa alisiklik diubah menjadi senyawa alifatik  Senyawa alifatik dioksidasi secara terminal maupun subterminal  Oksidasi secara terminal menghasilkan alkohol primer (1-alkohol)  Oksidasi secara subterminal menghasilkan alkohol sekunder (2-alkohol)
  • 391. DEGRADASI HIDROKARBON ALIFATIK (JENUH MAUPUN TAK JENUH) DAN ALISIKLIK (2)  Oksidasi selanjutnya mengubah alkohol primer menjadi asam alkanoat (asam lemak)  Asam alkanoat didegradasi melalui oksidasi  seperti halnya asam lemak
  • 393. BTEX Benzene, Toluene, Ethylbenzene, Xylene  Hidrokarbon monoaromatik volatil  Sering ditemukan bersama-sama dalam minyak bumi  Penyebab utama pencemaran lingkungan
  • 395. MIKROBIOLOGI DEGRADASI BTEX SECARA AEROBIK • Genera utama: Pseudomonas, Burkhoderia, dan Xanthomonas • Pseudomonas: kemoorganotrof, aerobik, bakteri berbentuk batang • Diisolasi dari lingkungan tercmar • Beberapa bersifat patogen • 1968: Telah diisolasi beberapa galur Pseudomonas putida yang • Tumbuh di etilbenzena, benzena, dan toluena • Memiliki enzim toluena dioksigenase!
  • 396. TOLUENE DIOXYGENASE 1. Senyawa aromatik monosiklik 2. Senyawa polisiklik aromatik 3. Senyawa aromatik terhubung (bifenil) 4. Senyawa lainnya Mengkatalisis lebih dari 108 macam reaksi, termasuk
  • 397. MIKROBIOLOGI DEGRADASI BTEX SECARA ANAEROBIK • Mikroorganisme yang mampu mendegradasi BTEX secara anaerobik 1. Pendenitrifikasi, misalnya Thauera aromatica 2. Pereduksi besi 3. Pereduksi sulfat, misalnya Desulfovibrio, Desulfobacter 4. Penghasil metana • Biasanya memerlukan kerjasama beberapa jenis mikroorganisme
  • 399. MINYAK BUMI DAN HIDROKARBON POLISIKLIK AROMATIK LAINNYA  Karsinogen, mutagen  Proses degradasi lambat karena  Sifatnya hidrofobik, atau kelarutannya dalam air rendah  Terjerap kuat pada partikel tanah
  • 400. acenaphthene acenaphthenequinone O OO 1-acenaphthenone acenaphthylene OO O COOH 1,8-naphthalene- dicarboxylic acid HOOC OH HOOC COOHHO 3-hydroxy-o-phthalic acid NADH NAD+ * * * * 1-acenaphthenol abiotically * * ° ° ° ° ° 1,8-naphthalene- dicarboxylic acid anhydride (only in extraction process) fluoranthene # 1) * acenaphthenol dehydrogenase ? PEMECAHAN HIDROKARBON POLISIKLIK AROMATIK SECARA BERTAHAP MELALUI OXIDASI
  • 401. MIKROBIOLOGI DEGRADASI HIDROKARBON POLISIKLIK AROMATIK  Bakteri  Pseudomonas  Achromobacter  Arthrobacter  Mycobacterium  Flavobacterium  Corneybacterium  Aeromonas  Anthrobacter  Rhodoccus  Acinetobacter  Jamur  Phanerochaete  Cunninghamella  Penicillium  Candida  Sporobolomyces  Cladosporium
  • 402. TIDAK SATUPUN MIKROORGANISME MAMPU MENGATASI SEMUA  Fenantrena  Arthrobacter polychromogens, Mycobacterium sp., Phanerochaete chrysosporium dan Bacillus sp.  Naftalena  Bacillus sp., dan Phanerochaete chrysosporium  Fluorantena dan pirena yang telah terdegradasi secara parsial  Mycobacterium sp.
  • 403. PEMECAHAN BERTAHAP HIDROKARBON POLISIKLIK AROMATIK  Oksidasi parsial oleh jamur busuk putih (white rot fungi), mengubah hidrokarbon polisiklik aromatik menjadi lebih larut air dan tersedia bagi jasad hidup,  bakteri kemudian melanjutkan proses degradasinya
  • 404. JAMUR BUSUK PUTIH (White Rot fungi, Basidiomycota)  Merasmiellus troyanus, Pleurotus spp., Phanerochaete spp., Trametes versicolor  Memiliki sistem ligninolitik  Pembusukan dipercepat oleh  adanya media tumbuh padat, misalnya seresah, yang berfungsi sebagai sumber karbon  Penambahan surfaktan (Tween 80) Akan tetapi memunculkan masalah pembuangan limbahnya
  • 405. STUDI KASUS: Phanerochaete chrysosporium  Mampu mendegradasi berbagai senyawa hidrofobik pencemar tanah yang persisten  Kemampuan degradasi yang luas ditemukan di tahun 1980an  Bukan mikroorganisme tanah sehingga tidak dikhawatirkan akan merajai lingkungan tanah  Membutuhkan tambahan sumber C, misalnya tongkol jagung, gambut, cacahan kayu atau jerami  Nisbah C:N=80:1 (jerami) hingg 350:1 (cacahan kayu)  Peningkatan nisbah C:N di tanah kaya N mengubah lingkungan yang menguntungkan bagi P. chryososporium
  • 406. OKSIDASI DAN PELARUTAN HIDROKARBON POLISIKLIK AROMATIK OLEH Phanerochaete chrysosporium :  Peroksidase: lignin peroksidase (LiP), manganese-dependent peroksidase (MnP) and laccase (L)  Reaksi keseluruhan: oksidasi hidrokarbon polisiklik aromatik oleh peroksidase menjadi quinon; dan dilanjutkan menjadi CO2  Hasil metabolisme seperti quinon 1000- to 100,000 x lebih larut daripada senyawa asalnya  Antrasena dioksidasi menjadi 9,10-antraquinon kemudian menjadi asam ftalat  Fenantrena dioksidasi menjadi 9,10-fenantrena quinon kemudian menjadi asam 1'1'-bifenil-2,2'-dikarboksilat (asam bifenit)  Pirena dan benzo[α]pirena dioksidasi secara parsial menjadi beberapa jenis isomer quinon
  • 410. PERANAN JAMUR DALAM BIOREMEDIASI  Senyawa terklorinasi atau termetilasi dapat didegradasi oleh jamur – terutama jamur pendegradasio lignin  Dapat mendegradasi senyawa rekalsitran  Mekanisme demetilasi dan/atau reduktif deklorinasi pemecahan cincin aromatic CO2 dan/atau CH4 dan CO2 sebagai hasil oksidasi akhir
  • 411. JAMUR BUKAN PEMBUSUK PUTIH  Deuteromycota  Aspergillus niger, Penicillium glabrum, P. janthinellum, zygomycete, Cunninghamella elegans  Basidiomycete  Crinipellis stipitaria