Dokumen tersebut membahas tentang desentralisasi asimetris yang tidak hanya berkaitan dengan pembagian urusan tetapi juga pemberian wewenang tambahan kepada daerah tertentu, seperti contoh di Aceh, Papua, DKI Jakarta, DIY, serta perlu adanya kriteria dan visi bersama untuk penerapan desentralisasi asimetris berbasis ekonomi.
Perumusan Visi Misi Sesuai Permendagri 86/2017Yudiwid
Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).
Dokumen tersebut membahas tentang persepsi publik mengenai lingkup dan wujud cinta tanah air dalam perspektif wawasan nusantara dan kearifan lokal. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian persepsi publik, lingkup dan wujud cinta tanah air, wawasan nusantara, kearifan lokal, serta hubungan antara wawasan nusantara dan kearifan lokal.
Suplemen Materi “Agenda Setting dan Perumusan Kebijakan”
Diklat Analisis Kebijakan Publik Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jakarta, 4-5 Maret 2013
perbedaan administrasi kependudukan dengan sistem administrasi kependudukan harus dipahami dalam memudahkan pencatatan terkait kependudukan. kebijakan ini diperlukan untuk mendapatkan pengelolaan administrasi kependudukan yang berkualitas
Perumusan Visi Misi Sesuai Permendagri 86/2017Yudiwid
Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).
Dokumen tersebut membahas tentang persepsi publik mengenai lingkup dan wujud cinta tanah air dalam perspektif wawasan nusantara dan kearifan lokal. Secara garis besar dibahas mengenai pengertian persepsi publik, lingkup dan wujud cinta tanah air, wawasan nusantara, kearifan lokal, serta hubungan antara wawasan nusantara dan kearifan lokal.
Suplemen Materi “Agenda Setting dan Perumusan Kebijakan”
Diklat Analisis Kebijakan Publik Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jakarta, 4-5 Maret 2013
perbedaan administrasi kependudukan dengan sistem administrasi kependudukan harus dipahami dalam memudahkan pencatatan terkait kependudukan. kebijakan ini diperlukan untuk mendapatkan pengelolaan administrasi kependudukan yang berkualitas
Dokumen tersebut membahas tentang gender, pengarusutamaan gender, dan perencanaan serta penganggaran yang responsif gender. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain konsep gender dan peran gender, proses pengarusutamaan gender dalam pembangunan, serta pendekatan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender untuk mengurangi kesenjangan gender.
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Dadang Solihin
Dokumen tersebut membahas tentang profil Dr. Dadang Solihin dan berisi penjelasan singkat mengenai konsep otonomi daerah di Indonesia. Terdapat beberapa pasal dalam UUD yang mengatur tentang otonomi daerah serta manfaat penerapan otonomi daerah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulPenataan Ruang
Dokumen tersebut merupakan peraturan daerah Kabupaten Bantul tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul periode 2010-2030. Peraturan ini bertujuan untuk mengatur penataan ruang di Kabupaten Bantul agar pembangunan dapat berjalan terpadu, lestari, optimal, seimbang dan serasi dengan karakteristik wilayah serta mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan Pembangunan Daerah dalam Konstruksi NawacitaDadang Solihin
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan pembangunan daerah, meliputi proses perencanaan, ruang lingkup perencanaan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, syarat-syarat perencanaan, fungsi dan manfaat perencanaan, tantangan dalam pembangunan daerah, pelaku pembangunan berdasarkan paradigma good governance, dan struktur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 yang terdiri dari visi, misi,
Dokumen tersebut membahas mengenai pentingnya mereformasi sistem manajemen perbatasan Indonesia agar lebih efektif dan akuntabel. Reformasi perlu dilakukan dengan merancang desain besar pengelolaan kawasan perbatasan secara terencana dan mengubah pendekatan dari semata-mata keamanan menjadi pendekatan kesejahteraan.
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)boenkredho
Dokumen tersebut membahas revisi Peraturan Menteri Dalam Negeri 98/2018 tentang Sistem Informasi Pemerintahan Daerah agar memuat integrasi e-planning dan e-budgeting menjadi satu kesatuan sistem informasi sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...Muh Saleh
Permendagri 59/2021 mengatur tentang penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) secara teknis, meliputi mekanisme dan strategi penerapan SPM mulai dari pengumpulan data, penghitungan pemenuhan kebutuhan dasar, perencanaan SPM, pelaksanaan SPM, hingga pelaporan. Peraturan ini menjadi pedoman bagi daerah dalam melaksanakan SPM sesuai dengan jenis dan mutu pelayanan dasar yang harus dicapai.
Dokumen tersebut membahas mengenai pentingnya mempelajari analisis kebijakan publik, definisi kebijakan publik, kategori kebijakan publik, dan teori pembuatan keputusan kebijakan publik seperti teori rasional komprehensif dan inkremental.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut berisi profil Dr. Dadang Solihin dan materi tentang SPPN, perencanaan pembangunan, dan hubungan antar dokumen perencanaan pembangunan nasional dan daerah.
2. Dibahas pula proses perencanaan, syarat dokumen perencanaan, dan perbedaan RPJMN 2004-2009 dengan RPJMN 2010-2014.
3. Memberikan informasi mengenai sistem perencanaan pembangunan di
Dokumen tersebut merupakan pedoman pembuatan dan mekanisme penyusunan peraturan desa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014. Pedoman ini menjelaskan tahapan proses pembuatan peraturan desa mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan draf, pembahasan, pengesahan hingga pengundangan. Dokumen ini juga menjelaskan struktur dan unsur-unsur yang harus ada dalam peraturan desa seperti
Sistem perencanaan pembangunan nasional diatur dalam UU SPPN tahun 2004 yang mengatur penyusunan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang dan jangka menengah serta pengawasan pelaksanaannya oleh pemerintah pusat dan daerah.
Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...Tri Widodo W. UTOMO
Dokumen ini berisi pernyataan Gajah Mada sebagai patih Majapahit bahwa jika seluruh Nusantara dapat ditaklukkan, ia akan berhenti berperang. Jika ia kalah di Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Palembang, atau Tumasik, maka ia akan berhenti berperang.
Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi DareahMiftah Ridho
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas mengenai masalah-masalah hukum dan penyelenggaraan kewenangan dalam konteks otonomi daerah. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain definisi otonomi daerah, kewenangan pemerintah pusat dan daerah, dampak positif dan negatif otonomi daerah, serta masalah-masalah hukum dalam pelaksanaan otonomi daerah seperti ketidakteraturan peraturan dan kerunyaman transisional.
Dokumen tersebut membahas tentang gender, pengarusutamaan gender, dan perencanaan serta penganggaran yang responsif gender. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain konsep gender dan peran gender, proses pengarusutamaan gender dalam pembangunan, serta pendekatan perencanaan dan penganggaran yang responsif gender untuk mengurangi kesenjangan gender.
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia Dadang Solihin
Dokumen tersebut membahas tentang profil Dr. Dadang Solihin dan berisi penjelasan singkat mengenai konsep otonomi daerah di Indonesia. Terdapat beberapa pasal dalam UUD yang mengatur tentang otonomi daerah serta manfaat penerapan otonomi daerah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulPenataan Ruang
Dokumen tersebut merupakan peraturan daerah Kabupaten Bantul tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul periode 2010-2030. Peraturan ini bertujuan untuk mengatur penataan ruang di Kabupaten Bantul agar pembangunan dapat berjalan terpadu, lestari, optimal, seimbang dan serasi dengan karakteristik wilayah serta mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan Pembangunan Daerah dalam Konstruksi NawacitaDadang Solihin
Dokumen tersebut membahas tentang perencanaan pembangunan daerah, meliputi proses perencanaan, ruang lingkup perencanaan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, syarat-syarat perencanaan, fungsi dan manfaat perencanaan, tantangan dalam pembangunan daerah, pelaku pembangunan berdasarkan paradigma good governance, dan struktur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 yang terdiri dari visi, misi,
Dokumen tersebut membahas mengenai pentingnya mereformasi sistem manajemen perbatasan Indonesia agar lebih efektif dan akuntabel. Reformasi perlu dilakukan dengan merancang desain besar pengelolaan kawasan perbatasan secara terencana dan mengubah pendekatan dari semata-mata keamanan menjadi pendekatan kesejahteraan.
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)boenkredho
Dokumen tersebut membahas revisi Peraturan Menteri Dalam Negeri 98/2018 tentang Sistem Informasi Pemerintahan Daerah agar memuat integrasi e-planning dan e-budgeting menjadi satu kesatuan sistem informasi sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Materi Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah dan Launching Permendagr...Muh Saleh
Permendagri 59/2021 mengatur tentang penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) secara teknis, meliputi mekanisme dan strategi penerapan SPM mulai dari pengumpulan data, penghitungan pemenuhan kebutuhan dasar, perencanaan SPM, pelaksanaan SPM, hingga pelaporan. Peraturan ini menjadi pedoman bagi daerah dalam melaksanakan SPM sesuai dengan jenis dan mutu pelayanan dasar yang harus dicapai.
Dokumen tersebut membahas mengenai pentingnya mempelajari analisis kebijakan publik, definisi kebijakan publik, kategori kebijakan publik, dan teori pembuatan keputusan kebijakan publik seperti teori rasional komprehensif dan inkremental.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut berisi profil Dr. Dadang Solihin dan materi tentang SPPN, perencanaan pembangunan, dan hubungan antar dokumen perencanaan pembangunan nasional dan daerah.
2. Dibahas pula proses perencanaan, syarat dokumen perencanaan, dan perbedaan RPJMN 2004-2009 dengan RPJMN 2010-2014.
3. Memberikan informasi mengenai sistem perencanaan pembangunan di
Dokumen tersebut merupakan pedoman pembuatan dan mekanisme penyusunan peraturan desa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014. Pedoman ini menjelaskan tahapan proses pembuatan peraturan desa mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan draf, pembahasan, pengesahan hingga pengundangan. Dokumen ini juga menjelaskan struktur dan unsur-unsur yang harus ada dalam peraturan desa seperti
Sistem perencanaan pembangunan nasional diatur dalam UU SPPN tahun 2004 yang mengatur penyusunan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang dan jangka menengah serta pengawasan pelaksanaannya oleh pemerintah pusat dan daerah.
Desentralisasi Asimetris Ditinjau dari Dimensi Kelembagaan & Hubungan Pusat-D...Tri Widodo W. UTOMO
Dokumen ini berisi pernyataan Gajah Mada sebagai patih Majapahit bahwa jika seluruh Nusantara dapat ditaklukkan, ia akan berhenti berperang. Jika ia kalah di Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Palembang, atau Tumasik, maka ia akan berhenti berperang.
Masalah hukum dan Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Konteks Otonomi DareahMiftah Ridho
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas mengenai masalah-masalah hukum dan penyelenggaraan kewenangan dalam konteks otonomi daerah. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain definisi otonomi daerah, kewenangan pemerintah pusat dan daerah, dampak positif dan negatif otonomi daerah, serta masalah-masalah hukum dalam pelaksanaan otonomi daerah seperti ketidakteraturan peraturan dan kerunyaman transisional.
Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah di Indonesia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa otonomi daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan memberikan daerah kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat. Dokumen juga menjelaskan pelaksanaan otonomi daerah di berbagai daerah di Indonesia serta dampak positif
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan terkait;
2. Penerapan otonomi daerah diharapkan dapat mendekatkan pemerintah dengan masyarakat dan mendorong partisipasi masyarakat meskipun pelaksanaannya masih jauh dari harapan;
3. Otonomi daerah juga memunculkan
Daerah Khusus, Daerah Istimewa, dan Otonomi Khususafifahdhaniyah
Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, termasuk pengertian otonomi daerah, daerah yang diberi otonomi khusus seperti DKI Jakarta dan Provinsi Papua, serta daerah istimewa seperti Aceh dan DIY. Juga dibahas mengenai perangkat daerah, DPRD, proses pemilihan kepala daerah, peraturan daerah, keuangan daerah, dan hubungan
Dokumen ini membahas pandangan dan usulan Lingkar untuk Pembaruan Desa dan Agraria (KARSA) terhadap Rancangan Undang-Undang Desa yang diajukan pemerintah pada tahun 2012. KARSA berpandangan bahwa kebijakan baru tentang desa harus mengakui hak asal usul dan keberagaman sosial budaya desa sesuai dengan semangat reformasi. Dokumen ini membahas tiga poin kunci reformasi yaitu pengakuan hak asal usul
Otonomi Daerah dalam Perspektif Teori, Kebijakan, dan PraktekDadang Solihin
Kekuasaan negara dipisahkan secara horizontal melalui fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif dan dibagikan secara vertikal dalam hubungan ‘atas-bawah’.
BAB 2 membahas tentang otonomi daerah, termasuk pengertian, tujuan, dasar hukum, prinsip, dan pelaksanaannya. Otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan dan aspirasi masyarakat dalam kerangka NKRI.
Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah, prinsip-prinsipnya, sejarah pelaksanaannya di Indonesia, serta pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota menurut undang-undang terkait."
Pemerintah Republik Indonesia melalui UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (UU Otonomi Khusus Papua) meletakan kebijakan baru bagi pembangunan Provinsi tersebut dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebijakan otonomi khusus merupakan jawaban Pemerintah Republik Indonesia terhadap berbagai persoalan yang muncul sejak bergabungnya provinsi tersebut dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia beserta dinamika sosial dan politik termasuk tuntutan untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sering diketahui sebagai gerakan Papua Merdeka.
Otonomi khusus yang diberikan kepada Papua masih belum memberikan makna berarti bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Papua. “Rakyat kecewa terhadap otonomi khusus yang berjalan lima tahun. Mereka kecewa karena otonomi tidak memberikan solusi memperbaiki kesejahteraan rakyat.” Pemerintah masih perlu memperhatikan Papua, jika tidak, harus memberikan teritori untuk merdeka.
Dokumen tersebut membahas tentang otonomi daerah di Indonesia. Beberapa poin utama yang diangkat antara lain landasan hukum otonomi daerah berdasarkan UUD 1945 dan undang-undang terkait, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang belum sepenuhnya melibatkan masyarakat, serta perubahan politik di tingkat daerah seperti peran DPRD yang menjadi lebih kuat sejak otonomi daerah.
Disampaikan pada Pelatihan Teknis Pengembangan Kapasitas bagi Pejabat Fungsional Analis Kebijakan, diselenggarakan oleh Puslatbang KDOD LAN
Dr. Tri Widodo WU., SH. MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara RI
Samarinda, 10 Juni 2024
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan XVI, LAN RI
Jakarta, 6 Juni 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Webinar Kebijakan Publik Series #4, Masyarakat Kebijakan Publik Indonesia (MAKPI)
Jakarta, 16 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Disampaikan pada Lokakarya Persiapan IKK 2024 dan Penganugerahan Hasil Pengukuran IKK Kemenkes Tahun 2023
Jakarta, 30 April 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Disampaikan pada “Evaluasi Dampak Diklat”, diselenggarakan
oleh BPSDM Provinsi Jawa Timur
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH., MA
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara RI
Surabaya, 7 Maret 2024
Disampaikan pada “Rapat Koordinasi BPSDM se Kalimantan Utara
Tarakan, 29 Februari 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH., MA
Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara
Lembaga Administrasi Negara RI
Materi Drum-up Kelas Inovasi, diperuntukkan bagi Tim Adhiganapraya LAN
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Kementerian Hukum dan HAM dengan tema “Mewujudkan Kebijakan yang Berkualitas untuk Kinerja Kemenkumham yang Berdampak”
Jakarta, 22 Februari 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH. MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Keynote Speech Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Dr. Tri Widodo W. Utomo, SH.,MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Jakarta, 15 November 2023
Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Temu Inovator (Innovation Summit) Kabupaten Bogor
30 Januari 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Disampaikan pada Webinar Seri 2 ASN Belajar BPSDM Jawa Timur
18 Januari 2024
Belajar Bersama Widyaiswara LAN
Diselenggarakan oleh Pusbangkom TSK LAN
Dr. Tri Widodo W. Utomo, MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
BAB 3 PROFESI, PELUANG KERJA, DAN PELUANG USAHA BIDANG AKL.pptxanselmusl280
Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan yang cukup populer di Indonesia. Banyak mahasiswa yang memilih jurusan ini karena prospek kerja yang menjanjikan. Namun, sebelum memilih jurusan ini, sebaiknya Anda mengetahui terlebih dahulu apa itu jurusan akuntansi.
Akuntansi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, dan pelaporan transaksi keuangan. Jurusan akuntansi sendiri merupakan suatu program studi yang mengajarkan ilmu akuntansi, mulai dari dasar-dasar akuntansi hingga akuntansi lanjutan.
Dalam jurusan akuntansi, Anda akan mempelajari berbagai materi, seperti dasar-dasar akuntansi, teori akuntansi, analisis laporan keuangan, audit, pajak, hingga manajemen keuangan. Selain itu, Anda juga akan belajar menggunakan software akuntansi, seperti Microsoft Excel dan SAP.
Gelar akademik yang akan didapatkan oleh para lulusan S-1 jurusan akuntansi adalah Sarjana Akuntansi (S.Ak.). Memiliki gelar sarjana akuntansi merupakan salah satu syarat penting untuk menjadi seorang akuntan profesional.
Dengan memperoleh gelar sarjana akuntansi, seseorang dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai akuntansi, audit, pajak, dan manajemen keuangan.
Setelah lulus dari jurusan akuntansi, Anda memiliki peluang kerja yang sangat luas. Anda bisa bekerja di berbagai bidang, seperti akuntan publik, auditor, konsultan pajak, pegawai bank, pegawai asuransi, broker saham, hingga dosen akuntansi. Bahkan, jika Anda memiliki kemampuan untuk memulai bisnis, Anda juga bisa membuka usaha konsultan akuntansi.
Anda juga bisa memperoleh gaji yang cukup tinggi jika bekerja di bidang akuntansi. Gaji rata-rata untuk lulusan akuntansi di Indonesia bervariasi, tergantung dari posisi dan pengalaman kerja. Namun, umumnya gaji untuk lulusan akuntansi di Indonesia berkisar antara 4 hingga 10 juta rupiah per bulan.
Secara keseluruhan, jurusan akuntansi memiliki prospek kerja yang menjanjikan dan peluang karier yang luas. Namun, sebelum memilih jurusan ini, pastikan Anda memiliki minat dan bakat dalam bidang akuntansi. Selain itu, perlu juga memiliki kemampuan analisis yang baik, teliti, dan detail-oriented.
Salah satu prospek kerja yang menarik bagi lulusan akuntansi adalah menjadi broker saham.
Sebagai broker saham, tugas utama adalah membantu investor dalam membeli dan menjual saham di pasar saham. Selain itu, seorang broker saham juga harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis data dan memprediksi pergerakan harga saham.
Meskipun menjadi broker saham terdengar menarik dan menjanjikan, tetapi tidak semua lulusan akuntansi bisa menjadi broker saham dengan mudah. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi broker saham, antara lain harus memiliki sertifikasi yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan harus memiliki lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Namun, bagi lulusan akuntansi yang memiliki sertifikasi dan lisensi tersebut, prospek kerja sebagai broker saham di Indonesia
Merenungkan lagi (dan lagi) “Desentralisasi Asimetris”
1. Tri Widodo W. Utomo
Expert Panel on Asymmetrical Decentralization
@ PKP2A I LAN Bandung
Jatinangor, 6 September 2012
2. Desentralisasi yg mengabaikan fakta obyektif berupa artitektur kekayaan
& warisan budaya (social endowment), atau yg berpikir bahwa masyarakat
bergerak linier dalam satu arah & cara yg sama, bukanlah desentralisasi yg
sesungguhnya.
Setiap daerah dalam sebuah negara memiliki anatomi politik, sosial,
maupun kultural yg beragam, sehingga desain desentralisasi asimetris
menjadi alternatif strategis untuk menghindari terjadinya kekecewaan
daerah terhadap pemerintah nasional.
Gagasan tentang desentralisasi asimetris jangan dipersepsi sebagai bentuk
penyimpangan dari ide dasar desentralisasi negara kesatuan, namun
justru dipandang sebagai instrumen untuk memperkuat tujuan
desentralisasi yakni menciptakan efektivitas & efisiensi penyelenggaraan
negara, sekaligus memperkokoh struktur demokrasi di tingkat lokal.
Desentralisasi asimetris merupakan strategi politik dalam bentuk transfer
wewenang/kekuasaan, strategi ekonomi melalui perimbangan keuangan
& fiskal, serta strategi kultural untuk merealisasikan prinsip diversity in
unity atau unity in diversity.
3. de facto asymmetry: merujuk pada adanya
perbedaan antar daerah dalam hal luas wilayah,
potensi ekonomi, budaya dan bahasa, atau
perbedaan dalam otonomi, sistem perwakilan atau
kewenangan yang timbul karena adanya perbedaan
karakteristik tadi.
de jure asymmetry: merupakan produk konstitusi yg
didesain secara sadar untuk mencapai tujuan
tertentu. Hal ini berhubungan dengan alokasi
kewenangan dalam besaran yg berbeda, atau
pemberian otonomi dalam wilayah kebijakan
tertentu, kepada daerah tertentu saja.
4. Asimetri dalam kerangka UU Pemda:
Variasi urusan pilihan, tipologi besaran OPD yg berbeda, atau variasi
jumlah DAU yg diterima, beragamnya Perda yg diterbitkan.
Ini hanya perbedaan dalam skala (perbedaan administratif), bukan
perbedaan dalam identitas (perbedaan substantif/prinsip/material).
Tidak perlu UU khusus, ter-cover langsung dalam UU Pemda.
Asimetri dalam kerangka NKRI:
Otonomi luas untuk kab/kota, otonomi terbatas untuk provinsi, Otsus
untuk Papua ( UU No. 21/1999), Otsus NAD (UU No. 18/1999 jo. UU
No. 11/2006), Otsus Jakarta sebagai Ibukota Negara (UU No. 29/2007),
UU Keistimewaan Yogyakarta 2012.
Ini merupakan sebuah kondisi faktual yg ada di suatu daerah otonom
& tidak ditemukan sama sekali di daerah yg lain.
Perlu UU tersendiri.
5. ACEH, UU 18/2001 ttg Otsus bagi Prov DIA sbg Prov NAD:
Pasal 1
▪ Butir 3: “Wali Nanggroe dan Tuha Nanggroe adalah lembaga
yg merupakan simbol bagi pelestarian penyelenggaraan
kehidupan adat, budaya, dan pemersatu masyarakat di Provinsi
NAD”;
▪ Butir 7: “Mahkamah Syar’iyah NAD adalah lembaga peradilan
yg bebas dari pengaruh dari pihak mana pun dalam wilayah
Provinsi NAD yg berlaku untuk pemeluk agama Islam”;
▪ Butir 12: “Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam
Provinsi NAD yg terdiri atas gabungan beberapa gampong yg
mempunyai batas wilayah tertentu & harta kekayaan sendiri,
berkedudukan di bawah Kecamatan/Sagoe Cut atau nama lain,
yg dipimpin oleh Imum Mukim atau nama lain.
6. ACEH, UU 18/2001 ttg Otsus bagi Prov DIA sbg Prov NAD:
Pasal 23: “Peradilan Syariat Islam di Provinsi NAD sebagai
bagian dari sistem peradilan nasional dilakukan oleh Mahkamah
Syar’iyah yg bebas dari pengaruh pihak manapun”.
“Kewenangan Mahkamah Syar’iyah didasarkan atas syariat Islam
dalam sistem hukum nasional, yg diatur lebih lanjut dengan
Qanun Provinsi NAD”.
Pasal 1 butir 16, UU No. 6/2011 tentang Pemerintahan Aceh:
“Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) adalah majelis yg
anggotanya terdiri atas ulama dan cendekiawan muslim yang
merupakan mitra kerja Pemerintah Aceh dan DPRA.
7. PAPUA, UU 21/2001 ttg Otsus Bagi Provinsi Papua:
Pasal 5 ayat (2): “Dalam rangka penyelenggaraan Otonomi
Khusus di Provinsi Papua dibentuk Majelis Rakyat Papua yg
merupakan representasi kultural orang asli Papua yg memiliki
kewenangan tertentu dalam rangka perlindungan hak-hak orang
asli Papua, dengan berlandaskan pada penghormatan terhadap
adat dan budaya, pemberdayaan perempuan, dan pemantapan
kerukunan hidup beragama”.
Pasal 12: “Yang dapat dipilih menjadi Gubernur & Wakil
Gubernur adalah WN RI dengan syarat: a. orang asli Papua”.
Pasal 18 ayat (1): “Penduduk Provinsi Papua dapat membentuk
partai politik”.
Pasal 19: “Perdasus dibuat dan ditetapkan oleh DPRP bersama-
sama Gubernur dengan pertimbangan dan persetujuan MRP”.
8. DKI JAKARTA, UU No. 29/2007 ttg Pemprov DKI Jkt sbg
Ibukota NKRI:
Pasal 1 butir 6: “Provinsi DKI Jakarta adalah provinsi yg mempunyai
kekhususan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah karena
kedudukannya sebagai Ibukota NKRI”.
Pasal 26: ”Kewenangan Pemerintah Provinsi DKI sebagai Ibukota
NKRI meliputi penetapan dan pelaksanaan kebijakan dalam bidang:
a. tata ruang, sumber daya alam, dan lingkungan hidup; b.
pengendalian penduduk dan permukiman; c. transportasi; d.
industri dan perdagangan; dan e. pariwisata”.
Pasal 33: “Pendanaan Pemprov DKI Jakarta dalam menyelenggara-
kan urusan pemerintahan yg bersifat khusus dalam kedudukannya
sbg Ibukota NKRI dianggarkan dalam APBN”.
Kelembagaan: Deputi Gubernur, Walikota/Bupati sbg Perangkat
Pemprov, Dewan Kota, Wakil Kepala Dinas/Badan, Suku Dinas.
9. DIY, UU Keistimewaan DIY 2012:
1. Pasal 1 butir 3: “Kewenangan istimewa adalah wewenang
tambahan tertentu yg dimiliki DIY selain wewenang
sebagaimana ditentukan dalam UU Pemda”.
2. Pasal 7 ayat (2): “kewenangan dalam urusan keistimewan
meliputi: a) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas,
dan wewenang Gubernur dan Wagub; b) kelembagaan
Pemda DIY; c) kebudayaan; d) pertanahan; dan e) tata ruang”.
3. Pasal 18: “Calon Gubernur dan calon Wagub adalah WN-RI yg
harus memenuhi syarat: c. Bertakhta sbg Sultan HB untuk
calon Gubernur dan bertakhta sbg Adipati PA untuk calon
Wagub”.
4. Pasal 25: “Sultan HB yang bertakhta sbg Gubernur dan Adipati
PA yg bertakhta sbg Wagub tidak terikat ketentuan 2 kali
periodisasi masa jabatan sebagaimana diatur dlm UU Pemda”.
10. DIY, UU Keistimewaan DIY 2012:
5. Pasal 30” “Ketentuan mengenai penataan & penetapan
kelembagaan Pemda DIY diatur dalam Perdais”.
6. Pasal 31 : “Ketentuan mengenai pelaksanaan kewenangan
kebudayaan diatur dalam Perdais”.
7. Pasal 32 ayat (1) s/d (4): “Kasultanan dan Kadipaten sbg
badan hukum merupakan subjek hak yg mempunyai hak atas
tanah Kasultanan & Kadipaten”. “Tanah Kasultanan/Kadipaten
tsb meliputi Tanah Keprabon dan tanah bukan keprabon”.
8. Pasal 37: “Perdais dibentuk oleh DPRD DIY dan Gubernur
untuk melaksanakan kewenangan istimewa”.
9. Pasal 42: “Pemerintah menyediakan pendanaan dalam rangka
penyelenggaraan urusan keistimewaan DIY dalam APBN
sesuai dengan kebutuhan DIY dan kemampuan keuangan
negara”.
11. Desentralisasi Asimetris tidak hanya
berhubungan dengan pembagian
urusan (PP No. 38/2007), namun
lebih pada pemberian
wewenang/urusan tambahan
tertentu.
12. Apakah yg dimaksud DABE (Desentralisasi Asimetris
Berbasis Ekonomi) adalah:
Market Decentralization? kawasan otorita, kawasan
ekonomi khusus (KEK), KAPET, regional management
seperti Barlingmascakeb, atau kota-kota mandiri yg
berorientasi profit ekonomis …
Fiscal Decentralization? transfer fund, dependent
regions, fiscal capacity gap among regions ...
Keduanya bukan Administrative Decentralization, termasuk di
dalamnya devolusi (Rondinelli). Kuncinya: kebijakan dpt
disebut sebagai desentralisasi administratif jika aktor /
lembaga yg menjalankan wewenang adalah unsur
pemerintah.
13. Apakah fokus DABE sama dengan kasus China?
Menciptakan kawasan ekonomi khusus, kota-kota pantai
(open coastal cities), dan zona pembangunan.
Tahun 1978 ditetapkan 4 kawasan ekonomi khusus, yakni
Shenzhen, Zhuhai, Shantou & Xiamen.
Kebijakan ini diikuti pemberian otonomi sangat luas kepada
provinsi Guangdong & Fujian untuk membangun ekonomi di
wilayahnya, misalnya diberikan kewenangan untuk
menyetujui investasi bernilai lebih dari US $ 30 juta.
Hingga 1984 telah ditetapkan 14 kota-kota pantai &
beberapa kota di pedalaman (sepanjang DAS Yangtze &
perbatasan dengan Russia) yg diberikan kewenangan luas
serupa dengan kawasan ekonomi khusus (Montinola, Qian
& Weingast, dalam Basuki, 2006).
14. Apakah fokus DABE sama dengan kasus Jepang?
Transfer kewenangan yg lebih besar dari pusat juga diberikan
kepada 6 kota utama di Jepang, yaitu Tokyo, Osaka, Nagoya,
Yokohama, Kyoto & Kobe. Ini menunjukkan bahwa Jepang
menganut pola multiple gradation of local autonomy.
Prefektur & kota-kota yg paling padat penduduknya, yg berstatus
sebagai Chukaku-shi atau Kota Inti (core cities), memiliki derajat
otonomi yg paling tinggi. Selain Kota Inti, juga diperkenalkan
adanya Tokurei-shi atau Kota dengan Kasus Istimewa (Special Case
Cities).
Penetapan Chukaku-shi & Tokurei-shi menyimpulkan bahwa
derajat otonomi di Jepang dipengaruh oleh faktor penduduk
(population factor). Selain itu, faktor lain adalah perkembangan
ekonomi yg diindikasikan oleh basis lapangan kerja yg tersedia
dan/atau tenaga kerja yg terserap (employment factor).
15. Hampir mustahil DABE diberikan secara individual
kepada daerah tertentu, karena aktivitas ekonomi selalu
bergerak lintas daerah.
Harus ada kriteria economic sensitivity (entrepreneurial
spirit) di kalangan elit lokal. Tanpa ini, wewenang luas di
bidang ekonomi atau dana perimbangan yg besar justru
akan dikorup (elite capture) dan menjadi kutukan bagi
penduduk lokal (economic curse).
Harus ada visi “aglomerasi” atau amalgamasi fungsi2
ekonomi dalam skala yg lebih luas (greater region).
Selfish local government akan menjadi ganjalan utama
gagasan desentralisasi asimetris ini.