SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Kinematika Partikel di dalam Ruang Tiga Dimensi
1. Gerak Linier
Kinematika membicarakan cara gerak suatu sistem, tanpa memperhatikan hukum-
hukum yang mengaturnya dan faktor-faktor yang menentukannya. Gerak adalah proses
perubahan vektor posisi terhadap perubahan waktu, yang secara matematis dinyatakan sebagai
( ) ( ) ( ) ˆˆ ˆr r x t i y t j z t k= = + +
r r
(1)
Ditinjau gerak suatu partikel P sepanjang trayektori lengkung l dalam ruang tiga dimensi
(Gambar 1). Pada saat t partikel berada di titik A dengan vektor posisi ( )r r t=
r r
, kemudian
pada saat t t+ ∆ partikel P telah bergeser seajauh r∆
r
dan mencapai titik B dengan vektor
posisi ( )'r r r r t t= + ∆ = + ∆
r r r r
.
Kecepatan rata-rata partikel setelah mengalami pergeseran r∆
r
selama selang waktu t∆
didefinisikan sebagai
( ) ( )
rt
r t t r t r
v
t t
+ ∆ − ∆
= =
∆ ∆
r r r
r
, (2)
yang sekaligus memperlihatkan bahwa arah rtv
r
selalu sama dengan arah vektor pergeseran r∆
r
.
Bila digunakan sistem koordinat kartesis dengan ( ) ( ) ( ) ˆˆ ˆr r x t i y t j z t k= = + +
r r
, maka
kecepatan rerata dapat ditulisan sebagai
A
B
rtv
rsstv
r
Z
Y
X
r
r
r∆
r
r r+ ∆
r r
s∆
P
l
Gambar 1 Arti Geometri Gerak dalam Ruang Tiga Dimensi
rt
ˆˆ ˆx x z
v i j k
t t t
∆ ∆ ∆
= + +
∆ ∆ ∆
r
(3)
dengan ( ) ( )x x t t x t∆ = + ∆ − , ( ) ( )y y t t y t∆ = + ∆ − , dan ( ) ( )z z t t z t∆ = + ∆ − .
Kecepatan (biasa dinamakan kecepatan sesaat) partikel di titik A didefinisikan sebagai
. . .
sst
0 0
ˆ ˆ ˆˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆlim lim
t t
r x y z dx dy dz
v i j k i j k xi y j z k
t t t t dt dt dt∆ → ∆ →
∆ ∆ ∆ ∆ 
= = + + = + + = + + ∆ ∆ ∆ ∆ 
r
r
(4)
Dari persamaan (4) dapat disimpulkan bahwa vektor v
r
memiliki 3 buah komponen, yaitu
x
dx
v
dt
= , y
dy
v
dt
= , z
dz
v
dt
= (5)
Besarnya vektor kecepatan dinamakan kelajuan partikel, yang diberikan oleh
2 2 2
sst x y zv v v v v= = + +
r
(6)
Selanjutnya, bila vektor kecepatan partikel v
r
berubah terhadap waktu maka patikel
dikatakan mengalami percepatan. Percepatan rata-rata partikel dalam selang waktu t∆
didefinisikan sebagai
( ) ( )
rt
v t t v t v
a
t t
+ ∆ − ∆
= =
∆ ∆
r r r
r
, (7)
yang sekaligus menyatakan bahwa arah rta
r
selalu sama dengan arah perubahan kecepatan v∆
r
.
Percepatan (biasa dinamakan percepatan sesaat) partikel di titik A didefinisikan sebagai
sst
0 0
ˆ ˆ ˆˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆlim lim y yx z x z
x y z
t t
v dvv v v dv dv
a i j k i j k a i a j a k
t t t t dt dt dt∆ → ∆ →
∆ ∆ ∆ ∆
= = + + = + + = + + ∆ ∆ ∆ ∆ 
r
r
. (8)
Karena xdv d dx
dt dt dt
 
=  ÷
 
,
ydv d dy
dt dt dt
 
=  ÷
 
, dan zdv d dz
dt dt dt
 
=  ÷
 
, maka percepatan dapat juga
dituliskan sebagai
2 2 2 .. .. ..
sst 2 2 2
ˆ ˆˆ ˆ ˆ ˆd x d y d z
a i j k xi y j z k
dt dt dt
= + + = + +
r
. (9)
Secara umum, arah vektor percepataan sesaat ssta
r
tidak segaris/sejajar dengan vektor v
r
tetapi
selalu menuju daerah pusat kelengkungan trayektori partikel. Selanjutnya, besar vektor
percepatan dinyatakan sebagai
2 2 2
sst x y za a a a a= = + +
r
. (10)
Dengan demikian, jika persamaan trayektori partikel ( )r r t=
r r
diketahui maka
kecepatan ( )v v t=
r r
dan percepatan ( )a a t=
r r
partikel dapat dengan mudah diturunkan dengan
2
1
persamaan (4) dan (9). Sebaliknya, jika percepatan ( )a a t=
r r
diketahui maka vektor kecepatan
( )v v t=
r r
dapat diperoleh dari integrasi persamaan (8) dan vektor posisi ( )r r t=
r r
selanjutnya
dapat diperoleh dengan integrasi persamaan (4).
2. Gerak Melingkar (Rotasi)
Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut
bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus yang disebut sumbu rotasi.
Tinjau partikel P bergerak sepanjang trayektori berupa lingkaran pada bidang XOY dengan
jejari R konstan (Gambar 2). Pada saat t partikel berada pada titik A dengan vektor posisi
( ) ˆNr t R= −
r
yang membentuk sudut θ terhadap sumbu OX+
. Besaran θ dinamakan pergeseran
sudut (anguler) yang disapu oleh vektor posisi r
r
pada saat partikel bergerak dari C ke A. Pada
saat t t+ ∆ partikel sampai pada titik B, yaitu pada posisi θ θ+ ∆ dengan panjang lintasan
adalah busur AB = ∆s = R ∆θ.
Besar kecepatan sudut rata-rata partikel selama selang waktu ∆t didefinisikan sebagai
( ) ( ) ˆ
ˆ
t t t e
e
t t
θ
θ
θ θ θ
ω
+ ∆ −  ∆ = =
∆ ∆
r
, (11)
3
A
B
C
θ
∆θ
X
O
Y
R
Gambar 2 Gerak melingkar dengan jejari R konstan
P
ˆRe
ˆeθ
Dan bila 0t∆ → didapatkan kecepatan sudut ω
r
(atau dinamakan sebagai kecepatan sudut
sesaat) yang merupakan besaran vektor sebagai ungkapan:
( ) 0
ˆ ˆlim
t
d
t e e
t dt
θ θ
θ θ
ω
∆ →
∆ 
= = ÷
∆ 
r
. (12)
Oleh karena ada dua arah rotasi yang mungkin (searah atau berlawanan jarum jam), maka
diperjanjikan bahwa ω
r
positif untuk arah putar searah jarum jam dan ω
r
negatif untuk arah
putar berlawanan jarum jam.
Bila kecepatan sudut ω
r
tergantung pada waktu t maka partikel akan mengalami
percepatan sudut yang besarnya disefinisikan sebagai
( )
( ) ( ) 2
20 0
ˆlim lim
t t
t t t d d
t e
t t dt dt
θ
ω ω ω ω θ
α
∆ → ∆ →
+ ∆ − ∆
= = = =
∆ ∆
r r r r
r
(13)
Satuan dari ω
r
dan α
r
masing-masing adalah rad/s dan rad/s2
dengan dimensi masing-masing
[T]-1
dan [T]-2
. Untuk rotasi dengan sumbu tetap, setiap partikel pada benda pejal tersebut
mempunyai kecepatan sudut yang sama dan percepatan sudut yang sama. Jadi ω
r
dan α
r
merupakan karakteristik keseluruhan benda pejal tersebut.
Hubungan Kinematika Linear dengan Kinematika Rotasi
Panjang lintasan yang telah ditempuh partikel adalah s dan sudut yang telah disapu
sebesar θ. Jari-jari lintasan partikel adalah R yang berharga konstan. Dengan demikian besar
lintasan linear dapat dinyatakan sebagai
s Rθ= (14)
Deferensial satu kali lintasan terhadap waktu diperoleh kecepatan linear, yaitu
( )
ds d d
v R R R
dt dt dt
θ
θ ω= = = = (15)
Besar percepatan linear partikel dapat diuraikan menjadi percepatan tangensial dan percepatan
sentripetal menurut
4
R
θ
s
2 2
T Na a a= + (16)
dengan
( )
2
2
T
N
dv d d
a R R R
dt dt dt
v
a R
R
ω
ω α
ω
= = = =
= =
(17)
Pada gerak melingkar beraturan, α = 0, sehingga ω dan v tetap. Meskipun lajunya tetap,
partikel tetap bergerak dipercepat karena arah vektor v
r
setiap saat berubah. Percepatan yang
dirasakan partikel ini adalah percepatan normal (sentripetal) yang arahnya selalu menuju pusat
lintasan, sedangkan besarnya tetap.
Persamaan (15) yang menghubungkan ω dan v secara skalar dapat dituliskan dalam
vektor dari geometri Gambar 3 berikut.
Dari Gambar 3 tampak bahwa panjang PA adalah R sin α. Dengan demikian, kecepatan linear
persamaan (15) menjadi sinv Rω α= atau bisa ditulis sebagai
v Rω= ×
rrr
. (18)
dengan ω
r
adalah vektor yang tegak lurus bidang lingkaran dan arahnya sesuai arah putaran
sekrup yang diputar mengikuti arah melingkarnya partikel. Sementara itu, percepatan
linearnya adalah
dv dR d
a R v R
dt dt dt
ω
ω ω α= = × + × = × + ×
r rr r rr r rr r
(19)
Gaya yang berasal dari percepatan sentripetal tersebut dinamakan gaya sentripetal, yaitu gaya
yang diperlukan untuk mempertahankan partikel tersebut bergerak melingkar dengan kelajuan
tetap.
5
Gambar 3 Kecepatan sudut sebagai besaran vektor
Z
Y
X
ˆNaP
α
R
A
ω
r
3. Gerak Parabola (Gerak Peluru)
Gerak peluru merupakan salah satu contoh kinematika partikel dalam ruang tiga
dimensi dengan memandang dua sumbu pokok, yaitu sumbu vertikal dan horisontal. Secara
horisontal, gerak peluru ini merupakan gerak lurus beraturan dan secara vertikal merupakan
gerak lurus berubah beraturan. Ditinjau gerak peluru pada bidang XOZ (Gambar 4) dengan
percepatan 0 0
ˆ ˆza a g= = −z z
r
, yaitu dari pengaruh gravitasi bumi.
Peluru ditembakkan dari O dengan kecepatan awal 0v
r
membentuk sudut 0θ dari sumbu-X.
Posisi awal (x0,y0,z0) = (0,0,0) pada saat t = t0 = 0.
Persamaan gerak peluru dapat diuraikan sebagai berikut:
( ) 0 0 0cosx xv t v v θ= = (20.a)
( ) 0 0 0sinz zv t v gt v gtθ= − = − (20.b)
( ) ( ) ( ) ( )2 2
x zv t v t v t v t= = +
r
(20.c)
( ) ( )0 0 0cosxx t v t v tθ= = (20.d)
( ) ( )2 2
0 0 0
1 1
sin
2 2
zz t v t gt v t gtθ= − = − (20.e)
Peluru akan mencapai titik tertinggi (titik C) bila 0zv = , yaitu pada saat ht yang ditentukan
dari 0 0z hv gt− = , sehingga diperoleh
0 0
0sinz
h
v v
t
g g
θ= = . (21)
Tinggi maksimum yang dapat dicapai diperoleh dengan memasukkan nilai ht pada z(th)
sehingga diperoleh
2
2 20
0 0
1
sin
2 2
z h h
v
h v t gt
g
θ= − = (22)
6
Gambar 4 Gerak peluru pada bidang XOZ
v0
sin θ0
XO
Z
v0
v0
cos θ0
θ0
Cv
vx
vz
g
dan
2
0 0 0
0 0sin 2
2
x z
h x h
v v v
x v t
g g
θ= = = . (23)
Peluru akan jatuh ke tanah bila z = 0 setelah bergerak selama tk yaitu
0 0
0
2
2 sin 2z
k h
v v
t t
g g
θ
 
= = = ÷
 
(24)
dan jarak horisontal maksimum yang ditempuh adalah
2
0 0 0
0 0
2
sin 2 2x z
k x k h
v v v
x v t x
g g
θ= = = = . (25)
Hasil-hasil yang telah diperoleh di atas hanya berlaku bila:
(1) pengaruh gerak angin/gesekan diabaikan,
(2) variasi percepatan gravitasi bumi terhadap ketinggian diabaikan,
(3) nilai jarak maksimum xk tidak terlalu besar sehingga permukaan bumi dapat dianggap
datar.
7
Contoh-contoh Soal
1) Sebuah partikel bergerak pada bidang XOY dengan kelajuan vx = (4t3
+4t) m/s dan vy =
4t m/s. Pada saat t = 0 partikel berada pada posisi (1,2). Cari persamaan lintasan
(trayektori) partikel dalam koordinat kartesis!
2) Sebuah titik materi bergerak sepanjang keliling lingkaran dengan s = t3
+st2
(s dalam
meter, t dalam sekon). Pada saat t = 2 sekon besar percepatan total adalah 16 2 m/s2
.
Hitung jejari lingkaran!
Tugas di rumah
1) Vektor posisi suatu partikel pada saat t diberikan oleh ( ) ( )cos , sin ,0r t R t R tω ω=
r
dengan R dan ω konstan. Tentukan persamaan trayektori, kecepatan dan percepatan
partikel!
2) Partikel bergerak dalam melingkar pada bidang XY dengan kelajuan konstan v = 5 m/s.
Pada t = 0 partikel pada θ = 0. Jika jejari orbit adalah 2,5 m maka tentukan kecepatan
partikel saat t = 2 sekon!
3) Peluru ditembakkan dari sebuah puncak bidang miring O dengan kecepatan awal v0 dan
membentuk sudut θ dengan bidang miring. Bila dianggap peluru mengenai bidang miring
di A maka hitunglah besar jarak maksimum OA!
8
θ0
θ
v0
O
A

More Related Content

What's hot

[Material elektroteknik] buku
[Material elektroteknik] buku[Material elektroteknik] buku
[Material elektroteknik] bukuHastih Leo
 
Struktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padatStruktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padatVincent Cahya
 
Materi kuliah fisika teknik I : besaran satuan
Materi kuliah fisika teknik I : besaran satuanMateri kuliah fisika teknik I : besaran satuan
Materi kuliah fisika teknik I : besaran satuanMario Yuven
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2sinta novita
 
Soal fisika dasar 1 untuk Teknik
Soal fisika dasar 1 untuk TeknikSoal fisika dasar 1 untuk Teknik
Soal fisika dasar 1 untuk TeknikFKIP UHO
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okkMekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okkMarfizal Marfizal
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Teori ketidakpastian
Teori ketidakpastianTeori ketidakpastian
Teori ketidakpastianFarrrsa
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnetumammuhammad27
 
Hidraulika i
Hidraulika iHidraulika i
Hidraulika itopik152
 
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeLaporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeYunan Malifah
 
Soal dan penyelesaian kesetimbangan benda
Soal dan penyelesaian kesetimbangan benda Soal dan penyelesaian kesetimbangan benda
Soal dan penyelesaian kesetimbangan benda Ilham A
 

What's hot (20)

Ekonomi teknik
Ekonomi teknikEkonomi teknik
Ekonomi teknik
 
[Material elektroteknik] buku
[Material elektroteknik] buku[Material elektroteknik] buku
[Material elektroteknik] buku
 
Struktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padatStruktur kristal zat padat
Struktur kristal zat padat
 
Sifat material nano
Sifat material nanoSifat material nano
Sifat material nano
 
Materi kuliah fisika teknik I : besaran satuan
Materi kuliah fisika teknik I : besaran satuanMateri kuliah fisika teknik I : besaran satuan
Materi kuliah fisika teknik I : besaran satuan
 
Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2Medan elektromagnetik 2
Medan elektromagnetik 2
 
Soal fisika dasar 1 untuk Teknik
Soal fisika dasar 1 untuk TeknikSoal fisika dasar 1 untuk Teknik
Soal fisika dasar 1 untuk Teknik
 
4.hukum gauss
4.hukum gauss4.hukum gauss
4.hukum gauss
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okkMekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Teori ketidakpastian
Teori ketidakpastianTeori ketidakpastian
Teori ketidakpastian
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
 
Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
 
Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)Fluida Statis (PPT)
Fluida Statis (PPT)
 
Hidraulika i
Hidraulika iHidraulika i
Hidraulika i
 
Matematika Rekayasa chapter 1
Matematika Rekayasa chapter 1Matematika Rekayasa chapter 1
Matematika Rekayasa chapter 1
 
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum HookeLaporan praktikum fisika Hukum Hooke
Laporan praktikum fisika Hukum Hooke
 
Mikrostruktur
MikrostrukturMikrostruktur
Mikrostruktur
 
Soal dan penyelesaian kesetimbangan benda
Soal dan penyelesaian kesetimbangan benda Soal dan penyelesaian kesetimbangan benda
Soal dan penyelesaian kesetimbangan benda
 
Diktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanikDiktat getaran mekanik
Diktat getaran mekanik
 

Viewers also liked

Deskripsi hasil pengelolaan keuangan di smpn 12 bandung dan smpn 15 bandung
Deskripsi hasil pengelolaan keuangan di smpn 12 bandung dan smpn 15 bandungDeskripsi hasil pengelolaan keuangan di smpn 12 bandung dan smpn 15 bandung
Deskripsi hasil pengelolaan keuangan di smpn 12 bandung dan smpn 15 bandungMaryam Susana Oktoviawati Sundari
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahNurul Afdal Haris
 
Pendidikan Lingkungan Sosial dan budaya - Masyarakat dan Komunitas
Pendidikan Lingkungan Sosial dan budaya - Masyarakat dan KomunitasPendidikan Lingkungan Sosial dan budaya - Masyarakat dan Komunitas
Pendidikan Lingkungan Sosial dan budaya - Masyarakat dan KomunitasMaryam Susana Oktoviawati Sundari
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indraAlfian Nopara Saifudin
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 
The giant planet jupiter ppt
The giant planet jupiter pptThe giant planet jupiter ppt
The giant planet jupiter pptKintan Salsabila
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATmahviro vivi
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Alfian Nopara Saifudin
 
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahanFinal acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahanAlfian Nopara Saifudin
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionAlfian Nopara Saifudin
 

Viewers also liked (20)

Masyarakat dan komunitas
Masyarakat dan komunitasMasyarakat dan komunitas
Masyarakat dan komunitas
 
Deskripsi hasil pengelolaan keuangan di smpn 12 bandung dan smpn 15 bandung
Deskripsi hasil pengelolaan keuangan di smpn 12 bandung dan smpn 15 bandungDeskripsi hasil pengelolaan keuangan di smpn 12 bandung dan smpn 15 bandung
Deskripsi hasil pengelolaan keuangan di smpn 12 bandung dan smpn 15 bandung
 
Tugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosperTugas terstruktur sosper
Tugas terstruktur sosper
 
Analisis kesesuaian lahan kab. pangandaran
Analisis kesesuaian lahan kab. pangandaranAnalisis kesesuaian lahan kab. pangandaran
Analisis kesesuaian lahan kab. pangandaran
 
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi TanahLaporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
Laporan Mata Kuliah Ilmu Tanah / Geografi Tanah
 
Modul Statistika Crosstab
Modul Statistika CrosstabModul Statistika Crosstab
Modul Statistika Crosstab
 
Final acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometriFinal acara 3 spektrofotometri
Final acara 3 spektrofotometri
 
Laporan Penelitian Pengelolaan Pendidikan
Laporan Penelitian Pengelolaan PendidikanLaporan Penelitian Pengelolaan Pendidikan
Laporan Penelitian Pengelolaan Pendidikan
 
Pendidikan Lingkungan Sosial dan budaya - Masyarakat dan Komunitas
Pendidikan Lingkungan Sosial dan budaya - Masyarakat dan KomunitasPendidikan Lingkungan Sosial dan budaya - Masyarakat dan Komunitas
Pendidikan Lingkungan Sosial dan budaya - Masyarakat dan Komunitas
 
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indralaporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
laporan praktikum dastan acara 4 pengamatan tanah dengan indra
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
The giant planet jupiter ppt
The giant planet jupiter pptThe giant planet jupiter ppt
The giant planet jupiter ppt
 
Sumber belajar mata pelajaran geografi
Sumber belajar mata pelajaran geografiSumber belajar mata pelajaran geografi
Sumber belajar mata pelajaran geografi
 
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGATSTRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
STRUKTUR TANAH DAN KEMANTAPAN AGREGAT
 
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
Pembelajaran mata kuliah_sosiologi_perta (1)
 
Planet Jupiter
Planet Jupiter   Planet Jupiter
Planet Jupiter
 
Laporan praktikum geografi tanah maryam
Laporan praktikum geografi tanah   maryamLaporan praktikum geografi tanah   maryam
Laporan praktikum geografi tanah maryam
 
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahanFinal acara 1 pengenalan alat dan bahan
Final acara 1 pengenalan alat dan bahan
 
Dasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu TanahDasar Ilmu Tanah
Dasar Ilmu Tanah
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 

Similar to Kinematika partikel

Similar to Kinematika partikel (20)

Xi kinematika
Xi kinematikaXi kinematika
Xi kinematika
 
Bahan ajar fisika memadu gerak
Bahan ajar fisika memadu gerakBahan ajar fisika memadu gerak
Bahan ajar fisika memadu gerak
 
1 glb+dan+glbb 1
1 glb+dan+glbb 11 glb+dan+glbb 1
1 glb+dan+glbb 1
 
Bhn kuliah fisika i 2
Bhn kuliah fisika i 2Bhn kuliah fisika i 2
Bhn kuliah fisika i 2
 
1_GLB+dan+GLBB (3).ppt
1_GLB+dan+GLBB (3).ppt1_GLB+dan+GLBB (3).ppt
1_GLB+dan+GLBB (3).ppt
 
GLB DAN GLBB
GLB DAN GLBBGLB DAN GLBB
GLB DAN GLBB
 
1 persamaan gerak e dit_sept_2013
1 persamaan gerak e dit_sept_20131 persamaan gerak e dit_sept_2013
1 persamaan gerak e dit_sept_2013
 
2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar
 
Fisika Dasar
Fisika Dasar Fisika Dasar
Fisika Dasar
 
Gerak parabola dan gmb kelompok 1
Gerak parabola dan gmb kelompok 1Gerak parabola dan gmb kelompok 1
Gerak parabola dan gmb kelompok 1
 
materi fisika dasar
materi fisika dasarmateri fisika dasar
materi fisika dasar
 
Perpindahan gerak-translasi
Perpindahan gerak-translasiPerpindahan gerak-translasi
Perpindahan gerak-translasi
 
Materi 9
Materi 9Materi 9
Materi 9
 
mdncankcoacasvc kljcaaaacdddddjfjjfjfjjfjfokajda
mdncankcoacasvc kljcaaaacdddddjfjjfjfjjfjfokajdamdncankcoacasvc kljcaaaacdddddjfjjfjfjjfjfokajda
mdncankcoacasvc kljcaaaacdddddjfjjfjfjjfjfokajda
 
Solusi prov-2009
Solusi prov-2009Solusi prov-2009
Solusi prov-2009
 
Pokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegarPokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegar
 
Modul kinematika
Modul kinematikaModul kinematika
Modul kinematika
 
Gerak dengan Analisis Vektor
Gerak dengan Analisis VektorGerak dengan Analisis Vektor
Gerak dengan Analisis Vektor
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Gerak melingkar fisika sma
Gerak melingkar fisika smaGerak melingkar fisika sma
Gerak melingkar fisika sma
 

More from Alfian Nopara Saifudin (18)

Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Acara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekbenAcara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekben
 
Acara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekbenAcara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekben
 
Acara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekbenAcara 6 fix tekben
Acara 6 fix tekben
 
Acara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekbenAcara 5 fix tekben
Acara 5 fix tekben
 
Acara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekbenAcara 4 fix tekben
Acara 4 fix tekben
 
Acara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekbenAcara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekben
 
Acara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekbenAcara 2 fix tekben
Acara 2 fix tekben
 
Acara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekbenAcara 1 fix tekben
Acara 1 fix tekben
 
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOEDDaftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
Daftar isi YANG BAIK DAN BENAR UNSOED
 
Cover UNSOED
Cover UNSOEDCover UNSOED
Cover UNSOED
 
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTANAcara 10 PETLAP RAMBUTAN
Acara 10 PETLAP RAMBUTAN
 
Acara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAOAcara 9 PHPT KAKAO
Acara 9 PHPT KAKAO
 
Acara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAHAcara 8 LALAT BUAH
Acara 8 LALAT BUAH
 
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGENAcara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
Acara 3 PENGENALAN DAN PENGAMATAN GEJALA SERANGAN PATOGEN
 
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMAAcara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
Acara 2 PENGENALAN DAN PENGAMATAN SERANGAN HAMA
 
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEMAcara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
Acara 1 AGROEKOSISTEM DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM
 
Kinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensiKinematika dua dimensi
Kinematika dua dimensi
 

Recently uploaded

Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxPutriAriatna
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 

Recently uploaded (12)

Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptxFisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
Fisika Dasar Usaha dan Energi Fisika.pptx
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 

Kinematika partikel

  • 1. Kinematika Partikel di dalam Ruang Tiga Dimensi 1. Gerak Linier Kinematika membicarakan cara gerak suatu sistem, tanpa memperhatikan hukum- hukum yang mengaturnya dan faktor-faktor yang menentukannya. Gerak adalah proses perubahan vektor posisi terhadap perubahan waktu, yang secara matematis dinyatakan sebagai ( ) ( ) ( ) ˆˆ ˆr r x t i y t j z t k= = + + r r (1) Ditinjau gerak suatu partikel P sepanjang trayektori lengkung l dalam ruang tiga dimensi (Gambar 1). Pada saat t partikel berada di titik A dengan vektor posisi ( )r r t= r r , kemudian pada saat t t+ ∆ partikel P telah bergeser seajauh r∆ r dan mencapai titik B dengan vektor posisi ( )'r r r r t t= + ∆ = + ∆ r r r r . Kecepatan rata-rata partikel setelah mengalami pergeseran r∆ r selama selang waktu t∆ didefinisikan sebagai ( ) ( ) rt r t t r t r v t t + ∆ − ∆ = = ∆ ∆ r r r r , (2) yang sekaligus memperlihatkan bahwa arah rtv r selalu sama dengan arah vektor pergeseran r∆ r . Bila digunakan sistem koordinat kartesis dengan ( ) ( ) ( ) ˆˆ ˆr r x t i y t j z t k= = + + r r , maka kecepatan rerata dapat ditulisan sebagai A B rtv rsstv r Z Y X r r r∆ r r r+ ∆ r r s∆ P l Gambar 1 Arti Geometri Gerak dalam Ruang Tiga Dimensi
  • 2. rt ˆˆ ˆx x z v i j k t t t ∆ ∆ ∆ = + + ∆ ∆ ∆ r (3) dengan ( ) ( )x x t t x t∆ = + ∆ − , ( ) ( )y y t t y t∆ = + ∆ − , dan ( ) ( )z z t t z t∆ = + ∆ − . Kecepatan (biasa dinamakan kecepatan sesaat) partikel di titik A didefinisikan sebagai . . . sst 0 0 ˆ ˆ ˆˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆlim lim t t r x y z dx dy dz v i j k i j k xi y j z k t t t t dt dt dt∆ → ∆ → ∆ ∆ ∆ ∆  = = + + = + + = + + ∆ ∆ ∆ ∆  r r (4) Dari persamaan (4) dapat disimpulkan bahwa vektor v r memiliki 3 buah komponen, yaitu x dx v dt = , y dy v dt = , z dz v dt = (5) Besarnya vektor kecepatan dinamakan kelajuan partikel, yang diberikan oleh 2 2 2 sst x y zv v v v v= = + + r (6) Selanjutnya, bila vektor kecepatan partikel v r berubah terhadap waktu maka patikel dikatakan mengalami percepatan. Percepatan rata-rata partikel dalam selang waktu t∆ didefinisikan sebagai ( ) ( ) rt v t t v t v a t t + ∆ − ∆ = = ∆ ∆ r r r r , (7) yang sekaligus menyatakan bahwa arah rta r selalu sama dengan arah perubahan kecepatan v∆ r . Percepatan (biasa dinamakan percepatan sesaat) partikel di titik A didefinisikan sebagai sst 0 0 ˆ ˆ ˆˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆlim lim y yx z x z x y z t t v dvv v v dv dv a i j k i j k a i a j a k t t t t dt dt dt∆ → ∆ → ∆ ∆ ∆ ∆ = = + + = + + = + + ∆ ∆ ∆ ∆  r r . (8) Karena xdv d dx dt dt dt   =  ÷   , ydv d dy dt dt dt   =  ÷   , dan zdv d dz dt dt dt   =  ÷   , maka percepatan dapat juga dituliskan sebagai 2 2 2 .. .. .. sst 2 2 2 ˆ ˆˆ ˆ ˆ ˆd x d y d z a i j k xi y j z k dt dt dt = + + = + + r . (9) Secara umum, arah vektor percepataan sesaat ssta r tidak segaris/sejajar dengan vektor v r tetapi selalu menuju daerah pusat kelengkungan trayektori partikel. Selanjutnya, besar vektor percepatan dinyatakan sebagai 2 2 2 sst x y za a a a a= = + + r . (10) Dengan demikian, jika persamaan trayektori partikel ( )r r t= r r diketahui maka kecepatan ( )v v t= r r dan percepatan ( )a a t= r r partikel dapat dengan mudah diturunkan dengan 2 1
  • 3. persamaan (4) dan (9). Sebaliknya, jika percepatan ( )a a t= r r diketahui maka vektor kecepatan ( )v v t= r r dapat diperoleh dari integrasi persamaan (8) dan vektor posisi ( )r r t= r r selanjutnya dapat diperoleh dengan integrasi persamaan (4). 2. Gerak Melingkar (Rotasi) Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus yang disebut sumbu rotasi. Tinjau partikel P bergerak sepanjang trayektori berupa lingkaran pada bidang XOY dengan jejari R konstan (Gambar 2). Pada saat t partikel berada pada titik A dengan vektor posisi ( ) ˆNr t R= − r yang membentuk sudut θ terhadap sumbu OX+ . Besaran θ dinamakan pergeseran sudut (anguler) yang disapu oleh vektor posisi r r pada saat partikel bergerak dari C ke A. Pada saat t t+ ∆ partikel sampai pada titik B, yaitu pada posisi θ θ+ ∆ dengan panjang lintasan adalah busur AB = ∆s = R ∆θ. Besar kecepatan sudut rata-rata partikel selama selang waktu ∆t didefinisikan sebagai ( ) ( ) ˆ ˆ t t t e e t t θ θ θ θ θ ω + ∆ −  ∆ = = ∆ ∆ r , (11) 3 A B C θ ∆θ X O Y R Gambar 2 Gerak melingkar dengan jejari R konstan P ˆRe ˆeθ
  • 4. Dan bila 0t∆ → didapatkan kecepatan sudut ω r (atau dinamakan sebagai kecepatan sudut sesaat) yang merupakan besaran vektor sebagai ungkapan: ( ) 0 ˆ ˆlim t d t e e t dt θ θ θ θ ω ∆ → ∆  = = ÷ ∆  r . (12) Oleh karena ada dua arah rotasi yang mungkin (searah atau berlawanan jarum jam), maka diperjanjikan bahwa ω r positif untuk arah putar searah jarum jam dan ω r negatif untuk arah putar berlawanan jarum jam. Bila kecepatan sudut ω r tergantung pada waktu t maka partikel akan mengalami percepatan sudut yang besarnya disefinisikan sebagai ( ) ( ) ( ) 2 20 0 ˆlim lim t t t t t d d t e t t dt dt θ ω ω ω ω θ α ∆ → ∆ → + ∆ − ∆ = = = = ∆ ∆ r r r r r (13) Satuan dari ω r dan α r masing-masing adalah rad/s dan rad/s2 dengan dimensi masing-masing [T]-1 dan [T]-2 . Untuk rotasi dengan sumbu tetap, setiap partikel pada benda pejal tersebut mempunyai kecepatan sudut yang sama dan percepatan sudut yang sama. Jadi ω r dan α r merupakan karakteristik keseluruhan benda pejal tersebut. Hubungan Kinematika Linear dengan Kinematika Rotasi Panjang lintasan yang telah ditempuh partikel adalah s dan sudut yang telah disapu sebesar θ. Jari-jari lintasan partikel adalah R yang berharga konstan. Dengan demikian besar lintasan linear dapat dinyatakan sebagai s Rθ= (14) Deferensial satu kali lintasan terhadap waktu diperoleh kecepatan linear, yaitu ( ) ds d d v R R R dt dt dt θ θ ω= = = = (15) Besar percepatan linear partikel dapat diuraikan menjadi percepatan tangensial dan percepatan sentripetal menurut 4 R θ s
  • 5. 2 2 T Na a a= + (16) dengan ( ) 2 2 T N dv d d a R R R dt dt dt v a R R ω ω α ω = = = = = = (17) Pada gerak melingkar beraturan, α = 0, sehingga ω dan v tetap. Meskipun lajunya tetap, partikel tetap bergerak dipercepat karena arah vektor v r setiap saat berubah. Percepatan yang dirasakan partikel ini adalah percepatan normal (sentripetal) yang arahnya selalu menuju pusat lintasan, sedangkan besarnya tetap. Persamaan (15) yang menghubungkan ω dan v secara skalar dapat dituliskan dalam vektor dari geometri Gambar 3 berikut. Dari Gambar 3 tampak bahwa panjang PA adalah R sin α. Dengan demikian, kecepatan linear persamaan (15) menjadi sinv Rω α= atau bisa ditulis sebagai v Rω= × rrr . (18) dengan ω r adalah vektor yang tegak lurus bidang lingkaran dan arahnya sesuai arah putaran sekrup yang diputar mengikuti arah melingkarnya partikel. Sementara itu, percepatan linearnya adalah dv dR d a R v R dt dt dt ω ω ω α= = × + × = × + × r rr r rr r rr r (19) Gaya yang berasal dari percepatan sentripetal tersebut dinamakan gaya sentripetal, yaitu gaya yang diperlukan untuk mempertahankan partikel tersebut bergerak melingkar dengan kelajuan tetap. 5 Gambar 3 Kecepatan sudut sebagai besaran vektor Z Y X ˆNaP α R A ω r
  • 6. 3. Gerak Parabola (Gerak Peluru) Gerak peluru merupakan salah satu contoh kinematika partikel dalam ruang tiga dimensi dengan memandang dua sumbu pokok, yaitu sumbu vertikal dan horisontal. Secara horisontal, gerak peluru ini merupakan gerak lurus beraturan dan secara vertikal merupakan gerak lurus berubah beraturan. Ditinjau gerak peluru pada bidang XOZ (Gambar 4) dengan percepatan 0 0 ˆ ˆza a g= = −z z r , yaitu dari pengaruh gravitasi bumi. Peluru ditembakkan dari O dengan kecepatan awal 0v r membentuk sudut 0θ dari sumbu-X. Posisi awal (x0,y0,z0) = (0,0,0) pada saat t = t0 = 0. Persamaan gerak peluru dapat diuraikan sebagai berikut: ( ) 0 0 0cosx xv t v v θ= = (20.a) ( ) 0 0 0sinz zv t v gt v gtθ= − = − (20.b) ( ) ( ) ( ) ( )2 2 x zv t v t v t v t= = + r (20.c) ( ) ( )0 0 0cosxx t v t v tθ= = (20.d) ( ) ( )2 2 0 0 0 1 1 sin 2 2 zz t v t gt v t gtθ= − = − (20.e) Peluru akan mencapai titik tertinggi (titik C) bila 0zv = , yaitu pada saat ht yang ditentukan dari 0 0z hv gt− = , sehingga diperoleh 0 0 0sinz h v v t g g θ= = . (21) Tinggi maksimum yang dapat dicapai diperoleh dengan memasukkan nilai ht pada z(th) sehingga diperoleh 2 2 20 0 0 1 sin 2 2 z h h v h v t gt g θ= − = (22) 6 Gambar 4 Gerak peluru pada bidang XOZ v0 sin θ0 XO Z v0 v0 cos θ0 θ0 Cv vx vz g
  • 7. dan 2 0 0 0 0 0sin 2 2 x z h x h v v v x v t g g θ= = = . (23) Peluru akan jatuh ke tanah bila z = 0 setelah bergerak selama tk yaitu 0 0 0 2 2 sin 2z k h v v t t g g θ   = = = ÷   (24) dan jarak horisontal maksimum yang ditempuh adalah 2 0 0 0 0 0 2 sin 2 2x z k x k h v v v x v t x g g θ= = = = . (25) Hasil-hasil yang telah diperoleh di atas hanya berlaku bila: (1) pengaruh gerak angin/gesekan diabaikan, (2) variasi percepatan gravitasi bumi terhadap ketinggian diabaikan, (3) nilai jarak maksimum xk tidak terlalu besar sehingga permukaan bumi dapat dianggap datar. 7
  • 8. Contoh-contoh Soal 1) Sebuah partikel bergerak pada bidang XOY dengan kelajuan vx = (4t3 +4t) m/s dan vy = 4t m/s. Pada saat t = 0 partikel berada pada posisi (1,2). Cari persamaan lintasan (trayektori) partikel dalam koordinat kartesis! 2) Sebuah titik materi bergerak sepanjang keliling lingkaran dengan s = t3 +st2 (s dalam meter, t dalam sekon). Pada saat t = 2 sekon besar percepatan total adalah 16 2 m/s2 . Hitung jejari lingkaran! Tugas di rumah 1) Vektor posisi suatu partikel pada saat t diberikan oleh ( ) ( )cos , sin ,0r t R t R tω ω= r dengan R dan ω konstan. Tentukan persamaan trayektori, kecepatan dan percepatan partikel! 2) Partikel bergerak dalam melingkar pada bidang XY dengan kelajuan konstan v = 5 m/s. Pada t = 0 partikel pada θ = 0. Jika jejari orbit adalah 2,5 m maka tentukan kecepatan partikel saat t = 2 sekon! 3) Peluru ditembakkan dari sebuah puncak bidang miring O dengan kecepatan awal v0 dan membentuk sudut θ dengan bidang miring. Bila dianggap peluru mengenai bidang miring di A maka hitunglah besar jarak maksimum OA! 8 θ0 θ v0 O A