Dokumen tersebut membahas tentang thaharah atau kebersihan dalam Islam. Thaharah terbagi menjadi thaharah dari hadas dan thaharah dari najis. Hadas terbagi menjadi hadas kecil dan besar, sedangkan najis terbagi menjadi najis 'ainiyah, hukmiyah, dan berat. Dokumen juga membahas tentang istilah, jenis, dan hukum air yang digunakan untuk thaharah.
2. PENGERTIAN THAHARAH
Kata thaharah berasal dari bahasa Arab الطهار yang secara bahasa
artinya kebersihan atau bersuci. Sedangkan
menurut istilah, thaharah adalah menyucikan badan,
pakaian, dan tempat dari hadats dan najis dengan cara yang telah
ditetapkan oleh syariat Islam.
Menurut Imam Ibnu Rusyd, thaharah itu terbagi menjadi dua,yaitu :
1. Thaharah dari hadas, yaitu membersihkan diri dari hadats kecil (sesuatu
yang diminta -bersucinya dengan- wudhu) dan dari hadats besar
(sesuatu yang diminta bersucinya dengan mandi).
2. Thaharah dari khubts atau najis, yaitu membersihkan diri,pakaian, dan
tempat ibadah dari sesuatu yang najis dengan air.
3. Hadas secara etimologi ialah seseorang yang tengah berhadas, sedangkan
secara terminologi ialah sesuatu yang mengkotori anggota tubuhyang bisa
mencegah sahnya shalat. Seperti orang yang junub, haid, nifas dan lain-lain.
PENGERTIAN HADAS
Hadas dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Hadas kecil
Hadas kecil ialah bila seseorang dalam keadaan bernajis disebabkan buang
hajat selama belum beristinjak, maka ia tetap dalam keadaan berhadas kecil.
Cara menyucikannya dengan berwudhu dan tayammum.
2. Hadas besar
Hadas besar ialah seseorang dalam keadaan bernajis yang mewajibkan ia
mandi sesudah berhadas besar itu, baru dinamakan ia suci dari hadas besar.
Cara menyucikannya dengan mandi besar.
4. SEBAB-SEBAB ORANG BERHADAS
1. Karena bersenggama (bersetubuh suami istri) biar keluar mani atau
tidak, maka wajib mandi.Firman Allah swt. Dalam surat Al-Maidah ayat 6:
Artinya:
و
ا ْوُرَّهَّطاَف اًبُنُج ْمُتْنُك ِْنا ََ
“Jika kamu junub (bersutubuh) maka hendaklah kamu mandi.”
2. Keluar mani baik karena bersutubuh atau tidak seperti bermimpi dan
sebagainya, maka wajib mandi besar.
3. Sebab buang kotoran (haid). Sabda Rasululloh saw. Dari ‘Aisyah
r.a.berkata: telah bersabda Rasululloh saw. Kepada Fatimah binti Hubaisyi,
“Bila datang haidh maka tinggalkanlah shalat (sembahyang) dan bila telah
habis maka mandilah Anda.”HR.Bukhari
4. Karena nifas (darah yang keluar sesudah melahirkan), bila darah nifas itu
telah berhenti, maka diwajibkan mandi besar .
5. PENGERTIAN NAJIS
Najis menurut bahasa adalah apa saja yang kotor . Sedangkan menurut
syara’ berarti kotoran yang mengakibatkan shalat/ ibadah tidak sah,seperti
darah dan kencing. Cara membersihkan najis- Istinja’ dan Istijmar-
Menggosok dan menyiram
Secara wujud najisnya, najis dibagi kedalam dua macam, yaitu
najis ‘ainiyah dan najis hukmiyah.
a. Najis ‘Ainiyah
adalah semua najis yang berwujud atau dapatdilihat melalui mata atau
mempunyai sifat yang nyata,
seperti warna atau baunya. Contohnya adalah seperti kotoran, kencing dan
darah.
b. Najis Hukmiyah
adalah semua najis yang telah kering dan bekasnya sudah tidak ada lagi
serta sudah hilang antara warna dan
baunya. Contohnya adalah kencing yang mengenai baju yang kemudian
kering sedang bekasnya tidak nampak.
6. MACAM-MACAM NAJIS
1.Najis mugallazah (berat)
Najis mugallazah najis dengan tingkatan berat. Contoh yang termasuk najis mugallazah
adalah najis yang berasal dari kotoran anjing dan babi serta air liurnya. Benda yang
terkena najis ini hendaklah dibasuh tujuh kali, satu kali di antaranya hendaklah dibasuh
dengan air yang dicampur dengan tanah.
2.Najis Mutawassitah (pertengahan)
Najis mutawassitah najis dengan tingkatan sedang. Artinya semua najis yang tidak
termasuk najis mugallazah dan najis mukhaffafah. Contoh air seni, tinja manusia, wadi &
madi, darah,nanah, muntah, kotoran hewan, bangkai (kecuali ikan dan belalang), dan air
susu dari hewan yang diharamkan.
3.Najis mukhaffafah (ringan)
Najis mukhaffafah adalah najis ringan yang berasal dari air kencing bayi Iaki-Iaki yang
berumur kurang dari 2 tahun dan belum makan apa-apa selain air susu ibu saja. Mencuci
benda yang kena najis ini sudah memadai dengan memercikkan air pada benda itu,
meskipun tidak mengalir.
7. Istinja’
Istinja’ secara bahasa berarti terlepas atau selamat, sedangkan menurut
pengertian syariat adalah bersuci setelah buang air besar atau buang air
kecil. Istinja adalah menghilangkan sesuatu yang keluar dari kubul atau
dubur dengan menggunakan air suci lagi mensucikan atau batu yang suci
atau benda-benda lain yang memiliki fungsi sama dengan air dan batu
(istijmar)
8. 1. Tidak Terlihat Orang Lain saat Buang Air
2. Tidak Membawa Apapun yang Bertuliskan Nama Allah SWT
3. Membaca Doa Ketika Memasuki Kamar Mandi
4. Masuk Menggunakan Kaki Kiri dan Keluar dengan Kaki Kanan
5. Tidak Menghadap atau Membelakangi Kiblat
6. Dilarang untuk Berbicara Kecuali dalam Keadaan Darurat
7. Tidak Buang Air di Tempat Bernaungnya Manusia
8. Tidak Buang Air di Air yang Tergenang
9. Membersihkan dengan Tangan Kiri
10.Membaca Doa Ghufronaka Saat Keluar Kamar Mandi
ADAB BUANG AIR BESAR MAUPUN KECIL
9. ADAB BUANG AIR BESAR MAUPUN KECIL
JENIS AIR DALAM THAHARAH
1. Air muthlaq
Air muthlaq, yaitu air suci yang mensucikan, maksudnya adalah air yang masih murni baik
sifat, bau maupun rasanya. Yang termasuk dalam kategori air mutlaq adalah air hujan, air
laut, air sungai, salju yang telah cair menjadi air, air embun, air sumur atau air mata air.
2. Air musyammas
Air musyammas, yaitu air yang terjemur sinar matahari dengan menggunakan wadah yang
terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi hukumnya suci mensucikan pada
benda lain akan tetapi makruh menggunakannya.
3. Air musta’mal
Air musta‟mal, yakni air yang sudah dipakai, artinya air yang sudah dipakai untuk
menghilangkan hadats kecil maupun hadats besar. Hukumnya tidak dapat mensucikan dari
hadats atau najis , kecuali lebih dari dua kullah.
4. Air mutaghayar
Air mutaghayar, yakni air mutlaq yang sudah berubah salah satu dari bau, rasa atau
warnanya. Perubahan tersebut terkadang berubah karena bercampur dengan benda suci,
dan terkadang bercampur dengan benda najis (Air mutanajis).
10. HUKUM AIR SUCI MENYUCIKAN
Para ulama membagi hukum penggunaan air thahur menjadi 5 macam yaitu:
1. Wajib: Saat perkara yang wajib ditunaikan bergantung pada kesucian seseorang,
baik dari hadas kecil maupun besar, misal menunaikan sholat.
2. Haram: Air tersebut milik orang lain yang tidak mengizinkan untuk digunakan,
disediakan khusus untuk kebutuhan tertentu, atau menjadi bahaya bila digunakan.
Contohnya, seseorang yang terserang penyakit bisa bertambah parah bila terkena air.
3. Sunnah: Air digunakan untuk berwudhu saat masih dalam keadaan suci dari hadats
atau mandi sunnah untuk melakukan sholat Jumat.
4. Mubah: Air digunakan untuk minum dan sebagainya.
5. Makruh: Air digunakan saat keadaannya terlalu panas atau terlalu dingin, namun
tidak sampai membahayakan kesehatan.
11. BATASAN KESUCIAN AIR SUCI MENYUCIKAN
Para ulama menyebutkan bahwa perubahan air yang tidak keluar dari
kesuciannya adalah air yang mengalami perubahan sifat karena beberapa hal
seperti:
1. Tempat air dan alirannya berada, contoh: tempat-tempat wudhu zaman
dahulu, kolam yang terletak di padang pasir dan sejenisnyam atau air yang
mengalir melalui aliran pertambangan.
2. Lama menetap, contoh: air yang diletakkan dalam botol dalam waktu yang
lama.
3. Benda yang dijadikan tempat menyimpan air, contoh: air sumur yang
terkena debu akibat terpaan angin, ranting, dan sebagainya.