Virus corona dan interaksi manusia-satwa liar
Ringkasan: Dokumen ini membahas tentang bagaimana interaksi manusia dengan satwa liar, terutama kelelawar, berperan sebagai sumber virus corona baru seperti SARS, MERS, dan SARS-CoV-2. Kelelawar memiliki keragaman virus corona yang tinggi dan berperan sebagai inang alamiah banyak virus zoonotik. Perilaku manusia seperti perambahan habitat, perdagangan satwa liar, dan konsumsi daging
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan
kepada Menteri Kesehatan (Menkes) untuk
meningkatkan pencegahan dan pengendalian zoonosis
(infeksi yang ditularkan di antara hewan vertebrata dan
manusia atau sebaliknya), resistensi antimikroba, dan
keamanan pangan.
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...Tata Naipospos
Naskah ini ditulis untuk membahas tentang pengertian dan pentingnya suatu mekanisme pelaporan penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan (notifiable animal diseases) di Indonesia. Tujuan dari penyusunan dokumen ini adalah:
(1) Memperbaiki pemahaman dan kesadaran bersama tentang tujuan dan kegunaan dari ‘penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan’ (notifiable diseases);
(2) Membahas dan menyepakati tentang kriteria dan mekanisme apa yang diperlukan dalam penyusunan daftar ‘penyakit hewan yang wajib dilaporkan’ (list of notifiable animal diseases);
(3) Memberikan masukan kepada Pemerintah dalam memperkuat aspek-aspek hukum dari pelaporan munculnya penyakit secara cepat (early reporting) dari penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan
kepada Menteri Kesehatan (Menkes) untuk
meningkatkan pencegahan dan pengendalian zoonosis
(infeksi yang ditularkan di antara hewan vertebrata dan
manusia atau sebaliknya), resistensi antimikroba, dan
keamanan pangan.
Penyakit-penyakit Hewan Yang Wajib Dilaporkan (Notifiable Animal Diseases) - ...Tata Naipospos
Naskah ini ditulis untuk membahas tentang pengertian dan pentingnya suatu mekanisme pelaporan penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan (notifiable animal diseases) di Indonesia. Tujuan dari penyusunan dokumen ini adalah:
(1) Memperbaiki pemahaman dan kesadaran bersama tentang tujuan dan kegunaan dari ‘penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan’ (notifiable diseases);
(2) Membahas dan menyepakati tentang kriteria dan mekanisme apa yang diperlukan dalam penyusunan daftar ‘penyakit hewan yang wajib dilaporkan’ (list of notifiable animal diseases);
(3) Memberikan masukan kepada Pemerintah dalam memperkuat aspek-aspek hukum dari pelaporan munculnya penyakit secara cepat (early reporting) dari penyakit-penyakit hewan yang wajib dilaporkan tersebut.
Memberi penjelasan penyakit-penyakit penting pada ternak, baik penyakit menular strategis dan penyakit-penyakit non infeksius yang sering terjadi.
Materi ini diberikan pada acara PraDiklat Kelompok Minat Profesi Ternak Besar tahun 2015.
Memberi penjelasan penyakit-penyakit penting pada ternak, baik penyakit menular strategis dan penyakit-penyakit non infeksius yang sering terjadi.
Materi ini diberikan pada acara PraDiklat Kelompok Minat Profesi Ternak Besar tahun 2015.
Hello, slide presentasi ini menjelaskan mengenai virus corona , penanganan dan pencegahannya. mari kita sama-sama berjuang untuk melawan virus corona, semoga slide presentasi ini bermanfaat untuk kita semua. semoga kita semua selalu sehat
Virus Corona dan Interaksi Manusia-Satwa Liar - Ditkeswan, Jakarta, 10 Februari 2020
1. Virus corona dan interaksi
manusia-satwa liar
Drh Tri Satya Putri Naipospos MPil PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner
dan Karantina Hewan
Rapat di Direktorat Kesehatan Hewan tanggal 10 Februari 2020
1
2. Penyakit menular baru muncul
(Emerging infectious diseases)
• 26% kematian manusia secara global
disebabkan oleh penyakit menular.
• Lebih dari 70% dari zoonosis baru muncul
(emerging zoonoses) muncul dari interaksi
dengan satwa liar.
2
Sumber: Karesh W.B. et al., 2011. The Unregulated and Informal Trade In Wildlife:
Implications For Biodiversity And Health. OIE Global Conference on Wildlife: Animal Health
and Biodiversity – Preparing for the Future 23 ‐ 25 February 2011.
3. Fenomena zoonosis satwa liar
• Interaksi manusia dengan satwa liar dianggap
sebagai faktor risiko utama untuk sejumlah zoonosis
yang berdampak tinggi, termasuk banyak penyakit
virus asal kelelawar.
• Namun peristiwa pelimpahan keluar (spillover)
dari satwa liar-ke-manusia yang mengarah ke
penyakit-penyakit baru muncul (emerging diseases):
– jarang diamati atau diidentifikasi secara klinis,
– keterkaitan antara interaksi tertentu, dan risiko
‘spillover’ kurang dipahami.
3
Sumber: Li H. et al., Human-animal interactions and bat coronavirus spillover potential
among rural residents in Southern China. Biosafety & Health 1, 2019, 84-90.
5. Faktor pemicu kemunculan
zoonosis satwa liar
• Perilaku manusia dan modifikasi habitat alamiah
(ekspansi populasi manusia dan perambahan di
habitat satwa liar)
• Perubahan praktik pertanian
• Globalisasi perdagangan
• Perdagangan satwa liar dan translokasi
• Pasar hewan/satwa hidup dan daging satwa liar
• Konsumsi makanan eksotik
• Pengembangan ekoturisme
• Akses ke kebun binatang
• Kepemilikan hewan peliharaan eksotis
5
6. Situasi yang mendorong timbulnya
zoonosis satwa liar di China
• Dalam biodiversitas yang sangat tinggi di China, interaksi
antara manusia-satwa liar-ternak adalah kecenderungan
umum, dan dihipotesakan menjadi faktor risiko dari
munculnya penyakit zoonotik menular.
• Kelelawar ordo Chiroptera adalah reservoir dari sejumlah
besar virus zoonotik, termasuk virus corona (CoVs) yang
menyebabkan wabah penyakit pada manusia dan ternak.
6
7. Sejarah virus corona (1)
• Infectious bronchitis virus (IBV), virus corona pertama yang
diisolasi dari embrio ayam pada tahun 1937.
• Diikuti dengan penemuan virus corona pada mamalia pada
tahun 1940.
• Ada 2 virus corona pada manusia, virus corona 229E
(HCoV-229E) dan virus corona OC43 (HCoV-OC43),
ditemukan pada tahun 1960-an.
• Ada 6 virus corona pada mamalia lainnya:
bovine coronavirus (BCoV)
porcine hemagglutinating encephalomyelitis virus (PHEV)
transmissible gastroenteritis virus (TGEV)
porcine epidemic diarrhea virus (PEDV)
porcine respiratory coronavirus (PRCV)
feline coronavirus (FCoV).
7Sumber: Woo et al., 2009. Minireview: Coronavirus Diversity, Phylogeny
and Interspecies Jumping. Biol Med 234:1117–1127, 2009
8. • Setelah epidemi SARS, sampai dengan Desember 2008,
ada tambahan 16 virus corona dengan sekuens genom yang
komplit.
• Ini termasuk 2 virus corona pada manusia yang tersebar
secara global: virus corona NL63 (HCoV-NL63) dan virus
corona HKU1 (HCoV-HKU1).
• Ada 10 virus corona pada mamalia (8 virus pada kelelawar,
1 virus pada kuda dan 1 virus pada paus beluga (SW1).
• Ada 4 virus corona pada unggas:
virus corona kalkun (TCoV),
virus corona bulbul HKU11 (BuCoV HKU11)
virus corona burung thrush HKU12 (ThCoV HKU12), dan
virus corona bondol munia HKU13 (MuCoV HKU13).
8
Sejarah virus corona (2)
Sumber: Woo et al., 2009. Minireview: Coronavirus Diversity, Phylogeny
and Interspecies Jumping. Biol Med 234:1117–1127, 2009
10. 4 Genera Virus Corona: Spekrum luas
dan reservoir potensial pada hewan
Sumber: Vebrat A. (2013). Coronavirus Middle East Respiratory Syndrome.
Alphacoronavirus
Betacoronavirus
Delthacoronavirus
Gammacoronavirus
11. 2 wabah pandemi wabah virus
corona sebelumnya
• Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), yang
muncul di Provinsi Guangdong, China bagian selatan pada
akhir 2002. Secara cepat menyebar ke 29 negara pada Juli
2003, menginfeksi 8.096 orang dan menyebabkan kematian
774 orang (9,6%). Wabah selanjutnya pada 2004 hanya
menginfeksi 4 orang tanpa kematian dan tidak ada
penularan lebih lanjut.
• Middle East Respiratory Syndrome (MERS), yang
muncul di Saudi Arabia sejak Juni 2012. Mayoritas kasus di
negara-negara Timur Tengah, khususnya Saudi Arabia.
Menyebar ke 27 negara dengan kematian 823 orang (35%)
dari 2,374 kasus pada akhir Februari 2019. Saat ini sudah
menjadi endemik.
11
Sumber: Hu et al., 2015. Review: Bat origin of human coronaviruses.
Virology Journal (2015) 12:221.
12. Kelelawar sebagai inang alamiah
banyak virus
• Kelelawar dengan penyebaran geografis yang ekstensif
dan kemampuan untuk terbang, merupakan kelompok
spesies mamalia terbesar kedua setelah rodensia.
• Kelelawar telah didokumentasikan sebagai inang alamiah
dari sejumlah besar virus-virus bebagai ragam, seperti
virus lyssa (rabies), virus paramyxo (henda dan Nipah),
dan virus filo (Ebola dan Marburg) dan virus corona
(SARS).
• Dalam dekade terakhir, sejumlah virus corona baru telah
ditemukan dalam berbagai spesies kelelawar di seluruh
Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.
12
Sumber: Hu et al., 2015. Review: Bat origin of human coronaviruses.
Virology Journal (2015) 12:221.
13. 13
Peta ‘hotspots’ untuk
risiko penularan
kelelawar-manusia Warna merepresentasikan skala linier dari 1 (hijau)
sampai 16 (merah)
Afrika Barat
sebagai
hotspot risiko
tertinggi untuk
virus-virus
kelelwar
zoonotik
14. Diversitas virus corona (CoV)
pada kelelawar di China
• Suatu studi dilakukan untuk mengungkapkan keragaman
dan evolusi dari virus corona kelelawar di China, dimana
terkumpul 1.067 kelelawar dari 21 spesies.
• Total 73 virus corona (32 alphacoronavirus dan 41
betacoronavirus) diidentifikasi pada kelelawar tersebut,
dengan prevalensi keseluruhan 6,84%.
• Semua betacoronaviruses yang baru diidentifikasi adalah
Rhinolophus virus corona kelelawar terkait SARS (SARSr-
Rh-BatCoV).
• Secara keseluruhan, hasil studi ini menunjukkan bahwa
tingkat kontak yang tinggi terjadi di antara spesies kelelawar
tertentu yang memungkinkan akuisisi dan penyebaran virus
corona.
14Sumber: Fan et al., 2019. Review: Bat Coronaviruses in China. Viruses 2019, 11, 210.
16. Virus Corona dan Konsep One Health
• Konsep One Health adalah suatu
konsep yang menguraikan kedekatan
interaksi antara manusia, hewan dan
lingkungan.
• Saat ini telah ada tiga virus corona yang
mewakili konsep One Health: SARS-
CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2.
• Hewan memainkan peran penting
dalam siklus penularan ketiga virus
corona tersebut.
• Ketiga virus tersebut dibuktikan
bersumber zoonotik.
17. Pernyataan OIE tentang COVID-19
• Deteksi COVID-19 pada hewan masuk dalam kriteria untuk
dilaporkan ke OIE melalui WAHIS, sesuai dengan OIE
Terrestrial Animal Health Code sebagai suatu penyakit
baru muncul (emerging disease).
• Untuk itu, setiap deteksi COVID-19 pada hewan (termasuk
informasi mengenai spesies, uji diagnostik, dan informasi
epidemiologi yang relevan) harus dilaporkan ke OIE.
EMERGING DISEASE
artinya setiap kejadian suatu penyakit, infeksi atau investasi baru pada hewan, yang
menyebabkan dampak signifikan pada hewan atau kesehatan masyarakat yang
dihasilkan dari:
- suatu perubahan dari agen patogen yang telah diketahui sebelumnya atau
penyebaran ke wilayah geografis atau spesies yang berbeda; atau
- suatu agen agen patogen atau penyakit yang tidak diketahui sebelumnya yang
didiagnosa untuk pertama kalinya.
Sumber: https://www.oie.int/scientific-expertise/specific-information-and-recommendations/
18. Pelaporan tahunan “annual report’
melalui WAHIS-WILD (2018)
18
Afrika Amerika Asia Eropa Oceania
47 negara anggota OIE mengirimkan ‘annual report’ 2018 satwa liar
10 88 8
18
3
• Indonesia perlu mengirimkan laporan tahunan ke WAHIS-
WILD apabila ada kejadian penyakit pada satwa liar.
19. Rekomendasi WHO untuk pengurangan
risiko penularan dari hewan ke manusia
• Setiap orang yang berkunjung ke pasar hewan hidup, pasar
basah atau pasar produk hewan harus mempraktikkan
tindakan higiene, termasuk cuci tangan dengan sabun
setelah menyentuh hewan atau produk hewan
• Konsumsi produk hewan mentah atau yang kurang dimasak
harus dicegah.
• Setiap orang yang berada dalam kondisi pengobatan, tidak
mengadakan kontak dengan pasar hewan hidup, hewan
yang berkeliaran, dan satwa liar.
• Pekerja rumah potong hewan, dokter hewan yang
bertanggung jawab terhadap inspeksi produk hewan dan
yang menangani hewan hidup dan produk hewan harus
mempraktikkan hygiene diri yang baik.
19Sumber: https://www.who.int/health-topics/coronavirus/ (7 January 2020)
20. Kemunculan Penyakit dan
Perdagangan Satwa Liar
• Kondisi stres yang penuh sesak
• Kekebalan yang dikompromikan hewan
• Percampuran spesies berbeda dari berbagai lokasi di
seluruh dunia
• Kontak dekat antara manusia/hewan domestik/satwa
liar
20
21. Perdagangan satwa liar dan daging
satwa liar
• Impor daging satwa liar (bushmeat) secara illegal
berpotensi menjadi ancaman bagi kesehatan manusia,
terutama jika daging tersebut berasal dari Afrika, Asia, dan
Amerika Tengah atau Amerika Selatan.
• Beberapa dari spesies satwa liar tersebut adalah satwa liar
yang mendekati kepunahan dan diberi nama oleh daftar
Convention on International Trade in Endangered Species
(CITES).
• Wabah Ebola, virus simian foamy, dan monkeypox telah
dikaitkan dengan konsumsi ‘bushmeat’.
• Wabah SARS dikaitkan dengan konsumsi karnivora kecil
seperti musang dan kucing liar di China.
21
Sumber: Falk et al., 2013. Illegal import of bushmeat and other meat products into
Switzerland on commercial passenger flights. Rev. sci. tech. Off. int. Epiz., 32 (3), 727-739.
22. Penutupan sementara
perdagangan satwa liar di China
22
• Sebagai upaya untuk
mencegah penyebaran
2019-nCoV, maka China
untuk sementara telah
memberlakukan
pelarangan terhadap
pasar dan perdagangan
satwa liar.
23. Potensi penularan dari M-ke-M
• Suatu studi mengestimasi bahwa ‘basic reproduction
number’ (R0) dari COVID-19 sekitar 2,2 (1,4–3,8),
yang mengindikasikan bahwa potensi penularan dari
manusia ke manusia secara berkelanjutan.
• Karakteristik penularan nampaknya sama besar
magnitudanya dengan SARS dan pandemi influenza,
menunjukkan risiko penyebaran global.
23
Sumber: Riou and Althaus, 2020. Rapid Communication: Pattern of early human-to-
human transmission of Wuhan 2019 novel coronavirus (2019-nCoV), December 2019 to
January 2020. Euro Surveill. 2020;25(4).
24. Perjalanan manusia mempercepat
penyebaran COVID-19
• Untuk mengantisipasi penyebaran virus yang sudah sampai
ke 27 negara, lebih dari 60 maskapai penerbangan dunia
telah membatalkan rute penerbangan pesawat ke China
dan banyak negara telah memberlakukan larangan
penerbangan ke dan dari China.
• Beberapa maskapai penerbangan di Indonesia sudah
menghentikan rute penerbangan ke China, termasuk
maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia.
• Dengan situasi dimana sudah terbukti terjadi penularan dari
manusia ke manusia (H-to-H transmission), maka
probabilitas penularan untuk populasi manusia di Indonesia
dipertimbangkan sebagai tinggi.
24
25. Penyebaran global dari COVID-19
(per 9 Februari 2020)
25
Total
kematian
813
(2,1%)
Kasus
terkonfirmasi
37,564
Negara
terdampak
28
Orang
dikarantina
56 juta
26. “We're humans. You cannot
control human movement”
Simon Reid, Associate professor of global disease
control at the University of Queensland
27. Rekomendasi WHO untuk
sektor kesehatan hewan
• Berdasarkan informasi yang tersedia, tidak diketahui jika
COVID-19 mempunyai dampak terhadap kesehatan hewan
dan tidak ada peristiwa tertentu yang dilaporkan pada spesies
hewan manapun.
• Rekomendasi umum, hewan sakit harus tidak boleh dipotong
untuk konsumsi; hewan mati harus dikubur secara aman atau
dimusnahkan, dan kontak dengan cairan tubuh hewan mati
tersebut harus dicegah dengan menggunakan pakaian
pelindung.
• Dokter hewan harus mempertahankan tingkat kewaspadaan
tinggi dan melaporkan setiap peristiwa yang tidak biasa yang
terdeteksi pada setiap spesies hewan yang ada di pasar ke
pihak otoritas veteriner.
27Sumber: https://www.who.int/health-topics/coronavirus/ (7 January 2020)
28. Penilaian risiko masuknya virus-virus
kelelawar ke Indonesia
• Rujukan dalam presentasi ini: Simons R.R.L. et al. A Generic
Quantitative Risk Assessment Framework for the Entry of Bat-
Borne Zoonotic Viruses into the European Union. PLoS ONE
11(10): e0165383.
• Suatu kerangka ‘risk assessment’ untuk introduksi virus-virus
asal kelelawar(bat-borne viruses) ke Uni Eropa melalui
sejumlah rute yang diidentifikasi sebelumnya, yaitu:
– perjalanan orang;
– perdagangan legal (seperti bahan makanan, buah dan
produk asal hewan);
– lalu lintas hewan hidup; dan
– importasi ‘bushmeat’ ilegal.
• Studi ini digunakan untuk mengilustrasikan secara kualitatif,
risiko masuknya suatu virus kelelawar ke Indonesia.
29. T
Perjalanan orang Perdagangan legal Satwa liar Impor bushmeat
Probabilitas
penumpang
terinfeksi di
negara
pengekspor
Probabilitas
orang
terinfeksi
masuk
Indonesia
Probabilitas
paling tidak
satu orang
terinfeksi
masuk
Indonesia
Prevalensi
infeksi
pada manusia di
negara
pengekspor
Waktu
sampai timbul
gejala klinis
Jumlah
penumpang
ke Indonesia
Probabilitas
produk
terkontaminasi
Probabilitas
produk pada
saat masuk
ke Indonesia
Probabilitas
paling tidak
satu produk
terkontaminasi
masuk Indonesia
Prevalensi infeksi
pada spesies
reservoir di
negara pengekspor
Waktu sampai
timbul gejala
klinis
Jumlah produk
yang diekspor
ke Indonesia
Probabilitas
hewan
terinfeksi
Probabilitas
Hewan
terinfeksi
saat masuk
ke Indonesia
Probabilitas
paling tidak
satu hewan
terinfeksi
masuk Indonesia
Prevalensi infeksi
pada spesies
reservoir di
negara pengekspor
Kerusakan virus
krn lingkungan,
pemrosesan
dan transportasi
ke Indonesia
Jumlah hewan
yang
melakukan
perjalanan ke
Indonesia
Prevalensi infeksi
pada spesies
reservoir di
negara
pengekspor
Probabilitas
konsinyasi
‘bushmeat’
terkontaminasi
Data
penyitaan
Probabilitas
orang
membawa
‘bushmeat’ ke
Indonesia
Probabilitas
paling tidak satu
konsinyasi
’bushmeat’
terkontaminasi
masuk
Indonesia
Jumlah
bushmeat
yang diimpor
ke Indonesia
Risko keseluruhan masuk Indonesia
Sumber: Modifikasi dari
Simons R.R.L. et al. (2016).
PLoS ONE 11(10): e0165383
Pengawasan
Kemenkes
HIGH NEGLIGIBLE LOW VERY
LOW
30. Penutup
• Pemahaman tentang sumber virus corona pada kelelawar
sangat membantu dalam prediksi dan pencegahan
kemunculan pandemi di masa yang akan datang.
• Untuk mengurangi risiko zoonosis baru muncul (emerging
zoonoses), masyarakat harus diedukasi mengenai risiko
yang dikaitkan dengan satwa liar, daging satwa liar
(bushmeat), dan perdagangan hewan peliharaan eksotik.
• Melakukan surveilans yang efektif adalah sangat penting
untuk deteksi dini dan mitigasi risiko penyakit-penyakit
zoonosis baru muncul, yang dapat bertujuan untuk:
menghasilkan keuntungan sosio-ekonomi penting, termasuk
mengurangi biaya penanganan penyakit jangka panjang,
melindungi biodiversitas dan layanan ekosistem, serta
berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan
ternak.
30
31. Terima kasih
31
“There is still reason to
believe the growing
coronavirus outbreak in
China can be contained,
pointing to some evidence
that the disease may not be
spreading as rapidly as is
feared.”
Dr. Mike Ryan, head of the WHO’s
Emergencies Program