Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui onset kerja strychnine pada tikus melalui berbagai jalur pemberian, yaitu oral, subkutan, dan intraperitoneal. Strychnine diberikan pada tikus dengan dosis 10 mg/kg dan diukur waktu onset konvulsi dan kematian. Hasilnya menunjukkan onset konvulsi dan kematian tercepat melalui jalur intraperitoneal, diikuti subkutan, sedangkan paling lambat melalui oral.
Laporan praktikum membuat suspensi kering menggunakan metode granulasi. Tujuannya adalah membuat dan mengevaluasi suspensi kering serta mengetahui pengaruh penambahan bahan eksipien terhadap karakteristik sediaan. Paracetamol dan laktosa digunakan sebagai bahan aktif dan bahan tambahan.
Praktikum anatomi dan fisiologi manusia melibatkan penanganan hewan coba mencit. Laporan ini membahas tentang latar belakang, tujuan, dan prosedur penanganan mencit sebagai hewan percobaan, termasuk cara memegang dan memberikan obat secara oral, intravena, intramuscular, subkutan, dan intraperitoneal.
Makalah ini membahas tentang pembuatan suspensi terdeflokulasi dengan menggunakan CMC Na sebagai agen pengental dan pemeriksaan sifat fisiknya. Beberapa parameter yang diamati meliputi volume sedimentasi dan kemudahan dispersi ulang dengan variasi konsentrasi CMC Na. Tujuannya adalah mengetahui pengaruh konsentrasi CMC Na terhadap volume sedimentasi dan kemudahan dispersi ulang suspensi.
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatzakirafi
Laporan ini merangkum hasil praktikum identifikasi senyawa golongan alkohol, fenol, dan asam karboksilat. Praktikum ini bertujuan untuk mengenali gugus fungsional dari senyawa-senyawa tersebut melalui reaksi kimia khas. Beberapa senyawa diuji meliputi etanol, gliserin, mentol, fenol, dan asam tartrat. Hasil pengujian menunjukkan adanya reaksi esterifikasi pada alkohol dan pembentukan kompleks
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK irmalawai
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran urin atau kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) .
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yangdipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit
Laporan praktikum membuat suspensi kering menggunakan metode granulasi. Tujuannya adalah membuat dan mengevaluasi suspensi kering serta mengetahui pengaruh penambahan bahan eksipien terhadap karakteristik sediaan. Paracetamol dan laktosa digunakan sebagai bahan aktif dan bahan tambahan.
Praktikum anatomi dan fisiologi manusia melibatkan penanganan hewan coba mencit. Laporan ini membahas tentang latar belakang, tujuan, dan prosedur penanganan mencit sebagai hewan percobaan, termasuk cara memegang dan memberikan obat secara oral, intravena, intramuscular, subkutan, dan intraperitoneal.
Makalah ini membahas tentang pembuatan suspensi terdeflokulasi dengan menggunakan CMC Na sebagai agen pengental dan pemeriksaan sifat fisiknya. Beberapa parameter yang diamati meliputi volume sedimentasi dan kemudahan dispersi ulang dengan variasi konsentrasi CMC Na. Tujuannya adalah mengetahui pengaruh konsentrasi CMC Na terhadap volume sedimentasi dan kemudahan dispersi ulang suspensi.
identifikasi senyawa golongan alkohol ,fenol dan asam karboksilatzakirafi
Laporan ini merangkum hasil praktikum identifikasi senyawa golongan alkohol, fenol, dan asam karboksilat. Praktikum ini bertujuan untuk mengenali gugus fungsional dari senyawa-senyawa tersebut melalui reaksi kimia khas. Beberapa senyawa diuji meliputi etanol, gliserin, mentol, fenol, dan asam tartrat. Hasil pengujian menunjukkan adanya reaksi esterifikasi pada alkohol dan pembentukan kompleks
LAPORAN FARMAKOLOGI I PERCOBAAN EFEK DIURETIK irmalawai
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran urin atau kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini, misalnya zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) .
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yangdipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
BAB 1 PENDAHULUAN memberikan tujuan percobaan untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip farmakologi secara praktis dan menghargai peran hewan percobaan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penanganan hewan percobaan seperti mencit dan tikus serta cara-cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuscular, dan intraperitoneal.
Laporan ini membahas pembuatan unguentum asam salisilat dengan bahan asam salisilat dan vaselinum flavum. Dilakukan evaluasi homogenitas, daya lekat, daya sebar, dan kemampuan proteksi. Hasilnya menunjukkan tidak homogen, daya lekat 1,3 detik, daya sebar semakin besar dengan tambahan beban, dan kemampuan proteksi 42 detik.
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan daya analgetik asetosal dan parasetamol pada tikus. Tikus diberi obat secara oral kemudian disuntik asam asetat untuk menimbulkan nyeri. Jumlah gelitikan tikus dicatat selama 60 menit. Hasilnya menunjukkan jumlah gelitikan tikus asetosal paling banyak, diikuti tilosa, dan parasetamol paling sedikit. Namun hasil ini bertentangan dengan teori. Kes
Praktikum ini bertujuan untuk menguji efek antiinflamasi dari infus rimpang temu putih dengan metode volume udem. Tikus diberi penginduksi radang dengan karagenin lalu diukur volume udem kakinya. Hasilnya menunjukkan infus rimpang temu putih 20% memberikan hambatan udem sebesar 143,7%, lebih besar dari kontrol positif na diklofenak.
1. Biofarmasi mempelajari pengaruh pembuatan sediaan obat terhadap efek terapeutiknya. Efek obat bergantung pada faktor farmakologi dan formulasinya. 2. Ketersediaan farmasi mengukur kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan untuk diserap tubuh, sedangkan ketersediaan hayati mengukur persentase zat aktif yang tersedia untuk efek terapi. 3. Bentuk sediaan, zat pembantu, dan ke
Uji kelarutan lemak dilakukan untuk mengetahui kelarutan dua sampel (mayones dan minyak bunga matahari) dalam lima pelarut berbeda (air, alkohol, eter, kloroform, dan n-heksana). Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan mayones sesuai urutan polaritas pelarut dari yang paling polar ke yang paling nonpolar, sedangkan kelarutan minyak bunga matahari sesuai urutan nonpolaritas pelarut. Hal ini
Laporan ini memberikan ringkasan dari praktikum analisis kualitatif senyawa fenol. Dua sampel diuji untuk menentukan jenis fenolnya. Sampel pertama diidentifikasi sebagai rivanol berdasarkan hasil uji organoleptik, golongan, dan penegasan. Sampel kedua diidentifikasi sebagai β-naphtol melalui serangkaian uji serupa. Laporan ini berisi tujuan, teori dasar, alat dan bahan, prosedur
Suppositoria adalah sediaan padat yang diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Ada beberapa jenis suppositoria berdasarkan lokasi pemberiannya, seperti suppositoria rektal, vaginal, dan uretra. Suppositoria digunakan untuk tujuan lokal maupun sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa. Bahan dasar yang umum digunakan adalah lemak cokelat, polietilen glikol, dan gelatin.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
1. Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi dan mengevaluasi emulsi dengan mempelajari pengaruh HLB dan alat terhadap stabilitas emulsi.
2. Tiga formula emulsi dibuat dengan variasi rasio tween dan span. Stabilitas emulsi dibandingkan dengan nilai HLB dan viskositasnya.
3. Tiga emulsi dibuat menggunakan alat yang berbeda, yaitu mixer, blender, dan mortir. Stabilitas emulsi dibandingkan unt
1. Hipnotik dan sedatif adalah golongan obat penenang sistem saraf pusat yang efeknya bergantung pada dosis, dari ringan hingga berat seperti koma dan kematian.
2. Obat-obatan hipnotik sedative mampu mendepresi sistem saraf pusat dan diklasifikasikan menjadi benzodiazepin, barbiturat, dan non-barbiturat non-benzodiazepin seperti propofol.
3. Mekanisme kerja obat-
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 193/kab/B.VII/71)
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
Laporan praktikum mengenai absorpsi dan ekskresi obat melalui saliva dan urin. Mahasiswa melakukan uji klinik dengan memberikan kapsul KI kepada probandus dan mengukur kadar KI dalam saliva dan urin setiap 15 menit selama 90 menit. Hasil menunjukkan puncak kadar KI tereliminasi melalui saliva dan urin terjadi pada menit ke-75.
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Novi Fachrunnisa
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang perbandingan mula kerja, puncak efek, dan lama kerja obat analgetik antalgin dan xylomidon pada pemberian peroral dan intraperitoneal pada tikus. Parameter yang diukur meliputi respon nyeri tikus terhadap rangsangan tekanan, serta waktu tercapainya efek analgetik maksimal."
Pengaruh ekstrak kangkung darat (ipomea reptans poir.Khairul Rizal
Ekstrak kangkung darat diuji untuk mengetahui efek sedasi pada mencit. Hewan uji dibagi menjadi kelompok kontrol positif, negatif, dan tiga kelompok perlakuan dengan dosis ekstrak berbeda. Hasil menunjukkan ekstrak menimbulkan efek sedasi pada mencit.
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
BAB 1 PENDAHULUAN memberikan tujuan percobaan untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip farmakologi secara praktis dan menghargai peran hewan percobaan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penanganan hewan percobaan seperti mencit dan tikus serta cara-cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuscular, dan intraperitoneal.
Laporan ini membahas pembuatan unguentum asam salisilat dengan bahan asam salisilat dan vaselinum flavum. Dilakukan evaluasi homogenitas, daya lekat, daya sebar, dan kemampuan proteksi. Hasilnya menunjukkan tidak homogen, daya lekat 1,3 detik, daya sebar semakin besar dengan tambahan beban, dan kemampuan proteksi 42 detik.
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan daya analgetik asetosal dan parasetamol pada tikus. Tikus diberi obat secara oral kemudian disuntik asam asetat untuk menimbulkan nyeri. Jumlah gelitikan tikus dicatat selama 60 menit. Hasilnya menunjukkan jumlah gelitikan tikus asetosal paling banyak, diikuti tilosa, dan parasetamol paling sedikit. Namun hasil ini bertentangan dengan teori. Kes
Praktikum ini bertujuan untuk menguji efek antiinflamasi dari infus rimpang temu putih dengan metode volume udem. Tikus diberi penginduksi radang dengan karagenin lalu diukur volume udem kakinya. Hasilnya menunjukkan infus rimpang temu putih 20% memberikan hambatan udem sebesar 143,7%, lebih besar dari kontrol positif na diklofenak.
1. Biofarmasi mempelajari pengaruh pembuatan sediaan obat terhadap efek terapeutiknya. Efek obat bergantung pada faktor farmakologi dan formulasinya. 2. Ketersediaan farmasi mengukur kecepatan pelepasan zat aktif dari sediaan untuk diserap tubuh, sedangkan ketersediaan hayati mengukur persentase zat aktif yang tersedia untuk efek terapi. 3. Bentuk sediaan, zat pembantu, dan ke
Uji kelarutan lemak dilakukan untuk mengetahui kelarutan dua sampel (mayones dan minyak bunga matahari) dalam lima pelarut berbeda (air, alkohol, eter, kloroform, dan n-heksana). Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan mayones sesuai urutan polaritas pelarut dari yang paling polar ke yang paling nonpolar, sedangkan kelarutan minyak bunga matahari sesuai urutan nonpolaritas pelarut. Hal ini
Laporan ini memberikan ringkasan dari praktikum analisis kualitatif senyawa fenol. Dua sampel diuji untuk menentukan jenis fenolnya. Sampel pertama diidentifikasi sebagai rivanol berdasarkan hasil uji organoleptik, golongan, dan penegasan. Sampel kedua diidentifikasi sebagai β-naphtol melalui serangkaian uji serupa. Laporan ini berisi tujuan, teori dasar, alat dan bahan, prosedur
Suppositoria adalah sediaan padat yang diberikan melalui rektal, vagina, atau uretra. Ada beberapa jenis suppositoria berdasarkan lokasi pemberiannya, seperti suppositoria rektal, vaginal, dan uretra. Suppositoria digunakan untuk tujuan lokal maupun sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa. Bahan dasar yang umum digunakan adalah lemak cokelat, polietilen glikol, dan gelatin.
Ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut membahas berbagai bentuk sediaan farmasi yang umum digunakan beserta keuntungan dan kerugiannya, seperti tablet, kapsul, pil, larutan, salep, krim, gel, pasta, lotion, injeksi, suppositoria, inhaler, serbuk, tetes, emulsi, dan suspensi.
1. Praktikum ini bertujuan untuk memformulasi dan mengevaluasi emulsi dengan mempelajari pengaruh HLB dan alat terhadap stabilitas emulsi.
2. Tiga formula emulsi dibuat dengan variasi rasio tween dan span. Stabilitas emulsi dibandingkan dengan nilai HLB dan viskositasnya.
3. Tiga emulsi dibuat menggunakan alat yang berbeda, yaitu mixer, blender, dan mortir. Stabilitas emulsi dibandingkan unt
1. Hipnotik dan sedatif adalah golongan obat penenang sistem saraf pusat yang efeknya bergantung pada dosis, dari ringan hingga berat seperti koma dan kematian.
2. Obat-obatan hipnotik sedative mampu mendepresi sistem saraf pusat dan diklasifikasikan menjadi benzodiazepin, barbiturat, dan non-barbiturat non-benzodiazepin seperti propofol.
3. Mekanisme kerja obat-
Obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 193/kab/B.VII/71)
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
Laporan praktikum mengenai absorpsi dan ekskresi obat melalui saliva dan urin. Mahasiswa melakukan uji klinik dengan memberikan kapsul KI kepada probandus dan mengukur kadar KI dalam saliva dan urin setiap 15 menit selama 90 menit. Hasil menunjukkan puncak kadar KI tereliminasi melalui saliva dan urin terjadi pada menit ke-75.
Mula Kerja, Puncak Efek dan Lama Kerja Obat Analgetik pada Pemberian Per Oral...Novi Fachrunnisa
Dokumen tersebut merangkum hasil penelitian tentang perbandingan mula kerja, puncak efek, dan lama kerja obat analgetik antalgin dan xylomidon pada pemberian peroral dan intraperitoneal pada tikus. Parameter yang diukur meliputi respon nyeri tikus terhadap rangsangan tekanan, serta waktu tercapainya efek analgetik maksimal."
Pengaruh ekstrak kangkung darat (ipomea reptans poir.Khairul Rizal
Ekstrak kangkung darat diuji untuk mengetahui efek sedasi pada mencit. Hewan uji dibagi menjadi kelompok kontrol positif, negatif, dan tiga kelompok perlakuan dengan dosis ekstrak berbeda. Hasil menunjukkan ekstrak menimbulkan efek sedasi pada mencit.
Dokumen tersebut membahas tentang penyiapan larutan obat dan infus, meliputi pembuatan larutan, suspensi, dan infusa dari bahan-bahan seperti glukosa, parasetamol, dan brotowali. Langkah-langkah pembuatan mencakup penimbangan bahan, penambahan pelarut, pemanasan, pendinginan, dan pengukuran.
Each month, join us as we highlight and discuss hot topics ranging from the future of higher education to wearable technology, best productivity hacks and secrets to hiring top talent. Upload your SlideShares, and share your expertise with the world!
Not sure what to share on SlideShare?
SlideShares that inform, inspire and educate attract the most views. Beyond that, ideas for what you can upload are limitless. We’ve selected a few popular examples to get your creative juices flowing.
SlideShare is a global platform for sharing presentations, infographics, videos and documents. It has over 18 million pieces of professional content uploaded by experts like Eric Schmidt and Guy Kawasaki. The document provides tips for setting up an account on SlideShare, uploading content, optimizing it for searchability, and sharing it on social media to build an audience and reputation as a subject matter expert.
Dokumen tersebut membahas tentang injeksi sebagai salah satu bentuk sediaan steril dan definisinya. Juga membahas tentang berbagai rute injeksi, komposisi, syarat-syarat, dan wadah injeksi. Secara ringkas, injeksi adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang disuntikkan melalui kulit atau membran untuk memasuki tubuh. Terdapat berbagai rute injeksi seperti intravena, intramuskular, dan sub
Dokumen tersebut membahas tentang injeksi sebagai salah satu bentuk sediaan steril dan definisinya. Juga membahas tentang berbagai rute injeksi, komposisi, syarat, dan wadah injeksi. Secara ringkas, dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi, jenis, dan aspek farmasi dari injeksi sebagai salah satu cara administrasi obat parenteral.
Dokumen tersebut membahas tentang cara-cara pemberian obat dan faktor yang
mempengaruhinya. Terdapat berbagai cara pemberian obat seperti oral, subkutan, intraperitoneal,
intramuskuler, per-rektal, inhalasi, dan intravena, dengan kecepatan absorpsi yang berbeda-beda.
Dokumen juga menjelaskan praktikum tentang pemberian obat pada hewan coba untuk mengetahui
pengaruh berbagai rute pemberian terhadap
Sediaan parenteral merupakan sediaan yang dimaksudkan untuk pemberian secara injeksi, infus, atau implan dalam tubuh. Sediaan ini harus steril dan bebas partikel besar untuk menjamin keamanan dan efektivitas pemberian. Faktor fisikokimia, fisiologi, dan formulasi sediaan mempengaruhi bioavailabilitas obat yang diberikan secara parenteral.
Konsep efek utama obat adalah efek yang diharapkan dan menjadi tujuan utama dari pemberian obat tersebut. Efek utama obat bertujuan untuk:
- Menghilangkan penyebab penyakit
- Menghilangkan gejala penyakit
- Melakukan terapi untuk menggantikan atau menambah zat yang hilang atau kurang pada tubuh
Dengan kata lain, efek utama obat bertujuan untuk mengobati penyakit atau kon
Dokumen tersebut membahas pengaruh cara pemberian obat terhadap absorbsi dan efek sedatif obat. Secara umum dibahas tentang latar belakang, tujuan percobaan, dasar teori mengenai rute pemberian obat, alat dan bahan yang digunakan, serta cara kerja dan perhitungan dosis obat dalam percobaan menggunakan hewan coba tikus."
Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptxFajrianAulia
Dokumen tersebut membahas tentang definisi sterilisasi dan jenis-jenis sediaan farmasi yang perlu disterilkan. Dibahas pula tujuan, bentuk, dan cara pemberian sediaan parenteral seperti injeksi, infus, intramuskular, intravena, dan subkutan.
Dokumen tersebut membahas tentang nasib obat dalam tubuh, meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. Juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas obat seperti bentuk fisik, kimia, dan formulasi obat serta prinsip-prinsip farmakokinetik dan farmakodinamik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang anestesi intravena dan jenis-jenis obat anestesi yang diberikan secara intravena seperti propofol dan tiopental.
2. Teknik anestesi intravena melibatkan pemberian obat-obatan langsung ke dalam pembuluh darah untuk mencapai efek seperti hipnotik, analgetik, dan relaksasi otot.
3. Propofol dan tiopental adalah dua j
1. ONSET KERJA OBAT PADA BEBERAPA JALUR PEMBERIAN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui waktu antara pemberian obat sampai menmbulkan
efek pada beberapa jalur pemberian
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian dan onset kerja obat
a. Pengertian onset secara umum
Onset adalah Waktu antara pemberian obat sampai timbulnya
efek.
( Anief 2, 2007 )
b. Onset konvulasi
Onset konvulasi adalah Rentan waktu antara pemberian obat
sampai menimbulkan konvulsi / kejang.
( Anief , 2007 )
c. Onset mati
Onset mati adalah Rentan waktu antara pemberian obat sampai
hewan tersebut mati.
( Anief , 2007 )
2. Macam-macam jalur pemberian obat
1. Intravena (IV)
disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah. Larutan
injeksinya harus betul-betul jernih. Untuk infus yang
merupakan volume cairan yang besar mengandung elektrolit,
substansi nutrisi yang esensial diberikan hanya melalui
intravena injeksi.
( Anief, 2005 )
Pada pemberian intravena (IV) dosis tunggal, yang terjadi
adalah kecepatan distribusi seketika seluruh obat yang
diberikan, dan berlangsung amat cepat. Diketahui pula bahwa
sediaan rute pemberian intravena (IV) memiliki ciri-ciri:
2. a. Solutio, yang larut dalam pelarut air.
b. Pelarut non air seperti minyak.
(Lazuardi, 2010)
2. Intraperitoneal (IP)
Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut, jarang dipakai
sebab bahaya infeksi besar.
3. Nasib obat dalam tubuh
Pada fase farmakokinetik, obat mengalami proses ADME yaitu
absorbsi, distribusi, biotransformasi ( metabolisme ) dan ekskresi
yang berjalan secara simultan langsung atau tak langsung melliputi
perjalanan suatu obat melintasi sel membran.
1. Absorbsi, merupakan transfer obat melintasi membran. Ada 3
tipe membran badan, yaitu :
a. Membran kulit
b. Membran epitel usus
c. Membran sel tunggal
Dalam melintasi sel membran obat melakukan dengan 2 cara,
yaitu transfer pasif dan transfer aktif khusus. Pada transfer
pasif membran tidak berperan aktif ketika obat melalui
membran tersebut. Transfer pasif dibedakan :
a. Filtrasi yaitu zat melalui pori-pori kecil dari membran,
misalnya dinding perifer.
b. Difusi yaitu zat melarut dalam lapisan lemak dari
membran sel.
Absorbsi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti :
a. Kelarutan obat.
b. Kemampuan difusi melintasi sel membran.
c. Konsentrasi obat.
3. d. Sirkulasi pada letak absorbsi.
e. Luas permukaan kontak obat.
f. Bentuk obat.
g. Rute pemakaian obat.
2. Distribusi
Setelah obat terabsorbsi ke dalam aliran darah untuk mencapai
tepat pada letak dari aksi, harus melalui membran sel.
Distribusi obat dilakukan di dalam sususan syarat pusata dan
melalui sawar darah otak. Akumulasi obat dapat terjadi pada
tempat penyimpanantertentu, yaitu :
a. Ikatan pada protein plasma bersifat reversibel di dalam
darah dan jaringan lainnya.
b. Penyimpanan dalam lemak merupakan penyimpanan
kedua bagi obat.
3. Biotransformasi
Merupakan istilah yang sering digunakan untuk
menggambarkan metabolisme obat di badan.
Obat merupakan zat asing bagi badan dan tidak diinginkan,
maka badan berusaha merombak zat tadi menjadi metabolit
sekaligus bersifat hidrofil agar lebih lancar disekresi melalui
ginjal. Jadi reaksi biotransformasi merupakan peristiwa
detoksikasi, biotransformasi berlangsung terutama di hati,
tetapi ada beberapa obat mengalami biotransformasi dalam
ginjal, plasma, dan selaput lendir diusus. Reaksi
biotransformasi biasanya oksidasi, hidrolisa dan konjugasi.
4. Ekskresi
Ginjal merupakan organ yang paling penting dalam sekresi
obat. Obat disekresikan dalam struktur tidak berubah melalui
ginjal dalam urin. Obat yang disekresikan bersama feses bersal
dari :
a. Obat yang tidak diabsorbsi dari penggunaan obat
melalui oral.
4. b. Obat yang disekresikan melalui empedu dan tidak
direabsorbsi dari usus.
Selain melalui ginjal obat dapat disekresikan melalui paru-
paru, air ludah, keringat, atau dalam air susu.
Dampak langsung akibat perubahan pola ADME suatu obat
terkait dengan perwatakan farmakodinamik obat adalah
sebagai berikut :
a. Respon dinamik suatu obat pada tubuh hewan, makin
lama. Pada keadaan demikian maka kerja obat dalam
tubuh hewan menjadi makin lama.
b. Respon dinamik suatu obat pada tubuh hewan tak
menunjukkan hasil berkhasiat, kendati diberikan dengan
dosis lazim. Pada keadaan demikian, yang ditemui
adalah fenomena model pengobatan subterapetik.
c. Respon dinamik suatu obat pada tubuh hewan menjadi
kurang jelas, hal tersebut disebabkan kerja obat tak
sepenuhnya optimal.
Dampak tak langsung akibat perubahan pola ADME suatu obat
adalah sebagai berikut :
a. Timbulnya toleransi tubuh hewan terhadap suatu obat. Bila
obat yang diberikan berjenis antibiotik dan kemoterapi,
maka akan ditemui kemungkinan timbulnya resistensi.
b. Kemungkinan timbulnya pemicu respons intoleran tubuh
pada suatu obat.
c. Kemungkinan pemicu timbulnya drug induce disease
dimana menghasilkan efek samping dengan dampak
menyebabkan penyakit baru karena obat.
d. Kemungkinan pemicu timbulnya adverse drug reaction
dengan tingkatan ringan (intoleran) hingga tingkatan berat
(anaphylatic syok)
5. 4. Pengertian, komposisi, fungsi dan mekanisme kerja stychnine
a. Pengertian
Striknin merupakan alkaloid utama yang terdapat pada nux
vomica yaitu merupakan suatu biji pohon yang berasal dari
India yaitu strychnous nuxvomica.
Penggunaannya sebagai pestisida bertahan sampai hari ini dan
merupakan suber keracunan striknin yang tidak disengaja pada
anak-anak dan hewan peliharaan di rumah. Stsiknin
menyebabkan eksitasi di semua sistem saraf pusat. Namun efek
ini bukan akhibat eksitasi langsung pada sinaps. Striknin
meningkatkan level eksitabilitas neuron dengan merintangi
penghambatan secara selektif. Impuls saraf biasanya terbatas
pad jalur yang tepat oleh pengaruh penghambatan. Jika
penghambatan dirintangi oleh strknin, aktifitas neuron yang
sedang berlangsung meningkat dan rangsang sensorik
menyebabkan efek refleks berlebihan.
b. Komposisi
Senyawa kimia yang terkandung : strychnine, bruchnine,
longanine, manosan, galactine, chlorogenic acid.
(Garner, 1961)
c. Mekanisme kerja
Striknin merupakan konvulsan kuat, dan kejangnya memounyai
pola motorik yang khas. Mengingat striknin mempunyai pola
penghambatan, termasuk menghambat anatara otot- otot yang
antagonistik, pola konvulai tersebut ditentukan oleh otot paling
kuat yang bekerja pada sendi tertentu.
Kerja konvulsan striknin adalah dengan mengganggu
penghambatan pasca sinaps yang diperantarai glisin. Glisin
merupakan transmiter penghambatan yang penting
kemotoneuron dan interneuron dispinalis kordata, dan striknin
bekerja sebagai antagonis kompetitif yang selektif untuk
merintangi efek penghambatan gliserin pada semua reseptor
6. gliserin. Striknin merintangi penghambatan berulang ulang
pada pada sel renshaw-sinaps motoneuron dengan
mengantagonis kerja glisin yang dilepaskan oleh sel renhaw.
Fungsi Striknin :
Menyebabkan kekakuan pada otot wajah dan leher, kemudian
terjadi peningkat eksitabilitas refleks dengan cepat, setiap
rangsang sensori dapat menyebabkan respon motorik yang kuat
dengan tahap awal berupa hentakan ekstensor yang teratur, dan
pada tahap lebih lanjut berupa kejang tetanus penuh. Pada
konvulsi ini tubuh menjading lengkung pada hiperekstensi
sehingga kemungkinan hanya ubub- ubun kepala dan tumit
yang menyentuh lantai. Berhentinya nafas disebabkan oleh
kontraksi diafragma serta otot- otot dada dan perut. Kekejangan
ini dapat terjadi berulang diselingi oleh periode dperesi secara
intermiten; perangsangan sensori meningkatkan frekuensi dan
keparahan konvulsi. Kematian terjadi akibat paralisis medula ,
yang terutama disebabkan oleh hipoksia akibat adanya periode
gangguan pernafasan. Jika tidak ditangani, kematian akibat
striknin sering terjadi setelah konvulsi penuh kedua sampai
kelima, tetapi konvulsi yang pertama bisa fatal jika berlangsung
terus - menerus.
7. III. MATERI DAN METODE
1. Materi
Alat dan bahan
3 Ekor tikus
Spet
Timbangan
Glass beker
Stowatch
Larutan stychnine
2. Metode
a. Per Oral (PO)
Seekor mencit ditimbang BB
Kemudian dihitung volume larutan srycnine yang akan di
berikan dengan dosis 10mg/kg konsentrasi 1mg/ml
Berikan larutan strycnine melalui jalur oral
Letakkan mencit pada glass beker kemudian catat waktu
terjadinnya kejang-kejang sampai mati
b. Intra Peritonial (IP)
Seekor mencit ditimbang BB
Kemudian dihitung volume larutan srycnine yang akan di
berikan dengan dosis 10mg/kg konsentrasi 1mg/ml
Berikan larutan strycnine melalui jalur intraperitonial
Letakkan mencit pada glass beker kemudian catat waktu
terjadinnya kejang-kejang sampai mati
8. c. Sub Cutan (SC)
Seekor mencit ditimbang BB
Kemudian dihitung volume larutan srycnine yang akan di
berikan dengan dosis 10mg/kg konsentrasi 1mg/ml
Berikan larutan strycnine melalui jalur Sub Cutan
Letakkan mencit pada glass beker kemudian catat waktu
terjadinnya kejang-kejang sampai mati
IV. HASIL PRAKTIKUM
Group
Onset Konvulasi (detik) Onset Mati (detik)
Oral Subcutan IP Oral Subcutan IP
A1-1 65 219 184 80 239 219
A1-2 67 112 72 82 141 85
B1-1 486 92 184 514 136 200
B1-2 236 210 140 240 236 156
C1-1 90 255 120 100 261 138
C1-2 30 120 3 38 130 6
D1-1 5 185 120 10 199 125
D1-2 25 173 90 60 211 124
1. Kurve hasil praktikum keseluruhan
Onset Kovulasi (detik)
9. Onset Mati (detik)
2. Kurve hasil praktikum kelompok
0
100
200
300
400
500
A1-1 A1-2 B1-1 B1-2 C1-1 C1-2 D1-1 D1-2
oral
subcutan
IP
0
100
200
300
400
500
600
A1-1 A1-2 B1-1 B1-2 C1-1 C1-2 D1-1 D1-2
Oral
Subcutan
IP
10. Volume obat yang diberikan :
1. Per Oral (PO)
Dik : BB= 0,0377kg
D=10mg/kg
K=1mg/ml
Dit : V ?
Jawab
V=
𝐵𝐵𝑥𝐷
𝐾
=
0,0377𝑘𝑔 𝑥 10𝑚𝑔/𝑘𝑔
1𝑚𝑔 /𝑚𝑙
= 0,377𝑚𝑙
2. Subcutan (SC)
Dik : BB = 0,03kg
D = 10mg/kg
K = 1mg/ml
Dit : V ?
Jawab
V=
𝐵𝐵 𝑥 𝐷
𝐾
=
0,03𝑘𝑔 𝑥 10 𝑚𝑔/𝑘𝑔
1𝑚𝑔/𝑚𝑙
= 0,3𝑚𝑙
0
50
100
150
200
250
300
PO SC IP
onset konvulasi
onset mati
11. 3. Intra Peritonial (IP)
Dik : BB = 0,033kg
D = 10mg/kg
K= 1mg/ml
Dit V ?
Jawab
V=
𝐵𝐵 𝑥 𝐷
𝐾
=
0,033𝑘𝑔 𝑥 10 𝑚𝑔/𝑘𝑔
1𝑚𝑔 /𝑚𝑙
= 0,33𝑚𝑙
V. PEMBAHASAN
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui waktu antara
pemberian obat sampai menimbulkan efek pada beberapa jalur
pemberian. Digunakan mencit sebagai hewan coba dan masing masing
mencit diberi strychnine dengan dosis 10 mg/kgBB dan dengan
konsentrasi 0,1% yang bekerja menstimulasi syaraf. Mencit 1
diberikan secara per oral, mencit 2 diberikan dengan jalur subcutan
dan mencit ketiga diberikan dengan jalur intra peritoneal.
Mencit 1 diberikan dengan per oral dengan
BB = 3,77 gram = 0,0377 kg
V =
𝐵𝐵 𝑥 𝐷
𝐾
=
0,0377𝑘𝑔 𝑥 10 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
1𝑚𝑔/𝑚𝑙
= 0,377ml
Jadi volume strychnine yang diberikan adalah 0,377ml dengan cara
per oral
Menci 2 diberikan dengan jalur subcutan dengan
BB = 30 gram = 0,03kg
V =
𝐵𝐵 𝑥 𝐷
𝐾
=
0,03𝑘𝑔 𝑥 10 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
1𝑚𝑔 /𝑚𝑙
= 0,3ml
12. Jadi volume strychnine yang diberikan melalui jalur subcutan
adalah 0,3ml
Mencit 3 diberikan dengan jalur intra peritoneal dengan
BB = 33 gram = 0,033kg
V =
𝐵𝐵 𝑥 𝐷
𝐾
=
0,033𝑘𝑔 𝑥 10 𝑚𝑔 /𝑘𝑔𝐵𝐵
1𝑚𝑔/𝑚𝑙
= 0,33ml
` Jadi volume strychnine yang diberikan dengan jalur intra peritoneal
adalah 0,33ml
Pada praktikum ini terdapat hasil yang bervariasi dari 8 kelompok dengan
hasil sebagai berikut:
1. Hasil dari kelompok A1-1 didapatkan bahwa onset konvulasi dan onset
mati tercepat adalah melalui jalur peroral (PO) lalu intraperitoneal (IP)
dan yang paling lama menimbulkan efek adalah subkutan (SC), yang
seharusnya urutan paling cepat menimbulkan efek adalah
intraperitonial (IP), Subcutan (SC) kemudian peroral (PO). hal ini
mungkin disebabkan dosis yang diberikan pada jalur per oral terlalu
banyak atau saat pemberian obat masuk ke saluran pernafasan
sehingga mencit cepat menimbulakan efek dari pada perlakuan
Intaraperitonial (IP) dan Subcutan (SC).
2. Hasil praktikum kelompok A1-2 juga sama seperti kelompok A1-1
yaitu dengan hasil waktu tercepat adalah melalui jalur per oral, diikuti
intraperitoneal dan terakhir subkutan. Hal ini desebabkan oleh banyak
faktor antara lain adalah obat salah masuk kedalam saluran pernafasan
atau pemberian dosis yang berlebihan. Yang seharusnya pada literatur
urutan yang paling cepat menimbulkan efek adalah intarapenitonial
(IP), subcutan (SC) dan Peroral (PO)
3. Pada hasil praktikum dari kelompok B1-1 didapatkan onset lonvulasi
dan onset mati tercepat adalah pemberian obat melalui jalur subkutan
(SC), hal ini mungkin disebabkan dosis yang berlebihan, selanjutnya
13. adalah pemberian obat melalui jalur intra peritoneal (IP) dan yang
terakhir adalah per oral (PO).
4. Pada hasil praktikum kelompok B1-2 didapatkan hasil dengan urutan
waktu yang sesuai dengan literatur yaitu dari yang tercepat adalah
intraperitoneal (IP), subkutan(SC), dan per oral(PO)
5. Pada kelompok C1-1 didapatkan hasil urutan waktu onset konvulasi
dan onset mati dari yang tercepat adalah per oral (PO), intra peritoneal
(IP) dan subkutan(SC) hal ini bisa disebabkan karena pemberian dosis
yang terlalu banyak mungkin karena salah perhitungan volume yang
harus diberikan atau ketika pemberian obat kurang tepat.
6. Pada kelompok C1-2 didapatkan hasil urutan waktu onset konvulasi
dan onset mati dari yang tercepat adalah intraperitoneal (IP), per
oral(PO) dan subkutan(SC) ini bias disebabkan karena dosis terlalu
banyak atau kesalahan dari praktikan saat pemberian obat.
7. Pada hasil praktikum D1-1 menunjukkan urutan waktu onset konvulasi
dan onset mati dari yang tercepat adalah per oral(PO), intraperitoneal
(IP) dan subkutan(SC). Ini terjadi bias karena dosis yang terlalu
banyak atau kesalahan pada saat pemberian obat.
8. Pada kelompok D1-2 didapatkan hasil urutan onset konvulasi dan
onset mati obat dari waktu tercepat adalah per oral (PO),
intraperitoneal(IP) dan subkutan(SC). Ini dikarenakan karena
pemberian obat yang terlalu banyak atau kesalahan pada saat
pemberian obat.
Menurut (Anief, 2007) urutan jalur pemberian obat dari
yang terlebih dahulu menimbulkan efek adalah intravena (IV),
intraperitoneal(IP), subkutan(SC), dan per oral(PO).
Dari hasil praktikum jalur pemberian obat yang diberikan adalah
Intrapena (IP), Subcutan(SC) dan Peroral (PO) hasil keseluruhan
setelah dihitung rata-ratanya didapatkan urutan onset obat dari waktu
tercepat adalah intraperitoneal (IP), per ora (PO)) dan terlama adalah
subkutan(SC) . Hal ini mungkin bisa terjadi karena perhitungan dosis
14. obat yang tidak sesuai dengan berat badan mencit atau karena
kesalahan saat pemberian obat.
VI. KESIMPULAN
Cara pemberian dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat yang
berpengaruh juga terhadap onset dan durasi. Pada literature dijelaskan
bahwa onset paling cepat adalah intraperitonial (IP),
intramuscular(IM), subkutan(SC), peroral(PO). Hal ini terjadi karena:
a. Intraperitonial (IP) mengandung banyak pembuluh darah
sehingga obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
b. Intramuscular(IM) mengandung lapisan lemak yang cukup
kecil sehingga obat akan terhalang oleh lemak sebelum
terabasorbsi.
c. Subkutan(SC) mengandung lemak yang cukup banyak.
d. Peroral(PO) disini obat akan mengalami rute yang panjang
untuk mencapai reseptor karena melalui saluran cerna yang
memiliki banyak factor penghambat seperti protein plasma.
Dan durasi paling cepat adalah peroral, intraperitonial,
intramuscular, subkutan. Hal ini terjadi karena :
a. Peroral(PO), karena melalui saluran cerna yang memiliki rute
cukup panjang dan banyak faktor penghambat maka
konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin sedikit dan efek obat
lebih cepat.
b. Intraperitonial, disini obat langsung masuk ke pembuluh darah
sehingga efek yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan
intramuscular dan subkutan karena obat di metabolisme
serempak sehingga durasinya agak cepat.
c. Intramuscular, terdapat lapisan lemak yang cukup banyak
sehingga obat akan konstan dan lebih tahan lama.
d. Subkutan, terdapat lapisan lemak yang paling banyak sehingga
durasi lebih lama disbanding intramuscular.
15. VII. DAFTAR PUSTAKA
Anief, M . 2005. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Pres
Anief, M . 2007. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Garner, R.J . 1961. Veterinary Toxicology. London : Bailliere,
Tindall and Cox
Goodman ; gilman. 2001. Dasar Farmakologi Terapi Volume 2.
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran
Lazuardi, M. 2010. Biofarmasetik dan farmakokinetik Klinik Medis
Veteriner. Jakarta: Ghali Indonesia
Young Hae Choi, et al . 2004. Analysis of strychnine from
detoxified Strychno nux-vomica seeds using liquid
chromatography–electrospray mass spectrometry.
Journal ethno-pharmacology 93 (2004 ) 109-112
Yuningsih, et al . 2004. Efek Toksiko-Patologik Beberapa
Tanaman Beracun Pada Mencit Dalam Upaya Mencari
Zat Pengganti Racun Strychnine Untuk Pemberantasan
Penyakit Rabies Pada Anjing. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004