SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
PEMBELAJARAN BAHASA ASING
A. SUHERMAN *)
Abstrak
Pembelajaran bahasa Asing, seharusnya lebih diarahkan sebagai
pemberian keterampilan hidup (life skill), yakni kemampuan
berkomunikasi. Kemampuan komunikasi guru akan semakin
hebat sementara kemampuan menyimak siswa akan semakin
mantap. Jika sudah merasa siap, siswa akan mengimbangi guru
dalam dialog yang bermakna secara suka rela tanpa ada perasaan
takut atau merasa dipaksa. Penguasaan terhadap pengetahuan
bahasa dan kemampuan berbahasa merupakan dua kemampuan
yang tidak mudah untuk dikuasai keduanya dalam waktu
bersamaan. Namanya bahasa, seharusnya dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari bukan lantas dihapalkan. Bahasa juga
membutuhkan keberanian untuk diucapkan tidak sebatas
pelajaran tata bahasa (grammar)
Kata kunci: Bahasa - komunikasi
Pendekatan kebermaknaan meyakini bahwa pada dasarnya pemerolehan
bahasa didahului oleh bahasa lisan, dan bahasa tulis sangat sulit berkembang bila
bahasa lisan belum dikuasai. Karena itu pembelajaran lebih dahulu harus
diarahkan ke komptensi bahasa lisan.
Kapan pun, di mana pun dan siapa pun yang menghirup udara karunia
Allah swt di muka bumi ini, tidak akan dapat lagi menghindar dari pengaruh
modernisasi yang nota bene adalah pengaruh bahasa Asing. Kemampuan
berbahasa Asing memperluas cakrawala berfikir, bertindak dan berkreasi, serta
menjalin hubungan antar bangsa di dunia internasional.
Bahasa Asing yang merupakan bentuk pendidikan yang menggunakan
aktivitas fisik sebagai medium, merupakan bentuk pendidikan yang unik dan kaya
akan berbagai pengalaman yang kelak dibutuhkan agar ia dapat berpartisipasi dan
beradaptasi dengan pergaulan dunia modern. Di samping nilai fisik-motorik yang
dapat dibangun melalui proses pembelajaran bahasa Asing, nilai-nilai psiko-sosial
yang saat ini menjadi budaya dalam pergaulan masyarakat dunia, seperti
menghargai orang lain dan mentaati peraturan, kerja keras, jujur, pantang
menyerah dan kerja sama merupakan nilai-nilai yang menjadi bagian dari proses
transformasi dalam pembelajaran.
Bahasa Asing tidak lagi dipandang pendidikan yang focus orientasinya
pada pengembangan kapasitas fisik-motorik saja, melainkan pada semua domain
dari perkembangan totalitas anak (Gallahue, 1989). Temuan penelitian, di
antaranya oleh Caplan (1999) tampaknya menjadi bagian paradoks dari
kekhawatiran dari makin kurangnya eksistensi bahasa Asing terhadap
pengembangan aspek akademik.
Aktivitas fisik dalam bahasa Asing, tidak semata-mata menjadi media
yang dapat menjadi media penyaluran kelebihan energi, minat dan hasrat
bergerak, melainkan ia menjadi media untuk membangun diri; fisik-motorik,
psiko-sosial yang terintegrasi dalam budaya dan etika masa kini dan masa depan.
Keunikan yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Asing merupakan satu-
satunya proses pembelajaran yang dapat melengkapi proses pendidikan
keseluruhan anak didik. Oleh karenanya tidak ada pendidikan yang tidak
memiliki sasaran paedogogis dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa
bahasa Asing (Ateng; 2001).
Sedemikian mendesaknya kebutuhan kemampuan berkomunikasi, namun
di lain pihak dampak dari pengajaran bahasa "Asing" (bahasa Inggris) di sekolah
masih dipertanyakan. Sementara hasil nilai UAN baik tingkat SMP maupun SMA
dari tahun ke tahun masih belum menggembirakan. Kemampuan komunikasi lisan
para lulusannya juga masih belum memuaskan. Apakah yang telah, sedang dan
akan terjadi terhadap pengajaran bahasa Asing di sekolah?
Penguasaan terhadap pengetahuan bahasa dan kemampuan berbahasa
merupakan dua kemampuan yang tidak mudah untuk dikuasai keduanya dalam
waktu bersamaan. Untuk mengatasi masalah ini, perlu pemikiran cerdas dan
mendalam serta kiat-kiat jitu yang tepat sasaran.
Inginkah belajar bahasa Asing dan menguasainya? Pasti rata-rata
jawabannya, ya, bahkan sebagian besar menjawab sudah belajar bahasa Asing
sejak SMP, SMA, sampai perguruan tinggi. Tapi, kalau ditanya apakah Anda bisa
berbahasa Asing? Jawabannya nanti dulu. Bahkan, ada suatu gurauan menyatakan
bahasa Asing adalah bahasa Asing, sehingga masih Asing baginya atau ia merasa
nasionalisme tinggi dengan memakai bahasa Indonesia.
Namanya bahasa, seharusnya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari
bukan lantas dihapalkan. Bahasa juga membutuhkan keberanian untuk diucapkan
tidak sebatas pelajaran tata bahasa (grammar) yang sampai saat ini nampaknya
mendominasi pelajaran bahasa Asing. Jangan sampai ada suatu perkataan yang
merasa bahwa bahasa Asing menjadi pelajaran beban bagi para siswa termasuk
guru, sehingga tidak ada nawaitu (niat) untuk menguasainya.
Bahasa merupakan gejala psikologis dan budaya. Artinya, kalau kita
melihat bahasa Asing, misalnya bahasa Jerman, Perancis, Jepang atau Arab, maka
itu sama artinya bahasa kedua negara tersebut harus dimaknai sebagai gejala
psiklogis dan budaya dari masyarakat atau bangsanya. Begitu pula kalau kita
melihat bahasa Indonesia, maka itu sama artinya dengan melihat bahasa Indonesia
sebagai gejala psikologis dan budaya dari masyarakat atau bangsa Indonesia. Pada
umumnya, bahasa itu terdiri dari bunyi-bunyi dalam bentuk resistem yang
memiliki fungsi sebagai alat komunikasi. Adapun komunikasi sendiri dapat
berbentuk lisan maupun tulisan.
Ruang lingkup bahasa
Ruang lingkup bahasa bisa secara internal maupun eksternal. Secara
internal, umpamanya bahasa Arab atau Jepang misalnya, bisa digunakan untuk
mengintensifkan internal bangsa Arab atau Jepang itu sendiri. Adapun secara
eksternal, bahasa Arab atau Jepang digunakan untuk mengkomunikasikan segala
perasaan bangsa Arab atau Jepang, serta pikiran orang Arab atau Jepang kepada
dunia luar. Ketika bangsa Indonesia menguasai bahasa Asing, itu artinya bangsa
Indonesia bisa melihat perkembangan pemikiran yang ada di negara tersebut,
perasaan mereka, serta budayanya.
Pada dasarnya, di era globalisasi ini, bangsa Indonesia memerlukan
komunikasi yang lebih intensif dengan bangsa lain. Untuk itu, tidak saja
dibutuhkan bahasa Indonesia yang baik, namun juga diperlukan penguasaan
terhadap bahasa Asing. Kalau bangsa Indonesia sudah menguasai bahasa
Indonesia secara baik, maka yang dibutuhkan adalah alat untuk
mengkomunikasikannya ke dunia luar, tentunya dengan bahasa Asing. Karenanya,
diperlukan pembiasaan, baik dari segi pendidikan maupun pengajaran terhadap
bahasa Asing itu. Hemat penulis, pembiasaan tidak cukup hanya di ruang-ruang
yang terbatas, melainkan juga perlu diperluas lagi dengan mempraktikkannya
secara langsung di ruang publik. Pengajaran bahasa Asing di tempat-tempat
kursus, misalnya, tidak cukup hanya diajarkan di ruang-ruang kelas yang terbatas
cakupan maupun jam pengajarannya, melainkan juga perlu dipraktikan secara
langsung di ruang publik, demi untuk pembiasaan itu tadi.
Padahal, pembelajaran bahasa Asing, seharusnya lebih diarahkan sebagai
pemberian keterampilan hidup (life skill), yakni kemampuan berkomunikasi.
Kondisi tersebut diperparah dengan rendahnya kemampuan guru berkomunikasi
dalam bahasa Asing.
Selama ini, pelajar agak jarang mendapatkan materi autentik untuk
meningkatkan kompetensi mendengarkan di dalam kelas. Materi autentik dapat
diperoleh dengan mengundang native speaker, kalau tidak, minimal lewat alat
seperti kaset, film atau bacaan terbitan berbahasa Asing.
Pembelajaran dengan autentik material sebenarnya mudah dan tidak terlalu
mahal. Tidak perlu menggunakan laboratorium bahasa. Terlebih lagi di perkotaan.
Pengajar dapat menggunakan kaset atau bahkan surat kabar dan terbitan lain
dalam bahasa Asing.
Pelajar juga harus dilibatkan untuk aktif berbicara dalam bahasa di dalam
kelas. "Cara sederhana, misalnya memberikan kasus untuk didiskusikan atau
diperdebatkan dalam bahasa Asing,". Selain itu, tanpa perlu merasa segan, guru
dapat menjadikan pelajar yang sudah mampu berkomunikasi dalam bahasa Asing
sebagai model di kelas. Namun, atmosfer belajar bahasa Asing secara aktif
membutuhkan inisiatif dan kreativitas guru di dalam kelas. Guru tidak dapat
sebatas mengandalkan kurikulum dari pusat atau hanya mengikuti yang tertera di
buku teks, tetapi harus mengembangkannya.
Bahasa Asing
Penguasaan bahasa Asing yang sedang dominan dalam pergaulan
internasional, merupakan salah satu akses untuk meraih keberhasilan dalam
berbagai bidang. Peta dominasi bahasa Asing selalu berubah, baik di tingkat dunia
maupun di suatu negara, seiring dengan perubahan sosial dan politik.
Pada abad pertengahan sebagaimana diungkapkan oleh Anita Lie (2004),
bahasa Latin memegang peran penting. Ketika abad pertengahan berganti dengan
abad Renaissance dan pencerahan, bahasa Perancis menggeser posisi bahasa
Latin. Selanjutnya, revolusi industri dan persekutuan Amerika Serikat-Inggris-
Australia yang makin menguat telah mengukuhkan dominasi bahasa Inggris pada
abad ke-20. Apakah dominasi bahasa Inggris akan langgeng di abad ke-21 ini
ataukah akan diganti bahasa lain (Mandarin, misalnya), amat bergantung pada
perkembangan ekonomi, sosial, dan politik.
Dalam konteks itu, pengajaran bahasa Asing di Indonesia juga mengalami
berbagai perubahan. Selanjutnya Anita Lie mnuturkan bahwa dalam pengajaran
bahasa, biasanya ada empat bidang keterampilan yang dijadikan acuan kurikulum:
mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Sementara itu, tata bahasa
merupakan keterampilan yang diajarkan guna meningkatkan penguasaan dalam
empat bidang itu. Ironisnya, penekanan yang berlebihan pada tata bahasa
ditengarai justru menghambat keterampilan berkomunikasi.
Bahasa Asing di sekolah formal
Belajar bahasa Asing hendaknya memenuhi dua tujuan. Pertama,
pembelajar perlu menyiapkan diri agar bisa membaca buku teks dalam bahasa
Asing. Kedua, kemampuan berbahasa Asing masih digunakan sebagai faktor
penentu guna mendapatkan pekerjaan dan imbalan menarik. Banyak iklan
lowongan mencantumkan kemampuan berbahasa Asing sebagai salah satu syarat
utama. Meski anak sudah belajar bahasa Asing selama bertahun-tahun di sekolah,
umumnya kompetensi dalam bahasa ini di kalangan lulusan sekolah menengah
secara umum masih tergolong sangat rendah.
Untuk menjawab kebutuhan terhadap penguasaan bahasa Asing (pada
pelajaran bahasa Inggris), kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa
perubahan (Dardjowidjojo, 2000). Dimulai dengan pendekatan tata bahasa dan
terjemahan (1945), oral (1968), audio-lingual (1975), komunikatif (1984), dan
kebermaknaan (1994). Perubahan drastis dalam tahap perumusan kurikulum
standar terjadi di tahun 1984 saat pengajaran bahasa Asing bergeser dari
behaviorism menuju konstruktivisme. Bahasa dipandang sebagai suatu fenomena
sosial, dan pengajaran bahasa seharusnya lebih menekankan pada penggunaan,
bukan pada struktur bahasa. Mengacu paradigma baru ini, Kurikulum 1984 dan
1994 bercita-cita membangun kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam
bahasa Asing secara aktif.
Pembelajaran/Pemelajaran bahasa
Menurut Moeliono (dalam komunikasi pribadi, 2001), ungkapan
‘pemelajar bahasa’ merupakan padanan „language learner‟ dan ‘pembelajaran
bahasa’ padanan ‘language learning’. Moeliono juga menyebutkan bahwa bentuk
‘pembelajaran merupakan padanan „instruction‟ dan ‘pembelajar’ dipadankan
„instructor‟, bukan kata „learner‟. Sehubungan dengan itu, sering terjadi
kesalahan yang perlu diperbaiki dalam pemilihan bentuk-bentuk tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 14-15)) pengajaran: 1.
proses perbuatan; cara mengajar atau mengajarkan; 2. perihal mengajar; segala
sesuatu mengenai mengajar. Pembelajaran: proses, cara, menjadikan orang atau
makhluk hidup belajar. Pemelajaran: proses, cara, perbuatan mempelajari.
Salah kaprah bila menyatakan bahwa Kurikulum 2004 sudah diberlakukan,
padahal Mendiknas belum menandatangani SK penerapan Kurikulum 2004 (PR.
20 Pebruari 2006, hal. 12). Kurikulum 2004 sebenarnya baru diuji-cobakan di
SMP dan SMA, Uji-coba tersebut didanai block grant dari pemerintah, dan
ternyata masih benyak menemui hambatan. Selanjutnya diungkapkan justeru
mengapa di Kabupaten/Kota seakan kurikulum 2004 atau KBK sudah diterapkan,
padahal mereka masih bingung dan enggak mengerti apa itu kurikulum 2004.
Dahulu orang gembar-gembor tentang KBK, inilah kurikulum paling baik,
sampai-sampai diadakan berbagai lokakarya mendukung KBK, Belum
dilaksanakan langsung bilang inilah yang terbaik, padahal baik atau tidaknya
kurikulum, ditentukan hasil penerapannya selama 10-15 tahun, bukan berdasar
asumsi (Wahyudin, PR, 20 Pebruari 2006, hal. 12).
Pergantian kurikulum bukan hanya berdampak pada kebingungan guru dan
murid, tetapi juga penerbit dan penulis buku pelajaran. Bagaimana nasib sekolah
yang menjadi pilot projecct?
Akhir Pebruari 2006, Mendiknas akan segera menandatangani kurikulum
baru hasil revisi KBK. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sudah
menyusun Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sehingga kurikulum harus
mengacu kepada SKL.
Dengan kurikulukm yang baru, nanti ada tiga ujian yang akan menentukan
kelulusan seseorang siswa, yaitu Ujian Guru (UG); Ujian Sekolah (US); dan Ujian
Nasional (UN). Kalau UN lulus, tapi US dan UG tidak lulus, maka siswa yang
bersangkutan dinyatakan tidak lulus.
Pembicaraan mengenai pengajaran bahasa tidak bisa dilepaskan dari
konteks pembelajaran bahasa. Keduanya berkait erat dan melibatkan berbagai
variabel yang jumlahnya banyak. Intinya adalah bahwa proses belajar mengajar
bahasa itu bukan hal yang sederhana dan tidak bisa diamati sekedar sebagai
potongan-potongan kegiatan mengeluarkan dan menimba bahan saja.
Menurut Abdul Hamied (2001) pengajaran bahasa Asing, sebagai kegiatan
profesional telah melahirkan berbagai kerangka teoretis yang melibatkan berbagai
disiplin. Antara tahun 1940 - 1960 tampak sekali adanya pandangan yang kokoh
bahwa penerapan linguistik dan psikologi akan menjadi landasan terbaik guna
memecahkan masalah pengajaran bahasa. Selanjutnya, lahirlah berbagai model
yang melihat faktor-faktor berpengaruh dalam menelorkan pedagogi bahasa,
seperti model dari Campbell, Spolsky, Ingram, dan Mackey (baca Stern, 1983).
Dalam berbagai penelitian yang dilaporkan oleh Krashen (1982:37-43)
dalam Abdul Hamied (2001), pajanan itu terkadang berkorelasi positif dan berarti
dengan kemahiran berbahasa, tetapi terkadang juga tidak. Dalam hal variabel usia
yang sering diasumsikan sebagai suatu penduga kemahiran B2, Krashen, Long
dan Scarcella yang dikutip oleh Krashen (1982:43) mengetengahkan generalisasi
berikut berdasarkan hasil penelitiannya: (1) Orang dewasa bergerak lebih cepat
dari pada anak-anak dalam melampaui tahapan dini perkembangan B2-nya; (2)
dengan waktu dan pajanan yang sama, anak yang lebih tua melalui proses
pemerolehan bahasa lebih cepat dari pada anak yang lebih muda; dan (3)
pemeroleh yang memulai pajanan alamiah terhadap B2 pada masa anak-anak pada
umumnya mencapai kemahiran B2 lebih baik dari pada yang memulai pajanan
alamiahnya sebagai orang dewasa.
Dalam membicarakan pengajaran dan pembelajaran bahasa, lingkungan
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kaitan dengan keberhasilan
pembelajaran bahasa itu. Terdapat dua faktor lingkungan, yaitu makro dan mikro.
Faktor lingkungan makro meliputi (1) kealamiahan bahasa yang didengar; (2)
peranan si pembelajar dalam komunikasi; (3) ketersediaan rujukan konkret untuk
menjelaskan makna; dan (4) siapa model bahasa sasaran (Dulay, Burt dan
Krashen, 1982: 14).
Sedangkan faktor lingkungan mikro mencakup (1) kemenonjolan
(salience), yaitu mudahnya suatu struktur untuk dilihat atau didengar; (2) umpan
balik, yaitu tanggapan pendengar atau pembaca terhadap tuturan atau tulisan si
pembelajar; dan (3) frekuensi, yaitu seringnya si pembelajar mendengar atau
melihat struktur tertentu (Dulay, Burt, dan Krashen, 1982:32).
Selanjutnya Abdul Hamied berkenaan dengan faktor lingkungan mikro,
yang pertama adalah kemenonjolan (salience). Kemenonjolan ini merujuk pada
kemudahan suatu struktur dilihat atau didengar. Ia adalah ciri tertentu yang
tampaknya membuat suatu butir secara visual atau auditor lebih menonjol dari
pada yang lain. Faktor lingkungan mikro yang kedua adalah umpan balik. Salah
satu jenis umpan balik adalah pembetulan, yang lainnya adalah persetujuan atau
umpan balik positif. Faktor lingkungan mikro yang ketiga adalah frekuensi yang
diasumsikan sebagai faktor berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa. Makin
banyak si pembelajar mendengar suatu struktur, makin cepat proses pemerolehan
struktur itu. Tetapi penelitian lain ternyata telah menelorkan hasil yang berbeda
(Dulay, Burt, Krashen, 1982:32—37).
Penggunaan bahasa Asing oleh guru di dalam kelas mempunyai dampak
ganda yang sangat positif bagi pemantapan kemampuan komunikasi guru dan
pengembangan kompetensi menyimak siswa. Kemampuan komunikasi guru akan
semakin hebat sementara kemampuan menyimak siswa akan semakin mantap.
Jika sudah merasa siap, siswa akan mengimbangi guru dalam dialog yang
bermakna secara suka rela tanpa ada perasaan takut atau merasa dipaksa. Dengan
demikian selain memberikan pengulangan dan penekanan (reinforcement)
terhadap kosa kata dan pola-pola kalimat yang sudah diajarkan, sekaligus guru
juga memotivasi siswa untuk menggunakan bahasa yang telah dikuasainya dalam
komunikasi alamiah antara guru dengan siswa ataupun antar siswa sendiri.
Pendekatan kebermaknaan meyakini bahwa pada dasarnya pemerolehan
bahasa didahului oleh bahasa lisan, dan bahasa tulis sangat sulit berkembang bila
bahasa lisan belum dikuasai. Karena itu pembelajaran lebih dahulu harus
diarahkan ke komptensi bahasa lisan.
Bayi belajar bahasa ibu dari kedua orang tuanya dengan mendengarkan
dulu selama 3 sampai 4 bulan, baru kemudian meraban, mengucapkan “mam”,
“mak, mam” ,dan ungkapan-ungkapan tidak lengkap semacamnya. Setelah itu
barulah dapat mengucapkan ” Mamak, Adi mau makan”, secara sempurna. Yang
jelas anak belajar bahasa ibu langsung dengan memfungsikannya secara lisan.
Tata bahasa baru dipelajari setelah anak masuk sekolah.
Semua pemikiran di atas menghendaki agar pengajaran bahasa Asing
mendahulukan pengembangan kemampuan komunikasi lisan, baru kemudian
mempelajari tata bahasanya. Jika semua pemikiran tersebut benar-benar dipahami
dan dapat diterima oleh guru-guru bahasa Asing, maka sangat wajarlah jika
pengajaran bahasa Asing difokuskan pada kemampuan berbicara, sesuai dengan
fungsi dasar bahasa itu sendiri.
Hal ini tentu sangat tergantung kepada kesiapan akademik dan profesional
serta tekad dan kemauan guru, dengan dukungan dari kebijakan pendidikan yang
berlaku. Maukah guru mengubah strategi mengajar dari fokus tata bahasa ke fokus
fungsi bahasa? Sudah siapkah guru menggunakan bahasa Asing, khususnya
sebagai bahasa pengantar (medium of instruction) di dalam mengajar?
Ada kekhawatiran dari sebagian orang bahwa jika guru menggunakan
bahasa Asing di dalam kelas siswa tidak akan memahaminya. Ada pula pihak
yang mempertanyakan apa mungkin belajar berbicara tanpa mempelajari tata
bahasanya terlebih dahulu? Dari adanya asumsi pemikiran di atas serta
pengalaman dari guru yang sudah menerapkannya dalam kegiatan belajar
mengajar, kita harus optimis bahwa sangat mungkin (atau harus?) bagi guru
bahasa Asing untuk mengembangkan kompetensi komunikasi lisan sebagai
sasaran utama pengajarannya.
Kekhawatiran tentang tata bahasa sebenarnya kurang beralasan, karena
jika guru menggunakan bahasa Asing, tata bahasanya sudah melekat pada setiap
kalimat yang diucapkan. Sehingga jika siswa sudah berhasil mengakuisisi bahasa
guru berarti ia juga sudah memperoleh tata bahasanya.
Metode
Pembelajaran bahasa yang mendahulukan pendengaran, ucapan
kemudian bacaan, bukanlah merupakan metode yang baru yang berkembang
keseluruhannya di Amerika seperti yang disangka oleh para pengikutnya,
padahal metode ini sudah pernah dipakai oleh orang-orang Arab dan Ajam
dalam hafal-menghafal Alqur'an menerimanya dengan cara menyimak kemudiaan
mengucapkan dan seterusnya membacanya. Di antara yang menyenangkan
dan menghilangkan keheranan (al Khuli (1988) bahwa al Qur'an itu telah lebih
dulu menunjukkan pendengaran didahulukan dari pada penglihatan (dalam hal
belajar). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah al-Isra ayat 36:
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabnya". Di sini diuraikan bahwa pendengaran
didahulukan dari penglihatan, hal yang semacam ini terdapat juga dalam beberapa
ayat yang lain.
Tidak diragukan lagi bahwa mendahulukan pendengaran sebelum
penglihatan dalam penerimaan pelajaran merupakan teknik tersendiri yang
berdasarkan kepada metode dengar dan lihat.
Penting kiranya sebelum mulai merinci metode-metode tersebut menurut
Al Khuli ( 1988) ada dua hal penting yang perlu diperhatikan seperti berikut ini:
1. Bahwa metode-metode pengajaran bahasa bagi penuturnya yang asli berbeda
dengan pengajaran bahasa bagi bukan penutur asli. Hal ini karena orang
yang belajar bahasa ibu dapat berbicara dengan bahasa itu sebelum dia
memulai untuk mempelajari kebahasaan; membaca, menulis di sekolah.
Sementara orang yang belajar bahasa Asing dia tidak mengetahui sesuatu
pun sebelum dia mempelajarinya.
2. Bahwa metode-metode pengajaran bahasa Asing akan berbeda, karena
perbedaan tingkat usia orang yang belajar. Ada metode-metode yang
cocok untuk anak-anak yang masih muda usianya, ada juga metode yang
cocok bagi orang yang sudah dewasa. Anak-anak usia muda biasanya
mempunyai potensi yang aktif yang menolong mereka dalam
mempelajari beberapa bahasa dalam waktu yang sama. Sementara orang
dewasa potensinya loyo/kurang aktif dan membutuhkan
penyegaran/pengaktifan, dan juga kerap kali bahasa ibu mempengaruhi secara
negatif ketika mereka belajar bahasa yang baru.
Metode dan teknik yang hendak digunakan sebaiknya dipilih dan disesuaikan
dengan kemampuan yang ingin dicapai. Profesionalisme seorang pendidik di
dalam mengembangkan dan memanfaatkan metode dan teknik tersebut sangatlah
dibutuhkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih baik.
Penggunaan metode menuntut terpenuhinya syarat-syarat yang harus
dimiliki oleh guru, yaitu sebagai berikut:
1. Guru hendaklah betul-betul memperhatikan/menguasai semua metode
dengan memungkinkan mengambil/memanfaatkan berbagai kelebihan dan
kekurangan dari metode tersebut;
2. Memilih metode yang cocok yang disesuaikan dengan tingkatan usia para
pelajar serta tingkat kebahasaan mereka;
3. Menjaring dengan baik, yaitu dengan memilih metode yang cocok atau yang
sesuai dengan buku paket yang digunakan.
Sungguh begitu banyak metode-metode pengajaran bahasa yang masing-
masing memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan. Metode pengajaran suatu
bahasa bukanlah metode khusus yang dimiliki oleh bahasa itu sendiri, aka tetapi
ia adalah bersifat umum yang mungkin juga digunakan oleh pembelajaran
semua bahasa yang lain. Jadi metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa
Arab dengan bahasa Asing lainnya tidak akan berbeda dalam pengungkapannya,
namun yang membedakannya hanya terdapat dalam karakteristik bahasa itu
sendiri.
Begitu banyak metode-metode pembelajaran. Untuk menghindari rasa
"lieur" metode mana yang cocok untuk digunakan, sebagian para ilmuwan telah
berusaha untuk memadukan metode-metode tersebut, maka muncullah Selektif
approach atau disebut juga eclectic method, al thorieqah al mukhtaroh, dalam arti
kata bahwa tidak mewajibkan guru untuk hanya memahami satu metode saja
dan juga jangan memandang bahwa metode tersebut merupakan suatu metode
yang paling cocok.
Menggunakan metode eclectic berdasar pada hal sebagai berikut ini:
1. Bahwa setiap metode mengajar itu memiliki kebaikan-kebaikan/ kelebihan-
kelebihan yang memungkinkan untuk bisa diambil dari segi manfaatnya/
kelebihan-kelebihannya itu;
2. Tidak terdapat satu metode pun yang benar-benar ideal dan benar-benar salah,
akan tetapi setiap metode masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
3. Harus memandang bahwa setiap metode pengajaran bahasa, antara bagian
yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi, tidak saling
bertentangan satu sama lainnya;
4. Tidak ada satu metode pun yang cocok dengan semua tujuan dan semua
siswa;
5. Yang penting dalam setiap pengajaran, hendaklah berkonsentrasi pada student
centre yang ia butuhkan dan tuntutan situasi-kondisi.
Yang menjadi dasar penekanan metode ini adalah tergantung kepada
kemampuan guru di dalam memilih sesuatu yang cocok dari tehnik-tehnik atau
metode-metode pada situasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dengan
kondisi belajar-mengajar.
Metode ala pesantren Gontor dalam menerapkan bahasa Asing baik bahasa
Arab maupun bahasa Inggris kepada para pembelajarnya. Metode atau model
Pesantren Gontor ini selanjutnya disebarluaskan dan diikuti pesantren-pesantren
modern yang rata-rata didirikan oleh alumni Gontor. Seluruh santri diwajibkan
untuk menggunakan bahasa Asing tersebut secara bergantian dengan menentukan
hari-hari bahasa. Misalnya, Senin wajib berbahasa Inggris, sedangkan Selasa
"wajibul kudu" berbahasa Arab. Juga seperti halnya di yang dilakukan di
Pesantren Al Zaitun Indramayu Jawa Barat dalam menerapkan pola bahasa
wajibnya meliputi bahasa Arab, Inggris, dan Mandarin.
Tentu saja, kewajiban seimbang dengan sanksi yang diberikan. Apabila santri
kepergok tidak menggunakan bahasa Asing sesuai jadwal yang ditentukan dikenai
sanksi. Sedangkan hanya santri-santri baru, yang masih mendapat dispensasi
dalam penggunaan bahasa Asing tersebut sebagai masa adaptasi. Hasilnya? Kita
tidak meragukan didikan pesantren sekelas Pesantren Gontor, terutama dalam
penguasaan bahasa Asing. Para santri begitu taat kepada peraturan pesantren,
karena pigur Kyai merupakan keteladanan yang patut dicontoh.
Lalu, bagaimana dengan sekolah? Tidak bisakah sekolah formal meniru gaya
Gontor? Minimal, menerapkan wajib berbahasa Asing sehari dalam seminggu.
Persoalan yang muncul, karena guru-guru di luar bahasa Asing juga masih balelol
dalam berbahasa Asing sehingga kesulitan seandainya aturan itu diterapkan.
Padahal, teladan dari pemimpin termasuk guru adalah penting agar diikuti oleh
anak buahnya.
Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian yang sangat penting
karena pendidikan pada dasarnya adalah mempengaruhi anak didik baik melalui
kata-kata maupun sikap-sikap. Ulwan (1992: 78) menyebutkan bahwa keteladanan
dalam pendidikan merupakan metode yang paling meyakinkan keberhasilannya
dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial anak. Hal ini
disebabkan karena keteladanan merupakan contoh terbaik bagi anak yang akan
ditirunya dalam tindak tanduk dan tata santunnya, disadari atau tidak contoh itu
akan terpatri dalam jiwa dan perasaannya.
Abdurrahman al Nahlawi (1987: 70) menempatkan keteladanan (uswah)
sebagai salah satu metode pendidikan Islam yang merujukkan perilaku setiap
muslim dengan meneladani perilaku Rasul Allãh
Nampaknya model seperti ini akan mendapat kendala untuk dilakukan, begitu
juga halnya seperti di UPI, karena kalau di pesantren sebagaimana diungkapkan di
atas, para pembelajarnya selama 24 jam berada dalam lingkungan pesantren,
sedangkan pendidikan di luar pesantren setidaknya hanya bertemu dengan guru
atau dosen dan sesama temannya relatif sedikit, yakni hanya pada saat-saat belajar
formal.
Penutup
Dalam berkomunikasi, tekanannya memang tidak pada tata bahasa,
melainkan pada informasi yang ingin disampaikan yang terkandung di dalam
bahasa si pembicara. Informasi yang disampaikan harus merupakan sesuatu yang
baru, yang belum diketahui oleh lawan bicara, sehingga lawan bicara tertantang
untuk mendengarkannya. Baik si pembicara maupun lawan bicara tidak akan
sempat memikirkan tata bahasa, karena komunikasi sifatnya spontan dan
waktunya sangat singkat. Oleh karena itu, si pembicara cenderung menggunakan
pola kalimat dan kosa kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Guru dapat
mengikuti strategi ini untuk berkomunikasi dengan siswanya.
Penutur aslipun dalam berkomunikasi dengan nonpenutur asli biasanya
juga menggunakan pola yang disederhanakan (simplified), baik dengan mahasiswa
(teacher talk) ataupun dengan nonpenutur asli lainnya (foreigner talk). Dengan
demikian jika pembaca ingin mencoba berkomunikasi dengan penutur asli dapat
dipastikan akan berhasil, walaupun kemampuan komunikasi pembaca masih
belum mantap.
Kalau demikian, setidaknya ada enam tujuan utama yang ingin dicapai, yaitu:
maharat al-sima’ (keterampilan mendengar);
1. maharat al-tahadduts (keterampilan berbicara);
2. maharat al-qirã’ah (keterampilan membaca);
3. maharat al-kitãbah (keterampilan menulis);
4. maharat al hiwar (keterampilan berdialog)
5. maharat t al-tarjamah (keterampilan menerjemah).
Walau bagaimanapun tujuan utama mempelajari bahasa Asing bukanlah untuk
menghancurkan bahasa Indonesia itu sendiri tetapi untuk membantu kita dalam
beberapa hal di peringkat antarabangsa. Dengan demikian, penggunaan bahasa
Asing itu tidak hanya untuk perhubungan semata-mata, tetapi juga sebagai alat
untuk lebih memperluas cakrawala dunia ilmu pengetahuan.
Pustaka Rujukan
Abdul Hamid, F. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0405/13/humaniora
/1023474 .htm
Ali Khuli, M. (1986). Asaalib Tadries al Lughah al ‘Arabiyyah. Riyadl: Maktab
Al-Faraj Daar al Tijariyyah.
Anita Lie.
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=52534
Hasanudin.http://64.233.179.104/search?q=cache:ziCVQb2crXwJ:www.puskur.n
et/download/naskahakademik/ naskahakademikbasing/babi.doc+seiring
+dengan+adanya+kesadaran+baru+Richards+(2001)&hl=id&gl=id&ct=cl
nk&cd=1
Maryanto.http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/Maryanto.doc
Nuruddin, M. (1988). Tharieqoh ta’liem al lughah al ‘Arabiyyah Fie Muassasah
al Rasmiyyah wa al Ghair al Rasmiyyah. Jakarta: LPBA.
Nyoman Riasa. http://www.ialf.edu/bipa/april2001/rancanganmateri.html
Sudiyana, M. http://www.ialf.edu/bipa/april2001/pembelajaranbahasaindonesia
.html
Suherman. A. (2002). Bahan Ajar Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Bahasa
Arab dan Pendidikan Agama Islam. Bandung: PSIBA. Tidak diterbitkan.
http://www.brunet.bn/news/pelita/16april/minda.htm
http://www.emedia.com.my/Current_News/HM/Thursday/Bestari/200509291019
00/Article/pp_index_html
http://www.indomedia.com/Intisari/1998/september/bing.htm
*) Penulis adalah adalah dosen pada prodi Bahasa Arab
JPBA FPBS UPI

More Related Content

What's hot

Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakkholid harras
 
Metodologi pengajaran umat slamet
Metodologi pengajaran umat slametMetodologi pengajaran umat slamet
Metodologi pengajaran umat slametFaldzata Ruhiy
 
Ppt pak arisul
Ppt pak arisulPpt pak arisul
Ppt pak arisulSis Wasis
 
Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris SD
Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris SDKonsep Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris SD
Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris SDAni Mahisarani
 
Bahasa indonesia di kalangan remaja
Bahasa indonesia di kalangan remajaBahasa indonesia di kalangan remaja
Bahasa indonesia di kalangan remajaNon Formal Education
 
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaDampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaArdhy Danu
 
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaPengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
Pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa keduaPemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa keduakholid harras
 
Masyarakat majemuk indonesia
Masyarakat majemuk  indonesiaMasyarakat majemuk  indonesia
Masyarakat majemuk indonesiaSiti Farida
 
Pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia
Pembinaan dan pengembangan bahasa indonesiaPembinaan dan pengembangan bahasa indonesia
Pembinaan dan pengembangan bahasa indonesiaAwanda Siti Hajar
 
Pembelajaran bahasa inggris
Pembelajaran bahasa inggrisPembelajaran bahasa inggris
Pembelajaran bahasa inggrisObeeddd
 
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa Hiza Fadila
 
Pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesiaPengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesiaentjep Soerjana
 
ANCAMAN BAHASA ALAY TERHADAP KEMAHIRAN BERBAHASA GENERASI MUDA
ANCAMAN BAHASA ALAY TERHADAP KEMAHIRAN BERBAHASA GENERASI MUDAANCAMAN BAHASA ALAY TERHADAP KEMAHIRAN BERBAHASA GENERASI MUDA
ANCAMAN BAHASA ALAY TERHADAP KEMAHIRAN BERBAHASA GENERASI MUDABob Septian
 
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasaPerkembangan bahasa
Perkembangan bahasaNiakhairani
 

What's hot (20)

Ragam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anakRagam pemerolehan bahasa anak
Ragam pemerolehan bahasa anak
 
Metodologi pengajaran umat slamet
Metodologi pengajaran umat slametMetodologi pengajaran umat slamet
Metodologi pengajaran umat slamet
 
Essay Bahasa Indonesia
Essay Bahasa IndonesiaEssay Bahasa Indonesia
Essay Bahasa Indonesia
 
Ppt pak arisul
Ppt pak arisulPpt pak arisul
Ppt pak arisul
 
Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris SD
Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris SDKonsep Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris SD
Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris SD
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Bahasa indonesia di kalangan remaja
Bahasa indonesia di kalangan remajaBahasa indonesia di kalangan remaja
Bahasa indonesia di kalangan remaja
 
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaDampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Dampak bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
 
Makalah 123 copy
Makalah 123   copyMakalah 123   copy
Makalah 123 copy
 
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesiaPengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa gaul terhadap bahasa indonesia
 
Pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa keduaPemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa kedua
 
Masyarakat majemuk indonesia
Masyarakat majemuk  indonesiaMasyarakat majemuk  indonesia
Masyarakat majemuk indonesia
 
Pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia
Pembinaan dan pengembangan bahasa indonesiaPembinaan dan pengembangan bahasa indonesia
Pembinaan dan pengembangan bahasa indonesia
 
Pembelajaran bahasa inggris
Pembelajaran bahasa inggrisPembelajaran bahasa inggris
Pembelajaran bahasa inggris
 
Ptk adhariah
Ptk adhariahPtk adhariah
Ptk adhariah
 
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
Peranan teori psikolinguistik dalam pemurnian dan pemerkasaan bahasa
 
Pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesiaPengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia
Pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah terhadap bahasa indonesia
 
Sosiolinguistics and education
Sosiolinguistics and educationSosiolinguistics and education
Sosiolinguistics and education
 
ANCAMAN BAHASA ALAY TERHADAP KEMAHIRAN BERBAHASA GENERASI MUDA
ANCAMAN BAHASA ALAY TERHADAP KEMAHIRAN BERBAHASA GENERASI MUDAANCAMAN BAHASA ALAY TERHADAP KEMAHIRAN BERBAHASA GENERASI MUDA
ANCAMAN BAHASA ALAY TERHADAP KEMAHIRAN BERBAHASA GENERASI MUDA
 
Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasaPerkembangan bahasa
Perkembangan bahasa
 

Similar to Pembelajaran bahasa asing_2

5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piagetuniku
 
Fonetik bahasa Anak usia satu setengah tahun pada masyarakat dayak Dosan Dusu...
Fonetik bahasa Anak usia satu setengah tahun pada masyarakat dayak Dosan Dusu...Fonetik bahasa Anak usia satu setengah tahun pada masyarakat dayak Dosan Dusu...
Fonetik bahasa Anak usia satu setengah tahun pada masyarakat dayak Dosan Dusu...Fransiskus Rahelianto Florus
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Activian Grapiter
 
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)Rini Adiani
 
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptxLINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptxRidwanRamdhan
 
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdianiLaporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdianiNurdiana Wahyuni
 
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Ibi E
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptxraniManggor
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptxraniManggor
 
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSssusi
 
PPT KUL 111.pptx PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KTI
PPT KUL 111.pptx PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KTIPPT KUL 111.pptx PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KTI
PPT KUL 111.pptx PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KTIEuisKomaracilvi
 
Tugas artikel bahasa indonesia
Tugas artikel bahasa indonesiaTugas artikel bahasa indonesia
Tugas artikel bahasa indonesiaEga Arsita
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluanmudanp.com
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualUwes Chaeruman
 
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asingMakalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asingSantos Tos
 

Similar to Pembelajaran bahasa asing_2 (20)

5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
 
Meningkatkan keterampilan berbicara
Meningkatkan keterampilan berbicaraMeningkatkan keterampilan berbicara
Meningkatkan keterampilan berbicara
 
Ragam bahasa
Ragam bahasaRagam bahasa
Ragam bahasa
 
Fonetik bahasa Anak usia satu setengah tahun pada masyarakat dayak Dosan Dusu...
Fonetik bahasa Anak usia satu setengah tahun pada masyarakat dayak Dosan Dusu...Fonetik bahasa Anak usia satu setengah tahun pada masyarakat dayak Dosan Dusu...
Fonetik bahasa Anak usia satu setengah tahun pada masyarakat dayak Dosan Dusu...
 
B.sejarah bi
B.sejarah biB.sejarah bi
B.sejarah bi
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
 
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
Pengajaran Bahasa Indonesia Penutur Asing Tingkat Madya (Menulis)
 
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptxLINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
 
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdianiLaporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
Laporanptkspeakingsmp13 iisrosdiani
 
Disain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian KebahasaanDisain Penelitian Kebahasaan
Disain Penelitian Kebahasaan
 
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
 
Bab 1&2 udah diedit
Bab 1&2 udah dieditBab 1&2 udah diedit
Bab 1&2 udah diedit
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
 
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
 
PPT KUL 111.pptx PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KTI
PPT KUL 111.pptx PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KTIPPT KUL 111.pptx PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KTI
PPT KUL 111.pptx PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KTI
 
Tugas artikel bahasa indonesia
Tugas artikel bahasa indonesiaTugas artikel bahasa indonesia
Tugas artikel bahasa indonesia
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Contoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel KonseptualContoh Artikel Konseptual
Contoh Artikel Konseptual
 
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asingMakalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
Makalah bahasa daerah, bahasa inggris dan bahasa asing
 

More from Muhammad Idris

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقلMuhammad Idris
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتMuhammad Idris
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرةMuhammad Idris
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimMuhammad Idris
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamMuhammad Idris
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamMuhammad Idris
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMuhammad Idris
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMuhammad Idris
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMuhammad Idris
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMuhammad Idris
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامMuhammad Idris
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Muhammad Idris
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Muhammad Idris
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahMuhammad Idris
 
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahMuhammad Idris
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inMuhammad Idris
 

More from Muhammad Idris (20)

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقل
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبت
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرة
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslim
 
Tajassus
TajassusTajassus
Tajassus
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islam
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiah
 
Gawda
GawdaGawda
Gawda
 
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
 
Biografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`iBiografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`i
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`in
 
Biografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`iBiografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`i
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 

Pembelajaran bahasa asing_2

  • 1. PEMBELAJARAN BAHASA ASING A. SUHERMAN *) Abstrak Pembelajaran bahasa Asing, seharusnya lebih diarahkan sebagai pemberian keterampilan hidup (life skill), yakni kemampuan berkomunikasi. Kemampuan komunikasi guru akan semakin hebat sementara kemampuan menyimak siswa akan semakin mantap. Jika sudah merasa siap, siswa akan mengimbangi guru dalam dialog yang bermakna secara suka rela tanpa ada perasaan takut atau merasa dipaksa. Penguasaan terhadap pengetahuan bahasa dan kemampuan berbahasa merupakan dua kemampuan yang tidak mudah untuk dikuasai keduanya dalam waktu bersamaan. Namanya bahasa, seharusnya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari bukan lantas dihapalkan. Bahasa juga membutuhkan keberanian untuk diucapkan tidak sebatas pelajaran tata bahasa (grammar) Kata kunci: Bahasa - komunikasi Pendekatan kebermaknaan meyakini bahwa pada dasarnya pemerolehan bahasa didahului oleh bahasa lisan, dan bahasa tulis sangat sulit berkembang bila bahasa lisan belum dikuasai. Karena itu pembelajaran lebih dahulu harus diarahkan ke komptensi bahasa lisan. Kapan pun, di mana pun dan siapa pun yang menghirup udara karunia Allah swt di muka bumi ini, tidak akan dapat lagi menghindar dari pengaruh modernisasi yang nota bene adalah pengaruh bahasa Asing. Kemampuan berbahasa Asing memperluas cakrawala berfikir, bertindak dan berkreasi, serta menjalin hubungan antar bangsa di dunia internasional. Bahasa Asing yang merupakan bentuk pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai medium, merupakan bentuk pendidikan yang unik dan kaya akan berbagai pengalaman yang kelak dibutuhkan agar ia dapat berpartisipasi dan beradaptasi dengan pergaulan dunia modern. Di samping nilai fisik-motorik yang dapat dibangun melalui proses pembelajaran bahasa Asing, nilai-nilai psiko-sosial yang saat ini menjadi budaya dalam pergaulan masyarakat dunia, seperti menghargai orang lain dan mentaati peraturan, kerja keras, jujur, pantang menyerah dan kerja sama merupakan nilai-nilai yang menjadi bagian dari proses transformasi dalam pembelajaran. Bahasa Asing tidak lagi dipandang pendidikan yang focus orientasinya pada pengembangan kapasitas fisik-motorik saja, melainkan pada semua domain dari perkembangan totalitas anak (Gallahue, 1989). Temuan penelitian, di antaranya oleh Caplan (1999) tampaknya menjadi bagian paradoks dari kekhawatiran dari makin kurangnya eksistensi bahasa Asing terhadap pengembangan aspek akademik. Aktivitas fisik dalam bahasa Asing, tidak semata-mata menjadi media yang dapat menjadi media penyaluran kelebihan energi, minat dan hasrat bergerak, melainkan ia menjadi media untuk membangun diri; fisik-motorik,
  • 2. psiko-sosial yang terintegrasi dalam budaya dan etika masa kini dan masa depan. Keunikan yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Asing merupakan satu- satunya proses pembelajaran yang dapat melengkapi proses pendidikan keseluruhan anak didik. Oleh karenanya tidak ada pendidikan yang tidak memiliki sasaran paedogogis dan tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa bahasa Asing (Ateng; 2001). Sedemikian mendesaknya kebutuhan kemampuan berkomunikasi, namun di lain pihak dampak dari pengajaran bahasa "Asing" (bahasa Inggris) di sekolah masih dipertanyakan. Sementara hasil nilai UAN baik tingkat SMP maupun SMA dari tahun ke tahun masih belum menggembirakan. Kemampuan komunikasi lisan para lulusannya juga masih belum memuaskan. Apakah yang telah, sedang dan akan terjadi terhadap pengajaran bahasa Asing di sekolah? Penguasaan terhadap pengetahuan bahasa dan kemampuan berbahasa merupakan dua kemampuan yang tidak mudah untuk dikuasai keduanya dalam waktu bersamaan. Untuk mengatasi masalah ini, perlu pemikiran cerdas dan mendalam serta kiat-kiat jitu yang tepat sasaran. Inginkah belajar bahasa Asing dan menguasainya? Pasti rata-rata jawabannya, ya, bahkan sebagian besar menjawab sudah belajar bahasa Asing sejak SMP, SMA, sampai perguruan tinggi. Tapi, kalau ditanya apakah Anda bisa berbahasa Asing? Jawabannya nanti dulu. Bahkan, ada suatu gurauan menyatakan bahasa Asing adalah bahasa Asing, sehingga masih Asing baginya atau ia merasa nasionalisme tinggi dengan memakai bahasa Indonesia. Namanya bahasa, seharusnya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari bukan lantas dihapalkan. Bahasa juga membutuhkan keberanian untuk diucapkan tidak sebatas pelajaran tata bahasa (grammar) yang sampai saat ini nampaknya mendominasi pelajaran bahasa Asing. Jangan sampai ada suatu perkataan yang merasa bahwa bahasa Asing menjadi pelajaran beban bagi para siswa termasuk guru, sehingga tidak ada nawaitu (niat) untuk menguasainya. Bahasa merupakan gejala psikologis dan budaya. Artinya, kalau kita melihat bahasa Asing, misalnya bahasa Jerman, Perancis, Jepang atau Arab, maka itu sama artinya bahasa kedua negara tersebut harus dimaknai sebagai gejala psiklogis dan budaya dari masyarakat atau bangsanya. Begitu pula kalau kita melihat bahasa Indonesia, maka itu sama artinya dengan melihat bahasa Indonesia sebagai gejala psikologis dan budaya dari masyarakat atau bangsa Indonesia. Pada umumnya, bahasa itu terdiri dari bunyi-bunyi dalam bentuk resistem yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi. Adapun komunikasi sendiri dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Ruang lingkup bahasa Ruang lingkup bahasa bisa secara internal maupun eksternal. Secara internal, umpamanya bahasa Arab atau Jepang misalnya, bisa digunakan untuk mengintensifkan internal bangsa Arab atau Jepang itu sendiri. Adapun secara eksternal, bahasa Arab atau Jepang digunakan untuk mengkomunikasikan segala perasaan bangsa Arab atau Jepang, serta pikiran orang Arab atau Jepang kepada dunia luar. Ketika bangsa Indonesia menguasai bahasa Asing, itu artinya bangsa
  • 3. Indonesia bisa melihat perkembangan pemikiran yang ada di negara tersebut, perasaan mereka, serta budayanya. Pada dasarnya, di era globalisasi ini, bangsa Indonesia memerlukan komunikasi yang lebih intensif dengan bangsa lain. Untuk itu, tidak saja dibutuhkan bahasa Indonesia yang baik, namun juga diperlukan penguasaan terhadap bahasa Asing. Kalau bangsa Indonesia sudah menguasai bahasa Indonesia secara baik, maka yang dibutuhkan adalah alat untuk mengkomunikasikannya ke dunia luar, tentunya dengan bahasa Asing. Karenanya, diperlukan pembiasaan, baik dari segi pendidikan maupun pengajaran terhadap bahasa Asing itu. Hemat penulis, pembiasaan tidak cukup hanya di ruang-ruang yang terbatas, melainkan juga perlu diperluas lagi dengan mempraktikkannya secara langsung di ruang publik. Pengajaran bahasa Asing di tempat-tempat kursus, misalnya, tidak cukup hanya diajarkan di ruang-ruang kelas yang terbatas cakupan maupun jam pengajarannya, melainkan juga perlu dipraktikan secara langsung di ruang publik, demi untuk pembiasaan itu tadi. Padahal, pembelajaran bahasa Asing, seharusnya lebih diarahkan sebagai pemberian keterampilan hidup (life skill), yakni kemampuan berkomunikasi. Kondisi tersebut diperparah dengan rendahnya kemampuan guru berkomunikasi dalam bahasa Asing. Selama ini, pelajar agak jarang mendapatkan materi autentik untuk meningkatkan kompetensi mendengarkan di dalam kelas. Materi autentik dapat diperoleh dengan mengundang native speaker, kalau tidak, minimal lewat alat seperti kaset, film atau bacaan terbitan berbahasa Asing. Pembelajaran dengan autentik material sebenarnya mudah dan tidak terlalu mahal. Tidak perlu menggunakan laboratorium bahasa. Terlebih lagi di perkotaan. Pengajar dapat menggunakan kaset atau bahkan surat kabar dan terbitan lain dalam bahasa Asing. Pelajar juga harus dilibatkan untuk aktif berbicara dalam bahasa di dalam kelas. "Cara sederhana, misalnya memberikan kasus untuk didiskusikan atau diperdebatkan dalam bahasa Asing,". Selain itu, tanpa perlu merasa segan, guru dapat menjadikan pelajar yang sudah mampu berkomunikasi dalam bahasa Asing sebagai model di kelas. Namun, atmosfer belajar bahasa Asing secara aktif membutuhkan inisiatif dan kreativitas guru di dalam kelas. Guru tidak dapat sebatas mengandalkan kurikulum dari pusat atau hanya mengikuti yang tertera di buku teks, tetapi harus mengembangkannya. Bahasa Asing Penguasaan bahasa Asing yang sedang dominan dalam pergaulan internasional, merupakan salah satu akses untuk meraih keberhasilan dalam berbagai bidang. Peta dominasi bahasa Asing selalu berubah, baik di tingkat dunia maupun di suatu negara, seiring dengan perubahan sosial dan politik. Pada abad pertengahan sebagaimana diungkapkan oleh Anita Lie (2004), bahasa Latin memegang peran penting. Ketika abad pertengahan berganti dengan abad Renaissance dan pencerahan, bahasa Perancis menggeser posisi bahasa Latin. Selanjutnya, revolusi industri dan persekutuan Amerika Serikat-Inggris- Australia yang makin menguat telah mengukuhkan dominasi bahasa Inggris pada
  • 4. abad ke-20. Apakah dominasi bahasa Inggris akan langgeng di abad ke-21 ini ataukah akan diganti bahasa lain (Mandarin, misalnya), amat bergantung pada perkembangan ekonomi, sosial, dan politik. Dalam konteks itu, pengajaran bahasa Asing di Indonesia juga mengalami berbagai perubahan. Selanjutnya Anita Lie mnuturkan bahwa dalam pengajaran bahasa, biasanya ada empat bidang keterampilan yang dijadikan acuan kurikulum: mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Sementara itu, tata bahasa merupakan keterampilan yang diajarkan guna meningkatkan penguasaan dalam empat bidang itu. Ironisnya, penekanan yang berlebihan pada tata bahasa ditengarai justru menghambat keterampilan berkomunikasi. Bahasa Asing di sekolah formal Belajar bahasa Asing hendaknya memenuhi dua tujuan. Pertama, pembelajar perlu menyiapkan diri agar bisa membaca buku teks dalam bahasa Asing. Kedua, kemampuan berbahasa Asing masih digunakan sebagai faktor penentu guna mendapatkan pekerjaan dan imbalan menarik. Banyak iklan lowongan mencantumkan kemampuan berbahasa Asing sebagai salah satu syarat utama. Meski anak sudah belajar bahasa Asing selama bertahun-tahun di sekolah, umumnya kompetensi dalam bahasa ini di kalangan lulusan sekolah menengah secara umum masih tergolong sangat rendah. Untuk menjawab kebutuhan terhadap penguasaan bahasa Asing (pada pelajaran bahasa Inggris), kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan (Dardjowidjojo, 2000). Dimulai dengan pendekatan tata bahasa dan terjemahan (1945), oral (1968), audio-lingual (1975), komunikatif (1984), dan kebermaknaan (1994). Perubahan drastis dalam tahap perumusan kurikulum standar terjadi di tahun 1984 saat pengajaran bahasa Asing bergeser dari behaviorism menuju konstruktivisme. Bahasa dipandang sebagai suatu fenomena sosial, dan pengajaran bahasa seharusnya lebih menekankan pada penggunaan, bukan pada struktur bahasa. Mengacu paradigma baru ini, Kurikulum 1984 dan 1994 bercita-cita membangun kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Asing secara aktif. Pembelajaran/Pemelajaran bahasa Menurut Moeliono (dalam komunikasi pribadi, 2001), ungkapan ‘pemelajar bahasa’ merupakan padanan „language learner‟ dan ‘pembelajaran bahasa’ padanan ‘language learning’. Moeliono juga menyebutkan bahwa bentuk ‘pembelajaran merupakan padanan „instruction‟ dan ‘pembelajar’ dipadankan „instructor‟, bukan kata „learner‟. Sehubungan dengan itu, sering terjadi kesalahan yang perlu diperbaiki dalam pemilihan bentuk-bentuk tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 14-15)) pengajaran: 1. proses perbuatan; cara mengajar atau mengajarkan; 2. perihal mengajar; segala sesuatu mengenai mengajar. Pembelajaran: proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pemelajaran: proses, cara, perbuatan mempelajari. Salah kaprah bila menyatakan bahwa Kurikulum 2004 sudah diberlakukan, padahal Mendiknas belum menandatangani SK penerapan Kurikulum 2004 (PR. 20 Pebruari 2006, hal. 12). Kurikulum 2004 sebenarnya baru diuji-cobakan di SMP dan SMA, Uji-coba tersebut didanai block grant dari pemerintah, dan
  • 5. ternyata masih benyak menemui hambatan. Selanjutnya diungkapkan justeru mengapa di Kabupaten/Kota seakan kurikulum 2004 atau KBK sudah diterapkan, padahal mereka masih bingung dan enggak mengerti apa itu kurikulum 2004. Dahulu orang gembar-gembor tentang KBK, inilah kurikulum paling baik, sampai-sampai diadakan berbagai lokakarya mendukung KBK, Belum dilaksanakan langsung bilang inilah yang terbaik, padahal baik atau tidaknya kurikulum, ditentukan hasil penerapannya selama 10-15 tahun, bukan berdasar asumsi (Wahyudin, PR, 20 Pebruari 2006, hal. 12). Pergantian kurikulum bukan hanya berdampak pada kebingungan guru dan murid, tetapi juga penerbit dan penulis buku pelajaran. Bagaimana nasib sekolah yang menjadi pilot projecct? Akhir Pebruari 2006, Mendiknas akan segera menandatangani kurikulum baru hasil revisi KBK. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), sudah menyusun Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sehingga kurikulum harus mengacu kepada SKL. Dengan kurikulukm yang baru, nanti ada tiga ujian yang akan menentukan kelulusan seseorang siswa, yaitu Ujian Guru (UG); Ujian Sekolah (US); dan Ujian Nasional (UN). Kalau UN lulus, tapi US dan UG tidak lulus, maka siswa yang bersangkutan dinyatakan tidak lulus. Pembicaraan mengenai pengajaran bahasa tidak bisa dilepaskan dari konteks pembelajaran bahasa. Keduanya berkait erat dan melibatkan berbagai variabel yang jumlahnya banyak. Intinya adalah bahwa proses belajar mengajar bahasa itu bukan hal yang sederhana dan tidak bisa diamati sekedar sebagai potongan-potongan kegiatan mengeluarkan dan menimba bahan saja. Menurut Abdul Hamied (2001) pengajaran bahasa Asing, sebagai kegiatan profesional telah melahirkan berbagai kerangka teoretis yang melibatkan berbagai disiplin. Antara tahun 1940 - 1960 tampak sekali adanya pandangan yang kokoh bahwa penerapan linguistik dan psikologi akan menjadi landasan terbaik guna memecahkan masalah pengajaran bahasa. Selanjutnya, lahirlah berbagai model yang melihat faktor-faktor berpengaruh dalam menelorkan pedagogi bahasa, seperti model dari Campbell, Spolsky, Ingram, dan Mackey (baca Stern, 1983). Dalam berbagai penelitian yang dilaporkan oleh Krashen (1982:37-43) dalam Abdul Hamied (2001), pajanan itu terkadang berkorelasi positif dan berarti dengan kemahiran berbahasa, tetapi terkadang juga tidak. Dalam hal variabel usia yang sering diasumsikan sebagai suatu penduga kemahiran B2, Krashen, Long dan Scarcella yang dikutip oleh Krashen (1982:43) mengetengahkan generalisasi berikut berdasarkan hasil penelitiannya: (1) Orang dewasa bergerak lebih cepat dari pada anak-anak dalam melampaui tahapan dini perkembangan B2-nya; (2) dengan waktu dan pajanan yang sama, anak yang lebih tua melalui proses pemerolehan bahasa lebih cepat dari pada anak yang lebih muda; dan (3) pemeroleh yang memulai pajanan alamiah terhadap B2 pada masa anak-anak pada umumnya mencapai kemahiran B2 lebih baik dari pada yang memulai pajanan alamiahnya sebagai orang dewasa. Dalam membicarakan pengajaran dan pembelajaran bahasa, lingkungan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kaitan dengan keberhasilan pembelajaran bahasa itu. Terdapat dua faktor lingkungan, yaitu makro dan mikro.
  • 6. Faktor lingkungan makro meliputi (1) kealamiahan bahasa yang didengar; (2) peranan si pembelajar dalam komunikasi; (3) ketersediaan rujukan konkret untuk menjelaskan makna; dan (4) siapa model bahasa sasaran (Dulay, Burt dan Krashen, 1982: 14). Sedangkan faktor lingkungan mikro mencakup (1) kemenonjolan (salience), yaitu mudahnya suatu struktur untuk dilihat atau didengar; (2) umpan balik, yaitu tanggapan pendengar atau pembaca terhadap tuturan atau tulisan si pembelajar; dan (3) frekuensi, yaitu seringnya si pembelajar mendengar atau melihat struktur tertentu (Dulay, Burt, dan Krashen, 1982:32). Selanjutnya Abdul Hamied berkenaan dengan faktor lingkungan mikro, yang pertama adalah kemenonjolan (salience). Kemenonjolan ini merujuk pada kemudahan suatu struktur dilihat atau didengar. Ia adalah ciri tertentu yang tampaknya membuat suatu butir secara visual atau auditor lebih menonjol dari pada yang lain. Faktor lingkungan mikro yang kedua adalah umpan balik. Salah satu jenis umpan balik adalah pembetulan, yang lainnya adalah persetujuan atau umpan balik positif. Faktor lingkungan mikro yang ketiga adalah frekuensi yang diasumsikan sebagai faktor berpengaruh terhadap pemerolehan bahasa. Makin banyak si pembelajar mendengar suatu struktur, makin cepat proses pemerolehan struktur itu. Tetapi penelitian lain ternyata telah menelorkan hasil yang berbeda (Dulay, Burt, Krashen, 1982:32—37). Penggunaan bahasa Asing oleh guru di dalam kelas mempunyai dampak ganda yang sangat positif bagi pemantapan kemampuan komunikasi guru dan pengembangan kompetensi menyimak siswa. Kemampuan komunikasi guru akan semakin hebat sementara kemampuan menyimak siswa akan semakin mantap. Jika sudah merasa siap, siswa akan mengimbangi guru dalam dialog yang bermakna secara suka rela tanpa ada perasaan takut atau merasa dipaksa. Dengan demikian selain memberikan pengulangan dan penekanan (reinforcement) terhadap kosa kata dan pola-pola kalimat yang sudah diajarkan, sekaligus guru juga memotivasi siswa untuk menggunakan bahasa yang telah dikuasainya dalam komunikasi alamiah antara guru dengan siswa ataupun antar siswa sendiri. Pendekatan kebermaknaan meyakini bahwa pada dasarnya pemerolehan bahasa didahului oleh bahasa lisan, dan bahasa tulis sangat sulit berkembang bila bahasa lisan belum dikuasai. Karena itu pembelajaran lebih dahulu harus diarahkan ke komptensi bahasa lisan. Bayi belajar bahasa ibu dari kedua orang tuanya dengan mendengarkan dulu selama 3 sampai 4 bulan, baru kemudian meraban, mengucapkan “mam”, “mak, mam” ,dan ungkapan-ungkapan tidak lengkap semacamnya. Setelah itu barulah dapat mengucapkan ” Mamak, Adi mau makan”, secara sempurna. Yang jelas anak belajar bahasa ibu langsung dengan memfungsikannya secara lisan. Tata bahasa baru dipelajari setelah anak masuk sekolah. Semua pemikiran di atas menghendaki agar pengajaran bahasa Asing mendahulukan pengembangan kemampuan komunikasi lisan, baru kemudian mempelajari tata bahasanya. Jika semua pemikiran tersebut benar-benar dipahami dan dapat diterima oleh guru-guru bahasa Asing, maka sangat wajarlah jika pengajaran bahasa Asing difokuskan pada kemampuan berbicara, sesuai dengan fungsi dasar bahasa itu sendiri.
  • 7. Hal ini tentu sangat tergantung kepada kesiapan akademik dan profesional serta tekad dan kemauan guru, dengan dukungan dari kebijakan pendidikan yang berlaku. Maukah guru mengubah strategi mengajar dari fokus tata bahasa ke fokus fungsi bahasa? Sudah siapkah guru menggunakan bahasa Asing, khususnya sebagai bahasa pengantar (medium of instruction) di dalam mengajar? Ada kekhawatiran dari sebagian orang bahwa jika guru menggunakan bahasa Asing di dalam kelas siswa tidak akan memahaminya. Ada pula pihak yang mempertanyakan apa mungkin belajar berbicara tanpa mempelajari tata bahasanya terlebih dahulu? Dari adanya asumsi pemikiran di atas serta pengalaman dari guru yang sudah menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar, kita harus optimis bahwa sangat mungkin (atau harus?) bagi guru bahasa Asing untuk mengembangkan kompetensi komunikasi lisan sebagai sasaran utama pengajarannya. Kekhawatiran tentang tata bahasa sebenarnya kurang beralasan, karena jika guru menggunakan bahasa Asing, tata bahasanya sudah melekat pada setiap kalimat yang diucapkan. Sehingga jika siswa sudah berhasil mengakuisisi bahasa guru berarti ia juga sudah memperoleh tata bahasanya. Metode Pembelajaran bahasa yang mendahulukan pendengaran, ucapan kemudian bacaan, bukanlah merupakan metode yang baru yang berkembang keseluruhannya di Amerika seperti yang disangka oleh para pengikutnya, padahal metode ini sudah pernah dipakai oleh orang-orang Arab dan Ajam dalam hafal-menghafal Alqur'an menerimanya dengan cara menyimak kemudiaan mengucapkan dan seterusnya membacanya. Di antara yang menyenangkan dan menghilangkan keheranan (al Khuli (1988) bahwa al Qur'an itu telah lebih dulu menunjukkan pendengaran didahulukan dari pada penglihatan (dalam hal belajar). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah al-Isra ayat 36: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya". Di sini diuraikan bahwa pendengaran didahulukan dari penglihatan, hal yang semacam ini terdapat juga dalam beberapa ayat yang lain. Tidak diragukan lagi bahwa mendahulukan pendengaran sebelum penglihatan dalam penerimaan pelajaran merupakan teknik tersendiri yang berdasarkan kepada metode dengar dan lihat. Penting kiranya sebelum mulai merinci metode-metode tersebut menurut Al Khuli ( 1988) ada dua hal penting yang perlu diperhatikan seperti berikut ini: 1. Bahwa metode-metode pengajaran bahasa bagi penuturnya yang asli berbeda dengan pengajaran bahasa bagi bukan penutur asli. Hal ini karena orang yang belajar bahasa ibu dapat berbicara dengan bahasa itu sebelum dia memulai untuk mempelajari kebahasaan; membaca, menulis di sekolah. Sementara orang yang belajar bahasa Asing dia tidak mengetahui sesuatu pun sebelum dia mempelajarinya. 2. Bahwa metode-metode pengajaran bahasa Asing akan berbeda, karena perbedaan tingkat usia orang yang belajar. Ada metode-metode yang
  • 8. cocok untuk anak-anak yang masih muda usianya, ada juga metode yang cocok bagi orang yang sudah dewasa. Anak-anak usia muda biasanya mempunyai potensi yang aktif yang menolong mereka dalam mempelajari beberapa bahasa dalam waktu yang sama. Sementara orang dewasa potensinya loyo/kurang aktif dan membutuhkan penyegaran/pengaktifan, dan juga kerap kali bahasa ibu mempengaruhi secara negatif ketika mereka belajar bahasa yang baru. Metode dan teknik yang hendak digunakan sebaiknya dipilih dan disesuaikan dengan kemampuan yang ingin dicapai. Profesionalisme seorang pendidik di dalam mengembangkan dan memanfaatkan metode dan teknik tersebut sangatlah dibutuhkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih baik. Penggunaan metode menuntut terpenuhinya syarat-syarat yang harus dimiliki oleh guru, yaitu sebagai berikut: 1. Guru hendaklah betul-betul memperhatikan/menguasai semua metode dengan memungkinkan mengambil/memanfaatkan berbagai kelebihan dan kekurangan dari metode tersebut; 2. Memilih metode yang cocok yang disesuaikan dengan tingkatan usia para pelajar serta tingkat kebahasaan mereka; 3. Menjaring dengan baik, yaitu dengan memilih metode yang cocok atau yang sesuai dengan buku paket yang digunakan. Sungguh begitu banyak metode-metode pengajaran bahasa yang masing- masing memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan. Metode pengajaran suatu bahasa bukanlah metode khusus yang dimiliki oleh bahasa itu sendiri, aka tetapi ia adalah bersifat umum yang mungkin juga digunakan oleh pembelajaran semua bahasa yang lain. Jadi metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab dengan bahasa Asing lainnya tidak akan berbeda dalam pengungkapannya, namun yang membedakannya hanya terdapat dalam karakteristik bahasa itu sendiri. Begitu banyak metode-metode pembelajaran. Untuk menghindari rasa "lieur" metode mana yang cocok untuk digunakan, sebagian para ilmuwan telah berusaha untuk memadukan metode-metode tersebut, maka muncullah Selektif approach atau disebut juga eclectic method, al thorieqah al mukhtaroh, dalam arti kata bahwa tidak mewajibkan guru untuk hanya memahami satu metode saja dan juga jangan memandang bahwa metode tersebut merupakan suatu metode yang paling cocok. Menggunakan metode eclectic berdasar pada hal sebagai berikut ini: 1. Bahwa setiap metode mengajar itu memiliki kebaikan-kebaikan/ kelebihan- kelebihan yang memungkinkan untuk bisa diambil dari segi manfaatnya/ kelebihan-kelebihannya itu; 2. Tidak terdapat satu metode pun yang benar-benar ideal dan benar-benar salah, akan tetapi setiap metode masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. 3. Harus memandang bahwa setiap metode pengajaran bahasa, antara bagian yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi, tidak saling bertentangan satu sama lainnya; 4. Tidak ada satu metode pun yang cocok dengan semua tujuan dan semua siswa;
  • 9. 5. Yang penting dalam setiap pengajaran, hendaklah berkonsentrasi pada student centre yang ia butuhkan dan tuntutan situasi-kondisi. Yang menjadi dasar penekanan metode ini adalah tergantung kepada kemampuan guru di dalam memilih sesuatu yang cocok dari tehnik-tehnik atau metode-metode pada situasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dengan kondisi belajar-mengajar. Metode ala pesantren Gontor dalam menerapkan bahasa Asing baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris kepada para pembelajarnya. Metode atau model Pesantren Gontor ini selanjutnya disebarluaskan dan diikuti pesantren-pesantren modern yang rata-rata didirikan oleh alumni Gontor. Seluruh santri diwajibkan untuk menggunakan bahasa Asing tersebut secara bergantian dengan menentukan hari-hari bahasa. Misalnya, Senin wajib berbahasa Inggris, sedangkan Selasa "wajibul kudu" berbahasa Arab. Juga seperti halnya di yang dilakukan di Pesantren Al Zaitun Indramayu Jawa Barat dalam menerapkan pola bahasa wajibnya meliputi bahasa Arab, Inggris, dan Mandarin. Tentu saja, kewajiban seimbang dengan sanksi yang diberikan. Apabila santri kepergok tidak menggunakan bahasa Asing sesuai jadwal yang ditentukan dikenai sanksi. Sedangkan hanya santri-santri baru, yang masih mendapat dispensasi dalam penggunaan bahasa Asing tersebut sebagai masa adaptasi. Hasilnya? Kita tidak meragukan didikan pesantren sekelas Pesantren Gontor, terutama dalam penguasaan bahasa Asing. Para santri begitu taat kepada peraturan pesantren, karena pigur Kyai merupakan keteladanan yang patut dicontoh. Lalu, bagaimana dengan sekolah? Tidak bisakah sekolah formal meniru gaya Gontor? Minimal, menerapkan wajib berbahasa Asing sehari dalam seminggu. Persoalan yang muncul, karena guru-guru di luar bahasa Asing juga masih balelol dalam berbahasa Asing sehingga kesulitan seandainya aturan itu diterapkan. Padahal, teladan dari pemimpin termasuk guru adalah penting agar diikuti oleh anak buahnya. Keteladanan dalam pendidikan merupakan bagian yang sangat penting karena pendidikan pada dasarnya adalah mempengaruhi anak didik baik melalui kata-kata maupun sikap-sikap. Ulwan (1992: 78) menyebutkan bahwa keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial anak. Hal ini disebabkan karena keteladanan merupakan contoh terbaik bagi anak yang akan ditirunya dalam tindak tanduk dan tata santunnya, disadari atau tidak contoh itu akan terpatri dalam jiwa dan perasaannya. Abdurrahman al Nahlawi (1987: 70) menempatkan keteladanan (uswah) sebagai salah satu metode pendidikan Islam yang merujukkan perilaku setiap muslim dengan meneladani perilaku Rasul Allãh Nampaknya model seperti ini akan mendapat kendala untuk dilakukan, begitu juga halnya seperti di UPI, karena kalau di pesantren sebagaimana diungkapkan di atas, para pembelajarnya selama 24 jam berada dalam lingkungan pesantren, sedangkan pendidikan di luar pesantren setidaknya hanya bertemu dengan guru atau dosen dan sesama temannya relatif sedikit, yakni hanya pada saat-saat belajar formal.
  • 10. Penutup Dalam berkomunikasi, tekanannya memang tidak pada tata bahasa, melainkan pada informasi yang ingin disampaikan yang terkandung di dalam bahasa si pembicara. Informasi yang disampaikan harus merupakan sesuatu yang baru, yang belum diketahui oleh lawan bicara, sehingga lawan bicara tertantang untuk mendengarkannya. Baik si pembicara maupun lawan bicara tidak akan sempat memikirkan tata bahasa, karena komunikasi sifatnya spontan dan waktunya sangat singkat. Oleh karena itu, si pembicara cenderung menggunakan pola kalimat dan kosa kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Guru dapat mengikuti strategi ini untuk berkomunikasi dengan siswanya. Penutur aslipun dalam berkomunikasi dengan nonpenutur asli biasanya juga menggunakan pola yang disederhanakan (simplified), baik dengan mahasiswa (teacher talk) ataupun dengan nonpenutur asli lainnya (foreigner talk). Dengan demikian jika pembaca ingin mencoba berkomunikasi dengan penutur asli dapat dipastikan akan berhasil, walaupun kemampuan komunikasi pembaca masih belum mantap. Kalau demikian, setidaknya ada enam tujuan utama yang ingin dicapai, yaitu: maharat al-sima’ (keterampilan mendengar); 1. maharat al-tahadduts (keterampilan berbicara); 2. maharat al-qirã’ah (keterampilan membaca); 3. maharat al-kitãbah (keterampilan menulis); 4. maharat al hiwar (keterampilan berdialog) 5. maharat t al-tarjamah (keterampilan menerjemah). Walau bagaimanapun tujuan utama mempelajari bahasa Asing bukanlah untuk menghancurkan bahasa Indonesia itu sendiri tetapi untuk membantu kita dalam beberapa hal di peringkat antarabangsa. Dengan demikian, penggunaan bahasa Asing itu tidak hanya untuk perhubungan semata-mata, tetapi juga sebagai alat untuk lebih memperluas cakrawala dunia ilmu pengetahuan.
  • 11. Pustaka Rujukan Abdul Hamid, F. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0405/13/humaniora /1023474 .htm Ali Khuli, M. (1986). Asaalib Tadries al Lughah al ‘Arabiyyah. Riyadl: Maktab Al-Faraj Daar al Tijariyyah. Anita Lie. http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Opini&id=52534 Hasanudin.http://64.233.179.104/search?q=cache:ziCVQb2crXwJ:www.puskur.n et/download/naskahakademik/ naskahakademikbasing/babi.doc+seiring +dengan+adanya+kesadaran+baru+Richards+(2001)&hl=id&gl=id&ct=cl nk&cd=1 Maryanto.http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/Maryanto.doc Nuruddin, M. (1988). Tharieqoh ta’liem al lughah al ‘Arabiyyah Fie Muassasah al Rasmiyyah wa al Ghair al Rasmiyyah. Jakarta: LPBA. Nyoman Riasa. http://www.ialf.edu/bipa/april2001/rancanganmateri.html Sudiyana, M. http://www.ialf.edu/bipa/april2001/pembelajaranbahasaindonesia .html Suherman. A. (2002). Bahan Ajar Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Bahasa Arab dan Pendidikan Agama Islam. Bandung: PSIBA. Tidak diterbitkan. http://www.brunet.bn/news/pelita/16april/minda.htm http://www.emedia.com.my/Current_News/HM/Thursday/Bestari/200509291019 00/Article/pp_index_html http://www.indomedia.com/Intisari/1998/september/bing.htm *) Penulis adalah adalah dosen pada prodi Bahasa Arab JPBA FPBS UPI