SlideShare a Scribd company logo
ACARA I 
PERSIAPAN PEMBUKAAN AREAL 
TANAMAN PERKEBUNAN 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari vegetasi 
yang ada untuk diolah dan disiapkan untuk penanaman. Didalam pembukaan lahan areal yang 
dibuka berupa hutan primer, hutan sekunder. Oleh karena itu berdasarkan kriteria hutan yang ada 
dan intensitas pekerjaan yang harus dikerjakan maka dapat digolongkan hutan berat, hutan sedang, 
dan hutan ringan. (prasetyo, dkk, 2012) 
Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting 
dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat tinggal 
dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan 
sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka 
ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan penggunaan tanah yang rangkap ( 
tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau 
penggembalaan ternak atau tanah hutan yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah 
kering. (Hasnudi dan Eniza saleh, 2004) 
Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat dan sejauh mungkin 
mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin kelestarian sumber daya alam tersebut 
untuk kepentingan generasi yang akan datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang 
perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang 
optimum ( Soerianegara, 1977 ). 
1.2.Tujuan 
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar tindakan/pekerjaan berikutnya mudah 
dilakukan karena lahan telah bersih dari rumput, semak dan belukar.
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas alng-alang atau 
bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi berbeda-beda. Namun yang perlu 
diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top 
soil). Selain itu harus memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan. 
Dalam pembukaan areal perkebunan ini dilakukan beberapa kegiatan yakni: 
1. Survei areal 
Survei areal bertujuan untuk menentukan batas-batas areal yang akan dibuka sekaligus 
menentukan rencana jaringan blak yang akan dibuat, sekaligus membuat peta dengan cara 
menghubungkan titik satu dengan titik selanjutnya, baik untuk pengukuran batas areal maupun 
pembuatan rencana blok. 
2. Desain perkebunan 
Desain perkebunan bertujuan untuk menentukan tataruang dalam kebun yang terbagi 
dalam afdeling. (Anonim, 2012). Apabila pengolahan tanah kering secara lestari telah dikuasai 
masyarakat pedesaan, maka tidak akan ada kritis mata pencaharian yang menyebabkan tanah 
menjadi kritis. Pengendalian teknologi pengolahan tanah kering secara lestari adalah sederhana, 
tidak memerlukan peralatan serba modern (canggih) dan pendidikan tinggi. Azas pengelolaan 
lahan kering adalah menciptakan lingkungan perakaran yang dalam, mempertahankan 
kemampuan tanah menyimpan air dan mengedarkan udara, tindakan terakhir adalah memperkaya 
tanah dengan zat hara tersedia untuk akar. (Hasnudi dan Eniza saleh, 2004) 
Untuk pelaksanaan pembukaan lahan dapat dilakukan sebagai berikut: 
 Pembagian hutan berdasarkan geografis terdiri dari; hutan payo, hutan rawa, hutan 
pematang, dan hutan dataran dan pegunungan. 
 Pembagian hutan berdasarkan vegetasi terdiri dari; hutan primer yaitu terdapat pohon 
dengan diameter >30cm dengan kerapatan 25-100 pohon/ha dan diameter < 30 cm dengan 
kerapatan 2500 pohon/ha. Dan hutan sekunder yaitu kerapatan [ohon <2500 pohon/ha 
dengan diameter 30 cm. 
 Pembagian hutan berdasarkan intensitas cahaya terdiri dari; hutan berat yaitu hutan primer 
dimana jenis kayu keras masih utuh atau sebagian kecil yang telah diambil. Hutan sedang, 
yaitu hutan primer yang telah diambil kayu-kayuan terutama yang berdiameter >30 cm, 
dan hutan ringan yaitu vegetasi yang ada semak belukar serta sisa-sisa kayu dan alang-alang 
dan umumnya merupakan hutan bekas perladangan. 
Pembukaan lahan untuk perkebunan dibagi kedalam dua tempat yaitu, pembukaan untuk 
hutan dan pembukaan untuk alang-alang yang akan diuraikan sebagai berikut:
 Pembukaan hutan 
Pembukaan hutan untuk perkebunan dapat dibagi menjadi 3 cara yaitu sistem mekanik, 
manual, dan khemis yang semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan. 
 Pembukaan alang-alang 
Pembukaan alang-alang untuk dijadikan sebagai lahan perkebunan akan lebih mudah 
diolah dari pada lahan hutan, namun cara pengerjaannya juga sama dengan areal hutan yaitu secara 
manual. Mekanik dan khemis. 
Dalam pembukaan lahan untuk perkebunan perlu dilakukan pencegahan erosi terlebih pada 
lahan/areal yang miring (berombak, bergelombang atu berbukit), maka usaha-usaha dalam 
mencegah erosi/kerusakan lahan yaitu: 
a. Penanaman secara kontur/garis tinggi 
b. Pembuatan teras yaitu dapat dengan teras individu dan teras kolektif. 
c. Penanaman tanaman penutup tanah, sangat penting untuk pencegahan erosi. 
BAB III 
METODOLOGI 
3.1 Bahan dan Alat 
Bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan ini meliputi : semprotan punggung, ember, 
gelas ukur, tali raffia, herbisida (Round Up, Clean Up, Sun Up,Sida Up). 
3.2 Cara Kerja 
1. Membuat batas lahan dengan menggunakan talia raffia untuk menentukan areal yang 
kan ditebas atau disemprot. Pekerjaan penebasan semak belukar dilakukan 2 minggu 
sebelum penyemprotan. Adapun luas lahan yang digunakan untuk setiap kelompok adalah 
15 m x 15 m. 
2. Membuat larutan herbisida yang sesuai dengan dosis anjuran yang tertera pada wadah yang 
ada.
3. Adapun tahapan pembuatan larutan herbisida yaitu sebagi berikut yang pertama 
memasukan cairan herbisida sesuai takaran ke dalam alat semprot punggung selanjutnya 
memasukan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga larutan merata. 
4. Menyemprotkan larutan herbisida tersebut dengan menggunakan nozel 
setinggi permukaan semak/belukar. 
5. Menyemprotkan larutan herbisida tersebut secara merata kesemua bagian tanaman semak 
atau belukar yang da pada arealyang telah ditentukan. Arah penyemprotan tidakboleh 
berlawanandengan arah angin. 
6. Mengusahakan agar tekanan pompa tidakberlebihan. 
7. Menjaga Jarak atau lebar semburan antara satu penyemprot dengan penyemprot lainnya 
agar dijga tidak yang tertinggal. 
8. Memberi tanda pada saat pengisisan ulang tangki sprayer, untuk mencegah agar ilalang 
tidak tersemprot atau tersemprot ulang. 
9. Melakukan pengulangan penyemprotan apabila turun hujan kurang dari 6 jam setelah 
penyemprotan. 
10. Melakukan penyemprotan kedua setelah 14-21 hari setelah penyemprotan pertama untuk 
lebih memastikan agar gulma benar-benar mati. 
11. Membiarkan hasil penyemprotan sekitar waktu 1-2 minggu untuk dapat mengerjakan 
kegiatan berikutnnya. 
BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
4.1 Hasil pengamatan 
Jenis Gulma Pengamatan 
Gulma berdaun lebar 2 hari sebelum penyemprotan baru 
tampak gulma menguning. 
Alang-alang 1 minggu setelah penyemprotan 
baru terlihat efek dari 
penyemprotan
4.2 Pembahasan 
Pembukaan lahan merupakan hal yang sangat penting dalam memulai budidaya semua 
jenis komoditi daripada pertanian tidak terkecuali pada tanaman pangan, hortikultura dan tahunan 
(perkebunan) semuanya harus dilakukan pengolahan lahan. Namun diantara ketiga golongan 
tanaman tersebut mungkin berbeda dalam hal pengolahannya misalnya tanaman perkebunan tidak 
memerlukan pengolahan secara sempurna, cukup dilakukan pengolahan secara minimum bahkan 
tanpa olah tanah, atau pengolahan cukup dilakukan pada lobang tanaman saja. 
Dalam pembukaan lahan pada praktikum ini yaitu pembukaan lahan untuk karet dan kopi 
kami terlebih dahulu menentukan luas lahan yang akan digunakan setelah itu kami melakukan 
penebasan pada kayu dan semak-semak sedangkan untuk kayu-kayu yang besar tidak seluruhnya 
kami tebang, berhubung karena sebagian kayu dapat dipergunakan untuk membuat naungan 
tanaman, terlebih untuk tanaman kopi yang memang memerlukan naungan dalam 
pertumbuhannya, dan semua semak-semak dan hasil potongan kayu yang lainnya kami kumpulkan 
di sisi dari petakan lahan kami, dalam praktikum ini kami tidak melakukan pembakaran lahan, 
karena pembakaran tanah tidak baik dilakukan yaitu dapat membunuh organisme lainnya dan 
dapat menimbulkan kerusakan pada tanah. 
Satu minggu setelah penebasan kami melakukan penyemprotan dengan menggunakan 
herbisida Roun up dengan takaran 4-5 l/1000 l air, dengan bahan aktif glifosat. Herbisida ini 
dalam bentuk cair yang bersifat sistemik yaitu herbisida yang cara kerjanya, sebelum bereaksi akan 
masuk kedalam jaringan tumbuhan terlebih dahulu. Tujuan penyemprotan satu minggu setelah 
penebasan adalah tunas baru daru gulma sudah mulai tumbuh. 
Pada saat telah dilakukan penyemprotan gulma belum memberikan reaksi masih dalam 
keadaan semula, hal ini disebabkan oleh herbisida tersebut belum masuk kedalam jaringan 
tumbuhan tersebut, reaksi/ efek dari penyemprotan tersebut baru mulai terlihat pada 2 hari setelah 
penyemprotan pada gulma berdaun lebar dan 1 minggu pada gulma alang-alang. Perbedaan 
lamanya efek/ reaksi yang diberikan gulma terhadap penyemprotan dipengaruhi oleh 
luasnya/panjangnya jaringan dari gulma tersebut. Pada gulma berdaun lebar pada umumnya sistem 
perakarannya adalah dangkal sehingga herbisida akan lebih cepat menjangkau seluruh jaringan 
dari pada gulma tersebut, sedangkan pada gulma alang-alang memiliki sistem perakaran yang 
cukup dalam, ditambah dengan rhizoma dari gulma yang dapat menyebar dengan luas, sehingga 
bahan aktif dari herbisisda akan lebih lama untuk masuk kedalam jaringan gulma tersebut.
Pada saat masuk kedalam jaringan tumbuhan bahan aktif tidak langsung membunuh 
jaringan tanaman tersebut, karena jika langsung membunuh jaringan tanaman yang dilaluinya 
maka bahan aktif herbisisda tersebut tidak bisa masuk kejaringan yang labih dalam lagi, oleh 
karena itu herbisida ini akan berreaksi setelah berada pada jaringan tanaman, dan reaksi yang 
ditunjukkan akan sama pada bagian atas tumbuhan dan bagian bawah tumbuhan akan sama, karena 
seluruh jaringan telah dimasuki oleh bahan aktif herbisisda tersebut. 
KESIMPULAN 
Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas maka dapat kami simpulkan: 
 Dalam pengolahan lahan kita perlu memperhatikan kemiringan dari lahan yang akan kita 
gunakan karena dapat mempengaruhi besar kecilnya erosi yang akan terjadi. 
 Pada pembukaan lahan untuk tanaman perkebunan biasanya pengolahan lahan tanah cukup 
dilakukan pada lobang tanam saja. 
 Herbisida Roun up memiliki bahan aktif glifosat yang merupakan herbisida sistemik yang 
terlebih dahulu akan masuk kedalm jaringan tanaman baru berreaksi. 
 Lama dan cepatnya reaksi akan ditentukan oleh panjangnya jaringan tumbuhan tersebut 
dan kandungan zat yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. 
DAFTAR PUSTAKA 
Hasan. 2008. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21 
Juni 2008. 
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Produksi Tanaman Industri. Laboratorium Agronomi 
UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, 
Bengkulu. 
ACARA II 
TEKNIK PEMBUATAN PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal 
yang akan diusahakan/ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka 
akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan 
kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan 
teknik berdasarkan jarak tanam tertentu. 
Pengajiran dilakukan setelah pembukaan tanah selesai. Setelah ditentukan kerapatan 
tanaman untuk satu hektar dan ditentukan jarak tanamnya, pengajiran kemudian dilaksanakan. 
Pengajiran sebaiknya dimuali ditengah-tengah dan bagian kebun yang tertinggi, sehingga 
bila ada kesalahan atau kurang tepatnya dalam pengukuran dihilangkan di tepi dan batas-batas 
kebun, sungai dan jalan, dan dalam perngajiran diperlukan suatu tim yang kompak, dan jumlahnya 
tidak melebihi 5 orangt setiap timnya. 
1.2 Tujuan 
Tujuan paraktikum ini adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/ teratur letaknya 
dari berbagai sudutbaik pada lahan datar maupun agak miring. 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 
Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas alng-alang atau 
bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi berbeda-beda. Namun yang perlu 
diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top 
soil). Selain itu harus memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan. 
Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal 
yang akan diusahakan/ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka 
akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan 
kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan 
teknik berdasarkan jarak tanam tertentu. 
Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan 
tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. 
Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Susunan 
penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. Pengajiran 
perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh 
dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan 
kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat 
penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat. 
Pengajiran sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga 
bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi batas-batas kebun, 
sungai dan jalan. Tujuan dari pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur 
letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring. Pengajiran 
dilakukan setelah pembukaan lahan selesai, dan setelah ditentukan jarak tanamnya. Pengajiran 
kemudian dilaksanakan. Barisan-barisan karet yang akan terbentuk ada dua macam yaitu: 
 Barisan lurus, yaitu pada lahan-lahan datar atau agak miring. 
 Barisan kontur, yaitu pada lahan yang bergelombang atau berbukit. (Prasetyo dkk, 1997) 
BAB III 
METODOLOGI 
3.1.Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktilkum ini antaralain meteran, kompas, teropong 
BTM/theodolit, tali rapis, tali pancang, tongkat ajir induk, tongkat ajir biasa dan cat warna merah. 
3.2.Cara Kerja 
Cara pengajiran untuk tanaman perkebunan kopi dengan menggunkanan system jarak 
tanam pagar dengan jarak 7m x 2,5 m. 
1.Pembuatan ajir induk (dengan menggunakan BTM/ theodolit) 
 Menentukan arah barat-timur dan utara –selatan dan keduanya tegak lurus berpotongan. 
 Menentukan titik A untuk awal mulai pekerjaan, selanjutnya diukur AC=CD=35M pada 
arah BT, dan AG = GH=21M menurut arah US. 
 Membuat garis a dan b tegak lurus pada BT di C dan D demikian pula p dan q tegak lurus 
pada US Di G dan H. 
 Garis a memotong p dan q di F dan I, sedangkan b di E dan J. 
 Secara sama-sama dibuat petak –petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh 
areal yang ditangani. 
 Pada titik A, C, D, E, F, G, H, I, dan J diberi ajir yang dise3but dengan sjir induk. 
2. Pembuatan petak sesuai dengan jarak tanam, contoh ACFG 
 menurut arah GF diukur jarak 7m dengan titik F1, F2, F3, F4, demikian juga AC dengan titik A1, 
A2, A3, A4. 
 Mengukur jarak 3 m menurut arah CF dengan titik C1, C2, C3, C4 dst. Demikian juga AG dengan 
titik G1, G2, G3, G4 dst. 
 Menghubungkan titik-titik A1 dan F1, A2 dan F2, A3 dan F3, A4 dan F4 dengan menggunakan 
tali rapia. 
 Menghubungkan dengan tali titik-titikG1 dan C1, talinya ini akan memotong tali A1F1, A2F2, 
A3F3, A4F4 dan pada titik potongan ini ditancapkan sebuah ajir. 
BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum diketahui bahwa dalam areal perkebunan yang akan ditanami tanaman 
perkebunan maka perlu dilakukan pengajiran. Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam 
pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan atau ditanami dengan tanaman 
perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan 
datar atau agak miring dan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. 
Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jarak tanam tertentu. 
Pengajiran (lining) dilakukan setelah selesai pembukaan lahan, sesuai jarak tanaman yang 
telah ditentukan. Tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah untuk memperoleh barisan tanaman 
yang teratur, lurus dari berbagai sudut baik pada lahan datar atau miring. Bentuk pengajiran yang 
ada seperti segi empat, empat persegi panjang, ssegi tiga sama sisi dan pagar tetapi yang dilakukan 
pada praktikum adalah bentuk segi empat. 
Pengajiran yang dilakukan pada praktikum ini adalah pada lahan miring, tetapi dibuat teras-teras. 
Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan 
tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. 
Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Susunan 
penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. 
Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir 
induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir 
induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir 
induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.Pengajiran 
sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga bila ada kesalahan 
atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi batas-batas kebun, sungai dan jalan. 
Tujuan dari pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari 
berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring. 
KESIMPULAN 
Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengajiran 
perlu dilakukan untuk areal tanaman perkebunan. Pengajiran bertujuan untuk memperoleh 
pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan
agak miring, dan pengajiran sebaiknya dimulai pada bagian tengah sehingga jika terjadi kesalahan 
akan merata dan mudah untuk mencari bagian mana yang salah. 
DAFTAR PUSTAKA 
Danarti. 2007. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta. 
Hasan. 2008. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21 
Juni 2008. 
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Produksi Tanaman Industri. Laboratorium Agronomi 
UNIB, Bengkulu. 
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, 
Bengkulu. 
ACARA III 
PEMBUATAN LUBANG TANAM DAN PERSIAPAN TANAM 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman 
atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab tanaman 
tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas. 
Pembuatan lubang tanam dapat dipandang salah satu bentuk pengelolaan tanah dalam skala 
kecil. Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-6 bulan sebelum saat tanam tiba. Selama menunggu saat
tanam, tanah galian akan mengalami sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sebagai hasil adanya 
pengaruh iklim. Dalam pembuatan lobang tanam hendaknya mempunyai ukuran yang optimal 
yang disesuaikan dengan sifat tanah dan jenis bibrt yang akan diatanam. Pada lahan yang gtembur 
dan subur ukuran lobang tanam digunakan 60 x 60 x 60 cm, sedangkan lahan yang berat dan atau 
lahan kurang subur lubang tanam dapat digunakan 80 x 80 x 100 cm atau 100 x 100 x 100 cm. 
lubang tanam dibuat sedemikian rupa sehingga latak ajir tepat di tengah –tengah lubang tanam. 
Sewaktu menggali lubang ada yang berpendapat bahwa tanah galian bagian bawah dan bagian atas 
dipisahkan dan ada juga yang berpendapat tanah galian tersebut tidak perlu dipisahkan. 
Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman 
pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena 
pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur lahan dan jarak tanam (Anonim, 
2012). 
1.2. Tujuan Praktikum 
Untuk memberikan pengertian secara langsung pada praktikan dilapangan sehingga 
mampu mengindentifikasi dan memecahkan masalah dan menerapkan secara praktis dan benar. 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Bentuk dan ukuran lobang tanam perlu diketahui oleh setiap petani.dalam usaha tani, 
lubang tanam termasuk bagian yang menentukan hidup/tidaknya bibit setelah tanam. Pembuatan 
lubang tanam yang dilakukan secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit, 
karena tanaman perkebunan termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan 
ceroboh. Lubang tanam untuk bibit asal perkembangbiakan vegetatif (stek) memiliki ukuran 
yang berbeda dengan lubang tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan generatif 
(biji) (Sarpian, 2003). 
Pembuatan lobang tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan 
lobang tanam lebih dari satu minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian lubang 
tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal ini 
dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus 
mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun. Begitu juga sebaliknya, penggalian 
lubang tanam yang terlalu cepat atau kurang dari satu minggu juga tidak dianjurkan karena 
semakin kecil persiapan untuk mengontrol kebenaran ukuran dan posisi lubang. Pembuatan 
lubang tanam berbeda untuk tanah mineral dengan tanah gambut (Fauzi dkk., 1997).
Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman 
atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab tanaman 
tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas. 
Pembuatan lubang tanam pada tanah mineral digali secara manual dengan menggunakan 
cangkul, dimana anak pancang digunakan sebagai titik tengah dari lubang tersebut. Pembuatan 
lubang tanam pada tanh mineral, baik diareal datar pada teras individu maupun pada teras 
bersambung, hanya dibuat satu lubang tanam (tunggal). Tanah galian lubang bagian atas (top soil) 
diletakan disebelah anak pancang tanaman, sedangkan tanah galian lubang bagian bawah (sub soil) 
diletakan disebelah kiri anak pancang. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, 
berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta 
menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur 
lahan dan jarak tanam. 
BAB III 
METODOLOGI 
3.1. Bahan dan Alat 
Alat yang digunakan yaitu : cangkul, gancu, sekop, meteran, timbangan. Sedangkan bahannya 
adalah pupuk kandang. 
3.2. Cara kerja/ pelaksanaan praktikum 
1. Survey lokasi, dalam hal ini mengamati keadaan lahan yang ada contohnya: 
 Vegetasi tanaman yang ada pada lahan tersebut? 
 Bentuk kontur bagai mana? 
2. Menentukan tempat- tempat lahan yang akan dibuat lobang tanam dan sesuai jarak tanamnya. 
3. Membersihkan lahan dan sekitarnya yang akan dibuat lobang tanam. 
4. Menentukan ukuran lobang tanam 40 cm x 40 cm x 40 cm. 
5. Memisahkan hasil galian antara lapisan tanah atas dan lapisan tanah bawah, dimana tanah lapisan 
atas diletakkan disebelah bkanan lobang dan disebelah kiri tanah lapisan bawah. 
6. Membiarkan lobang tanam kena cahaya matahari 
7. Mencampur lapisan tanah lapisan bawah dengan pupuk kandang sebanyak 10 kg dan lapisan top 
soil dengan pupuk kandang 5 kg diaduk sampai merata. 
8. Kemudian campuran pupuk kandang dan tanah top soil dimasukkan kebagian bawah lubang dan 
tanah sup soil diatas dan dibiarka 2 minggu
9. Setelah 2 minggu lobang tanam digali lagi sebesar tanaman, kemudian masukkan bahan tanam 
kopi kemudian ditutup kembali dengan tanah sambil ditekan agar posisi kopi kuat. Setelah selesai 
penanaman dilakukan penyiraman dengan air secukupnya. 
BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Percobaan ini dilakukan Lahan percobaan Laboratorium Agronomi UNIB, Dari hasil 
percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa pembuatan lobang tanam merupakan salah satu 
syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang 
baik. Hal disebabkan tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang cukup dalam dan cukup 
luas. Pembuatan lobang tanam dalam percobaan ini dilakukan dua minggu sebelum penanaman. 
Pembuatan lobang tanam lebih dari dua minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian 
lubang tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal 
ini dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus 
mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun. 
Bentuk dan ukuran lobang tanam perlu diketahui oleh setiap petani.dalam usaha tani, 
lubang tanam termasuk bagian yang menentukan hidup/tidaknya bibit setelah tanam. Pembuatan 
lubang tanam yang dilakukan secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit, 
karena tanaman perkebunan termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan 
ceroboh. Lubang tanam untuk bibit asal perkembangbiakan vegetatif (stek) memiliki ukuran yang 
berbeda dengan lubang tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan generatif (biji) . 
Pada percobaan ini tanah galian lubang bagian atas (top soil) sekitar 20 cm dari permukaan tanah 
dipisahkan dengan tanah galian lubang bagian bawah (sub soil). Hal ini disebabkan karena tanah 
bagian atas atau top soil lebih subur dibanding dengan tanah bagian bawah (sub soil). 
Pembuatan lubang tanam juga merupakan salah satu bentuk pengelolaan tanah dalam skala kecil. 
Pembuatan lubang tanam sebelum penanaman tanah galian akan mengalami sifat-sifat fisik dan 
kimia tanah, sebagai hasil adanya pengaruh iklim manfaat lain dari pembuatan lubang tanam ini 
adalah bagian lubang tersebut akan terhindar dari organisme pengganggu karena dampak dari sinar 
matahari. 
Dalam pembuatan lobang tanam hendaknya mempunyai ukuran yang optimal yang disesuaikan 
dengan sifat tanah dan jenis bibrt yang akan diatanam. Pada praktikum yang telah dilaksanakan 
ukuran lobang tanam yang dibuat adalah 40 cm x 40 cm x 40 cm, dengan kondisi areal agak curam 
tetapi sebelumnya telah dibuat teras-teras.
Persiapan tanam yang dilakukan dimana pupuk kandang dan tanah sub soil dicampurkan, 
kemudian dimasukkan kebagian bawah lubang dan tanah top soil diatas dan dibiarkan dua minggu. 
Penanaman dilakukan dua minggu lobang setelah pembuatn lobang, lobang tanam digali lagi 
sebesar perakaran tanaman kemudian memasukkan bahan tanam kopi kemudian ditutup kembali 
dengan tanah sambil ditekan agar posisi kopi kuat. Setelah selesai penanaman dilakukan 
penyiraman dengan air secukupnya. Tipe kopi yang ditanam adalah genotip K4. Pertumbuhan kopi 
pada pegamatan ke tiga hanya mengalami pertumbuhan sedikit, hal ini disebabkan karena pada 
saat tersebut terjadi musim kemarau. Hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. 
Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman 
pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena 
pembuatan lubang tanam biasanya disesuaikan dengan kontur lahan dan jarak tanam. 
KESIMPULAN 
Dari hasil percobaan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan 
lobang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau 
budidaya tanaman perkebunan yang baik. Tanah top soil dipisahkan dengan tanah sub soil, karena 
tanah top soil lebih subur dibanding dengan tanah sub soil. Lubang tanam selain memberikan 
manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan 
tanaman serta menjaga konservasi lahan. 
DAFTAR PUSTAKA 
Danarti. 2012. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta. 
Fauzi dkk., 1997. Pengolahan lahan perkebunan. http://docs.yahoo.com/info/terms/. Download 21 Juni 
2008. 
Sarpian, 2003. Budidaya tanaman tahunan. http://infotek@pu.go.id. Download 21 Juni 2008. 
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi 
UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, 
Bengkulu. 
ACARA VIII 
PENGARUH MEDIA EKSTRAKSI TERHADAP PERKECAMBAHAN 
KAKAO (Theobroa cacao) 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 latar belakang 
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk 
perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga 
dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal 
dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman 
kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar. Oleh 
karena itu dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan. Sebagai daerah tropis, 
Indonesia yang terletak antara 6 LU – 11 LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. 
Namun setiap jenis tanaman mempunyai kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim tertentu, 
sehingga tidak semua tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk pengembangan tanaman 
kakao hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian lahannya. Sebagai tananam yang dalam 
budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum 
penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik, 
pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan 
lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung 
merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao. 
Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan 
mengawinkan dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga 
menghasilkan individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan 
generatif biasa dilakukan dengan spora atau benih.
Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebagai berikut: 
1. Merupakan cara perbanyakan tanaman paling mudah, murah, serta tidak memerlukan tenaga ahli. 
2. Biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produktif dan daya hidupnya lebih lama. 
3. Memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru. 
4. Benihnya mudah disimpan dan dikirim ketempat lain. 
5. Menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, 
kebanjiran, dan tahan rebah. 
Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komoditi sesuai 
maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan. 
Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/ kualitas 
benih. 
1.2 Tujuan 
Untuk mempelajari pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan benih coklat. 
1.3 Manfaat yang diharapkan 
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara 
mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp 
pada benih coklat dan ekstraksi yang tepat untuk benih coklat. 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika 
faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon 
alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan 
lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. (Abror Yudi 
Prabowo, 2012)
Kondisi agroklimat, seperti ketinggian tempat, curah hujan, kondisi tanah, sifat kimia 
tanah, ketersediaan unsur hara tanah, dan toksitas sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu 
tanaman. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) dan Pusat Penelitian Kopi & 
Kakao Jember, tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kakao digolongkan menjadi sesuai (S1), 
cukup sesuai (S2), agak sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Dengan demikian dapat diketahui tingkat 
kesesuaian penanaman kakao di suatu wilayah. Penilian tersebut didasarkan atas kondisi 
agroklimat, sifat fisik dan kimia tanah. Bibit cokelat bisa diperoleh dengan cara generatif, yaitu 
dari hasil penyemaian biji atau dari hasil perbanyakan vegetatif (setek dan okulasi). Bibit cokelat 
yang baik untuk ditanam di lapangan adalah yang berumur 4 – 5 bulan, tinggi 50 – 60 cm, berdaun 
20 – 45 helai dengan sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm, dan sehat. Banyaknya 
bibit cokelat yang dibutuhkan adalah tergantung kepada jarak tanam yang akan digunakan. 
Pemilihan jarak tanam yang optimum bergantung kepada besarnya pohon, jenis tanah, dan iklim 
areal yang hendak ditanami. (Anonim, 2012) 
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas benih yaitu: 
a. Kemurnian benih 
Benih yang murni (tidak tercampur dengan varietas lain) dan homogen (tidak tercampur 
dengan kotoran) akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang dihasilkan dari benih 
tersebut. Oleh karena itu secara umum benih dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 
1. Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur 
dengan benih/ varietas/ galur yang lain yang dimana tidak diketahui jenis dan sifatnmya. 
2. Benih homogen yaitu benih yang secara fisik – mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan 
yang tidak merusak, misalnya batu kerikil, biutir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak, dan biji-biji 
gulma. 
b. Daya kecambah dan kecepatan kecambah. 
Daya kecambah atau tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah yang dinyatakan 
dalam persen(%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan 
untuk berkecambah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman benih kopi akan 
berkecambah setelah 4-6 minggu berada dipersemaian (yahmadi, 1980), sedangkan benih coklat 
dalam waktu 5-6 hari sudah berkecambah (situmorang, 1980). 
Kecepatan berkecambah adalah banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu 
yang lebih pendek daripada daya kecambah, yang dinyatakan dalam persen. Jadi pada dasranya
kecepatan berkecambah ini menyatakan berapa persen biji yang dapat berkecambah dengan cepat 
dan ini menyatakan vigor dari benih tersebut. Untuk benih kopi biasanya kecepatan berkecambah 
dinyatakan dalam waktu 10-15 hari, sedangkan coklat antara 2-3 hari. 
c. Kandungan air 
Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi cepat mati karena 
kekurangan oksigen atau o2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak 
lembaganya. Sebaliknya jika benih kekurangan air maka ia akan sulit untuk berkecambah. Pada 
dasarnya air diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan 
berpenetrasi kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organic. 
Oleh karena itu kadar air biji yang cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga 
biji tersebut akan menjadi tidak tahan disimpan. Oleh karena itu pulalah kadar air biji sangat 
menentukan kualitas benih suatu tanaman. 
Sehubungan dengan adanya beberapa factor tersebut diatas perlu diupayakan adanya 
perlakuan-perlakuan tertentu sebelum biji/ benh dikecambahkan. Sehingga akan diperoleh benih 
dengan daya kecambah yang cukup tinggi dan berkualitas baik pula. 
Biji/ benih kopi dan coklat dibungkusi oleh daging biji atau leandir (pulp) yang disenangi oleh 
semut atau serangga. Untuk menjaga mutu benih maka sebelum dikecambahkan hendaknya pulp 
ini dihilangkan lebih dahulu dengan cara diaduk menggunakan media abu, diremas-remas 
dengan bantuan kain atau lap, kemudian dicuci dengan air. Yang penting adalah harus dijaga 
agar kulit tanduk biji tidak rusak karena perlakuan tersebut. Setelah digosok dengan abu, biji 
tersebut kemudian dicuci dengan air sampai bersih. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa 
dorman, maka haru langsung dikecambahkan (situmorang, 1980). 
Lambatnya penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan 
dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih(raharjo, 1981). Hal yang sama juga 
dikemukan oleh chin (1980), bahwa lambatnya penurunnya daya kecambah benih coklat selama 
masih dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp. 
Sehingga secara osmotic mengahalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam 
mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstraksi untuk mempercepat perkecambahan. Adapun 
media ekstraksi yang digunakan dapat berupa serbuk gergaji, abu dapur, sekam dan lan-lain. 
(Prasetyo dkk, 2012) 
Perkecambahan dilakukan dalam bedengan yang berukuran lebar 0.8 – 1 meter dan 
panjangnya menurut kebutuhan. Dibuat pada tanah gembur yang diatasnya dilapisi pasir setinggi 
15 cm. Bedengan diberi atap setinggi ± 1,5 meter di sebelah Timur dan ± 1.2 meter di sebelah
Barat. Cara meletakkan biji dengan radicle(tempat keluarnya akar) di sebelah bawah karena biji 
kakao bersifat epigeal Biji disusun dengan jarak antar alur ± 3 cm dan antar biji ± 1 cm. Penyiraman 
dilakukan pagi dan sore. Pemindahan kecambah ke dalam keranjang pembibitan Saat 
memindahkan ke keranjang / polybag dilakukan bila keping biji mulai tersembul ke atas (biji mulai 
berkecambah setelah 4-5 hr dikecambahkan dan diharapkan pada hari ke 12 semua biji sudah 
berkecambah ). 
Pemindahan jangan terlambat karena menyebabkan terputusnya akar tunggang. Ukuran 
keranjang / polybag diameter 15 – 20 cm dan tinggi 30 – 35 cm. 
Polybag diisi dengan tanah kompos dan pasir (1 : 1), polybag berisi kecambah di susun teratur di 
atas tanah yang sedikit ditinggikan. Penyiraman dilakukan pagi dan sore , pemupukan ZA 2 gram 
dilakukan 2 mg setelah bibit dipindah ke polybag. Pemindahan bibit ke kebun setelah berumur 4- 
6 bulan. Kakao lindak bisa lebih awal karena pertumbuhannya lebih cepat dari pada kakao mulia. 
Kriteria yang umum digunakan adalah bibit yang sedikitnya mempunyai 12 daun yang sudah tua, 
tinggi bibit > 50 cm dan diameter batang ± 1,5 cm. Sebelum bibit dipindah, dilakukan hardening 
(penarangan ) yaitu melatih bibit untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungan di 
kebun.caranya dengan membuka atap bedengan secara bertahap sebulan sebelum dipindah (tiap 
minggu 25 %). Dihindari pemindahan bibir berumur > 8 bulan karena sebagian besar akarnya telah 
menembus polybag, pemindahan dilakukan musim hujan karena biasanya pertumbuhan awalnya 
mengalami stagnasi.(Hasan, 2012) 
BAB III 
METODOLOGI 
3.1 Waktu dan tempat praktikum 
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan maret hingga bulan juni lahan sekitar laboratorium 
agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu. 
3.2 Bahan dan Alat 
Bahan dan alat yang digunakan adalah buah coklat, abu sekam padi/ jerami padi, abu alang-alang, 
abu dapur, tanah (topsoil), pupuk kandang, polibag, dithane M-45, pemukul kayu, naungan, 
pisau, pasir dan bak tempat perkecambahan. 
3.3 Metode pelaksanaan 
Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak 
Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:
Factor I: macam abu (A), terdiri dari 
A0 = tanpa ekstraksi 
A1= abu alang-alang 
A2= abu dapur 
A3= abu sekam 
Factor II: letak biji 
Kel I = ujung 
Kel II= tengah 
Kel III= pangkal 
Dari kedua factor tersebut diatas maka diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan jumlah 
sampel untuk setiap kombinasi perlakuan adalah 5 polibag dan masing-masing diulang sebanyak 
4 kali sehingga jumnlah polibag keseluruhan adalah 240 polibag. 
3.4 cara kerja 
1. Menyiapkan bak perkecambahan dari plastik dengan ukuran minimal 30x50cm2 sebanyak 4 buah 
atau bak perkecambahan dari kayu dengan ukuran 50 x 100cm2. 
2. Mengisi bak perkecambahan dengan pasir halus yang telah diayak setebal 10-15 cm. 
3. Meletakkan bak yang telah diisi pasir tersebut dibawah naungan yang telah disiapkan terlebih 
dahulu, tepatnya dirumah kaca laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu. 
4. Menyiapkan benih dan memperlakukan dengan abu 
a. Mengambil buah coklat yang telah masak, buah benih coklat dipecah dengan menggunakan pisau, 
kemudian benih dipotong menjadi 3 bagian (1/3 bagian ujung, 1/3 bagian tengah, 1/3 bagian 
pangkal). 
b. Dalam memperlakukan benih dengan abu, yaitu campuran benih dengan abu yang telah diberi 
sedikit air, lalu digosok dengan pelan-pelan benih yang tercampur abu tersebut hingga merata, 
kemudian benih tersebut dicuci dengan air hingga bersih. 
5. Benih yang telah diperlakukan selanjutnya ditanam dalam bak perkecambahan dengan jarak tanam 
3 x2 cm. Peletakkan masing-masing perlakuan dalam bak perkecambahan diacak, kemudian
masing-masing perlakuan diberi label untuk memudahkan dalam pengamatan dan pasir dalam bak 
dibasahi. 
6. Melakukan penyiraman setiappagi dan sore, dalam penyiraman agar diperhatikan untuk tidak 
merubah posisi benih yang telah ditanam tersebut. 
7. Membersihkan tempat perkecambahan tersebut dari gangguan herba yang tumbuh dengan 
menggunakan tangan secara hati-hati. 
8. Mengamati setiap hari benih yang dikecambahkan tersebut, dan mencatat apabila ada benih yang 
berkecambah untuk setiap perlakuan, pengamatan dilakukan sampai batas waktu yang telah 
ditentukan. 
3.5 Sifat-sifat tanaman yang diamati adalah sebagai berikut: 
 Tinggi bibit, yang diukur dari leher akar sampai ujung tanaman. 
 Jumlah daun yang terbentuk pada masing-masing bibit untuk setiap perlakuan. 
 Diameter batang 
BAB VI 
Hasil dan Analisis data 
4.1 Hasil pengamatan 
TINGGI TANAMAN 
PERLAKUAN 
ULANGAN 
JUMLAH 
I II III 
AOC1 6.15 1.95 3.35 11.45 
AOC2 7.95 9.65 6.65 24.25 
AOC3 11.07 9.34 10.31 30.72 
A1CI 9.25 8.65 7.35 25.25 
A1C2 7.39 9.65 9.90 26.94 
A1C3 9.24 9.10 8.70 27.04 
A2C1 7.50 6.90 6.50 20.90 
A2C2 9.05 7.77 6.40 23.22 
A2C3 9.60 10.43 8.39 28.42 
A3C1 8.10 7.00 9.90 25.00 
A3C2 9.15 7.90 7.85 24.9
A3C3 8.74 9.55 10.10 28.39 
JUMLAH 103.19 97.89 95.40 296.48 
TABEL ANAVA 
SK dB JK KT F.HIT F.TAB 
PERLAKUAN 9 59.27 6.59 0.79 
GALAT 20 167.49 8.3745 
TOTAL 29 226.76 
4.2 Pembahasan 
Berdasarkan hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa tanaman kakao (benih kakao) yang 
diperlakukan dengan beberapa jenis abu sangat berbeda. Abu yang digunakan pada praktikum ini 
adalah abu alang-alang, abu dapur dan abu sekam. Sedangkan bahan tanam yang digunakan berasal 
dari tiga bagian buah kakao yaitu bagian pangkal, bagian tengah dan bagian ujung. Dari data 
pengamatan dapat kita lihat bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan abu 
alang-alang yaitu 9 cm sedangkan rata-rata tanaman kakao terendah terdapat pada perlakuan 
kontrol yaitu 7.37 cm. Hal ini terjadi karena pada perlakuan kontrol, biji kakao tidak diperlakukan 
apa-apa sehingga pulp yang terdapat pada biji kakao tetap ada akibatnya biji kakao yang 
dikecambahkan akan lama mengeluarkan kecambah. Peristiwa ini terjadi karena pulp yang 
membungkus biji mempunyai suatu rekatan yang apabila mengering dapat melengketkan dengan 
biji kakao sehingga biji kakao lama berkecambah. Pulp kakao ini juga mengandung rasa yang agak 
manis sehingga akan mengundang serangga untuk mengerogoti biji kakao akibatnya banyak biji 
kakao yang tidak tumbuh. 
Sedangkan tanaman kakao tertingggi terdapat pada perlakuan abu alang-alang. Hal ini 
dapat terjadi karena pada abu alang-alang butiran abu alang-alang sangat halus dibandingkan 
dengan abu lainnya sehingga jika abu ini digosokkan pada biji kakao maka biji kakao akan lebih 
cepat tumbuh. Hal ini terjadi pulp bisa memperlamat pertumbuhan kakao tetapi jika pulpnya 
dihilangkan maka kakao tersbut akan cepat tumbuh. 
Untuk sumber biji yang berasal dari bagian buah juga berpengaruh terhapa tingggi tanaman. 
Pada data diatas dapat dilihat bahwa tingi tanaman tertinggi diterdapat pada bii yang berasal dari
ung buah hal ini dikarenakan pda bagian ujung buah, biji tanaman lebih cepat tuanya dibandingkan 
pada bagian awal karena pembentukan biji yang paling awal adalah bagian ujung dahulu kemudian 
bagian awal. Sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada biji yang berasal dari bagian 
pangkal hal ini terjadi karena buah bagian pangkal terjadinya lebih belakangan sehingga tuanya 
benih juga lebih lambat dan ini akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. 
Jumlah daun terbanyak terdaapat pada perlakuan abu alang-alang sedangkan jumlah daun 
paling sedkit terdapat pada perlakuan kontrol (tanpa perlakuan). Jumlah daun beturut-turut adalah 
3,7 (abu alang-alang), 3,59 (abu sekam), 3,27 (abu dapur) dan 2,6 (kontrol). Dari data tersebut 
dapat kita ketahui bahwa semakin ada perlakuan penggosokan pada benih maka semakin cepat 
tumbuhnya benih dan jumlah daunnya pun semakin banyak. Hal ini telah dibuktikan pada 
praktikum ini, bahwa jika ada penggosokan yang dapat menghilangkan pulp pada biji kakao maka 
biji tersebut akan lebih cepat tumbuh dibandingkan tanpa perlakuan penggosokan. Pertumbuhan 
ini dapat berupa bertambahnya tinggi tanaman dan jumlah daun. Selain itu semakin halus bahan 
pengosokan maka semakin banyak pula pulp yang lepas sehingga kecepatan pertumbuhan tanaman 
semakin tinggi hal ini bisa dibuktikan dengan perlakuan penghilangan pulp kakao. Misalnya abu 
alang-alang lebih halus dari abu dapur dan abu sekam sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih 
cepat dan jumlahnya pun smakin tinggi. 
Bagian buah yang diambil untuk dijadikan benih juga berbeda daa hal kecepatan 
pertumbuhan tanaman. Pada praktikum ini jumlah daun terbanyak terdapat pada buah bagian ujung 
yaitu 3,75 sedangakn jumlah daun paling sedikit yaitu pada bagian pangkal yaitu 2,73. dari data 
ini dapat kita lihat bahwa semakin ujung bagian biji yang diambil untuk dijadikan benih maka 
pertumbuhannya semakin cepat tetapi semakin pangkal benih tersebut dijadikan benih maka 
pertumbuhannya semakin lambat. Hal ini diduga pada bagian pangka suplai nutrisi hara pada buah 
semakin berkrang dibandingkan pada bagian ujung karena pada bagian ujung lebih dahulu 
terbentuk biji sedangkan pada bagian pangkal terbentuk lebih blakangan. Akibatnya benih yang 
tumbuh dari bagian ujung lebih cepat jika dibandingkan dengan asal benih dari bagian pangkal. 
Dari interaksi kedua perlakuan tersebut dapat kita ketahui bahwa tinggi tanaman tertinggi 
terdapat pada perlakuan kontrol yang dikombinsaikan dengan biji yang berasal dari buah bagian 
ujung. Tentunya ini tidak seperti pada hipotesis pertama sebab perlakuan kontrol adalah perlakuan 
yang paling sedikit dalam hal julah daun maupun tingi tanaman tetapi jika telah dimbinasikan 
maka perlakuan ini adalah perlakuan yang terbaik karena memiliki rerata tinggi tanaman yang
paling tinggi yaitu 30,72 cm. Tanaman yang paling rendah justru terdapat pada kombinsai 
perlakuan kontrol dapa bagian buha yang pangkal yaitu 11.45 cm. Hal ini terjadi karena pada 
kombinasi ini biji tidak mendapat perlakuan dalam menghilangkan pulp dan biji diambil dari buah 
yang paling pangkal. Hipotesis kita perlakuan ini memiliki tinggi tanaman yang paling rendah dan 
hal ini dapat dibuktikan pada perlakuan tesebut. 
Meskipun tinggi tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan kontrol dengan 
sumber biji bagian ujung tetapi rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan abu 
alang-alang yaitu sebesar 26,41 cm lalu abu sekam 26,09 cm, abu dapur 24,41 cm dan terakir 
kontrol yaitu 21,99 cm. Sedangkan tinggi tanaman yang paling tinggi dari suber biji bagian ujung 
yaitu sebesar 28,64 cm lalu bagian tengah yaitu 24,82 cm dan bagian pangkal yaitu 20,65 cm. Data 
ini cukup untuk menggambarkan bahwa kita sebaiknya menggunakan abu alang-alang kita akan 
menghilangkan pulp dari biji kakao bila kita akan mengecambahkan kakao sebab dengan 
mengunakan pulp yang lebih halus butirannya maka pulp yang menempel pada biji kakao akan 
lebih cepat lepas sehingga biji kakao akan cepat tumbuh dan berkembang. Sedangkan bagian buah 
yang baik untuk dikecambahkan adalah baian ujung sebab pada bagian ini suplai bakal tanaman 
muda telah siap dbandingkan dengan bagian tengah aau pangkal. Tetapi bagian ini tidak baik jika 
digunakan untuk bibit sebab bagian ini kurang bagus untuk hasil tanaman. Meskipun pertumbuhan 
awalnya baik tetapi bagian ini tidak baik untuk dijadikan bibit. 
KESIMPULAN 
Adapun kesimpulan yang kami buat pada praktikum ini adalah: 
 Tinggi tanaman tertinggi terdpat padaa perlakuan abu alang-alang dan terendah terdapat 
pada perlakuan kontrol sedangkan bagian buah yang terbaik untuk tingggi tanaman adalah 
bagian ujung dan yang tidak baik adalah bagian pangkal. 
 Tanaman yang paling banyak jumlah daunnya terdapat pada perlakuan abu alang-alang dan 
terendah terdapat pada perlakuan kontrol sedangkan bagian buah yang terbaik untuk 
jumlah daun tanaman adalah bagian ujung dan yang tidak baik adalah bagian pangkal. 
 Kombinasi yang terbaik untuk tinggi tanaman adalah kombinasi abu alang-alang dengan 
bagian ujung buah sedangkan bagian yang paling tidak baik adalah perlakuan kontrol 
dengan pangkal buah.
 Perlakuan yang paling baik jika diperlakukan sendiri-sendiri adalah perlakuan abu alang-alang 
dengan bagian buah bagian ujung. 
 Meskipun bagian ujung paling baik untuk pertumbuhan awal tetapi hal ini tidak baik untuk 
tanaman yang berproduksi tinggi sebab bagian ujung memiliki produksi tanaman yang 
rendah justru sebaiknya bagian tengah buah. 
DAFTAR PUSTAKA 
Anonim. 2012. Profil singkat komoditi Kakao. www.iccri.net. Download 21 juni 2008. 
Hasan. 2012. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21 
Juni 2008. 
Prabowo, A.Y. 2006. Pembibitan Tanaman Coklat. http://docs.yahoo.com/info/terms/. 
Download 21 Juni 2008. 
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi 
UNIB, Bengkulu. 
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, 
Bengkulu. 
ACARA IX 
KOMPATIBILITAS OKULASI BEBERAPA BATANG BAWAH DENGAN 
BATANG ATAS TANAMAN KARET 
(Hevea brasilinsis. Muell arg) 
BAB I
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup 
penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. 
Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam 
bidang teknologi budidaya. 
Produktivitas karet saat ini mutunya masih sangat rendah. Petani belum menanam karet 
unggul. Sekian banyak faktor penyebab diantaranya, kebanyakan masyarakat hanya menanam 
bibit karet asal dari biji (seedling), keterbatasan modal dan pengetahuan petani, ditambah lagi 
dengan usaha peremajaan karet tua yang sudah tidak produktif lagi sangat lambat. Field manager 
ICRAF-Jambi, (lembaga pusat penelitian untuk wanatani agroforestry) 
Beberapa alternatif untuk meningkatkan produksi karet diantaranya, petani karet perlu 
menanam jenis atau klon karet yang dianjurkan nasional dari bahan tanam yang berkualitas baik. 
”Dalam hal ini petani yang terpenting, perlu dilakukannya pelatihan yang kontinue kepada petani 
karet tentang pembudidayaan karet unggul. Sehingga para petani benar-benar tahu bagaimana 
memilih bibit yang berkualitas, pemeliharaan, pengendalian penyakit, dan teknik penyadapan” 
harus menanam bibit karet unggul dari okulasi yang jelas entresnya (sumber mata okulasi karet) 
bukan yang asal-asalan. Namun yang terpenting lagi, perlu dilakukannya pelatihan yang kontinue 
kepada petani karet tentang pembudidayaan karet unggul. Sehingga para petani benar-benar tahu 
bagaimana memilih bibit yang berkualitas. 
I.2 Tujuan 
Untuk mengetahui kompatibilitas batang bawah yang berasal dari biji enam klon karet 
dengan dua klon enters. 
I.3 Manfaat yang diharapkan 
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara tehnik okulasi 
yang baik dan kesesuaian antara batang atas dan bawah untuk melakukan okulasi.
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Karet merupakan tanaman berumah satu (monoceous), yang dapat menyerbuk sendiri 
ataupun silang dengan bantuan serangga. Tanaman karet mulai berbunga pada umur 7 tahun, dan 
pembungaan terjadi pada akhir musim penghujan dengan proses, mula-mula tanaman 
menggugurkan daun hingga tanaman kelihatan gundul, kemudian keluar kuncup baru bersamaan 
dengan mulainnya pembungaan. (Soedharoedjian, 1983) 
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun 
demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan 
okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan 
tahapan sbb: 
 Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1/2 - 3/4 cm. 
 Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata diambil dari ketiak 
daun. 
 Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit jendela dan kambium 
 Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang 
tebalnya 0,04 mm. 
 Minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai. 
 Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan arah pemotongan miring. 
(Balai Penelitian Getas, 2003) Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI, 
LCB 1320 dan PR 228. (Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, 1992) 
Okulasi berasal dari bahasa Belanda “oculatif” atau dalam bahasa Inggris disebut 
”Budding” yaitu penempelan satu mata tunas (bud) sebagai batang atas kepada batang bawah, 
sehingga terbentuk kombinasi tanaman baru. Okulasi pada tanaman karet bertujuan untuk 
menyatukan sifat baik yang domiliki batang bawah dan batang atas. Dari hari okulasi akan 
diperoleh bahan tanaman karet unggul berupa stump mata tidur, stump mini, dan stupm tinggi. 
(Prasetyo dkk, 2012)
Stum okulasi mata tidur (OMT) adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata 
okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup seragam, mudah dikemas, mudah diatur dan 
mudah diangkut. Stump mini yaitu panjang stump 50 cm dengan kulit batang telah berwarna 
coklat, stump ini telah berumur 12-18 bulan setelah pemotongan. Okulasi tinggi yaitu merupakan 
okulasi mata tidur yang tidak dipindahkan ke kebun dan mata enters dibiarkan bertunas, serta tunas 
ini dipelihara selama 24-36 bulan di pembibitan. Panjang stump 250-300 cm. Stump tinggi okulasi 
membutuhkan waktu 3-4 tahun sedangkan bibit yang lainnya antara 1-2 tahun.(Laxman Joshi, 
2005) 
Okulasi langsung terhadap anakan karet dilapangan secara teknis dapat dilakukan 
dibawah tajuk dengan naungan ringan. Keberhasilan okulasi dan pertumbuhan tunas setara dengan 
di tempat tajuk terbuka, khususnya untuk klon PB260. Pertumbuhan tunas secara nyata 
dipengaruhi oleh tajuk dan faktor faktor kompetisi lainnya yang ada. Okulasi langsung dibawah 
tajuk lebat tidak disarankan untuk dilakukan. Diantara dua klon yang diuji, PB260 sedikit lebih 
baik dari RRIC100. Hal ini memberikan petunjuk bahwa kedua klon ini, sebagaimana klon klon 
lainnya yang dipakai, telah dipilih berdasarkan penampilannya di tempat terbuka dan bebas dari 
persaingan sekelilingnya. Uji coba terhadap berbagai klon untuk okulasi dibawah tajuk dengan 
berbagai kondisi akan dapat memberikan informasi penampilan klon pada kondisi 
diatas. Manipulasi terhadap ukuran tajuk dilakukan secara hati hati dan pengurangan pengaruh 
vegetasi di atas tanah terhadap tanaman baru akan dapat menambah keberhasilan tumbuh dan 
pertumbuhan tanaman yang diokulasi langsung. (Balai Penelitian Getas, 2003) 
Tanaman hasil okulasi memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan 
perbanyakan stek atau cangkokan yaitu: 1) perakarannya kuat. 2) Tahan terhadap serangan hama 
dan penyakit, 3) kualitas dan kuantitasnya lebih baik. Disamping kelebihan okulasi juga memiliki 
kelemahan yaitu tingkat keberhasilannya rendah bila okulasi terhadap spesies yang berbeda, sebab 
antara batang atas dan batang bawah terdapat perbedaan fisiologi. Disamping itu untuk tanaman 
yang bergetah tinggi yaitu seperti nagka, manggis, sawo, dan duku, tingkat keberhasilan okulasi 
juga rendah. Tehnik okulasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu: okulasi T, okulasi Fokert. 
Okulasi Hukum, dan okulasi Segi empat. (Prasetyo, 2012) 
BAB III 
METODOLOGI 
3.1 Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah GT-1, PR-300, AVROS-2037, 
RRIM-600, klon local Bengkulu yaitu cenggri 1 dan Cenggri 2 sebagai batang bawah dan BPM- 
1, PBM-26 sebagai batang atas, plastic pembungkus es sebagai pengikat hasil okulasi dan vaselin, 
pisau okulasi, kertas label, dan polybag. 
3.2 Metode pelaksanaan 
Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang disusun secara 
factorial. Factor pertama adalah batang atas yang terdidri dari dua klon, dan factor kedua adalah 
batang bawah yang terdiri dari enam (6) biji klon. 
Adapun factor I batang atas terdiri dari: 
 A1 = BPM-1 
 A2 = PBM -26 
Faktor II batang bawah terdiri dari: 
 B1 = GT-1 
 B2 = PR-300 
 B3 = AVROS-2037 
 B4 = PRIM-600 
 B5 = Lokal Cenggri 1/2 
3.3 cara kerja 
Teknik okulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah teknik okulasi segi empat. 
Adapun tahapan okulasi segi empat adalah: 
 Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat atau bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya 
1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi) kulit nyang 
telah diiris tersebut dikelupas dengan hati-hati, kemudian irisan tersebut ditempelkan 
kembali agar kambium tidak mengering. 
 Batang atas/mata tunas diiris segi empat sesuai dengan bentuk irisan batang bawah tetapi 
ukurannya sedikit lebih kecil.
 Selanjutnya menempelkan mata tunas pada batang bawah, pada bagian luka diolesi dengan 
vaselin selanjutnya diikat dengan tali plastik. 
 Hasil okulasi dapat dilihat pada hari ketujuh setelah okulasi dengan membuka plastik 
pengikat. Okulasi jadi ditandai dengan masih tetap hijaunya mata tunas, sedangkan mata 
tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan tidak berhasil/mati. 
3.4 Sifat-sifat tanaman yang diamati adalah sebagai berikut: 
 
Persentase okulasi yang jadi (%) 
 
Panjang tunas (mm) 
 
Jumlah daun (helai) 
 
Diameter tunas (mm) 
BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
4.1 Hasil Pengamatan 
Dalam praktikum ini kami tidak melakuan pengamatan lebih lanjut, kami hanya 
memfokuskan pada teknik/cara pengokulasian yang baik. Dalam praktikum ini kami juga tidak 
melakukan analisis data sehingga data yang terkulpul tidak dapat kami amati secara langsung 
tetapi kami hanya melakuakn percobaan okulasi langsung pada bahan tanam. 
4.2 Pembahasan 
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, pada dasarnya tanaman karet mudah untuk 
diokulasi. Hal ini dapat dibuktikan secara langsung pada praktikum ini. Hanya saja kegagalan 
yang menimpa berupa keringnya mata okulasi sehingga mata okulasi tidak dapat tumbuh. 
Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari kelas dikotil sehingga tanaman ini dapat 
dengan mudah untuk diokulasi. Tehnik okulasi juga tidaklah terlalu sulit namun yang penting 
disini adalah bahan tanam yang dijadikan sebagai okulasi benar-benar terjamin 
kelangsungannya. 
Dalam tehnik okulasi ini yang pertama harus kita perhatikan dalah persiapan bahan tanam 
yang akan kita okulasikan yaitu batang bawah telah benar-benar siap untuk diokulasi. Cirri-ciri 
batang bawah telah siap untuk diokulasi yaitu batangnya telah memiliki mata tunas, telah 
berumur 4-8 bulan tergantung pada stump yang akan kita gunakan (stump mata tidaur, stump 
tinggi dan lain-lain). Setelah siap maka yang terpenting adalah mata tunas yang akan 
diokulasikan yaitu mata tunas yang berasal dari tanaman yang sehat dan segar. Apabila mata 
tunas tidak segar mata kemungkinan pertumbuhan okulasi akan terhambat bahkan mata okulasi 
akan gagal atau tidak tumbuh. Selain itu yang hal yang penting adalah iklim tempat tumbuhnya 
tanaman. Iklim juga sangat mempengaruhi pertumbuhan karena iklim juga dapat memperhambat 
atau bahkan mendorong tumbuhnya tanaman. Misalnya iklim penghujan akan menghambat 
jadinya okulasi karena dapat mengagalkan mata okulasi untuk bersatu. Demikian pula dengan 
iklim yang panas klarenaiklim panas dapat mengurangi persediaan air sehingga bahan okulasi 
akan kekeringan dan mata okulasi tidak tumbuh. Kesemua factor ini sangat mempengaruhi 
pertumbuhan dan perkembangan okulasi.
Pada praktikum ini factor yang sangat perberan dalam gagalnya okulasi tumbuh adalah 
bahan mata okulasi yang diambil sudak agak kering sehingga tumbuhnya mata tunas menjadi 
sangat kecil bahkan tidak ada yang tumbuh. Selain itu adanya iklim yang kurang baik untuk 
masa okulasi, karena selama okulasi berlangsung cuaca sangat panas dan tidak ada hujan. Hal ini 
juga sedikit banyak mempengaruhi tumbuhnya mata tunas. Dengan kondisi yang demikian maka 
pertumbuhan mata tunas juga semakin kecil. Selain factor diatas ada juga beberapa kesalahan 
yang dilakukan oleh praktikan dan kesalan ini sangat fatal karena mengokulasi tidak pada mata 
tunasnya, akibatnya mata tunas tidak tumbuh karena tempat keluarnya mata tunas tidak ada. 
Pada praktikum ini ada beberapa batang bawah yang akan dicobakan untuk kompatibelnya 
dengan batang atas yaitu GT-1, PR-300, AVROS-2037, PRIM-600, Lokal Cenggri 1 dan lokal 
Cenggri 2 sedangakan batang atas yang kan dicobakan adalah BPM-1 dan BPM-26. kesemua 
batang bawah dan batang atas ini tentunya memiliki keunggulan tersendiri misalnya batang bawah 
unggul dalam kekuatan akarnya didalam tanah, tahan penyakit busuk akar, tidak mudah rebah dan 
lain-lain sedangkan keungulan batang atas seperti lateks tanaman banyak, besar dan memiliki 
kandungan lateks yang tinggi. 
Sebenarnya kompatibilitas tanaman karet tidaklah terlalu sedikit karena walaupun batang 
bawah berasal dari jenis lain tetapi sebenarnya jenis tersebut masih dalam satu famili yaitu 
euphorbiacecae sehingga sifat kompatibelnya masih tinggi. Oleh sebab itu okulasi pada tanaman 
karet pada dasarnya banyak yang jadi karena hubungan kekerabatan yang dekat antar jenis klon 
yang diokulasikan hanya saja faktor ada pembatas yang perlu dijaga agar kompatibilitas okulasi 
dapat terjadi untuk menghasilkan tanaman karet hasil okulasi. 
KESIMPULAN 
Beberapa hal yang perlu kami simpulkan pada praktikum ini adalah ; 
 
Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh tidaknya okulasi tanaman karet diantaranya iklim, 
lingkungan dan tanaman itu sendiri dan orang yang melakukannya. 
 
Pada dasarnya okulasi pada tanaman karet memiliki sifat kompatibel yang tinggi karena tanaman 
karet diokulasikan masih dalam satu famili sehingga hubungan kekerabatan semakin dekat dan 
kompatibel semakin tinggi. 
 
Pada okulasi tanaman karet masing-masing tanaman yang akan diokulasi akan memberikan sifat 
unggulnya masing-masing misalnya sifat ungul dari batang bawah dan dari batang atas. 
 
Teknik okulasi sebenarnya mudah dilakukan tetapi membutuhkan ketelitian dan faktor pendukung 
yang baik agar okulasi tanaman karet dapat berhasil.
DAFTAR PUSTAKA 
Balai Penelitian Getas, 2003. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas 
Hutanrubbergetas@indo.net.id. Download 21 juni 1008. 
Joshi, L. 2005. Peningkatan Kapasitas dan budidaya tanaman karet. 
http://www.worldagroforestrycentre.org/sea. Download 21 juni 1008. 
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi 
UNIB, Bengkulu. 
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, 
Bengkulu. 
Soedharoedjian. 1983. Diktat Pedoman Praktek Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UGM, 
Yogyakarta. 
ACARA IV 
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya 
peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus 
menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada 
tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 
mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. 
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman 
karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.Luas area perkebunan karet 
tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 
Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar 
negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 
mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan
memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai 
untuk perkebunan karet. 
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet 
ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui 
perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk 
dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi 
petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan 
tanaman secara intensif. 
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia 
sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang 
terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan 
sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan 
meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi 
karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam 
dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan. 
Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan 
beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, 
memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan 
permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang 
relatif stagnan. 
1.2 Tujuan 
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara budidaya yang baik pada 
tanaman karet. 
1.3. Manfaat yang Diharapkan 
Setelah praktikum ini praktikan dapat mengetahui dan melakukan cara budidaya tanaman 
karet dengan baik dan benar. 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman 
karet yang mencakup Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi 
iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media 
tumbuhnya. 
Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 
LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga 
terlambat. 
Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 
4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika 
sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. 
Tinggi tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan 
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk 
tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C. 
Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk 
penanaman karet 
Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih 
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan 
perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan 
lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai 
dengan syarat tumbuh tanaman karet 
baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis 
mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, 
aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya 
rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya 
kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > 
pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain : 
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas 
- Aerase dan drainase cukup 
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air 
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir 
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur ha (Chairil Anwar, 2001) 
Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu 
mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan 
menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah 
menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun 
pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun 
6 karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon 
karet unggul (Balai Penelitian Informasi Irian Jaya, 1992) 
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul 
sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 
2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, 
yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan 
IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. 
Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi 
memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna 
harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan 
jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan. Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, 
AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 
107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus 
dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 
1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum 
dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks 
sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 
260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena 
itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Tehnis Budidaya agrokoplek, 2012) 
BAB III 
METODOLOGI 
3.1 Waktu dan Tempat 
Praktikum ini dilaksanakan di lahan percobaan laboratorium Agronomi fakultas pertanian 
Universitas Bengkulu pada bulan maret sampai dengan mei 2012.
3.2 Bahan dan Alat 
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit karet hasil okulasi 
yang telah memiliki payung dua, cangkul, pisau, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, dan KCL. 
3.3 Metode Pelaksanaan. 
Ptaktikum ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL). 
3.4 Cara Kerja 
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah: 
 
Pembukaan lahan secara manual, yaitu dengan menebas kayu-kayu dan semak-semak, dan 
mengumpulkannya di pinggir lahan praktikum 
 
Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 (cm) dengan jarak tanam 7m x 2.5 m 
 
Seminggu setelah pembuatan lubang tanam lalu diberikan pupuk kandang pada masing-masing 
lubang tanam masibg-masing lubang tanam diberikan lebih kurang 3 kg pupuk kandang dan 
dibiarkan selama 1 minggu. 
 
Pupuk kandang kemudian dicampur dengan tanah top soil dari galian lubang tanam lalu dilakukan 
penanaman karet. 
 
Dua minggu setelah penanaman dilakukan pemupukan anorganik yaitu urea, SP-36, KCL masing-masing 
50 gr/tanaman 
 
Selama praktikum dilakukan pemeliharaan yang meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan 
pengendalian hama dan penyakit. 
3.5 Sifat-Sifat yang Diamati 
Adapun variabel yang diamati dalam praktikum ini adalah: 
1. Tinggi tanaman. 
Tinggi tanaman diamati seminggu setelah tanaman dengan cara menggukur tanaman mulai 
dari titik okulasi sampai ketitik tumbuh tertinggi tanaman dengan mengunakan penggaris (mistar) 
2. Diamter batang 
Pengukuran diameter batang dilakukan seminggui setelah tanaman, dengan cara mengukur 
lingkar batang tanaman 5 cm diatas okulais dengan mengunakan jangka sorong. 
3. Pertambahan Tinggi Tanaman
Pertambahan Tinggi Tanaman Di Peroleh Dengan Mengurangkan Pengukuran Tinggi 
Tanaman Pada Minggu Terakhir Dengan Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Minggu Pertama, 
Selisihnya Adalah Merupakan Pertambahan Tinggi Dari Tanaman Tersebut. 
4.1 Pertambahan Diameter Batang Tanaman 
Pertambahan Diameter Batang Tanaman Di Peroleh Dengan Mengurangkan Pengukuran 
Diameter Batang Tanaman Pada Minggu Terakhir Dengan Pengukuran Diameter Batang Tanaman 
Pada Minggu Pertama, Selisihnya Adalah Merupakan Pertambahan diameter batang dari tanaman 
tersebut. 
BAB IV 
HASIL DAN ANALISIS HASIL 
4.1 Hasil Pengamatan 
Ulangan 1 
Sample 
pengamatan I pengamatan II 
pengamatan 
III 
Pertambahan 
TT D TT D TT D TT D 
1 39.5 0.57 30.7 65 0.8 25.5 0.23 
2 66.9 0.8 60.45 63 0.85 -3.9 0.05 
3 30 0.7 30.4 65 1.05 35 0.35 
4 82.2 0.9 80.2 68 1 -14.2 0.1 
5 53 0.7 40.85 51 0.8 -2 0.1 
6 51 0.6 50.1 52 0.6 1 0 
7 38.7 0.51 30.8 53 0.7 14.3 0.19 
8 37 0.52 40.5 33 0.7 -4 0.18 
9 42.6 0.5 20.1 38 0.68 -4.6 0.18 
10 26.3 0.61 30.3 46 0.8 19.7 0.19 
rata-rata 
Pertambahan 
9.983333 0.177222
jumlah 
pertambahan 
189.6833 3.367222 
ULANGAN 2 
Sample 
pengamatan I pengamatan II 
pengamatan 
III 
Pertambahan 
TT D TT D TT D TT D 
1 48 0.82 55 60 0.87 12 0.05 
2 37 0.54 44 49 0.59 12 0.05 
3 60 0.91 67 72 0.96 12 0.05 
4 53.4 0.88 65 70 0.93 16.6 0.05 
5 57.1 0.86 64 69 0.91 11.9 0.05 
6 63 0.92 70 75 0.97 12 0.05 
7 39 0.53 36 41.7 0.58 2.7 0.05 
8 45 0.67 52 57.3 0.72 12.3 0.05 
9 43 0.64 50 55 0.69 12 0.05 
10 36 0.58 43 48.1 0.63 12.1 0.05 
Rata-rata 
pertambahan 11.09444 0.051111 
jumlah pertambahan 210.7944 0.92 
Tabel Rata-Rata Pertambahan Tinggi Dan Diameter Tanaman Karet : 
Rata-rata pertambaha TT Rata-rata pertmabahan D 
u1 u3 u1 u3 
8.318182 11.09 0.177222 0.05
4.2 Pembahasan 
Tanaman karet memiliki prospek ke depan yang sangat bagus, karena karet merupakan 
salah satu yang memberikan kontribusi yang cukup besar di pasaran Internasional disamping 
komoditi yang lain sebagai penghasil non migas. Dalam budidaya karet ini tidaklah terlalu sulit, 
sama saja dengan budidaya tanaman perkebunan lainnya pada umumnya, hanya saja dalam 
budidaya karet ini diperlukan ketelitian dan ketelitian yang tinggi jika bibit yang digunakan dalam 
penanaman adalah merupakan bibit dari okulasi. 
Dari hasil praktikum yang kami lakukan (penanaman karet) yaitu pada grafik rata-rata 
pertambahan tinggi dari pada tanaman karet tampak sangat jelas perbedaan antara kedua ulangan, 
pada ulangan pertama rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet cukup rendah sedangkan pada 
ulangan 2 rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet cukup tinggi. Terjadinya perbedaan yang 
sangat signifikan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tumbuhnya tanaman 
misalnya seperti kesuburan tanah, selain itu pada saat tanaman memasuki umur 3 MST, tanaman 
pada ulangan 1 diserang oleh hama (kambing). Dalam hal ini setengah dari bagian tanaman habis 
dimakan oleh hama tersebut, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat karena tanaman 
mengalami stagnasi yang terlalu lama. Dan pada saat tersebut tanaman harus membentuk tunas 
yang baru dan saat dilakukan pengamatan terkahir tunas-tunas tersebut belum berkembang dan 
masih sangat kecil-kecil, sehingga mengakibatkan rendahnya rata-rata pertambahan tinggi 
tanaman karet pada ulangan1. maka dari itu diperlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap 
serangan hama tersebut, sehingga proses budidaya dapat berlangsung lebih baik. 
Sedangkan untuk diameter batang tidak terlalu berbeda, namun rata-rata diameter yang 
tertinggi didapatkan pada tanaman karet pada ulangan 1. hal ini mungkin disebabkan intensitas 
naungan yang mungkin berbeda antara kedua ulangan tersebut, karena dengan intesitas yang lebih 
tinggi tanaman akan memanjang sehingga hasil fotosintesis akan dialokasikan untuk pemanjangan 
batang tanaman. 
KESIMPULAN 
Dari hasil praktikum ini maka kami dapat menyimpulkan beberapa hal: 
 
Teknik budidaya karet pada umumnya adalah sama dengan tanaman tahunan yang lainnya. 
 
Pertumbuhan tanaman akan sangan tergangu jika terlalu lama mengalami stagnasi. 
 
Tingkat naungan pada tanaman akan mempengaruhi laju fotosintesis dan perbesaran diameter pada 
batang.
 
Pembentukan tunas baru pada tanaman karet cukup lama, dikarenakan kandungan getah yang cukup 
banyak sehingga terkadang batang tanaman karet menjadi mengering. 
DAFTAR PUSTAKA 
Balai Penelitian Getas, 2003. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas 
Hutanrubbergetas@indo.net.id. Download 21 juni 1008. 
Joshi, L. 2005. Peningkatan Kapasitas dan budidaya tanaman karet. 
http://www.worldagroforestrycentre.org/sea. Download 21 juni 1008. 
Prasetyo, dkk. 2008. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi 
UNIB, Bengkulu. 
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, 
Bengkulu. 
Soedharoedjian. 1983. Diktat Pedoman Praktek Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UGM, 
Yogyakarta. 
Acara VII 
Perlakuan Benih Sebelum Dikecambahkan Terhadap Pertumbuhan 
Kecambah Kopi (coffea canephora) 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1. Latar Belakang 
Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan mengawinkan 
dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga menghasilkan individu baru 
yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan generatif biasanya dilakukan 
dengan spora tau benih. 
Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebgai berikut :
1. Merupakana cara perbanyakan tanaman yang paling muirah, murah seta tidak memrlukan tenaga 
ahali. 
2. biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produkrif dan daya hidupnya lebih lama. 
3. memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru 
4. menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, 
banjir, dan tahan rebah. 
Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komuditi sesuai maksud 
dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan. Sekalipun 
demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/kualitas benih. 
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu : 
1. Kemurnian benih 
Benih yang murni adalah tidak tercampur dengan varietas lain. dan homegen (tidak tercampur 
dengan kotoran lain)akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang menghasilkan 
dari benih tesebut, oleh karena itu secra umum benih dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 
 Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur 
benih/varietas/galur yang lain dimana tidak diketahui jenis dan sifatnya. 
 Benih homegen yaitu benih secara fisik-mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak 
merusak, misalnya batu kerikil, butir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak dan biji-biji gulma 
2. Daya kecambah dan kecepatan kecambah 
Daya kecambah/ tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah dinyatakan dengan 
banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam (%). Dan 
ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan untuk berkecamabah ini 
ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Benih kopi berkecambah setelah 4-6 minggu. 
Sedangkan benih kopi untuk daya kecam bah10 – 15 hari. 
3. Kandungan air 
Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi capat mati karena 
kakurangan O2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak lembanganya. 
Sebaiknya, jika benih kekurangan air amakan ia akan sulit untuk berkecamabh. Pada dasarnya air 
diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan berpentasi 
kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organik. Oleh karena itu 
kadar air biji akan cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga biji tersebut akan
menjadi tidak tahan disimpan. Olah karena itu puluhankadar air biji sangat menntukan kualitas 
benih suatau tanaman. 
1.2. Tujuan Praktikum 
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara memperlakukan benih kopi selama pra-perkecambahan 
dan untuk melihat pengaruh perlakuan tersebut terhadap pertumbuhan kecambah 
kopi. 
1.3 Manfaat yang diharapkan 
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, 
mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih 
kopi dan ekstraksi yang tepat untuk benih kopi. 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali 
pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah 
yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang 
tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah 
tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia disebelah 
Utara dimana tanahnya sangat tandus. 
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili 
Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh 
dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh 
berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan 
yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat 
dan fungsinya agak berbeda. 
Daerah asal kopi Arabika adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya kopi 
tersebut tumbuh baik secara alami di hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 - 2.000 an dpl. 
Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke negara Arab semenjak tahun 575. Tetapi baru pada abad 
XV, yaitu pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman seperti sekarang. Kopi Arabika pertama 
sekali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh seorang bangsa Belanda. Tetapi sebagai tanaman
perdagangan yang meyakinkan dan pertumbuhannya menjadi baik, baru pada tahun 1699. Karena 
terjadinya mutasi kopi Arabika, maka banyak timbul jenis kecil yang masih termasuk golongan 
Arabika, seperti: 
1. Kopi Arabika varietas Bourbon, ciri-ciri pohon lebih pendek, cabang-cabang bagian bawah tidak 
menurun, melainkan agak naik dan kuat. Daun lebih besar dan daun pucuk berwarna hijau, 
produksinya lebih banyak. 
2. Jenis Catura, berasal dari varietas Bourbon. Pohon lebih pendek, tetapi lebih subur. 
3. Jenis Marago, menghendaki iklim dan tempat penanaman seperti kopi Arabika asli. Pertumbuhan 
tanaman cepat, buah dan bijinya besar, tetapi tidak begitu lebat. 
4. Jenis Pasumah, terdapat di Sumatera. Bentuk pohon lebih kekar, dan agak tahan terhadap Hemileia 
vastarix dari pada jenis Arabika yang murni. 
BAB III 
METODELOGI 
3.1. Bahan dan Alat 
Benih kopi, abu dapur, abu alang-alang, abu sekam.padi/jerami padi, tanah, pasir, pupuk 
kandang, atap rumbia, tali rapia, paku, bambu, ember plastik, dithen M-45, label nama, 
spidol,polibag/bak perkecambahan, cetok, ayakan diameter 0,5 cm, mistar, termometer dan 
sebagainya. 
3.2. Metode pelaksanaan/rancangan yang digunakan 
Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak 
Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor: 
Factor I: macam abu (A), terdiri dari 
 A0 = tanpa ekstraksi (KONTROL) 
 A1= abu dapur 
 A2= abu alang-alang 
 A3= abu sekam padi/jerami padi 
Faktor II : Lama Perendaman (P), terdiri dari : 
Untuk Kelompok I Untuk Kelompok II
P0 = tanpa perendaman 
P1 = Direndam selam 4 jam 
P2 = Direndam selama 8 jam 
P3 = Direndam selam 12 jam 
P4 = Direndam selam 16 jam 
P0 = tanpa perendaman 
P1 = Direndam selam 12 jam 
P2 = Direndam selama 18 jam 
P3 = Direndam selam 24 jam 
Untuk Kelompok III Untuk Kelompok IV 
P0 = tanpa perendaman 
P1 = Direndam selama 16 jam 
P2 = Direndam selama 24 jam 
P3 = Direndam selama 32 jam 
P4 = Direndam selam 40 jam 
P0 = tanpa perendaman 
P1 = Direndam selam 2 jam 
P2 = Direndam selama 8 jam 
P3 = Direndam selam 14 jam 
P4 = Direndam selam 20 jam 
BAB IV 
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS 
Untuk percobaan ini tidak ada data yang dapat dikumpulkan karena kegagalan maka tidak ada 
juga analisis hasil serta pembahasan. 
KESIMPULAN 
Dari praktikum yang kami laksanakankan, bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh 
terhadap perkecambahan adalah faktor lingkungan. 
DAFTAR PUSTAKA 
Prasetyo, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Program Studi Agronomi. ` 
UNIB, Bengkulu 
Danarti. 2007. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta. 
Irawan, G. 2003. Kopi tetap jadi andalan eksport. http://agribisnis.deptan.go.id. Download 21 mei 2011. 
Nur, A.M. 1994. Penyambungan Sebagai Teknologi Alternatif Konservasi Kopi arabika ke Kopi 
Robusta. Warta Pusat penelitian Kopi dan Kakao, Jember 
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, 
Bengkulu.

More Related Content

What's hot

Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
Mohammad Muttaqien
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
Tidar University
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
dyahpuspita73
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
tochi run
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
UNESA
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
Moh Masnur
 
8.modal sebagai faktor produksi usahatani
8.modal sebagai faktor produksi usahatani8.modal sebagai faktor produksi usahatani
8.modal sebagai faktor produksi usahatani
Belman Sinambela Pasaribu
 
25. Sistem tanam tumpang sari oleh monika andini
25. Sistem tanam tumpang sari oleh monika andini25. Sistem tanam tumpang sari oleh monika andini
25. Sistem tanam tumpang sari oleh monika andini
tani57
 
budidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawitbudidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawit
Guntur Raharjo
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
fahmiganteng
 
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
NURUL FADLI
 
Presentasi mekanisasi pertanian
Presentasi mekanisasi pertanianPresentasi mekanisasi pertanian
Presentasi mekanisasi pertanian
FaizalRidho1
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Tidar University
 
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhurTeknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
pandirambo900
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
diana novitasari
 
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
f' yagami
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
NURSAPTIA PURWA ASMARA
 
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Moh Masnur
 

What's hot (20)

Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Alat dan mesin penanaman
Alat dan mesin penanamanAlat dan mesin penanaman
Alat dan mesin penanaman
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
9. pengujian-benih
9. pengujian-benih9. pengujian-benih
9. pengujian-benih
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
8.modal sebagai faktor produksi usahatani
8.modal sebagai faktor produksi usahatani8.modal sebagai faktor produksi usahatani
8.modal sebagai faktor produksi usahatani
 
25. Sistem tanam tumpang sari oleh monika andini
25. Sistem tanam tumpang sari oleh monika andini25. Sistem tanam tumpang sari oleh monika andini
25. Sistem tanam tumpang sari oleh monika andini
 
budidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawitbudidaya kelapa sawit
budidaya kelapa sawit
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
 
Presentasi mekanisasi pertanian
Presentasi mekanisasi pertanianPresentasi mekanisasi pertanian
Presentasi mekanisasi pertanian
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhurTeknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
Teknologi budidaya padi gogo varietas jati luhur
 
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYAPENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
PENGENALAN PESTISIDA DAN ALAT APLIKASINYA
 
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)Respon fisiologi thdp cekaman (9)
Respon fisiologi thdp cekaman (9)
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
 

Similar to Laporan produksi tanaman industri lengkap

Makalah ladang berpindah
Makalah ladang berpindahMakalah ladang berpindah
Makalah ladang berpindah
Naufalin Muhtadi
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
Warnet Raha
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
Septian Muna Barakati
 
PPT MAGANG "Manajemen penanaman tanaman eucalyptus sp"
PPT MAGANG "Manajemen penanaman tanaman eucalyptus sp"PPT MAGANG "Manajemen penanaman tanaman eucalyptus sp"
PPT MAGANG "Manajemen penanaman tanaman eucalyptus sp"
Ana Puja Prihatin
 
Minggu 3 pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
Minggu 3   pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasiMinggu 3   pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
Minggu 3 pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
Mahmud Shakespeare
 
Teknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangroveTeknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangroveChristina Sinaga
 
Artikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerArtikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputer
Rody Gusnantoro
 
TEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF
TEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIFTEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF
TEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF
Repository Ipb
 
Andri Natanael Ketaren Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Laporan SawitAndri Natanael Ketaren Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren
 
Andri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan SawitAndri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren
 
Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
Yuwan Kilmi
 
Tugas prtn nilam dan tebuh
Tugas prtn nilam dan tebuhTugas prtn nilam dan tebuh
Tugas prtn nilam dan tebuh
Rieke Eva
 
Teknik budidaya gaharu
Teknik budidaya gaharuTeknik budidaya gaharu
Teknik budidaya gaharu
cutlanny
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Laporan produksi tanaman industri lengkap (20)

Makalah ladang berpindah
Makalah ladang berpindahMakalah ladang berpindah
Makalah ladang berpindah
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
PPT MAGANG "Manajemen penanaman tanaman eucalyptus sp"
PPT MAGANG "Manajemen penanaman tanaman eucalyptus sp"PPT MAGANG "Manajemen penanaman tanaman eucalyptus sp"
PPT MAGANG "Manajemen penanaman tanaman eucalyptus sp"
 
Minggu 3 pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
Minggu 3   pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasiMinggu 3   pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
Minggu 3 pembibitan, landclearing, penyulaman, kastrasi
 
Teknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangroveTeknik penanaman bibit mangrove
Teknik penanaman bibit mangrove
 
Artikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerArtikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputer
 
Lahan
LahanLahan
Lahan
 
Kunyit
KunyitKunyit
Kunyit
 
5 penghijauan
5 penghijauan5 penghijauan
5 penghijauan
 
TEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF
TEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIFTEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF
TEKNO EKONOMI BUDIDA YA TANAMAN PENGHASIL ENERGI ALTERNATIF
 
Andri Natanael Ketaren Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Laporan SawitAndri Natanael Ketaren Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Laporan Sawit
 
Andri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan SawitAndri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan Sawit
Andri Natanael Ketaren Mercubuana Laporan Sawit
 
Teknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman panganTeknik budidaya tanaman pangan
Teknik budidaya tanaman pangan
 
Tugas prtn nilam dan tebuh
Tugas prtn nilam dan tebuhTugas prtn nilam dan tebuh
Tugas prtn nilam dan tebuh
 
Teknik budidaya gaharu
Teknik budidaya gaharuTeknik budidaya gaharu
Teknik budidaya gaharu
 
Penanaman pohon Silvikultur
Penanaman pohon SilvikulturPenanaman pohon Silvikultur
Penanaman pohon Silvikultur
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
 

More from Ferli Dian SAputra

Pp irigasi drainasi gnp 13 14-2
Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-2Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-2
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-2
Ferli Dian SAputra
 
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
Ferli Dian SAputra
 
Pp irigasi drainasi gnp 13 14
Pp  irigasi drainasi gnp 13 14Pp  irigasi drainasi gnp 13 14
Pp irigasi drainasi gnp 13 14
Ferli Dian SAputra
 
5225162002142. peranan air
5225162002142. peranan air5225162002142. peranan air
5225162002142. peranan air
Ferli Dian SAputra
 
0825162002141. sumber daya-air
0825162002141. sumber daya-air0825162002141. sumber daya-air
0825162002141. sumber daya-air
Ferli Dian SAputra
 
Laporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awanLaporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awan
Ferli Dian SAputra
 
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliLaporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Ferli Dian SAputra
 
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferliLaporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Ferli Dian SAputra
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi anginLaporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi angin
Ferli Dian SAputra
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferli
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferliLaporan praktikum agroklimatologi angin ferli
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferli
Ferli Dian SAputra
 
Ferli dasgron
Ferli dasgronFerli dasgron
Ferli dasgron
Ferli Dian SAputra
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
Ferli Dian SAputra
 
Acara 4 ferli klimatologi
Acara 4 ferli klimatologiAcara 4 ferli klimatologi
Acara 4 ferli klimatologi
Ferli Dian SAputra
 
485610291113 ddm pemberian perintah dan motivasi
485610291113 ddm pemberian perintah dan motivasi485610291113 ddm pemberian perintah dan motivasi
485610291113 ddm pemberian perintah dan motivasi
Ferli Dian SAputra
 
440213231213 bab 13 aspek penting dalam pengendalian
440213231213 bab 13 aspek penting dalam pengendalian440213231213 bab 13 aspek penting dalam pengendalian
440213231213 bab 13 aspek penting dalam pengendalian
Ferli Dian SAputra
 
395910291113 ddm kepemimpinan
395910291113 ddm kepemimpinan395910291113 ddm kepemimpinan
395910291113 ddm kepemimpinan
Ferli Dian SAputra
 
320013231213 bab 15 pembuatan np
320013231213 bab 15 pembuatan np320013231213 bab 15 pembuatan np
320013231213 bab 15 pembuatan np
Ferli Dian SAputra
 
245612231213 bab 11 dasar-dasar proses pengendalian
245612231213 bab 11 dasar-dasar proses pengendalian245612231213 bab 11 dasar-dasar proses pengendalian
245612231213 bab 11 dasar-dasar proses pengendalian
Ferli Dian SAputra
 
230113231213 bab 16 penggunaan np
230113231213 bab 16 penggunaan np230113231213 bab 16 penggunaan np
230113231213 bab 16 penggunaan np
Ferli Dian SAputra
 

More from Ferli Dian SAputra (19)

Pp irigasi drainasi gnp 13 14-2
Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-2Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-2
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-2
 
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)Pp  irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
Pp irigasi drainasi gnp 13 14-1 (1)
 
Pp irigasi drainasi gnp 13 14
Pp  irigasi drainasi gnp 13 14Pp  irigasi drainasi gnp 13 14
Pp irigasi drainasi gnp 13 14
 
5225162002142. peranan air
5225162002142. peranan air5225162002142. peranan air
5225162002142. peranan air
 
0825162002141. sumber daya-air
0825162002141. sumber daya-air0825162002141. sumber daya-air
0825162002141. sumber daya-air
 
Laporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awanLaporan praktikum klimatologi awan
Laporan praktikum klimatologi awan
 
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferliLaporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi kewanan ferli
 
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferliLaporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
Laporan praktikum agroklimatologi hujan ferli
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi anginLaporan praktikum agroklimatologi angin
Laporan praktikum agroklimatologi angin
 
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferli
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferliLaporan praktikum agroklimatologi angin ferli
Laporan praktikum agroklimatologi angin ferli
 
Ferli dasgron
Ferli dasgronFerli dasgron
Ferli dasgron
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Acara 4 ferli klimatologi
Acara 4 ferli klimatologiAcara 4 ferli klimatologi
Acara 4 ferli klimatologi
 
485610291113 ddm pemberian perintah dan motivasi
485610291113 ddm pemberian perintah dan motivasi485610291113 ddm pemberian perintah dan motivasi
485610291113 ddm pemberian perintah dan motivasi
 
440213231213 bab 13 aspek penting dalam pengendalian
440213231213 bab 13 aspek penting dalam pengendalian440213231213 bab 13 aspek penting dalam pengendalian
440213231213 bab 13 aspek penting dalam pengendalian
 
395910291113 ddm kepemimpinan
395910291113 ddm kepemimpinan395910291113 ddm kepemimpinan
395910291113 ddm kepemimpinan
 
320013231213 bab 15 pembuatan np
320013231213 bab 15 pembuatan np320013231213 bab 15 pembuatan np
320013231213 bab 15 pembuatan np
 
245612231213 bab 11 dasar-dasar proses pengendalian
245612231213 bab 11 dasar-dasar proses pengendalian245612231213 bab 11 dasar-dasar proses pengendalian
245612231213 bab 11 dasar-dasar proses pengendalian
 
230113231213 bab 16 penggunaan np
230113231213 bab 16 penggunaan np230113231213 bab 16 penggunaan np
230113231213 bab 16 penggunaan np
 

Laporan produksi tanaman industri lengkap

  • 1. ACARA I PERSIAPAN PEMBUKAAN AREAL TANAMAN PERKEBUNAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari vegetasi yang ada untuk diolah dan disiapkan untuk penanaman. Didalam pembukaan lahan areal yang dibuka berupa hutan primer, hutan sekunder. Oleh karena itu berdasarkan kriteria hutan yang ada dan intensitas pekerjaan yang harus dikerjakan maka dapat digolongkan hutan berat, hutan sedang, dan hutan ringan. (prasetyo, dkk, 2012) Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan penggunaan tanah yang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering. (Hasnudi dan Eniza saleh, 2004) Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat dan sejauh mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin kelestarian sumber daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang optimum ( Soerianegara, 1977 ). 1.2.Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar tindakan/pekerjaan berikutnya mudah dilakukan karena lahan telah bersih dari rumput, semak dan belukar.
  • 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas alng-alang atau bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi berbeda-beda. Namun yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top soil). Selain itu harus memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan. Dalam pembukaan areal perkebunan ini dilakukan beberapa kegiatan yakni: 1. Survei areal Survei areal bertujuan untuk menentukan batas-batas areal yang akan dibuka sekaligus menentukan rencana jaringan blak yang akan dibuat, sekaligus membuat peta dengan cara menghubungkan titik satu dengan titik selanjutnya, baik untuk pengukuran batas areal maupun pembuatan rencana blok. 2. Desain perkebunan Desain perkebunan bertujuan untuk menentukan tataruang dalam kebun yang terbagi dalam afdeling. (Anonim, 2012). Apabila pengolahan tanah kering secara lestari telah dikuasai masyarakat pedesaan, maka tidak akan ada kritis mata pencaharian yang menyebabkan tanah menjadi kritis. Pengendalian teknologi pengolahan tanah kering secara lestari adalah sederhana, tidak memerlukan peralatan serba modern (canggih) dan pendidikan tinggi. Azas pengelolaan lahan kering adalah menciptakan lingkungan perakaran yang dalam, mempertahankan kemampuan tanah menyimpan air dan mengedarkan udara, tindakan terakhir adalah memperkaya tanah dengan zat hara tersedia untuk akar. (Hasnudi dan Eniza saleh, 2004) Untuk pelaksanaan pembukaan lahan dapat dilakukan sebagai berikut:  Pembagian hutan berdasarkan geografis terdiri dari; hutan payo, hutan rawa, hutan pematang, dan hutan dataran dan pegunungan.  Pembagian hutan berdasarkan vegetasi terdiri dari; hutan primer yaitu terdapat pohon dengan diameter >30cm dengan kerapatan 25-100 pohon/ha dan diameter < 30 cm dengan kerapatan 2500 pohon/ha. Dan hutan sekunder yaitu kerapatan [ohon <2500 pohon/ha dengan diameter 30 cm.  Pembagian hutan berdasarkan intensitas cahaya terdiri dari; hutan berat yaitu hutan primer dimana jenis kayu keras masih utuh atau sebagian kecil yang telah diambil. Hutan sedang, yaitu hutan primer yang telah diambil kayu-kayuan terutama yang berdiameter >30 cm, dan hutan ringan yaitu vegetasi yang ada semak belukar serta sisa-sisa kayu dan alang-alang dan umumnya merupakan hutan bekas perladangan. Pembukaan lahan untuk perkebunan dibagi kedalam dua tempat yaitu, pembukaan untuk hutan dan pembukaan untuk alang-alang yang akan diuraikan sebagai berikut:
  • 3.  Pembukaan hutan Pembukaan hutan untuk perkebunan dapat dibagi menjadi 3 cara yaitu sistem mekanik, manual, dan khemis yang semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan.  Pembukaan alang-alang Pembukaan alang-alang untuk dijadikan sebagai lahan perkebunan akan lebih mudah diolah dari pada lahan hutan, namun cara pengerjaannya juga sama dengan areal hutan yaitu secara manual. Mekanik dan khemis. Dalam pembukaan lahan untuk perkebunan perlu dilakukan pencegahan erosi terlebih pada lahan/areal yang miring (berombak, bergelombang atu berbukit), maka usaha-usaha dalam mencegah erosi/kerusakan lahan yaitu: a. Penanaman secara kontur/garis tinggi b. Pembuatan teras yaitu dapat dengan teras individu dan teras kolektif. c. Penanaman tanaman penutup tanah, sangat penting untuk pencegahan erosi. BAB III METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan ini meliputi : semprotan punggung, ember, gelas ukur, tali raffia, herbisida (Round Up, Clean Up, Sun Up,Sida Up). 3.2 Cara Kerja 1. Membuat batas lahan dengan menggunakan talia raffia untuk menentukan areal yang kan ditebas atau disemprot. Pekerjaan penebasan semak belukar dilakukan 2 minggu sebelum penyemprotan. Adapun luas lahan yang digunakan untuk setiap kelompok adalah 15 m x 15 m. 2. Membuat larutan herbisida yang sesuai dengan dosis anjuran yang tertera pada wadah yang ada.
  • 4. 3. Adapun tahapan pembuatan larutan herbisida yaitu sebagi berikut yang pertama memasukan cairan herbisida sesuai takaran ke dalam alat semprot punggung selanjutnya memasukan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga larutan merata. 4. Menyemprotkan larutan herbisida tersebut dengan menggunakan nozel setinggi permukaan semak/belukar. 5. Menyemprotkan larutan herbisida tersebut secara merata kesemua bagian tanaman semak atau belukar yang da pada arealyang telah ditentukan. Arah penyemprotan tidakboleh berlawanandengan arah angin. 6. Mengusahakan agar tekanan pompa tidakberlebihan. 7. Menjaga Jarak atau lebar semburan antara satu penyemprot dengan penyemprot lainnya agar dijga tidak yang tertinggal. 8. Memberi tanda pada saat pengisisan ulang tangki sprayer, untuk mencegah agar ilalang tidak tersemprot atau tersemprot ulang. 9. Melakukan pengulangan penyemprotan apabila turun hujan kurang dari 6 jam setelah penyemprotan. 10. Melakukan penyemprotan kedua setelah 14-21 hari setelah penyemprotan pertama untuk lebih memastikan agar gulma benar-benar mati. 11. Membiarkan hasil penyemprotan sekitar waktu 1-2 minggu untuk dapat mengerjakan kegiatan berikutnnya. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengamatan Jenis Gulma Pengamatan Gulma berdaun lebar 2 hari sebelum penyemprotan baru tampak gulma menguning. Alang-alang 1 minggu setelah penyemprotan baru terlihat efek dari penyemprotan
  • 5. 4.2 Pembahasan Pembukaan lahan merupakan hal yang sangat penting dalam memulai budidaya semua jenis komoditi daripada pertanian tidak terkecuali pada tanaman pangan, hortikultura dan tahunan (perkebunan) semuanya harus dilakukan pengolahan lahan. Namun diantara ketiga golongan tanaman tersebut mungkin berbeda dalam hal pengolahannya misalnya tanaman perkebunan tidak memerlukan pengolahan secara sempurna, cukup dilakukan pengolahan secara minimum bahkan tanpa olah tanah, atau pengolahan cukup dilakukan pada lobang tanaman saja. Dalam pembukaan lahan pada praktikum ini yaitu pembukaan lahan untuk karet dan kopi kami terlebih dahulu menentukan luas lahan yang akan digunakan setelah itu kami melakukan penebasan pada kayu dan semak-semak sedangkan untuk kayu-kayu yang besar tidak seluruhnya kami tebang, berhubung karena sebagian kayu dapat dipergunakan untuk membuat naungan tanaman, terlebih untuk tanaman kopi yang memang memerlukan naungan dalam pertumbuhannya, dan semua semak-semak dan hasil potongan kayu yang lainnya kami kumpulkan di sisi dari petakan lahan kami, dalam praktikum ini kami tidak melakukan pembakaran lahan, karena pembakaran tanah tidak baik dilakukan yaitu dapat membunuh organisme lainnya dan dapat menimbulkan kerusakan pada tanah. Satu minggu setelah penebasan kami melakukan penyemprotan dengan menggunakan herbisida Roun up dengan takaran 4-5 l/1000 l air, dengan bahan aktif glifosat. Herbisida ini dalam bentuk cair yang bersifat sistemik yaitu herbisida yang cara kerjanya, sebelum bereaksi akan masuk kedalam jaringan tumbuhan terlebih dahulu. Tujuan penyemprotan satu minggu setelah penebasan adalah tunas baru daru gulma sudah mulai tumbuh. Pada saat telah dilakukan penyemprotan gulma belum memberikan reaksi masih dalam keadaan semula, hal ini disebabkan oleh herbisida tersebut belum masuk kedalam jaringan tumbuhan tersebut, reaksi/ efek dari penyemprotan tersebut baru mulai terlihat pada 2 hari setelah penyemprotan pada gulma berdaun lebar dan 1 minggu pada gulma alang-alang. Perbedaan lamanya efek/ reaksi yang diberikan gulma terhadap penyemprotan dipengaruhi oleh luasnya/panjangnya jaringan dari gulma tersebut. Pada gulma berdaun lebar pada umumnya sistem perakarannya adalah dangkal sehingga herbisida akan lebih cepat menjangkau seluruh jaringan dari pada gulma tersebut, sedangkan pada gulma alang-alang memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, ditambah dengan rhizoma dari gulma yang dapat menyebar dengan luas, sehingga bahan aktif dari herbisisda akan lebih lama untuk masuk kedalam jaringan gulma tersebut.
  • 6. Pada saat masuk kedalam jaringan tumbuhan bahan aktif tidak langsung membunuh jaringan tanaman tersebut, karena jika langsung membunuh jaringan tanaman yang dilaluinya maka bahan aktif herbisisda tersebut tidak bisa masuk kejaringan yang labih dalam lagi, oleh karena itu herbisida ini akan berreaksi setelah berada pada jaringan tanaman, dan reaksi yang ditunjukkan akan sama pada bagian atas tumbuhan dan bagian bawah tumbuhan akan sama, karena seluruh jaringan telah dimasuki oleh bahan aktif herbisisda tersebut. KESIMPULAN Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas maka dapat kami simpulkan:  Dalam pengolahan lahan kita perlu memperhatikan kemiringan dari lahan yang akan kita gunakan karena dapat mempengaruhi besar kecilnya erosi yang akan terjadi.  Pada pembukaan lahan untuk tanaman perkebunan biasanya pengolahan lahan tanah cukup dilakukan pada lobang tanam saja.  Herbisida Roun up memiliki bahan aktif glifosat yang merupakan herbisida sistemik yang terlebih dahulu akan masuk kedalm jaringan tanaman baru berreaksi.  Lama dan cepatnya reaksi akan ditentukan oleh panjangnya jaringan tumbuhan tersebut dan kandungan zat yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Hasan. 2008. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21 Juni 2008. Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Produksi Tanaman Industri. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
  • 7. Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu. ACARA II TEKNIK PEMBUATAN PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jarak tanam tertentu. Pengajiran dilakukan setelah pembukaan tanah selesai. Setelah ditentukan kerapatan tanaman untuk satu hektar dan ditentukan jarak tanamnya, pengajiran kemudian dilaksanakan. Pengajiran sebaiknya dimuali ditengah-tengah dan bagian kebun yang tertinggi, sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepatnya dalam pengukuran dihilangkan di tepi dan batas-batas kebun, sungai dan jalan, dan dalam perngajiran diperlukan suatu tim yang kompak, dan jumlahnya tidak melebihi 5 orangt setiap timnya. 1.2 Tujuan Tujuan paraktikum ini adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/ teratur letaknya dari berbagai sudutbaik pada lahan datar maupun agak miring. BAB II
  • 8. TINJAUAN PUSTAKA Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas alng-alang atau bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi berbeda-beda. Namun yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top soil). Selain itu harus memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan. Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jarak tanam tertentu. Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat. Pengajiran sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi batas-batas kebun, sungai dan jalan. Tujuan dari pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring. Pengajiran dilakukan setelah pembukaan lahan selesai, dan setelah ditentukan jarak tanamnya. Pengajiran kemudian dilaksanakan. Barisan-barisan karet yang akan terbentuk ada dua macam yaitu:  Barisan lurus, yaitu pada lahan-lahan datar atau agak miring.  Barisan kontur, yaitu pada lahan yang bergelombang atau berbukit. (Prasetyo dkk, 1997) BAB III METODOLOGI 3.1.Bahan dan Alat
  • 9. Bahan dan alat yang digunakan dalam praktilkum ini antaralain meteran, kompas, teropong BTM/theodolit, tali rapis, tali pancang, tongkat ajir induk, tongkat ajir biasa dan cat warna merah. 3.2.Cara Kerja Cara pengajiran untuk tanaman perkebunan kopi dengan menggunkanan system jarak tanam pagar dengan jarak 7m x 2,5 m. 1.Pembuatan ajir induk (dengan menggunakan BTM/ theodolit)  Menentukan arah barat-timur dan utara –selatan dan keduanya tegak lurus berpotongan.  Menentukan titik A untuk awal mulai pekerjaan, selanjutnya diukur AC=CD=35M pada arah BT, dan AG = GH=21M menurut arah US.  Membuat garis a dan b tegak lurus pada BT di C dan D demikian pula p dan q tegak lurus pada US Di G dan H.  Garis a memotong p dan q di F dan I, sedangkan b di E dan J.  Secara sama-sama dibuat petak –petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh areal yang ditangani.  Pada titik A, C, D, E, F, G, H, I, dan J diberi ajir yang dise3but dengan sjir induk. 2. Pembuatan petak sesuai dengan jarak tanam, contoh ACFG  menurut arah GF diukur jarak 7m dengan titik F1, F2, F3, F4, demikian juga AC dengan titik A1, A2, A3, A4.  Mengukur jarak 3 m menurut arah CF dengan titik C1, C2, C3, C4 dst. Demikian juga AG dengan titik G1, G2, G3, G4 dst.  Menghubungkan titik-titik A1 dan F1, A2 dan F2, A3 dan F3, A4 dan F4 dengan menggunakan tali rapia.  Menghubungkan dengan tali titik-titikG1 dan C1, talinya ini akan memotong tali A1F1, A2F2, A3F3, A4F4 dan pada titik potongan ini ditancapkan sebuah ajir. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
  • 10. Dari hasil praktikum diketahui bahwa dalam areal perkebunan yang akan ditanami tanaman perkebunan maka perlu dilakukan pengajiran. Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan atau ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jarak tanam tertentu. Pengajiran (lining) dilakukan setelah selesai pembukaan lahan, sesuai jarak tanaman yang telah ditentukan. Tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah untuk memperoleh barisan tanaman yang teratur, lurus dari berbagai sudut baik pada lahan datar atau miring. Bentuk pengajiran yang ada seperti segi empat, empat persegi panjang, ssegi tiga sama sisi dan pagar tetapi yang dilakukan pada praktikum adalah bentuk segi empat. Pengajiran yang dilakukan pada praktikum ini adalah pada lahan miring, tetapi dibuat teras-teras. Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.Pengajiran sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi batas-batas kebun, sungai dan jalan. Tujuan dari pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring. KESIMPULAN Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengajiran perlu dilakukan untuk areal tanaman perkebunan. Pengajiran bertujuan untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan
  • 11. agak miring, dan pengajiran sebaiknya dimulai pada bagian tengah sehingga jika terjadi kesalahan akan merata dan mudah untuk mencari bagian mana yang salah. DAFTAR PUSTAKA Danarti. 2007. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta. Hasan. 2008. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21 Juni 2008. Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Produksi Tanaman Industri. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu. Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu. ACARA III PEMBUATAN LUBANG TANAM DAN PERSIAPAN TANAM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas. Pembuatan lubang tanam dapat dipandang salah satu bentuk pengelolaan tanah dalam skala kecil. Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-6 bulan sebelum saat tanam tiba. Selama menunggu saat
  • 12. tanam, tanah galian akan mengalami sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sebagai hasil adanya pengaruh iklim. Dalam pembuatan lobang tanam hendaknya mempunyai ukuran yang optimal yang disesuaikan dengan sifat tanah dan jenis bibrt yang akan diatanam. Pada lahan yang gtembur dan subur ukuran lobang tanam digunakan 60 x 60 x 60 cm, sedangkan lahan yang berat dan atau lahan kurang subur lubang tanam dapat digunakan 80 x 80 x 100 cm atau 100 x 100 x 100 cm. lubang tanam dibuat sedemikian rupa sehingga latak ajir tepat di tengah –tengah lubang tanam. Sewaktu menggali lubang ada yang berpendapat bahwa tanah galian bagian bawah dan bagian atas dipisahkan dan ada juga yang berpendapat tanah galian tersebut tidak perlu dipisahkan. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur lahan dan jarak tanam (Anonim, 2012). 1.2. Tujuan Praktikum Untuk memberikan pengertian secara langsung pada praktikan dilapangan sehingga mampu mengindentifikasi dan memecahkan masalah dan menerapkan secara praktis dan benar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bentuk dan ukuran lobang tanam perlu diketahui oleh setiap petani.dalam usaha tani, lubang tanam termasuk bagian yang menentukan hidup/tidaknya bibit setelah tanam. Pembuatan lubang tanam yang dilakukan secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit, karena tanaman perkebunan termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan ceroboh. Lubang tanam untuk bibit asal perkembangbiakan vegetatif (stek) memiliki ukuran yang berbeda dengan lubang tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan generatif (biji) (Sarpian, 2003). Pembuatan lobang tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan lobang tanam lebih dari satu minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian lubang tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal ini dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun. Begitu juga sebaliknya, penggalian lubang tanam yang terlalu cepat atau kurang dari satu minggu juga tidak dianjurkan karena semakin kecil persiapan untuk mengontrol kebenaran ukuran dan posisi lubang. Pembuatan lubang tanam berbeda untuk tanah mineral dengan tanah gambut (Fauzi dkk., 1997).
  • 13. Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas. Pembuatan lubang tanam pada tanah mineral digali secara manual dengan menggunakan cangkul, dimana anak pancang digunakan sebagai titik tengah dari lubang tersebut. Pembuatan lubang tanam pada tanh mineral, baik diareal datar pada teras individu maupun pada teras bersambung, hanya dibuat satu lubang tanam (tunggal). Tanah galian lubang bagian atas (top soil) diletakan disebelah anak pancang tanaman, sedangkan tanah galian lubang bagian bawah (sub soil) diletakan disebelah kiri anak pancang. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur lahan dan jarak tanam. BAB III METODOLOGI 3.1. Bahan dan Alat Alat yang digunakan yaitu : cangkul, gancu, sekop, meteran, timbangan. Sedangkan bahannya adalah pupuk kandang. 3.2. Cara kerja/ pelaksanaan praktikum 1. Survey lokasi, dalam hal ini mengamati keadaan lahan yang ada contohnya:  Vegetasi tanaman yang ada pada lahan tersebut?  Bentuk kontur bagai mana? 2. Menentukan tempat- tempat lahan yang akan dibuat lobang tanam dan sesuai jarak tanamnya. 3. Membersihkan lahan dan sekitarnya yang akan dibuat lobang tanam. 4. Menentukan ukuran lobang tanam 40 cm x 40 cm x 40 cm. 5. Memisahkan hasil galian antara lapisan tanah atas dan lapisan tanah bawah, dimana tanah lapisan atas diletakkan disebelah bkanan lobang dan disebelah kiri tanah lapisan bawah. 6. Membiarkan lobang tanam kena cahaya matahari 7. Mencampur lapisan tanah lapisan bawah dengan pupuk kandang sebanyak 10 kg dan lapisan top soil dengan pupuk kandang 5 kg diaduk sampai merata. 8. Kemudian campuran pupuk kandang dan tanah top soil dimasukkan kebagian bawah lubang dan tanah sup soil diatas dan dibiarka 2 minggu
  • 14. 9. Setelah 2 minggu lobang tanam digali lagi sebesar tanaman, kemudian masukkan bahan tanam kopi kemudian ditutup kembali dengan tanah sambil ditekan agar posisi kopi kuat. Setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman dengan air secukupnya. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan ini dilakukan Lahan percobaan Laboratorium Agronomi UNIB, Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa pembuatan lobang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal disebabkan tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang cukup dalam dan cukup luas. Pembuatan lobang tanam dalam percobaan ini dilakukan dua minggu sebelum penanaman. Pembuatan lobang tanam lebih dari dua minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian lubang tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal ini dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun. Bentuk dan ukuran lobang tanam perlu diketahui oleh setiap petani.dalam usaha tani, lubang tanam termasuk bagian yang menentukan hidup/tidaknya bibit setelah tanam. Pembuatan lubang tanam yang dilakukan secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit, karena tanaman perkebunan termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan ceroboh. Lubang tanam untuk bibit asal perkembangbiakan vegetatif (stek) memiliki ukuran yang berbeda dengan lubang tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan generatif (biji) . Pada percobaan ini tanah galian lubang bagian atas (top soil) sekitar 20 cm dari permukaan tanah dipisahkan dengan tanah galian lubang bagian bawah (sub soil). Hal ini disebabkan karena tanah bagian atas atau top soil lebih subur dibanding dengan tanah bagian bawah (sub soil). Pembuatan lubang tanam juga merupakan salah satu bentuk pengelolaan tanah dalam skala kecil. Pembuatan lubang tanam sebelum penanaman tanah galian akan mengalami sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sebagai hasil adanya pengaruh iklim manfaat lain dari pembuatan lubang tanam ini adalah bagian lubang tersebut akan terhindar dari organisme pengganggu karena dampak dari sinar matahari. Dalam pembuatan lobang tanam hendaknya mempunyai ukuran yang optimal yang disesuaikan dengan sifat tanah dan jenis bibrt yang akan diatanam. Pada praktikum yang telah dilaksanakan ukuran lobang tanam yang dibuat adalah 40 cm x 40 cm x 40 cm, dengan kondisi areal agak curam tetapi sebelumnya telah dibuat teras-teras.
  • 15. Persiapan tanam yang dilakukan dimana pupuk kandang dan tanah sub soil dicampurkan, kemudian dimasukkan kebagian bawah lubang dan tanah top soil diatas dan dibiarkan dua minggu. Penanaman dilakukan dua minggu lobang setelah pembuatn lobang, lobang tanam digali lagi sebesar perakaran tanaman kemudian memasukkan bahan tanam kopi kemudian ditutup kembali dengan tanah sambil ditekan agar posisi kopi kuat. Setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman dengan air secukupnya. Tipe kopi yang ditanam adalah genotip K4. Pertumbuhan kopi pada pegamatan ke tiga hanya mengalami pertumbuhan sedikit, hal ini disebabkan karena pada saat tersebut terjadi musim kemarau. Hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuaikan dengan kontur lahan dan jarak tanam. KESIMPULAN Dari hasil percobaan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan lobang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Tanah top soil dipisahkan dengan tanah sub soil, karena tanah top soil lebih subur dibanding dengan tanah sub soil. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan. DAFTAR PUSTAKA Danarti. 2012. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta. Fauzi dkk., 1997. Pengolahan lahan perkebunan. http://docs.yahoo.com/info/terms/. Download 21 Juni 2008. Sarpian, 2003. Budidaya tanaman tahunan. http://infotek@pu.go.id. Download 21 Juni 2008. Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
  • 16. Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu. ACARA VIII PENGARUH MEDIA EKSTRAKSI TERHADAP PERKECAMBAHAN KAKAO (Theobroa cacao) BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar. Oleh karena itu dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan. Sebagai daerah tropis, Indonesia yang terletak antara 6 LU – 11 LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Namun setiap jenis tanaman mempunyai kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim tertentu, sehingga tidak semua tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk pengembangan tanaman kakao hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian lahannya. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao. Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan mengawinkan dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga menghasilkan individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan generatif biasa dilakukan dengan spora atau benih.
  • 17. Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebagai berikut: 1. Merupakan cara perbanyakan tanaman paling mudah, murah, serta tidak memerlukan tenaga ahli. 2. Biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produktif dan daya hidupnya lebih lama. 3. Memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru. 4. Benihnya mudah disimpan dan dikirim ketempat lain. 5. Menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, kebanjiran, dan tahan rebah. Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komoditi sesuai maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan. Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/ kualitas benih. 1.2 Tujuan Untuk mempelajari pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan benih coklat. 1.3 Manfaat yang diharapkan Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih coklat dan ekstraksi yang tepat untuk benih coklat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. (Abror Yudi Prabowo, 2012)
  • 18. Kondisi agroklimat, seperti ketinggian tempat, curah hujan, kondisi tanah, sifat kimia tanah, ketersediaan unsur hara tanah, dan toksitas sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) dan Pusat Penelitian Kopi & Kakao Jember, tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kakao digolongkan menjadi sesuai (S1), cukup sesuai (S2), agak sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Dengan demikian dapat diketahui tingkat kesesuaian penanaman kakao di suatu wilayah. Penilian tersebut didasarkan atas kondisi agroklimat, sifat fisik dan kimia tanah. Bibit cokelat bisa diperoleh dengan cara generatif, yaitu dari hasil penyemaian biji atau dari hasil perbanyakan vegetatif (setek dan okulasi). Bibit cokelat yang baik untuk ditanam di lapangan adalah yang berumur 4 – 5 bulan, tinggi 50 – 60 cm, berdaun 20 – 45 helai dengan sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm, dan sehat. Banyaknya bibit cokelat yang dibutuhkan adalah tergantung kepada jarak tanam yang akan digunakan. Pemilihan jarak tanam yang optimum bergantung kepada besarnya pohon, jenis tanah, dan iklim areal yang hendak ditanami. (Anonim, 2012) Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas benih yaitu: a. Kemurnian benih Benih yang murni (tidak tercampur dengan varietas lain) dan homogen (tidak tercampur dengan kotoran) akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang dihasilkan dari benih tersebut. Oleh karena itu secara umum benih dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: 1. Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur dengan benih/ varietas/ galur yang lain yang dimana tidak diketahui jenis dan sifatnmya. 2. Benih homogen yaitu benih yang secara fisik – mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak merusak, misalnya batu kerikil, biutir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak, dan biji-biji gulma. b. Daya kecambah dan kecepatan kecambah. Daya kecambah atau tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah yang dinyatakan dalam persen(%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan untuk berkecambah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman benih kopi akan berkecambah setelah 4-6 minggu berada dipersemaian (yahmadi, 1980), sedangkan benih coklat dalam waktu 5-6 hari sudah berkecambah (situmorang, 1980). Kecepatan berkecambah adalah banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu yang lebih pendek daripada daya kecambah, yang dinyatakan dalam persen. Jadi pada dasranya
  • 19. kecepatan berkecambah ini menyatakan berapa persen biji yang dapat berkecambah dengan cepat dan ini menyatakan vigor dari benih tersebut. Untuk benih kopi biasanya kecepatan berkecambah dinyatakan dalam waktu 10-15 hari, sedangkan coklat antara 2-3 hari. c. Kandungan air Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi cepat mati karena kekurangan oksigen atau o2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak lembaganya. Sebaliknya jika benih kekurangan air maka ia akan sulit untuk berkecambah. Pada dasarnya air diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan berpenetrasi kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organic. Oleh karena itu kadar air biji yang cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga biji tersebut akan menjadi tidak tahan disimpan. Oleh karena itu pulalah kadar air biji sangat menentukan kualitas benih suatu tanaman. Sehubungan dengan adanya beberapa factor tersebut diatas perlu diupayakan adanya perlakuan-perlakuan tertentu sebelum biji/ benh dikecambahkan. Sehingga akan diperoleh benih dengan daya kecambah yang cukup tinggi dan berkualitas baik pula. Biji/ benih kopi dan coklat dibungkusi oleh daging biji atau leandir (pulp) yang disenangi oleh semut atau serangga. Untuk menjaga mutu benih maka sebelum dikecambahkan hendaknya pulp ini dihilangkan lebih dahulu dengan cara diaduk menggunakan media abu, diremas-remas dengan bantuan kain atau lap, kemudian dicuci dengan air. Yang penting adalah harus dijaga agar kulit tanduk biji tidak rusak karena perlakuan tersebut. Setelah digosok dengan abu, biji tersebut kemudian dicuci dengan air sampai bersih. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa dorman, maka haru langsung dikecambahkan (situmorang, 1980). Lambatnya penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih(raharjo, 1981). Hal yang sama juga dikemukan oleh chin (1980), bahwa lambatnya penurunnya daya kecambah benih coklat selama masih dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotic mengahalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstraksi untuk mempercepat perkecambahan. Adapun media ekstraksi yang digunakan dapat berupa serbuk gergaji, abu dapur, sekam dan lan-lain. (Prasetyo dkk, 2012) Perkecambahan dilakukan dalam bedengan yang berukuran lebar 0.8 – 1 meter dan panjangnya menurut kebutuhan. Dibuat pada tanah gembur yang diatasnya dilapisi pasir setinggi 15 cm. Bedengan diberi atap setinggi ± 1,5 meter di sebelah Timur dan ± 1.2 meter di sebelah
  • 20. Barat. Cara meletakkan biji dengan radicle(tempat keluarnya akar) di sebelah bawah karena biji kakao bersifat epigeal Biji disusun dengan jarak antar alur ± 3 cm dan antar biji ± 1 cm. Penyiraman dilakukan pagi dan sore. Pemindahan kecambah ke dalam keranjang pembibitan Saat memindahkan ke keranjang / polybag dilakukan bila keping biji mulai tersembul ke atas (biji mulai berkecambah setelah 4-5 hr dikecambahkan dan diharapkan pada hari ke 12 semua biji sudah berkecambah ). Pemindahan jangan terlambat karena menyebabkan terputusnya akar tunggang. Ukuran keranjang / polybag diameter 15 – 20 cm dan tinggi 30 – 35 cm. Polybag diisi dengan tanah kompos dan pasir (1 : 1), polybag berisi kecambah di susun teratur di atas tanah yang sedikit ditinggikan. Penyiraman dilakukan pagi dan sore , pemupukan ZA 2 gram dilakukan 2 mg setelah bibit dipindah ke polybag. Pemindahan bibit ke kebun setelah berumur 4- 6 bulan. Kakao lindak bisa lebih awal karena pertumbuhannya lebih cepat dari pada kakao mulia. Kriteria yang umum digunakan adalah bibit yang sedikitnya mempunyai 12 daun yang sudah tua, tinggi bibit > 50 cm dan diameter batang ± 1,5 cm. Sebelum bibit dipindah, dilakukan hardening (penarangan ) yaitu melatih bibit untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungan di kebun.caranya dengan membuka atap bedengan secara bertahap sebulan sebelum dipindah (tiap minggu 25 %). Dihindari pemindahan bibir berumur > 8 bulan karena sebagian besar akarnya telah menembus polybag, pemindahan dilakukan musim hujan karena biasanya pertumbuhan awalnya mengalami stagnasi.(Hasan, 2012) BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan tempat praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada bulan maret hingga bulan juni lahan sekitar laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan adalah buah coklat, abu sekam padi/ jerami padi, abu alang-alang, abu dapur, tanah (topsoil), pupuk kandang, polibag, dithane M-45, pemukul kayu, naungan, pisau, pasir dan bak tempat perkecambahan. 3.3 Metode pelaksanaan Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:
  • 21. Factor I: macam abu (A), terdiri dari A0 = tanpa ekstraksi A1= abu alang-alang A2= abu dapur A3= abu sekam Factor II: letak biji Kel I = ujung Kel II= tengah Kel III= pangkal Dari kedua factor tersebut diatas maka diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan jumlah sampel untuk setiap kombinasi perlakuan adalah 5 polibag dan masing-masing diulang sebanyak 4 kali sehingga jumnlah polibag keseluruhan adalah 240 polibag. 3.4 cara kerja 1. Menyiapkan bak perkecambahan dari plastik dengan ukuran minimal 30x50cm2 sebanyak 4 buah atau bak perkecambahan dari kayu dengan ukuran 50 x 100cm2. 2. Mengisi bak perkecambahan dengan pasir halus yang telah diayak setebal 10-15 cm. 3. Meletakkan bak yang telah diisi pasir tersebut dibawah naungan yang telah disiapkan terlebih dahulu, tepatnya dirumah kaca laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu. 4. Menyiapkan benih dan memperlakukan dengan abu a. Mengambil buah coklat yang telah masak, buah benih coklat dipecah dengan menggunakan pisau, kemudian benih dipotong menjadi 3 bagian (1/3 bagian ujung, 1/3 bagian tengah, 1/3 bagian pangkal). b. Dalam memperlakukan benih dengan abu, yaitu campuran benih dengan abu yang telah diberi sedikit air, lalu digosok dengan pelan-pelan benih yang tercampur abu tersebut hingga merata, kemudian benih tersebut dicuci dengan air hingga bersih. 5. Benih yang telah diperlakukan selanjutnya ditanam dalam bak perkecambahan dengan jarak tanam 3 x2 cm. Peletakkan masing-masing perlakuan dalam bak perkecambahan diacak, kemudian
  • 22. masing-masing perlakuan diberi label untuk memudahkan dalam pengamatan dan pasir dalam bak dibasahi. 6. Melakukan penyiraman setiappagi dan sore, dalam penyiraman agar diperhatikan untuk tidak merubah posisi benih yang telah ditanam tersebut. 7. Membersihkan tempat perkecambahan tersebut dari gangguan herba yang tumbuh dengan menggunakan tangan secara hati-hati. 8. Mengamati setiap hari benih yang dikecambahkan tersebut, dan mencatat apabila ada benih yang berkecambah untuk setiap perlakuan, pengamatan dilakukan sampai batas waktu yang telah ditentukan. 3.5 Sifat-sifat tanaman yang diamati adalah sebagai berikut:  Tinggi bibit, yang diukur dari leher akar sampai ujung tanaman.  Jumlah daun yang terbentuk pada masing-masing bibit untuk setiap perlakuan.  Diameter batang BAB VI Hasil dan Analisis data 4.1 Hasil pengamatan TINGGI TANAMAN PERLAKUAN ULANGAN JUMLAH I II III AOC1 6.15 1.95 3.35 11.45 AOC2 7.95 9.65 6.65 24.25 AOC3 11.07 9.34 10.31 30.72 A1CI 9.25 8.65 7.35 25.25 A1C2 7.39 9.65 9.90 26.94 A1C3 9.24 9.10 8.70 27.04 A2C1 7.50 6.90 6.50 20.90 A2C2 9.05 7.77 6.40 23.22 A2C3 9.60 10.43 8.39 28.42 A3C1 8.10 7.00 9.90 25.00 A3C2 9.15 7.90 7.85 24.9
  • 23. A3C3 8.74 9.55 10.10 28.39 JUMLAH 103.19 97.89 95.40 296.48 TABEL ANAVA SK dB JK KT F.HIT F.TAB PERLAKUAN 9 59.27 6.59 0.79 GALAT 20 167.49 8.3745 TOTAL 29 226.76 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa tanaman kakao (benih kakao) yang diperlakukan dengan beberapa jenis abu sangat berbeda. Abu yang digunakan pada praktikum ini adalah abu alang-alang, abu dapur dan abu sekam. Sedangkan bahan tanam yang digunakan berasal dari tiga bagian buah kakao yaitu bagian pangkal, bagian tengah dan bagian ujung. Dari data pengamatan dapat kita lihat bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan abu alang-alang yaitu 9 cm sedangkan rata-rata tanaman kakao terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 7.37 cm. Hal ini terjadi karena pada perlakuan kontrol, biji kakao tidak diperlakukan apa-apa sehingga pulp yang terdapat pada biji kakao tetap ada akibatnya biji kakao yang dikecambahkan akan lama mengeluarkan kecambah. Peristiwa ini terjadi karena pulp yang membungkus biji mempunyai suatu rekatan yang apabila mengering dapat melengketkan dengan biji kakao sehingga biji kakao lama berkecambah. Pulp kakao ini juga mengandung rasa yang agak manis sehingga akan mengundang serangga untuk mengerogoti biji kakao akibatnya banyak biji kakao yang tidak tumbuh. Sedangkan tanaman kakao tertingggi terdapat pada perlakuan abu alang-alang. Hal ini dapat terjadi karena pada abu alang-alang butiran abu alang-alang sangat halus dibandingkan dengan abu lainnya sehingga jika abu ini digosokkan pada biji kakao maka biji kakao akan lebih cepat tumbuh. Hal ini terjadi pulp bisa memperlamat pertumbuhan kakao tetapi jika pulpnya dihilangkan maka kakao tersbut akan cepat tumbuh. Untuk sumber biji yang berasal dari bagian buah juga berpengaruh terhapa tingggi tanaman. Pada data diatas dapat dilihat bahwa tingi tanaman tertinggi diterdapat pada bii yang berasal dari
  • 24. ung buah hal ini dikarenakan pda bagian ujung buah, biji tanaman lebih cepat tuanya dibandingkan pada bagian awal karena pembentukan biji yang paling awal adalah bagian ujung dahulu kemudian bagian awal. Sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada biji yang berasal dari bagian pangkal hal ini terjadi karena buah bagian pangkal terjadinya lebih belakangan sehingga tuanya benih juga lebih lambat dan ini akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Jumlah daun terbanyak terdaapat pada perlakuan abu alang-alang sedangkan jumlah daun paling sedkit terdapat pada perlakuan kontrol (tanpa perlakuan). Jumlah daun beturut-turut adalah 3,7 (abu alang-alang), 3,59 (abu sekam), 3,27 (abu dapur) dan 2,6 (kontrol). Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa semakin ada perlakuan penggosokan pada benih maka semakin cepat tumbuhnya benih dan jumlah daunnya pun semakin banyak. Hal ini telah dibuktikan pada praktikum ini, bahwa jika ada penggosokan yang dapat menghilangkan pulp pada biji kakao maka biji tersebut akan lebih cepat tumbuh dibandingkan tanpa perlakuan penggosokan. Pertumbuhan ini dapat berupa bertambahnya tinggi tanaman dan jumlah daun. Selain itu semakin halus bahan pengosokan maka semakin banyak pula pulp yang lepas sehingga kecepatan pertumbuhan tanaman semakin tinggi hal ini bisa dibuktikan dengan perlakuan penghilangan pulp kakao. Misalnya abu alang-alang lebih halus dari abu dapur dan abu sekam sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat dan jumlahnya pun smakin tinggi. Bagian buah yang diambil untuk dijadikan benih juga berbeda daa hal kecepatan pertumbuhan tanaman. Pada praktikum ini jumlah daun terbanyak terdapat pada buah bagian ujung yaitu 3,75 sedangakn jumlah daun paling sedikit yaitu pada bagian pangkal yaitu 2,73. dari data ini dapat kita lihat bahwa semakin ujung bagian biji yang diambil untuk dijadikan benih maka pertumbuhannya semakin cepat tetapi semakin pangkal benih tersebut dijadikan benih maka pertumbuhannya semakin lambat. Hal ini diduga pada bagian pangka suplai nutrisi hara pada buah semakin berkrang dibandingkan pada bagian ujung karena pada bagian ujung lebih dahulu terbentuk biji sedangkan pada bagian pangkal terbentuk lebih blakangan. Akibatnya benih yang tumbuh dari bagian ujung lebih cepat jika dibandingkan dengan asal benih dari bagian pangkal. Dari interaksi kedua perlakuan tersebut dapat kita ketahui bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yang dikombinsaikan dengan biji yang berasal dari buah bagian ujung. Tentunya ini tidak seperti pada hipotesis pertama sebab perlakuan kontrol adalah perlakuan yang paling sedikit dalam hal julah daun maupun tingi tanaman tetapi jika telah dimbinasikan maka perlakuan ini adalah perlakuan yang terbaik karena memiliki rerata tinggi tanaman yang
  • 25. paling tinggi yaitu 30,72 cm. Tanaman yang paling rendah justru terdapat pada kombinsai perlakuan kontrol dapa bagian buha yang pangkal yaitu 11.45 cm. Hal ini terjadi karena pada kombinasi ini biji tidak mendapat perlakuan dalam menghilangkan pulp dan biji diambil dari buah yang paling pangkal. Hipotesis kita perlakuan ini memiliki tinggi tanaman yang paling rendah dan hal ini dapat dibuktikan pada perlakuan tesebut. Meskipun tinggi tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan kontrol dengan sumber biji bagian ujung tetapi rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan abu alang-alang yaitu sebesar 26,41 cm lalu abu sekam 26,09 cm, abu dapur 24,41 cm dan terakir kontrol yaitu 21,99 cm. Sedangkan tinggi tanaman yang paling tinggi dari suber biji bagian ujung yaitu sebesar 28,64 cm lalu bagian tengah yaitu 24,82 cm dan bagian pangkal yaitu 20,65 cm. Data ini cukup untuk menggambarkan bahwa kita sebaiknya menggunakan abu alang-alang kita akan menghilangkan pulp dari biji kakao bila kita akan mengecambahkan kakao sebab dengan mengunakan pulp yang lebih halus butirannya maka pulp yang menempel pada biji kakao akan lebih cepat lepas sehingga biji kakao akan cepat tumbuh dan berkembang. Sedangkan bagian buah yang baik untuk dikecambahkan adalah baian ujung sebab pada bagian ini suplai bakal tanaman muda telah siap dbandingkan dengan bagian tengah aau pangkal. Tetapi bagian ini tidak baik jika digunakan untuk bibit sebab bagian ini kurang bagus untuk hasil tanaman. Meskipun pertumbuhan awalnya baik tetapi bagian ini tidak baik untuk dijadikan bibit. KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang kami buat pada praktikum ini adalah:  Tinggi tanaman tertinggi terdpat padaa perlakuan abu alang-alang dan terendah terdapat pada perlakuan kontrol sedangkan bagian buah yang terbaik untuk tingggi tanaman adalah bagian ujung dan yang tidak baik adalah bagian pangkal.  Tanaman yang paling banyak jumlah daunnya terdapat pada perlakuan abu alang-alang dan terendah terdapat pada perlakuan kontrol sedangkan bagian buah yang terbaik untuk jumlah daun tanaman adalah bagian ujung dan yang tidak baik adalah bagian pangkal.  Kombinasi yang terbaik untuk tinggi tanaman adalah kombinasi abu alang-alang dengan bagian ujung buah sedangkan bagian yang paling tidak baik adalah perlakuan kontrol dengan pangkal buah.
  • 26.  Perlakuan yang paling baik jika diperlakukan sendiri-sendiri adalah perlakuan abu alang-alang dengan bagian buah bagian ujung.  Meskipun bagian ujung paling baik untuk pertumbuhan awal tetapi hal ini tidak baik untuk tanaman yang berproduksi tinggi sebab bagian ujung memiliki produksi tanaman yang rendah justru sebaiknya bagian tengah buah. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. Profil singkat komoditi Kakao. www.iccri.net. Download 21 juni 2008. Hasan. 2012. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21 Juni 2008. Prabowo, A.Y. 2006. Pembibitan Tanaman Coklat. http://docs.yahoo.com/info/terms/. Download 21 Juni 2008. Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu. Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu. ACARA IX KOMPATIBILITAS OKULASI BEBERAPA BATANG BAWAH DENGAN BATANG ATAS TANAMAN KARET (Hevea brasilinsis. Muell arg) BAB I
  • 27. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya. Produktivitas karet saat ini mutunya masih sangat rendah. Petani belum menanam karet unggul. Sekian banyak faktor penyebab diantaranya, kebanyakan masyarakat hanya menanam bibit karet asal dari biji (seedling), keterbatasan modal dan pengetahuan petani, ditambah lagi dengan usaha peremajaan karet tua yang sudah tidak produktif lagi sangat lambat. Field manager ICRAF-Jambi, (lembaga pusat penelitian untuk wanatani agroforestry) Beberapa alternatif untuk meningkatkan produksi karet diantaranya, petani karet perlu menanam jenis atau klon karet yang dianjurkan nasional dari bahan tanam yang berkualitas baik. ”Dalam hal ini petani yang terpenting, perlu dilakukannya pelatihan yang kontinue kepada petani karet tentang pembudidayaan karet unggul. Sehingga para petani benar-benar tahu bagaimana memilih bibit yang berkualitas, pemeliharaan, pengendalian penyakit, dan teknik penyadapan” harus menanam bibit karet unggul dari okulasi yang jelas entresnya (sumber mata okulasi karet) bukan yang asal-asalan. Namun yang terpenting lagi, perlu dilakukannya pelatihan yang kontinue kepada petani karet tentang pembudidayaan karet unggul. Sehingga para petani benar-benar tahu bagaimana memilih bibit yang berkualitas. I.2 Tujuan Untuk mengetahui kompatibilitas batang bawah yang berasal dari biji enam klon karet dengan dua klon enters. I.3 Manfaat yang diharapkan Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara tehnik okulasi yang baik dan kesesuaian antara batang atas dan bawah untuk melakukan okulasi.
  • 28. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karet merupakan tanaman berumah satu (monoceous), yang dapat menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga. Tanaman karet mulai berbunga pada umur 7 tahun, dan pembungaan terjadi pada akhir musim penghujan dengan proses, mula-mula tanaman menggugurkan daun hingga tanaman kelihatan gundul, kemudian keluar kuncup baru bersamaan dengan mulainnya pembungaan. (Soedharoedjian, 1983) Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sbb:  Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1/2 - 3/4 cm.  Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata diambil dari ketiak daun.  Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit jendela dan kambium  Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang tebalnya 0,04 mm.  Minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.  Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan arah pemotongan miring. (Balai Penelitian Getas, 2003) Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI, LCB 1320 dan PR 228. (Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, 1992) Okulasi berasal dari bahasa Belanda “oculatif” atau dalam bahasa Inggris disebut ”Budding” yaitu penempelan satu mata tunas (bud) sebagai batang atas kepada batang bawah, sehingga terbentuk kombinasi tanaman baru. Okulasi pada tanaman karet bertujuan untuk menyatukan sifat baik yang domiliki batang bawah dan batang atas. Dari hari okulasi akan diperoleh bahan tanaman karet unggul berupa stump mata tidur, stump mini, dan stupm tinggi. (Prasetyo dkk, 2012)
  • 29. Stum okulasi mata tidur (OMT) adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup seragam, mudah dikemas, mudah diatur dan mudah diangkut. Stump mini yaitu panjang stump 50 cm dengan kulit batang telah berwarna coklat, stump ini telah berumur 12-18 bulan setelah pemotongan. Okulasi tinggi yaitu merupakan okulasi mata tidur yang tidak dipindahkan ke kebun dan mata enters dibiarkan bertunas, serta tunas ini dipelihara selama 24-36 bulan di pembibitan. Panjang stump 250-300 cm. Stump tinggi okulasi membutuhkan waktu 3-4 tahun sedangkan bibit yang lainnya antara 1-2 tahun.(Laxman Joshi, 2005) Okulasi langsung terhadap anakan karet dilapangan secara teknis dapat dilakukan dibawah tajuk dengan naungan ringan. Keberhasilan okulasi dan pertumbuhan tunas setara dengan di tempat tajuk terbuka, khususnya untuk klon PB260. Pertumbuhan tunas secara nyata dipengaruhi oleh tajuk dan faktor faktor kompetisi lainnya yang ada. Okulasi langsung dibawah tajuk lebat tidak disarankan untuk dilakukan. Diantara dua klon yang diuji, PB260 sedikit lebih baik dari RRIC100. Hal ini memberikan petunjuk bahwa kedua klon ini, sebagaimana klon klon lainnya yang dipakai, telah dipilih berdasarkan penampilannya di tempat terbuka dan bebas dari persaingan sekelilingnya. Uji coba terhadap berbagai klon untuk okulasi dibawah tajuk dengan berbagai kondisi akan dapat memberikan informasi penampilan klon pada kondisi diatas. Manipulasi terhadap ukuran tajuk dilakukan secara hati hati dan pengurangan pengaruh vegetasi di atas tanah terhadap tanaman baru akan dapat menambah keberhasilan tumbuh dan pertumbuhan tanaman yang diokulasi langsung. (Balai Penelitian Getas, 2003) Tanaman hasil okulasi memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan perbanyakan stek atau cangkokan yaitu: 1) perakarannya kuat. 2) Tahan terhadap serangan hama dan penyakit, 3) kualitas dan kuantitasnya lebih baik. Disamping kelebihan okulasi juga memiliki kelemahan yaitu tingkat keberhasilannya rendah bila okulasi terhadap spesies yang berbeda, sebab antara batang atas dan batang bawah terdapat perbedaan fisiologi. Disamping itu untuk tanaman yang bergetah tinggi yaitu seperti nagka, manggis, sawo, dan duku, tingkat keberhasilan okulasi juga rendah. Tehnik okulasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu: okulasi T, okulasi Fokert. Okulasi Hukum, dan okulasi Segi empat. (Prasetyo, 2012) BAB III METODOLOGI 3.1 Bahan dan Alat
  • 30. Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah GT-1, PR-300, AVROS-2037, RRIM-600, klon local Bengkulu yaitu cenggri 1 dan Cenggri 2 sebagai batang bawah dan BPM- 1, PBM-26 sebagai batang atas, plastic pembungkus es sebagai pengikat hasil okulasi dan vaselin, pisau okulasi, kertas label, dan polybag. 3.2 Metode pelaksanaan Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang disusun secara factorial. Factor pertama adalah batang atas yang terdidri dari dua klon, dan factor kedua adalah batang bawah yang terdiri dari enam (6) biji klon. Adapun factor I batang atas terdiri dari:  A1 = BPM-1  A2 = PBM -26 Faktor II batang bawah terdiri dari:  B1 = GT-1  B2 = PR-300  B3 = AVROS-2037  B4 = PRIM-600  B5 = Lokal Cenggri 1/2 3.3 cara kerja Teknik okulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah teknik okulasi segi empat. Adapun tahapan okulasi segi empat adalah:  Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat atau bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi) kulit nyang telah diiris tersebut dikelupas dengan hati-hati, kemudian irisan tersebut ditempelkan kembali agar kambium tidak mengering.  Batang atas/mata tunas diiris segi empat sesuai dengan bentuk irisan batang bawah tetapi ukurannya sedikit lebih kecil.
  • 31.  Selanjutnya menempelkan mata tunas pada batang bawah, pada bagian luka diolesi dengan vaselin selanjutnya diikat dengan tali plastik.  Hasil okulasi dapat dilihat pada hari ketujuh setelah okulasi dengan membuka plastik pengikat. Okulasi jadi ditandai dengan masih tetap hijaunya mata tunas, sedangkan mata tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan tidak berhasil/mati. 3.4 Sifat-sifat tanaman yang diamati adalah sebagai berikut:  Persentase okulasi yang jadi (%)  Panjang tunas (mm)  Jumlah daun (helai)  Diameter tunas (mm) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Dalam praktikum ini kami tidak melakuan pengamatan lebih lanjut, kami hanya memfokuskan pada teknik/cara pengokulasian yang baik. Dalam praktikum ini kami juga tidak melakukan analisis data sehingga data yang terkulpul tidak dapat kami amati secara langsung tetapi kami hanya melakuakn percobaan okulasi langsung pada bahan tanam. 4.2 Pembahasan Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, pada dasarnya tanaman karet mudah untuk diokulasi. Hal ini dapat dibuktikan secara langsung pada praktikum ini. Hanya saja kegagalan yang menimpa berupa keringnya mata okulasi sehingga mata okulasi tidak dapat tumbuh. Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari kelas dikotil sehingga tanaman ini dapat dengan mudah untuk diokulasi. Tehnik okulasi juga tidaklah terlalu sulit namun yang penting disini adalah bahan tanam yang dijadikan sebagai okulasi benar-benar terjamin kelangsungannya. Dalam tehnik okulasi ini yang pertama harus kita perhatikan dalah persiapan bahan tanam yang akan kita okulasikan yaitu batang bawah telah benar-benar siap untuk diokulasi. Cirri-ciri batang bawah telah siap untuk diokulasi yaitu batangnya telah memiliki mata tunas, telah berumur 4-8 bulan tergantung pada stump yang akan kita gunakan (stump mata tidaur, stump tinggi dan lain-lain). Setelah siap maka yang terpenting adalah mata tunas yang akan diokulasikan yaitu mata tunas yang berasal dari tanaman yang sehat dan segar. Apabila mata tunas tidak segar mata kemungkinan pertumbuhan okulasi akan terhambat bahkan mata okulasi akan gagal atau tidak tumbuh. Selain itu yang hal yang penting adalah iklim tempat tumbuhnya tanaman. Iklim juga sangat mempengaruhi pertumbuhan karena iklim juga dapat memperhambat atau bahkan mendorong tumbuhnya tanaman. Misalnya iklim penghujan akan menghambat jadinya okulasi karena dapat mengagalkan mata okulasi untuk bersatu. Demikian pula dengan iklim yang panas klarenaiklim panas dapat mengurangi persediaan air sehingga bahan okulasi akan kekeringan dan mata okulasi tidak tumbuh. Kesemua factor ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan okulasi.
  • 32. Pada praktikum ini factor yang sangat perberan dalam gagalnya okulasi tumbuh adalah bahan mata okulasi yang diambil sudak agak kering sehingga tumbuhnya mata tunas menjadi sangat kecil bahkan tidak ada yang tumbuh. Selain itu adanya iklim yang kurang baik untuk masa okulasi, karena selama okulasi berlangsung cuaca sangat panas dan tidak ada hujan. Hal ini juga sedikit banyak mempengaruhi tumbuhnya mata tunas. Dengan kondisi yang demikian maka pertumbuhan mata tunas juga semakin kecil. Selain factor diatas ada juga beberapa kesalahan yang dilakukan oleh praktikan dan kesalan ini sangat fatal karena mengokulasi tidak pada mata tunasnya, akibatnya mata tunas tidak tumbuh karena tempat keluarnya mata tunas tidak ada. Pada praktikum ini ada beberapa batang bawah yang akan dicobakan untuk kompatibelnya dengan batang atas yaitu GT-1, PR-300, AVROS-2037, PRIM-600, Lokal Cenggri 1 dan lokal Cenggri 2 sedangakan batang atas yang kan dicobakan adalah BPM-1 dan BPM-26. kesemua batang bawah dan batang atas ini tentunya memiliki keunggulan tersendiri misalnya batang bawah unggul dalam kekuatan akarnya didalam tanah, tahan penyakit busuk akar, tidak mudah rebah dan lain-lain sedangkan keungulan batang atas seperti lateks tanaman banyak, besar dan memiliki kandungan lateks yang tinggi. Sebenarnya kompatibilitas tanaman karet tidaklah terlalu sedikit karena walaupun batang bawah berasal dari jenis lain tetapi sebenarnya jenis tersebut masih dalam satu famili yaitu euphorbiacecae sehingga sifat kompatibelnya masih tinggi. Oleh sebab itu okulasi pada tanaman karet pada dasarnya banyak yang jadi karena hubungan kekerabatan yang dekat antar jenis klon yang diokulasikan hanya saja faktor ada pembatas yang perlu dijaga agar kompatibilitas okulasi dapat terjadi untuk menghasilkan tanaman karet hasil okulasi. KESIMPULAN Beberapa hal yang perlu kami simpulkan pada praktikum ini adalah ;  Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh tidaknya okulasi tanaman karet diantaranya iklim, lingkungan dan tanaman itu sendiri dan orang yang melakukannya.  Pada dasarnya okulasi pada tanaman karet memiliki sifat kompatibel yang tinggi karena tanaman karet diokulasikan masih dalam satu famili sehingga hubungan kekerabatan semakin dekat dan kompatibel semakin tinggi.  Pada okulasi tanaman karet masing-masing tanaman yang akan diokulasi akan memberikan sifat unggulnya masing-masing misalnya sifat ungul dari batang bawah dan dari batang atas.  Teknik okulasi sebenarnya mudah dilakukan tetapi membutuhkan ketelitian dan faktor pendukung yang baik agar okulasi tanaman karet dapat berhasil.
  • 33. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Getas, 2003. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas Hutanrubbergetas@indo.net.id. Download 21 juni 1008. Joshi, L. 2005. Peningkatan Kapasitas dan budidaya tanaman karet. http://www.worldagroforestrycentre.org/sea. Download 21 juni 1008. Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu. Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu. Soedharoedjian. 1983. Diktat Pedoman Praktek Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. ACARA IV PEMELIHARAAN TANAMAN KARET BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan
  • 34. memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif. Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan. Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif stagnan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara budidaya yang baik pada tanaman karet. 1.3. Manfaat yang Diharapkan Setelah praktikum ini praktikan dapat mengetahui dan melakukan cara budidaya tanaman karet dengan baik dan benar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
  • 35. Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya. Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Tinggi tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C. Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain : - Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas - Aerase dan drainase cukup - Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air - Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir - Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
  • 36. - Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur ha (Chairil Anwar, 2001) Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun 6 karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul (Balai Penelitian Informasi Irian Jaya, 1992) Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan. Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Tehnis Budidaya agrokoplek, 2012) BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan di lahan percobaan laboratorium Agronomi fakultas pertanian Universitas Bengkulu pada bulan maret sampai dengan mei 2012.
  • 37. 3.2 Bahan dan Alat Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit karet hasil okulasi yang telah memiliki payung dua, cangkul, pisau, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, dan KCL. 3.3 Metode Pelaksanaan. Ptaktikum ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL). 3.4 Cara Kerja Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:  Pembukaan lahan secara manual, yaitu dengan menebas kayu-kayu dan semak-semak, dan mengumpulkannya di pinggir lahan praktikum  Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 (cm) dengan jarak tanam 7m x 2.5 m  Seminggu setelah pembuatan lubang tanam lalu diberikan pupuk kandang pada masing-masing lubang tanam masibg-masing lubang tanam diberikan lebih kurang 3 kg pupuk kandang dan dibiarkan selama 1 minggu.  Pupuk kandang kemudian dicampur dengan tanah top soil dari galian lubang tanam lalu dilakukan penanaman karet.  Dua minggu setelah penanaman dilakukan pemupukan anorganik yaitu urea, SP-36, KCL masing-masing 50 gr/tanaman  Selama praktikum dilakukan pemeliharaan yang meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit. 3.5 Sifat-Sifat yang Diamati Adapun variabel yang diamati dalam praktikum ini adalah: 1. Tinggi tanaman. Tinggi tanaman diamati seminggu setelah tanaman dengan cara menggukur tanaman mulai dari titik okulasi sampai ketitik tumbuh tertinggi tanaman dengan mengunakan penggaris (mistar) 2. Diamter batang Pengukuran diameter batang dilakukan seminggui setelah tanaman, dengan cara mengukur lingkar batang tanaman 5 cm diatas okulais dengan mengunakan jangka sorong. 3. Pertambahan Tinggi Tanaman
  • 38. Pertambahan Tinggi Tanaman Di Peroleh Dengan Mengurangkan Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Minggu Terakhir Dengan Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Minggu Pertama, Selisihnya Adalah Merupakan Pertambahan Tinggi Dari Tanaman Tersebut. 4.1 Pertambahan Diameter Batang Tanaman Pertambahan Diameter Batang Tanaman Di Peroleh Dengan Mengurangkan Pengukuran Diameter Batang Tanaman Pada Minggu Terakhir Dengan Pengukuran Diameter Batang Tanaman Pada Minggu Pertama, Selisihnya Adalah Merupakan Pertambahan diameter batang dari tanaman tersebut. BAB IV HASIL DAN ANALISIS HASIL 4.1 Hasil Pengamatan Ulangan 1 Sample pengamatan I pengamatan II pengamatan III Pertambahan TT D TT D TT D TT D 1 39.5 0.57 30.7 65 0.8 25.5 0.23 2 66.9 0.8 60.45 63 0.85 -3.9 0.05 3 30 0.7 30.4 65 1.05 35 0.35 4 82.2 0.9 80.2 68 1 -14.2 0.1 5 53 0.7 40.85 51 0.8 -2 0.1 6 51 0.6 50.1 52 0.6 1 0 7 38.7 0.51 30.8 53 0.7 14.3 0.19 8 37 0.52 40.5 33 0.7 -4 0.18 9 42.6 0.5 20.1 38 0.68 -4.6 0.18 10 26.3 0.61 30.3 46 0.8 19.7 0.19 rata-rata Pertambahan 9.983333 0.177222
  • 39. jumlah pertambahan 189.6833 3.367222 ULANGAN 2 Sample pengamatan I pengamatan II pengamatan III Pertambahan TT D TT D TT D TT D 1 48 0.82 55 60 0.87 12 0.05 2 37 0.54 44 49 0.59 12 0.05 3 60 0.91 67 72 0.96 12 0.05 4 53.4 0.88 65 70 0.93 16.6 0.05 5 57.1 0.86 64 69 0.91 11.9 0.05 6 63 0.92 70 75 0.97 12 0.05 7 39 0.53 36 41.7 0.58 2.7 0.05 8 45 0.67 52 57.3 0.72 12.3 0.05 9 43 0.64 50 55 0.69 12 0.05 10 36 0.58 43 48.1 0.63 12.1 0.05 Rata-rata pertambahan 11.09444 0.051111 jumlah pertambahan 210.7944 0.92 Tabel Rata-Rata Pertambahan Tinggi Dan Diameter Tanaman Karet : Rata-rata pertambaha TT Rata-rata pertmabahan D u1 u3 u1 u3 8.318182 11.09 0.177222 0.05
  • 40. 4.2 Pembahasan Tanaman karet memiliki prospek ke depan yang sangat bagus, karena karet merupakan salah satu yang memberikan kontribusi yang cukup besar di pasaran Internasional disamping komoditi yang lain sebagai penghasil non migas. Dalam budidaya karet ini tidaklah terlalu sulit, sama saja dengan budidaya tanaman perkebunan lainnya pada umumnya, hanya saja dalam budidaya karet ini diperlukan ketelitian dan ketelitian yang tinggi jika bibit yang digunakan dalam penanaman adalah merupakan bibit dari okulasi. Dari hasil praktikum yang kami lakukan (penanaman karet) yaitu pada grafik rata-rata pertambahan tinggi dari pada tanaman karet tampak sangat jelas perbedaan antara kedua ulangan, pada ulangan pertama rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet cukup rendah sedangkan pada ulangan 2 rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet cukup tinggi. Terjadinya perbedaan yang sangat signifikan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tumbuhnya tanaman misalnya seperti kesuburan tanah, selain itu pada saat tanaman memasuki umur 3 MST, tanaman pada ulangan 1 diserang oleh hama (kambing). Dalam hal ini setengah dari bagian tanaman habis dimakan oleh hama tersebut, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat karena tanaman mengalami stagnasi yang terlalu lama. Dan pada saat tersebut tanaman harus membentuk tunas yang baru dan saat dilakukan pengamatan terkahir tunas-tunas tersebut belum berkembang dan masih sangat kecil-kecil, sehingga mengakibatkan rendahnya rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet pada ulangan1. maka dari itu diperlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap serangan hama tersebut, sehingga proses budidaya dapat berlangsung lebih baik. Sedangkan untuk diameter batang tidak terlalu berbeda, namun rata-rata diameter yang tertinggi didapatkan pada tanaman karet pada ulangan 1. hal ini mungkin disebabkan intensitas naungan yang mungkin berbeda antara kedua ulangan tersebut, karena dengan intesitas yang lebih tinggi tanaman akan memanjang sehingga hasil fotosintesis akan dialokasikan untuk pemanjangan batang tanaman. KESIMPULAN Dari hasil praktikum ini maka kami dapat menyimpulkan beberapa hal:  Teknik budidaya karet pada umumnya adalah sama dengan tanaman tahunan yang lainnya.  Pertumbuhan tanaman akan sangan tergangu jika terlalu lama mengalami stagnasi.  Tingkat naungan pada tanaman akan mempengaruhi laju fotosintesis dan perbesaran diameter pada batang.
  • 41.  Pembentukan tunas baru pada tanaman karet cukup lama, dikarenakan kandungan getah yang cukup banyak sehingga terkadang batang tanaman karet menjadi mengering. DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Getas, 2003. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas Hutanrubbergetas@indo.net.id. Download 21 juni 1008. Joshi, L. 2005. Peningkatan Kapasitas dan budidaya tanaman karet. http://www.worldagroforestrycentre.org/sea. Download 21 juni 1008. Prasetyo, dkk. 2008. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu. Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu. Soedharoedjian. 1983. Diktat Pedoman Praktek Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. Acara VII Perlakuan Benih Sebelum Dikecambahkan Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kopi (coffea canephora) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan mengawinkan dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga menghasilkan individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan generatif biasanya dilakukan dengan spora tau benih. Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebgai berikut :
  • 42. 1. Merupakana cara perbanyakan tanaman yang paling muirah, murah seta tidak memrlukan tenaga ahali. 2. biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produkrif dan daya hidupnya lebih lama. 3. memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru 4. menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, banjir, dan tahan rebah. Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komuditi sesuai maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan. Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/kualitas benih. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu : 1. Kemurnian benih Benih yang murni adalah tidak tercampur dengan varietas lain. dan homegen (tidak tercampur dengan kotoran lain)akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang menghasilkan dari benih tesebut, oleh karena itu secra umum benih dapat digolongkan menjadi dua yaitu :  Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur benih/varietas/galur yang lain dimana tidak diketahui jenis dan sifatnya.  Benih homegen yaitu benih secara fisik-mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak merusak, misalnya batu kerikil, butir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak dan biji-biji gulma 2. Daya kecambah dan kecepatan kecambah Daya kecambah/ tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah dinyatakan dengan banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam (%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan untuk berkecamabah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Benih kopi berkecambah setelah 4-6 minggu. Sedangkan benih kopi untuk daya kecam bah10 – 15 hari. 3. Kandungan air Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi capat mati karena kakurangan O2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak lembanganya. Sebaiknya, jika benih kekurangan air amakan ia akan sulit untuk berkecamabh. Pada dasarnya air diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan berpentasi kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organik. Oleh karena itu kadar air biji akan cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga biji tersebut akan
  • 43. menjadi tidak tahan disimpan. Olah karena itu puluhankadar air biji sangat menntukan kualitas benih suatau tanaman. 1.2. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara memperlakukan benih kopi selama pra-perkecambahan dan untuk melihat pengaruh perlakuan tersebut terhadap pertumbuhan kecambah kopi. 1.3 Manfaat yang diharapkan Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih kopi dan ekstraksi yang tepat untuk benih kopi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia disebelah Utara dimana tanahnya sangat tandus. Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda. Daerah asal kopi Arabika adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya kopi tersebut tumbuh baik secara alami di hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 - 2.000 an dpl. Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke negara Arab semenjak tahun 575. Tetapi baru pada abad XV, yaitu pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman seperti sekarang. Kopi Arabika pertama sekali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh seorang bangsa Belanda. Tetapi sebagai tanaman
  • 44. perdagangan yang meyakinkan dan pertumbuhannya menjadi baik, baru pada tahun 1699. Karena terjadinya mutasi kopi Arabika, maka banyak timbul jenis kecil yang masih termasuk golongan Arabika, seperti: 1. Kopi Arabika varietas Bourbon, ciri-ciri pohon lebih pendek, cabang-cabang bagian bawah tidak menurun, melainkan agak naik dan kuat. Daun lebih besar dan daun pucuk berwarna hijau, produksinya lebih banyak. 2. Jenis Catura, berasal dari varietas Bourbon. Pohon lebih pendek, tetapi lebih subur. 3. Jenis Marago, menghendaki iklim dan tempat penanaman seperti kopi Arabika asli. Pertumbuhan tanaman cepat, buah dan bijinya besar, tetapi tidak begitu lebat. 4. Jenis Pasumah, terdapat di Sumatera. Bentuk pohon lebih kekar, dan agak tahan terhadap Hemileia vastarix dari pada jenis Arabika yang murni. BAB III METODELOGI 3.1. Bahan dan Alat Benih kopi, abu dapur, abu alang-alang, abu sekam.padi/jerami padi, tanah, pasir, pupuk kandang, atap rumbia, tali rapia, paku, bambu, ember plastik, dithen M-45, label nama, spidol,polibag/bak perkecambahan, cetok, ayakan diameter 0,5 cm, mistar, termometer dan sebagainya. 3.2. Metode pelaksanaan/rancangan yang digunakan Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor: Factor I: macam abu (A), terdiri dari  A0 = tanpa ekstraksi (KONTROL)  A1= abu dapur  A2= abu alang-alang  A3= abu sekam padi/jerami padi Faktor II : Lama Perendaman (P), terdiri dari : Untuk Kelompok I Untuk Kelompok II
  • 45. P0 = tanpa perendaman P1 = Direndam selam 4 jam P2 = Direndam selama 8 jam P3 = Direndam selam 12 jam P4 = Direndam selam 16 jam P0 = tanpa perendaman P1 = Direndam selam 12 jam P2 = Direndam selama 18 jam P3 = Direndam selam 24 jam Untuk Kelompok III Untuk Kelompok IV P0 = tanpa perendaman P1 = Direndam selama 16 jam P2 = Direndam selama 24 jam P3 = Direndam selama 32 jam P4 = Direndam selam 40 jam P0 = tanpa perendaman P1 = Direndam selam 2 jam P2 = Direndam selama 8 jam P3 = Direndam selam 14 jam P4 = Direndam selam 20 jam BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS Untuk percobaan ini tidak ada data yang dapat dikumpulkan karena kegagalan maka tidak ada juga analisis hasil serta pembahasan. KESIMPULAN Dari praktikum yang kami laksanakankan, bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkecambahan adalah faktor lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Prasetyo, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Program Studi Agronomi. ` UNIB, Bengkulu Danarti. 2007. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta. Irawan, G. 2003. Kopi tetap jadi andalan eksport. http://agribisnis.deptan.go.id. Download 21 mei 2011. Nur, A.M. 1994. Penyambungan Sebagai Teknologi Alternatif Konservasi Kopi arabika ke Kopi Robusta. Warta Pusat penelitian Kopi dan Kakao, Jember Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.