Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai teknik budidaya gaharu, termasuk habitat yang cocok, teknik perbanyakan, penanganan bibit, penanaman, dan pengendalian hama dan penyakitnya.
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
Di dalam ini akan dijelaskan (1) pengendalian OPT secara kimiawi, (2) macam-macam pestisida, (3) peranan pestisida, (4) kelebihan, kekurangan, dan pengendalian pestisida, (5) klasifikasi pestisida, (6) formulasi pestisida, dan (7) cara menggunakan pestisida.
Maaf :-
Saat ini, peningkatan permintaan gaharu Indonesia telah terjadi di pasar global. Peningkatan permintaan untuk negara-negara Timur Tengah sejalan dengan meningkatnya harga minyak bumi. Begitu juga dengan Tiongkok, sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan devisa terbesar di dunia, secara tradisional telah mengimpor gaharu dari Indonesia sejak lama, namun umumnya melalui negara lain atau pihak ketiga seperti Singapore, Hongkong, dan Taiwan.
Permintaan gaharu tersebut terdiri dari berbagai kelas sebanyak 500 ton per tahun; padahal, kuota gaharu Indonesia dibatasi sampai 600 ton per tahun.
Hasil survey tim Badan Litbang dan Inovasi menunjukkan bahwa kelas stok gaharu alam yang ada pada eksportir gaharu di Jakarta hanya berkualitas rendah dan menengah saja, yaitu kelas tanggung, kacangan, kemedangan, dan abuk.
Sebaliknya, para eksportir sangat sulit untuk mencari kelas super atau double super. Kecenderungan yang terjadi adalah pedagang besar gaharu dari Indonesia dan Singapore mencari gaharu double super ke Timur Tengah, membeli dari kolektor gaharu di Timur Tengah dan kemudian menjual kembali kepada pembeli dari Tingkok.
Saat ini, peningkatan permintaan gaharu Indonesia telah terjadi di pasar global. Peningkatan permintaan untuk negara-negara Timur Tengah sejalan dengan meningkatnya harga minyak bumi. Begitu juga dengan Tiongkok, sebagai salah satu negara yang memiliki cadangan devisa terbesar di dunia, secara tradisional telah mengimpor gaharu dari Indonesia sejak lama, namun umumnya melalui negara lain atau pihak ketiga seperti Singapore, Hongkong, dan Taiwan.
Permintaan gaharu tersebut terdiri dari berbagai kelas sebanyak 500 ton per tahun; padahal, kuota gaharu Indonesia dibatasi sampai 600 ton per tahun.
Hasil survey tim Badan Litbang dan Inovasi menunjukkan bahwa kelas stok gaharu alam yang ada pada eksportir gaharu di Jakarta hanya berkualitas rendah dan menengah saja, yaitu kelas tanggung, kacangan, kemedangan, dan abuk.
Sebaliknya, para eksportir sangat sulit untuk mencari kelas super atau double super. Kecenderungan yang terjadi adalah pedagang besar gaharu dari Indonesia dan Singapore mencari gaharu double super ke Timur Tengah, membeli dari kolektor gaharu di Timur Tengah dan kemudian menjual kembali kepada pembeli dari Tingkok.
PENDAHULUAN
Ambil entris yang sedang dorman sepanjang 10-15 cm dari pohon induk yang sehat, kemudian potong daunnya sebanyak 2/3 bagian
Sayat bagian pangkal entris pada kedua belah sisinya sepanjang 2-3 cm membentuk baji.
Sisipkan bagian baji dari entris ke dalam celah batang bawah dan ikat dengan tali plastik.
Sungkup dengan kantong plastik transparan agar tetap lembab.
Tempatkan di bawah naungan.
Pelihara dengan perlakuan penyiraman dan penyiangan rerumputan, pemupukan dan pe-ngendalian hama penyakit.
Buka sungkup plastik apabila mata tunas pada entris telah pecah.
Persiapan Lahan dan Penanaman
Lahan yang akan dijadikan kebun duku harus terlebih dahulu dibersihkan dari tanaman pengganggu seperti semak, rerumputan, alang-alang atau gulma lainnya. Jika pada lahan yang akan ditanami belum ada tanaman pelindung, sebaiknya pada saat penanaman bibit duku juga dilakukan penanaman tanaman pelindung yang cepat pertumbuhannya seperti petai dan albasia.
Jarak tanam duku 7 x 8 m, 8 x 8 m, 8 x 9 m, 9 x 9 m, 9 x 10 m, 10 x 10 m.
Pembuatan lubang tanam sebaiknya 1-2 bulan sebelum penanaman dengan ukuran minimal 0,6 x 0,6 x 0,6 atau 0,8 x 0,8 x 0,7 m. Lubang tanam dibiarkan terbuka agar mendapat sinar matahari yang cukup dalam waktu 2-4 minggu. Kemudian tanah galian bagian atas dimasukkan kedalam lubang tanam yang terlebih dahulu dicampur dengan pupuk kandang atau kompos secara merata dengan dosis 10 kg/lubang. Tanah bagian bawah dibiarkan agar terjadi pelapukan dan digunakan untuk membumbun setelah tanaman tumbuh dan berumur 3-4 bulan.
Penanaman dilakukan dengan menggali tanah pada lubang tanam yang telah disiapkan tadi dengan ukuran kira-kira sebesar polybag. Bibit dikeluarkan dari polybag, posisi akar dibetulkan agar akar tidak berbelit-belit. Pada saat penanaman bibit, keadaan tanah pada lubang tanam harus basah atau disiram dahulu. Setelah bibit ditanam tenah dipadatkan dan seluruh permukaan disiram dengan air. Disekitar permukaan atas lubang tanam diberi bonggol pisang, jerami atau rumput-rumputan kering untuk menjaga kelembaban dan menghindari pe-ngerasan tanah.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan meliputi pemupukan, pengairan, dan penyiraman, penyiangan gulma atau membersihkan rumput disekitar tajuk tanaman, pemangkasan tunas air yang dilakukan menjelang musim berbunga dan pengendalian hama dan penyakit.
Pemupukan dilakukan setiap enam bulan dengan memberikan pupuk kandang sebanyak 40 kg/pohon dan pupuk NPK dengan dosis sebesar 2-5 kg/pohon.
Pemberian air pada duku sangat penting, karena duku memerlukan banyak air, terutama pada musim kemarau. Di sekitar lubang tanam sebaiknya dibuat saluran air untuk mencegah air tergenang.
Panen
Penentuan waktu panen buah duku dilakukan dengan menghitung umur buah dari pembungaan. Umumnya buah duku akan masak kira-kira 5 bulan setelah berbunga. Buah yang dipanen hanya buah yang sudah tua, dompolan buah yang masih muda tetap ditinggalkan pada cabang.
Tanda-tanda buah duku yang sudah tua dan matang
Sumber benih dan bibit tanaman endemik langkacutlanny
Upaya penurunan status tingkat kekritisan jenis tanaman endemik dan langka memerlukan upaya peningkatan populasinya baik di alam maupun lahan budidaya. Oleh karena itu diperlukan penguasaan teknik perbanyakan tanaman baik secara generatif maupun vegetatif.
Identifikasi atau pengenalan jenis merupakan langkah pertama dalam upaya pelestararian keanekaragaman hayati. Saat ini banyak flora dan fauna endemik Sumatera yang kurang mendapatkan perhatian sehingga tingkat kerentanan dan kekritisannya semakin meningkat.
Haminjon adalah nama daerah Kemenyan (Styrax spp.) di Tapanuli, hasil hutan bukan kayu yang telah dibudidayakan sejak awal peradaban di wilayah ini. Naskah ini menjelaskan status riset Kemenyan dan strategi yang akan ditempuh untuk meningkatkan produktivitas dan manfaat total pengelolaannya.
Benih Unggul Kemenyan Toba (Styrax sumatrana): Eksplorasi dan Pengujian Benihcutlanny
Upaya mencari bibit unggul Kemenyan Toba (Styrax sumatrana) dimulai dengan melakukan eksplorasi pohon-pohon induk bocor getah dengan pengujian benihnya.
Kemenyan adalah hajat hidup masyarakat Tapanuli. Terdapat dua jenis kemenyan yang banyak dibudidayakan di kawasan ini yakni Styrax sumatrana (Kemenyan Toba) dan Styrax benzoin (Kemenyan Durame). Jenis kemenyan pertama lebih disukai karena kualitas dan harga getah yang lebih tinggi. Paper ini memaparkan status riset pengembangan bibit unggul Kemenyan Toba
Pohon-pohon Penghasil Damar di Sumatera Bagian Utaracutlanny
Pemanfaatan damar atau resin oleh masyarakat di sekitar hutan telah berlangsung sejak lama. Beberapa jenis pohon hasil hutan bukan kayu yang dikelola antara lain Damar (Agathis), Tusam (Pinus merkusii), Kapur (Dryobalanops aromatica) dan Kemenyan (Styrax spp.)
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS EMISI KARBON DARI DEGRADASI LAHAN GAMBUT DI A...d1051231072
Lahan gambut adalah salah satu ekosistem penting di dunia yang berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat efisien. Di Asia Tenggara, lahan gambut memainkan peran krusial dalam menjaga keseimbangan ekologi dan ekonomi. Namun, seiring dengan meningkatnya tekanan terhadap lahan untuk aktivitas pertanian, perkebunan, dan pembangunan infrastruktur, degradasi lahan gambut telah menjadi masalah lingkungan yang signifikan. Degradasi lahan gambut terjadi ketika lahan tersebut mengalami penurunan kualitas, baik secara fisik, kimia, maupun biologis, yang pada akhirnya mengakibatkan pelepasan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer.
Lahan gambut di Asia Tenggara, khususnya di negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia, menyimpan cadangan karbon yang sangat besar. Diperkirakan bahwa lahan gambut di wilayah ini menyimpan sekitar 68,5 miliar ton karbon, yang jika terlepas, akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca global.
Hasil dari #INC4 #TraktatPlastik, #plastictreaty masih saja banyak reaksi ketidak puasan, tetapi seluruh negara anggota PBB bertekad melanjutkan putaran negosiasi
berikutnya: #INC5 di bulan November 2024 di Busan Korea Selatan
Cerita sukses desa-desa di Pasuruan kelola sampah dan hasilkan PAD ratusan juta adalah info inspiratif bagi khalayak yang berdiam di perdesaan
.
#PartisipasiASN dalam #bebersihsampah nyata biarpun tidak banyak informasinya
PAPER KIMIA LINGKUNGAN MENINGKATNYA GAS RUMAH KACA IMPLIKASI DAN SOLUSI BAGI ...muhammadnoorhasby04
Gas rumah kaca memainkan peran penting dalam mempengaruhi iklim Bumi melalui mekanisme efek rumah kaca. Fenomena ini alami dan esensial untuk menjaga suhu Bumi tetap hangat dan layak huni. Namun, peningkatan konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan praktik pertanian intensif, telah memperkuat efek ini, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang signifikan.Pemanasan global membawa dampak luas pada berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu rata-rata global, pola cuaca, kenaikan permukaan laut, serta frekuensi dan intensitas fenomena cuaca ekstrem seperti badai dan kekeringan. Dampak ini juga meluas ke ekosistem alami, menyebabkan gangguan pada habitat, distribusi spesies, dan interaksi ekologi, yang berdampak pada keanekaragaman hayati.
Untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan gas rumah kaca dan perubahan iklim, upaya mitigasi dan adaptasi menjadi sangat penting. Langkah-langkah mitigasi meliputi transisi ke sumber energi terbarukan, peningkatan efisiensi energi, dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Di sisi lain, langkah-langkah adaptasi mencakup pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap cuaca ekstrem, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan perlindungan terhadap wilayah pesisir.Selain itu, mengurangi konsumsi daging, memanfaatkan metode kompos, dan pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim adalah beberapa tindakan konkret yang dapat diambil untuk mengurangi dampak gas rumah kaca.Dengan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme dan dampak dari efek rumah kaca, serta melalui kolaborasi global yang kuat dan langkah-langkah konkret yang efektif, kita dapat melindungi planet kita dan memastikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Studi Kasus : Oksidasi Pirit dan Pengaruhnya Terhadap Ekosistemd1051231041
Pirit merupakan zat di dalam tanah yang terbawa karena adanya arus pasang surut. Zat ini dapat membahayakan ekosistem sekitar apabila mengalami reaksi oksidasi dan penyebab utama mengapa tanah menjadi masam, karena mengandung senyawa besi dan belerang. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan, dampak, peran, pengaruh, hingga upaya pengelolaan lingkungan yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah ekosistem yang terjadi.
Analisis Konten Pendekatan Fear Appeal dalam Kampanye #TogetherPossible WWF.pdfBrigittaBelva
Berada dalam kerangka Mata Kuliah Riset Periklanan, tim peneliti menganalisis penggunaan pendekatan "fear appeal" atau memicu rasa takut dalam kampanye #TogetherPossible yang dilakukan oleh World Wide Fund (WWF) untuk mengedukasi masyarakat tentang isu lingkungan.
Analisis dilakukan dengan metode kualitatif, meliputi analisis konten media sosial WWF, observasi, dan analisis naratif. Tidak hanya itu, penelitian ini juga memberikan strategi nyata untuk meningkatkan keterlibatan dan dampak kampanye serupa di masa depan.
1. Teknik Budidaya
GAHARU
Oleh :
CUT RIZLANI KHOLIBRINA
ASWANDI
Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Kementerian Kehutanan
2. Dimanakan Pohon Gaharu Tumbuh Baik?
• Sesuai habitat alaminya, gaharu tumbuh baik pada
dataran rendah hingga berbukit (< 900 mdpl).
• Jenis Aquilaria beccariana dapat tumbuh pada
ketinggian 1.200 – 1.500 mdpl di Aceh Tengah dan
Aceh Tenggara.
• Di sekitar Danau Toba seperti Balige, Onan Runggu
(ketinggian 900 – 1.000 mdpl), A. malaccensis juga
memiliki pertumbuhan cukup baik.
• Pohon gaharu tumbuh baik :
jenis tanah podsolik merah kuning,
tanah lempung berpasir dengan drainase
sedang sampai baik,
iklim A-B,
kelembaban 80%,
suhu 22-28 derajat celsius,
dan curah hujan 2000-4000 mm/tahun.
3. Dimanakan Pohon Gaharu Tidak Tumbuh
Baik?
• Pohon gaharu tidak baik tumbuh pada :
- tanah tergenang, rawa,
- ketebalan solum tanah kurang 50 cm,
- pasir kwarsa,
- tanah dengan pH < 4.
Di sekitar daerah aliran sungai pohon gaharu
tumbuh dengan baik. Pada lahan gambut
yang telah dikeringkan gaharu dapat tumbuh
baik.
4. Bagaimana Teknik Perbanyakannya?
Perbanyakan tanaman :
a.generatif : biji, anakan (cabutan) alam/
stump;
b. vegetatif : stek pucuk, sambung pucuk dan
kultur jaringan.
Pengecambahan benih gaharu sebaiknya
dilakukan sesegera mungkin, dikarenakan
benih bersifat rekalsitran dan tidak dapat
disimpan lama.
Penyimpanan benih gaharu lebih dari 1 (satu)
bulan akan mengakibatkan penurunan daya
kecambah yang signifikan.
5. Bagaimana Teknik Perbanyakannya?
Penanaman bibit yang berasal cabutan/stump
sebaiknya dilakukan dalam sungkup.
Pembuatan stek gaharu sebaiknya dilakukan
menggunakan media cocopeat : sekam padi =
1 : 1, penyiraman 2 kali seminggu.
Sambungan dapat dilakukan pada bibit
Aquilaria malaccensis sebagai root stock
(bagian bawah) dan A. beccariana, A.
subintegra, Girynops sp. sebagai scioen (bagian
atas)
6. Bagaimana Mengecambahkan Biji ?
Pohon gaharu umumnya berbuah sekali
setahun dengan puncak pembuahan setiap
tiga tahun sekali. Buah yang dipanen
merupakan buah tua.
Biji terdapat di dalam daging buah berjumlah
satu atau dua biji dikeluarkan dan dikering-
anginkan pada suhu ruang.
Jumlah biji dapat mencapai 5.000-7.500 butir
setiap kg
Sebelum ditabur, biji/ benih direndam ke
dalam air selama 30 menit. Dipilih benih yang
tenggelam.
7. Bagaimana Mengecambahkan Biji ?
Media tabur berupa cocopeat/sekam : pasir :
topsoil (2:1:2) pada bedeng tabur berupa
kotak plastic/ kayu atau bak tabur.
Benih ditabur merata di permukaan media
serta ditabur pasir untuk menutupi permukaan
secara tipis.
Bedeng tabur disiram setiap 3 hari sekali.
Setelah semai memiliki 4-6 helai daun (± umur 1
bulan), semai dipindahkan ke polybag dan
dipelihara di media sapih dengan naungan
(dapat berupa paranet 50-75%).
Jika media tabur bersinggungan dengan
permukaan tanah, media terlebih dahulu disemprot
Furadan untuk menghindari jamur dan serangga.
8. Bagaimana Teknik Penanganan Bibit Gaharu
Cabutan/Stump
Bahan dan alat yang diperlukan :
- Polybag ukuran 10 cm x 15 cm
- Media tanam berupa topsoil (humus), kompos
dan pasir (2:1:1)
- Bambu.
- Plastik bening (untuk sungkup)
- Lakban/ plaster
- Tali pengikat
- Anakan/ stump gaharu
Keterangan :
Penerapan teknik ini keberhasilan/ persen hidup bibit yang berasal dari
stump/cabutan mencapai > 95%.
9. Bagaimana Teknik Penanganan Bibit Gaharu
Cabutan/Stump
A. Pemilihan Lokasi
Lokasi persemaian hendaknya berada pada daerah yang
ternaungi (di bawah tegakan).
Dihindari penempatan bibit berada langsung di bawah
terik matahari.
Apabila tidak terdapat naungan tegakan yang cukup,
dapat dilakukan pemasangan paranet/shading net
dengan persentase 50-75%.
Lokasi juga hendaknya dekat dengan sumber air.
10. B. Penyiapan Media Tanam
Media tanam adalah campuran topsoil dengan kompos
dan pasir (2:1:1).
Media tanam dimasukkan ke polybag
ukuran 10 cm x 15 cm atau 15 x 20 cm.
Ukuran polybag dipengaruhi
ketersediaan lahan pembibitan.
Polybag yang berukuran besar
memerlukan lahan yang lebih luas.
Polybag yang telah terisi disusun
dengan lebar maksimal 20-30 baris
dengan panjang bedengan
11. Bagaimana Teknik Penanganan Bibit Gaharu
Cabutan/Stump
C. Penanaman
Bibit yang telah tersedia sebaiknya direndam dalam air
bersih selama 30 menit sebelum ditanam.
Bibit ditanamkan ke dalam polybag dengan terlebih
dahulu membuat lubang sebesar ukuran perakaran
bibit pada media tanam.
Setelah ditanami dilakukan penyiraman secukupnya.
12. Ukuran tinggi 40 – 50 cm; lebar adalah
ukuran penyusunan polybag (20 baris)
dan panjang tergantung susunan
polybag.
Dibuat tiang utama pada bagian
pangkal-tengah-ujung bedengan
dengan galangan/ palang dari
pangkal – ujung bedengan.
Dibuat busur-busur dari bambu dengan jarak antar busur 1
(satu) meter.
Plastik benih dipasang bertahap mulai dari pangkal hingga ke
ujung. Bersamaan dengan pemasangan plastic dilakukan
penyiraman hingga bibit jenuh air.
Kedua ujung sungkup (berbentuk kubah panjang) ditutup
rapat dengan lakban/plaster.
Seluruh pinggir plastic yang berada didekat permukaan tanah
ditutupi dengan tanah dengan rapat.
D. Pembuatan Sungkup
13. Bibit dipelihara dalam sungkup selama
+/- 40 hari. Kontrol minimal 1 minggu
sekali memperhatikan kondisi
kelembaban di dalam sungkup.
Apabila bibit terlihat kering maka
dilakukan penyiraman kembali hingga
polybag terlihat jenuh air. Dalam
penyiraman tersebut dihindari
pembuka sungkup dengan ukuran
besar, cukup dimasuki selang saja.
Setelah +/- 40 hari, sungkup dibuka setahap demi setahap
(Dilarang membuka sungkup sekaligus) misal setengah meter
sehari. Selama pembukaan sungkup tetap dilakukan penyiraman
secukupnya.
Setelah semua sungkup dibuka, sebaiknya bibit disiram sekali
sehari (terutama pada musim kemarau) hingga bibit siap
didistribusikan.
Untuk menghindari akar bibit menembus tanah sebaiknya setiap
dua bulan sekali dilakukan penggeseran bibit.
E. Pemeliharaan
14. Pemeliharaan bibit
• Penyiraman
Sebaiknya dilakukan 1 x sehari
• Pemupukan
sebaiknya menggunakan pupuk
organik cair atau pupuk anorganik
dengan dosis rendah
• Pengendalian hama dan penyakit
Dapat menggunakan fungsida dan
insektisida
15. Bagaimana Teknik Penanamannya?
Pohon gaharu bersifat semi toleran terhadap
cahaya.
Pada umur muda tanaman harus
mendapatkan naungan sedangkan setelah
berumur lebih dari satu tahun permudaan
telah dapat tumbuh baik ketika mendapat
cahaya matahari penuh.
Jika ditanam secara monokultur hingga
tahun pertama permudaan harus
mendapatkan naungan dengan
menggunakan tanaman penaung seperti
gamal, jagung, ubi kayu atau menggunakan
naungan paranet maupun jerami.
16. Bagaimana Teknik Penanamannya?
Pohon gaharu dapat ditanam sebagai
tanaman sela diantara naungan tanaman
lain seperti kopi, cokelat, durian, kelapa
sawit, karet, dan tanaman lainnya dalam
bentuk kebun/ hutan campuran.
Sebagai tanaman sela maka jarak tanam
akan bervariasi tergantung jarak tanam
tegakan/pohon yang telah ada.
17. Dalam satu luasan areal tanam hanya
ditanami oleh satu jenis tanaman utama, yaitu
gaharu.
Penanaman Sistem Monokultur
memerlukan rencana pengelolaan yang baik terkait
ketersediaan sarana dan prasarana produksi seperti sumber air,
naungan pada saat umur tanaman muda, tenaga perawatan
dan penanggulangan hama dan penyakit.
Pada umur muda pada sistem ini dapat dilakukan tumpang sari
dengan tanaman musiman seperti jagung, padi gogo, kacang-
kacangan, sayur mayur dan lainnya.
Tumpangsari dapat menghemat biaya perawatan dan
membantu ketersediaan naungan bagi tanaman gaharu
muda.
18. Jarak tanam 2x2 (jumlah 2.500 batang/ha)
atau 3x3 m (1.100 batang/ha)
lubang tanam 30 cm x 30 cm x 30 cm.
Media tanam sebaiknya menggunakan
pupuk organic/kompos serta dihindari
pemberian pupuk kimia (anorganik)
terutama pada tahun pertama.
Penyiapan lahan dalam system ini mencakup pengolahan
lahan untuk tanaman tumpangsari yang akan ditanam pada
sela-sela tanaman gaharu.
Intensitas pengolahan, komposisi dan kebutuhan bahan
organic dan pupuk yang akan diperlukan dipengaruhi oleh
jenis tanaman tumpangsari.
Lubang tanam : 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan ajir kayu atau
bambu. Lubang tanam dibuat sekurangnya 1 (satu) minggu
sebelum penanaman.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim
penghujan.
19. Penanaman gaharu sebaiknya dilakukan
dengan sistem tanam campuran.
Dapat diterapkan pada hutan alam bekas
tebangan, hutan tanaman industri, hutan
rakyat, maupun pada lahan perkebunan.
Sistem Penanaman Campuran
Pada hutan alam produksi, tanaman gaharu dapat dipola
sebagai tanaman pengayaan.
Pada HTI, hutan rakyat, dan lahan perkebunan, gaharu dipola
sebagai tanaman sela untuk pemanfaatan lahan dan ruang
antar jarak tanam dalam tegakan.
Tidak memerlukan biaya yang lebih banyak untuk kegiatan
pengadaan sarana prasarana.
Perawatan tanaman juga lebih murah dan mudah serta tidak
diperlukan biaya pengadaan naungan bagi tanaman muda.
Intensitas serangan hama penyakit relative lebih kecil..
20. Untuk mendorong pertumbuhan tanaman
muda, setelah berumur 1 tahun lebih, tajuk
tanaman penaung dibuka secara bertahap
hingga dapat cahaya penuh pada umur
tanaman 4 tahun.
Sistem Penanaman Campuran
Penyiapan lahan dalam system ini relative
lebih sederhana, mencakup pembersihan
jalur dan pembuatan piringan.
Lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan
dipancangkan ajir kayu atau bamboo pada setiap lubang
tanam. Lubang tanam dibuat sekurangnya 1 (satu) minggu
sebelum penanaman.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan.
21. Pengendalian Hama dan
Penyakit
Hama
Ulat daun (Heortia vitessoides) sub famili :
Odontiinae; Famili : Pyralidae Ordo : Lepidoptera
Hama Batang dan Pucuk : Pseudococcus spp.
Famili : Pseudococcidae Ordo : Homoptera
Ngengat 4 hari
Kepompong 8 hari
Ulat 23 hari
Telur 10 hari
22. Strategi Pengendalian Hama Penyakit
Strategi Jangka Pendek
a. Fisik : mengambil ulat atau telur atau ngengat
b. Kimiawi : insektisida (misal : matador, sanidor, dll)
c. Hayati : Bt, Beauveria bassiana dll
d. Nabati : ekstrak biji/daun mimba, tembakau dll
Strategi Jangka Menengah
Predator Semut Rangrang, burung ,
tawon tabuhan
Deteksi dini dengan Monitoring teratur
Strategi Jangka Panjang
Musuh alami : jamur entomopathogen, Sycanus spp.
Silvikultur : Melia exelca, Azadirachta indica, Albizia
procera