Eksperimen ini bertujuan untuk mengukur panjang gelombang cahaya monokromatik dengan menggunakan cincin interferensi Newton yang terbentuk antara lensa dan keping gelas planparalel. Cincin-cincin gelap dan terang diukur menggunakan teropong geser untuk menghitung selisih jarak cincin dan menentukan panjang gelombang.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan besarnya pergeseran sinar dan indeks bias kaca plan paralel. Praktikum ini melibatkan pembiasan cahaya pada kaca plan paralel dan pengukuran sudut datang, sudut bias, sudut deviasi, serta pergeseran sinar. Hasilnya menunjukkan nilai indeks bias kaca plan paralel antara 1,47-1,51.
Laporan ini mendeskripsikan percobaan pembiasan cahaya pada kaca planparalel. Percobaan ini bertujuan menentukan indeks bias kaca, hubungan antara sinar datang dan sinar pantul, serta pergeseran sinar yang diukur secara langsung dibandingkan dengan perhitungan. Hasilnya menunjukkan pergeseran sinar yang diukur sangat mendekati perhitungan, sedangkan indeks bias kaca diperoleh antara 1,46-√3.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan sudut deviasi minimum prisma dengan variabel manipulasi sudut datang dan jenis prisma. Berdasarkan hasil percobaan dengan lima nilai sudut datang diperoleh nilai indeks medium dan sudut deviasi minimum prisma 45° dan 60°.
Laporan praktikum ini membahas percobaan pembiasan pada kaca plan paralel untuk menentukan indeks bias, pergeseran sinar, dan hubungan sudut datang dengan pergeseran sinar. Percobaan dilakukan dengan membuat gambar kaca plan paralel dan garis normal, menentukan sudut datang, mengukur sudut bias, dan menghitung indeks bias serta pergeseran sinar berdasarkan rumus. Hasilnya menunjukkan indeks bias rata-rata kaca sebes
Optika membahas cahaya dan terbagi menjadi optika geometri dan optika fisik. Optika geometri mempelajari fenomena pemantulan dan pembiasan sedangkan optika fisik mempelajari fenomena polarisasi, difraksi dan interferensi. Bab satu menjelaskan pengertian optika dan pembagian optikanya sedangkan bab dua membahas pembiasan cahaya pada prisma kaca dan permukaan lengkung serta contoh soalnya.
Eksperimen ini bertujuan untuk mengukur panjang gelombang cahaya monokromatik dengan menggunakan cincin interferensi Newton yang terbentuk antara lensa dan keping gelas planparalel. Cincin-cincin gelap dan terang diukur menggunakan teropong geser untuk menghitung selisih jarak cincin dan menentukan panjang gelombang.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan besarnya pergeseran sinar dan indeks bias kaca plan paralel. Praktikum ini melibatkan pembiasan cahaya pada kaca plan paralel dan pengukuran sudut datang, sudut bias, sudut deviasi, serta pergeseran sinar. Hasilnya menunjukkan nilai indeks bias kaca plan paralel antara 1,47-1,51.
Laporan ini mendeskripsikan percobaan pembiasan cahaya pada kaca planparalel. Percobaan ini bertujuan menentukan indeks bias kaca, hubungan antara sinar datang dan sinar pantul, serta pergeseran sinar yang diukur secara langsung dibandingkan dengan perhitungan. Hasilnya menunjukkan pergeseran sinar yang diukur sangat mendekati perhitungan, sedangkan indeks bias kaca diperoleh antara 1,46-√3.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan sudut deviasi minimum prisma dengan variabel manipulasi sudut datang dan jenis prisma. Berdasarkan hasil percobaan dengan lima nilai sudut datang diperoleh nilai indeks medium dan sudut deviasi minimum prisma 45° dan 60°.
Laporan praktikum ini membahas percobaan pembiasan pada kaca plan paralel untuk menentukan indeks bias, pergeseran sinar, dan hubungan sudut datang dengan pergeseran sinar. Percobaan dilakukan dengan membuat gambar kaca plan paralel dan garis normal, menentukan sudut datang, mengukur sudut bias, dan menghitung indeks bias serta pergeseran sinar berdasarkan rumus. Hasilnya menunjukkan indeks bias rata-rata kaca sebes
Optika membahas cahaya dan terbagi menjadi optika geometri dan optika fisik. Optika geometri mempelajari fenomena pemantulan dan pembiasan sedangkan optika fisik mempelajari fenomena polarisasi, difraksi dan interferensi. Bab satu menjelaskan pengertian optika dan pembagian optikanya sedangkan bab dua membahas pembiasan cahaya pada prisma kaca dan permukaan lengkung serta contoh soalnya.
Dokumen tersebut membahas tentang deviasi dan dispersi cahaya pada prisma dan aberasi kromatik pada lensa. Deviasi cahaya pada prisma terjadi akibat perbedaan indeks bias bahan prisma, sedangkan dispersi terjadi karena indeks bias bergantung pada frekuensi cahaya. Aberasi kromatik pada lensa disebabkan perbedaan fokus lensa untuk berbagai panjang gelombang cahaya.
Dokumen tersebut membahas tentang pembiasan cahaya, alat-alat optik seperti lensa, dan hukum-hukum yang terkait dengan pembiasan cahaya. Secara khusus membahas tentang pembiasan cahaya, jenis lensa dan sinar istimewa, serta hukum Snellius dan persamaan pembuat lensa.
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prismaRacmat Ridho
Di dalam presentasi ini, tersaji materi fisika tentang pembiasan. Saya juga menjelaskan tentang hukum-hukum pembiasan dan hubungannya dengan besaran-besaran lain yang terkait. Di samping itu, dibahas pula sedikit mengenai kaca plan paralel dan prisma. Materi ini cocok untuk murid-murid SMA.
1. Persamaan Snellius menyatakan bahwa rasio sinus sudut datang dan sinus sudut bias pada dua medium yang berbeda adalah konstan.
2. Persamaan ini dapat diturunkan dari prinsip Fermat yang menyatakan sinar cahaya akan memilih jalur waktu terpendek saat berpindah medium.
3. Persamaan Snellius berlaku untuk pemantulan dan pembiasan cahaya.
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah teori optika geometri dan sifat-sifat cahaya, meliputi:
1. Teori awal tentang cahaya dari Plato, Euclides, Aristoteles hingga Newton
2. Perkembangan teori gelombang cahaya oleh Young, Fresnel, Maxwell, Hertz.
3. Sifat-sifat cahaya sebagai gelombang elektromagnetik yang merambat dalam garis lurus dan memiliki kecepatan tetap dalam vakum.
Dokumen tersebut membahas tentang pembiasan cahaya pada medium yang berbeda kerapatan optik seperti udara dan kaca, serta pembentukan bayangan pada lensa cekung dan cembung. Pembiasan cahaya terjadi karena perbedaan indeks bias antara dua medium, sementara lensa mengumpulkan atau menyebarkan sinar tergantung pada bentuknya.
Pembiasan cahaya terjadi ketika cahaya melewati batas antara dua medium yang berbeda kepadatan, seperti udara dan air, dimana cahaya akan dibelokkan. Ada dua hukum pembiasan cahaya yaitu cahaya akan dibelokkan mendekati garis normal bila berasal dari medium yang kurang padat, dan akan dibelokkan menjauhi garis normal bila berasal dari medium yang lebih padat. Lensa dapat mengumpulkan atau menyebark
1. Bab ini membahas fungsi-fungsi trigonometri dan fungsi invers trigonometri.
2. Definisi sinus, cosinus, dan tangen didasarkan pada segitiga siku-siku.
3. Fungsi sinus, cosinus, dan tangen memiliki bentuk umum f(x)=sin x, f(x)=cos x, dan f(x)=tan x, dengan x sebagai satuan sudut.
4. Fungsi invers trigonometri seperti arc sin, arc cos, dan arc tan digunakan untuk men
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang batas dua medium yang tembus cahaya tapi berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya sanga mempengaruhi penglihatan pengamat. Jika cahaya yang merambat pada suatu medium berpindah ke medium yang lain, maka pada batas kedua medium tersebut akan terjadi pembiasan atau pembelokan arah. Hal ini disebabkan karena kecepatan cahaya dalam kedua medium tersebut tidak sama. Semakin besar kerapatan suatu medium, makin kecil kecepatan cahaya yang melewatinya.
Optika geometri mempelajari sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya lebih besar dari panjang gelombang cahaya. Pemantulan dan pembiasan cahaya dipelajari dengan cermin dan prisma. Lensa dan kombinasi lensa serta cermin digunakan untuk membentuk bayangan.
Rencana pelaksanaan pelajaran mata pelajaran Matematika kelas XII semester satu membahas materi Refleksi. Peserta didik akan mempelajari pengertian transformasi geometri dan jenis transformasi refleksi, serta persamaan dan matriks yang mewakili transformasi refleksi terhadap sumbu, garis, dan titik. Tujuan pembelajaran adalah memungkinkan peserta didik menentukan dan menggunakan transformasi refleksi serta menyelesaikan masalah terkait.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang optika geometri yang mencakup konsep dasar seperti objek, bayangan maya dan nyata, serta prinsip-prinsip pembentukan bayangan oleh cermin datar dan bola serta lensa tipis dan cekung. Diuraikan pula cara menggunakan metode grafis untuk memprediksi arah gerak sinar cahaya setelah berinteraksi dengan cermin dan lensa.
Dokumen tersebut membahas tentang deviasi dan dispersi cahaya pada prisma dan aberasi kromatik pada lensa. Deviasi cahaya pada prisma terjadi akibat perbedaan indeks bias bahan prisma, sedangkan dispersi terjadi karena indeks bias bergantung pada frekuensi cahaya. Aberasi kromatik pada lensa disebabkan perbedaan fokus lensa untuk berbagai panjang gelombang cahaya.
Dokumen tersebut membahas tentang pembiasan cahaya, alat-alat optik seperti lensa, dan hukum-hukum yang terkait dengan pembiasan cahaya. Secara khusus membahas tentang pembiasan cahaya, jenis lensa dan sinar istimewa, serta hukum Snellius dan persamaan pembuat lensa.
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prismaRacmat Ridho
Di dalam presentasi ini, tersaji materi fisika tentang pembiasan. Saya juga menjelaskan tentang hukum-hukum pembiasan dan hubungannya dengan besaran-besaran lain yang terkait. Di samping itu, dibahas pula sedikit mengenai kaca plan paralel dan prisma. Materi ini cocok untuk murid-murid SMA.
1. Persamaan Snellius menyatakan bahwa rasio sinus sudut datang dan sinus sudut bias pada dua medium yang berbeda adalah konstan.
2. Persamaan ini dapat diturunkan dari prinsip Fermat yang menyatakan sinar cahaya akan memilih jalur waktu terpendek saat berpindah medium.
3. Persamaan Snellius berlaku untuk pemantulan dan pembiasan cahaya.
Dokumen tersebut membahas tentang sejarah teori optika geometri dan sifat-sifat cahaya, meliputi:
1. Teori awal tentang cahaya dari Plato, Euclides, Aristoteles hingga Newton
2. Perkembangan teori gelombang cahaya oleh Young, Fresnel, Maxwell, Hertz.
3. Sifat-sifat cahaya sebagai gelombang elektromagnetik yang merambat dalam garis lurus dan memiliki kecepatan tetap dalam vakum.
Dokumen tersebut membahas tentang pembiasan cahaya pada medium yang berbeda kerapatan optik seperti udara dan kaca, serta pembentukan bayangan pada lensa cekung dan cembung. Pembiasan cahaya terjadi karena perbedaan indeks bias antara dua medium, sementara lensa mengumpulkan atau menyebarkan sinar tergantung pada bentuknya.
Pembiasan cahaya terjadi ketika cahaya melewati batas antara dua medium yang berbeda kepadatan, seperti udara dan air, dimana cahaya akan dibelokkan. Ada dua hukum pembiasan cahaya yaitu cahaya akan dibelokkan mendekati garis normal bila berasal dari medium yang kurang padat, dan akan dibelokkan menjauhi garis normal bila berasal dari medium yang lebih padat. Lensa dapat mengumpulkan atau menyebark
1. Bab ini membahas fungsi-fungsi trigonometri dan fungsi invers trigonometri.
2. Definisi sinus, cosinus, dan tangen didasarkan pada segitiga siku-siku.
3. Fungsi sinus, cosinus, dan tangen memiliki bentuk umum f(x)=sin x, f(x)=cos x, dan f(x)=tan x, dengan x sebagai satuan sudut.
4. Fungsi invers trigonometri seperti arc sin, arc cos, dan arc tan digunakan untuk men
Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang batas dua medium yang tembus cahaya tapi berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya sanga mempengaruhi penglihatan pengamat. Jika cahaya yang merambat pada suatu medium berpindah ke medium yang lain, maka pada batas kedua medium tersebut akan terjadi pembiasan atau pembelokan arah. Hal ini disebabkan karena kecepatan cahaya dalam kedua medium tersebut tidak sama. Semakin besar kerapatan suatu medium, makin kecil kecepatan cahaya yang melewatinya.
Optika geometri mempelajari sifat-sifat cahaya dengan menggunakan alat-alat yang ukurannya lebih besar dari panjang gelombang cahaya. Pemantulan dan pembiasan cahaya dipelajari dengan cermin dan prisma. Lensa dan kombinasi lensa serta cermin digunakan untuk membentuk bayangan.
Rencana pelaksanaan pelajaran mata pelajaran Matematika kelas XII semester satu membahas materi Refleksi. Peserta didik akan mempelajari pengertian transformasi geometri dan jenis transformasi refleksi, serta persamaan dan matriks yang mewakili transformasi refleksi terhadap sumbu, garis, dan titik. Tujuan pembelajaran adalah memungkinkan peserta didik menentukan dan menggunakan transformasi refleksi serta menyelesaikan masalah terkait.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang optika geometri yang mencakup konsep dasar seperti objek, bayangan maya dan nyata, serta prinsip-prinsip pembentukan bayangan oleh cermin datar dan bola serta lensa tipis dan cekung. Diuraikan pula cara menggunakan metode grafis untuk memprediksi arah gerak sinar cahaya setelah berinteraksi dengan cermin dan lensa.
Eksperimen mengukur panjang gelombang cahaya Natrium menggunakan cincin Newton. Pola cincin gelap dan terang diamati dan diukur jari-jarinya. Data digunakan untuk menghitung panjang gelombang sebesar 602,5 nm, 2,29% lebih besar dari teori.
Laporan praktikum menentukan koefisien restitusi pada benda jatuh bebas dengan mengukur tinggi jatuh dan pantulan bola bekel, pingpong, dan tenis dari berbagai ketinggian. Hasilnya menunjukkan koefisien restitusi rata-rata masing-masing bola dan hubungan antara tinggi jatuh dan pantulan. Jenis tumbukan yang terjadi adalah lenting sebagian.
1. Pengelompokan organisme dapat didasarkan pada tingkat gen dan spesies.
2. Tanaman petai cina bermanfaat di daerah tandus sebagai pemasok nitrat.
3. Urutan fase cacing pita setelah keluar dari telur adalah onkosfer, sisteserkus, cacing pita dewasa.
Bangun datar dan transformasinya dibahas dalam dokumen tersebut. Dokumen tersebut membahas (1) macam-macam bangun datar dan rumus luas serta kelilingnya, (2) taksiran luas bidang tak beraturan dengan aturan trapesoida, mid ordinat, dan Simpson, (3) jenis transformasi pada bidang datar seperti translasi, refleksi, rotasi, dan dilatasi.
1. Dokumen menjelaskan tentang cahaya, termasuk definisi, sifat-sifat, dan pemantulan cahaya pada cermin datar, cekung, dan cembung.
2. Ada rumus untuk menghitung titik fokus, jarak bayangan, dan perbesaran bayangan pada cermin cekung dan cembung.
3. Beberapa contoh soal dan penyelesaiannya juga diberikan untuk memahami penerapan rumus-rumus tersebut.
Praktikum bertujuan menentukan jarak titik api dan kekuatan lensa cembung. Teori membahas sifat lensa cembung seperti memiliki dua titik fokus, rumus lens maker, dan dalil Esbach untuk menentukan sifat bayangan. Percobaan mengukur jarak benda dan bayangan untuk hitung fokus dan kuat lensa dengan variasi jarak benda. Hasil analisis menunjukkan nilai fokus antara 5,576-5,876 cm dengan ketidakpastian
Eksperimen ini bertujuan menentukan konstanta Rydberg dengan menganalisis spektrum atom Merkuri dan Helium menggunakan spektrometer. Sampel uji ditempatkan di depan kolimator sementara kisi difraksi digunakan untuk memisahkan warna spektrum. Sudut pelurus dan simpangan setiap warna dicatat untuk menghitung panjang gelombangnya. Dengan menggunakan persamaan Rydberg, konstanta Rydberg diperoleh untuk setiap
1. Pembiasan cahaya terjadi karena perbedaan indeks bias untuk setiap panjang gelombang cahaya.
2. Jika dua lensa tipis digabungkan, kekuatan lensa gabungan adalah jumlah dari kekuatan masing-masing lensa.
3. Dispersi cahaya terjadi karena perbedaan indeks bias gelas prisma untuk setiap panjang gelombang cahaya.
Dokumen tersebut membahas tentang dinamika rotasi dan kesetimbangan, termasuk definisi benda tegar, momen gaya dan momen inersia, hukum kekekalan energi gerak rotasi, momentum sudut, dan kesetimbangan benda tegar. Juga dibahas tentang titik berat pada berbagai bentuk benda.
SPMB 2003 Regional II kode 120 berisi soal-soal fisika tentang mekanika, optika, termodinamika, dan radioaktivitas. Dokumen ini memberikan 13 soal beserta pembahasan singkat untuk setiap jawaban.
Kali ini dilakukan pengukuran jarak fokus lensa dengan menggunakan 3 metode yaitu pemindahan jarak lensa ke layar dengan 1 lensa, lalu menggunakan 2 buah lensa, dan yang terakhir menggunakan alat spherometer. Dari setiap percobaan tidak selalu mendapatkan hasil yang bagus, apabila nilai yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan itu berarti Anda telah berkontribusi di bidang penelitian ini.
Modul ini membahas tentang geometri dimensi dua yang terdiri atas tiga kompetensi dasar yaitu mengidentifikasi sudut, menentukan keliling dan luas bangun datar, serta menerapkan transformasi bangun datar. Modul ini memberikan penjelasan tentang konsep-konsep tersebut beserta contoh soal dan latihan. Tujuan akhirnya adalah siswa dapat menghitung keliling dan luas berbagai bangun datar, mengkonversi satuan sudut, s
Dokumen tersebut membahas tentang optika geometri yang mencakup pemantulan cahaya pada cermin datar dan lengkung serta pembiasan cahaya melalui lensa dan prisma. Topik utama yang dibahas antara lain hukum-hukum dasar pemantulan dan pembiasan cahaya, sifat-sifat bayangan yang dihasilkan oleh berbagai jenis cermin, serta konsep-konsep dasar interferensi, difraksi, dan polarisasi cahaya.
Eksperimen menggunakan piranti cincin Newton untuk menentukan panjang gelombang cahaya Natrium dengan mengukur jari-jari cincin gelap dan terang, didapat nilai 717,5 nm dengan kesalahan 21,75%."
Siswa mempelajari prinsip kerja alat-alat optik seperti lensa dan pembiasan cahaya. Mereka dapat memahami hukum-hukum pembiasan cahaya dan menjelaskan fenomena seperti pembiasan cahaya di lensa dan terjadinya pelangi.
LKS ini membahas percobaan pembiasan cahaya pada prisma untuk mengukur sudut deviasi dan sudut pembias secara langsung dan perhitungan. Peralatan yang digunakan antara lain prisma, jarum pentul, dan busur derajat. Langkah percobaannya meliputi membuat sinar datang dan mengukur sudut deviasi serta pembias secara langsung dan membandingkannya dengan hasil perhitungan. Data hasil ukuran dimasukkan ke dalam tabel untuk d
Dokumen tersebut membahas tentang cahaya, termasuk sejarah cahaya, pemantulan cahaya, pemantulan pada cermin, pembiasan cahaya, dan pembiasan pada lensa.
(1) Dokumen membahas tentang perumusan lensa dan cermin serta alasan menggunakan meja berwarna gelap. (2) Terdapat empat pertanyaan mengenai jalur sinar untuk tiga susunan optik, bukti perumusan lensa dan cermin, alasan meja berwarna gelap, dan definisi indeks bias. (3) Diberikan jawaban untuk empat pertanyaan tersebut beserta penjelasan.
Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan jarak fokus lensa tunggal dan gabungan serta mengenali cacat bayangan dengan melakukan serangkaian percobaan menggunakan alat-alat optik seperti bangku optik, lensa, dan layar."
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang percobaan bandul fisis untuk menentukan percepatan gravitasi. Terdapat penjelasan teori bandul fisis, rumus-rumus yang digunakan, langkah-langkah percobaan, dan format tabel untuk merekam data hasil pengamatan.
Dokumen tersebut membahas percobaan untuk mempelajari hukum Newton kedua mengenai gerak lurus beraturan dan berubah beraturan menggunakan pesawat Atwood. Percobaan dilakukan dengan mengubah posisi beban dan mengukur waktu gerak, jarak, percepatan, serta menghitung momen inersia roda katrol. Hasil pengukuran digunakan untuk menentukan karakteristik gerak, menganalisis data, dan menyimpulkan hub
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran dasar pada benda padat dengan cara statis dan dinamis menggunakan alat ukur seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca. Terdapat penjelasan tentang hukum Archimedes dan rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung volume, massa jenis, dan menentukan jenis benda.
Dokumen tersebut membahas tentang perpindahan panas sederhana dan distilasi sederhana. Pada percobaan perpindahan panas, akan diukur pengaruh arah aliran dan laju alir fluida terhadap koefisien perpindahan panas menyeluruh dengan menggunakan alat kondensor pipa ganda. Sedangkan pada percobaan distilasi, akan ditentukan komponen-komponen yang terkandung dalam bensin cuci dengan melakukan proses dist
The document contains experimental results from tests of orifice plates with sharp and rounded lips. Graphs are presented showing the relationship between discharge coefficient (Co) and Reynolds number (Nre) for the different orifice plate types on the first and second days of testing. Tables of input parameters and results are also included for tests conducted at various pressures using orifice plates of different diameters.
Dokumen tersebut memberikan hasil penelitian tentang laju umpan penggilingan dan karakteristik partikel dari beberapa jenis bahan baku seperti beras putih dan beras ketan hitam dengan berbagai variasi ukuran umpan. Terdapat data laju umpan, fraksi massa, diameter partikel, dan perhitungan nilai Kk serta Kr untuk menentukan karakteristik aliran bubur hasil penggilingan.
This document describes an experiment to determine the minimum fluidization velocity (Umf) and degree of sphericity of particles. It includes background information on fluid behavior and fluidization. The objectives are stated as determining Umf graphically and through calculation, and determining the sphericity of particles. The scope specifies using liquid fluids and examining the relationship between pressure drop and velocity based on the Ergun equation for transitional flow. Experimental data tables provide information on temperature, density and viscosity measurements, calibration of an orifice meter, particle diameters, and pressure drop, fluid height, and bed expansion measurements for different particle sizes and velocities.
The document contains data from experiments measuring various parameters like temperature, pressure, water flow rates, and water levels at different time intervals. It includes tables with measurements taken on different days and during calibrations of equipment used to measure volume, flow rate, and water level. The tables contain precise measurements recorded over multiple trials.
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik aliran fluida tak mampu mampat dalam sistem perpipaan dengan menggunakan orificemeter dan menentukan faktor-faktor seperti koefisien orificemeter, hilang tekanan akibat gesekan, panjang ekivalen perlengkapan pipa, dan karakteristik pompa. Prosedur percobaan meliputi peneraan orificemeter, pengukuran laju alir, dan penentuan bilangan Reynold,
Pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang
memberikan akses kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan, bakat istimewa,maupun potensi tertentu
untuk mengikuti pendidikan maupun pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik
umumlainya
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Laporan Prisma (O2)
1. PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1
PERCOBAAN O2
GONIOMETER
I. MAKSUD
1. Mengukur sudut puncak prisma.
2. Mengukur sudut deviasi minimum.
3. Menentukan indeks bias prisma.
II. ALAT-ALAT
1. Goniometer
2. Prisma
3. Sumber cahaya (lampu air raksa)
III. TEORI
Menurut Snellius, cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar, dan
berlaku:
i=r ...................................................................................(1)
Dimana:
i = sudut datang
r = sudut pantul (refleksi)
Menurut hukum Snellius juga, cahaya datang melalui dua media akan mengalami
pembiasan, dan berlaku:
sin i
n12 = ...................................................................................(2)
sin r
Dimana:
n12 = indeks bias relatif zat 2 terhadap zat 1
i = sudut datang
r = sudut bias (refraksi)
Sudut datang maupun sudut bias diukur terhadap garis normal. Dalam pengukuran pada
prisma, untuk menentukan sudut puncak prisma menggunakan alat goniometer:
2. Gambar 1
T2 − T1
Maka: α= ............................................................(3)
2
Dan untuk menentukan sudut deviasi minimum:
Gambar 2
T2 − T1
Maka: D= ............................................................(4)
2
Dengan α dari persamaan (3) dan D dari persamaan (4) maka indeks bias prisma dapat
dicari dengan cara:
1
sin (α + D )
n= 2
1
sin α
2
Catatan mengenai percobaan O2:
Fungsi-fungsi dari alat-alat:
• Goniometer merupakan alat untuk mengukur sudut.
- Kolimator berfungsi untuk mengumpulkan cahaya supaya
cahaya tidak menyebar
3. - Teropong berfungsi untuk mengamati cahaya, untuk
memperjelas cahaya, dan menentukan sudut.
• Prisma berfungsi untuk melihat hasil pengamatan.
Hukum Snellius:
• Cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar dan sudut
datang sama dengan sudut pantul.
• Cahaya yang datang melalui dua media akan mengalami pembiasan
dan berlaku:
sin i
n12 =
sin r
Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis normal.
Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal.
Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang
memantulkan sinar datang.
Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang
dengan sinar bias.
Jenis cahaya yang digunakan pada percobaan ini yaitu jenis cahaya polikromatis
Urutan warna berdasarkan panjang gelombang terbesar hingga terkecil: merah,
jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.
Difraksi yaitu peristiwa dimana gelombang dileburkan dari tepi celah dan pinggiran
penghalang cahaya.
Dispersi yaitu penguraian warna putih menjadi berbagai warna.
Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi:
• Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan
dari cahaya putih (polikromatis).
• Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil
pembiasan dari cahaya polikromatis.
Indeks bias yaitu perbandingan antara cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa
dengan cepat rambat cahaya di dalam medium tertentu.
4. IV. TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (3)!
Jawab:
T2 − T1 = 2a + 2b
T2 − T1 = 2( a + b )
T2 − T1
a +b =
2
T − T1
α= 2
2
2. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (4)!
Jawab:
T2 − T1 = D1 + D2 ⇒ D1 = D2 = D
T2 − T1 = 2 D
T2 − T1
D=
2
3. Buktikan persamaan (5)!
Jawab:
4. Bagaimana cara membedakan sinar hasil pemantulan dan hasil deviasi dalam
percobaan ini?
Jawab:
Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi:
1. Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan
dari cahaya putih (polikromatis).
2. Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil
pembiasan dari cahaya polikromatis.
V. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN
A. Menentukan Sudut Puncak Prisma
1. Goniometer terdiri dari sebuah meja putar, kolimator dan teropong.
Kenali dahulu tombol-tombol yang terdapat pada goniometer (tanya asisten).
2. Buat garis teropong jelas terlihat.
5. 3. Arahkan teropong pada tak terhingga, dengan mengubah okuler
sedemikian sehingga benda-benda yang cukup jauh jelas terlihat. Kedudukan ini
jangan diubah-ubah lagi.
4. Terangi celah kolimator dengan lampu air raksa.
5. Dengan pengamatan melalui teropong atur lensa kolimator
sedemikian hingga celah kolimator terlihat jelas dan tajam, (susunan lensa-lensa
tersbut jangan diubah-ubah lagi).
6. Pasang prisma pada meja putar dan arahkan salah satu sudut simetris
terhadap arah cahaya yang datang dari kolimator (gb.1). Kunci meja prisma
supaya tidak diubah-ubah posisinya.
7. Amati/cari cahaya terpantul pada salah satu sisi dengan teropong.
Catat kedudukan ini (T1 ) dengan nonius A dan B (secara tabel.
8. Amati/cari cahaya terpantul pada sisi yang lain dengan memutar
teropong. Catat kedudukan ini (T2 ) .
9. Ulangi langkah V.A.7 dan V.A.8 beberapa kali (tanya asisten).
B. Menetukan Sudut Deviasi Minimum
1. Jatuhkan cahaya dari kolimator pada sisi (AB) dan cahaya akan terbias melalui
sisi yang lain (AC). Cari dan amati cahaya yang terbias ini melalui teropong.
2. Bila prisma diputar maka sudut deviasi berubah, tergantung dari sudut datang.
3. Pada suatu saat arah cahaya terbias ini berbalik arahnya. Pada saat tersebut sudut
deviasi merupakan sudut deviasi minimum. Catat kedudukan teropong (T1 )
pada nonius A dan B untuk beberapa macam warna.
4. Balikkan arah sinar datang ke prisma, sehingga arah cahaya datang pada sisi AC
dengan cara memutar meja prisma (buatlah sisi AB berimpit dengan garis yang
terdapat pada meja). Kemudian cari lagi kedudukan teropong pada saat deviasi
minimum (T2 ) . Catat nonius A dan B untuk bermacam-macam warna.
5. Cari panjang gelombang tiap warna dari lampu Hg dari tabel data.
Catatan:
6. 1. Perhatikan cara pembacaan dan arah membesarnya sudut, hal ini akan
mempengaruhi bentuk perumusan (3) dan (4). T1 dan T2 bukan besar sudut,
melainkan kedudukan teropong.
2. Janganlah melakukan perhitungan dengan mencampurkan skala A dan B.
Anggapkan A dan B dua pengamatan yang berbeda.
VI. HASIL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
A. DATA PENGAMATAN
Menentukan Sudut Puncak Prisma
Puncak A
T1 T2
Percobaan ke-
A B A B
1 63,5+(28X(1/120)) 244,5+(31X(1/120)) 124+(18X(1/120)) 303,5+(18X(1/120))
2 66+(0X(1/120)) 245+(2X(1/120)) 124+(22X(1/120)) 303,5+(15X(1/120))
3 66+(0X(1/120)) 245+(50X(1/120)) 124+(37X(1/120)) 304+(26X(1/120))
T1 T2
Percobaan ke-
A B A B
1 63,733 244,758 124,150 303,650
2 66,000 245,017 124,183 303,625
3 66,000 245,417 124,308 304,217
Jumlah 195,733 735,192 372,642 911,492
Puncak B
T1 T2
Percobaan ke-
A B A B
1 62,5+(25X(1/120)) 241+(34X(1/120)) 125+(40X(1/120)) 304,5+(27X(1/120))
2 63+(18X(1/120)) 243+(35X(1/120)) 123,5+(38X(1/120)) 303,5+(27X(1/120))
3 63,5+(0X(1/120)) 242,5+(3X(1/120)) 123,5+(20X(1/120)) 303,5+(25X(1/120))
T1 T2
Percobaan ke-
A B A B
1 62,708 241,283 125,333 304,725
2 63,150 243,292 123,817 303,725
3 63,500 242,525 123,667 303,708
Jumlah 189,358 727,100 372,817 912,158
Puncak C
7. T1 T2
Percobaan ke-
A B A B
1 68,5+(17X(1/120)) 248+(28X(1/120)) 129+(34X(1/120)) 309+(5X(1/120))
2 69+(30X(1/120)) 248+(7X(1/120)) 129+(21X(1/120)) 309+(0X(1/120))
3 69+(40X(1/120)) 248+(10X(1/120)) 129+(10X(1/120)) 308,5+(44X(1/120))
T1 T2
Percobaan ke-
A B A B
1 68,642 248,233 129,283 309,042
2 69,250 248,058 129,175 309,000
3 69,333 248,083 129,083 308,867
Jumlah 207,225 744,375 387,542 926,908
Menentukan Sudut Deviasi Minimum
Sisi AB Sisi AC
Warna T1 T2
A B A B
Merah 48,5+(45X(1/120)) 227,5+(27X(1/120)) 145,5+(1X(1/120)) 326+(40X(1/120))
Kuning 48+(30X(1/120)) 227+(22X(1/120)) 146+(16X(1/120)) 325,5+(8X(1/120))
Biru 47,5+(6X(1/120)) 227+(3X(1/120)) 146,5+(0X(1/120)) 325+(50X(1/120))
Sisi AB Sisi AC
Warna T1 T2
A B A B
Merah 48,875 227,725 145,5083 326,3333
Kuning 48,25 227,1833 146,1333 325,5667
Biru 47,55 227,025 146,5 325,4167
B. PENGOLAHAN DATA
Menentukan sudut puncak prisma ( α )
• Puncak A
T1 A =
∑T1 A = 195,733 = 65,244
n 3
n∑T1 A − ( ∑T1 A )
2 2
1
∆T1 A =
n n −1
1 3 x12773,938 − ( 38311,538)
∆T1 A = = 0,756
3 3 −1
(T1A ± ∆T1 A ) = ( 6,52 ± 0,08).101
8. T1B =
∑T 1B
=
735,192
= 245,064
n 3
n∑T1B − ( ∑T1B )
2 2
1
∆T1B =
n n −1
1 3 x180169,149 − ( 540506,787 )
∆T1B = = 0,192
3 3 −1
(T
1B ± ∆T1B ) = ( 2,4506 ± 0,0019 ).10 2
T2 A =
∑T 2A
=
372,642
= 124,214
n 3
n∑T2 A − ( ∑T2 A )
2 2
1
∆T2 A =
n n −1
1 3 x 46287,285 − (138861,812 )
∆T2 A = = 0,048
3 3 −1
(T 2A ± ∆T2 A ) = (1,2421 ± 0,0005).10 2
T2 B =
∑T 2B
=
911,492
= 303,83
n 3
n∑T2 B − ( ∑T2 B )
2 2
1
∆T2 B =
n n −1
1 3 x 276939,243 − ( 830817,058)
∆T2 B = = 0,193
3 3 −1
(T2B ± ∆T2 B ) = ( 3,0383 ± 0,0019 ).10 2
T2 A − T1 A 124,214 − 65,244
αA = = = 29,485
2 2
2 2
dα A 2 dα A 2
∆α A =
2
∆T2 A + ∆T1 A
dT2 A dT1 A
2 2
1 2 1 2
∆α A =
2
0,048 + − 0,756
2 2
∆α A = 0,379
2
(α A ± ∆α A ) = ( 2,949 ± 0,038).101
9. T2 B − T1B 303,831 − 245,064
αB = = = 29,383
2 2
2 2
dα B 2 dα B 2
∆αB
2
= ∆T2 B + ∆T1B
dT2 B dT1B
2 2
1 2 1 2
∆αB =
2
0,193 + − 0,192
2 2
∆αB = 0,136
2
(α B ± ∆α B ) = ( 2,938 ± 0,013).101
α A + αB 29,485 + 29,383
α= = = 29,434
2 2
2 2
dα 2 dα 2
∆α 2 = ∆α A + ∆αB
dα A dα B
2 2
1 2 1 2
∆α = 2
0,379 + 0,136
2 2
∆α = 0,201
(α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101
• Puncak B
T1 A =
∑T1 A = 189,358 = 63,119
n 3
n∑T1 A − ( ∑T1 A )
2 2
1
∆T1 A =
n n −1
1 3x11952,508 − ( 35856,578)
∆T1 A = = 0,229
3 3 −1
(T1A ± ∆T1 A ) = ( 6,312 ± 0,023).101
T1B =
∑T 1B
=
727,100
= 242,367
n 3
n ∑T1B − ( ∑T1B )
2 2
1
∆T1B =
n n −1
1 3 x176226,858 − ( 528674,410 )
∆T1B = = 0,585
3 3 −1
(T1B ± ∆T1B ) = ( 2,424 ± 0,006 ).10 2
10. T2 A =
∑T 2A
=
372,817
= 124,272
n 3
n∑T2 A − ( ∑T2 A )
2 2
1
∆T2 A =
n n −1
1 3 x 46332,456 − (138992,267 )
∆T2 A = = 0,532
3 3 −1
(T 2A ± ∆T2 A ) = (1,243 ± 0,005).10 2
T2 B =
∑T 2B
=
912,158
= 304,053
n 3
n∑T2 B − ( ∑T2 B )
2 2
1
∆T2 B =
n n −1
1 3x 277344,953 − ( 832032,825)
∆T2 B = = 0,336
3 3 −1
(T2B ± ∆T2 B ) = ( 3,0405 ± 0,0034).10 2
T2 A − T1 A 124,272 − 63,119
αA = = = 30,576
2 2
2 2
dα A 2 dα A 2
∆α A
2
= ∆T2 A + ∆T1 A
dT2 A dT1 A
2 2
1 2 1 2
∆α A =
2
0,532 + − 0,229
2 2
∆α A = 0,290
2
(α A ± ∆α A ) = ( 3,058 ± 0,029).101
T2 B − T1B 304,053 − 242,367
αB = = = 30,843
2 2
2 2
dα B 2 dα B 2
∆α B
2
= ∆T2 B + ∆T1B
dT2 B dT1B
2 2
1 2 1 2
∆α B
2
= 0,336 + − 0,585
2 2
∆α B = 0,337
2
(α B ± ∆α B ) = ( 3,084 ± 0,034 ).101
11. α A + αB 30,576 + 30,843
α= = = 30,710
2 2
2 2
dα 2 dα 2
∆α = 2
∆α A + ∆αB
dα A dα B
2 2
1 2 1 2
∆α 2 = 0,290 + 0,337
2 2
∆α = 0,222
(α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101
• Puncak C
T1 A =
∑T1 A = 207,225 = 69,075
n 3
n∑T1 A − ( ∑T1 A )
2 2
1
∆T1 A =
n n −1
1 3x14314,352 − ( 42942,201)
∆T1 A = = 0,218
3 3 −1
(T1A ± ∆T1 A ) = ( 6,908 ± 0,022 ).101
T1B =
∑T 1B
=
744,375
= 248,125
n 3
n∑T1B − ( ∑T1B )
2 2
1
∆T1B =
n n −1
1 3 x184698,065 − ( 554094,141)
∆T1B = = 0,055
3 3 −1
(T1B ± ∆T1B ) = ( 2,4813 ± 0,0006 ).10 2
T2 A =
∑T 2A
=
387,542
= 129,181
n 3
n∑T2 A − ( ∑T2 A )
2 2
1
∆T2 A =
n n −1
1 3 x50062,868 − (150188,543)
∆T2 A = = 0,058
3 3 −1
(T2A ± ∆T2 A ) = (1,2918 ± 0,0006 ).10 2
12. T2 B =
∑T 2B
=
926,908
= 308,969
n 3
n∑T2 B − ( ∑T2 B )
2 2
1
∆T2 B =
n n −1
1 3 x 286386,370 − ( 859159,058)
∆T2 B = = 0,053
3 3 −1
(T2B ± ∆T2 B ) = ( 3,0897 ± 0,0005).10 2
T2 A − T1 A 129,181 − 69,075
αA = = = 30,053
2 2
2 2
dα A 2 dα A 2
∆α A
2
= ∆T2 A + ∆T1 A
dT2 A dT1 A
2 2
1 12 2
∆α A
2
= 0,058 + − 0,218
2 2
∆α A = 0,113
2
(α A ± ∆α A ) = ( 3,005 ± 0,011).101
T2 B − T1B 308,969 − 248,125
αB = = = 30,422
2 2
2 2
dα B 2 dαB 2
∆αB =
2
∆T2 B + ∆T1B
dT2 B dT1B
2 2
1 2 1 2
∆αB =
2
0,053 + − 0,055
2 2
∆αB = 0,038
2
(α B ± ∆α B ) = ( 3,0422 ± 0,0038).101
α A + αB 30,053 + 30,422
α= = = 30,238
2 2
2 2
dα 2 dα 2
∆α 2 = ∆α A + ∆αB
dα A dα B
2 2
1 2 1 2
∆α 2 = 0,113 + 0,038
2 2
∆α = 0,059
(α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006).101
13. Menentukan Sudut Deviasi Minimum
• Merah
T2 A − T1 A 145,508 − 48,875
DA = = = 48,317
2 2
dD A dD A
∆D A = ∆T2 A + ∆T1 A
dT2 A dT1 A
1 1 1 1
∆D A = +−
2 120 2 120
∆D A = 0,008
( D A ± ∆D A ) = ( 4,8317 ± 0,0008).101
1
∆T1 = ∆T2 =
120
T2 B − T1B 326,333 − 227,725
DB = = = 49,304
2 2
dD B dD B
∆DB = ∆T2 B + ∆T1B
dT2 B dT1B
1 1 1 1
∆DB = +−
2 120 2 120
∆DB = 0,008
( DB ± ∆DB ) = ( 4,9304 ± 0,0008).101
D A + DB 48,317 + 49,304
D= = = 48,810
2 2
dD dD
∆D = ∆D A + ∆D B
dD A dD B
1 1
∆D = 0,008 + 0,008
2 2
∆D = 0,008
( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101
14. • Kuning
T2 A − T1 A 146,133 − 48,250
DA = = = 48,942
2 2
dD A dD A
∆D A = ∆T2 A + ∆T1 A
dT2 A dT1 A
1 1 1 1
∆D A = +−
2 120 2 120
∆D A = 0,008
( D A ± ∆D A ) = ( 4,8942 ± 0,0008).101
1
∆T1 = ∆T2 =
120
T2 B − T1B 325,567 − 227,183
DB = = = 49,192
2 2
dD B dD B
∆D B = ∆T2 B + ∆T1B
dT2 B dT1B
1 1 1 1
∆D B = +−
2 120 2 120
∆D B = 0,008
( DB ± ∆D B ) = ( 4,9192 ± 0,0008).101
D A + DB 48,942 + 49,192
D= = = 49,067
2 2
dD dD
∆D = ∆D A + ∆D B
dD A dD B
1 1
∆D = 0,008 + 0,008
2 2
∆D = 0,008
( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101
15. • Biru
T2 A − T1 A 146,500 − 47,550
DA = = = 49,475
2 2
dD A dD A
∆D A = ∆T2 A + ∆T1 A
dT2 A dT1 A
1 1 1 1
∆D A = +−
2 120 2 120
∆D A = 0,008
( D A ± ∆D A ) = ( 4,9475 ± 0,0008).101
1
∆T1 = ∆T2 =
120
T2 B − T1B 325,417 − 227,025
DB = = = 49,196
2 2
dD B dD B
∆D B = ∆T2 B + ∆T1B
dT2 B dT1B
1 1 1 1
∆D B = +−
2 120 2 120
∆D B = 0,008
( DB ± ∆D B ) = ( 4,9196 ± 0,0008).101
D A + DB 49,475 + 49,196
D= = = 49,335
2 2
dD dD
∆D = ∆D A + ∆DB
dD A dDB
1 1
∆D = 0,008 + 0,008
2 2
∆D = 0,008
( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101
Menentukan Indeks Bias Prisma
• Merah
Puncak A
1
sin (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 48,810)
n= 2 = 2 = 2,484
1 1
sin α sin ( 29,434 )
2 2
16. 2 2
dn 2 dn 2
∆n 2 = ∆α + ∆D
dα dD
2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1
cos (α + D ). sin α − cos α. sin (α + D ) cos (α + D ). sin α
∆n 2 = 2 2 2 2 2 2 + 2 2 2
2 2
∆α ∆D
1
2
1
sin α sin α
2 2
∆n 2 = 0,414
∆n = 0,643
( n ± ∆n ) = ( 2,5 ± 0,6).10 0
Puncak B
1
sin (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 48,810)
n= 2 = 2 = 2,415
1 1
sin α sin ( 30,710 )
2 2
∆ = ...
n
( n ± ∆n ) = ...
Puncak C
1
sin (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 48,810)
n= 2 = 2 = 2,440
1 1
sin α sin ( 30,238)
2 2
∆ = ...
n
( n ± ∆n ) = ...
• Kuning
Puncak A
1
sin (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,067 )
n= 2 = 2 = 2,491
1 1
sin α sin ( 29,434)
2 2
∆ = ...
n
( n ± ∆n ) = ...
Puncak B
17. 1
sin (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,067 )
n= 2 = 2 = 2,422
1 1
sin α sin ( 30,710 )
2 2
∆ = ...
n
( n ± ∆n ) = ...
Puncak C
1
sin (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,067 )
n= 2 = 2 = 2,447
1 1
sin α sin ( 30,238)
2 2
∆ = ...
n
( n ± ∆n ) = ...
• Biru
Puncak A
1
sin (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,335)
n= 2 = 2 = 2,498
1 1
sin α sin ( 29,434 )
2 2
∆ = ...
n
( n ± ∆n ) = ...
Puncak B
1
sin (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,335)
n= 2 = 2 = 2,429
1 1
sin α sin ( 30,710 )
2 2
∆ = ...
n
( n ± ∆n ) = ...
Puncak C
18. 1
sin (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,335)
n= 2 = 2 = 2,453
1 1
sin α sin ( 30,238)
2 2
∆ = ...
n
( n ± ∆n ) = ...
VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN
1. Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut
puncak prisma beserta kesalahannnya!
Jawab:
Puncak A : (α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101
Puncak B : (α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101
Puncak C : (α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006 ).101
2. Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut
deviasi minimum (D) untuk beberapa warna beserta kesalahannya!
Jawab:
Merah : ( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101
Kuning : ( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101
Biru : ( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101
3. Tentukan dari hasil VII.1 dan VII.2, indeks bias
prisma untuk beberapa warna beserta kesalahannya (lampu Hg). Buat grafik n
terhadap λ !
Jawab:
Merah
Puncak A : n = 2,484
Puncak B : n = 2,415
Puncak C : n = 2,440
Kuning
Puncak A : n = 2,491
Puncak B : n = 2,422
Puncak C : n = 2,447
19. Biru
Puncak A : n = 2,498
Puncak B : n = 2,429
Puncak C : n = 2,453
4. Bandingkan hasil VII.3 dengan literatur. Berilah
pembahasan!
Jawab:
VIII. ANALISA
1. Kemungkinan terdapat kesalahan hasil
perhitungan yang disebabkan oleh kekurangtelitian dalam pembacaan skala.
2. Perubahan posisi pada saat pembacaan skala
yang disebabkan oleh pergeseran meja teropong.
IX. KESIMPULAN
1. Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis
normal.
Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal.
Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang
memantulkan sinar datang.
Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang
dengan sinar bias.
2. Hukum Snellius menyatakan bahwa sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak
pada satu bidang datar.
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Tyler, “ A Laboratory Manual of Physics’, Edward Arnold, 1967.
2. Sears-Zemansky, “Collage Physics”. Add. Wesley, 1960.
3. P.D>K> Energi, Gelombang dan Medan II, 1975.