SlideShare a Scribd company logo
PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1
                                       PERCOBAAN O2
                                         GONIOMETER



I.     MAKSUD
       1. Mengukur sudut puncak prisma.
       2. Mengukur sudut deviasi minimum.
       3. Menentukan indeks bias prisma.


II.    ALAT-ALAT
       1. Goniometer
       2. Prisma
       3. Sumber cahaya (lampu air raksa)


III.   TEORI
       Menurut Snellius, cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar, dan
       berlaku:
          i=r               ...................................................................................(1)
       Dimana:
          i = sudut datang
          r = sudut pantul (refleksi)
       Menurut hukum Snellius juga, cahaya datang melalui dua media akan mengalami
       pembiasan, dan berlaku:
                   sin i
           n12 =            ...................................................................................(2)
                   sin r
       Dimana:
           n12      = indeks bias relatif zat 2 terhadap zat 1
          i         = sudut datang
          r         = sudut bias (refraksi)
       Sudut datang maupun sudut bias diukur terhadap garis normal. Dalam pengukuran pada
       prisma, untuk menentukan sudut puncak prisma menggunakan alat goniometer:
Gambar 1


                   T2 − T1
Maka:         α=                      ............................................................(3)
                      2
Dan untuk menentukan sudut deviasi minimum:




                                               Gambar 2


                     T2 − T1
Maka:          D=                     ............................................................(4)
                        2
Dengan      α dari persamaan (3) dan D dari persamaan (4) maka indeks bias prisma dapat
dicari dengan cara:
                      1
                   sin  (α + D )
              n=      2
                         1
                     sin α
                         2


Catatan mengenai percobaan O2:
 Fungsi-fungsi dari alat-alat:
   •                     Goniometer merupakan alat untuk mengukur sudut.
        -                      Kolimator berfungsi untuk mengumpulkan cahaya supaya
              cahaya tidak menyebar
-                   Teropong    berfungsi   untuk   mengamati   cahaya,   untuk
           memperjelas cahaya, dan menentukan sudut.
   •                Prisma berfungsi untuk melihat hasil pengamatan.
 Hukum Snellius:
   •                Cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar dan sudut
       datang sama dengan sudut pantul.
   •                Cahaya yang datang melalui dua media akan mengalami pembiasan
       dan berlaku:
                   sin i
           n12 =
                   sin r
 Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis normal.
 Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal.
 Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang
   memantulkan sinar datang.
 Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang
   dengan sinar bias.
 Jenis cahaya yang digunakan pada percobaan ini yaitu jenis cahaya polikromatis
 Urutan warna berdasarkan panjang gelombang terbesar hingga terkecil: merah,
   jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.
 Difraksi yaitu peristiwa dimana gelombang dileburkan dari tepi celah dan pinggiran
   penghalang cahaya.
 Dispersi yaitu penguraian warna putih menjadi berbagai warna.
 Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi:
   •                Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan
       dari cahaya putih (polikromatis).
   •                Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil
       pembiasan dari cahaya polikromatis.
 Indeks bias yaitu perbandingan antara cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa
   dengan cepat rambat cahaya di dalam medium tertentu.
IV.   TUGAS PENDAHULUAN
      1. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (3)!
           Jawab:
           T2 − T1 = 2a + 2b
           T2 − T1 = 2( a + b )
                T2 − T1
           a +b =
                   2
             T − T1
           α= 2
                2
      2. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (4)!
           Jawab:
           T2 − T1 = D1 + D2 ⇒ D1 = D2 = D
           T2 − T1 = 2 D
                 T2 − T1
           D=
                    2


      3. Buktikan persamaan (5)!
           Jawab:


      4. Bagaimana cara membedakan sinar hasil pemantulan dan hasil deviasi dalam
           percobaan ini?
           Jawab:
           Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi:
           1.               Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan
                dari cahaya putih (polikromatis).
           2.               Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil
                pembiasan dari cahaya polikromatis.


V.    PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN
      A.              Menentukan Sudut Puncak Prisma
           1.               Goniometer terdiri dari sebuah meja putar, kolimator dan teropong.
                Kenali dahulu tombol-tombol yang terdapat pada goniometer (tanya asisten).
           2.               Buat garis teropong jelas terlihat.
3.              Arahkan teropong pada tak terhingga, dengan mengubah okuler
          sedemikian sehingga benda-benda yang cukup jauh jelas terlihat. Kedudukan ini
          jangan diubah-ubah lagi.
     4.              Terangi celah kolimator dengan lampu air raksa.
     5.              Dengan    pengamatan     melalui   teropong   atur    lensa   kolimator
          sedemikian hingga celah kolimator terlihat jelas dan tajam, (susunan lensa-lensa
          tersbut jangan diubah-ubah lagi).
     6.              Pasang prisma pada meja putar dan arahkan salah satu sudut simetris
          terhadap arah cahaya yang datang dari kolimator (gb.1). Kunci meja prisma
          supaya tidak diubah-ubah posisinya.
     7.              Amati/cari cahaya terpantul pada salah satu sisi dengan teropong.

          Catat kedudukan ini (T1 ) dengan nonius A dan B (secara tabel.
     8.              Amati/cari cahaya terpantul pada sisi yang lain dengan memutar

          teropong. Catat kedudukan ini (T2 ) .
     9.              Ulangi langkah V.A.7 dan V.A.8 beberapa kali (tanya asisten).


B.             Menetukan Sudut Deviasi Minimum
     1. Jatuhkan cahaya dari kolimator pada sisi (AB) dan cahaya akan terbias melalui
          sisi yang lain (AC). Cari dan amati cahaya yang terbias ini melalui teropong.
     2. Bila prisma diputar maka sudut deviasi berubah, tergantung dari sudut datang.
     3. Pada suatu saat arah cahaya terbias ini berbalik arahnya. Pada saat tersebut sudut

          deviasi merupakan sudut deviasi minimum. Catat kedudukan teropong            (T1 )
          pada nonius A dan B untuk beberapa macam warna.
     4. Balikkan arah sinar datang ke prisma, sehingga arah cahaya datang pada sisi AC
          dengan cara memutar meja prisma (buatlah sisi AB berimpit dengan garis yang
          terdapat pada meja). Kemudian cari lagi kedudukan teropong pada saat deviasi

          minimum (T2 ) . Catat nonius A dan B untuk bermacam-macam warna.
     5. Cari panjang gelombang tiap warna dari lampu Hg dari tabel data.


Catatan:
1.      Perhatikan cara pembacaan dan arah membesarnya sudut, hal ini akan
           mempengaruhi bentuk perumusan (3) dan (4). T1 dan T2 bukan besar sudut,
           melainkan kedudukan teropong.
      2.      Janganlah melakukan perhitungan dengan mencampurkan skala A dan B.
           Anggapkan A dan B dua pengamatan yang berbeda.


VI.   HASIL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
      A.               DATA PENGAMATAN
           Menentukan Sudut Puncak Prisma
           Puncak A
                                            T1                                     T2
           Percobaan ke-
                                   A                 B                    A                 B
                 1         63,5+(28X(1/120)) 244,5+(31X(1/120))    124+(18X(1/120)) 303,5+(18X(1/120))
                 2          66+(0X(1/120))     245+(2X(1/120))     124+(22X(1/120)) 303,5+(15X(1/120))
                 3          66+(0X(1/120))    245+(50X(1/120))     124+(37X(1/120)) 304+(26X(1/120))



                                       T1                            T2
           Percobaan ke-
                                A              B            A                B
                1            63,733         244,758      124,150          303,650
                2            66,000         245,017      124,183          303,625
                3            66,000         245,417      124,308          304,217
              Jumlah         195,733        735,192      372,642          911,492



           Puncak B
                                            T1                                  T2
           Percobaan ke-
                                   A                 B                 A                  B
                 1         62,5+(25X(1/120)) 241+(34X(1/120)) 125+(40X(1/120)) 304,5+(27X(1/120))
                 2          63+(18X(1/120)) 243+(35X(1/120)) 123,5+(38X(1/120)) 303,5+(27X(1/120))
                 3          63,5+(0X(1/120)) 242,5+(3X(1/120)) 123,5+(20X(1/120)) 303,5+(25X(1/120))



                                       T1                            T2
           Percobaan ke-
                                A              B            A                B
                1            62,708         241,283      125,333          304,725
                2            63,150         243,292      123,817          303,725
                3            63,500         242,525      123,667          303,708
              Jumlah         189,358        727,100      372,817          912,158



           Puncak C
T1                                            T2
     Percobaan ke-
                                A                 B                          A                  B
             1          68,5+(17X(1/120)) 248+(28X(1/120))            129+(34X(1/120))    309+(5X(1/120))
             2           69+(30X(1/120))    248+(7X(1/120))           129+(21X(1/120))    309+(0X(1/120))
             3           69+(40X(1/120)) 248+(10X(1/120))             129+(10X(1/120)) 308,5+(44X(1/120))



                                     T1                                 T2
     Percobaan ke-
                             A               B                 A                B
          1               68,642          248,233           129,283          309,042
          2               69,250          248,058           129,175          309,000
          3               69,333          248,083           129,083          308,867
        Jumlah            207,225         744,375           387,542          926,908



     Menentukan Sudut Deviasi Minimum
                                Sisi AB                                      Sisi AC
      Warna                       T1                                           T2
                   A                 B                  A                B
     Merah 48,5+(45X(1/120)) 227,5+(27X(1/120)) 145,5+(1X(1/120)) 326+(40X(1/120))
     Kuning 48+(30X(1/120)) 227+(22X(1/120)) 146+(16X(1/120)) 325,5+(8X(1/120))
      Biru  47,5+(6X(1/120))  227+(3X(1/120)) 146,5+(0X(1/120)) 325+(50X(1/120))



                          Sisi AB                 Sisi AC
      Warna                 T1                      T2
                       A           B        A       B
      Merah          48,875     227,725 145,5083 326,3333
      Kuning         48,25     227,1833 146,1333 325,5667
       Biru          47,55      227,025   146,5  325,4167



B.                 PENGOLAHAN DATA
     Menentukan sudut puncak prisma ( α )
     • Puncak A

       T1 A =
              ∑T1 A = 195,733 = 65,244
               n         3
                        n∑T1 A − ( ∑T1 A )
                                 2           2
                    1
        ∆T1 A     =
                    n            n −1
                    1 3 x12773,938 − ( 38311,538)
        ∆T1 A =                                   = 0,756
                    3            3 −1

        (T1A     ± ∆T1 A ) = ( 6,52 ± 0,08).101
T1B =
              ∑T    1B
                          =
                               735,192
                                       = 245,064
                n                 3
                      n∑T1B − ( ∑T1B )
                                  2                      2
                1
∆T1B          =
                n                 n −1
               1 3 x180169,149 − ( 540506,787 )
∆T1B =                                          = 0,192
               3             3 −1

(T
 1B       ± ∆T1B ) = ( 2,4506 ± 0,0019 ).10 2

T2 A =
              ∑T     2A
                          =
                               372,642
                                       = 124,214
                n                 3
                         n∑T2 A − ( ∑T2 A )
                                     2                       2
                1
∆T2 A         =
                n                    n −1
                1 3 x 46287,285 − (138861,812 )
∆T2 A =                                         = 0,048
                3             3 −1

(T   2A   ± ∆T2 A ) = (1,2421 ± 0,0005).10 2


T2 B =
              ∑T     2B
                          =
                               911,492
                                       = 303,83
                n                 3
                         n∑T2 B − ( ∑T2 B )
                                     2                   2
                1
∆T2 B         =
                n                    n −1
                1 3 x 276939,243 − ( 830817,058)
∆T2 B =                                          = 0,193
                3              3 −1

(T2B      ± ∆T2 B ) = ( 3,0383 ± 0,0019 ).10 2

              T2 A − T1 A 124,214 − 65,244
αA =                     =                 = 29,485
                   2             2
                           2                                 2
                 dα A                    2       dα A                    2
∆α A =
          2
                               ∆T2 A         +                   ∆T1 A
                 dT2 A                           dT1 A
                     2                           2
                 1               2           1                    2
∆α A =
          2
                          0,048 + −                  0,756
                 2                           2
∆α A = 0,379
          2


(α A ± ∆α A ) = ( 2,949 ± 0,038).101
T2 B − T1B   303,831 − 245,064
    αB =                      =                   = 29,383
                        2               2
                                      2                                    2
                     dα B                         2        dα B                       2
    ∆αB
               2
                   =                      ∆T2 B          +                     ∆T1B
                     dT2 B                                 dT1B
                             2                             2
                        1      2    1       2
    ∆αB =
               2
                          0,193 + −   0,192
                        2           2
    ∆αB = 0,136
               2


    (α B       ± ∆α B ) = ( 2,938 ± 0,013).101



               α A + αB                   29,485 + 29,383
    α=                            =                       = 29,434
                    2                            2
                                  2                            2
                     dα                      2         dα                       2
    ∆α 2 =                            ∆α A       +                 ∆αB
                    dα A                              dα B
                         2                           2
           1       2  1                                            2
    ∆α =   2
              0,379 +                                    0,136
           2          2
    ∆α = 0,201
    (α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101


•   Puncak B

    T1 A =
           ∑T1 A = 189,358 = 63,119
            n         3
                              n∑T1 A − ( ∑T1 A )
                                             2                         2
                     1
    ∆T1 A          =
                     n                       n −1
                    1 3x11952,508 − ( 35856,578)
    ∆T1 A =                                      = 0,229
                    3           3 −1

    (T1A       ± ∆T1 A ) = ( 6,312 ± 0,023).101


    T1B =
                   ∑T        1B
                                      =
                                          727,100
                                                  = 242,367
                     n                       3
                              n ∑T1B − ( ∑T1B )
                                             2                         2
                     1
    ∆T1B           =
                     n                       n −1
                    1 3 x176226,858 − ( 528674,410 )
    ∆T1B =                                           = 0,585
                    3             3 −1

    (T1B       ± ∆T1B ) = ( 2,424 ± 0,006 ).10 2
T2 A =
              ∑T     2A
                          =
                               372,817
                                       = 124,272
                 n                3
                         n∑T2 A − ( ∑T2 A )
                                  2                    2
                1
∆T2 A         =
                n                     n −1
                1 3 x 46332,456 − (138992,267 )
∆T2 A =                                         = 0,532
                3             3 −1

(T   2A   ± ∆T2 A ) = (1,243 ± 0,005).10 2


T2 B =
              ∑T     2B
                          =
                               912,158
                                       = 304,053
                 n                3
                         n∑T2 B − ( ∑T2 B )
                                  2                    2
                1
∆T2 B         =
                n                     n −1
                1 3x 277344,953 − ( 832032,825)
∆T2 B =                                         = 0,336
                3             3 −1

(T2B      ± ∆T2 B ) = ( 3,0405 ± 0,0034).10 2

              T2 A − T1 A 124,272 − 63,119
αA =                     =                 = 30,576
                   2             2
                           2                           2
                dα A                    2     dα A                 2
∆α A
          2
              =                ∆T2 A        +              ∆T1 A
                dT2 A                         dT1 A
                     2                           2
                 1                2          1               2
∆α A =
          2
                          0,532 + −                  0,229
                 2                           2
∆α A = 0,290
          2


(α A ± ∆α A ) = ( 3,058 ± 0,029).101

              T2 B − T1B   304,053 − 242,367
αB =                     =                   = 30,843
                   2               2
                           2                           2
                dα B                   2      dα B                 2
∆α B
          2
              =                ∆T2 B        +              ∆T1B
                dT2 B                         dT1B
                     2                           2
                1      2    1       2
∆α B
          2
              =   0,336 + −   0,585
                2           2
∆α B = 0,337
          2


(α B      ± ∆α B ) = ( 3,084 ± 0,034 ).101
α A + αB                30,576 + 30,843
    α=                       =                       = 30,710
                2                           2
                             2                        2
          dα                            2       dα                2
    ∆α = 2
                                 ∆α A        +            ∆αB
         dα A                                  dα B
                    2                         2
           1       2  1                                   2
    ∆α 2 =    0,290 +                             0,337
           2          2
    ∆α = 0,222
    (α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101


•   Puncak C

    T1 A =
           ∑T1 A = 207,225 = 69,075
            n         3
                         n∑T1 A − ( ∑T1 A )
                                        2                     2
                1
    ∆T1 A     =
                n                        n −1
                1 3x14314,352 − ( 42942,201)
    ∆T1 A =                                  = 0,218
                3           3 −1

    (T1A     ± ∆T1 A ) = ( 6,908 ± 0,022 ).101


    T1B =
              ∑T        1B
                                 =
                                     744,375
                                             = 248,125
                 n                      3
                         n∑T1B − ( ∑T1B )
                                        2                 2
                1
    ∆T1B      =
                n                        n −1
                1 3 x184698,065 − ( 554094,141)
    ∆T1B =                                      = 0,055
                3             3 −1

    (T1B     ± ∆T1B ) = ( 2,4813 ± 0,0006 ).10 2


    T2 A =
               ∑T       2A
                                 =
                                     387,542
                                             = 129,181
                  n                     3
                         n∑T2 A − ( ∑T2 A )
                                         2                    2
                1
    ∆T2 A     =
                n                           n −1
                1 3 x50062,868 − (150188,543)
    ∆T2 A =                                   = 0,058
                3            3 −1

    (T2A     ± ∆T2 A ) = (1,2918 ± 0,0006 ).10 2
T2 B =
           ∑T        2B
                              =
                                  926,908
                                          = 308,969
              n                      3
                         n∑T2 B − ( ∑T2 B )
                                      2                           2
             1
∆T2 B      =
             n                           n −1
             1 3 x 286386,370 − ( 859159,058)
∆T2 B =                                       = 0,053
             3              3 −1

(T2B   ± ∆T2 B ) = ( 3,0897 ± 0,0005).10 2

           T2 A − T1 A 129,181 − 69,075
αA =                  =                 = 30,053
                2             2
                              2                                       2
             dα A                             2     dα A                          2
∆α A
       2
           =                       ∆T2 A          +                       ∆T1 A
             dT2 A                                  dT1 A
                     2                                 2
             1                      12                                     2
∆α A
       2
           =              0,058 + −                           0,218
             2                      2
∆α A = 0,113
       2


(α A ± ∆α A ) = ( 3,005 ± 0,011).101

           T2 B − T1B   308,969 − 248,125
αB =                  =                   = 30,422
                2               2
                              2                                   2
                dα B                       2          dαB                         2
∆αB =
       2
                                  ∆T2 B           +                       ∆T1B
                dT2 B                                 dT1B
                     2                                2
                1      2    1                                              2
∆αB =
       2
                  0,053 + −                                0,055
                2           2
∆αB = 0,038
       2


(α B   ± ∆α B ) = ( 3,0422 ± 0,0038).101



       α A + αB                   30,053 + 30,422
α=                        =                       = 30,238
            2                            2
                          2                               2
             dα                      2          dα                         2
∆α 2 =                        ∆α A        +                   ∆αB
            dα A                               dα B
                 2                            2
       1       2  1                                           2
∆α 2 =    0,113 +                                 0,038
       2          2
∆α = 0,059
(α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006).101
Menentukan Sudut Deviasi Minimum
•                        Merah
         T2 A − T1 A 145,508 − 48,875
    DA =            =                  = 48,317
              2                2
           dD A           dD A
    ∆D A =        ∆T2 A +        ∆T1 A
           dT2 A          dT1 A
           1 1      1 1
    ∆D A =       +−
           2 120    2 120
    ∆D A = 0,008
    ( D A ± ∆D A ) = ( 4,8317 ± 0,0008).101
                    1
    ∆T1 = ∆T2 =
                   120
        T2 B − T1B    326,333 − 227,725
    DB =           =                    = 49,304
             2                 2
          dD B            dD B
    ∆DB =        ∆T2 B +        ∆T1B
          dT2 B           dT1B
          1 1      1 1
    ∆DB =       +−
          2 120    2 120
    ∆DB = 0,008
    ( DB   ± ∆DB ) = ( 4,9304 ± 0,0008).101

        D A + DB   48,317 + 49,304
    D=           =                 = 48,810
            2              2
          dD           dD
    ∆D =       ∆D A +       ∆D B
         dD A         dD B
         1         1
    ∆D =    0,008 + 0,008
         2         2
    ∆D = 0,008
    ( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101
•                         Kuning
         T2 A − T1 A 146,133 − 48,250
    DA =            =                  = 48,942
              2                2
           dD A           dD A
    ∆D A =        ∆T2 A +        ∆T1 A
           dT2 A          dT1 A
           1 1       1 1
    ∆D A =        +−
            2 120    2 120
    ∆D A = 0,008
    ( D A ± ∆D A ) = ( 4,8942 ± 0,0008).101
                     1
    ∆T1 = ∆T2 =
                    120
         T2 B − T1B    325,567 − 227,183
    DB =            =                    = 49,192
              2                 2
           dD B            dD B
    ∆D B =        ∆T2 B +        ∆T1B
           dT2 B           dT1B
           1 1       1 1
    ∆D B =        +−
            2 120    2 120
    ∆D B = 0,008
    ( DB   ± ∆D B ) = ( 4,9192 ± 0,0008).101

        D A + DB   48,942 + 49,192
    D=           =                 = 49,067
            2              2
          dD           dD
    ∆D =       ∆D A +        ∆D B
         dD A         dD B
         1         1
    ∆D =    0,008 + 0,008
         2         2
    ∆D = 0,008
    ( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101
•                         Biru
         T2 A − T1 A 146,500 − 47,550
    DA =            =                  = 49,475
              2                2
           dD A           dD A
    ∆D A =        ∆T2 A +        ∆T1 A
           dT2 A          dT1 A
           1 1      1 1
    ∆D A =       +−
           2 120    2 120
    ∆D A = 0,008
    ( D A ± ∆D A ) = ( 4,9475 ± 0,0008).101
                     1
    ∆T1 = ∆T2 =
                    120
         T2 B − T1B    325,417 − 227,025
    DB =            =                    = 49,196
              2                 2
           dD B            dD B
    ∆D B =        ∆T2 B +        ∆T1B
           dT2 B           dT1B
           1 1       1 1
    ∆D B =        +−
            2 120    2 120
    ∆D B = 0,008
    ( DB   ± ∆D B ) = ( 4,9196 ± 0,0008).101

        D A + DB   49,475 + 49,196
    D=           =                 = 49,335
            2             2
          dD           dD
    ∆D =       ∆D A +       ∆DB
         dD A         dDB
         1         1
    ∆D =    0,008 + 0,008
         2         2
    ∆D = 0,008
    ( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101


Menentukan Indeks Bias Prisma
•                         Merah
    Puncak A
              1
           sin  (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 48,810)
    n=        2         =    2                    = 2,484
                 1                 1
             sin α            sin ( 29,434 )
                 2                 2
2                     2
             dn            2       dn            2
    ∆n 2 =            ∆α       +            ∆D
             dα                    dD
                                                              2                                      2
           1    1              1   1     1   1                               1    1             1
             cos (α + D ). sin α − cos α. sin (α + D )                         cos (α + D ). sin α
    ∆n 2 = 2    2              2   2     2   2                             + 2    2             2
                                                                       2                                      2
                                                                  ∆α                                     ∆D
                                 1 
                                       2
                                                                                      1 
                              sin α                                              sin α 
                                 2                                                  2 
    ∆n 2 = 0,414
    ∆n = 0,643
    ( n ± ∆n ) = ( 2,5 ± 0,6).10 0

    Puncak B
                1
         sin      (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 48,810)
    n=          2         =    2                    = 2,415
                   1                 1
               sin α            sin ( 30,710 )
                   2                 2
    ∆ = ...
     n
    ( n ± ∆n ) = ...


    Puncak C
              1
         sin    (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 48,810)
    n=        2         =    2                    = 2,440
                 1                 1
             sin α            sin ( 30,238)
                 2                 2
    ∆ = ...
     n
    ( n ± ∆n ) = ...


•                              Kuning
    Puncak A
              1
         sin    (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,067 )
    n=        2         =    2                     = 2,491
                 1                 1
             sin α            sin ( 29,434)
                 2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...



    Puncak B
1
         sin   (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,067 )
    n=       2         =    2                     = 2,422
                1                 1
            sin α            sin ( 30,710 )
                2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...


    Puncak C
                1
         sin      (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,067 )
    n=          2         =    2                     = 2,447
                   1                 1
               sin α            sin ( 30,238)
                   2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...


•                         Biru
    Puncak A
             1
         sin   (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,335)
    n=       2         =    2                    = 2,498
                1                 1
            sin α            sin ( 29,434 )
                2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...


    Puncak B
                1
         sin      (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,335)
    n=          2         =    2                    = 2,429
                   1                 1
               sin α            sin ( 30,710 )
                   2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...




    Puncak C
1
                     sin   (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,335)
               n=        2         =    2                    = 2,453
                            1                 1
                        sin α            sin ( 30,238)
                            2                 2
               ∆ = ...
                  n
               ( n ± ∆n ) = ...


VII.   TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN
       1.                                   Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut
            puncak prisma beserta kesalahannnya!
            Jawab:
                     Puncak A :    (α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101
                     Puncak B :    (α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101
                     Puncak C :    (α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006 ).101


       2.                                   Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut
            deviasi minimum (D) untuk beberapa warna beserta kesalahannya!
            Jawab:
                     Merah :       ( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101
                     Kuning :      ( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101
                     Biru :        ( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101


       3.                                   Tentukan dari hasil VII.1 dan VII.2, indeks bias
            prisma untuk beberapa warna beserta kesalahannya (lampu Hg). Buat grafik n
            terhadap λ !
            Jawab:
                     Merah
                     Puncak A :    n = 2,484
                     Puncak B :    n = 2,415
                     Puncak C :    n = 2,440
                     Kuning
                     Puncak A :    n = 2,491
                     Puncak B :    n = 2,422
                     Puncak C :    n = 2,447
Biru
                    Puncak A :    n = 2,498
                    Puncak B :    n = 2,429
                    Puncak C :    n = 2,453


      4.                                  Bandingkan hasil VII.3 dengan literatur. Berilah
           pembahasan!
           Jawab:


VIII. ANALISA
      1.                                        Kemungkinan       terdapat   kesalahan     hasil
           perhitungan yang disebabkan oleh kekurangtelitian dalam pembacaan skala.
      2.                                        Perubahan posisi pada saat pembacaan skala
           yang disebabkan oleh pergeseran meja teropong.


IX.   KESIMPULAN
      1.            Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis
           normal.
           Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal.
           Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang
           memantulkan sinar datang.
           Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang
           dengan sinar bias.
      2. Hukum Snellius menyatakan bahwa sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak
           pada satu bidang datar.


X.    DAFTAR PUSTAKA
      1. Tyler, “ A Laboratory Manual of Physics’, Edward Arnold, 1967.
      2. Sears-Zemansky, “Collage Physics”. Add. Wesley, 1960.
      3. P.D>K> Energi, Gelombang dan Medan II, 1975.

More Related Content

What's hot

Deviasi dan dispersi
Deviasi dan dispersiDeviasi dan dispersi
Deviasi dan dispersi
Kira R. Yamato
 
Pembiasan cahaya
Pembiasan cahayaPembiasan cahaya
Pembiasan cahaya
mahdelana1985
 
Format laporan
Format laporanFormat laporan
Format laporan
rhyshe
 
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prisma
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prismaPembiasan pada kaca plan paralel dan prisma
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prisma
Racmat Ridho
 
FISIKA - PEMBIASAN CAHAYA
FISIKA - PEMBIASAN CAHAYAFISIKA - PEMBIASAN CAHAYA
FISIKA - PEMBIASAN CAHAYA
PRAMITHA GALUH
 
Penurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulanPenurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulan
nooraisy22
 
materi optika geometri fisika sma
materi optika geometri fisika smamateri optika geometri fisika sma
materi optika geometri fisika sma
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Rumus optika geometri
Rumus optika geometriRumus optika geometri
Rumus optika geometri
Fitri Immawati
 
Pembiasan Cahaya
Pembiasan CahayaPembiasan Cahaya
Pembiasan Cahaya
Afiif SchoZer's
 
Pembiasan cahaya
Pembiasan cahayaPembiasan cahaya
Pembiasan cahaya
Ningrum Handayani
 
Fungsi invers-trigonometri
Fungsi invers-trigonometriFungsi invers-trigonometri
Fungsi invers-trigonometri
dharmayp21
 
Fisika Kelas xi Bab10 Optika Geometrik
Fisika Kelas xi Bab10 Optika GeometrikFisika Kelas xi Bab10 Optika Geometrik
Fisika Kelas xi Bab10 Optika Geometrik
Amphie Yuurisman
 
Refraksi Cahaya
Refraksi CahayaRefraksi Cahaya
Refraksi Cahaya
Puspawijaya Putra
 
Fisika dasar optik geometri
Fisika dasar   optik geometriFisika dasar   optik geometri
Fisika dasar optik geometri
Edi B Mulyana
 
Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013
Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013
Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013
Ayu Febriyanti
 
Fisdasii 9 [compatibility mode]
Fisdasii 9 [compatibility mode]Fisdasii 9 [compatibility mode]
Fisdasii 9 [compatibility mode]
you aturla
 
Prakt.peng .listrik magnet-dan-optik
Prakt.peng .listrik magnet-dan-optikPrakt.peng .listrik magnet-dan-optik
Prakt.peng .listrik magnet-dan-optik
PT. SASA
 
Modul trigonometri kelas x (2019 2020)
Modul trigonometri kelas x (2019 2020)Modul trigonometri kelas x (2019 2020)
Modul trigonometri kelas x (2019 2020)
Amalia Prahesti
 
Fisika-Pemantulan Cahaya
Fisika-Pemantulan CahayaFisika-Pemantulan Cahaya
Fisika-Pemantulan CahayaSiti Rizqy A.
 

What's hot (20)

Deviasi dan dispersi
Deviasi dan dispersiDeviasi dan dispersi
Deviasi dan dispersi
 
Pembiasan cahaya
Pembiasan cahayaPembiasan cahaya
Pembiasan cahaya
 
Format laporan
Format laporanFormat laporan
Format laporan
 
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prisma
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prismaPembiasan pada kaca plan paralel dan prisma
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prisma
 
FISIKA - PEMBIASAN CAHAYA
FISIKA - PEMBIASAN CAHAYAFISIKA - PEMBIASAN CAHAYA
FISIKA - PEMBIASAN CAHAYA
 
Penurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulanPenurunan rumus pemantulan
Penurunan rumus pemantulan
 
materi optika geometri fisika sma
materi optika geometri fisika smamateri optika geometri fisika sma
materi optika geometri fisika sma
 
Rumus optika geometri
Rumus optika geometriRumus optika geometri
Rumus optika geometri
 
Pembiasan Cahaya
Pembiasan CahayaPembiasan Cahaya
Pembiasan Cahaya
 
Pembiasan cahaya
Pembiasan cahayaPembiasan cahaya
Pembiasan cahaya
 
Fungsi invers-trigonometri
Fungsi invers-trigonometriFungsi invers-trigonometri
Fungsi invers-trigonometri
 
Fisika Kelas xi Bab10 Optika Geometrik
Fisika Kelas xi Bab10 Optika GeometrikFisika Kelas xi Bab10 Optika Geometrik
Fisika Kelas xi Bab10 Optika Geometrik
 
Refraksi Cahaya
Refraksi CahayaRefraksi Cahaya
Refraksi Cahaya
 
Cahaya dan alat optik
Cahaya dan alat optikCahaya dan alat optik
Cahaya dan alat optik
 
Fisika dasar optik geometri
Fisika dasar   optik geometriFisika dasar   optik geometri
Fisika dasar optik geometri
 
Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013
Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013
Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013
 
Fisdasii 9 [compatibility mode]
Fisdasii 9 [compatibility mode]Fisdasii 9 [compatibility mode]
Fisdasii 9 [compatibility mode]
 
Prakt.peng .listrik magnet-dan-optik
Prakt.peng .listrik magnet-dan-optikPrakt.peng .listrik magnet-dan-optik
Prakt.peng .listrik magnet-dan-optik
 
Modul trigonometri kelas x (2019 2020)
Modul trigonometri kelas x (2019 2020)Modul trigonometri kelas x (2019 2020)
Modul trigonometri kelas x (2019 2020)
 
Fisika-Pemantulan Cahaya
Fisika-Pemantulan CahayaFisika-Pemantulan Cahaya
Fisika-Pemantulan Cahaya
 

Viewers also liked

Spektrometer
SpektrometerSpektrometer
Spektrometer
Aris Widodo
 
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahayaLaporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
fikar zul
 
Laporan cincin newton optik
Laporan cincin newton optik Laporan cincin newton optik
Laporan cincin newton optik
Reny Isro'is Wulandari
 
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan SpektrometerLaporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan SpektrometerLatifatul Hidayah
 
Laporan fisika menentukan restitusi
Laporan fisika menentukan restitusiLaporan fisika menentukan restitusi
Laporan fisika menentukan restitusi
atikapprinda
 
Rangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revised
Rangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revisedRangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revised
Rangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revised
Wayan Sudiarta
 
Soal un biologi 2010 2011
Soal un biologi 2010   2011Soal un biologi 2010   2011
Soal un biologi 2010 2011
Bilito Otilib
 

Viewers also liked (9)

Pembiasan pada prisma
Pembiasan pada prismaPembiasan pada prisma
Pembiasan pada prisma
 
Spektrometer
SpektrometerSpektrometer
Spektrometer
 
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahayaLaporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
 
Laporan cincin newton optik
Laporan cincin newton optik Laporan cincin newton optik
Laporan cincin newton optik
 
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan SpektrometerLaporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
 
Laporan fisika menentukan restitusi
Laporan fisika menentukan restitusiLaporan fisika menentukan restitusi
Laporan fisika menentukan restitusi
 
Laporan praktikum spektrometer atom
Laporan praktikum spektrometer atomLaporan praktikum spektrometer atom
Laporan praktikum spektrometer atom
 
Rangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revised
Rangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revisedRangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revised
Rangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revised
 
Soal un biologi 2010 2011
Soal un biologi 2010   2011Soal un biologi 2010   2011
Soal un biologi 2010 2011
 

Similar to Laporan Prisma (O2)

9 gd2
9 gd29 gd2
CAHAYA - MGMP IPA
CAHAYA - MGMP IPACAHAYA - MGMP IPA
CAHAYA - MGMP IPA
Ady Fauzan
 
Laporan Fisika - lensa cembung
Laporan Fisika - lensa cembungLaporan Fisika - lensa cembung
Laporan Fisika - lensa cembung
Dayana Florencia
 
Laporan praktikum konstanta rydberg
Laporan praktikum konstanta rydbergLaporan praktikum konstanta rydberg
Laporan praktikum konstanta rydberg
Prisilia Meifi Mondigir
 
Pedomanpenskoranuasxfisika 121210081848-phpapp01 (1)
Pedomanpenskoranuasxfisika 121210081848-phpapp01 (1)Pedomanpenskoranuasxfisika 121210081848-phpapp01 (1)
Pedomanpenskoranuasxfisika 121210081848-phpapp01 (1)
Uswatun Hasanah
 
pembiasan
pembiasanpembiasan
Identifikasi spektrometri
Identifikasi spektrometriIdentifikasi spektrometri
Identifikasi spektrometri
Aris Widodo
 
Bab 1 trigonometri
Bab 1 trigonometriBab 1 trigonometri
Bab 1 trigonometri
But Ttdong
 
Materi torsi
Materi torsiMateri torsi
Materi torsi
triya3
 
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 3
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 3Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 3
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 3
Gian Adiwinata
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Sulistia Ningsih
 
Geometri dimensi dua
Geometri dimensi duaGeometri dimensi dua
Geometri dimensi dua
lgede
 
Optika Geometri
Optika GeometriOptika Geometri
Optika Geometri
SMPN 3 TAMAN SIDOARJO
 
Bab 4 ruang berdimensi dua
Bab 4 ruang berdimensi duaBab 4 ruang berdimensi dua
Bab 4 ruang berdimensi duaEko Supriyadi
 
O1 cincin newton
O1 cincin newtonO1 cincin newton
O1 cincin newton
Miftachul Nur Afifah
 
Pembiasan cahaya
Pembiasan cahayaPembiasan cahaya
Pembiasan cahaya
mahdelana1985
 
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRISMA
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRISMALEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRISMA
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRISMA
Lalu Gede Sudarman
 
Cahaya
Cahaya Cahaya

Similar to Laporan Prisma (O2) (20)

9 gd2
9 gd29 gd2
9 gd2
 
CAHAYA - MGMP IPA
CAHAYA - MGMP IPACAHAYA - MGMP IPA
CAHAYA - MGMP IPA
 
Laporan Fisika - lensa cembung
Laporan Fisika - lensa cembungLaporan Fisika - lensa cembung
Laporan Fisika - lensa cembung
 
Laporan praktikum konstanta rydberg
Laporan praktikum konstanta rydbergLaporan praktikum konstanta rydberg
Laporan praktikum konstanta rydberg
 
Pedomanpenskoranuasxfisika 121210081848-phpapp01 (1)
Pedomanpenskoranuasxfisika 121210081848-phpapp01 (1)Pedomanpenskoranuasxfisika 121210081848-phpapp01 (1)
Pedomanpenskoranuasxfisika 121210081848-phpapp01 (1)
 
pembiasan
pembiasanpembiasan
pembiasan
 
Identifikasi spektrometri
Identifikasi spektrometriIdentifikasi spektrometri
Identifikasi spektrometri
 
Bab 1 trigonometri
Bab 1 trigonometriBab 1 trigonometri
Bab 1 trigonometri
 
Materi torsi
Materi torsiMateri torsi
Materi torsi
 
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
 
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 3
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 3Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 3
Resume ilmu ukur tanah pertemuan ke 3
 
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus LensaPengukuran Jarak Fokus Lensa
Pengukuran Jarak Fokus Lensa
 
Geometri dimensi dua
Geometri dimensi duaGeometri dimensi dua
Geometri dimensi dua
 
Optika Geometri
Optika GeometriOptika Geometri
Optika Geometri
 
Bab 4 ruang berdimensi dua
Bab 4 ruang berdimensi duaBab 4 ruang berdimensi dua
Bab 4 ruang berdimensi dua
 
O1 cincin newton
O1 cincin newtonO1 cincin newton
O1 cincin newton
 
Pembiasan cahaya
Pembiasan cahayaPembiasan cahaya
Pembiasan cahaya
 
rahima1.pptx
rahima1.pptxrahima1.pptx
rahima1.pptx
 
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRISMA
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRISMALEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRISMA
LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRISMA
 
Cahaya
Cahaya Cahaya
Cahaya
 

More from GGM Spektafest

Laporan Lensa dan Cermin
Laporan Lensa dan CerminLaporan Lensa dan Cermin
Laporan Lensa dan Cermin
GGM Spektafest
 
Polarisasi Prisma (O3)
Polarisasi Prisma (O3)Polarisasi Prisma (O3)
Polarisasi Prisma (O3)
GGM Spektafest
 
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
GGM Spektafest
 
Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
GGM Spektafest
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)
GGM Spektafest
 
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab GrafitasLaporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
GGM Spektafest
 
Laporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat AtwoodLaporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat Atwood
GGM Spektafest
 
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
GGM Spektafest
 
Cover Fisika Dasar 1 ITENAS
Cover Fisika Dasar 1 ITENASCover Fisika Dasar 1 ITENAS
Cover Fisika Dasar 1 ITENAS
GGM Spektafest
 
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhanaPerpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
GGM Spektafest
 
Perpan
PerpanPerpan
Hasil perhitungan Orifice Gas
Hasil perhitungan Orifice GasHasil perhitungan Orifice Gas
Hasil perhitungan Orifice Gas
GGM Spektafest
 
Laporan Sedimentasi
Laporan SedimentasiLaporan Sedimentasi
Laporan Sedimentasi
GGM Spektafest
 
Mixing - Pencampuran
Mixing - PencampuranMixing - Pencampuran
Mixing - Pencampuran
GGM Spektafest
 
Laporan penggilingan
Laporan penggilinganLaporan penggilingan
Laporan penggilingan
GGM Spektafest
 
Fluidisasi Gas
Fluidisasi GasFluidisasi Gas
Fluidisasi Gas
GGM Spektafest
 
Fluidisasi Cair
Fluidisasi CairFluidisasi Cair
Fluidisasi Cair
GGM Spektafest
 
Laporan filter press
Laporan filter pressLaporan filter press
Laporan filter press
GGM Spektafest
 
Aliran Fluida 2
Aliran Fluida 2Aliran Fluida 2
Aliran Fluida 2
GGM Spektafest
 
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
GGM Spektafest
 

More from GGM Spektafest (20)

Laporan Lensa dan Cermin
Laporan Lensa dan CerminLaporan Lensa dan Cermin
Laporan Lensa dan Cermin
 
Polarisasi Prisma (O3)
Polarisasi Prisma (O3)Polarisasi Prisma (O3)
Polarisasi Prisma (O3)
 
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
 
Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)Bandul Fisis (M5)
Bandul Fisis (M5)
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)
 
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab GrafitasLaporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
 
Laporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat AtwoodLaporan Pesawat Atwood
Laporan Pesawat Atwood
 
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
 
Cover Fisika Dasar 1 ITENAS
Cover Fisika Dasar 1 ITENASCover Fisika Dasar 1 ITENAS
Cover Fisika Dasar 1 ITENAS
 
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhanaPerpindahan panas dan distilasi sederhana
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
 
Perpan
PerpanPerpan
Perpan
 
Hasil perhitungan Orifice Gas
Hasil perhitungan Orifice GasHasil perhitungan Orifice Gas
Hasil perhitungan Orifice Gas
 
Laporan Sedimentasi
Laporan SedimentasiLaporan Sedimentasi
Laporan Sedimentasi
 
Mixing - Pencampuran
Mixing - PencampuranMixing - Pencampuran
Mixing - Pencampuran
 
Laporan penggilingan
Laporan penggilinganLaporan penggilingan
Laporan penggilingan
 
Fluidisasi Gas
Fluidisasi GasFluidisasi Gas
Fluidisasi Gas
 
Fluidisasi Cair
Fluidisasi CairFluidisasi Cair
Fluidisasi Cair
 
Laporan filter press
Laporan filter pressLaporan filter press
Laporan filter press
 
Aliran Fluida 2
Aliran Fluida 2Aliran Fluida 2
Aliran Fluida 2
 
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
 

Recently uploaded

Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
sriwulandari723
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
YongYongYong1
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Kimia Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdfIKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
IKLAN PENERIMAAN GURU SEKUM YPS 2024.pdf
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptxRPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
RPH BAHASA MELAYU TAHUN 6 SJKC 2024.pptx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 

Laporan Prisma (O2)

  • 1. PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PERCOBAAN O2 GONIOMETER I. MAKSUD 1. Mengukur sudut puncak prisma. 2. Mengukur sudut deviasi minimum. 3. Menentukan indeks bias prisma. II. ALAT-ALAT 1. Goniometer 2. Prisma 3. Sumber cahaya (lampu air raksa) III. TEORI Menurut Snellius, cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar, dan berlaku: i=r ...................................................................................(1) Dimana: i = sudut datang r = sudut pantul (refleksi) Menurut hukum Snellius juga, cahaya datang melalui dua media akan mengalami pembiasan, dan berlaku: sin i n12 = ...................................................................................(2) sin r Dimana: n12 = indeks bias relatif zat 2 terhadap zat 1 i = sudut datang r = sudut bias (refraksi) Sudut datang maupun sudut bias diukur terhadap garis normal. Dalam pengukuran pada prisma, untuk menentukan sudut puncak prisma menggunakan alat goniometer:
  • 2. Gambar 1 T2 − T1 Maka: α= ............................................................(3) 2 Dan untuk menentukan sudut deviasi minimum: Gambar 2 T2 − T1 Maka: D= ............................................................(4) 2 Dengan α dari persamaan (3) dan D dari persamaan (4) maka indeks bias prisma dapat dicari dengan cara: 1 sin (α + D ) n= 2 1 sin α 2 Catatan mengenai percobaan O2:  Fungsi-fungsi dari alat-alat: • Goniometer merupakan alat untuk mengukur sudut. - Kolimator berfungsi untuk mengumpulkan cahaya supaya cahaya tidak menyebar
  • 3. - Teropong berfungsi untuk mengamati cahaya, untuk memperjelas cahaya, dan menentukan sudut. • Prisma berfungsi untuk melihat hasil pengamatan.  Hukum Snellius: • Cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar dan sudut datang sama dengan sudut pantul. • Cahaya yang datang melalui dua media akan mengalami pembiasan dan berlaku: sin i n12 = sin r  Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis normal.  Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal.  Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang memantulkan sinar datang.  Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dengan sinar bias.  Jenis cahaya yang digunakan pada percobaan ini yaitu jenis cahaya polikromatis  Urutan warna berdasarkan panjang gelombang terbesar hingga terkecil: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.  Difraksi yaitu peristiwa dimana gelombang dileburkan dari tepi celah dan pinggiran penghalang cahaya.  Dispersi yaitu penguraian warna putih menjadi berbagai warna.  Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi: • Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan dari cahaya putih (polikromatis). • Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil pembiasan dari cahaya polikromatis.  Indeks bias yaitu perbandingan antara cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa dengan cepat rambat cahaya di dalam medium tertentu.
  • 4. IV. TUGAS PENDAHULUAN 1. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (3)! Jawab: T2 − T1 = 2a + 2b T2 − T1 = 2( a + b ) T2 − T1 a +b = 2 T − T1 α= 2 2 2. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (4)! Jawab: T2 − T1 = D1 + D2 ⇒ D1 = D2 = D T2 − T1 = 2 D T2 − T1 D= 2 3. Buktikan persamaan (5)! Jawab: 4. Bagaimana cara membedakan sinar hasil pemantulan dan hasil deviasi dalam percobaan ini? Jawab: Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi: 1. Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan dari cahaya putih (polikromatis). 2. Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil pembiasan dari cahaya polikromatis. V. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN A. Menentukan Sudut Puncak Prisma 1. Goniometer terdiri dari sebuah meja putar, kolimator dan teropong. Kenali dahulu tombol-tombol yang terdapat pada goniometer (tanya asisten). 2. Buat garis teropong jelas terlihat.
  • 5. 3. Arahkan teropong pada tak terhingga, dengan mengubah okuler sedemikian sehingga benda-benda yang cukup jauh jelas terlihat. Kedudukan ini jangan diubah-ubah lagi. 4. Terangi celah kolimator dengan lampu air raksa. 5. Dengan pengamatan melalui teropong atur lensa kolimator sedemikian hingga celah kolimator terlihat jelas dan tajam, (susunan lensa-lensa tersbut jangan diubah-ubah lagi). 6. Pasang prisma pada meja putar dan arahkan salah satu sudut simetris terhadap arah cahaya yang datang dari kolimator (gb.1). Kunci meja prisma supaya tidak diubah-ubah posisinya. 7. Amati/cari cahaya terpantul pada salah satu sisi dengan teropong. Catat kedudukan ini (T1 ) dengan nonius A dan B (secara tabel. 8. Amati/cari cahaya terpantul pada sisi yang lain dengan memutar teropong. Catat kedudukan ini (T2 ) . 9. Ulangi langkah V.A.7 dan V.A.8 beberapa kali (tanya asisten). B. Menetukan Sudut Deviasi Minimum 1. Jatuhkan cahaya dari kolimator pada sisi (AB) dan cahaya akan terbias melalui sisi yang lain (AC). Cari dan amati cahaya yang terbias ini melalui teropong. 2. Bila prisma diputar maka sudut deviasi berubah, tergantung dari sudut datang. 3. Pada suatu saat arah cahaya terbias ini berbalik arahnya. Pada saat tersebut sudut deviasi merupakan sudut deviasi minimum. Catat kedudukan teropong (T1 ) pada nonius A dan B untuk beberapa macam warna. 4. Balikkan arah sinar datang ke prisma, sehingga arah cahaya datang pada sisi AC dengan cara memutar meja prisma (buatlah sisi AB berimpit dengan garis yang terdapat pada meja). Kemudian cari lagi kedudukan teropong pada saat deviasi minimum (T2 ) . Catat nonius A dan B untuk bermacam-macam warna. 5. Cari panjang gelombang tiap warna dari lampu Hg dari tabel data. Catatan:
  • 6. 1. Perhatikan cara pembacaan dan arah membesarnya sudut, hal ini akan mempengaruhi bentuk perumusan (3) dan (4). T1 dan T2 bukan besar sudut, melainkan kedudukan teropong. 2. Janganlah melakukan perhitungan dengan mencampurkan skala A dan B. Anggapkan A dan B dua pengamatan yang berbeda. VI. HASIL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA A. DATA PENGAMATAN Menentukan Sudut Puncak Prisma Puncak A T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 63,5+(28X(1/120)) 244,5+(31X(1/120)) 124+(18X(1/120)) 303,5+(18X(1/120)) 2 66+(0X(1/120)) 245+(2X(1/120)) 124+(22X(1/120)) 303,5+(15X(1/120)) 3 66+(0X(1/120)) 245+(50X(1/120)) 124+(37X(1/120)) 304+(26X(1/120)) T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 63,733 244,758 124,150 303,650 2 66,000 245,017 124,183 303,625 3 66,000 245,417 124,308 304,217 Jumlah 195,733 735,192 372,642 911,492 Puncak B T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 62,5+(25X(1/120)) 241+(34X(1/120)) 125+(40X(1/120)) 304,5+(27X(1/120)) 2 63+(18X(1/120)) 243+(35X(1/120)) 123,5+(38X(1/120)) 303,5+(27X(1/120)) 3 63,5+(0X(1/120)) 242,5+(3X(1/120)) 123,5+(20X(1/120)) 303,5+(25X(1/120)) T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 62,708 241,283 125,333 304,725 2 63,150 243,292 123,817 303,725 3 63,500 242,525 123,667 303,708 Jumlah 189,358 727,100 372,817 912,158 Puncak C
  • 7. T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 68,5+(17X(1/120)) 248+(28X(1/120)) 129+(34X(1/120)) 309+(5X(1/120)) 2 69+(30X(1/120)) 248+(7X(1/120)) 129+(21X(1/120)) 309+(0X(1/120)) 3 69+(40X(1/120)) 248+(10X(1/120)) 129+(10X(1/120)) 308,5+(44X(1/120)) T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 68,642 248,233 129,283 309,042 2 69,250 248,058 129,175 309,000 3 69,333 248,083 129,083 308,867 Jumlah 207,225 744,375 387,542 926,908 Menentukan Sudut Deviasi Minimum Sisi AB Sisi AC Warna T1 T2 A B A B Merah 48,5+(45X(1/120)) 227,5+(27X(1/120)) 145,5+(1X(1/120)) 326+(40X(1/120)) Kuning 48+(30X(1/120)) 227+(22X(1/120)) 146+(16X(1/120)) 325,5+(8X(1/120)) Biru 47,5+(6X(1/120)) 227+(3X(1/120)) 146,5+(0X(1/120)) 325+(50X(1/120)) Sisi AB Sisi AC Warna T1 T2 A B A B Merah 48,875 227,725 145,5083 326,3333 Kuning 48,25 227,1833 146,1333 325,5667 Biru 47,55 227,025 146,5 325,4167 B. PENGOLAHAN DATA Menentukan sudut puncak prisma ( α ) • Puncak A T1 A = ∑T1 A = 195,733 = 65,244 n 3 n∑T1 A − ( ∑T1 A ) 2 2 1 ∆T1 A = n n −1 1 3 x12773,938 − ( 38311,538) ∆T1 A = = 0,756 3 3 −1 (T1A ± ∆T1 A ) = ( 6,52 ± 0,08).101
  • 8. T1B = ∑T 1B = 735,192 = 245,064 n 3 n∑T1B − ( ∑T1B ) 2 2 1 ∆T1B = n n −1 1 3 x180169,149 − ( 540506,787 ) ∆T1B = = 0,192 3 3 −1 (T 1B ± ∆T1B ) = ( 2,4506 ± 0,0019 ).10 2 T2 A = ∑T 2A = 372,642 = 124,214 n 3 n∑T2 A − ( ∑T2 A ) 2 2 1 ∆T2 A = n n −1 1 3 x 46287,285 − (138861,812 ) ∆T2 A = = 0,048 3 3 −1 (T 2A ± ∆T2 A ) = (1,2421 ± 0,0005).10 2 T2 B = ∑T 2B = 911,492 = 303,83 n 3 n∑T2 B − ( ∑T2 B ) 2 2 1 ∆T2 B = n n −1 1 3 x 276939,243 − ( 830817,058) ∆T2 B = = 0,193 3 3 −1 (T2B ± ∆T2 B ) = ( 3,0383 ± 0,0019 ).10 2 T2 A − T1 A 124,214 − 65,244 αA = = = 29,485 2 2 2 2 dα A 2 dα A 2 ∆α A = 2 ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 2 2 1 2 1 2 ∆α A = 2 0,048 + − 0,756 2 2 ∆α A = 0,379 2 (α A ± ∆α A ) = ( 2,949 ± 0,038).101
  • 9. T2 B − T1B 303,831 − 245,064 αB = = = 29,383 2 2 2 2 dα B 2 dα B 2 ∆αB 2 = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 2 2 1 2 1 2 ∆αB = 2 0,193 + − 0,192 2 2 ∆αB = 0,136 2 (α B ± ∆α B ) = ( 2,938 ± 0,013).101 α A + αB 29,485 + 29,383 α= = = 29,434 2 2 2 2 dα 2 dα 2 ∆α 2 = ∆α A + ∆αB dα A dα B 2 2 1 2 1 2 ∆α = 2 0,379 + 0,136 2 2 ∆α = 0,201 (α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101 • Puncak B T1 A = ∑T1 A = 189,358 = 63,119 n 3 n∑T1 A − ( ∑T1 A ) 2 2 1 ∆T1 A = n n −1 1 3x11952,508 − ( 35856,578) ∆T1 A = = 0,229 3 3 −1 (T1A ± ∆T1 A ) = ( 6,312 ± 0,023).101 T1B = ∑T 1B = 727,100 = 242,367 n 3 n ∑T1B − ( ∑T1B ) 2 2 1 ∆T1B = n n −1 1 3 x176226,858 − ( 528674,410 ) ∆T1B = = 0,585 3 3 −1 (T1B ± ∆T1B ) = ( 2,424 ± 0,006 ).10 2
  • 10. T2 A = ∑T 2A = 372,817 = 124,272 n 3 n∑T2 A − ( ∑T2 A ) 2 2 1 ∆T2 A = n n −1 1 3 x 46332,456 − (138992,267 ) ∆T2 A = = 0,532 3 3 −1 (T 2A ± ∆T2 A ) = (1,243 ± 0,005).10 2 T2 B = ∑T 2B = 912,158 = 304,053 n 3 n∑T2 B − ( ∑T2 B ) 2 2 1 ∆T2 B = n n −1 1 3x 277344,953 − ( 832032,825) ∆T2 B = = 0,336 3 3 −1 (T2B ± ∆T2 B ) = ( 3,0405 ± 0,0034).10 2 T2 A − T1 A 124,272 − 63,119 αA = = = 30,576 2 2 2 2 dα A 2 dα A 2 ∆α A 2 = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 2 2 1 2 1 2 ∆α A = 2 0,532 + − 0,229 2 2 ∆α A = 0,290 2 (α A ± ∆α A ) = ( 3,058 ± 0,029).101 T2 B − T1B 304,053 − 242,367 αB = = = 30,843 2 2 2 2 dα B 2 dα B 2 ∆α B 2 = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 2 2 1 2 1 2 ∆α B 2 = 0,336 + − 0,585 2 2 ∆α B = 0,337 2 (α B ± ∆α B ) = ( 3,084 ± 0,034 ).101
  • 11. α A + αB 30,576 + 30,843 α= = = 30,710 2 2 2 2 dα 2 dα 2 ∆α = 2 ∆α A + ∆αB dα A dα B 2 2 1 2 1 2 ∆α 2 = 0,290 + 0,337 2 2 ∆α = 0,222 (α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101 • Puncak C T1 A = ∑T1 A = 207,225 = 69,075 n 3 n∑T1 A − ( ∑T1 A ) 2 2 1 ∆T1 A = n n −1 1 3x14314,352 − ( 42942,201) ∆T1 A = = 0,218 3 3 −1 (T1A ± ∆T1 A ) = ( 6,908 ± 0,022 ).101 T1B = ∑T 1B = 744,375 = 248,125 n 3 n∑T1B − ( ∑T1B ) 2 2 1 ∆T1B = n n −1 1 3 x184698,065 − ( 554094,141) ∆T1B = = 0,055 3 3 −1 (T1B ± ∆T1B ) = ( 2,4813 ± 0,0006 ).10 2 T2 A = ∑T 2A = 387,542 = 129,181 n 3 n∑T2 A − ( ∑T2 A ) 2 2 1 ∆T2 A = n n −1 1 3 x50062,868 − (150188,543) ∆T2 A = = 0,058 3 3 −1 (T2A ± ∆T2 A ) = (1,2918 ± 0,0006 ).10 2
  • 12. T2 B = ∑T 2B = 926,908 = 308,969 n 3 n∑T2 B − ( ∑T2 B ) 2 2 1 ∆T2 B = n n −1 1 3 x 286386,370 − ( 859159,058) ∆T2 B = = 0,053 3 3 −1 (T2B ± ∆T2 B ) = ( 3,0897 ± 0,0005).10 2 T2 A − T1 A 129,181 − 69,075 αA = = = 30,053 2 2 2 2 dα A 2 dα A 2 ∆α A 2 = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 2 2 1 12 2 ∆α A 2 = 0,058 + − 0,218 2 2 ∆α A = 0,113 2 (α A ± ∆α A ) = ( 3,005 ± 0,011).101 T2 B − T1B 308,969 − 248,125 αB = = = 30,422 2 2 2 2 dα B 2 dαB 2 ∆αB = 2 ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 2 2 1 2 1 2 ∆αB = 2 0,053 + − 0,055 2 2 ∆αB = 0,038 2 (α B ± ∆α B ) = ( 3,0422 ± 0,0038).101 α A + αB 30,053 + 30,422 α= = = 30,238 2 2 2 2 dα 2 dα 2 ∆α 2 = ∆α A + ∆αB dα A dα B 2 2 1 2 1 2 ∆α 2 = 0,113 + 0,038 2 2 ∆α = 0,059 (α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006).101
  • 13. Menentukan Sudut Deviasi Minimum • Merah T2 A − T1 A 145,508 − 48,875 DA = = = 48,317 2 2 dD A dD A ∆D A = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 1 1 1 1 ∆D A = +− 2 120 2 120 ∆D A = 0,008 ( D A ± ∆D A ) = ( 4,8317 ± 0,0008).101 1 ∆T1 = ∆T2 = 120 T2 B − T1B 326,333 − 227,725 DB = = = 49,304 2 2 dD B dD B ∆DB = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 1 1 1 1 ∆DB = +− 2 120 2 120 ∆DB = 0,008 ( DB ± ∆DB ) = ( 4,9304 ± 0,0008).101 D A + DB 48,317 + 49,304 D= = = 48,810 2 2 dD dD ∆D = ∆D A + ∆D B dD A dD B 1 1 ∆D = 0,008 + 0,008 2 2 ∆D = 0,008 ( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101
  • 14. Kuning T2 A − T1 A 146,133 − 48,250 DA = = = 48,942 2 2 dD A dD A ∆D A = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 1 1 1 1 ∆D A = +− 2 120 2 120 ∆D A = 0,008 ( D A ± ∆D A ) = ( 4,8942 ± 0,0008).101 1 ∆T1 = ∆T2 = 120 T2 B − T1B 325,567 − 227,183 DB = = = 49,192 2 2 dD B dD B ∆D B = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 1 1 1 1 ∆D B = +− 2 120 2 120 ∆D B = 0,008 ( DB ± ∆D B ) = ( 4,9192 ± 0,0008).101 D A + DB 48,942 + 49,192 D= = = 49,067 2 2 dD dD ∆D = ∆D A + ∆D B dD A dD B 1 1 ∆D = 0,008 + 0,008 2 2 ∆D = 0,008 ( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101
  • 15. Biru T2 A − T1 A 146,500 − 47,550 DA = = = 49,475 2 2 dD A dD A ∆D A = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 1 1 1 1 ∆D A = +− 2 120 2 120 ∆D A = 0,008 ( D A ± ∆D A ) = ( 4,9475 ± 0,0008).101 1 ∆T1 = ∆T2 = 120 T2 B − T1B 325,417 − 227,025 DB = = = 49,196 2 2 dD B dD B ∆D B = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 1 1 1 1 ∆D B = +− 2 120 2 120 ∆D B = 0,008 ( DB ± ∆D B ) = ( 4,9196 ± 0,0008).101 D A + DB 49,475 + 49,196 D= = = 49,335 2 2 dD dD ∆D = ∆D A + ∆DB dD A dDB 1 1 ∆D = 0,008 + 0,008 2 2 ∆D = 0,008 ( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101 Menentukan Indeks Bias Prisma • Merah Puncak A 1 sin (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 48,810) n= 2 = 2 = 2,484 1 1 sin α sin ( 29,434 ) 2 2
  • 16. 2 2 dn 2 dn 2 ∆n 2 = ∆α + ∆D dα dD 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 cos (α + D ). sin α − cos α. sin (α + D ) cos (α + D ). sin α ∆n 2 = 2 2 2 2 2 2 + 2 2 2 2 2 ∆α ∆D  1  2  1  sin α  sin α   2   2  ∆n 2 = 0,414 ∆n = 0,643 ( n ± ∆n ) = ( 2,5 ± 0,6).10 0 Puncak B 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 48,810) n= 2 = 2 = 2,415 1 1 sin α sin ( 30,710 ) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak C 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 48,810) n= 2 = 2 = 2,440 1 1 sin α sin ( 30,238) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... • Kuning Puncak A 1 sin (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,067 ) n= 2 = 2 = 2,491 1 1 sin α sin ( 29,434) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak B
  • 17. 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,067 ) n= 2 = 2 = 2,422 1 1 sin α sin ( 30,710 ) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak C 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,067 ) n= 2 = 2 = 2,447 1 1 sin α sin ( 30,238) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... • Biru Puncak A 1 sin (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,335) n= 2 = 2 = 2,498 1 1 sin α sin ( 29,434 ) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak B 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,335) n= 2 = 2 = 2,429 1 1 sin α sin ( 30,710 ) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak C
  • 18. 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,335) n= 2 = 2 = 2,453 1 1 sin α sin ( 30,238) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN 1. Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut puncak prisma beserta kesalahannnya! Jawab: Puncak A : (α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101 Puncak B : (α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101 Puncak C : (α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006 ).101 2. Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut deviasi minimum (D) untuk beberapa warna beserta kesalahannya! Jawab: Merah : ( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101 Kuning : ( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101 Biru : ( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101 3. Tentukan dari hasil VII.1 dan VII.2, indeks bias prisma untuk beberapa warna beserta kesalahannya (lampu Hg). Buat grafik n terhadap λ ! Jawab: Merah Puncak A : n = 2,484 Puncak B : n = 2,415 Puncak C : n = 2,440 Kuning Puncak A : n = 2,491 Puncak B : n = 2,422 Puncak C : n = 2,447
  • 19. Biru Puncak A : n = 2,498 Puncak B : n = 2,429 Puncak C : n = 2,453 4. Bandingkan hasil VII.3 dengan literatur. Berilah pembahasan! Jawab: VIII. ANALISA 1. Kemungkinan terdapat kesalahan hasil perhitungan yang disebabkan oleh kekurangtelitian dalam pembacaan skala. 2. Perubahan posisi pada saat pembacaan skala yang disebabkan oleh pergeseran meja teropong. IX. KESIMPULAN 1. Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis normal. Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal. Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang memantulkan sinar datang. Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dengan sinar bias. 2. Hukum Snellius menyatakan bahwa sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar. X. DAFTAR PUSTAKA 1. Tyler, “ A Laboratory Manual of Physics’, Edward Arnold, 1967. 2. Sears-Zemansky, “Collage Physics”. Add. Wesley, 1960. 3. P.D>K> Energi, Gelombang dan Medan II, 1975.