Sosialisasi adalah proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati nilai serta norma yang berlaku dalam masyarakatnya sejak lahir hingga dewasa melalui interaksi dengan lingkungan sosial terdekatnya. Proses ini membentuk kepribadian seseorang untuk dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang baik.
jgn qta mndiagnosa smua mnusia tu sma sprti ap yg qta pkirkan, krn tdk smua mnusia sprti tu. ad bbrpa yg dpat mnahan hawa nafsunya n ad jg yg tdk. jka qta msih brpikiran sperti tu, artix anda mngatakan bahwa nabi-nabi qta jg sma sprti tu. krn nabi n rasul adlh seorng mnusia jg. "Trima Kasih"
jgn qta mndiagnosa smua mnusia tu sma sprti ap yg qta pkirkan, krn tdk smua mnusia sprti tu. ad bbrpa yg dpat mnahan hawa nafsunya n ad jg yg tdk. jka qta msih brpikiran sperti tu, artix anda mngatakan bahwa nabi-nabi qta jg sma sprti tu. krn nabi n rasul adlh seorng mnusia jg. "Trima Kasih"
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Â
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
Â
Materi sosiologi kelas x
1. SOSIALISASI
Pengertian sosialisasi:
a. Bruce J Cohen:
Sosialisasi adalah proses dimana manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakatnya, untuk
memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas untuk berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota kelompok.
b. Peter L Berger
Sosialisasi adalah proses pada seorang anak yang sedang belajar menjadi anggota masyarakat
c. Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat, dimana dia menjadi anggotanya.
Proses Sosialisasi:
Melalui empat tahap:
1. Persiapan : anak mulai belajar mengambil peranan orang di sekelilingnya.
2. Meniru : anak tidak hanya mengetahui pernan yang harus dia jalani, tetapi juga mengetahui peranan
yang harus dilakukan orang lain.
3. Siap Bertindak : Anak dianggap mampu mengambil peranan yang dijalankan orang lain dalam
masyarakat luas
4. Menerima Norma: Anak telah siap menjalankan peranan sebagai manusia seutuhnya.
Bentuk Sosialisasi:
Berdasarkan prosesnya,
1. Sosialisasi Primer : Sosialisasi tahap awal yang berlangsung di lingkungan terdekat, seperti Keluarga.
2. Sosialisasi Sekunder: Sosialisasi tahap selanjutnya yang berlangsung diluar lingkungan keluarga.
Berdasarkan tempat berlangsungnya,
1. Sosialisasi Formal: berlangsung melalui lembaga-lembaga formal menurut ketentuan yang berlaku
2. Sosialisasi Informal: berlangsung melalui interaksi secara informal atau kekeluargaan, seperti teman,
atau kelompok sosial lain.
Media (Agen) Sosialisasi:
1. Keluarga
2. Sekolah
3. Media Massa
4. Teman sepermainan
Tujuan sosialisasi:
1. Memberikan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat
2. Menanamkan nilai-nilai pada seseorang dan kepercayaan pokok yang ada di masyarakat
3. Mengembangkan kememapuan seseorang untuk berbicara atau berkomunikasi dengan baik
4. Mengembangkan kemampuan seseorang mengendalikan dirinya sesuai dengan fungsinya sebagai
bagian dari masyarakat.
Dengan sosialisasi diharapkan individu dapat:
1. Menyesuaikan perilaku yang diharapkan dan dianggap baik oleh masyarakat
2. Mengenal dirinya dan mengembangkan segala kemampuan dengan lingkungan social
3. Mampu menjadi anggota masyarakat yang baik
4. Memperoleh konsep tentang dirinya.
PERILAKU MENYIMPANG & PENGENDALIAN SOSIAL
Pengertian Perilaku Menyimpang:
Adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial.
Robert MZ Lawang: perilaku menyimpang adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial.
Menurut Lemert, Penyimpangan dibedakan menjadi dua:
1. Penyimpangan primer; dilakukan oleh seseorang secara temporer, dan pelakunya masih dapat
diterima secara sosial
2. Penyimpangan sekunder; penyimpangan yang dilakukan secara berulang-ulang bahkan menjadi
kebiasaan dan ciri khas dari pelakunya.
Faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang:
2. 1. Faktor Internal:
a. Intelegensi
b. Kondisi fisik
c. Kondisi psikis (kejiwaan)
d. Kepribadian
e. Usia
f. Jenis Kelamin
g. Kedudukan seseorang dalam keluarga
2. Faktor eksternal
a. Faktor sosial ekonomi
b. Kondisi politik
c. Faktor budaya
d. Kehidupan rumah tangga
e. Pendidikan di sekolah
f. Pergaulan
g. Media massa
Jenis Perilaku Menyimpang:
1. Tindak Kejahatan atau Kriminal;spt pembunuhan, perampokan, pencurian, pemalsuan,
penganiayaan, pemerkosaan, penculikan, dll.
2. Penyimpangan seksual; Sodomi, transeksual,masokisme, homoseks, incest, scoptophilia, transvestite,
kumpul kebo, necrophilia, perzinahan, pelacuran, dsb.
3. Pemakaian dan peredaran obat terlarang dan alkoholisme
4. Penyimpangan gaya hidup: spt arogansi (kesombongan), sikap eksentrik, konsumerisme, dll.
5. Tawuran atau perkelahian antar pelajar.
Berdasarkan sifatnya, perilaku menyimpang dibedakan menjadi penyimpangan Positif &
penyimpangan Negatif.
Berdasarkan jumlah pelakunya, dibedakan menjadi penyimpangan Individu & penyimpangan Kelompok.
Perilaku Menyimpang Sebagai Hasil sosialisasi Tidak Sempurna:
Tidak semua agen sosialisasi mampu menjalankan fungsinya dengan baik, sehingga proses sosialisasi
juga tidak berhasil baik. Dalam kerangka ini perilaku menyimpang disebabkan oleh proses sosialisasi yang
tidak sempurna.
Perilaku menyimpang sebagai hasil sosialisasi nilai sub kebudayaan menyimpang:
Penyimpangan ini dipicu oleh proses sosialisasi dari kelompok atau golongan masyarakat yang memiliki nilai
atau kebudayaan menyimpang, seperti kelompok pencopet, penjudi, koruptor, dll.
PENGENDALIAN SOSIAL
Merupakan suatu sistem yang mendidik, mengajak bahkan memaksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai
dengan nilai dan norma-norma social agar kehidupan masyarakat tertib dan teratur.
Fungsi Pengendalian sosial adalah sebagai pencegah dan pereda ketegangan sosial yang diakibatkan
penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang,
Sifat Pengendalian sosial:
1. Preventif; dilakukan sebagai pencegahan (sebelum penyimpangan terjadi)
2. Represif; dilakukan sebagai pereda/penyelesaian (setelah penyimpangan terjadi)
Cara Pengendalian Sosial:
1. Cara Persuasif; membujuk, menasehati, atau mengajak secara halus.
2. Koersif; dilakukan dengan kekerasan fisik atau ancaman.
Lembaga Pengendalian sosial:
1. keluarga
2. Lembaga Penegak Hukum; pengadilan, kejaksaan, kepolisian..
3. Lembaga Pendidikan
4. Lembaga kemasyarakatan; RT, RW, dll
5. Lembaga Keagamaan
3. Peran Lembaga Pengendalian Sosial:
1. Menanamkan norma-norma pada masyarakat
2. Memberikan sanksi bagi pelaku penyimpangan.
Bentuk Pengendalian sosial:
1. Gosip
2. Teguran
3. Hukuman
4. Pendidikan
5. Agama
4. Pengertian Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
1. Sosialisasi
• Menurut kamus besar bahasa indonesia
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati
kebudayaan masyarakat di lingkungannya. Sehingga sosialisasi dapat diartikan sebagai proses sosial yang
terjadi jika seseorang individu menghayati dan melaksanakan norma kelompok dimana ia hidup,
sehingga merasa menjadi bagian dari kelompoknya.
• Koentjaraningrat
Proses sosialisasi adalah proses belajar yang dialami individu sejak masa kanak-kanak sampai masa
tuanya. Ia belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekeliling yang
mengembangkan aneka peran yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
• Soerjono Soekanto
Sosialisasi adalah suatu proses sosial tempat seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk
berperilaku sesuai dengan perilaku orang-orang didalam kelompoknya.
• Robert M.Z. Lawang
Sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan
untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
• Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses di mana seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dan
berprestasi dalam masyarakat.
• Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam
masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
2. Kepribadian
• Koentjaraningrat
Kepribadian adalah unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan timhkah laku tiap manusia,
atau kepribadian adalah ciri-ciri watak seseorang yang konsisten sebagai identitas diri terhadap
lingkungan.
• Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan system kecenderungan tertentu
yang berinteraksi dengan serangkaian instruksi.
• M.A.W Bouwer
Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini
dan sikap-sikap seseorang.
• Cuber
Kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
• Theodore R. Newcombe
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap
perilaku.
Peran Nilai dan Norma Dalam sosialisasi
Dalam proses sosialisasi, nilai dan norma merupakan sesuatu yang harus dipelajari individu. Pengetahuan
tentang nilai dan norma sosial sangat penting dalam proses sosialisasi. Hal itu dimaksudkan agar manusia
mampu melakukan penyesuaian terhadap nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Nilai dan
norma disosialisasikan kepada generasi yang lebih muda sebagai pedoman perilaku serta sikap individu di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Dapat diartikan bahwa proses sosialisasi adalah
proses memahami nilai dan norma sosial yang ada dalam masyarakat. Dalam hal ini maka peranan nilai
dan norma merupakan pembentuk pola perilaku individu agar sesuai dengan yang diharapkan oleh
masyarakat.
Tahap-tahap Sosialisasi (perkembangan manusia)
• Persiapan (Prepatory Stage)
5. Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam sosialisasi yang dilakukan oleh manusia. Pada tahap ini
dimulai sejak manusia lahir di dunia, sejak saat itulah seseorang sudah memiliki persiapan untuk
melakukan tindakan sesuai dengan lingkungannya. Contohnya, mengenali posisinya dalam keluarga,
mengucapkan kata “ayah” atau “ibu”, dan lain-lain. Kemampuan individu mengenali diri dan
lingkungannya dipengaruhi oleh kemampuan berpikirnya. Kemampuan berpikir individu dalam masa kecil
memungkinkan seorang individu untuk menyiapkan dirinya dalam berinteraksi.
• Tahap Meniru (Play Stage)
Pada tahap ini seorang anak dapat mulai meniru secara sempurna. Seorang individu mulai meniruka
beberapa hal yang ia lihat atau ia dengar dari lingkungan sekitarnya. Pada tahap ini anak mengenal
“signiificant other” yaitu orang-orang disekitarnya yang dianggap penting bagi pertumbuhan dan
pembentukan diri, Misalnya : ayah, ibu, kakak, yang sering berinteraksi dengannya. Contoh : seorang
anak kecil selalu meniru apa yang dikerjakan orang di sekitarnya dan menerima apa yang sudah
dilihatnya.
• Tahap Siap Bertindak (Game stage)
Pada tahap ini, peniruan yang dilakukan seseorang mulai berkurang dan digantikan oleh peranan yang
secara langsung dimainkan oleh diri sendiri dan penuh kesadaran. Seorang anak mulai menyadari adanya
norma-norma yang harus dipahami, baik yang berlaku dalam keluarga maupun masyarakat. Ia mulai
melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan norma dan aturan yang seharusnya diikuti dan dilakukan.
Pada tahap ini, seseorang mulai siap menjadi partisipan aktif dalam masyarakat.
• Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other)
Pada tahap ini, seseorang disebut sebagai manusia dewasa. Dia bukan hanya menempatkan dirinya pada
posisi orang lain, tetapi juga dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Individu
tersebut telah mampu berinteraksi dengan orang lain karena telah memahami perannya sendiri serta
peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Seseorang telah menyadari pentingnya peraturan-
peraturan sehingga kemampuan bekerjasama menjadi mantap, dan dalam tahap ini manusia telah
menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian
• Warisan Biologis (keturunan)
Faktor keturunan berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Warisan biologis menyediakan
bahan mentah kepribadian dan bahan mentah ini dapat dibentuk dengan berbagai cara. Seseorang
terlahir ada yang sempurna secara biologis dan ada yang mempunyai kekurangan biologis. Seorang yang
terlahir secara sempurna akan mempunyai sikap yang penuh percaya diri karena merasa bahwa dirinya
sama dengan orang lain. Mereka mempunyai kaki, tangan, dan panca indra yang sempurna. Lainlagi
dengan orang yang lahir dengan beberapa kekurangan biologis, mereka akan merasa rendah diri atau
kurang percaya diri karena merasa ada yang kurang dari diri mereka.
• Lingkungan Fisik (geografis)
Faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi kepribadianseseorang adalah kondisi fisik tempat tinggal
mereka, antara lain kondisi topografi (permukaan atau relief bumi), iklim, dan sumber daya alam.
Contohnya : orang yang hidup di daeran pegunungan yang mengembangkan pertanian akan berbeda
kepribadiannya dengan orang yang hidup di tepi pantai sebagai nelayan.
• Kebudayaan
Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh kebudayaan khusus dapat dilihat pada kehidupan masyarakat
desa dan kota. Masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Masyarakat desa terbiasa melakukan
segala hal secara bersana-sama, dengan demikian mereka akan mempunyai rasa kebersamaan yang
tinggi dan rasa tolong-menolong yang tinggi pula. Lain lagi dengan masyarakat kota yang cenderung
bersifat individualis karena mereka terbiasa melakukan berbagai hal secara individu.
• Pengalaman Kelompok
Pengalaman Kelompok. Melalui pengalaman kelompok, seseorang akan melihat bagaimana menilai diri
sendiri atau bagaimana membentuk jati dirinya.
• Pengalaman Unik
Menurut Paul B.Horton, kepribadian tidak dibangun menyusun peristiwa di atas peristiwa lainnya. Arti
dan pengaruh suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya.
6. Pengalaman-pengalaman yang unik akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian berbeda-
beda antar satu dengan yang lainnya karena pengalaman yang dialamai seseorang itu unik dan tidak ada
seorang pun yang dapat menyamainya.
Hubungan Pembentukan Kepribadian dengan Kebudayaan
Menurut pendapat M. J. Herkovits, budaya merupakan sesuatu yang superorganik karena bersifat turun-
temurun meskipun masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan adanya kelahiran dan kematian.
Budaya secara langsung dapat memengaruhi perilaku dan kepribadian yang disebabkan adanya kelahiran
dan kematian. Budaya langsung memengaruhi perilaku dan kepribadian individu karena individu tinggal
dalam lingkungan masyarakat yang memiliki budaya itu.
Agen-agen Yang berperan Dalam Sosialisasi
• Keluarga
Keluarga merupakan satuan sosial yang didasarkan pada hubungan darah (genealogis), dapat berupa
keluarga inti (ayah, ibu, dan atau tanpa anak-anak baik yang dilahirkan maupun diadopsi), dan keluarga
luas, yaitu keluarga yang terdiri atas lebih dari satu keluarga inti yang mempunyai hubungan darah baik
secara hirarkhi maupun horizontal.
Nilai dan norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai norma dasar yang diperlukan oleh
seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orang-orang dalam masyarakat yang lebih luas.
• Teman Sepermainan
Melalui lingkungan teman sepermainan seseorang mempelajari nilai-nilai dan normanorma dan
interaksinya dengan orang-orang lain yang bukan anggota keluarganya. Di sinilah seseorang belajar
mengenai berbagai keterampilan sosial, seperti kerjasama,mengelola konflik, jiwa sosial, kerelaan untuk
berkorban, solidaritas, kemampuan untuk mengalah dan keadilan. Di kalangan remaja kelompok
sepermainan dapat berkembang menjadi kelompok persahabatan dengan frekuensi dan intensitas
interaksi yang lebih mantap. Bagi seorang remaja, kelompok persahabatan dapat berfungsi sebagai
penyaluran berbagai perasaan dan aspirasi, bakat, minat serta perhatian yang tidak mungkin disalurkan di
lingkungan keluarga atau yang lain.
• Sekolah
Dilingkungan pendidikan/sekolah anak mempelajari sesuatu yang baru yang belum dipelajari dalam
keluarga maupun kelompok bermain, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
Lingkungan sekolah terutama untuk sosialisasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai-nilai
kebudayaan yang dipandang luhur dan akan dipertahankan kelangsungannya dalam masyarakat melalui
pewarisan (transformasi) budaya dari generasi ke generasi berikutnya.
Fungsi sekolah sebagai media sosialisasi antara lain:
• mengenali dan mengembangkan karakteristik diri (bakat, minat dan kemampuan)
• melestarikan kebudayaan
• merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan pengembangan
kemampuan berfikir kritis, analistis, rasional dan objektif
• memperkaya kehidupan dengan cakrawala intelektual serta cita rasa keindahan
• mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dan kemandirian
• membelajarkan tentang hidup sehat, prestasi, universalisme, spesifisitas, dll.
• Lingkungan Kerja
Di lingkungan kerja seseorang juga belajar tentang nilai, norma dan cara hidup. Tidaklah berlebihan
apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di lingkungan militer berbeda dengan di lingkungan
sekolah atau perguruan tinggi. Seorang anggota tentara akan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan
militer dengan garis komando yang tegas. Dosen atau guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja
yang lebih demokratis.
• Media Massa
Light, Keller dan Calhoun (1989) mengemukakan bahwa media massa—yang terdiri atas media cetak
maupun elektronik merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa
diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayak. Pesan-
7. pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan khalayak kearah perilaku prososial
maupun antisosial. Media massa juga sering digunakan untuk mengukur, membentuk atau
mempengaruhi pendapat umum. Kesadaran arti penting media massa bagi sosialisasi pun telah
mendorong para pendidik untuk memanfaatkan media massa. Media massa berfungsi sebagai media
sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Apabila informasi yang diterima positif sesuai
norma yang berlaku di masyarakat, maka akan terbentuk kepribadian yang positif,dan sebaliknya.
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Setiap individu dalam masyarakat adalah pribadi yang unik, tetapi karena mereka memperoleh tipe-tipe
sosialisasi yang sangat mirip, baik yang berasal dari rumah maupun sekolah, akan banyak ciri kepribadian
yang hamper serupa.
Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, dan nilai yang mempengaruhi seseorang
agar berbuat sesuai dengan tata cara yng diharapkan.
*tambahan
Jenis-jenis Sosialisasi
• Sosialisasi Primer
Yaitu sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dalam lingkungan keluarga dan menjadi pintu
utama bagi seseorang dalam memasuki keanggotaan masyarakat. Dikatakan demikian karena keluarga
merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Dalam sosialisasi primer, peran orang orang terdekat sangat
penting dalam pembentukan karakter kepribadian sesuai yang diharapkan. Dalam masa sosialisasi primer
ini merupakan proses yang penting karena apapun yang diserap anak di masa ini menjadi ciri dasar
kepribadian anak setelah dewasa.
• Sosialisasi Sekunder
Merupakan tahapan selanjutnya dari sosialisasi primer. Pada sosialisasi ini, seorang individu mulai
mengenal sektor-sektor baru dalam masyarakat. Individu mulai mengenal norma dan pola perilaku orang
di lingkungan keluarganya.
Pola Sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.
• Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap
kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman
dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat
satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan
orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
• Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan
ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini
anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dankomunikasi bersifat lisan yang menjadi
pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.
Fungsi dan Tujuan Sosialisasi
1. Fungsi
Proses sosialisasi di lingkungan masyarakat memiliki dua fungsi utama sebagai berikut :
• Dilihat dari kepentingan individu, sosialisasi bertujuan agar individu bisa mengenal, mengakui, dan
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai, norma-norma, dan struktur sosial yang ada di dalam masyarakat.
8. • Dilihat dari kepentingan masyarakat, sosialisasi berfungsi sebagai alat pelestarian, penyebarluasan, dan
pewarisan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat, supaya tetap ada dan terpelihara
oleh seluruh anggota masyarakat.
2. Tujuan
Secara umum, sosialisasi bertujuan untuk membentuk kepribadian. Kepribadian terbentuk melalui proses
mempelajari pola-pola kebudayaan. Kebudayaan yang dipelajari meliputi nilai-nilai, norma-norma,
beserta sanksi-sanksi yang akan diterima bila terjadi penyimpangan. Ssetelah kepribadian terbentuk,
maka manusia siap menjalankan perannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tipe Sosialisasi
• Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku
dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
• Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat dalam masyarakat atau pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara
teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat.
Baik sosialisasi formal maupun informal, keduanya tetap mengarah pada pertumbuhan pribadi anak agar
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Meskipun sosialisasi dipisahkan secara
formal dan informal, namun hasilnya sangat sulit untuk dipisahkan karena individu biasanya mendapat
sosialisasi formal dan informal sekaligus.
Proses Sosialisasi
• Proses Internalisasi, merupakan proses panjang dan berlangsung seumur hidup sejak manusia lahir
sampai meninggal dunia. dimana ia belajar membentuk kepribadian melalui perasaan, nafsu, emosi yang
diperlukan sepanjang hidupnya.
• Proses Sosialisasi, merupakan proses individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku
sesuai dengan perilaku kelompoknya.
• Proses Inkulturasi, merupakan proses pembudayaan seorang individu mempelajari dan menyesuaikan
alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup
dalam kebudayaannya.
Pola Sosialisasi Menurut Jaeger
• Sosialisasi Represif (repressive sosialization)
Sosialisasi ini menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, atau sosialisasi yang
mengutamakan ketaatan anak pada orang tua.
Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan,
penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah,
nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua,
peran orang tua sebagai significant others.
Contoh : orang tua memberi hukuman kepada anaknya yang bandel.
• Sosialisasi Partisipatoris (participatory socialization)
Soaialisasi ini merupakan pola dimana anak siberi imbalan ketika berperilaku baik, atau sosialisasi yang
mengutamakan adanya partisipasi dari anak.
Contoh : orang tua memberi imbalan kepada anaknya perilaku yang baik.
Faktor-faktor Penghambat Interaksi
• Kemampuan Berbahasa
Orang yang pandai berbahasa mempunyai kecenderungan dapat dengan mudah melaksanakan
sosialisasi. Sebaliknya, jika sulit berbahasa maka akan sulit juga berkomunikasi. Contoh : Cacat bibir,
gagap, pendiam/malu berbicara, dan kurang fasih/kurang menguasai pembicaraan.
9. • Cara Bergaul
Orang yang pandai bergaul dan biasa menempatkan diri akan mudah menjalankan proses sosialisasi.
Sebaliknya, yang sulit, kaku, dan kurang beretika cenderung akan menghambat sosialisasi. Kendala-
kendala dalam bergaul antara lain : perbedaan golongan, status, pendidikan, dan sosial ekonomi.
Unsur-unsur Kepribadian
• Pengetahuan
Pengetahuan berupa kemampuan membentuk konsep dan fantasi untuk mengembangkan cita-cita,
gagasan, ilmu pengetahuan, dan karya seni.
• Perasaan
Yaitu suatu keadaan dalam kesadaran manusia karena pengaruh pengetahuannya dinilai sebagai keadaan
positif (menyenangkan) dan negatif (tidak menyenangkan).
• Dorongan Naluri
Adalah keinginan yang ada pada diri seseorang bersumber dari panca indra sebagai aksi yang kemudian
dicerna dan diwujudkan dalam bentuk reaksi. Setiap dorongan naluri sebagai perwujudan dari keinginan
manusia untuk menanggapi rangsangan tersebut. Contoh : dorongan untuk mempertahankan hidup,
seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia, meniru tingkah laku
sesamanya, berbakti, dan dorongan akan keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.