Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang thaharah atau kebersihan dalam Islam.
2. Terdapat definisi thaharah dari berbagai mazhab dan dasar-dasar hukum thaharah dalam Al-Quran dan hadis.
3. Juga ditulis tata cara bersuci dari najis dan hadast menurut berbagai mazhab serta tata cara melakukan tayamum.
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
MAKALAH THOHARAH
1. pg. 1
THAHAROH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Thoharah adalah miftah (pintu) seseorang untuk melakukan ibadah sholat, agama islam
sangat mengutamakan bersuci. Karena diterima atau tidak diterimanya amal ibadah
seseorang tergantung pada bersih atau tidaknya seseorang baik dari hadast kecil maupun
hadast besar. Bersuci artinya membersihkan badan, pakaian dan tempat sholat dari segala
kotoran dan najis.
B. Rumusan masalah
Pada makalah ini ada beberapa pokok masalah yang akan kami bahas, diantaranya definis i
thaharah yang diambil dari berbagai pendapat para imam mazhab, dasar-dasar hukum
thaharah, tata cara bersuci dari najis dan hadast, terakhir tata cara tayamum dan bacaannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM THAHARAH
Thaharah adalah merupakan salah satu syarat dalam melakukan suatu amal ibadah, terutama
dalam sholat, haji, dan sebagainya, baik itu bersuci dari hadast kecil maupun hadast besar,
karena setiap amal ibadah yang kurang salah satu syaraynya, maka amal itu kurang
sempurnah keabsahannya.
Secara etimologi thaharah berarti bersih dan jauh dari kotoran-kotoran, baik yang kasat
mata maupun yang tidak kasat mata seperti aib dan dosa. Sedangkan thoharah secara syar`i
berarti menyucikan diri, pakaian dan tempat dari hadast dan najis dengan menggunakan air
yang dapat menyucikan serta dengan aturan aturan yang sesuai dengan ajaran agama islam.
Sedangkan para ulama dan imam memberikan definisi yang berbeda tentang thaharah,
diantaranya:
1. Imam Hanafiy.
2. pg. 2
Thoharah adalah bersih dari hadast, baik hadast kecil yang hanya cukup dengan
berwudhu untuk menghilangkan bau atau hal yang semacamnya, dan hadast besar juga biasa
disebut dengan istilah junub (janabat) yang diwajibkan mandi untuk membersihkannya.
Kemudian para ulama juga membedakan antara hadast dan khubust. Hadast adalah sesuatu
yang bersifat syar`i yang sifatnya melekat pada badan atau sesuatu yang datang dan muncul
dari badan itu sendiri dan tidak bisa dihindari. Sedangkan khubust adalah bentuk dari
kotoran yang hendak dibersihkan, dan bersifat eksternal kemudian melekat pada badan,
seperti contoh : najis, kotoran dan hal-hal yang serupa dengannya. (mazhahibul arba`ah)
2. Imam Syafi`i
Imam Syafi`i membagi definisi thaharah secara syar`i menjadi dua makna, yang
pertama. adalah mengerjakan sesuatu yang dapat membolehkan melakukan sholat, baik dari
berwudhu, mandi, tayamum, menghilangkan najis, atau apapun pekerjaan yang semak
dengannya. Sedangkan yang kedua. Adalah mengangkat hadast dan menghilangkan najis
atau pekerjaan yang serupa dan semakna dengannya. (mazhahibul arba`ah)
3. Imam Hanbali
Thaharah adalah mengangkat hadast atau hal yang serupa dan semakna dengannya, dan
menghilangkan najis. Mengangkat hadast maksudnya disini adalah menghilangkan sifat
yang dapat menghalangi seseorang melakukan sholat atau ibadah serupa yang disyaratkan
berwudlu atau mandi untk membersihkannya.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh ulama diatas dapatlah simpulkan bahwa thaharah
adalah suatu pekerjan yang membolehkan seseorang untuk melakukan ibadah, seperti
berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil, mandi untuk menghilangkan hadast besar,
tayamum sebagai ganti wudhu atau mandi ketika tidak menemukan air, dan menghilang najis
sebagai syarat sahnya ibadah, baik dari pakaian yang dipakai maupun tempat yang digunaka n
untuk beribadah.
B. DASAR-DASAR HUKUM THAHARAH
Setiap pekerjaan yang dianjurkan syariat dalam agama pastilah ada dasar-dasar hukum yang
melandasinya sehingga pekerjaan tersebut dapatlah dipertangggung jawabkan. Adapun
landasan hukum thaharah sebagaimana firmankan Allah dalam Alqurannya
a. Dalam surah almuddatsir ayat 1-4
يا ايها المدثر. قم فانذر. وربك فكبر. وثيابك فطهر
3. pg. 3
Artinya: wahai orang yang berkemul (berselimut) , bangunlah, lalu berilah peringatan,
dan agungkanlah tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu. ( almuddatsir: 1-4)
b. Dalam ayat lain Allah berfirman
ان الله يحب التوابين ويحب المتطهرين
Yang artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyuka i
orang-orang menyucikan diri.
Begitulah pentingnya thaharah (bersuci) bahkan ada hadist yang menyebutka n
bahwasannya kebersihan adalah sebagian dari iman.
c. Dalam surah At taubat ayat 108
انه لما نزل قوله تعلى : فيه رجال يحبون ان يتطهروا والله يحب المتطهرين- قال رسول الله صلي الله عليه
وسلم لاهل قباء ما هذه الطهارة التي اثنى الله بها عليكم قالوا كنا نجمع بين الماء والحجر
artinya: bahwasannya ketika turun firman Allah ta`ala: (artinya) ada orang orang yang
ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang membersihkan diri (At
taubah: 108). Rosulullah Saw bersabda kepada penduduk quba`: apakah kesucian yang dipuji
oleh Allah atasmu ? mereka menjawab: kami menghimpun antara air dan batu.
Ayat dan hadist yang terdapat pada satu bait diatas membahas tentang diperbolehkannya
bersuci dengan batu dan air, yang diungkapkan oleh imam Al Gozali dalam kitabnya ihya`
ulumuddin tentang cara bersuci dari buang besar/kecil. Sehingga kita dapat menjadikan dalil
diatas sebagai landasan dan dasar thaharah, dimana bersuci adalah perkara yang diwajibkan
dalam agama. Baik bersuci dengan menggunakan air, batu, debu atau benda padat lain yang
sekiranya dapat membersihkan korton.
C. TATA CARA BERSUCI DARI NAJIS DAN HADAST
Adapun tata cara bersuci dari najis dan hadast sangatla bervariasi dari berbagai ulama
fiqih, diantaranya :
1. Imam hanafiyah
Imam hanafiy dan para pengikiutnya berkata : membersihkan pakaian yang terkena
najis dengan menyucinya walaupun satu kali sampai sekiranya hilang bentuk atau
wajah daripada najis mar`iyah atau najis yang terelihat oleh mata, akan tetapi ini
apabila menyucinya diair yang mengalir atau air yang tuangkan diatas pakaian
tersebut, apabila menyucinya diawadah maka tidaklah bersih kecuali menyuc inya
sampai tiga kali dengan syarat memerah atau memerasnya setiap kali mencucinya .
Apabila pakain itu dicelupkan, maka menyucikannya dengan air yang jernih walaupun
4. pg. 4
masih tersisah warna dan bau najis yang sekiranya tidak membahayakan karna susah
untuk menghilangkannya kecuali dengan menggunakan sabun atau hal yang serupa
dengannya, maka itu sudah dihukumi bersih.
Sedangkan menyucikan tempat yang terkena najis cukup dengan menyiramkan air
diatasnya tiga kali disertai dengan menggosoknya. Jika terdapat pada badan, maka
dengan mandi dan menghilangkan najis aini yang terdapat pada badan sampai kita
merasa yakin akan hilangnya najis tersebut, adapun minyak-minyak yang dianggap
najis, membersihkannya dengan menyiramkan air padanya tiga kali, atau
mamasukkannya kedalam wadah dan menyiramkan dengan air kemudia n
menggerakkan atau menggosoknya dengan tangan sampai sisa sisa minyak hilang dan
bersih, ini apabila sesuatu yang bersifat cair, sedangkan benda yang bersifat padat
maka membersihkannya dengan mengugurkan atau menggosoknya sampai bersih
dengan benda keras sehingga benda tersebut kembali seperti sedia kala.
Bersuci dari hadast terbagi menjadi dua, pertama. Hadast kecil, bersuci darinya
cukup hanya dengan berwudhu. dan kedua Hadast besar bersuci darinya dengan mandi
janabah. Apabila tidak menemukan air maka dengan tayamum.
2. Imam Malikiah
Imam Malik dan para pengikutnya berkata: menyucikan tempat najis yaitu
membersihkan dengan menggunakan air yang bersih walau hanya satu kali dengan
syarat hilangnya rasa, bau dan warna najis tersebut sekalipun sulit untuk
menghilangkannya karna keberadaan sisa menunjukkan iya adalah najis, tapi jika
benar-benar sulit untuk menghilangkannya maka dihukumi sudah bersih (suci).
Apabila berada pada badan maka harus dengan mandi dan menggosoknya sampai
benar-benar yakin bersihnya.
3. Imam Hanbal
Imam hanbal dan para pengikutnya berkata : tata cara membersihkan benda yang
terkena najis adalah dengan menggunkan air yang bersih dengan membasuhnya tujuh
kali sekiranya tidak tersisa warna, bau, dan rasa najis tersebut setelah membasuhnya
tujuh kali. Apabila najis dari anjing dan babi atau apa-apa yang terlahir dari keduanya
dari hubungan dengan hewan yang suci maka membersihkannya hendaklah dengan
menggunakan tanah pada basuhan pertama, boleh dengan sabun atau hal yang serupa
dengannya, apabila masih terdapat sisa setelah tujuh kali basuhan itu, maka tambahla h
5. pg. 5
beberapa kali basuhan lagi sekiranya dapat menghilangkan sisa najis tersebut. Apabila
masih tidak bisa dibersihkan juga maka hukumilah najis itu sudah bersih
4. Imam Syafi`iyyah
Imam Syafi`i dan para pengikutnya berkata : tata cara membersihkan najis yaitu
dengan menggunakan air bersih pada najis mugholadhoh, yaitu najis anjing dan babi
atau apa-apa yang terlahir dari keduannya, hendaklah membersihkan tempatnya
dengan tujuh kali basuhan dengan menyertakan air dan tanah pada salah satu basuhan
tersebut
Adapun tata cara membersihkan dengan tanah ada tiga macam:
a. Mencampurkan tanah dengan air sebelum meletakan pada tempat najis
b. Meletakan air diatas tempat najis sebelum mencampur dengan tanah
c. Meletakan tanah dulu diatas tempat najis kemudian dilanjutkan dengan
menyiramkan air, dan tidak perlu lagi menggunakan tanah untuk basuhan
selanjutnya setelah menghilangkan bentuk dan wajah najis tertsebut. Apabila
tempatnya kering maka pililah satu tiga cara yang telah disebutkan diatas, dan
sedangkan bila tempatnya basah maka basuhlah dulu dengan tanah karna sifatnya
yang bercampur pada air, atau boleh juga menggunakan dua cara yang disebutkan
diatas sekalipun najis mugholadhoh, atau cukup membasuhnya tujuh kali tanpa
harus menambahnya lagi dengan basuhan yang lebih.
Adapun cara membersihkan najis ringan adalah dengan memercikkan air diatas najis
walaupun tidak sampai mengalir. Sedangkan najis ringan adalah kencing bayi laki- laki
yang umurnya belum sampai dua tahun dan belum mengkonsumsi makanan kecuali air
susu dengan semua jenisnya, diantaranya, keju, kepaia susu, atau mentega yang berasal
dari susu, baik berupa air susu ibu atau susu lainnya. Berbeda dengan kencing bayi
perempuan yang agak sulit dihilangkan baunya, maka air kencingnya wajib dicuci,
sebagaimana yang sabdakan rosulullah saw:
يغسل من بول الجارية ويرس من بول الغلام:
Artinya: hendaklah menyuci air kencing bayi perempuan dan memercikkan air pada
air kencing bayi laki-laki.
Jika umur bayi sudah mencapai dua tahu maka air kencingnya wajib dicuci walaupun
belum mengkonsumsi makanan selain susu sebagaimana diwajibkan mencucinya
ketika bayi itu sudah mengkonsumsi makanan, atau bayi yang sudah diberikan sesuatu
6. pg. 6
dengan tujuan memberinya makanan, seperti memberinya obat dan lainya, maka itu
tidak menjadikan alasan untuk tidak mencuci kencing bayi itu sebagaimana kencing
bayi yang sudah berumur dua tahun.
Kemudian tata cara membersihkan najis sedang/tengah maka terbagi menjadi dua :
a. Najis sedang yang bersifat hukumiah atau najis yang tidak berbentuk, tidak bau,
tidak berwarna dan tidak berasa seperti kencing bayi yang suda kering. Maka cara
membersihkannya adalah menyiramkan air pada najis tersebut dan memerasnya
walau hanya satu kali
b. Najis ainiyah, yaitu najis yang berbentuk (kasat mata), berbau,berwarna, dan
berasa. Cara mensucikannya sama seperti cara yang pertama, tetapi dengan syarat
hilangnya warna, dan bau najis sampai sekiranya terlihat seperti sedia kala
walaupun masih tersisa rasa karna alasan sulit untuk menghilangkannya.
D. TATA CARA TAYAMUM DAN BACAANNYA
a. Pengertian tayamum
Pengertian tayamum secara bahasa adalah maksud atau niat, sebagaimana sabda
rasulullah saw , ولا تيمموا الخبيث منه تنفقون
Makna kalimat تيمموا pada hadist adalah تقصدوا . sedangkan pengertian tayamum
secara syar`i adalah adalah mengusap wajah dan kedua tangan dengan tanah(debu)
dengan tujuan dan maksud yang khusus, bukan artinya melumuri wajah dan tangan
dengan debu, tetapi hanya sekedar meletakan tangan diatas debu yang suci,
batu,tembok atau pada benda apapun yang sekiranya mengandubg debu, dan
tayamun hanya disyariatkan ketika tidak mendapatkan air apa bila hendak
berwudhu sedangkan waktu sholat sudah masuk, atau dilakukan sebab
terhalangnya pemakaian air karena adanya alasan tertentu seperti sakit dan lain-lain.
Sebagaimana firman Allah dalam Alqurannya : وان كنتم مرضى او على سفر او
جاء احدكم منكم من الغائط, او لامستم النساء فلم تجدوا مائا, فتيممواصعيدا طيبا, فا مسحوا بوجوهكم
وايديكم منه, ما يريد الله ليجعل عليكم من حرج.
Artinya : Ayat diatas menunjukkan bahwa tayamum disyariatkan kepada manusia
ketika tidak menemukan air atau terhalangnya dari memakai air karena sakit dan
hal-hal lain yang semakna dengannya. (mazahibul arba`ah)
7. pg. 7
Adapun dasar dalam hadist nabi saw : عن جابر رضي الله عنه ان النبي صلى الله عليه
وسلم قال : اعطيت خمسا لم يعطهن احد قبلي :نصرت بالرعب مسيرة شهر, وجعلت لي الارض
مسجدا وطهورا. فايما رجل ادركته الصلاة فاليصلى. وذكر الحديث.وفي جحديث حذيفه رضي الله
عنه عند مسلم:وجعلت تربتها لنا طهورا اذا لم نجد الماء. وعن علي عند احمد:وجعل التراب لي
طهورا.
Pada hadist diatas menunjukkan bahwa tanah diperbolehkan untuk bersuci
(tayamum) dengan semua jenisnya. Ini pendapat para imam mazhab kecuali imam
syafi`i, maka dikhususkan tanah yang bersifat debu aja. (bulugul marom)
b. Tata cara tayamum
Sebelum berbicara tentang tata cara tayamum alangkah baiknya dulu kita
mengetahui rukun tayamum tersebut. Rukum tayamum ada empat (4) yaitu: niat,
mengusap wajah, mengusap kedua tangan sampai siku-siku dan tertib.
Dari keterangan diatas dapatlah kita ketahui tata cara bertayamum yaitu hendaklah
melakukan niat terdahulu kemudian menempelkan kedua telapak tangan pada debu
yang suci dan mengusapkannya pada wajah, kemudian melakukannya kembali dan
mengusapkannya pada kedua tangan sampai siku-siku, dilakukan dengan tertib
sesuai rukunnya diatas dan hendaklah mendahulukan tangan yang kanan atas yang
kiri menurut kesunahannya.
Tayamun hanya dilakukan pada dua anggota badan saja, berbeda dengan wudhu
yang hampir melibatkan semua anggota badan, sebagaimana diuraikan dalam hadist
nabi saw: وعن بن عمر رضي الله عنهما قال:قال رسولالله صلى الله عليه وسلم: التيمم
ضربتان:ضربة للوجه,وضربة لليدين. رواه الدار قطني,وصحح الائمة وقفه.
Artinya : dari ibnu umar r.a berkata: rosulullah saw bersaba: tayamum hanya
dilakukan dua kali, satu kali untuk wajah dan satu kali lagi untuk kedua tangan.
(HR. Daru quthniy dan dishohihkan oleh para imam. (bulugul marom)
Bacaan tayamum.
a. Bacaan niat tayamum, sebagaimana niat adalah perkara yang penting dalam melakukan
ibadah, karena setiap amal ibadah tergantung pada niatnya, dalam hadist rosulullah saw
menjelaskan. انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته
الى الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها او امراة ينكحها فهجرته الى ما هجر اليه. رواه بخاري
ومسلم
8. pg. 8
Artinya: sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada niatnya dan sesungguhnya
setiap orang berdasarkan pada apa yang diniatkan. Siapa yang hijrohnya karna ingin
mendapatkan ridho allah dan rosulnya, maka hijrohnya kepada ridho Allah dan
rosulnya. Dan siap yang hijrohnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena
wanita yang ingin dia nikahi maka hijronya akan bernilali seperti apa yang dia niatkan.
(HR. Bukhori dan Muslim) (Arba`in nawawi). Jadi niat adalah pokok dari segala amal
ibadahnya seseorang, atau sebagai tolak ukur diterima atau tidaknya amalnya seorang
hamba. adapun bacaan niat tayamum adalah sebagai berikut.
نويت التيمم لاستباحة الصلاة فرضا لله تعالى
Atau boleh juga dengan bacaan, نويت التيمم بدلا عن الوضوع لرفع الحدث الاصغر فرضا لله
تعالى
Demikianlah bacaan niat tayamum. Karena tayamum tidak bisa mengankat dan
menghilangkan hadas atau najis, maka niatnya hanya untuk menggantikan
wudhu atau sebagai syarat diperbolehkannya sholat, haji, thawaf atau ibadah-ibada
lain yanh membutuhkan bersih dan suci dari hadst dan najis sebagai syarat
sahnya ibadah tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Dari uraian panjang diatas dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa definis i
tahaharah adalah suatu pekerjaan yang dapat membolehkan seseorang melakukan ibadah,
seperti sholat, haji, towaf, baca alquran atau ibadah-ibadah lain yang semakna dan
mengharuskan untuk bersuci. Baik bersuci dari najis, hadast besar maupun hadast kecil.
Sebagaimana dijelaskan dalam alquran:
وان كنتم مرضى او على سفر او جاء احدكم منكم من الغائط, او لامستم النساء فلم تجدوا مائا, فتيممواصعيدا طيبا,
فا مسحوا بوجوهكم وايديكم منه, ما يريد الله ليجعل عليكم من حرج.
Artinya : Ayat diatas menunjukkan bahwa tayamum disyariatkan kepada manusia ketika tidak
menemukan air atau terhalangnya dari memakai air karena sakit dan hal-hal lain
yang semakna dengannya. (mazahibul arba`ah)
9. Dalam ayat lain disebutkan
ان الله يحب التوابين ويحب المتطهرين
Yang artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyuka i
orang-orang menyucikan diri.
Cara bersuci dari najis dan hadast
a. Cara membersihkan najis mugholadhoh adalah dengan membasuhnya tujuh kali,
pg. 9
basuhan pertama dicampur dengan tanah, basuhan kedua memakai sabun dan
seterusnya dengan air biasa. Najis mugholadho adalah najis anjing, babi dan apa- apa
yang terlahir dari keduanya hasil dari berhubungan dengan hewan yang suci.
b. Cara membersihkan najis ringan adalah dengan memercikkan air diatasnya walau tidak
harus mengalir airnya. Najis ringan itu adalah air kencing bayi laki-laki yang belum
mengkonmsi makanan selain susu, atau najis yang tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa, berbeda dengan air kencing bayi perempuan maka harus dicuci, karena
walaupun masih bayi tapi air kencingnya sudah bau.
c. Cara membersihkan najis sedang/tengan adalah dengan menyiramkan air pada najis
kemudian menggosok-gosok atau memehnya sehinggan wanra,bau, dan rasa najis itu
diyakini akan hilangnya, ini jika najisnya ada pakaian, jika berada pada tempat maka
pertama harus menghilanhkan bentuk najis tersebut baru kemudian disirami air sampai
sekiranya tidak tersisa warna, bau dan rasa najis tersebut, dan jika najisnya ada pada
badang, maka cukup mencucinya sampai diyakini najis itu hilang. Wallahu a`lamu
bisshowaab.
10. pg. 10
DAFTAR PUSTAKA
1. MAZAHIBUL ARBA`AH (tentang thahara, cara membersihkan najist dan hadast,
dan cara tayamum).
2. BULUGHUL MARAM ( tata cara tayamum)
3. IHYA` ULUMUDDIN ( tentang thahara)
4. Mister Goegle ( tentang niat tayamum)