1. Tugas Terstruktur Dosen Pembimbing
FIQIH IMAM HANAFI, MA
MAKALAH FIQIH MUAMALAH
THAHARAH
DISUSUN OLEH
FAUZIAH
ISNINA MULYANI SYAM
RICHA DWI RAHMAWATI
TANIA NATASATYA D.P.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2012/2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thaharah, shalat, dan dzikir merupakan ibadah yang esensial bagi muslim tanpa
kecuali. Ibadah ini tidak pernah gugur kewajibannya oleh sebab apapun, sementara ibadah
lainnya (puasa, zakat , dan haji) dapat gugur kewajibannya karena syarat istiho‟ah
(kemampuan). Oleh karena itu, wajib bagi setiap kitauntuk mengetahui syariatnya secara
global maupun detailnya. Selanjutnya wajib bagi kita untuk melaksanakan sesuai dengan
ilmu yang kita ketahui terhadap kesempurnaan Islam seperti firman Allah swt. “al-yauma
akmaltu lakun diinukum wa atmamtu „alaikum ni‟matii wa rodliiti lakum al-islaama diina”.
(QS. Al-Maidah : 3)
Dalam kedokteran Islam, kesehatan adalah keadaaan seseorang secara alamiah
atau normal yang dalam keadaan itu tuhan menciptakan manusia (fitrah). Penekanan besar
yang diberikan pada pencegahan penyakit adlah konsekuensi langsung dari ajaran syariat
Islam. Kita harus menjaga dan menghargai kesehatan diri yang merupakan pemberian Allah
sebelum ditimpa penyakit. Tanggapan demikian melibatkan semua aspek eksistensi, spiritual,
psikologis, dan fisik seseorang. Thaharah sangat bertepatan dengan prinsip-prinsip hygiene,
shalat menggambarkan gerakan kehidupan fisiologis, sementara dzikir merupakan wujud
eksistensi ruhiyah manusia.
Agama Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap kesucian
(thaharah) dan kebersihan. Sebagian dari amalan-amalan dan kewajiban-kewajiban syar'i
tidak dianggap sah kecuali jika dilakukan dengan bersuci (thaharah). Menurut agama Islam,
sebagian dari sesuatu adalah tidak suci sehingga senantiasa atau dalam kondisi-kondisi
tertentu harus dihindari. Di dalam fikih agama Islam, selain terdapat kebersihan dan kesucian
yang senantiasa merupakan hal yang terpuji, terdapat pula jenis pensucian yang khas (yaitu
wudhu dan mandi) yang disebut pula dengan thaharah, dimana kadangkala memiliki hukum
wajib dan kadangkala mustahab.
Hukum-hukum thaharah, segala sesuatu yang mensucikan (muthahirat), tata cara
pensucian tubuh, pakaian dan benda-benda lainnya, demikian juga segala sesuatu yang najis
3. dan tidak suci, dan segala hal yang berkaitan dengan persoalan ini, akan dijelaskan dalam bab
yang bernama thaharah.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan thaharah ?
2. Bagaimana melakukan thaharah ?
3. Apa-apa saja pembagian thaharah ?
4. Apa saja yang dapat digunakan dalam berthaharah ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang thaharah, pembagiannya, serta bagaimana cara mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Berikut akan dijelaskan macam macam bersuci, cara-cara bersuci dan pembagiannya:
a. Macam- macam air dan pembagiannya
b. Macam-macam najis dan tingkatannya
c. Istinja‟
d. Mandi
e. Haidh
f. Berwudlu
g. Bersiwak
h. Tayamum
i. Mengusap khuffain
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian THAHARAH
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” sedangkan menurut syara‟ berarti bersih dari
hadast dan najis. Bersuci karena hadast hanya di bagian badan saja, hadast terbagi dua yaitu:
hadast besar dan hadast kecil, menghilangkan hadast besar yaitu dengan mandi atau
tayammum dan menghilangkan hadast kecil dengan berwudlu atau tayammum. Bersuci dari
najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat, salah satu cara menghilangkannya yaitu
dengan cara dicuci dengan air suci dan mensucikannya.
Kedudukan thaharah dalam ibadat:
Thaharah merupakan masalah yang sangat penting dalam agama dan merupakan pangkal
pokok dari ibadat yang menjadi penyonsong bagi manusia dalam menghubungkan diri
dengan Tuhan.
B. macam-macam thaharah/bersuci
a. Macam-macam air dan pembagiannya
Alat terpenting untuk bersuci adalah air, ditinjau dari segi hukumnya, air dapat
dibagi menjadi 4 macam:
- Air mutlak (air yang sewajarnya) yaitu air suci yang dapat mensucikan (thahir-
muthahir) artinya air itu dapat digunakan untuk bersuci, misalnya air hujan, air sungai
atau air laut, air sumur, air salju dan air embun.
- Air makhruh yaitu air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakannya,
seperti air musyammas (air yang dipanaskan dengan panas matahari).
- Air suci tetapi tidak dapat digunakan untuk bersuci (thahirghairu muthahhir) yaitu air
yang boleh diminum tetapi tidak sah untuk bersuci misalnya: air kopi, air the, air
limun, air kelapa dll.
- Air mutanajjis yaitu air yang terkena najis, yg berubah bau, rupa dan rasanya.
6. b. Macam-macam najis dan tingkatannya
Najis (najasah) menurut bahasa artinya kotoran, sedangkan menurut syara‟ berarti
yang mencegah sahnya shalat, seperti air kencing dan sebagainya, najis dapat dibagi
menjadi tiga bagian:
- Najis mughalladzah yaitu najis yang sangat berat yakni najis yang timbul dari najis
anjing dan babi. Cara mensucikannya ialah lebih dahulu dihilangkan wujud benda
najis itu, kemudian baru dicuci bersih dengan air sampai tujuh kali dan permulaan di
antara pensucian itu dicuci dengan air yang bercampur tanah.
- Najis mukhaffah yaitu najis yang rinngan seperti air kencing bayi laki-laki yang
umurnya kurang dari dua tahun dan belum makan apa-apa kecuali air susu ibunya.
- Najis mutawassithah (sedang) yaitu kotoran sperti kotoran manusia atau binatang, air
kencing, nanah, darah, bangkai (selain bangkai ikan,belalang dan mayat manusia) dan
najis-najis yang lain selain yang tersebut dalam najis ringan dan berat.
c. Istinja’
Istinja‟ adalah bersuci dari buang air besar atau buang air kecil, istinja‟ dapat
dilakukan dengan salah satu dari tiga cara yaitu :
1. Membasuh tempat keluarnya najis dengan air sampai bersih
2. Membersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih, sekurang-kurangnya dengan
tiga tepi dari sebuah batu, jika tidak ada batu dapat digunakan benda-benda yang lain
asal kesat/keras.
3. Dibersihkan terlebih dahulu dengan batu kemudian baru dibasuhnya dengan air.
Syarat-syarat istinja‟ dengan batu atau benda yang keras:
- Batu atau benda itu keras dan harus suci serta dapat untuk membuang/membersihkan
najis.
- Batu atau benda itu tidah bernilai (dihormati) misalnya bukan bahan makanan dan
bukan batu masjid.
- Sekurang-kurangnya dengan tiga kali sapuan dan sampai bersih
- Najis yang akan dibersihkan belum kering
- Najis itu tidak pindah dari tempat keluarnya, misalnya pindah ke kaki dan sebagainya.
7. - Najis itu belum bercampur dengan benda lain misalnya tidak terpercik oleh air
padanya.
d. Mandi
Mandi wajib ialah mandi yang wajib dilakukan bagi mengangkat hadas yang
besar setelah berlaku salah satu daripada sebab-sebab yang menyebabkan wajibnya
mandi wajib seperti bersetubuh.
Sebab-sebab wajib mandi
1. Melakukan persetubuhan yaitu memasukkan kepala hasafah ke dalam faraj meskipun
tidak keluar air mani.
2. Keluar air mani walaupun tidak bersetubuh
3. Mati kecuali mati syahid
4. Suci daripada Haid.apabila seseorang perempuan telah suci daripada haidnya maka
wajiblah dia mandi dengan segera.
5. Suci dari darah nifas yaitu darah yang keluar sesudah melahirkan anak.
6. Wiladah yaitu melahirkan anak
Rukun Mandi Wajib
1. Niat yaitu dengan lafaz niatnya:
“Sengaja aku mengangkat hadas besar karena Allah Taala”
2. Menghilangkan semua najis daripada anggota badan.
3. Meratakan air ke seluruh badan
Sunat-sunat mandi wajib
1. Membaca bismillah.
8. 2. Mencuci faraj dan dubur dengan air bersih
3. Kalau ada najis ditubuh badan hendaklah dibersihkan terlebih dahulu.
4. Sunat berwudhu‟
5. Menjirus air kebadan dimulakan dari sebelah kanan.
Perkara yang dilarang bagi orang yang berhadas besar.
1. Mengerjakan solat,termasuk juga sujud syukur,sujud tilawah,membaca khutbah
jumaat.
2. Melakukan tawaf di Baitullah.
3. Menyentuh dan membaca al-Quran
4. Berhenti di dalam masjid atau berulang-alik di dalamnya.
5. Berpuasa dan sebagainya.
e. Haidh
Pengertian haidh
Adalah darah yang keluar dari rahim wanita yang sudah baligh yang mana
keluarnya tiap-tiap bulan sedikitnya 1 (satu) hari satu malam dan umumnya tujuh hari
lamanya. Menurut para Ulama dan kenyataan, wanita mengeluarkan darah haidh (dating
bulan) sekurang-kurangnya berusia 9 tahun. Haidh merupakan suatu tanda yang
menunjukkan batas umur bagi perempuan menjadi baligh. Baligh yang artinya sampai
umur, hingga ia disebut orang mukallaf.
Tanda-tanda seseorang sudah baligh ialah:
- Menurut para psycholog/ahli ilmu jiwa orang dikatakan dewasa apabila ia sudah
berusia 16/17 tahun bagi laki-laki dan 14/15 bagi wanita.
- Telah bermimpi bersetubuh baik laki-laki maupun perempuan.
f. Berwudhu’
9. Wudhu‟ adalah perbuatan thaharah dengan cara mencuci bagian-bagian tubuh
tertentu (anggota wudhu‟) sesuai syariat Islam (syarat dan rukun). Kita dapat memahami
bahwa anggota wudhu‟ yang dibasuh adalah bagian-bagian tubuh yang biasanya terpapar
pada dunia luar. Bagian-bagian tersebut umumnya tidak tertutup pakaian, bahkan menjadi
alat kontak tubuh kita dengan lingkungan, sehingga paling banyak mengalami kontaminasi
(kotoran) dan oleh karena inilah perlu dibasuh. Inilah aspek hygiene memandang terhadap
ritual wudhu‟.
Perintah wajib wudhu‟ bersamaan dengan perintah wajib shalat lima waktu, yaitu
satu tahun setengah sebelum Hijriyah.
Syarat-syarat wudhu‟
a. Islam.
b. Mumaiyiz.
c. Tidak berhadas besar.
d. Dengan air suci dan menyucikan.
e. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit seperti getah dan
sebagainya yang melekat diatas kulit anggota wudhu‟.
Fardhu (rukun) wudhu‟
1. Niat. Hendaklah berniat (menyengaja) mengangkatkan hadats atau
menyengaja berwudhu‟. Yang dimaksud dengan niat menurut syara‟ yaitu
kehendak sengaja melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk kepada
hukum Allah swt.
2. Membasuh muka. Batas muka yang wajib dibasuh ialah dari tempat
tumbuh rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dagu sebelah ke
bawah; lintangnya, dari telinga ke telinga; seluruh bagian muka yang
tersebut wajib dibasuh, tidak boleh ketinggalan sedikitpun, bahkan wajib
dilebihkan sedikit agar kita yakin terbasuh semuanya.
3. Membasuh dua tangan sampai siku. Maksudnya siku juga wajib dibasuh.
10. 4. Menyapu sebagian kepala. Walau sebagian kecil sekalipun, sebaiknya
tidak kurang dri selebar ubun-ubun, baik yang disapu itu kulit kepala atau
rambut.
5. Membasuh dua telapak kaki sampai mata kaki. Maksudnya, dua mata kaki
juga dibasuh.
6. Menertibkan rukun-rukun diatas. Selain dari niat dan membasuh muka,
keduanya wajib dilakukan bersama-sama dan didahulukan dari yang lain.
Macam-macam air dan pembagian air yang diperbolehkan utk bersuci
a. Air suci dan menyucikan. Air yang demikian boleh diminum dan sah dipakai
untuk menyucikan (membersihkan) benda lain, yaitu air yang jatuh dari langit
atau terbit dari bumi dan masih tetap (belum berubah) keadaannya, seperti air
hujan, air laut, air sumur, air es yang sudah hancur kembali, air embun, dan air
yang keluar dari mata air.
b. Air suci tetapi tidak menyucikan. Berarti zatnya suci tetapi tidak sah dipakai
untuk menyucikan sesuatu. Termasuk dalam bagian ini ada tiga macam air :
Air yang telah berubah salah satu sifatnya dengan sebab bercampur
dengan suatu benda yang suci selain dari perubahan yang tersebut
diatas, seperti air kopi, teh, dan sebagainya.
Air sedikit, berarti kurang dari dua qullah (216 liter), sudah terpakai
untuk mengangkatkan hadats atau menghilangkan hokum najis, sedang
air itu tidak berubah sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya.
Air pohon-pohonan atau air buah-buahan, seperti air yang keluar dari
tekukan pohon kayu (air nira), air kelapa, dan sebagainya.
c. Air yang bernajis (mutanajis). Air yang masuk bagian ini ada dua macam :
Sudah berubah salah satu sifatnya sebab najis, air ini tidak boleh
dipakai lagi, baik airnya sedikit ataupun banyak, hukumnya seperti
najis.
Air bernajis tetapi tidak berubah salah satu sifatnya, air ini kalau
sedikit, berarti kurang dari dua qullah tidak pula boleh dipakai lagi,
11. malahan hukumnya sama dengan najis. Kalau air itu banyak, berarti
dua qullah atau lebih, hukumnya tetap suci dan mensucikan.
d. Air yang makruh dipakai. Yaitu yang berjemur pada matahari dalam bejana
emas atau perak, air ini makruh dipakai untuk badan, tidak untuk pakaian,
terkecuali air yang terjemur di tanah seperti air sawah, air kolam, dan tempat-
tempat yang bukan bejana yang mungkin berkarat.
g. Bersiwak (bersugi)
Bersiwak atau bersugi artinya menggosok gigi dengan benda yang kesat dan harum.
Rasulullah sangat gemar bersiwak yakni menggosok giginya baik dikala beliau sedang
berpuasa maupun tidak. Juga dikala waktu berwudlu dan ketika beliau hendak shalat.
Bersiwak itu banyak manfaatnya, dia dapat mewangikan mulut, menguatkan gusi dan
menghilangkan penyakit gigi. Makruh bersiwak bagi orang-orang yang sedang berpuasa
karena bau mulut orang yang sedang berpuasa itu dinyatakan lebih harum dari dibandingkan
dengan minyak kasturi.
h. Tayammum
Tayammum menurut bahasa berarti menuju,sedangkan menurut syara‟ ialah mempergunakan
tanah yang bersih guna menyapu muka dan tangan untuk mengangkat hadast menurut cara
yang telah ditentukan oleh syara‟.
Pada suatu ketika tayammum dapat menggantikan wudlu dan mandi janabah dengan syarat-
syarat tertentu. Tayammum adalah suatu rukhshah/keringanan bagi orang-orang yang tidak
diperkenankan menggunakan air karena sakit atau kesulitan untuk mendapatkan air, berikut
orang-orang yang diperbolehkan bertayammum adalah:
- Orang yang sedang sakit bila terkena air bagian anggota wudlu‟nya akan bertambah
sakitnya menurut dokter.
- Karena dalam perjalanan dan sangat sulit untuk mendapatkan air.
12. - Karena tdk ada air.
Syarat Sah Tayamum :
- Telah masuk waktu salat
- Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
- Memenuhi alas an atau sebab melakukan tayamum
- Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
- Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan
- Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh
Sunah / Sunat Ketika Melaksanakan Tayamum :
- Membaca basmalah
- Menghadap kearah kiblat
- Membaca doa ketika selesai tayamum
- Medulukan kanan dari pada kiri
- Meniup debu yang ada di telapaktangan
- Menggodok selajari setelah menyapu tangan hingga siku
RukunTayamum :
- Niat Tayamum.
- Menyapu muka dengan debuatautanah.
- Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga kesiku.
Tata Cara / PraktekTayamum :
- Membaca basmalah
- Renggangkanjari-jemari, tempelkankedebu, tekan-tekan hingga debu melekat.
- Angkat kedua tangan lalutiup telapak tangan untuk menipiskan debu yang
menempel, tetapi tiup kearah berlainan dari sumber debu tadi.
- Niat tayamum :Nawaytut tayammumalistibaahatishhalaati fardhollillahita'aala (Saya
niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat karena Allah Ta'ala).
- Mengusap telapak tangan kemuka secara merata
- Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan
13. - Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari, templekan kedebu, tekan-tekan
hingga debu melekat.
- Angkat kedua tangan lalu tiup telapak tangan untuk menipiskan debu yang
menempel, tetapi tiup kearah berlainan dari sumber debu tadi.
- Mengusap debu ketangan kanan lalu ketangan kiri
GAMBAR TAYAMUM
i. Mengusap khuffain
Kuff ialah sepatu yang menutup rapat telapak kaki, mengusap dua khuff itu termasuk
suatu rukhshah (keringanan) dalam berwudlu.
Syarat-syarat diperbolehkan mengusap khuffain adalah:
- Dua khuff (sepatu) itu menutupi bagian kaki yang wajib dibasuhi.
- Keduanya dalam keadaan suci
- Keduanya kuat dapat untuk berjalan
- Keduanya dipakai sehabis selesai bersuci
Cara mengusapnya:
- Cara mengusap dua sepatu ini adalah dilakukan setelah mengerjakan wudlu, setelah
itu baru mengusap khuffain.
- Di usap atau disapukan kebagian atas khuff dengan tidak usah mengusap bagian
bawah nya
14. Sebab-sebab batalnya mengusap khuffain adalah:
- Terbuka atau tanggalnya khaff itu sendiri
- Habis batas waktunya
Jadi jika terjadi salah satu dari tiga perkara tersebut di atas, maka saat berwudlu wajib
membasuh kaki seperti biasa.
C. HUBUNGAN THARARRAH DENGAN ILMU LAINNYA
a.Wudhu, Anatomi tubuh dan konsep Hygiene
Prinsip thahara h adalah mengangkat najis dan hadats besar maupun kecil, sebagai syarat
sahnya peribadatan yang berkaitan denganya.
Dalam kesempatan ini akan dibahas pandangan kedokteran terhadap ritual wudlu. Wudlu
adalah perbuatan thaharah dengan cara mencuci bagian-bagian tubuh tertentu (anggotawudlu)
sesuaisyariat islam (syariat dan rukun).
Kita dapat memahami bahwa anggota wudlu yang dibasuh adalah bagian-bagian tubuh
yang biasanya terpapar pada dunia luar.Bagian-bagian tersebut umumnya tidak tertutuppakaian,
bahkan memang menjadialatkontak tubuh kita dengan lingkungan, sehingga paling banyak
mengalami kontaminasi (kotoran) dan oleh karenainilah yang secaralogis paling perlu
dibasuh.Inilah aspek hygiene memandang terhadap ritual wudlu.
pada ujung-ujung tubuh (kepala,tangan,kaki). Bagian-bagian tersebut paling banyak
mengandung susunan tulang dan sendi, dan banyak pula melakukan gerakan-gerakan. Dalam
kaitanya dengan ritual wudlu, dimana pembasuhan anggota wudlu kebanyakan 3 kali, ada yang 1
kali, maka timbul suatu pertanyaan: “ adakah rahasia matematis hubungan ritual wudlu dengan
susun antulang dan sendi?”. Jumlah tulang manusia dewasaada 206 ruas. Akan tetapi secara
embriologis pusat penulangan semasa kehidupan janin dalam kandungan itu ada 350-
anpusatpenulangan, yang kemudian banyakpusat-pusat penulangan yang menyatu, membentuk
satu tulang dewasa. Bilangan pusat penulangan ini dekat dengan bilangan haridalam 1 tahun.
15. Sampai saat ini masih dalam kajian, akan adanya rahasia matematis tersebut. Ada 2 premis
(dariHadits) :
1.Apabila kamu ditimpa demam 1 hari, kemudian kamu bersabar, kamu akan mendapat pahala
seperti ibadah 1 tahun
2. Tiap-tiap ruas tulang anak adam itu sedekah nya setiap hari.
Dari 2 premis tersebut dapat dihubungkan ,bahwa tubuh ini mengandung tulang sejumlah
bilangan hari dalam setahuan. Tulang-tulang penyusun anggota wudlu jumlahnya tertentu,
dikalikan masing-masing dengan jumlah kali pembasuhan pada ritual wudlu, akan ketemu
jumlah sama dengan bilangan kseluruhan jumlah tulang manusia. Dengan demikian, membasuh
anggota wudlu pada ritual wudlu ini seakan-akan sudah membasuh seluruh tubuh.
Apabila kajian ini tuntas/benar maka ini akan menjadi bukti ilmiah kemu‟jizatan syariat
islam. Kita ketahui bahwa mahluk Tuhan yang memiliki susunan tulang itu banyak jenis atau
spesiesnya, tetapi dalam jumlah hal tulang tidak ada yang sama dengan manusia. Demikian juga
ritual wudlu (bersuci) dimiliki olh semua/ kepercayaan, akan tetapi islam secara mendetail
menjelaskan keunikan sekaligus kemu‟jizatan yang tidak ada pada syariat lain.
b. Hubungan Thaharah Dengan Kebersihan, Kesehatan dan Keindahan Lingkungan
Pada dasarnya Allah itu cinta kepada keindahan sebagaimana tersebut dalam firmannya :
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikandiri”.
Thaharah itu menghilangkan kotoran-kotoran yang ada pada diri kita dan lingkungan.
Sehingga dengan thaharah kita jauh dari segala kotoran yang memungkinkan dapat menimbulkan
penyakit. Dengan demikian kesehatan kita dapat terjaga, kebersihan diri dan lingkungan mampu
menciptakan suasana yang nyaman, enak dipandang sehingga menciptakan suatu keindahan.
16. BAB IV
PENUTUP
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” sedangkan menurut syara‟ berarti bersih
dari hadast dan najis.
Thaharah terdiri dari :
a. Istinja‟
b. Mandi
c. Berwudlu
d. Bersiwak
e. Tayamum
f. Mengusap khuffain
17. DAFTAR PUSTAKA
Azzaki, Aufa Fathi.(2012).Tuntunan shalat lengkap & juz „amma.cakrawala : Yogyakarta
Rifa‟i, Drs. Moh.(2004).Risalah tuntunan shalat lengkap. PT. Karya Toha Putra : Semarang