Dokumen tersebut membahas tentang Gawai Dayak sebagai perayaan panen yang diadakan oleh suku Dayak di Kalimantan Barat dan Sarawak, Malaysia. Upacara Gawai Dayak meliputi persembahan makanan kepada dewa padi, didirikannya pohon ranyai yang dihias, kunjungan ke keluarga dan teman, serta pemakaian pakaian dan perhiasan tradisional. Dokumen juga membahas tentang kekuatan konteks sosial budaya daerah seperti nilai
1. Konteks Sosio Kultural yang
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar
Dewantara
Didaerah Sekayam
Oleh
Kelompok 3 CGP-7
2. Fasilitator : Hikmatulloh
PP : Firmina Aji Prastiwi Wahyuningsih
Kelompok 3 terdiri dari :
Fitri Hidayati Ningsih (SDN 29 PIR Trans Boro)
Hadi Siswanto (SDN 01 Semanget)
Yohana Susana (SMPN 3 Sekayam)
Rinto Dwi Endratmoko (SMKN 1 Entikong)
Hera Indriyani (SMAN 2 Sekayam)
3. GAWAI
Gawai Dayak merupakan perayaan yang diadakan di Kalimantan
Barat dan Sarawak, Malaysia oleh suku asli Kalimantan Barat dan
Sarawak, terutama Iban dan Dayak Darat. Gawai Dayak merupakan hari
perayaan panen dan mulai diadakan secara besar-besaran di Malaysia
sejak 25 September 1964, saat Gawai Dayak dimaksudkan sebagai hari
perayaan resmi. Sambutan Gawai Dayak pada tingkat negara Malaysia
adalah pada 1 Juni 1965.
Gawai Dayak mempunyai beberapa upacara yang dijalankan di kota
dan lamin (rumah panjang). Persembahan pelbagai makanan dan tuan di
persembahkan kepada dewa padi untuk hasil yang baik. Penyair akan
membaca mantra yang khusus untuk upacara ini dan melumur
darah ayam jantan pada bahan persembahan.
Setelah upacara ini, perayaan Gawai Dayak akan dimulai secara resmi.
Sebatang pohon yang dikenali sebagai 'ranyai' akan didirikan di tengah
ruang dan dihiasi dengan makanan dan minuman. Mereka juga akan
mengunjungi keluarga dan sahabat yang disebut sebagai 'ngabang'.
Pakaian tradisional akan dikenakan, dan perhiasan manik orang ulu akan
dikeluarkan untuk dipakai pada hari itu. Perawan Iban juga akan
mengenakan perhiasan perak tradisional. Pesta Gawai Dayak ditutup
dan berakhir dengan penurunan pohon ranyai tersebut.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Gawai_Dayak
4. Kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur
budaya) di daerah yang sejalan dengan pemikiran
KHD?
Gotong royong Kerja keras Rasa bersyukur
Silaturahmi ( kekeluargaan)
5. Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter
murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada
konteks lokal sosial budaya
Nilai kepercayaan : Budaya Gawai sebagai wujud rasa syukur
terhadap sang pencipta atas hasil panen padi.
Nilai Budaya : Nilai ini merupakan kekayaan yang dimiliki oleh suatu
kelompok masyarakat, sehingga perlu dilestarikan.
Nilai moral : Budaya Gawai mencerminkan sifat – sifat
kerakyatanseperti sifat kekeluargaan,silaturahmi, saling
menghormati dan menghargai sesama.
Nilai pendidikan / Edukasi : Budaya Gawai ini mengandung nilai
pendidikan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
6. Satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku
murid di kelas atau sekolah sesuai dengan konteks
lokal sosial budaya di daerah yang dapat diterapkan
Melalui budaya Gawai, kita dapat mencontoh
sifat gotong royong yang berada di
masyarakat ke dalam dunia pendidikan,
sebagai contoh di sekolah kami yaitu
Menanam tanaman di taman dan lingkungan
sekolah untuk penghijauan