Makalah ini membahas teknik-teknik penganggaran modal untuk mengevaluasi investasi jangka panjang seperti payback period, net present value, dan internal rate of return. Metode-metode ini digunakan untuk memilih investasi yang konsisten dengan maksimasi nilai perusahaan. Makalah ini juga menjelaskan pengertian aliran kas dan langkah-langkah penganggaran modal.
1. MAKALAH
MANAJEMEN KEUANGAN
Dosen pembimbing :
Ade Fauji,SE,MM
Di susun oleh:
Putra Prakarsa Pangestu
11011700164
UNIVERSITAS BINA BANGSA
Jl raya serang –jakarta km 03 no,1B pakupatan
Kota serang banten.
2. Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah sayai susun dengan dengan sebaik – baiknya dan saya mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehinga dapat memperlancar penulisan makalah ini. Untuk itu
saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan
makalah ini.
Terlepas dali semua itu saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
makalah saya mohon maaf. Oleh karna itu saya menerima dengan tangan terbuka keritik dan
saran dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya harapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca dan dapat menjadi inspirasi terhadap pembaca.
Pandeglang, Mei 2018
penulis
3. Daftar isi
Kata pengantar.....................................................................i
Daftar isi................................................................................ii
Bab 1 pendahuluan................................................................1
1.1 latar belakang...........................................................1
1.2 rumusan masalah......................................................2
1.3 tujuan penulisan........................................................2
Bab 2 pembahasan................................................................3
2.1 Teknik penganggaran barang moda ....................3
2.2 Arus kas dan resiko proyek..................................... 7
2.3 Biaya modal............................................................12
2.4 Strutur modal dan leverage dan kebjakan dividen...17
2.5 Modal saham dan peranan bank investasi,hutang
jangka panjang,pembiayaan campuran dan
marger,divestasi,perusahan induk dan leverage
buyout...................................………………… .......22
2.6 Analisa kesehataan dan prediksi kebangkrutan BUMS dan
BUMN……………………………………………30
Bab 3 penutup.......................................................................34
3.1 kesimpulan.................................................................34
Daftar pustaka......................................................................35
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Pengertian Manajemen Keuangan mengalami perkembangan mulai dari pengertian
manajemen yang hanya mengutamakan aktivitas memperoleh dana saja sampai yang
mengutamakan aktivitas memperoleh dan menggunakan dana serta pengelolaan
terhadap aktiva. Khususnya penganalisisan sumber dana dan penggunaan-nya untuk
merealisasikan keuntungan maksimum bagi perusahaan tersebut. Seorang manajemen
keuangan harus memahami arus peredaran uang baik eksternal maupun internal.
Namun, Manajemen keuangan juga berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva
yang layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana
untuk membelanjai aktiva tersebut. Untuk memperoleh dana, manajer keuangan bisa
memperolehnya dari dalam maupun luar perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapan Rumusan masalah yaitu :
1) Teknik penganggaran barang modal
2) Arus kas danresiko proyek
3) Biaya modal
4) Strutur modal dan leverage dan kebjakan dividen
5) Modal saham dan peranan bank investasi,hutang jangka panjang,pembiayaan
campuran dan marger,divestasi,perusahan induk dan leverage buyouts
6) Analisa kesehataan dan prediksi kebangkrutan BUMS dan BUMN
1.3 Tujuan
Makalah ini saya buat untuk masalah manajemen keuangan serta hal-hal yang
berkaitan dengannya.semoga dengan adanya makalah ini bias menambahkan
wawasan ilmu pengetahuan kita tentang hal ini
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anggaran Modal
Capital Budgeting adalah merupakan proses evaluasi dan pemilihan investasi jangka
panjang yang konsisten terhadap maksimalisasi tujuan perusahaan. Definisi Capital
Budgeting “Capital BudgetingistheProcessofevaluatingandselecting long-term
invesmentsconsistentswiththefirm’sgoalofownerwealthmaximization”. Investasi juga berarti
pengeluaran pada saat ini dan hasil yang diharapkan dari pengeluaran tersebut baru akan
diterima lebih dari satu tahunmendatang. Definisi Capital Budgeting adalah sebagai berikut:
“Capital Budgeting in volves the entire process of planning whose returns are expected to
extend beyond one year”.
Sebagai konsekuensinya, perusahaan membutuhkan prosedur tertentu untuk
menganalisa dan menyeleksi beberapa alternatif investasi yang ada. Keputusan mengenai
investasi tersebut sulit dilakukan karena memerlukan penilaian mengenai situasi dimasa yang
akan datang, sehingga dibutuhkan asumsi-asumsi yang mendasari estimasi terhadap situasi
yang paling mendekati yang mungkin terjadi, baik situasi internal maupun eksternal
perusahaan. Investasi tersebut harus dihitung sesuai dengan cash flow perusahaan dan harus
merupakan keputusan yang paling tepat untuk menghindari resiko kerugian atas investasi
tersebut. “As time passes, fixed assets maybe come obselete or may require an over haul;
atthesepoints, too, financial
Decisions maybe required”. Perusahaan biasanya membuat berbagai alternatif atau variasi
untuk berinvestasi dalam jangka panjang, yakni berupa penambahan aset tetap seperti tanah,
mesin dan peralatan. Aset tersebut merupakan aset yang berpotensi, yang merupakan sumber
pendapatan yang potensial dan mencerminkan nilai dari sebuah perusahaan.Capitalbudgeting
dan keputusan keuangan diperlakukan secara terpisah. Bila investasi yang diajukan telah
ditentukan untuk diterima, manager keuangan kemudian memilih metoda pembiayaan yang
paling baik.
Anggaran (budget) adalah sebuah rencana rinci yg memproyeksikan aliran kas masuk dan
aliran kas keluar selama beberapa periode pada saat yg akan datang.
Capital budget adalah garis besar rencana pengeluaran aktiva tetap
Penganggaran modal (capitalbudgeting) adalah proses menyeluruh menganalisa proyek2
dan menentuan mana saja yang dimasukkan ke dalam anggaran modal.
Proses mengumpulkan, mengevaluasi, menyeleksi, dan menentukan alternatif penanaman
modal yang akan memberikan penghasilan bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari 1
tahun.
Motif Capital Budgeting
Pengembangan produk baru atau pembelian aktiva baru
Pengurangan biaya dengan mengganti aktiva yang tidak efisien
Modernisasi atas aktiva tetap
JENIS-JENIS KEPUTUSAN PENGANGGARAN MODAL
6. • Penambahan dan perluasan fasilitas
• Produk baru
• Inovasi dan perluasan produk
• Penggantian (replacements) (a) penggantian pabrik a1/11/2005tau peralatan usang (b)
penggantian pabrik atau peralatan lama dengan pabrik atau peralatan yang lebih efisien.
• Menyewa/membuat atau membeli
• Penyesuaian fasilitas dan peralatan dengan peraturan pemerintah, lingkungan,
dan keamanan.
• Lain-lain keputusan seperti kampanye iklan, program pelatihan dan proyek-proyek yang
memerlukan analisis arus kas keluar dan arus kas masuk.
PRINSIP DASAR PROSES PENGANGGARAN MODAL
• Penganggaran modal pada dasarnya adalah aplikasi prinsip yang mengatakan bahwa
perusahaan harus menghasilkan keluaran atau menyelenggarakan kegiatan bisnis sedemikian
rupa sehingga hasil imbuh (marginal revenue) produk sama dengan biaya imbuhnya
(marginal cost).
• Prinsip ini dalam kerangka penganggaran modal berarti bahwa perusahaan harus
melakukan tambahan investasi sedemikian rupa sehingga perolehan imbuh (marginal returns)
investasi itu sama dengan biaya imbuhnya. Daftar berbagai proyek investasi dari hasil yang
tertinggi hingga yang terendah mencerminkan kebutuhan perusahaan akan modal untuk
investasi.
• Biaya imbuh dari berbagai daftar investasi itu memberi petunjuk tentang upaya perusahaan
untuk memperoleh tambahan modal guna membiayai investasi. Biaya imbuh modal berarti
sejumlah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari luar
(misalnya meminjam atau menjual saham dan biaya tumbal/opportunitycost dari dana sendiri
yang dapat diperoleh.
Pentingnya Penganggaran Modal
Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangkawaktu panjang.
Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di waktu yang
akan datang
Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar.
Kesalahan dalam pengambilan keputusan pengeluaran modal tersebut akan berakibat panjang
dan sulit dipersulit.
Penganggaran modal yang efektif akan menaikkan ketepatan waktu dan kualitas dari
penambahan aktiva.
Pengeluaran modal sangatlah penting.
Tahap – tahap Penganggaran Modal
Biaya proyek harus ditentukan
Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari proyek, termasuk nilai
akhir aktiva
Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi probabilitas aliran
kas)
Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus menentukan biaya modal
(costofcapital) yang tepat untuk mendiskon aliran kas proyek
7. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang diharapkan digunakan
untuk memperkirakan nilai aktiva.
Terakhir, nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan dengan biayanya.
Manfaat Penganggaran Modal
1. Untuk mengetahui kebutuhan dana yang lebih terperinci, karena dana yang terikat jangka
waktunya lebih dari satu tahun.
2. Agar tidak terjadi over invesment atau underinvesment
3. Dapat lebih terperinci, teliti karena dana semakin banyak dan dalam jumlah yang sangat
besar.
4. Mencegah terjadinya kesalahan dalam decision making.
Kriteria keputusan penganggaran modal :
1) Payback period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal.
atau suatu kriteria penganggaran modal yang digambarkan sebagai jumlah tahun yang
diperlukan untuk mengembalikan investasi kas awal.
Keuntungan :
a. Menggunakan arus kas bebas, bukan accounting profit
b. Mudah dihitung dan dipahami
c. Dapat digunakan sebagai alat penyaring kasar
d. Sering digunakan sebagai alat penyaring kasar untuk menghilangkan proyek dengan tingkat
pengembalian yang tidak nyata hingga tahun–tahun akhir.
e. Menekankan pada pengembalian yang lebih awal yang lebih pasti dan memberikan
kebutuhan likuiditas bagi perusahaan.
Kerugian :
a. Tidak memperhitungkan Aksioma 2
b. Semua arus kas yang terjadi setelah periode pembayaran kembali diabaikan.
c. mengabaikan nilai waktu uang
d. pemilihan periode pengembalian maksimum bersifat arbitrer
Metode Analisis Penganggaran Modal dan Penerapannya
1. PaybackPeriod
Metode paybackperiod pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi investasi yang
diajukan. Paybackperiod adalah target waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk
mengembalikan investasi awal yang diperhitungkan dari cashinflow.
Definisi paybackperiod sebagai berikut: The
paybackperiodistheexactamountoftimerequiredforthefirmtorecoveritsinitialinvestment in a
project as calculatedfromcashinflow”
Paybackperiod diperhitungkan dengan membagi investasi dengancashinflow tahunan.
Kriteria terhadap penerimaan keputusan investasi dengan menggunakan metode payback ini
adalah diterima apabila paybackperiod yang diterima yang diperoleh lebih singkat/pendek
waktunya dibandingkan dengan target waktu paybackperiod yang sebelumnya telah
ditentukan.
8. 2. Net PresentValue
Secara eksplisit NPV memberikan pertimbangan dari nilai waktu uang, dan
merupakan teknik capitalbudgeting yang banyak digunakan. NPV adalah
jumlah presentvalue semua cashinflowyang dikumpulkan proyek (dengan
menggunakan discountratesuku bunga kredit yang dibayar investor) dikurangi jumlah
investasi (initialcashoutflow). Net PresentValue yaitu: “The Net
PresentValueisfoundbysubtracting a
project’sinitialinvestmentfromthepresentvalueofitscashinflowsdiscountedat a
rateequaltothefirm’scostofcapital”.
Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini mungkin merupakan metode yang paling banyak digunakan sebagai salah satu
teknik dalam mengevaluasi alternatif – alternatif investasi. Definisi Internal Rate
ofReturn adalah: “The Internal Rate ofReturn (IRR)
isthediscountratethatequatesthepresentvalueofcashinflowswiththeinitialinvestmentassociated
with a project”.
Dijelaskan bahwa IRR
Merupakan ratediscount dimananilaipresentvalue dari cashinflow sama dengan nilai
investasi awal suatu proyek. Dengan kata lain IRR adalah ratediscount dimana NPV dari
proyek tersebut = Rp0. IRR juga menggambarkan persentase keuntungan yang sebenarnya
akan diperoleh dari investasi barang modal atau proyek yang direncanakan.
Kriteria penerimaan proyek investasi dengan menggunakan metode Internal Rate
ofReturn adalah apabila IRR yang dihasilkan lebih besar dibandingkan costofcapital,
sebaliknya apabila lebih kecil dibandingkan costofcapital proyek tersebut ditolak.
Pada dasarnya IRR dapat dicari dengan cara coba-coba (trialanderror). Pertama-tama kita
menghitung PV dari proceeds suatu investasi dengan menggunakan tingkat bunga yang kita
pilih menurut kehendak kita. Kemudian hasil perhitungan itu dibandingkan dengan jumlah
PV dari outlaysnya. Kalau PV dariproceeds lebih besar daripada PV dicari investasi
atau outlaysnya, maka kita harus menggunakan tingkat bunga yang lebih rendah. Cara
demikian terus dilakukan sampai kita menemukan tingkat bunga yang dapat menjadikan
PVproceeds sama besarnya dengan PV dari outlaysnya. Pada tingkat bunga inilah NPV dari
usul tersebut adalah nol atau mendekati nol.
Pengertian Aliran Kas
Aliran kas merupakan “sejumlah uang kas yang keluar dan yang masuk sebagai akibat dari
aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam
perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode.1[1]
Mengestimasikan Arus Kas
Langkah yang paling penting dan paling sulit dalam penganggaran modal adalah
mengestimasikan arus kas suatu proyek yaitu pengeluaran investasi dan arus kas masuk
bersih per tahun setelah suatu proyek dijalankan. Banyak variabel yang terdapat di dalamnya,
dan banyak individu dan departemen yang berpartisipasi dalam proses ini. Sangat sulit untuk
meramalkan secara akurat biaya-biaya dan pendapatan terkait dengan suatu proyek yang
besar dan kompleks, sehingga kesalahan dalam peramalan kadang kala dapat menjadi sangat
besar.
Beberapa fungsi staf keuangan dalam proses peramalan, yaitu:
9. Mendapatkan informasi dari berbagai departemen, misalnya produksi dan pemasaran.
Memastikan bahwa semua orang yang terlibat dalam peramalan menggunakan seperangkat
asumsi perekonomian yang konsisten.
Memastikan bahwa tidak terjadi bias yang inheren di dalam peramalan.
Hal yang terakhir di atas sangatlah penting karena para manajer sering kali terlibat secara
emosional dengan proyek kesayangan mereka dan menumbuhkan penyakit “rasa membangun
kerajaan” di mana keduanya dapat mengarah pada terjadinya bias-bias di dalam peramalan
arus kas yang membuat proyek yang buruk terlihat bagus di atas kertas.
1. Analisis arus kas
Ada beberapa langkah dalam menyusun arus kas, yaitu:
Menentukan minimum kas
Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
Menyusun perkiraan kebutuhan dana dari hutang yang dibutuhkan untuk menutupi deficit
kas dan membayar kembali pinjaman dari pihak ketiga.
Menyusun kembali keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi
financial dan budget kas yang final.
2. Mengambil keputusan
Setelah melakukan analisis melalui langkah-langkah yang ada di atas, menunjukkan bahwa
proyek ini mengembalikan dana yang diinvestasikan dalam waktu tertentu. Maka melalui
analisis ini melahinkan keputusan apakah proyek ini dapat diterima atau tidak.
Pengenalan Analisis Risiko
Setelah arus kas kita ketahui selanjutnya kita akan menganalisis risiko yang
kemungkinan akan kita hadapi lalu membandingkan apakah keuntungan yang akan didapat
sebanding dengan risikonya. Ada tiga jenis risiko yang berbeda, yaitu risiko berdiri sendiri,
risiko perusahaan dan risiko pasar. Mengingat tujuan utama perusahaan adalah untuk
mamaksimalkan nilai bagi pemegang saham, dan ini sangat berpengaruh terhadap para
pemegang saham. Karena para pemegang saham umumnya terdiversifikasi, maka ukuran
risiko yang paling relevan adalah risiko pasar.
Risiko perusahaan juga penting karena tiga alasan:
1. Pemegang saham yang tidak terdiversifikasi.
2. Studi empiris determinan tingkat pengembalian yang diminta (k) biasanya menunjukkan
bahwa risiko perusahaan sama-sama memengaruhi harga saham.
3. Stabilitas perusahaan sangat penting bagi para manajer, karyawan, pelanggan, pemasok,
dan kreditor, dan juga bagi masyarakat di mana perusahaan beroperasi.
Komponen-komponen Penganggaran Modal
Untuk menilai manfaat keuangan investasi dimasa yang akan datang, perlu disusun
proyeksi aliran kas, baik yang keluar (Cashoutflow) maupun yang masuk (Cashinflow).
Proyeksi aliran kas pada intinya meliputi :
Jumlah pengeluaran awal (initialinvesment)
Jumlah dana/kas yang mungkin dihasilkan (terminal cashflow) pada akhir umur investasi.
Manfaat keuangan netto yang ditimbulkan oleh operasi investasi (operational net cash flow).
Jangka waktu yang diharapkan selama timbulnya cashflow.
Setiap investasi mempunyai jangka waktu pengoperasiannya, yang meliputi :
o Jangka waktu teknis : yaitu jangka waktu yang diperkirakan, bahwa secara teknis suatu
investasi sudah tidak dapat dioperasikan lagi.
o Jangka waktu ekonomis, yaitu jangka waktu yang diperkirakan, bahwa secara ekonomis suatu
investasi masih layak untuk dioperasikan, atau jangka waktu yang diperkirakan investasi
masih dapat menghasilkan manfaat ekonomis. Umumnya jangka waktu ekonomis lebih
pendek dibandingkan dengan jangka waktu teknisnya.
10. 2.2ALIRAN KAS dan RESIKO PROYEK
A. Definisi Estimasi Arus Kas ( Cash flow Estimation)
Arus kas adalah pengeluaran untuk investasi dan arus kas masuk bersih setiap tahun
setelah proyek beroperasi atau dijalankan.
B. Mengindentifikasi Arus Kas Yang Relevan ( Relevant cashflow )
Arus kas yang relevan adalah sebagai arus kas tertentu atau spesifik yang
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pengaggaran modal.
Arus kas bebas adalah arus kas yang tersedia untuk didistribusikan kepada para investor.
Sebagaiman nilai sebuah perusahaan akan tergantung pada arus kas bebasnya, demikian pula
nilai suatu proyek. Kita akan mengilustrasikan estimasi arus proyek nanti dalam bab ini
dengan contoh yang lebih kompherensif.
Biaya Aktiva Tetap
yaitu , biaya aktiva tetap meliputi biaya peroleh ditambah dengan biaya pengiriman dan
pemasangan. Sebagian besar proyek membutuhkan aktiva, dan pembelian aktiva
menggambarkan arus kas negatif. Walaupun aktiva mengakibatkan arus kas keluar, para
akuntan tidak menyajikan pembelian aktiva tetap sebagai pengurang dari laba akuntansi.
Sebagai gantinya, mereka mengurangkan beban depresiasi tiap tahun sepanjang umur aktiva
tersebut.
Beban Nonkas
yaitu , dalam menghitung laba bersih, para akuntan biasanya mengurangkan
depresiasi dari pendapatan setiap tahunnya. Jadi, meskipun akuntan tidak mengurangkan
harga pembelian aktiva tetap dalam perhitungan laba akuntansi , tetapi mereka mengurangi
beban depresiasi setiap tahun. Depresiasi melindungi laba terhadap pajak, dan hal ini
memiliki dampak arus kas, tetapi depresiasi itu sendiri bukanlah suatu arus kas. Karenanya,
depresiasi harus ditambahkan kepada laba bersih ketika kita menghitung esyimasi arus kas
suatu proyek.
Perubahan dalam Modal Kerja Operasi Bersih
yaitu , peningkatan / kenaikan aktiva lancar yang dihasilkan dari proyek baru
dikurangi dengan peningkatan uang dagang dan akrual secara spontan. Jika, perubahan ini
positif, sebagaimana biasanya terjadi dalam proyek ekspansi, maka pendanaan tambahan,
diluar biaya perolehan aktiva tetap, masih akan dibutuhkan. Mendekati akhir umur proyek ,
persediaan akan habis terpakai tetapi tidak diganti, dan piutang akan ditgih tanpa adanya
piutang pengaanti . Seiring dengan perubahan ini, perusahaan akan menerima arus kas
masuk. Akibatnya, investasi dalam modal kerja operasi akan dikembalikan pada akhir umu
proyek.
Arus Kas Tambahan ( Incremental cashflow )
Arus kas tambahan yaitu, perubahan jumlah total arus kas perusahaan yang terjadi
sebagai akibat langsung diterimanya suatu proyek.
Ada tiga masalah khusus dalam menentukan arus kas tambahan, yaitu ;
1. Biaya Tertanam ( Sunk Costs)
adalah , suatu pengeluaran yang telah ditetapkan sebelumnya atau telah terjadi, sehingga
tidak terpengaruh oleh keputusan yang telah dipertimbangkan.
Karena biaya tertanam bukanlah biaya tambahan, maka biaya ini tidak boleh dimasukkan
kedalam analisis.
2. Biaya Kesempatan ( Opportunity Costs)
11. adalah , arus kas yang seharusnya dapat diperoleh / dihasilkan dari aktiva yang telah dimiliki
perusahaan apabila / seandainya aktiva tersebut tidak untuk proyek yang sedang dianalisis.
3. Pengaruh terhadap Barang lain ( Effect on Other Projets )
Eksternalitas ( externalities ) : Pengaruh yang dimiliki proyek terhadap bagian – bagian lain
dari perusahaan.
Kanibalisasi ( canibalitzation) : Pengenalan sebuah produk baru mengakibatkan penjualan
produk yang sudah ada mengalami penurunan.
Mengevaluasi Proyek Penganggaran Barang Modal
Sampai titik ini, kita telah membahas beberapa aspek penting dalam analisis arus kas,
tetapi kita belum melihat bagaiman aspek – aspek tersebut akan mempengaruhi pengambilan
keputusan penganggaran modal. Secara konseptual, keputusan – keputusan ini cukup jelas
dasarnya : proyek yang potensial akan menciptakan nilai bagi pemegang saham perusahaan
jika dan hanya jika nilai sekarang bersih dari arus kas tambahan proyek tersebut positif.
Namun dalam praktiknya mengestimasi arus kas ini sangat sulit dilakukan.
meningkatkan penjualan . Arus kas tambahan hanya berupa kas masuk dan arus kas keluar
dari proyek tersebut. Jadi, disini arus kas tambahan hanya dapat berupa arus kas masuk dan
arus kas keluar dari proyek tersebut. Oleh karena itu, perusahaan hanya membandingkan
bagaimana nilai yang ada dengan atau proyek yang diusulkan.
ek yang menggantikan aktiva yang ada
dengan aktiva yang baru. Dalam analisis penggantian ini, perusahaan membandingkan antara
nilai yang terjadi jika membeli aktiva yang baru dengan nilai jika tetap menggunakan aktiva
yang sudah ada .
Meskipun terdapat perbedaan – perbedaan diatas, prinsip dasar untuk mengevaluasi
proyek ekspansi dan proyek pengganti adalah sama. Dalam setiap kasus, Arus Kas
Proyek Pada Umumnya meliputi hal – hal sebagai berikut :
1) Pengeluaran investasi awal.
yaitu , investasi awal termasuk ada biaya aktiva tetap dimuka sehubungan dengan proyek
yang ditambah dengan penambahan yang terjadi dalam modal kerja operasi bersih.
2) Arus kas operasi selama umur proyek
yaitu , Ini merupakan arus kas masuk tambahan selama umur ekonomis proyek. Arus kas
operasi tahunan sama dengan laba operasi setelah pajak ditambah depresiasi.
3) Arus kas tahun berakhir
yaitu , Pada akhir umur suatu proyek, umumnya sejumlah arus kas tambahan sering kali
diterima. Ini termasuk nilai sisa ( salvage value ) aktiva tetap, yang disesuiakan pajak jiak
aktiva tersebut tidak dijual berdasarkan nilai bukunya, ditambah pengembalian dari modal
kerja operasi bersih.
Analisis Resiko Proyek
Analisis resiko proyek adalah, teknik analisis resiko diman sekumpulan keadaan
keuangan yang baik dan buruk dibandingkan dengan situasi yang paling mirip, atau kasus
dasar.
Kasus Dasar adalah, analisis dimana seluruh variabel input dinyatakan dalam nilai
yang paling mungkin terjadi.
Ada Tiga jenis analisis resiko proyek yang terpisah dan berbeda, yaitu :
1. Stand Alone Risk ( Resiko Berdiri Sendiri )
yaitu, resiko yang didasari asumsi bahwa proyek tersebut merupakan satu –satunya
aktiva perusahaan dan bahwa perusahaan tersebut merupakan satu- satunya perusahaan yang
12. dimiliki para investor bersangkutan. Resiko ini diukur dari variabilitas pengembalian yang
diharapkan dari proyek tersebut.
Seperti pada analisis skenario, kita menyerderhanakan ilistrasi tersebut dengan
menghitung distribusi probabilitas untuk satu variabel kunci saja yaitu jumlah unit yang
terjual. Keunggulan utama dari simulasi Monte Carlo ini adalah dapat ditunjukkanya
berbagai hasil yang mungkin sekaligus denhgan probabilitasnya. Jadi hasilnya bukan satu
titik estimasi dari NPV.
2. Within Firm Risk ( Resiko didalam Perusahaan )
yaitu , Pengaruh dari suatu proyek terhadap resiko perusahaan tanpa
mempertimbangkan diversivikasi pemilihan saham dari masing – masing pemegang saham .
Resiko ini diukur berdasarkan pengaruh proyek bersangkutan terhadap variabilitas laba
perushaan.
3. Market Risk ( Resiko Pasar)
yaitu , Proyek ditinjau dari sudut pandang seorang investor yang memiliki portolio
saham yang sangat terdiversifikasi. Resiko ini ukur berdasarkan pengaruh proyek terhadap
koefisien BETA perusahaan.
Koefisien BETA itu sendiri adalah, ukuran resiko pasar yang sejauh mana
pengembalian dari sebuah saham tertentu mengalami pergerakan dibursa saham.
2.3 Biaya Modal (Cost Of Capital)
1. Pengertian dan Fungsi Biaya Modal
Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh
dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan
untuk mendanani suatu investasi atau operasi perusahaan.
Penentuan besarnya biaya modal ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besarnya biaya
riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diperlukan.
Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau
disebut biaya modal individual. Biaya modal individual dihitung tiap jenis modal. Namun
apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung
adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf average cost of capital/WACC) dari
seluruh modal yang digunakan.
Konsep Biaya Modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan
sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan perusahaan. Dari sisi
investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat keuntungan (rate of
return) yang mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi
perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan
biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut.
Biaya modal bisanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya
suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat
keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.
2. Komponen Biaya Modal
Komponen biaya modal terdiri dari :
Debt (Hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang)
13. Preferred (Saham Preferen)
Common Equity (Saham Biasa dan Laba ditahan)
Biaya Modal Individual
a) Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
Biaya modal hutang jangka pendek merupakan hutang yang jangka waktu pengembaliannya
kurang dari satu tahun, biasanya terdiri dari hutang dagang,hutang wesel, dan kredit jangka
pendek lainnya. Biaya modal dari penggunaan hutang (cost of debt) dihitung dengan cara :
b) Biaya Modal Hutang Jangka Panjang
Biaya hutang yang ditanggung oleh perusahaan yang menggunakan dana hutang tidak lain
adalah sebesar tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Biaya modal yang berasal
dari penggunaan hutang jangka panjang (cost of debt), dihitung dengan
c) Biaya Modal Saham Preferen
Biaya modal saham preferen (cost of preferrd stock/rps) adah biaya riil yang harus dibayar
apabila perusahaan menggunakan dana dengan menjual saham preferen. Biaya modal saham
preferran diperhitungkan sebesar tingkat keuntungtan yang disyaratkan (required rate of
return) oleh investor pemegang saham preferen.
d) Biaya Modal Saham Biasa dan Laba ditahan
Biaya modal saham biasa dan laba ditahan atau sering disatukan menjadi biaya modal sendiri
(biaya ekuitas) atau kadang-kadang disebut biaya modal saham biasa saja. Biaya modal
ekuitas merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang memperoleh dana dengan
menjual saham biasa atau menggunakan laba ditahan untuk investasi.
Biaya Modal Keseluruhan (Weighted average cost of capital/WACC)
Biaya modal secara keseluruhan merupakan biaya modal yang memperhitungkan seluruh
biaya atas modal yang digunakan oleh perusahaan. Biaya modal yang diperhitungkan
merupakan biaya modal dari seluruh jenis modal yang digunakan. Karena biaya modal dari
masing-masing sumber dana berbeda-beda, maka untuk menetapkan biaya modal dari
perusahaan secara keseluruahn perlu dihitung biaya modal rata-rata tertimbangnya (Weighted
average cost of capital / WACC). Sebagai unsure penimbanngnya adalah proporsi dana bagi
setiap jenis atau sumber modal yang digunakan dalam investasi proyek tersebut.
Cost of Capital (Biaya modal) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa,
maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan.
Perhitungan biaya penggunaan modal adalah penting berdasar tiga alasan berikut:
1. Maksimisasi nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal)
diminimumkan.
2. Capital budgeting memerlukan estimasi tentang biaya modal.
3. Keputusan lain juga memerlukan estimasi biaya modal, misal leasing, modal kerja.
14. Konsep biaya modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Biaya modal biasanya
digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu usulan
investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan rate of return dari
usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya. Biaya modal disini adalah overall
cost of capital.
Biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang dari
seluruh komponen modal (weighted cost of capital atau WACC).Biaya modal harus
dihitung berdasar basis setelah pajak, karena arus kas setelah pajak adalah yang
paling relevan untuk keputusan investasi.
Cost of Debt
Jika hutang jangka pendek (curent liabilities) merupakan bagian dari pembelanjaan
perusahaan maka dimasukkan pula pada WACC, misal hutang bank jangka pendek.
Kemudian biaya modal obligasi sebelum pajak disesuaiakan menjadi biaya modal setelah
pajak.
Biaya Modal Saham Preferen (Cost of Preferred Stock)
Biaya saham preferen adalah sama dengan tingkat keuntungan yang dinikmati
pembeli saham preferen. Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earning)
Biaya laba ditahan adalah sama dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan investor
pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Dasarnya adalah prinsip opportunity
cost. Jika laba tidak ditahan, laba tersebut dibagiakan dalam bentuk deviden. Jika laba
tersebut ditahan berarti pemegang saham menginvestasikan kembali laba yang
menjadi haknya ke perusahaan (flow back fund).
Ada tiga cara menaksir biaya modal laba ditahan:
Biaya Saham Biasa Baru (Cost of New Common Stock)
Biaya modal saham biasa baru biasanya lebih tinggi dari biaya modal laba ditahan,
karena penjualan saham baru memerlukan biaya emisi atau flotation cost. Biaya emisi
akan mengurangi penerimaan perusahaan dari penjualan saham.
Bagian modal sendiri dalam struktur modal
a) Pengertian Modal dan Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos
modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang
dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
15. Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif
(Kredit).
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun
dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga
dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur Modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai
pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat digunakan
beberapa Teori yang menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.
b) Teori-teori kapitalisasi
Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :
1. Berdasarkan pendapatan atau earning
Niali suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan pendapatan yang didapatka setiap
tahunya dikalikan dengan multiplayer tertentu.
2. Berdasarkan pengeluaran atau cost
Kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari fixed capital yang digunakan dalam suatu
perusahaan.
Pengertian Modal Kerja
Gitman (2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan
bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu
kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1986) menjelaskan bahwa manjemen modal kerja
adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek), piutang,
dan persediaan.
Pengertian modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas atau uang tunai
di peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan
barang jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman
jangka pendek. Dengan demikia maka manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan
dalam rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
modal kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep yaitu konsep kuantitatif, kualitatif, dan
fungsional.
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva
lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan daripada jumlah
aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula
atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini
biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital).
Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya
menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi
16. perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh
modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka
pendek. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of
safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah
modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik
sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada
periode berikutnya.
2. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang
lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan sebagian dari aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu
likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja neto (net working capital).
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar
daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta
menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep inimenitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam
menghasilkan dana atau income dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan
dlam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada dana yang digunakan
dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut.
Sementara itu, ada pula dan aynag dimaksudkan utuk menghasilkan pada periode2periode
selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor
atau aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini
adalah dana digunakan untuk menghasilkan pendapata pada saat ini sesuai dengan maksud
utama didirikannya perusahaan, diantaranya kas, piutang dagang. Dan lain sebagainya.
Sedangkan efek atau surat berharga dan marjin laba dari piutang merupakan modal kerja
potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang sudah dibayar dan efek sudah dijual.
Komponen modal kerja mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang dijelaskan sebagai
berikut:
1. Aktiva Lancar.
Munawir (2004:14) menyatakan pengertian aktiva lancar sebagai berikut: Aktiva lancar
adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan
menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun
atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal. Yang termasuk aktiva lancar
adalah:
a) Kas (Cash). Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan. Uang tunai dan alat pembayaran itu terdiri dari uang logam,
uang kertas, cek, dan lain-lain. Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa
dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financia
perusahaan, karena sifat likuidnya tersebut kas memberikan keuntungan yang paling rendah.
17. b) Investasi Jangka Pendek (Temporary Investment). Obligasi pemerintah, obligasi
perusahaan indusri, dan surat-surat utang sejenis, dan saham perusahaan lain yang dibeli
untuk dijual kembali dikenal sebagai investasi jangka pendek. Surat-surat berharga yang
dibeli sebagai investasi jangka pendek dari dana-dana yang sementara belum digunakan, dan
bila surat-surat berharga tersebut dapat segera dijual, maka dapat dianggap sebagai aktiva
lancar. Surat-surat berharga tersebut dimiliki untuk jangka pendek dengan maksud untuk
diperjualbelikan (trading securities). Jenis dari investasi jangka pendek ini adalah efek
(marketable securities).
c) Wesel Tagih (Notes Receivable). Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam suatu promes. Promes tagih adalah promes yang ditandatangani untuk
membayar sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan datang kepada seseorang atau
suatu perusahaan yang tercantum dalam surat perjanjian tersebut (nama perusahaan yang
memegang surat tersebut).
d) Piutang Dagang (Accounts Receivable). Piutang dagang meliputi keseluruhan
tagihan atas langganan perseorangan yang timbul karena penjualan barang
dagangan atau jasa secara kredit. Kebijakan penjualan kredit sengaja dilakukan untuk
memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Dengan kebijakan penjualan kredit ini
juga akan menimbulkan resiko bagi perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau
bahkan mungkin seluruh dari piutang tersebut.
e) Penghasilan Yang Akan Masih Diterima (Account Receivable). Penghasilan yang
sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain,
tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
f) Persediaan Barang (Inventories). Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali,
yang masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca. Untuk perusahaan industri yang
mengolah bahan dasar menjadi barang jadi, mempunyai tiga persediaan yakni persediaan
bahan dasar atau bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
g) Biaya Yang dibayar dimuka ( Prepaid Expense). Pengeluaran untuk memperoleh jasa
dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain
yang belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan. Contohnya yaitu
biaya sewa yang dibayar di muka dan biaya iklan yang dibayar di muka.
2. Hutang Lancar
Munawir (2004:18) mengemukakan pengertian hutang lancar sebagai berikut: Hutang lancar
atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau
pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan
menggunakan aktiva lancer yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar merupakan
kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang
dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang
berjalan. Yang termasuk hutang lancar adalah sebagai berikut:
a) Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar adalah promes tertulis dari perusahaan
untuk membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan
datang yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan kepada bank ketika perusahaan
meminjam uang atau kepada kreditur untuk pembelian barang dagangan secara kredit.
18. b) Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman yang
timbul karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman tersebut
akan dikembalikan dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan
yang normal).
c) Penghasilan Yang Ditangguhkan (Differed Revenue) Penghasilan yang diterima
terlebih dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya yang belum menjadi hak
perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum
perusahaan menyerahkan barang atau jasanya (perusahaan berkewajiban untuk
memenuhinya). Penghasilan baru direalisasi bila jasa-jasa telah dipenuhi atau transaksi
penjualan telah selesai.
d) Hutang Dividen (Divident Payable) Hutang dividen merupakan bagian laba
perusahaan yang diberikan sebagai deviden kapada pemegang saham, tetapi belum
dibayarkan ketika neraca disusun. Hutang Pajak (Tax Payable) Beban pajak perseroan yang
belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.Kewajiban Yang Masih Harus Dipenuhi
(Accrual Payables) Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada
perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan.Misalnya:
upah, bunga, sewa, pensiun dan lain- lain.
2.4struktur modal dan leverage dan kebijakan dividen
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos
modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang
dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif
(Kredit).
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun
dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa
juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur Modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan mengenai
pembelanjaan perusahaan. Untuk mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat
digunakan beberapa Teori yang menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.
1. Teori Pendekatan Tradisional
Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya
Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal
dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Dalam teori ini berpendapat bahwa Struktur Modal tidak mempengaruhi Perusahaan.
Dalam hal ini telah dimasukkan faktor pajak. Sehingga nilai Perusahaan dengan hutang
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahan tanpa hutang, Kenaikan tersebut
dikarenakan adanya penghematan pajak.
19. 3. Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang
sebanyak banyaknya. Suatu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya hutang,
akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup
signifikan. Biaya tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu :
a. Biaya Langsung
Yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya lainnya
yang sejenis.
b. Biaya Tidak Langsung
Yaitu, biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak
lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya Suplier tidak
akan mau memasok barang karena mengkwatirkan kemungkinan tidak akan membayar.
Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan antara
pemegang hutang dengan pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian
yang dialami oleh pemegang hutang akan meningkatkan pengawasan terhadap
perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya biaya monitoring
(Persyaratan yang lebih ketat) dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat bunga
4. Teori Pecking Order
Teori Trade-Off mempunyai implikasi bahwa manager akan berfikir dalam kerangka
trade-off antara penghematan pajak dan biaya kebangkrutan dalam penentuan Struktur
Modal. Dalam kenyataan empiris nampaknya jarang manager keuangan yang berfikir
demikian.
Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefensi dalam penggunaan dana.
Skenario urutan dalam Teori Pecking Order adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan memilih pandangan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba
(keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
b. Perusahaan menhitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan
kesempatan investasi.
c. Karena kebijakan deviden yang konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan
kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang
diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi
pada saat saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
d. Jika padangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga
yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian
20. dengan surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali
saham sebagai pilihan terakhir.
Teori Pecking Order ini bisa menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat
keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
5. Teori Asimetri Informasi dan Signaling
Teori ini mengatakan bahwa dalam pihak pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak
mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan resiko perusahaan. Pihak tertentu
mempunyai informasi yang lebih dari pihak lainnya.
Teori ini terdiri dari Teori :
a. Myers dan Majluf
Menurut Teori ini ada asimetri informasi antara manger dengan pihak luar. Manager
mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan dibandingan
pihak luar.
b. Signaling
Mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan signal
yang disampaikan oleh manager ke pasar. Jika manager mempunyai keyakinan bahwa
prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar saham tersebut meningkat, ia ingin
megkomunikasikan hal tersebut kepada investor. Manager bisa menggunakan hutang
lebih banyak sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan
hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan di
masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik
. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
1. Struktur Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva
tetap , akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanent yaitu
modal sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar
aktivanya terdiri dari aktiva lancer akan cenderung mengutamakan
pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh
struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan.
2. Growth Opportunity
Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang
menguntungkan. Teori Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth
Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan
21. melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang
menguntungkan.
3. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari
pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha
atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi
kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam
ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan
usahanya.
4. Profitabiltas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding.
Perusahaan dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak
dari pada perusahaan dengan profitalitas rendah.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi investasi menggunakan utang yang
relative kecil (Bringham & Houston, 2001).
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar
kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan
bahwa profitalitas berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi
keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah utang.
5. Risiko Bisnis
Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal,
sehingga secara teori akan berpengaruh negative terhadap leverage perusahaan.
Kebijakan Defiden
Defiden berasal dari bahasa Latin yaitu divendium yang artinya sesuatu untuk dibagi.
Berikut ini beberapa pemaparan mengenai pengertian defiden: Berdasarkan Kamus
Bahasa Indonesia defiden diartikan sejumlah uang sebagai hasil keuntungan yang
dibayarkan kepada pemegang saham (dalam suatu Perseroan).
Dalam dunia ekonomi defiden adalah seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan
untuk cadangan pajak yang dibagikan kepada pemegang saham (pemilik modal sendiri)
kecuali ditentukan lain dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Menurut Bapepam defiden adalah porsi keuntungan perusahaan yang dibayarkan kepada
para pemegang saham. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2001: 9) defiden adalah
pembagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.
22. Menurut Husnan dan Pudjiastuti defiden adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan dan
tersedia bagi pemegang saham.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa defiden adalah laba yang
diperoleh perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham.
Dalam melakukan perdagangan saham perusahaan akan memperoleh laba bersih. Laba
bersih (net earnings) ini sering disebut sebagai: “Laba yang tersedia bagi pemegang
saham biasa” (earnings available to common stockholders) disingkat EAC. Laba bersih
tersebut akan dikenakan pajak sehingga menjadi laba bersih sesudah pajak (earinings
after tax atau EAT). Manajemen mempunyai dua alternatif perlakuan terhadap EAT ini
yaitu:
1. Dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk defiden.
2. Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning) untuk
membiayai operasi selanjutnya.
Apabila manajemen memilih alternatif pertama artinya manajemen harus membuat
keputusan tentang besarnnya EAT yang dibagikan sebagai defiden. Pembuatan keputusan
tentang defiden ini disebut kebijkan defiden.
Bambang Riyanto (2001: 281) mendefinisikan kebijakan defiden sebagai “politik yang
bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan
pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai defiden atau untuk
digunakan di dalam perusahaan (laba ditahan).
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003: 390) kebijakan defiden adalah rencana tindakan
yang harus diikuti dalam membuat keputusan defiden.
Menurut Wetson dan Brigham (1990: 198) kebijakan defiden adalah keputusan untuk
membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.
Menurut Suad Husnan, kebijakan defiden dapat diartikan:
1. Apakah laba yang diperoleh seharusnya dibagikan atau tidak.
2. Apakah laba dibagikan dengan konsekuensi harus mengeluarkan saham baru.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan defiden adalah
kebijakan pembagian pendapatan yang harus diikuti dalam membuat keputusan defiden
(dibagikan/ditahan).
Menurut Lukas Setia Atmaja (2003: 285) rasio antara defiden dan laba bersih sering
disebut sebagai Defidend Payout Rasio (DPR), yang persamaannya adalah DPR = Total
Defidend/ Net Income. Karena kelebihan laba bersih di atas defiden itu menjadi laba
ditahan maka keputusan DPR inclusive keputusan mengenai laba ditahan. Sepintas, para
pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih yang dibagikan
23. sebagai defiden ini semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini semakin besar, berarti
laba ditahan semakin menciut, padahal pendanaan dengan menggunakan laba ditahan
(internal financing) ini mempunyai cost of capital yang paling kecil dibandingkan dengan
metode pendanaan lainnya. Dengan demikian keputusan defiden akan mengacu pada
suatu kebijakan (defidend policy) yang optimal, terutama disesuaikan dengan konsep
tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
Ditinjau dari memaksimumkan rentabilitas modal sendiri, maka kebijakan defiden perlu
memperhatikan rentabilitas aktiva dan tingkat bunga. Dikatakan demikian, Karen apabila
kebijakan menetapkan bahwa laba ditahan semakin besar berarti perusahaan ini
menggunakan metode pendanaan dengan menambah modal sendiri, yakni pendanaan
internal.
Kebijakan defiden merupakan salah satu sumber konflik antara manajemen dan principal
karena defiden dapat merupakan suatu sinyal yang diberikan perusahaan kepada investor.
Defiden yang dibayarkan secara tunai maupun konversi dengan saham mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan prospek yang baik di masa yang
akan datang.
Teori-teori Kebijakan Defiden
1. Defidend Irrelevance Theory (Defiden Tidak Relevan)
Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan defiden tidak mempunyai pengaruh
terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Jika kebijakan
defiden tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan.
Pendukung dari tidak relevannya kebijakan defiden adalah Modigliani-Miller (MM).
Mereka berpendapat bahwa bagaimanapun kebijakan defiden itu memang tidak
mempengaruhi harga saham maupun kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut MM
berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dan asset perusahaan
tersebut. Dengan demikian nilai perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi.
Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk
defiden atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
MM menyatakan bahwa defiden tidak relevan berdasarkan asumsi-asumsi di bawah ini:
a. Pasar modal sempurna, di mana para investor mempunyai kesamaan informasi, tidak
ada biaya transaksi dan tidak ada pajak.
b. Para investor bersifat rasional.
c. Semua peserta pasar bersifat price-taker.
d. Adanya unsur ketidakpastian bagi arus pendapatan masa datang dan para investor
mempunyai informasi yang sama.
24. e. Manajer dalam pengambilan keputusannya mengenai produksi dan investasinya
disesuaikan dengan informasi tersebut.
f. Untuk memisahkan pengaruh defiden dan pengaruh leverage, maka semua
perusahaan dianggap memiliki rasio D/S sama.
g. Perusahaan-perusahaan semestinya memiliki kelas risiko yang sama.
h. Perusahaan dengan produksi yang sekarang memiliki yield yang sama.
2. Teori Bird in The Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1959) dan John Lintner (1956) yang
berpendapat bahwa ekuitas atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran
defiden dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan
modal (capital gain) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para
investor menerima defiden. Gordon dan Lintner berpendapat bahwa sesungguhnya
investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari defiden daripada
pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal.
MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada
kebijakan defiden, yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara defiden dengan
keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-
in-the-hand, yakni: mendasarkan pada pemikiran bahwa investor memandang satu burung
di tangan lebih berharga dibandingkan seribu burung di udara. Dengan demikian,
perusahaan yang mempunyai defidend payout ratio yang tinggi akan mempunyai nilai
perusahaan yang tinggi pula.
Namun menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk
menginvestasikan kembali defiden mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan
atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan
bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas
operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian defiden.
3. Teori Preferensi Pajak
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin
lebih menyukai pembagian defiden yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu:
a. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan defiden.
Untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka
perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan
laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal
yang pajaknya rendah akan menggantikan defiden yang pajaknya tinggi.
b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai
waktu.
25. c. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak
ada pajak keuntungan modal yang terutang.
Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka
perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikia para investor akan
mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian defidennya rendah
daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian defidennya tinggi.
Jenis-jenis Defiden
Menurut Zaki Baridwan (1993) deviden yang akan dibagikan oleh perusahaan dapat
terbagi dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Defiden tunai (cash defiden), yaitu defiden yang dibagikan kepada pemegang saham
dalam bentuk uang tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. Defiden ini yang
paling umum dan banyak digunakan dalam pembagian saham.
2. Defiden saham (stock defiden), yaitu defiden yang dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham dalam bentuk saham perusahaan sehingga jumlah saham perusahaan
menjadi bertambah. Jadi, pemberian stock defiden ini dilakukan dengan cara mengubah
sebagian laba ditahan (retained earnings) menjadi modal saham yang pada dasarnya tidak
mengubah jumlah modal sendiri. Namun demikian cash flow perusahaan tidak terganggu
karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang tunai. Peristiwa ini dilakukan jika
posisi kas perusahaan atau likuiditas diperlukan oleh perusahaan. Investor dalam hal ini
akan memiliki lebih banyak saham tetapi laba per lembar saham lebih rendah. Proporsi
pemilikan investor tidak mengalami perubahan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Defiden
Dalam membagikan defiden, perusahaan harus memperhatikan beberapa faktor, antara
lain:
1. Defidend Payout Ratio industri di mana perusahaan itu berada. Artinya, perusahaan
tidak boleh mengabaikan kebijakan defiden perusahan lain.
2. Kesempatan investasi. Kebijakan defiden perusahaan jangan sampai mengorbankan
proyek yang dapat meningkatkan value pemegang saham di masa yang akan datang.
Semakin besar kesempatan investasi maka defiden yang bisa dibagikan akan semakin
sedikit.
3. Profitabilitas dan Likuiditas. Kebijakan defiden perusahaan sebaiknya
memperhitungkan profitabilitas dan likuiditas perusahaan. Aliran kas atau profitabilitas
yang baik bisa membayar defiden atau meningkatkan defiden. Alasan lain pembagian
defiden adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain.
4. Akses ke pasar keuangan. Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang
baik, perusahaan bisa membayar defiden lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu
perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
26. 5. Pertumbuhan pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan mengalami
pertumbuhan, maka jumlah pembayaran defiden dapat dinaikkan. Sebab dengan adanya
tambahan pendapatan maka defiden dan laba ditahan juga bertambah.
6. Stabilitas pendapatan. Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas di masa
mendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa
membayar defiden yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang
mempunyai pendapatan yang tidak stabil. Ketidakstabilan aliran kas di masa mendatang
membatasi kemampuan perusahaan membayar defiden yang tinggi.
7. Prefensi pemegang saham dan keleluasaan untuk menyimpang dari maksimisasi
kemakmuran.
8. Ketersediaan dan biaya alternatif sumber dana. Apabila biaya modal tinggi, maka
penggunaan laba ditahan akan semakin menarik.
9. Pembatasan-pembatasan yang diberikan kreditur. Kadang-kadang para kreditur bisa
memberikan batasan mengenai jumlah pembayaran defiden yang boleh dilakukan
perusahaan. Tindakan itu biasanya dilakukan agar perusahaan mampu mengarahkan
usahanya dalam pelunasan hutang.
10. Harapan mengenai kondisi bisnis pada umumnya. Pada waktu inflasi mungkin laba
cenderung naik sehingga manajemen dapat menaikkan pembayaran defiden. Dengan
demikian, dalam keadaan inflasi, pendanaan melalui pinjaman akan lebih menarik,
bandingkan dengan menggunakan laba ditahan.
2.5MODAL SAHAM DAN PERANAN BANK INVESTASI,HUTANG
JANGKA PANJANG,PEMBIAYAAN CAMPURAN DAN
MERGER,DIVESTASI,PERUSAHAAN INDUK DAN LEVERAGE
BUYOUTS
Sebagaimana teori investasi, maka seorang investor mempunyai dua pilihan untuk
menanamkan uangnya. Pilihan pertama adalah menabung di bank dengan harapan
memperoleh bunga. Pada saat bunga bank tinggi, menabung di bank sangat
menguntungkan, namun pada saat kisaran bunga bank rendah seperti saat ini, kurang
menguntungkan.
Pilihan kedua adalah melakukan investasi (membuka usaha/menanamkan modal).
Harapan melakukan investasi adalah memperoleh tingkat pengembalian (rate of return)
yang tinggi. Karenanya jangan heran, banyak sekali produk investasi ditawarkan, mulai
dari yang logis hingga yang tidak. Mulai dari janji keuntungan berlipat-lipat dalam
beberapa waktu hingga yang keuntungan dan pengembalian modalnya dilakukan secara
bertahap.
Apapun pilihan investasi yang hendak dipilih seorang investor hendaknya ia selalu
berpedoman pada prinsip investasi yakni adanya keuntungan dan risiko. Antara risiko dan
keuntungan harus dibandingkan terlebih dahulu, sebab kita tahu risiko investasi
merupakan persentase kemungkinan usaha itu mengalami kerugian. Karenanya dalam
27. sebuah investasi mencari untung juga diikuti oleh berbagai risiko, analisis pasar, dan
aspek sosial dari sebuah investasi. Jadi pedoman tersebut harus dipastikan kita ketahui
terlebih dulu sebelum melakukan investasi.
Memilih Investasi
Memilih instrumen investasi memang bukan perkara mudah, apalagi dana terbatas
sehingga investasi selain untuk kebutuhan jangka panjang (growth) tapi juga untuk
kebutuhan jangka pendek (likuiditas). Untuk jangka panjang, dana diharapkan bisa
berkembang dengan hasil selalu maksimal dan berdaya beli tinggi. Sedangkan dalam
jangka pendek, dana yang ditanamkan terhadap sebuah produk investasi sewaktu-waktu
harus bisa dijual tanpa harus mengalami pengurangan. Karenanya menjadi prasyarat
utama bahwa produk investasi tersebut harus gampang dijual dengan mekanisme pasar
yang jelas dan transparan.
Dalam konteks memilih instrumen investasi tersebut seorang investor selalu dihadapkan
kepada beragam pilihan investasi yang ada, pasar uang atau pasar modal. Membeli
properti, emas dan benda-benda berharga lainnya menjadi pilihan dan sebelum
menentukan pilihan sarana investasi harus mampu menjawab dua faktor tersebut, yakni
aspek jangka panjang growth (pertumbuhan) dan aspek jangka pendek (likuiditas).
Membeli instrumen pasar uang, SBI misalnya waktu yang dibutuhkan investor untuk
bertransaksi surat berharga ini sepekan sekali. Sebagaimana kita tahu Surat Berharga
Bank Indonesia (SBI) dilelang tiap pekan. SBI memang fixed income, berpendapatan
tetap, namun investor kecil peluangnya untuk memperoleh SBI sebab dalam membeli
butuh dana yang besar. Surat berharga lain, semisal comercial paper (CP), juga bukan
"makanan" investor individu yang modalnya kecil. Membeli tanah dan bangunan, tidak
saja butuh waktu dalam membeli, tapi apabila ingin menjualnya, karena investasi ini
kurang memenuhi aspek likuditas apabila sewaktu-waktu butuh uang.
Bagaimana dengan karakteristik produk pasar modal? Pasar modal merupakan sebuah
entitas bisnis yang mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang
dengan pemilik modal. Pihak yang butuh modal adalah perusahaan atau emiten.
Sedangkan pemilik modal adalah investor (atau masyarakat). Karenanya, manfaat pasar
modal bagi dunia usaha adalah membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha serta
memberikan akses kontrol sosial bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya,
mendorong pemanfaatan manajemen profesional dalam pengelolaan perusahaan, wahana
untuk melakukan investasi dalam jangka pendek (likuiditas) maupun jangka panjang
(growth), dan merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan.
Sedangkan pemilik modal adalah investor atau pemodal.
Dengan pengertian itu, sebagai sebuah entitas bisnis pasar modal sangat bermanfaat bagi
para investor dan dunia usaha pada umumnya. Pasar modal berperan sebagai sumber dana
yang bersifat jangka panjang, alternatif investasi, wahana untuk melakukan restrukturisasi
permodalan perusahaan, dan media untuk melakukan divestasi. Sementara itu, manfaat
pasar modal bagi investor adalah memberikan kesempatan atau hak kepada masyarakat
untuk memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik dimasa depan,
dan merupakan alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko
yang bisa diperhitungkan.
28. Dengan karakteristik yang demikian itu, produk yang ditawarkan pasar modal memiliki
merupakan bukti kepemilikan. Saham dan obligasi, selain bisa dibeli juga bisa dijual.
Demikian dengan produk-produk lainnya. Karakteristik produk pasar modal yang juga
khas adalah begitu membeli juga bisa dijual kembali, karenanya selain berpeluang
memperoleh capital gain, investor juga berpeluang memperoleh dividen atau hak lain
yang melekat pada instrumen yang dibeli. Dividen untuk saham, bunga untuk obligasi.
Demikian pula dengan produk-produk derivatif lainnya, seperti right, opsi, waran.
Karenanya jangan keliru memilih wahana investasi, karena tidak jarang pihak yang
menawarkan juga mengatakan bahwa dana yang dikelolanya juga diinvestasikan di pasar
modal.
Perlu diingat bahwa pengelola pasar modal memperoleh izin dari Bapepam-LK bukan
dari yang lain. Bila ia pengelola dana maka yang ditawarkan adalah unit penyertaan reksa
dana, reksa dana tersebut bisa berupa reksa dana indeks, reksa dana syariah, reksa dana
campuran, reksa dana saham, reksa dana fixed income atau reksa dana pasar uang dan
valas. Lalu kalau ia perusahaan pialang atau broker maka ia akan menawarkan saham,
obligasi dan efek derivatif di pasar modal. Secara aturan bahwa produk investasi di pasar
modal dikenal sebagai efek, efek bisa bersifat utang atau bersifat kepemilikan, hak untuk
memiliki atau membeli yang disebut sebagai opsi. Berikut adalah produk investasi yang
ditawarkan pasar modal:
1. Saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan atau merupakan bukti turut
serta dalam modal suatu perusahaan.
2. Obligasi adalah surat pengakuan hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh dana. Pemegang obligasi akan memperoleh
bunga secara periodik dan akan menerima pokok pinjaman pada tanggal jatuh tempo.
3. Obligasi konversi adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham pada waktu
yang ditentukan dimasa depan.
4. Bukti right (hak memesan efek terlebih dahulu) adalah hak dari pemegang saham yang
ada untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham
baru tersebut ditawarkan kepada pihak lain.
5. Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberikan hak
kepada pemegang efek tersebut untuk membeli saham langsung dari perusahaan tersebut
dengan harga tertentu pada waktu tertentu.
6. Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya telah
menitipkan sejumlah uang kepada pengelola reksa dana (manajer investasi) untuk
digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar modal, pasar uang atau lainnya.
7. Opsi merupakan hak untuk membeli atau memiliki. Opsi tersebut selalu didahului
dengan kontrak, dengan waktu berlakunya hak pada periode tertentu. Opsi juga
diperjualbelikan di bursa, misalnya opsi untuk membeli saham tertentu pada harga
tertentu dengan jumlah tertentu. Di BEI, produk tersebut diberi nama Kotrak Opsi Saham
(KOS). Bahkan pada Juni mendatang satu produk lagi juga akan segara muncul yakni
futures contract yakni sebuah produk perdagangan berjangka atas efek yang bisa
dijadikan sarana hedging (lindung nilai) bagi investasi investor.
29. 2.6 ANALISA KESEHATAN DAN PREDIKSI KEBANGKUTAN
BADAN USAHA MILIK SWASTA (BUMS) DAN BADAN USAHA
MILIK NEGARA(BUMN)DAN CARA MENGATASINYA SECARA
UMUM
PENGERTIAN Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruhnya atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Badan Usaha Milik Daerah adalah badan
usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah B.
PERAN DALAM PERKENOMIAN INDONESIA BUMN
1. Menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sehingga mengurangi jumlah
pengangguran.
2. Memberikan pengarahan serta bantuan untuk para pengusaha golongan ekonomi lemah,
baik itu untuk koperasi maupun UKM.
3. Memberikan sumbangan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi secara nasional
4. Menjadi perintis usaha yang belum dilaksanakan oleh koperasi dan pihak swasta, seperti
menyediakan kebutuhan masyarakat dengan barang dan jasa yang bermutu serta memadai.
5. Pemerintah dapat melayani masyarakat secara maksimal dengan adanya BUMN.
6. Menjadi sumber pendapatan negara dari pendapatan non-pajak untuk mengisi kas negara
7. Mencegah agar cabang-cabang produksi yang penting tidak dikuasai oleh sekelompok
masyarakat tertentu.
BUMN dibagi menjadi 2, yaitu Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan
(Persero).
Perusahaan Perseroan (Persero) Perusahaan Perseroan adalah perusahaan yang modalnya
berbentuk saham dan sebagian dari modal tersebut milik negara. Perusahaan ini didirikan
dengan tujuan mencari laba (Profit Motive). Contoh Persero : Bebrapa contoh Perusahaan
Perseroan adalah PT (Persero) PLN, PT (Persero) Kereta Api Indonesia, dan Bank-Bank
Pemerintah.
Perusahaan Umum (Perum) Perusahaan Umum adalah perusahaan negara yang bertugas
melayani kepentingan masyarakat luas dalam bidang produksi, distribusi, dan konsumsi.
Contoh Perum : Perum Pegadaian, Perum Perumahan Umum Nasional, dan Perum Dinas
Angkutan Motor Republik Indonesia (Damri)
30. BAB III
KESIMPULAN
Biaya Modal (Cost Of Capital) Biaya Modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham
preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanani suatu investasi atau
operasi perusahaan.
Modal dan Struktur Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau
kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya
(Munawir,2001). Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif
(Debet) dan modal Pasif (Kredit). Struktur Modal adalah perimbangan atau
perbandingan antara modal asing dan modal sendiri. Modal asing diartikan dalam hal
ini adalah hutang baik jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Sedangkan
modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga dengan penyertaan
kepemilikan perusahaan.
Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup
seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh
manfaat (benefit) pada waktu yang akan datang. Metode dalam penganggaran modal
ini dapat membantu manajer untuk pengambilan keputusan seperti metode Payback
periode, Net PresentValue (NPV), Internal, RatesOfReturn (IRR) dan Profitability
Index. Pengagran modal memiliki kriteria dalam stiap metodenya dan dalam
pengangaran modal dapat terpengaruh oleh keadaan ekonomi suatu negara seperti
inflasi salahsatunya
mengukur resiko proyek menggunakan skala yang absolut, dlam praktiknya yang
terbaik yang dapat dilakukan adalah mengestimasi resiko proyek secara relatif dan
agak kabur. Misalnya , kita umumnya dapat mengatakan dengan tingkat kepercayaan
yang cukup besar bahwa suatu proyek tertentu memiliki resiko berdiri sendiri yang
lebih besar atau lebih kecil dari pada proyek-proyek perusahaan pada umumnya. Lalu,
dengan berasumsi bahwa resiko berdiri sendiri dan resiko perusahaan memiliki
korelasi yang tinggi, maka resiko berdiri sendiri suatu proyek akan menjadi ukuran
yang baik dari resiko perusahaannya. Terakhir, denagn berasumsi bahwa resiko pasar
dan resiko perusahaan memiliki korelasi yang tinggi ( yang umum terjadi di
kebanyakan perusahaan yang ada), suatu proyek dengan resiko yang lebih tinggi
daripada biasanya jug aakan memiliki resiko pasar yang lebih tinggi pula dan
demikian pula sebaliknya untuk proyek yang memiliki resiko perusahaan yang
rendah.
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal
Pasif (Kredit).
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang
maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan
dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.