1. Nama : Fardha Syavriliand
NIM : P07133215014
A. PENGERTIAN
Toksoplasmosis adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan
ke manusia) yang disebabkan oleh protozoa Taxoplasma gondii, ditularkan oleh kucing
atau kucing kepada manusia, mamalia, darat, dan laut, serta beberapa jenis burung.
Penyakit ini bersifat oportunistik dan menimbulkan bahaya khususnya bagi wanita hamil.
Penyakit oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang
biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh normal,
tetapi dapat menyerang orang dengan system kekebalan tubuh yang buruk.
Toksoplasmosis dikenal masyarakat sebagai penyakit tokso yang menyebabkan
kemandulan, cacat bahkan kematian janin. Dalam banyak kasus, infeksi pada manusia
terjadi terutama setelah parasit tersebut tertelan. Banyak orang menderita penyakit ini,
tetapi kebanyakan penderita tidak menunjukkan adanya suatu gejala klinis, karena adanya
system kekebalan tubuh yang mempertahankan diri terhadap parasit tersebut.
Toksoplasmosis dapat menjadi masalah yang berat jika terjadi pada bayi yang baru lahir
dan orang dengan system kekebalan tubuh yang melemah.
Toksoplasmosis dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Toksoplasmosis Kongenital
Toksoplasmosis Kongenital muncul ketika infeksi Toxoplasma gondii
didapat selama masa kehamilan. Janin juga dapat terinfeksi melalui plasenta yang
menghubungkan maternal (ibu) dan fetus (bayi) dimana Toxoplasma gondii
mencapai plasenta selama periode tertentu padda ibu yang terinfeksi.
Risiko infeksi toksoplasma terhadap fetus sangat berhubungan dengan
waktu infeksi maternalnya muncul. Jika infeksi toksoplasma terjadi pada bulan-
bulan terakhir dari kehamilan, parasit akan ditularkan ke fetus. Tetapi jika
terjangkit lebih awal, transmisi ke fetus lebih jarang. Tetapi bila terjadi umumnya
menghasilkan penyakit yang berat.
2. b. Toksoplasmosis Akuisita
Toksoplasmosis yang didapat selama hidupnya (bukan didapat dari infeksi
ketika dalam kandungan). Infeksi pada orang dewasa biasanya tidak
menimbulkan gejala. Gejala klinis yang paling sering adalah limfodenopati dan
rasa lelah disertai demam dan sakit kepala.
B. FAKTOR PENYEBAB
Toxoplasmosis terkenal sebagai salah satu penyakit yang harus diwaspadai pada
ibu hamil. Toxo sering dihubungkan dengan penyakit lainnya, seperti Rubella,
Cytomegalovirus dan Herpes. Semua penyakit tersebut sering disingkat menjadi TORCH
(Toxop lasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes). Tetapi, toxo bukanlah penyakit
yang disebabkan oleh virus seperti ketiga temannya diatas. Toxoplasma atau Toxoplasma
gondii adalah sejenis hewan bersel satu yang sering juga disebut protozoa (jadi bukanlah
virus). Toxoplasmosis adalah nama penyakit pada hewan dan manusia yang disebabkan
oleh Toxoplasma gondii. Banyak orang beranggapan bahwa penyebab utama penyakit
toxoplasmosis adalah kucing. Sehingga banyak disarankan bagi ibu hamil atau wanita
yang ingin hamil untuk menghindari kucing. Padahal, rumor tersebut tidak sepenuhnya
benar.
Hanya saja hewan-hewan intermediated host ini tidak bisa menulari manusia
selama kita tidak mengkonsumsinya. Beda dengan kucing. Karena pada usus halus
kucinglah Toxoplasma menyelesaikan keseluruhan siklus hidupnya, dan akan
dikeluarkan bersamaan dengan feces/kotorannya.
Hampir semua hewan berdarah panas dapat terinfeksi toxoplasma. Hewan yang
sering berada disekitar manusia seperti sapi, kuda, tikus, domba, anjing, ayam, burung,
babi, dan lain-lain, juga dapat terinfeksi toxoplasma. Satwa liar seperti musang, harimau,
anjing hutan, dan lain-lain, juga dapat terinfeksi toxoplasma. Penelitian Toxoplasmosis di
Indonesia pertama kali dilakukan oleh Hartono pada tahun 1972 dan baru dilaporkan
tahun 1988. Peneliti tersebut berhasil mengisolasi kista Toxoplasma pada kambing dan
domba yang dipotong di rumah potong hewan Surabaya dan Malang. Penelitian lapangan
yang dilakukan di berbagai daerah menunjukkan prevalensi penyakit ini bervariasi dan
cenderung tinggi. Angka prevalensi penyakit pada kambing berkisar 24-61%, kucing 10-
3. 40%, babi 28%, domba 43%, sapi 36%, kerbau 27%, ayam 20%, itik 6%, anjing 10%,
dan manusia 14-82%. Penyakit ini tidak selalu menyebabkan kemandulan atau
keguguran si jabang bayi, tapi bisa juga menyebabkan radang paru-paru, hydrocephalus,
gangguan penglihatan sampai kebutaan. Biasanya Toxoplasmosis akan menampakkan
gejala klinis jika ada interkurensi infeksi misalnya dengan virus atau protozoa lain atau
pada kondisi stress dan immunosupresi (penurunan daya tahan tubuh, seperti pada
penderita kanker dan AIDS).
Cara agar tidak terkena penyakit T.gondii:
1. Sediakan pasir/tempat kotoran untuk kucing dan sebaiknya dibersihkan setiap hari.
2. Cegahlah kucing agar tidak berburu tikus, burung, lalat dan kecoa.
3. Jangan memberi makan hewan peliharaan dengan daging, jeroan, tulang dan susu
mentah, tapi masaklah terlebih dahulu.
4. Setelah mencuci daging mentah sebaiknya cuci tangan dengan sabun agar tak ada
parasit yang tertinggal di tangan.
5. Cucilah tangan dengan sabun setiap kali hendak makan.
6. Hindari memakan daging mentah/setengah matang. Makanlah daging yang benar-
benar telah dimasak sampai matang.
7. Cuci bersih sayur-mayur dan buah-buahan yang hendak dikonsumsi mentah sebelum
dimakan (dilalap).
8. Untuk ibu-ibu hamil, sebaiknya tidak membersihkan tempat kotoran kucing ataupun
mencuci daging/jeroan selama masa kehamilan. Mintalah bantuan orang lain untuk
mengerjakannya.
9. Untuk ibu-ibu yang berencana untuk hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan darah
untuk mengetahui ada tidaknya infeksi Toxoplasma.
10. Jikaanda memelihara kucing, latihlah dari kecil kucing tersebut dengan
membiasakannya buang kotoran tidak sembarangan yaitu di kamar mandi sehingga
mudah dibersihkan.
Sesungguhnya bukan sebab seseorang memelihara kucing atau tidak, juga bukan karena
seseorang “akrab” dengan kucing atau tidak yang membuka peluang terkena
4. penyakittoxoplasmosis ini, melainkan bagaimana cara orang tersebut menjaga kebersihan
diri dan lingkungannya.
Karena seorang yang teramat “anti” dengan kucing pun bisa saja terinfeksi
Toxoplasma jika tidak peduli dengan kebersihan. Misalnya malas mencuci tangan saat
hendak makan atau gemar memakan daging mentah/setengah matang.
Dan sebaliknya, seorang yang hidup dengan banyak kucing disekelilingnya bisa
tetap aman dari toxoplasmosis selama dia peduli dan menjaga kebersihan. Mudah-
mudahan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar rumah kita terhindar
dari ancaman Toxoplasma yang selama ini menakutkan.
C. INTERAKSI AGENT – HOST – ENVIRONMENT
Parasit ini biasa hidup di dalam usus hewan peliharaan rumah seperti kucing,
berkembang dalam sel epitel usus kucing berubah menjadi kista (ookista) yang keluar
bersama tinja kucing tersebut. Sehingga sumber penularannya adalah kotoran hewan
tersebut. Hewan lain yang dapat menjadi pembawa Toxoplasma adalah tikus, burung
merpati, ayam, anjing dan mamalia lain yang mencari makan di tanah.
Interaksi agent dan host dimulai dengan sporozoit yang ada di dalam usus kucing
menembus sel epitel dan tumbuh menjadi tropozoit. Kemudian inti tropozoit membelah
menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Setelah matang skizon akan pecah dan
menghasilkan banyak merozoit/skizogoni. Kemudian merozoit masuk ke dalam sel epitel
dan membentuk makrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet. Setelah
terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing.
Ookista di tanah sangat kuat dan dapat bertahan hidup di tanah lembab atau pasir selama
berbulan-bulan selanjutnya dapat menjadi spora dan menular ke hewan lain termasuk
manusia. Dalam usus manusia, toksoplasma berkembang menjadi kista yang menyebar ke
bagian lain di dalam tubuh melalui aliran darah atau limfa. Tahap ini berakhir dengan
menghasilkan kista dalam otot jantung, ginjal, dan otak. Kebanyakan dari kista tersebut
tetap aktif tanpa batas waktu.
5. D. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit secara alamiah
tanpa campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit
berlangsung secara natural. Tahapan-tahapan riwayat alamiah adalah sebagai berikut:
a. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi
interaksi masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit Toxoplasmosis gondii
masih ada di luar tubuh manusia yang membentuk kista, dimana para kuman
mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang manusia dan belum ada tanda-
tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh penjamu masih kuat.
b. Tahap Pathogenesis
Tahap penyakit inkubasi :
ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu demam,
malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening.
Tahap penyakit dini :
Toxoplasmosis gondii tertelan melalui makanan akan menembus epitel usus dan
diragositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit akibatnya terjadi
penyebaran limfogen. Toxoplasmosis gondii akan menyerang seluruh sel berinti,
membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh
telah membentuk antibodi.
Tahap penyakit lanjut :
Pada alat tubuh seperti susunan syaraf dan mata, zat ini tidak dapat masuk karena
ada sawar (barier) sehingga destruksi akan terus berjalan
c. Tahap Postpatogenesis
Pada fase ini penderita bisa sembuh namun tidak 100%, jadi dapat dikatakan di
dalam tubuhnya masih terdapat beberapa bakteri dari penyakit tersebut.
6. E. MODEL EPIDEMIOLOGI
Toxoplasma gondii merupakan parasit yang menumpang pada hewan seperti
anjing, kucing, kambing, babi, dan kelinci. Manusia dapat terinfeksi parasit toxoplasma
ini jika mengonsumsi daging yang tidak matang dengan sempurna, sayur dan buah-
buahan mentah yang tidak dicuci bersih dan berjalan tanpa alas kaki di permukaan tanah
yang telah tercemar oleh parasit tersebut.
Sebagian besar T. Gondii berada dalam tiga bentuk utama, yaitu : ookista,
tachyzoit dan bradizoit. Ookista hanya terbentuk dalam usus inang definitif, yaitu bangsa
kucing. Ookista dikeluarkan melalui feces. Bila tertelan oleh manusia atau hewan lain,
berkembang menjadi tachyzoit (tropozoit). Bentuk ini merupakan bentuk yang dapat
memperbanyak diri dengan cepat.
Penyakit toksoplasmosis dapat diterapkan menggunakan model hubungan sebab
akibat. Dimana manusia sebagai host, Toxoplasma gondii sebagai agen, dan kurang
terjaganya kebersihan hidup kucing sebagai lingkungan pendukung tumbuh kembangnya
toxoplasma gondii.
7. Kemampuan agen untuk menginfeksi inang meningkat
Model ini terjadi pada lingkungan yang terdapat banyak ookista Toksoplasma
gondii, maka kemungkinan banyak manusia yang akan terinfeksi penyakit toksoplasmosis.
Kepekaan inang terhadap agen meningkat
Model ini terjadi pada host yang memiliki daya tahan tubuh lemah dalam jumlah
yang banyak. Misalnya pada suatu daerah terdapat banyak ibu hamil yang rentan dan
terdapat ookista Toksoplasma gondii, maka kemungkinan para ibu hamil terkena penyakit
toksoplasmosis lebih besar.