Referensi :
Jahja, Johan. 2013. Petunjuk Mendiagnosa Penyakit Ayam. Penerbit Medion, Bandung.
Pelczar, michaela j .dan Chan, E.C.S. 2010. Dasar- Dasar mikrobiologi 1. Diterjemahkan oleh Ratna. S. H. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Soekardono, S. dan Partosoedjono, S. 1995. Parasit-parasit Ayam. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Tabbu, Charles Rangga. 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya – Volume 2. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Info Medion. 2013. Solusi Tepat Atasi Koksidiosis. [terhubung berkala] https://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/penyakit/solusi-tepat-atasi-koksidiosis (diakses 9 April 2016, jam 20:31 WIB)
Info Medion. 2013. Koksidiosis dan Necrotic Enteritis. [terhubung berkala] http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/penyakit/koksidiosis-a-ne (diakses 9 April 2016, jam 21:17 WIB)
Referensi :
Jahja, Johan. 2013. Petunjuk Mendiagnosa Penyakit Ayam. Penerbit Medion, Bandung.
Pelczar, michaela j .dan Chan, E.C.S. 2010. Dasar- Dasar mikrobiologi 1. Diterjemahkan oleh Ratna. S. H. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Soekardono, S. dan Partosoedjono, S. 1995. Parasit-parasit Ayam. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Tabbu, Charles Rangga. 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya – Volume 2. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Info Medion. 2013. Solusi Tepat Atasi Koksidiosis. [terhubung berkala] https://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/penyakit/solusi-tepat-atasi-koksidiosis (diakses 9 April 2016, jam 20:31 WIB)
Info Medion. 2013. Koksidiosis dan Necrotic Enteritis. [terhubung berkala] http://info.medion.co.id/index.php/artikel/broiler/penyakit/koksidiosis-a-ne (diakses 9 April 2016, jam 21:17 WIB)
Menjelaskan peran penting kucing dalam penyebaran Toksoplasma, termasuk kaitan dengan hewan-hewan lain dalam penyakit zoonosis, mengenali gejala klinis, pengobatan dan pencegahan.
Presentasi ini pernah diberikan pada kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa, khususnya mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga pada bulan Maret 2012 di Surabaya
Menjelaskan penyakit-penyakit zoonosis pada ternak, terutama ternak-ternak yang ada di Indonesia untuk diketahui oleh masyarakat guna meningkatkan kualitas kesehatan dengan mengetahui penyebab, menghindari dan mencegah penularan penyakit-penyakit tersebut
Menjelaskan peran penting kucing dalam penyebaran Toksoplasma, termasuk kaitan dengan hewan-hewan lain dalam penyakit zoonosis, mengenali gejala klinis, pengobatan dan pencegahan.
Presentasi ini pernah diberikan pada kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa, khususnya mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga pada bulan Maret 2012 di Surabaya
Menjelaskan penyakit-penyakit zoonosis pada ternak, terutama ternak-ternak yang ada di Indonesia untuk diketahui oleh masyarakat guna meningkatkan kualitas kesehatan dengan mengetahui penyebab, menghindari dan mencegah penularan penyakit-penyakit tersebut
1. Kajian Singkat Epidemiologi
Virus LPAI H9N2
Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian
Seminar Pembahasan Tentang Virus Low Pathogenic Avian
Influenza H9N2 – Surabaya, 18 Mei 2017
2. Pelaporan baru Avian Influenza
ke OIE per 1 Januari 2017
• Sejak 1 January 2017, pelaporan dibagi njadi 3 (tiga):
– Highly pathogenic avian influenza
– Low pathogenic avian influenza (poultry) (2006 -)
– Highly pathogenic avian influenza A viruses (infection with)
(non-poultry including birds) (2017 -)
• Tujuan perubahan nama:
– memastikan transparansi situasi penyakit hewan global;
– mengamankan perdagangan internasional hewan dan
produk hewan;
– Konsisten dengan Bab 1.3 (OIE listed diseases) dan
Chapter 10.4 (Infeksi virus avian influenza) OIE Code
3. Rekomendasi Komisi Ahli
Mempertimbangkan perkembangan yang dilaporkan dari
lapangan, maka opsi vaksinasi dapat dijadikan pilihan
dengan mempertimbangkan bahwa aspek epidemiologi,
pemurnian dan karakterisasi virus telah dikaji secara
mendalam, dengan penerapan pola vaksinasi yang hampir
sama seperti pola vaksinasi yang pernah dilakukan
terhadap H5N1.
Sumber: Rekomendasi rapat Komisi Ahli Kesehatan Hewan tentang
perkembangan lebih lanjut virus LPAI H9N2 tanggal 2 Mei 2017.
4. Penyebaran geografis H9N2
• Sejak 1992: seringkali dilaporkan di China, Korea, Iran,
Pakistan
• Awal 2000: Timur Tengah, Afrika Utara
• Saat ini menyebar luas di Eropa, Asia dan Afrika dan
menjadi zoonotik di beberapa negara di Asia dan Timur
Tengah
• Dalam beberapa tahun terakhir wabah infeksi H9N2
menyebar pada unggas di Iran, Saudi Arabia, Pakistan,
Bangladesh, China, Korea, Uni Emirat Arab, Israel, Jordan,
Kuwait, Libanon, Turki, Libya, Irak, Vietnam
• Di banyak negara, infeksi sudah menjadi endemik dan
kebanyakan menggunakan vaksin
Sumber: Vilmos Palya; dan
Ian Brown (2013)
5. ‘Lineages’ H9N2
• Dua ‘lineages’ telah diidentifikasi: North American
dan Eurasian
• Eurasian dibagi lagi menjadi:
– A/quail/Hong Kong/G1/97-like (G1-like) and
– A/duck/Hong Kong/Y280/97-like (Y280-like,
Y439/Korean)
• G1-like memperlihatkan penyebaran geografis
terluas dari Timur Tengah ke Timur Jauh
Sumber: Vilmos Palya
6. Cakupan geografis H9N2
(2000-an s/d saat ini)
Sumber: Daniel R. Perez (2011)
Virus H9N2 G1-like lineage memperlihatkan
penyebaran geografis terluas dari Timur
Tengah sampai Timur Jauh
7. Gambaran virus avian influenza H9N2
Di alam
1999 dan kemudian 1998 dan kemudian
Sebelum 1988
Setelah 1988-1994
Isolat awal tidak atau bereplikasi
buruk (1997 dan sebelumnya)
Isolat lapangan belakangan bereplikasi
baik (1998 dan setelahnya)
Mengikat secara istimewa kepada
reseptor ‘human-like sialic acid’
Laboratorium
Unggas aquatik
Unggas berbasis darat
Sumber: Daniel R. Perez (2011)
8. Epidemiologi H9N2
• Virus-virus H9N2 menyebar luas di alam
• Diisolasi secara rutin dari burung-burung liar dan
kadang-kadang dari babi dan spesies mamalia
lainnya (Yu H, Zhou YJ, Li GX et al., 2013)
• Gen lineages HA yang berbeda dan multi genotipe
• Relevansi pengendalian lewat vaksinasi?
• Menyebar ke hospes lain termasuk manusia?
• Aras penularan (Transmission pathways):
– Biosekuriti rendah berisiko tinggi
– Sistem pemasaran
Sumber: Ian Brown (2013)
9. Epidemiologi H9N2 (lanjutan)
• Analisis sekuen genom H9N2 antara tahun 1994-2013
mengindikasikan penurunan diversitas genetik (dari 69
genotipe menjadi suatu genotipe tunggal, seperti ada
“genetic bottle neck”) → suatu genotipe tertentu menjadi
lebih dominan!
• G57 pertama kali dideteksi pada tahun 2007, menjadi
dominan dan menyebar luas pada ayam sejak 2010
(“fittest” genotype):
– perubahan antigenisitas; dan
– menunjukkan kemampuan replikasi yang tinggi dan penularan
pada ayam yang divaksin dengan titer 10-100x pada trachea dan
10-1000x pada cloaca, pengeluaran (shedding) virus cloacal
berlangsung sampai dengan 7 hari pasca infeksi.
Sumber: Vilmos Palya
10. Patogenesis H9N2
• Spektrum klinis yang luas
– terutama pada ayam
• Morbiditas dan/atau mortalitas tinggi tidak umum
ditemukan
• Infeksi agen tunggal tipikal LPAI
• Infeksi multi-faktor mengarah ke ‘patogenisitas
moderat’
– Faktor-faktor budidaya ternak
– Infeksi sekunder
– Vaksin hidup? Seperti ND atau IBV
Sumber: Ian Brown (2013)
12. Distribusi filogeografis H9N2 di
Asia Timur dan Tenggara
• Virus-virus H9N2 dianggap sudah endemik di China,
Vietnam dan Korea Selatan
• Dalam tahun-tahun belakangan, virus telah diisolasi
untuk pertama kalinya di Kamboja, Myanmar,
Indonesia, Malaysia dan Rusia Timur Jauh dan bukti
serologik menyarankan virus mungkin juga sudah
ada pada unggas di Laos dan Thailand
• Indonesia pertama kali mengisolasi H9N2 pada 2002,
dan kemudian 2016 – sekarang (BJ94, Y439, G1-W)
pada ayam. Kemungkinan sudah menjadi endemik.
Sumber: Peacock T.P. et al (2019)
13. Contoh beberapa negara dengan infeksi
H9N2 yang dikonfirmasi laboratorium
Negara Isolasi tahun
Lineag
e
Spesies Status
Kasus
manusia/
serologi
China 1994-sekarang BJ94,
G1-E,
Y439
Ayam Guinea,
Puyuh, Ayam
hutan
Endemik Isolasi virus
dan serologi
Bangladesh 2006-2007,
2009-sekarang
G1-W,
Y439
Ayam, Puyuh Endemik Isolasi virus
Mesir 2006,
2011-2018
G1-W Ayam, Puyuh,
Kalkun
Endemik Isolasi virus
dan serologi
Pakistan 1998-2000,
2003-2012,
2014-2017, 2019
G1-W Ayam, Ayam
hutan
Endemik Isolasi virus
dan serologi
Sumber: Peacock T.P. et al (2019)
14. Vaksin H9N2
• Vaksin inaktif; Live attenuated
• Strain otogenous (Autogenous strains)
• Variasi negara/regional (Country/regional
variation)
• Vaksin berkualitas tinggi yang disimpan dan
diadministrasikan secara memadai akan:
– mencegah gejala klinis
– mengurangi ‘virus shedding’
Sumber: Ian Brown (2013)
15. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
jika menggunakan vaksinasi
• Tujuan yang dijabarkan secara jelas/Exit strategy
• Perangkat suplemen untuk pengendalian wabah:
– Biosekuriti
– Stamping out flok terinfeksi
– Buffer zones
• Surveilans proaktif yang diperlukan untuk populasi tervaksin
– DIVA
– Monitoring serologis
– Penggunaan sentinel
• Variabilitas antigenik strain lapangan?
• Populasi target?
• Mudah diadministrasikan
• Sistem pengendalian perlu disupervisi oleh otoritas veteriner
Sumber: Ian Brown (2013)
16. • Vaksinasi merupakan strategi utama untuk mencegah & mengendalikan
virus H9N2. Tiga vaksin inaktif digunakan untuk unggas domestik
• Virus-virus H9N2 dapat menghindar dari tekanan vaksinasi lewat
evolusi genetik dan keragaman antigenik
• Reseptor ‘binding site’ HA meningkat yang mengindikasikan virus H9N2
telah meningkatkan potensi infeksi dan menyebabkan epidemik pada
manusia
Evolusi virus H9N2 setelah program
vaksinasi di China
17. Evolusi virus H9N2 setelah program vaksinasi
di Korea
• Virus-virus H9N2 dari unggas domestik mengalami evolusi yang
substansial sejak 2007 lewat seleksi kekebalan sebagai hasil dari
vaksinasi, dibarengi dengan ‘reassortment’ terus menerus.
• Pembaruan strain vaksin secara periodik (berdasarkan surveilans
data yang berkelanjutan) adalah isu penting dalam upaya untuk
menyediakan perlindungan memadai terhadap infeksi virus AI
18. Potensi zoonotik?
• Virus-virus H9N2 dari pasar unggas hidup di Hongkong memiliki
“receptor specificity” yang sama dengan virus-virus H3N2 manusia
• Gambaran aneh dari permukaan glycoprotein virus-virus H9N2 dari
Hongkong mengindikasikan suatu peningkatan “property” untuk
introduksi ke manusia dan menekankan pentingnya peran unggas
dalam penularan zoonotik dari virus-virus influenza
19. Donor gen bagi H7N9 dan H10N8
• Infeksi AI pada manusia akhir-akhir ini menunjukkan bahwa virus
H9N2 adalah donor gen untuk virus-virus H7N9 dan H10N8 yang
menginfeksi manusia
• Peran penting virus-virus H9N2 pada keterkaitan hewan-manusia
disebabkan cakupan hospesnya yang luas, adaptasi baik terhadap
unggas dan mamalia, serta gen ‘reassortment’ yang ekstensif
20. Kasus H9N2 pada manusia
• H9N2 menyebabkan penyakit pernafasan ringan pada orang di
Hongkong dan China daratan pada tahun 1999 dan 2003
• Ke-enam gen komponen internal virus H9N2 sama dengan yang
pernah ditemukan pada wabah H5N1 tahun 1997 lalu yang
menyebabkan sejumlah kematian manusia di Hongkong
21. Rangkuman
• Virus-virus H9N2 merupakan populasi virus yang berbeda
secara genetik dan dapat menginfeksi spesies unggas liar
dan domestik serta mamalia
• Segmen gen internal virus-virus H9N2 berkontribusi bagi
virus-virus H5N1 dan H7N9 yang berhubungan dengan
infeksi manusia yang lethal
• H9N2 telah menyebabkan kerugian ekonomi yang besar
bagi industri unggas khususnya jika berkomplikasi dengan
patogen lain
• Ancaman terhadap industri unggas dan kesehatan
masyarakat tidak dapat diabaikan
• Persistensi virus H9N2 bisa disebabkan karena praktek-
praktek vaksinasi yang tidak benar
22. REFERENSI:
❑ Presentasi Prof Ian Brown berjudul “Avian Influenza: a
complex matter with diverse expressions”, AHVLA-
Weybridge International Reference Laboratory for
AI/ND/SI, Merial Avian Forum, Istanbul, April 17-19, 2013
❑ Presentasi Daniel R. Perez, PhD berjudul
“Transmission of H9N2 Influenza Viruses”, Virginia-
Maryland Regional College of Veterinary Medicine
University of Maryland, College Park. One Flu Strategic
Retreat Treviso, Italy Feb 1-3, 2011
❑ Presentasi Vilmos Palya berjudul “Update onH9N2
influenza virus”, Scientific Support and Investigation
Unit, Ceva-Phylaxia Veterinary Biologicals Ltd, Budapest,
Hungary