Makalah ini membahas tentang thaharah atau kebersihan dalam Islam. Terdapat dua jenis thaharah yaitu thaharah ma'nawiyah (rohani) dan thaharah nissiyah (jasmani). Thaharah nissiyah dilakukan dengan wudhu, mandi, atau tayammum untuk membersihkan diri dari hadas dan najis. Air yang digunakan harus air mutlak seperti air hujan, laut, sungai, danau, atau embun.
1. 1
1
MAKALAH
“ THAHARAH ”
Dibuat oleh: Kelompok 7
1. M. Zitni elman (21901083056)
2. Fahmi Ulin Nuha (21901083037)
3. Roviatul Hasanah (21901083071)
4. Ikrimah Yasmin Anjani (21901083045)
Dosen Pembimbing:
Abdul Hamid Aly, S.Pd., M.pd
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
2. DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... I
DAFTAR ISI.................................................................................................... II
KATA PENGANTAR......................................................................................III
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................1
C. TUJUAN..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. PENGERTIAN THOHAROH.......................................................2
B. MACAM-MACAM THOHAROH.................................................2
C. DALIL-DALIL THOHAROH........................................................ 3
D. KLASIFIKASI AIR........................................................................3
E. SYARAT RUKUN THOHAROH..................................................5
F. HIKMAH THOHAROH .................................................................7
G. PERMASALAHAN THOHAROH.................................................8
BAB III PENUTUP............................................................................................. 9
A. KESIMPULAN............................................................................... 9
B. DAFTAR PUSTAKA....................................................................10
3. KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah fiqih dengan judul
"thaharah" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya.
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thaharah merupakan miftah (alat pembuka) pintu untuk memasuki ibadah shalat.
Tanpa thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka. artinya tanpa thaharah, ibadah shalat, baik
yang fardhu maupun yang sunnah, tidak sah.
Karena fungsinya sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim yang akan
melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus mengetahui dan
terampil melaksanakannya sehingga thaharahnya itu sendiri terhitung sah menurut ajaran
ibadah syar‟iah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian thaharah ?
2. Bagaimana bunyi daill-dalil mengenai thaharah?
3. Tujuan thaharah ?
4. Pembagian thaharah?
5. Alat-alat yang digunakan untuk berthaharah?
6. Klafikasi air dan penggunaanya dalam bersuci ?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kependidikan Islam
2. Menambah wawasan penulis dan pembacanya mengenai thaharah
3. Untuk memahami cara-cara bersuci yang dikehendaki oleh syari‟at islam dan
mempraktekkannya dalam menjalani ibadah sehari-hari.
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN THAHARAH
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara‟ thaharah
adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan
pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan
najis.
Atau thaharah juga dapat diartikan melaksanakan pekerjaan dimana tidak sah melaksanakan
shalat kecuali dengannya yaitu menghilangkan atau mensucikan diri dari hadas dan najis
dengan air.
Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat. Cara menghilangkannya
harus dicuci dengan airsuci dan mensucikan.
B. MACAM-MACAM THAHARAH
Secara umum, pembagian thaharah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu thaharah
ma'nawiyah dan thaharah nissiyah. Thaharah ma'nawiyah meliputi thaharah hati atau rohani,
sedangkan thaharah nissiyah meliputi thaharah badan atau jasmani. :
1. Thaharah ma‟nawiyah
Thaharah ma'nawiyah atau thaharah qalbu (hati), adalah bersuci dari syirik dan
maksiat dengan cara
bertauhid dan melakukan kegiatan amal sholeh. Thaharah ini menjadi yang paling utama
dibandingkan thaharah nissiyah, karena thaharah nissiyah tak dapat dilaksanakan jika hati
kita belum suci. Untuk itu, sebagai muslim kita harus mensucikan diri dan jiwa kita dari
perbuatan syirik dan munafik serta kegiatan maksiat lain seperti dengki, sombong, dendam,
benci, riya' dan lain-lain.
2. Thaharah hissiyah
Thaharah nissiyah atau thaharah badan/jasmani, adalah mensucikan bagian tubuh dari
hadats (baik hadats kecil maupun hadats besar), najis dan segala jenis kotoran. Untuk
menghilangkan hadats kecil kita harus berwudhu dan untuk menghilangkan hadats besar kita
harus mandi besar. Jika dalam kondisi tidak ada air, maka kita boleh melakukan tayammum
dengan menggunakan pengganti air yaitu tanah atau debu. Kita juga harus membersihkan
tubuh dari macam macam najis yang ada.
6. C. DALIL-DALIL THAHARAN
Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:
قرة ب (ال . ه تطٍري م ال حب َي يه تُاب ال حب ي هللا :ان 122)
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang bersuci. (Al-Baqarah : 122).
الم َاي ( ن مي ا رط ٍُالط ِ ال ي اب ه )
Artinya: Kebersihan itu sebagian dari iman
به ب ه , و : مر ابه ي ل هللا ُ ا : ق ري ٌَُ ي ُ ابه ّ مر به هللا ب :
رة الب ّ ى َ ُ ه ت َ ٍُ ير ب ة ال قب : ُيق َ ًي هللا ّ هللا ُ م .
Artinya: dari mus”ab bin sa id berkata: Abdullah bin umar pernah menjenguk ibnu amir yang
sedang sakit. Ibnu amir berkata: “Apakah kamu tidak mau mendo‟akan aku hai ibnu umar?”.
Ibnu umar berkata: “saya pernah mendengar Rasulullah SAW. Bersabda: “Shalat yang tanpa
bersuci tidak diterima begitu pula sedekah dari hasil korupsi”. Sedang kamu adalah penguasa
bashrah”.
D. KLASIFIKASI AIR DAN PENGGUNAANYA DALAM BERSUCI
1. Air mulak (air yang suci lagi mensucikan)
Tidak boleh dan tidak sah mengangkat hadas dan menghilangkan najis melainkan dengan air
mutlak.
Air mutlak itu ada 7 jenis, yaitu:
1. Air hujan
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumur
5. Air yang bersumber (dari mata air)
6. Air es
7. Air embun.
Ketahuilah tidak sah berwudu dengan fardhu, mandi wajib, mandi sunnat, menghilangkan
najis dengan benda cair seperti cuka atau benda beku lainnya seperti tanah dalam
bertayamum ..
Air mutlak mempunyai tiga sifat , yaitu :
1) Tha‟mun (Rasa(
2) Launun (Warna)
3) Rihun (Bau)
Dan kalau dikatakan air itu berubah maka yang dimaksudkan ialah berubah sifatnya, air
mutlak itu terkadang berubah rasanya, warnanya, atau baunya sebab dimasuki oleh sesuatu
7. benda dan benda yang masuk kedalam air itu kadang-kadang mukhlath dan kadang-kadang
mujawir,
Menurut istilah, para ulama berbeda pendapat sebagian mereka mengatakan “ Al-mukhtalat
itu ada yang tidak dapat diceraikan dari air”.
Dan sebagian lagi mengatakan “Al-Mukhtalat itu barang yang tidak dapat dibedakan air
menurut pandangan mata”.
Kalau air berubah dengan sesuatu benda yang mujawir yang, cendana, minyak bunga-
bungaan, kapur barus yang keras, maka air itu masih dianggap suci yang dapat dipakai untuk
ber bercuci, sekalipun banyak perubahannya. Karena perubahan yang sesuatu mujawir itu, ia
akan menguap jua. Karena itu air yang seperti ini dinamakan air yang mutlak, ban dingannya
air yang berubah karena diasapkan dengan dupa atau berubaah baunya karena berdekatan
dengan bangkai. Maka air yang seperti ini masih dianggap air yang suci dan dapt
dipergunakan untuk bersuci, baik berubah sifatnya.
2. Air suci tidak mensucikan
air yang berubah sebab bercampur dengan benda-benda suci lainnya (seperti teh, kopi, dan
sirup)[9]. Misalnya juga dengan sabun, tepung, dan lain-lain yang biasanya terpisah dengan
air. Hukumnya tetap menyucikan selama kemutlakan nya masih terpelihara, jika sudah tidak,
hingga tidak dapat lagi dikatakan mutlak maka hukumnya ialah suci pada dirinya sendiri,
tidak menyucikan bagi lainnya.
3. Air Mutlak yang Makruh memakainya (air yang suci lagi mensucikan tetapi
makruh memakainya)
Air yang makruh memakainya menurut hokum syara‟ atau juga dinamakan kahariyatut tanzih
ada delapan macam , yaitu:
1. Air yang sangat panas
2. Air yang sangat dingin
3. Air yang berjemur
4. Air di negeri Tsamud selain dari air sumur naqah
5. Air di negeri kaum Luth
6. Air telaga Barhut
7. Air didaerah Babel dan
8. Air ditelaga Zarwan
4. Air musta‟mal
Air musta‟mal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau mencuci najis) atau air
yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis, kalau memang tidak berubah
dan tidak bertambah timbangannya. Jadi airnya suci.
5. Air yang terkena najis
Air najis adalah air yang kemasukan benda najis dan air itu kurang dua kolah, atau air itu ada
dua kolah tetapi berubah.[12]Maksudnya air yang kemasukan benda najis didalamnya, andai
kata air tersebut hanya tertulari bau busuk dari najis yang dibuang dipinggirnya maka air
yang demikian ini tidak najis, sebab tidak bertemu langsung dengan najisnya. Dan yang
dimaksud dengan berubah andai kata air yang banyak tersebut tidak berubah dengan adanya
8. najis atau najisnya hanya sedikit dan hancur dalam air maka air yang demikian ini juga tidak
najis. Dan seluruh air itu boleh digunakan menurut mazhab yang shahih.
E. SYARAT RUKUN THAHARAH
Syarat Wajib Thaharah
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal yang harus
diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah Allah SWT.
Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.
Rukun Wudhu
a) Niat dalam hati.
Jika seseorang membasuh anggota wudhu dengan niat untuk mengurangi rasa panas atau
untuk membersihkannya maka tidak dianggap sebagai orang yang berwudhu.
م ا تيلى ب لَ ر ا ُِو
“Semua perbuatan tergantung niatnya dan (balasan( bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa
yang diniatkan…“(HR. Muttafaqun Alaihi(
b) Membasuh wajah (termasuk berkumur-kumur dan istinsyaq).
ن ا ُ ه ً ح ً ى ًب ًتيحل َ « ا ٌ ّور ّب َ »
“Merupakan kebiasaan (Nabi shallallahu „alaihi was sallam( jika beliau akan berwudhu
beliau mengambil segenggaman air kemudian beliau basuhkan (ke wajahnya) sampai
ketenggorokannya kemudian beliau menyela-nyela jenggotnya”. Kemudian beliau
mengatakan “Demikianlah cara berwudhu yang diperintahkan Robbku kepadaku.” (HR. Abu
Dawud)
c) Mencuci kedua tangan sampai siku.
« ي ي ّىميال ّل رمال ، ي ي ِر يال ّل رمال »
“…Kemudian beliau membasuh tangannya yang kanan sampai siku sebanyak tiga kali
kemudian membasuh tangannya yang kiri sampai siku sebanyak tiga kali…”(HR. Muttafaqun
Alaihi).
9. d) Mengusap kepala (termasuk kedua telinga).
« ً ًي يب ، ب مٍب رب َ ، ب قمب ً ، ّت بٌ مٍب ّل ي ، مٌ ّل ن مال ِ ال ب ًى »
“Kemudian beliau membasuh mengusap kepala dengan tangannya,(dengan cara)
menyapunya ke depan dan ke belakang. Beliau memulainya dari bagian depan kepalanya
ditarik ke belakang sampai ke tengkuk kemudian mengembalikannya lagi ke bagian depan
kepalanya.”(HR. Muttafaqun Alaihi)
e) Mencuci kedua kaki sampai mata kaki.
« ًي ّل هيب ال »
“…Kemudian beliau membasuh kedua kakinya hingga dua mata kaki…”(HR. Muttafaqun
Alaihi).
f) Berurutan / tertib.
ُا ٌُ َ ي ي َ ّل ارمال َُاح ا َ رب َ ّل هيب ال
“…maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki ”(QS. Al-Maidah : 6)
Tidak dibenarkan adanya jarak yang panjang antara satu anggota wudhu dengan anggota
wudhu lainnya. Batas waktu antara basuhan satu anggota wudhu dengan anggota wudhu
lainnya adalah keringnya anggota wudhu yang sebelumnya dibasuh
ن ُ رت ُ ر ّ ً ير ب ّبالى -ّ هللا ًي َ- ق « ا ه ُ َ
». ر ّ
“ada seseorang yang berwudhu lantas bagian kuku kakinya tidak terbasuh kemudian Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam melihatnya dan bersabda “Ulangilah perbaguslah wudhumu.”
Lantas ia pun mengulangi dan kembali shalat.”(HR. Muslim no. 243(
F.HIKMAH THAHAROH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1. Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.
2. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat oleh
orang lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan.
3. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari-
harinya karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
4. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak mudah
terjangkit penyakit.
5. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun
lingkungannya, maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.
10. G. PERMASALAHAN KOMTEMPORER SEPUTAR THAHAROH
1. Melafadzkan Niat ketika Memulai Wudhu.
2. Tidak Memperhatikan Bagaimanakah Wudhu atau Mandi yang sesuai dengan
Tuntunan Syariat dan Meremehkan Hukum-hukum terkait dengan Wudhu.
3. Was-was ketika wudhu dan menambah basuhan sampai lebih dari tiga kali.
4. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air.
5. Berdzikir ketika di kamar mandi atau masuk ke kamar mandi dengan membawa
sesuatu yang di dalamnya terdapat dzikrullah.
6. Mengusap tengkuk.
7. Mengusap bagian bawah dari sepatu atau kaos kaki.
8. Melakukan istinja’ setelah (maaf) buang angin.
11. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Thaharah merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan oleh Alloh kepada hamba
sebelum melakukan ibadah yang lain. Thaharah hanya dilakukan dengan sesuatu yang suci
dan dapat menyucikan. Thaharah juga menunjukan bahwa sesungguhnya islam sangat
menghargai kesucian dan kebersihan sehingga diwajibkan kepada setiap muslim untuk
senantiasa menjaga kesucian dirinya, hartanya serta lingkungannya. Hal ini dibuktikan
dengan bab thaharah adalah bab pertama yang dibahas dalam setiap kitab fiqih yang ada.
Waullahu „Alam.
Mudah-mudahan ulasan dan penjelasan tentang thaharah, dasar hukum, jenis air
dan jenis najis yang di paparkan pada makalah ini menjadi pengetahuan dan tambahan bagi
kita dan mengingatkan kepada kita bahwa jauh-jauh hari islam telah mengajarkan kepada
kita tentang kebersihan oleh karna sudah layak dan pantas lah kita sebagai kaum muslimin
menjadi pelopor dalam menjaga kebersihan baik itu kebersihan badan kita maupun
kebersihan di sekitar kita.
Mungkin dalam makalah ini banyak sekali kesalahan dan kesilapan penyusun.
Dengan rendah hati kami memohon maaf yang sebesar-besarnya, mudah-mudahan menjadi
manfaat bagi kita semua. Walhamdulillahirabbil „alamin
12. DAFTAR PUSTAKA
-Anwar Moch, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT
Alma‟arif 1987
H. Muqarrabin, Fiqih awam, Demak: Cv. Media Ilmu, 1997,
- https://muslim.or.id/43878-beberapa-kesalahan-seputar-thaharah-
bag-1&2.htm
-Sumber dari: https://wahdah.or.id/syarat-syarat-sah-dan-rukun-
wudhu/.
-Dipublikasi di FIQH | Tag artikel thaharah, buku thaharah bersuci.