SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama anak
ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi
pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang bersifat
carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada
anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa.
Penyakit pulorum dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, pada
daerah penghasil unggas. Kejadian penyakit ini secara geografis erat hubungannya
dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu. Usaha tersebut
telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara dengan sangat
minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk asal unggas.
Penyakit ini dikenal juga dengan nama bicillary white diarrhea, white
diarrhea atau berak kapur. Pada berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorum
dan Salmonella gallinarum digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian,
para ahli di negara-negara amerika ataupun Asia untuk membedaan Salmonella
pullorum sebagai penyebab penyakit pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai
fowl typhoid
1.2. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Pullorum
2. Untuk mengetahui tentang Cara Penularan Pullorum
3. Untuk mengetahui tentang Gejala Pullorum
4. Untuk mengetahui tentang Diagnosis Pullorum
5. Untuk mengetahui tentang Pengobatan Pullorum
6. Untuk mengetahui tentang Pengendalian dan Pencegahan Pullorum
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penyakit Pulorum
Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dari
induk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan sering
menyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak kematian pada
umur 2-3 minggu setelah menetas. Ayam akan terlihat mengantuk, lemah, nafsu
makan hilang dan ayam terlihat bergerombol di suatu tempat.
Ayam mengeluarkan kotoran berwarna putih menyerupai kapur (pasta)
dan terkadang menempel pada dubur ayam. Pada perubahan bedah bangkai akan
terlihat hati berwarna kuning dan keras karena pembengkakan. Pada saluran
pencernaan tampak bintik-bintik putih terutama pada mesenterium (penggantung
usus,red) dan otot ventrikulus serta sekum atau usus buntu penuh dengan massa
berbentuk keju.
Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas
terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini
kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang
bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik
akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam
dewasa.
Penyakit ini dikenal juga dengan nama bacillary white diarrhea, white
diarrhea atau berak kapur. Pada berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorum
dan Salmonella gallinarum digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian,
para ahli di negara-negara amerika ataupun Asia untuk membedaan Salmonella
pullorum sebagai penyebab penyakit pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai
fowl typhoid.
Penyakit ini juga ada di Indonesi, penyakit ini dapat ditularkan secara
kongenital (melalui telur). Nama lain penyakit ini ialah diare putih anak ayam,
Pulorum Seuche atau tifus ayam.
Kerugian ekonomik akibat penyakit pulorum terutama bersifat tidak
langsung sehubunggan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
3
pemeriksaan laboratorium pada breeder untuk memastikan bahwa breeder bebas
terhadap infeksi Salmonella. Kadang-kadang terjadi infeksi saluran pencernaan
pada manusia akibat mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh Salmonella
pullorum dalam jumlah yang besar.
2.2. Kejadian Penyakit
Penyakit pulorum terutama ditemukan pada ayam dan kalkun muda. Berbagai
spesies unggas dapat terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut tidak mempunyai
peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum. Penyakit ini dapat
ditemukan pada ayam semua kelompok umur, tetapi kerugian yang terbesar hanya
ditemukan pada anak ayam yang berumur <4 minggu.
Penyakit pulorum dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, pada
daerah penghasil unggas. Kejadian penyakit ini secara geografis erat hubungannya
dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu. Usaha tersebut
telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara dengan sangat
minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk asal unggas.
Di indonesia, pengendalian penyakit pulorum juga diatur oleh pemerintah
dengan melakukan uji serogik pada semua parent stock yang dipelihara di
breeding farm. Sejauh ini kejadian penyakit tersebut ditingkan breeder tergolong
sangaat jarang. Pada peternakan komersial dan produk asal unggas (daging dan
telur) belum banyak dilakukan evaluasi laboratorium untuk mengetahui
kemungkinan adanya infeksi penyakit pulorum. Pada kondisi lapangan, diagnosis
penyakit tersebut sulit dilakukan dengan pemeriksaan pasca mati sehingga laporan
tentang kejadian dan penyebaran penyakit pulorum di Indonesia tidak dapat
diperoleh secara pasti. Meskipun demikian, dari sejumlah penelitian yang
dilakukan, penyakit ini telah tersebar diberbagai peternakan ayam di Indonesia
walaupun frekuensi kejadiannya masih tergolongan rendah.
2.3. Etiologi
Penyakit pulorum disebabkan oleh Salmonela pullorum, yang tergolong famili
Enterobacteriaceae, yang sangat beradaptasi pada hospes. Bakteri tersebut
bersifat gram-negatif, berbentuk basillus dengan ujung yang sedikit membulat dan
4
mempunyai ukuran 0,3 -0,5 x 1 – 2,5 µm. Salmonela pullorum bersifat non-motil,
nonliquefying, non-kromogenik, non-sporagenik dan fakultatif anaerobe. Bakteri
ini cukup tahan terhadap iklim normal, tetapi rentan terhadap disinfektan biasa.
Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada agar-agar atau kaldu daging
sapi dan media lain yang mempunyai nilai nutrisi yang mirip. Pertumbuhan
bakteri ini pada media selektif bervariasi, pertumbuhan terbaik dapat ditemukan
pada kaldu tetrationat. Bakteri ini juga dapat tumbuh pada pembenihan agar Mac
Conkey.
Bakteri Salmonela pullorum dapat hidup di luar tubuh hospes pada
lingkungan yang sesuai selama berbulan-bulan. Kuman ini kurang tahan terhadap
panas dan mungkin juga terhadap bahan kimia ataupun faktor lingkungan yang
merugikan dibandingkan dengan Salmonela paratyphoid. Kuman ini dapat
dibunuh dengan cara sanitasi/desinfeksi yang ketat, misalnya menggunakan uap
formalin.
Bakteri Salmonela pullorum tidak mempunyai antigen flagellar atau
antigen H. Struktur antigen somatik bakteri ini adalah 1,9 dan 12 dan dapat
digolongkan ke dalam grup D pada sistem klasifikasi Kauffman White. Antigen
somatik 12 dapat dibedakan lagi menjadi 121,122,123 , galur Salmonela pullorum
yang berbeda mengandung perbandingan yang berbeda dari faktor antigen 122,123.
Salmonela pullorum sangat mirip dengan Salmonela gallinarum penyebab fowl
typhoid. Kedua bakteri tersebut mempunyai beberapa kesamaan struktur antigenik
dan dapat mengalami aglutinasi silang.
Salmonela pullorum dan Salmonela gallinarum memberikan reaksi yang
sama pada uji serologik terhadap panyakit pulorum. Salmonela pullorum
menghasilkan toksin yang tahan panas dan dapat membunuh beberapa jenin
rodentia. Oleh karena anak ayam tahan terhadap toksin tersebut, maka mungkin
toksin tersebut tidak mempunyai peranan dalam menimbulkan penyakit pada anak
ayam.
Ada beberapa faktor predisposis penyakit pulorum yaitu defisiensi nutrisi,
kandang penuh sesak, sanitasi jelek dan kandang lembab/pengap.
5
2.4. Cara Penularan
Secara umum cara penularan penyakit ini melalui beberapa cara yaitu:
1. Feco-oral route
2. Horizontal : sakit menular ke ayam yang peka
3. Vertikal : melalui telur yg infektif
4. Perinhalasi melalui debu infektif pada mesin dan tetas
5. Karier (3-4 bln) dan infeksi menjadi ancaman
6. Predileksi pada ovarium
Secara kongenital/vertikal melalui induk ke anak saat telur di ovarium,
oviduk atau kloaka. Secara horisontal melalui oral, melalui pakan, air minum dan
litter yg terkontaminasi dengan udara dengan melalui debu, bulu-bulu, anak ayam
dan pecahan cangkang.
Patogenesis dari penyakit ini adalah sebagai berikut:
1. Bakteri masuk secara oral berinteraksi dengan sel epitel dan sel mikro pada
saluran pencernaan dan berkolonisasi kemudian menetrasi mukosa epitel usus
halus sehingga terjadi kemotaksis heterofil dan magrofag dan terjadi
peradaangan.
2. Invasi bakteri di luar saluran pencernaan selanjutnya berkembang biak dalam
sistem retikuloendotil (hati,limpa)
3. Bakterimia
Meskipun ayam merupakan hospes alami Salmonela pullorum, kalkun
juga merupakan hospes yang penting. Sehubungan dengan tingkat adaptasi yang
tinggi dari bakteri tersebut pada ayam dan dengan derajat adaptasi yang lebih
rendah pada kalkun, maka patogenisitas Salmonela pullorum pada hospes yang
lain akan sangat terbatas. Pada ayam dan kalkun, infeksi bakteri tersebut biasanya
berlangsung lama. Infeksi pulorum pada spesies unggas lainnya bersifat rendah
dan tidak penting untuk jangka waktu yang panjang.
Ayam yang tergolong tipe ringan relatif lebih resisten terhadap pulorum
dibandingkan dengan ayam tipe berat. Jenis ayam yang mempunyai temperatur
tubuh tinggi, terutama pada umur sekitar satu minggu relatif lebih tahan terhadap
tangtangan Salmonela pullorum dibandingkan dengan jenis ayam yang
6
mempunyai temperatur tubuh rendah. Beberapa peneliti melaporkan bahwa
persentase ayam betina yang memberikan reaksi positif terhadap uji pulorum lebih
tinggi dibandingkan dengan ayam jantan. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena
adanya infeksi lokal pada folikel ovarium.
Mortalitas akibat pulorum biasanya ditemukan pada ayam umur 2-3
minggu. beberapa ahli melaporkan bahwa resistensi terhdap pulorum meningkat
dengan cepat selama 5-10 hari pertama sejalan dengan peningkatan jumlah
limfosit dan temperatur tubuh. Kadang-kadang ditemukan adanya infeksi akut
pada ayam dewasa, terutama petelur cokelat. Sejumlah ayam dan kalkun yang
dapat bertahan terhadap infeksi pulorum dengan/tanpa adanya lesi tertentu.
Infeksi alami pada hewan lain merupakan akibat dari kontak langsung atau
tidak langsung dengan ayam sakit. Jenis burung yang dapat terinfeksi secara alami
adalah itik, ayam mutiara, burung merak, burung puyuh, burung gereja, burung
kenari, kutilang dan sejenis burung kaka tua. Jenis mamalia yang dapat terinfeksi
secara alami ataupun buatan adalah simpanse, kelinci, marmot, chinchilla, babi,
anak kucing, sering, anjing, mink, anak sapi dan tikus liar. Walaupun hospes dari
Salmonela pullorum sangat luas, namun karena pulorum hampir dapat
ditanggulangi secara baik, maka diperkirakan unggas lain dan mamalia hanya
memainkan peranan yang kecil dalam epidemiologi penyakit tersebut. Kadang-
kadang dapat ditemukan adanya Salmonelosis akibat Salmonela pullorum pada
manusia yang berhubungan dengan makanan.
Telur tetas yang terinfeksi oleh bakteri Salmonela pullorum mempunyai
peranan yang penting dalam penularan penyakit ini. Sekitar dari telur yang berasal
dari ayam yang terinfeksi penyakit tersebut mengandung Salmonela pullorum,
terutama oleh karena adanya pencemaran ovum selama proses ovulasi. Meskipun
bakteri tersebut dapat menembus kerabang telur setelah telur keluar dari ayam,
rute infeksi tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan
penyakit pulorum.
Penularan penyakit yang terjadi selama periode penetasan dari anak ayam
yang terinfeksi kepada anak ayam yang tidak terinfeksi dapat mengakibatkan
penyebaran penyakit yang ekstensif yang hanya dapat ditanggulangi dengan cara
fumigasi pada inkubator.
7
Penularan penyakit dapat juga terjadi dalam suatu flok akibat adanya
kanibalisme dari ayam yang terinfeksi, memakan telur yang terinfeksi dan
masuknya Salmonela pullorum melalui luka. Penularan Salmonela pullorum
mungkin terjadi melalui pakan yang tercemar oleh bakteri, walaupun peranannya
sangat kecil. Kuman tersebut dapat bertahan lebih lama di dalam litter yang
kering dan berdebu dibandingkan dengan litter yang basah akan meningkatkan pH
dari air yang terkandung dalam litter yang dapat membunuh Salmonela pullorum.
Sehubungan dengan penularan Salmonela pullorum melalui telur dari ayam
carrier, maka penularan dapat juga terjadi melalui setter, hatcher dan kotak DOC.
Disamping itu, penularan kuman tersebut juga dapat terjadi melalui
kandang/peralatan pakan dan minuman, karung pakan dan produk asal unggas
yang digunakan sebagai bahan pakan yang tercemar oleh kuman Salmonela
pullorum. Siklus infeksi Salmonela pullorum dapat terjadi melalui induk ayam
telur DOC induk ayam.
2.5. Gejala dan Tanda Pulorum
Pulorum dianggap sebagai penyakit pada anak ayam dan kalkun. Kadang-kadang
penyakit ini bersifat subklinik meskipun ditularkan melalui telur. Masa inkubasi
biasanya sekitar 4-5 hari dan penyakit ini umumnya berlangsung antara 5-12 hari.
Tanda dan gejala biasanya terlihat pada anak ayam muda dari 3 minggu.
Tanda umum pada unggas yang terinfeksi adalah:
a. Terlihat lesu
b. Mengacak-acak bulu
c. Mata tertutup/sleepy
d. Sering berkicau dengan keras
e. Kepincangan
f. Peradangan pada usus dan paru-paru
g. Diare berwarna putih
h. Anoreksia
i. Demam
j. Bergerombol pada lampu
k. Hati berwarna kusam
8
2.5.1. Pada Anak Ayam
Jika DOC berasal dari telur yang terinfeksi oleh kuman Salmonela pullorum,
maka DOC yang sangat lemah atau mati dapat ditemukan di dalam inkubator atau
segera setelah dikeluarkan dari mesin tetas. Anak ayam akan terlihat mengantuk,
lemah, kehilangan nafsu makan dan dapat iikuti oleh kematian yang mendadak.
Pada sejumlah kasus, gejala pulorum tidak teramati selama 5-10 hari
setelah menetas, tetapi gejala klinik akan mencapai puncaknya sekitar 70-10 hari
berikutnya. Mortalitas biasanya mencapai puncak pada minggu ke-2 sampai ke-3
setelah menetas. Pada keadaan tertentu, anak ayam terlihat lesu, cenderung
berkumpul di bawah pemanas, kehilangan nafsu makan, sayap menggantung,
mengantuk dan penampakan luar menyimpang. Anak ayam yang terinfeksi kerap
kali “menciap” kesakitan ketika sedang defekasi dan pada umumnya akan
membentuk suatu timbunan kotoran berwarna putih menyerupai kapur (pasta),
yang kadang-kadang bercampur ekskreta berwarna cokelat-kehijauan di sekitar
kloaka. Mungkin akan terlihaat kesulitan bernapas atau pernapasan melalui mulut
akibat keradangan yang ekstensif pada paru.
Anak ayam yang sembuh akan mengalami gangguan pertumbuhan yang
drastis, peningkatan berat abdan yang terhambat dan gangguan pertumbuhan bulu.
Anak ayam calon petelur yang mengalami gangguan produksi telur. Meskipun
demikian, sejumlah ayam yang daapat bertahan tidak mengalami gangguan
pertumbuhan dan mempunyai perkembangan. Kadang-kadang terjadi kebutaan
dan kelumpuhan dari ayam yang terinfeksi kuman tersebut akibat pembengkakan
persendian dan membrana sinovial.
2.5.2. Pada Ayam Dewasa
Infeksi dapat terjadi tanpa gejala yang spesifik yang mirip infeksi akut.
Infeksi dapat menyebar dalam suatu flok tanpa disertai oleh gejala tertentu. Ayam
yang terinfeksi dapat menunjukkan adanya balun (jengger) yang pucat, berkeriput,
mengecil dan berwarna kelabu. Ayam yang menderita infeksi Salmonela pullorum
dapat mengalami penurunan produksi telur, fertilitas dan daya tetas telur. Kadang
terjadi infeksi akut pada ayam dara ataupun ayam dewasa, pada kelompok ayam
9
tersebut akan terlihat adanya kelesuan, kehilangan nafsu makan, diare dan
dehidrasi. Mungkin juga terlihat adanya kepala dan leher yang menjadi kaku.
Morbiditas dan mortalitas sangat bervariasi dan tergantung pada umur,
kualitas pakan, kepakaan ayam dan manajemen peternakan. Mortalitas bervariasi
dari 0% - 100% pada kasus berat. Mortalitas tertinggi biasanya terjadi pada
minggu ke ke-2 setelah menetas, kemudian menurun secara cepat pada minggu
ke-3 dan ke-4. Mortalitas kerapkali tinggi dari mortalitas bahkan sejumlah ayam
yang terinfeksi dapat sembuh secara spontan. Anak ayam yang menetas dari suatu
flok terinfeksi, yang dipelihara pada lokasi yang sama biasanya akan mengalami
tingkat mortalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan anak atam yang
dipelihara pada lokasi yang berbeda. Ayam dewasa yang terinfeksi biasanya
menghasilkan antibodi yang mampu beraglutinasi pada tingkat yang berbeda
selama periode infeksi. Meskipun produksi antibodi tersebut memberi petunjuk
tentang adanya suatu respon imun, kemungkinan adanya peranan dari antibodi
tersebut untuk memodifikasi infeksi pada ayam tidak diketahui secara pasti.
Antibodi yang mampu beraglutinasi mungkin berfungsi untuk melokalisasi infeksi
Salmonela pullorum pada ayam.
2.6. Perubahan Patologik
Perubahan patologik penyakit pulorum terdiri dari perubahan makroskopik dan
perubahan mikroskopik.
2.6.1. Perubahan Makroskopik
Perubahan makroskopik dapat digambarkan pada anak ayam dan pada ayam
dewasa.
a. Anak ayam
Jika kematian terjadi secara cepat pada awal pemeliharan DOC, maka lesi yang
ditemukan akan terbatas. Hati akan membesar, kongesif dan warna hati anak
yang secara normal kekuningan, akan disertai oleh jalur hemoragik. Pada
bentuk septisemik, akan terlihat hiperemia aktif pada berbagai organ. Yolk sac
dan isinya dapat memperlihatkan perubahan yang bersifat ringan ataupun tidak
ada lesi tertentu. Pada kasus yang lebih berat, dapat ditemukan adanya yolk sac
10
yang belum terserap dengan kandungan yang berwarna kekuningan menyerupai
krem ataupun bersifat kaseus. Pada otot jantung, hati, paru, sekum, usus besar
dan otot ventrikulus dapat ditemukan adanya foki nekrotik atau noduli.
Kadang-kadang dapat ditemukan adanya perkarditis. Pada hati dapat ditemukan
adanya perdarahan ukuran kecil dan nekrosis fokal. Limpa dapat membesar dan
ginjal akan mengalami kongesti atau anemik dengan ureter yang mengalami
dilatasi akibat adanya timbunan asam urat. Sekum dapat mengandung suatu
pasta kaseus, yang kadang-kdang bernoda darah, dinding usus mungkin
menebal dan kerapkali ditemukan adanya pertonitis.
Beberapa ahli melaporkan bahwa organ yang paling sering mengalami
perubahan patologik adalah hati diikuti oleh paru, jantung, ventrikulus dan
sekum. Pada anak ayam umum beberapa hari, perubahan pada paru hanya
berbentuk pneumonia hemoragika, sedangkan pada ayam yang lebih tua, dapat
ditemukan adanya bronkupneumonia. Pada miokardium dapat ditemukan
adanya noduli yang mungkin berkembang lebih lanjut sehingga bentuk jantung
mengalami perubahan.
b. Ayam dewasa
Lesi yang paling banyak ditemukan pada ayam carrier yang terinfeksi secara
kronis adalah ova yang berbentuk tidak teratur, menyimpang dari normal, pucat
disertai perubahan menjadi cyst. Di samping itu, terlihat juga adanya pertonitis
dan perikarditis akut atau kronis. Ova yang terkena biasanya mengandung
material yang menyerupai minyak atau kaseus yang terbungkus dalam suatu
kapsul yang menebal. Folikel berisi ova yang mengalami degenerasi dapat
melekat erat pada ovarium, tetapi kerap kali membentuk tangkai dengan
dinding pangkal yang menebal dan dapt terlepas dari massa ovarium. Pada
keadaan tersebut, kumpulan folikel yang berisi ova dapat melekap di dalam
jaringan lemak rongga perut. Pada sejumlah kasus, ovarium terlihat inaktif
dengan ova yang kecil, pucat dan tidak berkembang. Gangguan funsi pada
ovarium dan oviduk dapat menyebabkan timbunya ovulasi abdominalis atau
stasis oviduk, yang dapat mengakibatkan peritonitis yang ekstensif dan
perlekatan alat-alat viseral di daerah abdominalis. Pada sejumlah kasus, dapat
11
ditemukan adanya sites. Usaha isolasi Salmonela pullorum pada lesi yang telah
melanjut kerapkali mengalami kegagalan.
Lesi yang kurang ekstensif dapat ditemukan pada jantung. Kerapkali
ditemukan adanya perikarditis. Perubahan pada perikardium, epikardium dan
cairan perikardian tergantung pada lamanya proses penyakit. Pada jumlah
kasus perikardium terlihat lebih berkilat dan jumlah cairannya akan meningkat
serta lebih keruh. Pada kasus yang lebih melanjut, maka kantong perikardium
akan menebal dan keruh dan mengandung sejumlah cairan. Keadaan ini dapat
diikuti oleh penebalan perikardium dan epikardium yang bersifat permanen dan
perlekatan kantong perkardium.
Kadang-kadang ditemukan adanya cyst ukurang kecil yang
mengandung material kaseus berwarna kekuningan yang melekat pada jaringan
lemak abdominalis atau melekat pada ventrikulus ataupun usus. Apda ayam
jantan kerapkali ditemukan adanya infeksi lokal pada testes dan vas deferens,
testes biasanya mengerut.
Ayam dewsa yang mengalami infeksi akut dapat menunjukkan lesi
yang mirip dengan perubahan yang ditimbulkan oleh infeksi akut Salmonela
gallinarum
2.6.2. Perubahan Mikroskopik
Pada anak ayam akan terlihat hiperemia, hemoragik, degenerasi, nekrosis fokal
dan timbunan limfosit. Lesi kerapkali bersifat ekstensif tetapi tidak spesifik.
Beberapa ahli melaporkan bahwa perubahan histopatologik terpenting yang
ditemukan pada pulorum adalah proliferasi endotel yang berbentuk foki pada hati,
nekrosis fokal miokardium, bronkopneumonia, enteritis kataralis, infiltrasi
limfosit, sel plasma dan heterofil pada hati, paru dan ginjal. Lesi yang
karakteristik pada pulorum adalah poluserositis, terutama pada perikardium,
pleura, peritoneum, serosa usus, dan mesenterium. Reaksi radang yang ditemukan
meliputi infiltrasi limfosit, sel plasma, heterofil, proliferasi fibroblas dan histiosit
tanpa adanya perubahan eksudatif.
12
2.7. Diagnosis
Gejala klinis dan perubahan pasca mati pulorum sangat bervariasi dan tidak
bersifat untuk menetapkan suatu diagnosis pasti oleh karena penyakit tersebut
mirip dengan penyakit-penyakit lainnya. Perubahan patologik pada ayam yang
terinfeksi berat mungkin dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis pasti. Diagnosis
definitif pulorum membutuhkan isolasi dan identifikasi kuman. Uji serologik yang
positif terhadap Salmonela pullorum merupakan petunjuk yang penting untuk
mendeteksi adanya infeksi bakteri tersebut pada suatu program yang terkendali,
tetapi tidak dapat dipakai sebagai cara untuk mendiagnosis definitif.
Ayam dewasa yang terinfeksi dapat dideteksi dengan pemeriksaan
serologik menggunakan uji aglutinasi. Sejumlah metode pemeriksaan yang
digunakan meliputi whole blood plate test, serum plate test dan tube
agliglutination test, meskipun demikian, uji yang terbanyak dilakukan adalah
whole blood plate test (rapid plate test,RPT) dan tube agglutination test. Pada
infeksi akut isolasi Salmonela pullorum dapat dilakukan dari berbagai jaringan,
terutama hati. Organ-organ lain, misalnya limpa, miokardium atau perikardium,
paru, ventrikulus, pankreas dan yolk sac juga dapat digunakan sebagai bahan
untuk isolasi kuman tersebut. Pada infeksi kronis, bahan untuk isolasi kuman
dapat diambil dari organ lain yang merupakan sasaran pulorum walaupun tidak
menunjukkan perubahan tertentu.
Penyakit yang paling mirip dengan pulorum adalah fowl typhoid yang
disebabkan oleh Salmonela gallinarum. Infeksi yang ditimbulkan oleh spesies
Salmonela yang lain dapat menghasilkan lesi pada hati, limpa dan usus yang sulit
dibedakan dengan lesi yang ditimbulkan oleh pulorum. Lesi pada paru yang
ditimbulkan oleh pulorum mirip dengan perubahan patologik yang disebabkan
oleh aspergilosis. Kadang-kadang pulorum menyebabkan lesi pada persendian
yang mirip dengan lesi yang ditimbulkan oleh Mycoplasma synoviae,
Staphylococcus sp. Infeksi lokal yang disebabkan oleh Salmonela pullorum pada
ayam dewasa carrier, terutama pada perikardium dan ovarium mirip dengan lesi
yang ditimbulkan oleh E.coli, Staphylococcus, Micrococci dan spesies Salmonella
lainnya.
13
Ressang, Abdul.1984 dalam buku Patologi Khusus Veteriner menuliskan
bahwa diagnosa penyakit pullorum dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai
berikut:
1. Sebagai tindaklanjut pemeriksaan apabila dalam uji pulorum di lapangan
didapatkan hasil reaksi positif dan reaksi yang meragukan (dubious).
Dalam hal ini ayam-ayam yang bereaksi demikian diserahkan kepada
laboratorium dalam keadaan hidup (min. 6 ekor) untuk pemeriksaan yang
lebih mendalam. Pemeriksaan lanjutan di laboratorium ini dimaksudkan
untuk menetapkan status pulorum pada peternakan yang bersangkutan
2. Bila dijumpai kasus akut penyakit pulorum pada ayam muda atau dewasa.
Dalam hal ini bangkai ayam masih segar dikirimkan dalam tempat berisi es
batu, lebih diinginkan sebagai bahan pemeriksaan daripada kiriman berupa
alat-alat tubuh. Bila pengiriman bangkai segar serta utuh tidak mungkin
dilaksanakan, maka sebagai gantinya dikirimkan alat-alat tubuh ayam yang
berada di kantong plastik atau botol steril yang dimasukkan ke dalam termos
berisi es batu:
a. Jantung beserta kantung pericard dan isinya
b. Hati (berikut kantung empedu sesudah dikeluarkan isinya
c. Limpa
d. Pankreas
e. Ovarium ayam betina atau testes ayam jantan
f. Saluran telur atau oviduk
Selain dari alat-alat tubuh berikut, isinya juga perlu dikirimkan sebagai
bahan pemeriksaan :
a. Dinding tembolok
b. Duodenum dan bagian usus lain beserta isinya
c. Tonsil caeca (muara dari kedua caecum yang bertemu dengan potongan usus).
Selain alat tubuh tersebut maka dikirimkan gula darah dan serum, berasal
dari hewan-hewan sekandang sejumlah 10% atau lebih (diambil secara
14
acak/random samples). Tiap darah/serum ditampung dalam sebuah pipet
pasteur/tabung steril yang dimasukkan ke dalam termos berisi es batu.
Perlu diperhatikan agar darah tersebut jangan mengalami hemolisa
sesampainya di laboratorium. Dalam hal ini kiriman berupa bangkai anak-anak
ayam yang masih segar di dalam tempat berisi es batu lebih diinginkan daripada
alat-alat tubuhnya. Bila pengiriman bangkai yang utuh tidak mungkin dilakukan,
maka alat-alat tubuh sebagai berikut dikirimkan dalam kantong plastik/ botol steril
ke dalam termos berisi es batu:
a. Jantung dan darah jantung
b. Hati
c. Limpa
d. Paru-paru
e. Duodenum
f. Caecum dengan isinya
Dalam keadaan istimewa yakni bila laboratorium diagnostik tidak mampu
mengerjakan spesimel maka material tersebut diatas dapat dikirim ke balai
penelitian penyakit hewan terdekat.
2.8. Pengobatan
Berbagai jenis sulfonamida, nitrofuran, antibiotik dan antibakteri lainnya telah
digunakan untuk mengobati Salmonela pullorum dengan hasil yang bervariasi
dalam menekan mortalitas, tetapi tidak dapat membasmi secara tuntas penyakit
tersebut dari suatu flok. Beberapa di antara obat-obatan yang banyak digunakan di
lapangan adalah furazolidon, klortetrasiklin, fluoroquinolones, amoksisilin dan
kelompok kuinolon. Penggunaan obat-obatan tertentu yang berlebihan, misalnya
klortetrasiklin dan nitrofurazon telah dilaporakan dapat menimbulkan resistensi
pada ayam.
2.9. Pengendalian dan Pencegahan
Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan manajemen dan pengamanan
biologis yang ketat pada parent stock di tingkat breeding farm untuk
mendapatkan DOC (Day Old Chick = anak ayam berumur sehari) yang bebas
15
pulorum dan memelihara DOC tersebut pada lingkungan yang dapat mencegah
kontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan ayam yang terinfeksi.
Pengamanan biologis yang ketat diharapkan dapat mencegah kontak antara kuman
Salmonela pullorum dengan ayam dalam suatu flok.
Sehubungan dengan kenyataan bahwa penularan melalui telur tetas
mempunyai peranan yang penting dalam penularan kuman tersebut, maka hanya
telur yang bebas pulorum yang ditetaskan dalam suatu inkubator. Fumigasi pada
inkubator dan hatcher dengan uap formaldehida dapat menekan penyebaran
Salmonela pullorum dan memusnahkan residu infeksi di antara periode penetasan
telur.
Ayam yang bebas pulorum hendaknya dipelihara secara terpisah dari
unggas lain atau burung yang tidak diketahui secara pasti bebas pulorum. Ayam
yang terinfeksi dalam suatu kandang atau flok akan mempengaruhi kesehatan
ayam lainnya yang dipelihara dalam suatu peternakan yang sama.
Pada berbagai negara di dunia, penanggulangan pulorum diatur oleh suatu
program eradikasi yang tetapkan oleh pemerintah. Tindakan yang sama juga
dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Program eradikasi didasarkan atas uji
serologik secara berulang dalam suatu breeding farm dan mengeluarkan ayam
yang positif sebagai reaktor. Tindakan ini hendaklah digabung dengan praktek
manajemen flok dan sanitasi/desinfeksi inkubator yang ketat.
Uji serologik pada ayam petelur biasanya dilakukan pada umur 16 minggu
dan pada saat awal produksi telur, disusul oleh 2 kali pemeriksaan dengan selang
waktu satu bulan dan pemeriksaan tahunan secara rutin yang didasarkan atas
kenyataan bahwa suatu flok bebas dari pulorum. Pullet hendaklah diperoleh dari
peternakan yang bebas pulorum atau dipelihara secara terpisah sampai dinyatakan
bebas pulorum berdasarkan uji serogik. Telur yang berasal dari flok yang bebas
pulorum hendaklah ditetaskan pada inkubator yang juga bebas kuman Salmonela
pullorum.
Oleh karena penyebaran pulorum terutama secara vertikal, maka jika
grand parent bebas penyakit tersebut, maka parent stock dan ayam komersial
seharusnya juga bebas pulorum jika dipelihara pada suatu lingkungan yang bersih.
16
Secara spesifik, pencegahan penyakit pullorum adalah dengan melakukan
hal-hal berikut :
1. Peningkatan sanitasi
2. Kandang difumigasi
3. Isolasi unggas yang sakit dan pilih telur yang tak infektif/sehat
4. Terapi individu yang sakit dengan antibiotika
5. Tes serologis dengan tes darah cepat pada individu yg dicuragai terserang
penyakit pulorum
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan :
1. Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama
anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap
tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang
bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik
akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam
dewasa.
2. Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan
dari induk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan
sering menyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak
kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas.
3. Penyakit pulorum terutama ditemukan pada ayam dan kalkun muda. Berbagai
spesies unggas dapat terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut tidak mempunyai
peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum.
4. Penularan penyakit dapat juga terjadi dalam suatu flok akibat adanya
kanibalisme dari ayam yang terinfeksi, memakan telur yang terinfeksi dan
masuknya Salmonela pullorum melalui luka. Penularan Salmonela pullorum
mungkin terjadi melalui pakan yang tercemar oleh bakteri, walaupun
peranannya sangat kecil.
5. Gejala klinis dan perubahan pasca mati pulorum sangat bervariasi dan tidak
bersifat untuk menetapkan suatu diagnosis pasti oleh karena penyakit tersebut
mirip dengan penyakit-penyakit lainnya. Perubahan patologik pada ayam yang
terinfeksi berat mungkin dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis pasti.
Diagnosis definitif pulorum membutuhkan isolasi dan identifikasi kuman.
18
3.2. Saran
Pencegahan yang sebaiknya dapat dilakukan adalah ayam yang bebas pulorum
hendaknya dipelihara secara terpisah dari unggas lain atau burung yang tidak
diketahui secara pasti bebas pulorum. Menjaga kebersihan atau hygene ditempat
unggas yang dipelihara dan memberikan vaksin yang baik kepada unggas.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. Salmonella Pullorum, Pullorum Disease,’Bacillary White
Diarrhoea’ (online) http://www.thepoultrysite.com/diseaseinfo/131/salmo
nella-pullorum-pullorum-disease-bacillary-white-diarrhoea , diakses pada
11 Maret 2013.
Anonymous. 2012. Salmonellosis (online) http://www.slideshare.net/mrzaen2/
salmonellosis diakses pada 13 Maret 2013.
Anonymous. Pullorum Disease (online) http://www.safe-
poultry.com/PullorumDisease.asp, diakses pada 13 Maret 2013.
Iwan Three . 2011. Konsultasi Gumboro dan Pullorum (online) http://info.medion.
co.id/index.php/konsultasi-teknis/layer/penyakit/gumboro-dan-
pullorum ,diakses pada 8 maret pukul 17.49 WITA.
Tabbu, Charles. 2000. Penyakit ayam dan penanggulangannya (online)
books.google.com/books?isbn=9796727986. diakses pada tanggal 8 Maret
2013 pukul 16.43
Ressang, Abdul.1984. Patologi Khusus Veteriner. Bali : Institut Pertanian Bogor.

More Related Content

What's hot

Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...Tata Naipospos
 
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...Tata Naipospos
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaRamaiyulis Ramai
 
Ilmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggasIlmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggasHidayatmaskar
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malariavirgananda
 
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & IndonesiaJenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & IndonesiaLou Ayy Alzamakhsyari
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURMuhammad Eko
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...Tata Naipospos
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKen Ken
 
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Tata Naipospos
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
 
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak UnggasMacam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak UnggasSIlfani Sabila
 
Zoonosis: Tip & Trik Pencegahan Penyakit Zoonotik di Masa Pandemi - Webinar A...
Zoonosis: Tip & Trik Pencegahan Penyakit Zoonotik di Masa Pandemi - Webinar A...Zoonosis: Tip & Trik Pencegahan Penyakit Zoonotik di Masa Pandemi - Webinar A...
Zoonosis: Tip & Trik Pencegahan Penyakit Zoonotik di Masa Pandemi - Webinar A...Tata Naipospos
 

What's hot (20)

Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
Peran Veteriner Dalam Pengendalian Zoonosis Berbasis One Health - Sekolah Keb...
 
Konsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLBKonsep penyelidikan KLB
Konsep penyelidikan KLB
 
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
Penyusunan Analisis Risiko Pemasukan Hewan dan Produk Hewan: Avian Influenza ...
 
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansiaTeknik analisa daya cerna pada ruminansia
Teknik analisa daya cerna pada ruminansia
 
Ilmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggasIlmu penyakit unggas
Ilmu penyakit unggas
 
Ppt malaria
Ppt malariaPpt malaria
Ppt malaria
 
Survey vektor malaria
Survey vektor malariaSurvey vektor malaria
Survey vektor malaria
 
Materi Flu Babi Agus Sw
Materi Flu Babi Agus SwMateri Flu Babi Agus Sw
Materi Flu Babi Agus Sw
 
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & IndonesiaJenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
Jenis-Jenis Itik Di Dunia & Indonesia
 
UJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELURUJI KUALITAS TELUR
UJI KUALITAS TELUR
 
Penyakit Pullorum.
Penyakit Pullorum.Penyakit Pullorum.
Penyakit Pullorum.
 
Nekropsi ayam
Nekropsi ayamNekropsi ayam
Nekropsi ayam
 
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis -  Ditkeswan - Presentasi Zoo...
Aspek Epidemiologi dan Pengendalian Brucellosis - Ditkeswan - Presentasi Zoo...
 
Kel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariaeKel 5 plasmodium malariae
Kel 5 plasmodium malariae
 
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
Persyaratan Kelompok Ternak Bebas Brucellosis - Presentasi Zoom, 1 Maret 2021
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak UnggasMacam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
 
Caplak
CaplakCaplak
Caplak
 
Zoonosis: Tip & Trik Pencegahan Penyakit Zoonotik di Masa Pandemi - Webinar A...
Zoonosis: Tip & Trik Pencegahan Penyakit Zoonotik di Masa Pandemi - Webinar A...Zoonosis: Tip & Trik Pencegahan Penyakit Zoonotik di Masa Pandemi - Webinar A...
Zoonosis: Tip & Trik Pencegahan Penyakit Zoonotik di Masa Pandemi - Webinar A...
 

Similar to PULORUM

Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...Tata Naipospos
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiAnjani Hidayah
 
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.Yusuf Ahmad
 
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)Layly Saraswati
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesMulkan Fadhli
 
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSISASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSISDuik Agustini
 
KLEBSIELLA PNEUOMONIA.pptx
 KLEBSIELLA PNEUOMONIA.pptx KLEBSIELLA PNEUOMONIA.pptx
KLEBSIELLA PNEUOMONIA.pptxFahru3
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalisMo Nas
 
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptxflusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptxJemsOtniel1
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11tristyanto
 
FOWL CHOLERA dan CORIZA
FOWL CHOLERA dan CORIZAFOWL CHOLERA dan CORIZA
FOWL CHOLERA dan CORIZANandaNandomo1
 
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)orinarchi
 

Similar to PULORUM (20)

@amiazmie
@amiazmie@amiazmie
@amiazmie
 
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
Pengurangan Risiko Salmonella Enteritidis Pada Ayam Petelur - Ditkesmavet - P...
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Up3m E
Up3m EUp3m E
Up3m E
 
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit pada unggas yang disebabkan oleh jamur.
 
Samonella thypi
Samonella thypiSamonella thypi
Samonella thypi
 
Ndv
NdvNdv
Ndv
 
biologi
biologibiologi
biologi
 
Toksoplasmosis
ToksoplasmosisToksoplasmosis
Toksoplasmosis
 
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
Patofisioanatomi (Penyakit Menular pada Manusia yang disebabkan oleh Agent)
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides
 
Ndv embrio
Ndv embrioNdv embrio
Ndv embrio
 
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSISASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS TOXOPLASMOSIS
 
KLEBSIELLA PNEUOMONIA.pptx
 KLEBSIELLA PNEUOMONIA.pptx KLEBSIELLA PNEUOMONIA.pptx
KLEBSIELLA PNEUOMONIA.pptx
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis
 
What is Epidemic?
What is Epidemic?What is Epidemic?
What is Epidemic?
 
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptxflusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
flusingaporeflubabi-140605181349-phpapp01.pptx
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
 
FOWL CHOLERA dan CORIZA
FOWL CHOLERA dan CORIZAFOWL CHOLERA dan CORIZA
FOWL CHOLERA dan CORIZA
 
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
Tuberkulosis pada-anak (orinarchi fix)
 

More from Azmi Nur Rabrusun

More from Azmi Nur Rabrusun (9)

Laporan Magang-5
Laporan Magang-5Laporan Magang-5
Laporan Magang-5
 
Laporan Magang-4
Laporan Magang-4Laporan Magang-4
Laporan Magang-4
 
Laporan Magang-3
Laporan Magang-3Laporan Magang-3
Laporan Magang-3
 
Laporan Magang-1
Laporan Magang-1Laporan Magang-1
Laporan Magang-1
 
Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan II (cover)
Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan II (cover)Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan II (cover)
Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan II (cover)
 
Makalah MKP NAPZA (isi)
Makalah MKP NAPZA (isi)Makalah MKP NAPZA (isi)
Makalah MKP NAPZA (isi)
 
Cover MKP NAPZA
Cover MKP NAPZACover MKP NAPZA
Cover MKP NAPZA
 
Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja (isi)
Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja (isi)Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja (isi)
Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja (isi)
 
Cover Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja
Cover Makalah Epidemiologi Kesehatan KerjaCover Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja
Cover Makalah Epidemiologi Kesehatan Kerja
 

Recently uploaded

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

PULORUM

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa. Penyakit pulorum dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, pada daerah penghasil unggas. Kejadian penyakit ini secara geografis erat hubungannya dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu. Usaha tersebut telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara dengan sangat minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk asal unggas. Penyakit ini dikenal juga dengan nama bicillary white diarrhea, white diarrhea atau berak kapur. Pada berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian, para ahli di negara-negara amerika ataupun Asia untuk membedaan Salmonella pullorum sebagai penyebab penyakit pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai fowl typhoid 1.2. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Pullorum 2. Untuk mengetahui tentang Cara Penularan Pullorum 3. Untuk mengetahui tentang Gejala Pullorum 4. Untuk mengetahui tentang Diagnosis Pullorum 5. Untuk mengetahui tentang Pengobatan Pullorum 6. Untuk mengetahui tentang Pengendalian dan Pencegahan Pullorum
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Penyakit Pulorum Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dari induk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas. Ayam akan terlihat mengantuk, lemah, nafsu makan hilang dan ayam terlihat bergerombol di suatu tempat. Ayam mengeluarkan kotoran berwarna putih menyerupai kapur (pasta) dan terkadang menempel pada dubur ayam. Pada perubahan bedah bangkai akan terlihat hati berwarna kuning dan keras karena pembengkakan. Pada saluran pencernaan tampak bintik-bintik putih terutama pada mesenterium (penggantung usus,red) dan otot ventrikulus serta sekum atau usus buntu penuh dengan massa berbentuk keju. Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa. Penyakit ini dikenal juga dengan nama bacillary white diarrhea, white diarrhea atau berak kapur. Pada berbagai negara di Eropa, Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum digolongkan dalam satu spesies. Meskipun demikian, para ahli di negara-negara amerika ataupun Asia untuk membedaan Salmonella pullorum sebagai penyebab penyakit pulorum dan Salmonella gallinarum sebagai fowl typhoid. Penyakit ini juga ada di Indonesi, penyakit ini dapat ditularkan secara kongenital (melalui telur). Nama lain penyakit ini ialah diare putih anak ayam, Pulorum Seuche atau tifus ayam. Kerugian ekonomik akibat penyakit pulorum terutama bersifat tidak langsung sehubunggan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
  • 3. 3 pemeriksaan laboratorium pada breeder untuk memastikan bahwa breeder bebas terhadap infeksi Salmonella. Kadang-kadang terjadi infeksi saluran pencernaan pada manusia akibat mengkonsumsi makanan yang tercemar oleh Salmonella pullorum dalam jumlah yang besar. 2.2. Kejadian Penyakit Penyakit pulorum terutama ditemukan pada ayam dan kalkun muda. Berbagai spesies unggas dapat terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum. Penyakit ini dapat ditemukan pada ayam semua kelompok umur, tetapi kerugian yang terbesar hanya ditemukan pada anak ayam yang berumur <4 minggu. Penyakit pulorum dapat ditemukan di berbagai negara di dunia, pada daerah penghasil unggas. Kejadian penyakit ini secara geografis erat hubungannya dengan usaha pengendalian yang dilakukan oleh negara tertentu. Usaha tersebut telah memberikan hasil yang memuaskan pada sejumlah negara dengan sangat minimnya kejadian penyakit pulorum pada unggas ataupun produk asal unggas. Di indonesia, pengendalian penyakit pulorum juga diatur oleh pemerintah dengan melakukan uji serogik pada semua parent stock yang dipelihara di breeding farm. Sejauh ini kejadian penyakit tersebut ditingkan breeder tergolong sangaat jarang. Pada peternakan komersial dan produk asal unggas (daging dan telur) belum banyak dilakukan evaluasi laboratorium untuk mengetahui kemungkinan adanya infeksi penyakit pulorum. Pada kondisi lapangan, diagnosis penyakit tersebut sulit dilakukan dengan pemeriksaan pasca mati sehingga laporan tentang kejadian dan penyebaran penyakit pulorum di Indonesia tidak dapat diperoleh secara pasti. Meskipun demikian, dari sejumlah penelitian yang dilakukan, penyakit ini telah tersebar diberbagai peternakan ayam di Indonesia walaupun frekuensi kejadiannya masih tergolongan rendah. 2.3. Etiologi Penyakit pulorum disebabkan oleh Salmonela pullorum, yang tergolong famili Enterobacteriaceae, yang sangat beradaptasi pada hospes. Bakteri tersebut bersifat gram-negatif, berbentuk basillus dengan ujung yang sedikit membulat dan
  • 4. 4 mempunyai ukuran 0,3 -0,5 x 1 – 2,5 µm. Salmonela pullorum bersifat non-motil, nonliquefying, non-kromogenik, non-sporagenik dan fakultatif anaerobe. Bakteri ini cukup tahan terhadap iklim normal, tetapi rentan terhadap disinfektan biasa. Bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada agar-agar atau kaldu daging sapi dan media lain yang mempunyai nilai nutrisi yang mirip. Pertumbuhan bakteri ini pada media selektif bervariasi, pertumbuhan terbaik dapat ditemukan pada kaldu tetrationat. Bakteri ini juga dapat tumbuh pada pembenihan agar Mac Conkey. Bakteri Salmonela pullorum dapat hidup di luar tubuh hospes pada lingkungan yang sesuai selama berbulan-bulan. Kuman ini kurang tahan terhadap panas dan mungkin juga terhadap bahan kimia ataupun faktor lingkungan yang merugikan dibandingkan dengan Salmonela paratyphoid. Kuman ini dapat dibunuh dengan cara sanitasi/desinfeksi yang ketat, misalnya menggunakan uap formalin. Bakteri Salmonela pullorum tidak mempunyai antigen flagellar atau antigen H. Struktur antigen somatik bakteri ini adalah 1,9 dan 12 dan dapat digolongkan ke dalam grup D pada sistem klasifikasi Kauffman White. Antigen somatik 12 dapat dibedakan lagi menjadi 121,122,123 , galur Salmonela pullorum yang berbeda mengandung perbandingan yang berbeda dari faktor antigen 122,123. Salmonela pullorum sangat mirip dengan Salmonela gallinarum penyebab fowl typhoid. Kedua bakteri tersebut mempunyai beberapa kesamaan struktur antigenik dan dapat mengalami aglutinasi silang. Salmonela pullorum dan Salmonela gallinarum memberikan reaksi yang sama pada uji serologik terhadap panyakit pulorum. Salmonela pullorum menghasilkan toksin yang tahan panas dan dapat membunuh beberapa jenin rodentia. Oleh karena anak ayam tahan terhadap toksin tersebut, maka mungkin toksin tersebut tidak mempunyai peranan dalam menimbulkan penyakit pada anak ayam. Ada beberapa faktor predisposis penyakit pulorum yaitu defisiensi nutrisi, kandang penuh sesak, sanitasi jelek dan kandang lembab/pengap.
  • 5. 5 2.4. Cara Penularan Secara umum cara penularan penyakit ini melalui beberapa cara yaitu: 1. Feco-oral route 2. Horizontal : sakit menular ke ayam yang peka 3. Vertikal : melalui telur yg infektif 4. Perinhalasi melalui debu infektif pada mesin dan tetas 5. Karier (3-4 bln) dan infeksi menjadi ancaman 6. Predileksi pada ovarium Secara kongenital/vertikal melalui induk ke anak saat telur di ovarium, oviduk atau kloaka. Secara horisontal melalui oral, melalui pakan, air minum dan litter yg terkontaminasi dengan udara dengan melalui debu, bulu-bulu, anak ayam dan pecahan cangkang. Patogenesis dari penyakit ini adalah sebagai berikut: 1. Bakteri masuk secara oral berinteraksi dengan sel epitel dan sel mikro pada saluran pencernaan dan berkolonisasi kemudian menetrasi mukosa epitel usus halus sehingga terjadi kemotaksis heterofil dan magrofag dan terjadi peradaangan. 2. Invasi bakteri di luar saluran pencernaan selanjutnya berkembang biak dalam sistem retikuloendotil (hati,limpa) 3. Bakterimia Meskipun ayam merupakan hospes alami Salmonela pullorum, kalkun juga merupakan hospes yang penting. Sehubungan dengan tingkat adaptasi yang tinggi dari bakteri tersebut pada ayam dan dengan derajat adaptasi yang lebih rendah pada kalkun, maka patogenisitas Salmonela pullorum pada hospes yang lain akan sangat terbatas. Pada ayam dan kalkun, infeksi bakteri tersebut biasanya berlangsung lama. Infeksi pulorum pada spesies unggas lainnya bersifat rendah dan tidak penting untuk jangka waktu yang panjang. Ayam yang tergolong tipe ringan relatif lebih resisten terhadap pulorum dibandingkan dengan ayam tipe berat. Jenis ayam yang mempunyai temperatur tubuh tinggi, terutama pada umur sekitar satu minggu relatif lebih tahan terhadap tangtangan Salmonela pullorum dibandingkan dengan jenis ayam yang
  • 6. 6 mempunyai temperatur tubuh rendah. Beberapa peneliti melaporkan bahwa persentase ayam betina yang memberikan reaksi positif terhadap uji pulorum lebih tinggi dibandingkan dengan ayam jantan. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena adanya infeksi lokal pada folikel ovarium. Mortalitas akibat pulorum biasanya ditemukan pada ayam umur 2-3 minggu. beberapa ahli melaporkan bahwa resistensi terhdap pulorum meningkat dengan cepat selama 5-10 hari pertama sejalan dengan peningkatan jumlah limfosit dan temperatur tubuh. Kadang-kadang ditemukan adanya infeksi akut pada ayam dewasa, terutama petelur cokelat. Sejumlah ayam dan kalkun yang dapat bertahan terhadap infeksi pulorum dengan/tanpa adanya lesi tertentu. Infeksi alami pada hewan lain merupakan akibat dari kontak langsung atau tidak langsung dengan ayam sakit. Jenis burung yang dapat terinfeksi secara alami adalah itik, ayam mutiara, burung merak, burung puyuh, burung gereja, burung kenari, kutilang dan sejenis burung kaka tua. Jenis mamalia yang dapat terinfeksi secara alami ataupun buatan adalah simpanse, kelinci, marmot, chinchilla, babi, anak kucing, sering, anjing, mink, anak sapi dan tikus liar. Walaupun hospes dari Salmonela pullorum sangat luas, namun karena pulorum hampir dapat ditanggulangi secara baik, maka diperkirakan unggas lain dan mamalia hanya memainkan peranan yang kecil dalam epidemiologi penyakit tersebut. Kadang- kadang dapat ditemukan adanya Salmonelosis akibat Salmonela pullorum pada manusia yang berhubungan dengan makanan. Telur tetas yang terinfeksi oleh bakteri Salmonela pullorum mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit ini. Sekitar dari telur yang berasal dari ayam yang terinfeksi penyakit tersebut mengandung Salmonela pullorum, terutama oleh karena adanya pencemaran ovum selama proses ovulasi. Meskipun bakteri tersebut dapat menembus kerabang telur setelah telur keluar dari ayam, rute infeksi tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum. Penularan penyakit yang terjadi selama periode penetasan dari anak ayam yang terinfeksi kepada anak ayam yang tidak terinfeksi dapat mengakibatkan penyebaran penyakit yang ekstensif yang hanya dapat ditanggulangi dengan cara fumigasi pada inkubator.
  • 7. 7 Penularan penyakit dapat juga terjadi dalam suatu flok akibat adanya kanibalisme dari ayam yang terinfeksi, memakan telur yang terinfeksi dan masuknya Salmonela pullorum melalui luka. Penularan Salmonela pullorum mungkin terjadi melalui pakan yang tercemar oleh bakteri, walaupun peranannya sangat kecil. Kuman tersebut dapat bertahan lebih lama di dalam litter yang kering dan berdebu dibandingkan dengan litter yang basah akan meningkatkan pH dari air yang terkandung dalam litter yang dapat membunuh Salmonela pullorum. Sehubungan dengan penularan Salmonela pullorum melalui telur dari ayam carrier, maka penularan dapat juga terjadi melalui setter, hatcher dan kotak DOC. Disamping itu, penularan kuman tersebut juga dapat terjadi melalui kandang/peralatan pakan dan minuman, karung pakan dan produk asal unggas yang digunakan sebagai bahan pakan yang tercemar oleh kuman Salmonela pullorum. Siklus infeksi Salmonela pullorum dapat terjadi melalui induk ayam telur DOC induk ayam. 2.5. Gejala dan Tanda Pulorum Pulorum dianggap sebagai penyakit pada anak ayam dan kalkun. Kadang-kadang penyakit ini bersifat subklinik meskipun ditularkan melalui telur. Masa inkubasi biasanya sekitar 4-5 hari dan penyakit ini umumnya berlangsung antara 5-12 hari. Tanda dan gejala biasanya terlihat pada anak ayam muda dari 3 minggu. Tanda umum pada unggas yang terinfeksi adalah: a. Terlihat lesu b. Mengacak-acak bulu c. Mata tertutup/sleepy d. Sering berkicau dengan keras e. Kepincangan f. Peradangan pada usus dan paru-paru g. Diare berwarna putih h. Anoreksia i. Demam j. Bergerombol pada lampu k. Hati berwarna kusam
  • 8. 8 2.5.1. Pada Anak Ayam Jika DOC berasal dari telur yang terinfeksi oleh kuman Salmonela pullorum, maka DOC yang sangat lemah atau mati dapat ditemukan di dalam inkubator atau segera setelah dikeluarkan dari mesin tetas. Anak ayam akan terlihat mengantuk, lemah, kehilangan nafsu makan dan dapat iikuti oleh kematian yang mendadak. Pada sejumlah kasus, gejala pulorum tidak teramati selama 5-10 hari setelah menetas, tetapi gejala klinik akan mencapai puncaknya sekitar 70-10 hari berikutnya. Mortalitas biasanya mencapai puncak pada minggu ke-2 sampai ke-3 setelah menetas. Pada keadaan tertentu, anak ayam terlihat lesu, cenderung berkumpul di bawah pemanas, kehilangan nafsu makan, sayap menggantung, mengantuk dan penampakan luar menyimpang. Anak ayam yang terinfeksi kerap kali “menciap” kesakitan ketika sedang defekasi dan pada umumnya akan membentuk suatu timbunan kotoran berwarna putih menyerupai kapur (pasta), yang kadang-kadang bercampur ekskreta berwarna cokelat-kehijauan di sekitar kloaka. Mungkin akan terlihaat kesulitan bernapas atau pernapasan melalui mulut akibat keradangan yang ekstensif pada paru. Anak ayam yang sembuh akan mengalami gangguan pertumbuhan yang drastis, peningkatan berat abdan yang terhambat dan gangguan pertumbuhan bulu. Anak ayam calon petelur yang mengalami gangguan produksi telur. Meskipun demikian, sejumlah ayam yang daapat bertahan tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan mempunyai perkembangan. Kadang-kadang terjadi kebutaan dan kelumpuhan dari ayam yang terinfeksi kuman tersebut akibat pembengkakan persendian dan membrana sinovial. 2.5.2. Pada Ayam Dewasa Infeksi dapat terjadi tanpa gejala yang spesifik yang mirip infeksi akut. Infeksi dapat menyebar dalam suatu flok tanpa disertai oleh gejala tertentu. Ayam yang terinfeksi dapat menunjukkan adanya balun (jengger) yang pucat, berkeriput, mengecil dan berwarna kelabu. Ayam yang menderita infeksi Salmonela pullorum dapat mengalami penurunan produksi telur, fertilitas dan daya tetas telur. Kadang terjadi infeksi akut pada ayam dara ataupun ayam dewasa, pada kelompok ayam
  • 9. 9 tersebut akan terlihat adanya kelesuan, kehilangan nafsu makan, diare dan dehidrasi. Mungkin juga terlihat adanya kepala dan leher yang menjadi kaku. Morbiditas dan mortalitas sangat bervariasi dan tergantung pada umur, kualitas pakan, kepakaan ayam dan manajemen peternakan. Mortalitas bervariasi dari 0% - 100% pada kasus berat. Mortalitas tertinggi biasanya terjadi pada minggu ke ke-2 setelah menetas, kemudian menurun secara cepat pada minggu ke-3 dan ke-4. Mortalitas kerapkali tinggi dari mortalitas bahkan sejumlah ayam yang terinfeksi dapat sembuh secara spontan. Anak ayam yang menetas dari suatu flok terinfeksi, yang dipelihara pada lokasi yang sama biasanya akan mengalami tingkat mortalitas yang lebih rendah dibandingkan dengan anak atam yang dipelihara pada lokasi yang berbeda. Ayam dewasa yang terinfeksi biasanya menghasilkan antibodi yang mampu beraglutinasi pada tingkat yang berbeda selama periode infeksi. Meskipun produksi antibodi tersebut memberi petunjuk tentang adanya suatu respon imun, kemungkinan adanya peranan dari antibodi tersebut untuk memodifikasi infeksi pada ayam tidak diketahui secara pasti. Antibodi yang mampu beraglutinasi mungkin berfungsi untuk melokalisasi infeksi Salmonela pullorum pada ayam. 2.6. Perubahan Patologik Perubahan patologik penyakit pulorum terdiri dari perubahan makroskopik dan perubahan mikroskopik. 2.6.1. Perubahan Makroskopik Perubahan makroskopik dapat digambarkan pada anak ayam dan pada ayam dewasa. a. Anak ayam Jika kematian terjadi secara cepat pada awal pemeliharan DOC, maka lesi yang ditemukan akan terbatas. Hati akan membesar, kongesif dan warna hati anak yang secara normal kekuningan, akan disertai oleh jalur hemoragik. Pada bentuk septisemik, akan terlihat hiperemia aktif pada berbagai organ. Yolk sac dan isinya dapat memperlihatkan perubahan yang bersifat ringan ataupun tidak ada lesi tertentu. Pada kasus yang lebih berat, dapat ditemukan adanya yolk sac
  • 10. 10 yang belum terserap dengan kandungan yang berwarna kekuningan menyerupai krem ataupun bersifat kaseus. Pada otot jantung, hati, paru, sekum, usus besar dan otot ventrikulus dapat ditemukan adanya foki nekrotik atau noduli. Kadang-kadang dapat ditemukan adanya perkarditis. Pada hati dapat ditemukan adanya perdarahan ukuran kecil dan nekrosis fokal. Limpa dapat membesar dan ginjal akan mengalami kongesti atau anemik dengan ureter yang mengalami dilatasi akibat adanya timbunan asam urat. Sekum dapat mengandung suatu pasta kaseus, yang kadang-kdang bernoda darah, dinding usus mungkin menebal dan kerapkali ditemukan adanya pertonitis. Beberapa ahli melaporkan bahwa organ yang paling sering mengalami perubahan patologik adalah hati diikuti oleh paru, jantung, ventrikulus dan sekum. Pada anak ayam umum beberapa hari, perubahan pada paru hanya berbentuk pneumonia hemoragika, sedangkan pada ayam yang lebih tua, dapat ditemukan adanya bronkupneumonia. Pada miokardium dapat ditemukan adanya noduli yang mungkin berkembang lebih lanjut sehingga bentuk jantung mengalami perubahan. b. Ayam dewasa Lesi yang paling banyak ditemukan pada ayam carrier yang terinfeksi secara kronis adalah ova yang berbentuk tidak teratur, menyimpang dari normal, pucat disertai perubahan menjadi cyst. Di samping itu, terlihat juga adanya pertonitis dan perikarditis akut atau kronis. Ova yang terkena biasanya mengandung material yang menyerupai minyak atau kaseus yang terbungkus dalam suatu kapsul yang menebal. Folikel berisi ova yang mengalami degenerasi dapat melekat erat pada ovarium, tetapi kerap kali membentuk tangkai dengan dinding pangkal yang menebal dan dapt terlepas dari massa ovarium. Pada keadaan tersebut, kumpulan folikel yang berisi ova dapat melekap di dalam jaringan lemak rongga perut. Pada sejumlah kasus, ovarium terlihat inaktif dengan ova yang kecil, pucat dan tidak berkembang. Gangguan funsi pada ovarium dan oviduk dapat menyebabkan timbunya ovulasi abdominalis atau stasis oviduk, yang dapat mengakibatkan peritonitis yang ekstensif dan perlekatan alat-alat viseral di daerah abdominalis. Pada sejumlah kasus, dapat
  • 11. 11 ditemukan adanya sites. Usaha isolasi Salmonela pullorum pada lesi yang telah melanjut kerapkali mengalami kegagalan. Lesi yang kurang ekstensif dapat ditemukan pada jantung. Kerapkali ditemukan adanya perikarditis. Perubahan pada perikardium, epikardium dan cairan perikardian tergantung pada lamanya proses penyakit. Pada jumlah kasus perikardium terlihat lebih berkilat dan jumlah cairannya akan meningkat serta lebih keruh. Pada kasus yang lebih melanjut, maka kantong perikardium akan menebal dan keruh dan mengandung sejumlah cairan. Keadaan ini dapat diikuti oleh penebalan perikardium dan epikardium yang bersifat permanen dan perlekatan kantong perkardium. Kadang-kadang ditemukan adanya cyst ukurang kecil yang mengandung material kaseus berwarna kekuningan yang melekat pada jaringan lemak abdominalis atau melekat pada ventrikulus ataupun usus. Apda ayam jantan kerapkali ditemukan adanya infeksi lokal pada testes dan vas deferens, testes biasanya mengerut. Ayam dewsa yang mengalami infeksi akut dapat menunjukkan lesi yang mirip dengan perubahan yang ditimbulkan oleh infeksi akut Salmonela gallinarum 2.6.2. Perubahan Mikroskopik Pada anak ayam akan terlihat hiperemia, hemoragik, degenerasi, nekrosis fokal dan timbunan limfosit. Lesi kerapkali bersifat ekstensif tetapi tidak spesifik. Beberapa ahli melaporkan bahwa perubahan histopatologik terpenting yang ditemukan pada pulorum adalah proliferasi endotel yang berbentuk foki pada hati, nekrosis fokal miokardium, bronkopneumonia, enteritis kataralis, infiltrasi limfosit, sel plasma dan heterofil pada hati, paru dan ginjal. Lesi yang karakteristik pada pulorum adalah poluserositis, terutama pada perikardium, pleura, peritoneum, serosa usus, dan mesenterium. Reaksi radang yang ditemukan meliputi infiltrasi limfosit, sel plasma, heterofil, proliferasi fibroblas dan histiosit tanpa adanya perubahan eksudatif.
  • 12. 12 2.7. Diagnosis Gejala klinis dan perubahan pasca mati pulorum sangat bervariasi dan tidak bersifat untuk menetapkan suatu diagnosis pasti oleh karena penyakit tersebut mirip dengan penyakit-penyakit lainnya. Perubahan patologik pada ayam yang terinfeksi berat mungkin dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis pasti. Diagnosis definitif pulorum membutuhkan isolasi dan identifikasi kuman. Uji serologik yang positif terhadap Salmonela pullorum merupakan petunjuk yang penting untuk mendeteksi adanya infeksi bakteri tersebut pada suatu program yang terkendali, tetapi tidak dapat dipakai sebagai cara untuk mendiagnosis definitif. Ayam dewasa yang terinfeksi dapat dideteksi dengan pemeriksaan serologik menggunakan uji aglutinasi. Sejumlah metode pemeriksaan yang digunakan meliputi whole blood plate test, serum plate test dan tube agliglutination test, meskipun demikian, uji yang terbanyak dilakukan adalah whole blood plate test (rapid plate test,RPT) dan tube agglutination test. Pada infeksi akut isolasi Salmonela pullorum dapat dilakukan dari berbagai jaringan, terutama hati. Organ-organ lain, misalnya limpa, miokardium atau perikardium, paru, ventrikulus, pankreas dan yolk sac juga dapat digunakan sebagai bahan untuk isolasi kuman tersebut. Pada infeksi kronis, bahan untuk isolasi kuman dapat diambil dari organ lain yang merupakan sasaran pulorum walaupun tidak menunjukkan perubahan tertentu. Penyakit yang paling mirip dengan pulorum adalah fowl typhoid yang disebabkan oleh Salmonela gallinarum. Infeksi yang ditimbulkan oleh spesies Salmonela yang lain dapat menghasilkan lesi pada hati, limpa dan usus yang sulit dibedakan dengan lesi yang ditimbulkan oleh pulorum. Lesi pada paru yang ditimbulkan oleh pulorum mirip dengan perubahan patologik yang disebabkan oleh aspergilosis. Kadang-kadang pulorum menyebabkan lesi pada persendian yang mirip dengan lesi yang ditimbulkan oleh Mycoplasma synoviae, Staphylococcus sp. Infeksi lokal yang disebabkan oleh Salmonela pullorum pada ayam dewasa carrier, terutama pada perikardium dan ovarium mirip dengan lesi yang ditimbulkan oleh E.coli, Staphylococcus, Micrococci dan spesies Salmonella lainnya.
  • 13. 13 Ressang, Abdul.1984 dalam buku Patologi Khusus Veteriner menuliskan bahwa diagnosa penyakit pullorum dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut: 1. Sebagai tindaklanjut pemeriksaan apabila dalam uji pulorum di lapangan didapatkan hasil reaksi positif dan reaksi yang meragukan (dubious). Dalam hal ini ayam-ayam yang bereaksi demikian diserahkan kepada laboratorium dalam keadaan hidup (min. 6 ekor) untuk pemeriksaan yang lebih mendalam. Pemeriksaan lanjutan di laboratorium ini dimaksudkan untuk menetapkan status pulorum pada peternakan yang bersangkutan 2. Bila dijumpai kasus akut penyakit pulorum pada ayam muda atau dewasa. Dalam hal ini bangkai ayam masih segar dikirimkan dalam tempat berisi es batu, lebih diinginkan sebagai bahan pemeriksaan daripada kiriman berupa alat-alat tubuh. Bila pengiriman bangkai segar serta utuh tidak mungkin dilaksanakan, maka sebagai gantinya dikirimkan alat-alat tubuh ayam yang berada di kantong plastik atau botol steril yang dimasukkan ke dalam termos berisi es batu: a. Jantung beserta kantung pericard dan isinya b. Hati (berikut kantung empedu sesudah dikeluarkan isinya c. Limpa d. Pankreas e. Ovarium ayam betina atau testes ayam jantan f. Saluran telur atau oviduk Selain dari alat-alat tubuh berikut, isinya juga perlu dikirimkan sebagai bahan pemeriksaan : a. Dinding tembolok b. Duodenum dan bagian usus lain beserta isinya c. Tonsil caeca (muara dari kedua caecum yang bertemu dengan potongan usus). Selain alat tubuh tersebut maka dikirimkan gula darah dan serum, berasal dari hewan-hewan sekandang sejumlah 10% atau lebih (diambil secara
  • 14. 14 acak/random samples). Tiap darah/serum ditampung dalam sebuah pipet pasteur/tabung steril yang dimasukkan ke dalam termos berisi es batu. Perlu diperhatikan agar darah tersebut jangan mengalami hemolisa sesampainya di laboratorium. Dalam hal ini kiriman berupa bangkai anak-anak ayam yang masih segar di dalam tempat berisi es batu lebih diinginkan daripada alat-alat tubuhnya. Bila pengiriman bangkai yang utuh tidak mungkin dilakukan, maka alat-alat tubuh sebagai berikut dikirimkan dalam kantong plastik/ botol steril ke dalam termos berisi es batu: a. Jantung dan darah jantung b. Hati c. Limpa d. Paru-paru e. Duodenum f. Caecum dengan isinya Dalam keadaan istimewa yakni bila laboratorium diagnostik tidak mampu mengerjakan spesimel maka material tersebut diatas dapat dikirim ke balai penelitian penyakit hewan terdekat. 2.8. Pengobatan Berbagai jenis sulfonamida, nitrofuran, antibiotik dan antibakteri lainnya telah digunakan untuk mengobati Salmonela pullorum dengan hasil yang bervariasi dalam menekan mortalitas, tetapi tidak dapat membasmi secara tuntas penyakit tersebut dari suatu flok. Beberapa di antara obat-obatan yang banyak digunakan di lapangan adalah furazolidon, klortetrasiklin, fluoroquinolones, amoksisilin dan kelompok kuinolon. Penggunaan obat-obatan tertentu yang berlebihan, misalnya klortetrasiklin dan nitrofurazon telah dilaporakan dapat menimbulkan resistensi pada ayam. 2.9. Pengendalian dan Pencegahan Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan manajemen dan pengamanan biologis yang ketat pada parent stock di tingkat breeding farm untuk mendapatkan DOC (Day Old Chick = anak ayam berumur sehari) yang bebas
  • 15. 15 pulorum dan memelihara DOC tersebut pada lingkungan yang dapat mencegah kontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan ayam yang terinfeksi. Pengamanan biologis yang ketat diharapkan dapat mencegah kontak antara kuman Salmonela pullorum dengan ayam dalam suatu flok. Sehubungan dengan kenyataan bahwa penularan melalui telur tetas mempunyai peranan yang penting dalam penularan kuman tersebut, maka hanya telur yang bebas pulorum yang ditetaskan dalam suatu inkubator. Fumigasi pada inkubator dan hatcher dengan uap formaldehida dapat menekan penyebaran Salmonela pullorum dan memusnahkan residu infeksi di antara periode penetasan telur. Ayam yang bebas pulorum hendaknya dipelihara secara terpisah dari unggas lain atau burung yang tidak diketahui secara pasti bebas pulorum. Ayam yang terinfeksi dalam suatu kandang atau flok akan mempengaruhi kesehatan ayam lainnya yang dipelihara dalam suatu peternakan yang sama. Pada berbagai negara di dunia, penanggulangan pulorum diatur oleh suatu program eradikasi yang tetapkan oleh pemerintah. Tindakan yang sama juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Program eradikasi didasarkan atas uji serologik secara berulang dalam suatu breeding farm dan mengeluarkan ayam yang positif sebagai reaktor. Tindakan ini hendaklah digabung dengan praktek manajemen flok dan sanitasi/desinfeksi inkubator yang ketat. Uji serologik pada ayam petelur biasanya dilakukan pada umur 16 minggu dan pada saat awal produksi telur, disusul oleh 2 kali pemeriksaan dengan selang waktu satu bulan dan pemeriksaan tahunan secara rutin yang didasarkan atas kenyataan bahwa suatu flok bebas dari pulorum. Pullet hendaklah diperoleh dari peternakan yang bebas pulorum atau dipelihara secara terpisah sampai dinyatakan bebas pulorum berdasarkan uji serogik. Telur yang berasal dari flok yang bebas pulorum hendaklah ditetaskan pada inkubator yang juga bebas kuman Salmonela pullorum. Oleh karena penyebaran pulorum terutama secara vertikal, maka jika grand parent bebas penyakit tersebut, maka parent stock dan ayam komersial seharusnya juga bebas pulorum jika dipelihara pada suatu lingkungan yang bersih.
  • 16. 16 Secara spesifik, pencegahan penyakit pullorum adalah dengan melakukan hal-hal berikut : 1. Peningkatan sanitasi 2. Kandang difumigasi 3. Isolasi unggas yang sakit dan pilih telur yang tak infektif/sehat 4. Terapi individu yang sakit dengan antibiotika 5. Tes serologis dengan tes darah cepat pada individu yg dicuragai terserang penyakit pulorum
  • 17. 17 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan : 1. Penyakit pulorum merupakan suatu penyakit infeksius pada unggas terutama anak ayam dan anak kalkun, yang ditularkan melalui telur. Penyakit ini kerap tinggi pada ayam muda dan gejala asimptomatik pada ayam dewasa yang bersifat carrier. Penyakit pulorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam, tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa. 2. Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang dapat ditularkan dari induk melalui telur. Penyakit pullorum identik dengan berak kapur dan sering menyerang pada anak ayam. Kematian mencapai 80% dan puncak kematian pada umur 2-3 minggu setelah menetas. 3. Penyakit pulorum terutama ditemukan pada ayam dan kalkun muda. Berbagai spesies unggas dapat terinfeksi tetapi jenis unggas tersebut tidak mempunyai peranan yang penting dalam penularan penyakit pulorum. 4. Penularan penyakit dapat juga terjadi dalam suatu flok akibat adanya kanibalisme dari ayam yang terinfeksi, memakan telur yang terinfeksi dan masuknya Salmonela pullorum melalui luka. Penularan Salmonela pullorum mungkin terjadi melalui pakan yang tercemar oleh bakteri, walaupun peranannya sangat kecil. 5. Gejala klinis dan perubahan pasca mati pulorum sangat bervariasi dan tidak bersifat untuk menetapkan suatu diagnosis pasti oleh karena penyakit tersebut mirip dengan penyakit-penyakit lainnya. Perubahan patologik pada ayam yang terinfeksi berat mungkin dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis pasti. Diagnosis definitif pulorum membutuhkan isolasi dan identifikasi kuman.
  • 18. 18 3.2. Saran Pencegahan yang sebaiknya dapat dilakukan adalah ayam yang bebas pulorum hendaknya dipelihara secara terpisah dari unggas lain atau burung yang tidak diketahui secara pasti bebas pulorum. Menjaga kebersihan atau hygene ditempat unggas yang dipelihara dan memberikan vaksin yang baik kepada unggas.
  • 19. 19 DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2012. Salmonella Pullorum, Pullorum Disease,’Bacillary White Diarrhoea’ (online) http://www.thepoultrysite.com/diseaseinfo/131/salmo nella-pullorum-pullorum-disease-bacillary-white-diarrhoea , diakses pada 11 Maret 2013. Anonymous. 2012. Salmonellosis (online) http://www.slideshare.net/mrzaen2/ salmonellosis diakses pada 13 Maret 2013. Anonymous. Pullorum Disease (online) http://www.safe- poultry.com/PullorumDisease.asp, diakses pada 13 Maret 2013. Iwan Three . 2011. Konsultasi Gumboro dan Pullorum (online) http://info.medion. co.id/index.php/konsultasi-teknis/layer/penyakit/gumboro-dan- pullorum ,diakses pada 8 maret pukul 17.49 WITA. Tabbu, Charles. 2000. Penyakit ayam dan penanggulangannya (online) books.google.com/books?isbn=9796727986. diakses pada tanggal 8 Maret 2013 pukul 16.43 Ressang, Abdul.1984. Patologi Khusus Veteriner. Bali : Institut Pertanian Bogor.