Ringkasan makalah ini adalah:
1. Makalah ini membahas konsep thaharah dalam Islam, termasuk pengertian, landasan hukum, sarana, rukun shalat, hadas dan najis.
2. Terdapat beberapa jenis air dan benda yang dapat digunakan untuk thaharah seperti air, debu, dan benda keras. Najis dibagi menjadi ringan, berat, dan sedang.
3. Cara thaharah dari hadas dan najis meliputi
1. MAKALAH
KONSEP THAHARAH
Di susun sebagai salah satu syarat mengikuti perkuliahan pendidikan Agama Islam
Disusun oleh:
Kelompok: 3
Nama NIM
Abdur Rahim : 193020216025
Fitriani : 193030216038
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Ahmad Saefulloh,S.Pd.I.,M.Pd.
NIP. 19900622201903 1 013
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING (BK)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2. 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu bersuci
ataudisucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci
dansegala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama
karenadiantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan
melaksanakansholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya
dari najis. Dalamkehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor
dan najis sehinggathaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri
sendiri agar sah saatmenjalankan ibadah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1 Apa yang dimaksud dengan pengertian Tharah?
2 Sebutkan pembagian thaharah?
3 Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?
4 Benda apa sajakah yang najis?
5 Sebutkan pembagian najis?
6 Bagaimana cara-cara beruci dari hadis dan najis?
1.3 TUJUAN
1. Ingin mengetahui tentang thaharah
2. Ingin tahu pembagian thaharah
3. Ingin tahu macam-macam udara dan pembagiannya
4. Ingin sungguh benda-benda yang menyebabkan najis
5. Ingin tahu pembagian najis
6. Memahami cara-cara bersuci dari hadis dan najis.
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Thaharah
Sebelum membahas dasar-dasar hukum thaharah, kami akan membahasa tentang
pengertian thaharah :
Thaharah berarti kebersihan dan kesucian dari berbagai kotoran atau bersih dan suci dari
kotoran atau najis yang dapat dilihat (najis hissi) dan najis ma’nawi (yang tidak kelihatan
zatnya) seperti aib dan kemaksiatan. Sedangkan dalam buku yang lain secara etimologi
“thaharah” berarti “kebersihan” ketika dikatakan saya menyucikan pakaian maka yang
dimaksud adalah saya membersihkan pakaian. Dalam buku Fiqh ibadah secara bahasa
ath-thaharah berarti bersih dari kotoran-kotoran, baik yang kasat mata maupun tidak.
Sedangkan menurut istilah atau terminologi thaharah adalah menghilangkan hadas,
menghilangkan najis, atau melakukan sesuatu yang semakna atau memiliki bentuk serupa
dengan kedua kegiatan tersebut.
Dalam buku yang lain mengatakan bahwa thaharah adalah bersih dari najis haqiqi
yakni khabast atau najis hukmi yakni hadast, devenisi yang dibuat oleh mazhab maliki
dan hambali sama dengan devenisi yang digunkan oleh ulama mazhab hanafi mereka
mengatakan bahwa thaharah adalah menghilangkan apa yang menghalangi sholat yaitu
hadats atau najis dengan menggunakan air ataupun menghilangkan hukumnya dengan
tanah.
Pengertian Hadats Hadats secara etimologi (bahasa), artinya tidak suci atau keadaan
badan tidak suci – jadi tidak boleh shalat. Adapun menurut terminologi (istilah) Islam,
hadats adalah keadaan badan yang tidak suci atau kotor dan dapat dihilangkan dengan
cara berwudhu, mandi wajib, dan tayamum. Dengan demikian, dalam kondisi seperti ini
dilarang (tidak sah) untuk mengerjakan ibadah yang menuntut keadaan badan bersih dari
hadats dan najis, seperti shalat, thawaf, ’itikaf.
Najis adalah sesuatu yang dianggap kotor oleh orang yang memiliki tabi’at yang
selamat (baik) dan selalu menjaga diri darinya. Apabila pakaian terkena najis –seperti
kotoran manusia dan kencing- maka harus dibersihkan.
Perlu dibedakan antara najis dan hadats. Najis kadang kita temukan pada badan,
pakaian dan tempat. Sedangkan hadats terkhusus kita temukan pada badan. Najis
bentuknya konkrit, sedangkan hadats itu abstrak dan menunjukkan keadaan seseorang.
Ketika seseorang selesai berhubungan badan dengan istri (baca: jima’), ia dalam keadaan
hadats besar. Ketika ia kentut, ia dalam keadaan hadats kecil. Sedangkan apabila
pakaiannya terkena air kencing, maka ia berarti terkena najis. Hadats kecil dihilangkan
dengan berwudhu dan hadats besar dengan mandi. Sedangkan najis, asalkan najis tersebut
hilang, maka sudah membuat benda tersebut suci. Mudah-mudahan kita bisa
membedakan antara hadats dan najis ini.
4. 2.2 Landasan Hukum Thaharah
Dalam Al-Qur'an maupun Hadits banyak sekali penjelasan-penjelasan maupun
perintah-perintah, agar umat islam senantiasa bersih dan suci. adapun dalil yang
menjelaskan tentang disyariatkannya Thaharah dalam Islam adalah sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur." (Al-Maidah :6 ).
Ayat diatas dipandang sebagai dalil yang paling mewakili untuk membahas seputar
thaharah. Hal ini disebabkan, karena kandungan ayat ini memuat tiga persoalan yang
termasuk masalah tharah yaitu, Wudlu, Mandi Janabah dan Tayamum.
2.3 Sarana atau alat
Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk
bersuci misalnya, kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi
kita juga bisa menggunakan tanah, batu, kayu dan benda-benda padat lain
yang suciuntuk menggantikan air jika sedangkesulitan mendapatkan air atau
tidak menemukan air setelah berusaha mencarinya.
Sarana atau alat yang dapat diugakan untuk thaharah, adalah sebagai
berikut :
1 Air
Air muthlaq. Air muthlaq atau air suci sukaligus menyucikan adalah air yang jatuh dari
langit atau bersumber dari bumi dan masih tetap (belum berubah) keadaannya. Seperti
air hujan, air salju, air embun, air laut, air danau, air sumur, dan air sungai.
2 Debu yang suci
Bersuci dengan menggunakan debu disebut tayamum. Tayamum dilakukan jika
seseorang tidak menemukan air untuk bersuci atau karena sakit yang akan
membahayakan jiwanya kalau terkena air.Debu sebagai sarana thaharah yang
menggantikan posisi air. Jadi, dengan pertimbangan kondisi di atas, seseorang yang
berhadats kecil atau besar dapat melakukan thaharah dengan debu.
3 . Benda Keras
Benda keras dapat digunakan untuk bersuci ketika beristinja (membersihkan kotoran)
setelah buang air kecil atau besar. Benda keras tang dapat digunakan untuk bersuci adalah
setiap benda yang keras, suci, dan kesat. Seperti : batu, kayu, kertas, atau daun. Adapun
5. benda keras tapi licin (tidak kesat), tidak sah digunakan untuk beristinja karena tidak
dapat mengilangkan atau mengangkat materi najis.
4 Air musyammas
yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan perak. Air ini
makruh digunakan untuk bersuci.
5 Air mustakmal
yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh digunakan untuk
bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnanya.
6 Air mutanajjis
yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa, warna dan
baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari
dua kullah (270 liter menurut ulama kontemporer)
2.3 Rukun dan syarat sah
Setelah tahu tentang syarat sah sholat, sekarang akan dibahas tentang rukun sholat.
Rukun sholat harus di jalankan saat sholat dan harus tertib.
1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Selanjutnya membaca takbiratul ikram.
4. Setiap raka’at membaca surat al fatihah.
5. Ruku’ secara tuma’ninah.
6. I’tidal secara tuma’ninah.
7. Sujud secara tuma’ninah.
8. Duduk atara dua sujud secara tumaninah
9. Kemudian duduk tasyahud akhir
10. Dan membaca sholawat Nabi.
11. Membaca salam.
12. Tertib.
2.4 Hadis dan najis
a. Hadast
Badats secara bahasa berasal dari kata CAl-BadatsC yangartinya suatu peristiwa,
kotoran, atau tidak suci. "edangkanmenurut istilah syariat islam ialah keadaan tidak suci
seseorangsehingga menjadikan tidak sahnya dalam melakukan suatuibadah tertentu.
Hadast adalah sesuatu yang dapat membatalakan wudhu dan shalat. Hadast dapat
kita jumpai pada badan. Misalkan bersenggama berarti berhadast besar atau buang air
berarti berhadast kecil dan cara mensucikannya dapat dilakukan dengan cara mandi junub
atau bertayamum (hadast besar), wudhu atau bertayamum (khadast kecil).
b. Najis
6. selama tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa benda itu najis menurut hukum
aslinya, semuanya adalah suci. Benda yang termasuk najis menurut hukum (syara’),
misalnya :
Bangkai binatang darat yang berdarah (kecuali manusia,ikan, dan belalang adalah
suci)_irman Allah swt. EDiharamkan bagimu (memakan )bangkai.”(Al-Maidah:3)
Adapun bangkai ikan dan binatang daratyang tidak berdarah begitu juga mayat manusia,
tidak masukdalam arti bangkai yang umum dalam ayat tersebut karena ada keterangan
lain.
Darah (segala macam darah adalah najis)
segala macam darah itu najis selain hati dan limpa. Firman Allah (Al-maidah:3)
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,darah, dan daging babi.”
sabda rasul saw.: telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah:
ikan dan belalang, hati dan limpa.”
Najis adalah sesuatu yang dapat membatalkan shalat, tidak membatalkan wudhu.
Najis dapat kita jumpa pada badan, pakaian dan juga tempat.misalkan kotoran hewan
pada lantai rumah, air kencing yang mengenai celana, atau tangan kita terkena liur anjing
A. Najis mukhaffafah (ringan)
Najis ringan adalah najis yang berasal dari kencing bayi laki-laki yang belum
makan apa-apa, kecuali air susu ibunya dan umurnya kurang dari 2 tahun.
cara menyucikannya najis ini cukup dengan memercikanair pada benda yang terkena najis
meskipun tidak mengalir padaarea tersebut. sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah
hadis berikut:
Dari ummi Qais binti Mihsan telah datang bersama anak lelakinya yang belum makan
selain asi kepada rasulullah saw. Maka didudukkan anak itu di opangkuan rasulullah saw.,
tiba-tiba ia kencing. cemudian, beliau meminta air, lalu dipercikan air itu pada kencing
tadi dan beliau tidak membasuhnya.” (HR AL-Bukhari:216)
Air kencing bayi perempuan yang sama umurnya denganbayi laki-laki diatas dan
belum makan apa-apa selain air susu ibu, cara menyucikannya harus dibersihkan dengan
air yang mengalir pada benda yang terkena najis sehingga hilang warna,bau, dan rasa.
rasulullah saw bersabda:
siapa saja yang terkena air kencing anak perempuan harus dicuci, sedangkan kita
terkena air kencing anak laki-laki cukup dengan memercikan air padanya.”(HR Abu Daud
dari Abu as-Samhi:321)
B. Najis mughallazhah (berat)
Najis berat adalah suatu materi (benda) yang kenajisannya ditetapkan
berdasarkan dalil yang pasti (qat’i). yang termasukdalam kelompok ini adalah
najis yang berasal dari anjing dan babi. cara menyucikannya adalah
menghilangkan terlebih dahulu wujud benda najis itu, kemudian dicuci dengan air
bersih sebanyak 7 kalidan salah satunya dengan tanah. rasulullah saw bersabda:
cara mensucikan bejana seseorang diantara kamu apabila anjing hendaklah
dibasuh 7 kali dan salah satunya dengan debu.”
7. (HR Muslim dari Abu Hurairah:421)
C. Najis Jutawassithah (sedang/pertengahan)
Najis sedang adalah semua najis yang tidak termasuk 2 macam najis diatas. Najis sedang
dibagi menjadi 2:
.@ajis hukmiyah, yaitu najis yang kita yakini ada, tetapitidak nyata Hat, bau, rasa, dan
warnanya, misalnyakencing yang sudah kering, sehingga siatnya telahhilang cara
menyuci najis ini cukup dengan mengalirkanair diatas benda yang tertera najis. .@ajis
ainiyah, yaitu najis yang masih ada Hat, warna,rasa, atau bau, kecuali warna atau bau
yang sangatsukar menghilangkannya, siat ini dimaakan ( maGu),artinya tidak usah
dicuci sampai hilang. fara mencucinajis ini hendaklah dengan
menghilangkanHat,rasa,warna, dan baunya saja.
2.5 Tatacara mensucikan Najis
Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan dalam hal bersuci dari najis, yaitu
sebagai berikut:
Sesuatu yang terkena najis mughaladhah (najis berat) seperti dijilat anjing atau
babi, wajib dibasuh 7 kali dan salah satu diantaranya dengan air yang bercampur dengan
tanah
Sesuatu yang terkena najis mukhaffafah (najis ringan), cara menyucikannya cukup
diperciki air pada tempat yang terkena najis tersebut.
Sesuatu yang terkena najis mutawassithah (najis sedang) dapat disucikan dengan
cara dibasuh sekali, asal sifat-sifat najisnya (warna, bau dan rasa) itu menjadi hilang.
Namun alangkah lebih baiknya jika dibasuh sebanyak 3 kali. Jika najis hukmiah cara
menghilangkannya cukup dengan mengalirkan air saja pada najis tadi.
Hadats adalah perkara-perkara yang mewajibkan seseorang wajib berwudhu atau
mandi janabah jika hendak melaksanakan shalat. Orang yang berhadats walaupun bersih
dikatakan tidak suci sehingga harus berwudhu maupun mandi janabah dahulu ketika
hendak mengerjakan shalat.
a. Hadast Kecil
Hadas Kecil adalah hadas yang cara menghilangkan atau menyucikannya dengan
berwudhu.
Contoh hadas kecil, yaitu :
Keluarnya sesuatu dari jalan depan(Buang air kecil) atau dari jalan
belakang(Buang air besar)
Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan(Kemaluan siapapun)
Bersentuhan kulit dengan lawan jenis yang bukan mahram
Hilang akal(Gila, tidur tidak dengan duduk).
b. Hadas Besar
Hadas Besar adalah hadas yang cara menghilangkan atau menyucikannya dengan
mandi wajib(Mandi junub). Contoh hadas besar, yaitu :
8. Melakukan hubungan suami istri(Bersetubuh) baik keluar mani atau tidak
Keluar mani(sperma) baik disengaja atau tidak
Selesai menjalani masa haid(Wanita)
Keluar nifas(Setelah melahirkan)
Waladah(Setelah melahirkan)
Meninggal dunia(Dimandikan).
9. BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebersihan yang sempurna menurut syara+ disebut thaharah, merupakan masalah
yangsangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang
menghantarkanmanusia berhubungan dengan Allah SWT tidak ada cara bersuci yang
lebih baik dari padacara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam
menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. :alaupun manusia masih dalam keadaan
bersih, tapi ketika hendak melaksanakansholat dan ibadah-ibadah lainnya yang
mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pulamembuang kotoran pada diri dan
tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itusangat menjijikkan bagi manusia
3.2 SARAN
1. Dalam kehidupan sehari-hari tentu umat muslim tidak terlepas darithaharah atau
bersuci yang didalamnya terdapat macam-macamnyaseperti wudlu, mandi dan tayamum,
untuk itu aplikasikan ilmu sesuaidengan syariat islam, dan tentunya menyempurnakan
ibadah kitaterhadap Allah swt.
2. Dalam kehidupan tidaklah semuanya sefaham, dalam ilmu fiqh pun mengenal
beberapa mazhab yang terkenal seperti Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi‟I
dan Mazhab Hanbali. Hal ini menyebabkan beberapa perbedaan didalam mazhabnya
termasuk perbedaan dalam fiqh ibadah, namun semua itu kembali pada dirisetiap
individu umat muslim mana yang dipilihnya, karena setiapmazhab sama-sama bersumber
pada Al - Qur‟an dan Hadist, dandibantu pula dengan Ijma‟ dan Qiyas
10. RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
(PPS)
DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU : AHMAD SAEFULLOH, S.Pd.I.,M.Pd
MATA KULIAH : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KODE MK : 1AHU031020
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2019