Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Berikut merupakan referensi penetapan dalam analisis kimia kuantitatif konvensional berdasarkan pengukuran berat ( Gravimetri ) sebagai bahan pertimbangan dalam laporan atau informasi .
Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan-tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna.
Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi kertas yang cukup mudah sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen-komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan zat pewarna pada spidol seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya.
Setiap tumbuhan yang memiliki warna disebabkan karena tumbuhan itu mengandung pigmen warna didalamnya sehingga tumbuhan-tumbuhan memiliki perbedaan warna yang beragam karena adanya pigmen yang beragam. Dalam satu tumbuhan bunga ataupun daunnya pun tidak dipastikan hanya memiliki satu jenis pigmen warna, dalam satu jenis tumbuhan dapat diperkirakan terdiri dari beberapa komponen pigmen berwarna.
Untuk menganalisis secara kualitatif komponen pigmen apa saja yang terdapat dalam tumbuhan kita dapat menguunakan metode kromatografi kertas yang cukup mudah sehingga kita juga dapat mengisolasi komponen-komponen pigmen dalam suatu bagian tumbuhan yang diinginkan. Dengan konsep yang tidak berbeda dengan pemisahan zat pewarna pada spidol seperti yang telah kita lakukan dipraktikum sebelumnya.
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
1. ACARA VI
KROMATOGRAFI KERTAS
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara VI Kromatografi Kertas adalah:
a. Untuk mengetahui nilai Rf dari masing-masing sampel baik pada metode
kromatografi kertas maupun kromatografi lapis tipis.
b. Untuk mengetahui apakah sampel bahan makanan mengandung pewarna
makanan, pewarna alami, atau pewarna tekstil.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu
memerlukanperhatian yang lebih besar daripada aditif lunak(bland) seperti
emulsifier.Pewarna panganalami adalah diekstraksi dan diisolasi
dari277tanaman dan hewan yang berbeda yang tidakmemberikan efek
yang membahayakan sehingga mereka dapat digunakan dalam beberapa
pangandalam jumlah tertentu.Pewarna ini memilikikestabilan yang rendah,
kurang cerah dan tidakmerata, namun sangat murah.Namun,
pewarnasintetik dan produk metabolitnya jika dikonsumsi dalam jumlah
besar memungkinkantoksik dan menyebabkan kanker, deformasi danlain-
lain (Sumarlin, 2010).
Pewarna sintetik untuk tekstil untuk mewarnai bahan pangan
karena harga zat pewarna untuk tekstil jauh lebih murah dibandingkan
dengan harga zat pewarna untuk pangan.Selain itu warna dari zat pewarna
tekstil biasanya lebih menarik. Di Indonesia, dari hasil uji beberapa jenis
bahan makanan oleh BPOM telah ditemukan kandungan bahan berbahaya
dalam bahan makanan, antara lain rhodamin B (pewarna tekstil, kertas,
dan cat) dan methanol yellow. Penggunaan pewarna tekstil pada makanan
atau minuman jelas merugikan kesehatan.Hal ini dikarenakan adanya
2. residu logam berat dalam makanan atau minuman tersebut
(Liedyawati, 2013).
Pemakaian zatwarna yang berasal dari tanaman dan hewan ini
telahbanyak dilakukan oleh para pengrajin tenun ikat, namunyang paling
banyak digunakan adalah yang berasal daridaun tanaman yang diperoleh
dari hutan.Pemanfaatan pewarna alami dalam pembuatan kain tenun ikat
ini lebihdigemari daripada pewarna sintetik karena dapatmemberikan
keistimewaan tersendiri.Selain itu,penggunaan pewarna alami dapat
memberikanbeberapa keuntungan, karena tidak toksik terhadap kulit,lebih
murah dan tahan lama(Ati, 2006).
Warna merupakan salah satu unsur sensoris yang penting untuk
makanan.Pada pengolahan bahan makanan, pewarna sering ditambahkan
untuk memperkuat warna asli makanan.Pewarna makanan yang digunakan
sebaiknya adalah pewarna alami. Berkaitan dengan perlunya pemakaian
pewarna makanan alami, tim pengabdian kepada masyarakat turut
berperan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan
pewarna makanan alami dan mengajarkan cara-cara membuat pewarna
alami (Alaudin, 2005).
2. Tinjauan Teori
Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling
murah dan memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis tipis
preparatif (KLTP).Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam
jumlah gram, sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram.
KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai
dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam, terutama dari
laboratorium yang tidak dilengkapi dengan cara pemisahan modern.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memeriksa pengaruh ketebalan
penyerap terhadap kualitas pemisahan tetapi ketebalan yang paling sering
dipakai ialah 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20 x 20 cm
atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran pelat sudah
tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP.
3. Penyerap yang paling umum ialah silika gel dan dipakai untuk pemisahan
campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil.Untuk
pembuatan lapisan tanpa retak dianjurkan memakai penyerap niaga yang
tersedia. Ukuran partikel dan porinya kurang lebih sama dengan ukuran
tingkat mutu KLT. Pelat KLTP dapat dibuat sendiri atau dibeli dengan
sudag terlapisi penyerap (biasanya disebut pelat siap pakai atau pelat
pralapis).Keuntungan membuat pelat sendiri ialah bahwa ketebalan dan
susunan lapisan dapat kita atur sendiri.Pelarut yang baik ialah pelarut atsiri
(heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri
terjadi pelebaran pita.Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5-10%.Cuplikan
ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahan
bergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan tangan
(pipet) tetapi lebih baik dengan penotol otomatis (camag, desaga, dsb).
Untuk pita terlalu lebar, dapat dilakukan pemekatan dengan cara
pengembangan memakai pelarut polar sampai kira-kira 2 cm di atas
tempat penotolan. Kemudian pelat dikeringkan dan dielusi dengan pelarut
yang diinginkan.Pelat pralapis khusus dengan daerah pemekatan dapat
dibeli (Hostettmann, dkk, 1995).
Teori kolom kromatografi cair secara kualitatif akan membantu
dalam mengoptimumkan pemisahan. Penguasaan teori kolom KC akan
bermanfaat pula dalam memahami pentingnya beberapa ciri rancangan dan
pertelaan yang mencirikan alat kromatografi. Pemisahan secara
kromatografi yang berhasil baik berkaitan dengan mengkompromikan
daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis atau
kecepatan seperti digambarkan dalam segitiga kromatografiwan.Tujuan
kromatografi ialah memisahkan komponen cuplikan dalam waktu yang
masuk akal, menjadi pita atau puncak, ketika cuplikan itu bergerak melalui
kolom. Daya pisah, R, antara dua puncak dapat diukur secara kuantitatif
seperti:
R = =
4. (Johnson dan Stevenson, 1991).
Pemisahan suatu campuran ke dalam komponen-komponen mereka
penting dalam semua cabang kimia dan tak kalah penting dalam banyak
bidang lain dimana teknik-teknik kimia dipergunakan dalam memecahkan
masalah-masalah yang sangat beraneka. Dengan memanfaatkan metode
kromatografi, pemisahan dalam banyak kasus dicapai dengan jauh lebih
cepat dan efektif daripada sebelumnya, dan banyak pemisahan berhasil
secara rutin yang tak akan pernah diusahakan dengan teknik lain
sebelumnya (Day, 2005).
Kromatografi lapis tipis digunakan secara luas untuk analisa
kualitatif atau pemisahan campuran dalam jumlah yang kecil. Analisa ini
bekerja berdasarkan pada distribusi fasa cair-padat. Sebagai fasa padat
berupa lapisan tipis bubur alumina atau silica gel yang menempel pada
permukaan selembar lempeng kaca, sedangkan sebagai fasa cairnya adalah
eluen yang digunakan untuk membawa zat yang diperiksa bergerak
melalui fasa padat (Husni, dkk, 2008).
Kromatografilapis tipis (KLT) adalah teknikkromatografiyang
digunakanuntuk memisahkan campuran. Kromatografi lapis tipisdilakukan
padaselembar kaca, plastik, atau aluminiumfoilyangdilapisi dengan
lapisantipis bahanadsorben, biasanya gel silika, aluminiumoksida, atau
selulosa(kertaspenghisap tinta). Lapisanadsorben inidikenal sebagaifase
diam. Setelahsampeltelah diterapkandi piring,
campuranpelarutataupelarut(dikenalsebagai fase gerak)
piringdisusunmelaluikapiler.Karenaanalit yang berbedaTLCnaikpelatpada
tingkat yang berbeda, pemisahantercapai.Kromatografi lapis
tipismenggunakanpiringkaca tipisdilapisi denganaluminiumoksida
ataubaiksilikagelsebagaifase padat. Fase gerakadalah pelarutyang
dipilihsesuai dengansifat-sifat komponendalam campuran.
PrinsipTLCadalah distribusisenyawaantara fasetetappadat (lapisan
tipis)diterapkan padagelas ataupiring plastikdanfase gerakcair (pelarut
eluting) yang bergerakselamafase padat. Sejumlah kecilsenyawaatau
5. campuran iniditerapkan padatitik awaltepat di atasbagian bawah
piringTLC. NilaiRƒ:Perilakusenyawaindividu dalamTLCditandai
dengankuantitas. Dikenal sebagaiRƒdan dinyatakansebagaipecahan
desimal. Rƒdihitungdengan membagijaraktempuhsenyawadariposisi
semuladengan jarakpelarutperjalanan dariposisi semula(depan pelarut).
Rƒ =
(Bele, dkk, 2011)
Pada kromatografi lapis tipis atau Thin Layer Chromatography
(TLC), fase diam mempunyai peranan penting pada analisis, baik
kuantitaif maupun kualitatif.Keseragaman dan ukuran partikel adsorben
sangat menentukan keberulangan data analisis kuantitatif.Karakteristik
kromatografi ditentukan terutama oleh parameter fisika.Oleh sebab itu,
lempeng TLCdengan ukuran partikel kecil dan keseragaman ukuran
partikel baik, diperlukan untuk mendapatkan hasil analisis yang baik.Ada
dua macam TLC yang beredar di pasaran, yaitu TLC konvensional dan
HPTLC (Wulandari, 2007).
Kromatografiadalahistilah kolektifuntuk satu setteknik
laboratoriumuntuk pemisahancampuran. Campurandilarutkan dalam
cairanyang disebut"fase gerak", yang membawanya melaluistruktur
holdingbahanlain yang disebut"fase diam".
Berbagaikonstituendariperjalanancampuranpada kecepatan yang berbeda,
menyebabkan merekauntuk memisahkan. Pemisahanini didasarkan
padapartisiyang berbeda antarafasemobile dan stasioner. Perbedaan yang
halus dalammenghasilkan koefisienpartisisenyawa
dalamretensidiferensialpadafasestationer dan dengan
demikianmengubahpemisahan.Kromatografimungkinpreparatifatauanalitis
. Tujuan darikromatografipreparatifadalahuntuk memisahkan
komponendari campuranuntuk digunakan lebih lanjut(demikian
merupakanbentukpemurnian). Kromatografianalitisdilakukansecara
normaldenganjumlah yang lebih kecildaribahandanuntuk
6. mengukurproporsi relatifanalitdalam campuran. Keduanyatidak saling
eksklusif. Integritaskimiakomponensampelsensitifdapat
dipertahankanbahkan dengan
penggunaanaktifadsorbensilika gel (Kulkarni, 2011).
Kromatografi kertas pertama kali diperkenalkan oleh Consden,
Gordon, dan Martin pada tahun 1941.Pada kromatografi kertas, campuran
sampel diteteskan pada kertas dan batas migrasi pelarut ditandai.Setelah
kertas dikeringkan, posisi senyawa-senyawa yang ada dalam sampel
dilihat dengan reaksi pewarnaan yang sesuai. Nilai Rf pada kromatografi
kertas adalah rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang
ditempuh oleh pelarut. Nilai Rf kurang lebih konstan untuk senyawa
tertentu, sistem pelarut, dan kertas dibawah kondisi konsentrasi zat
terlarut, suhu, dan pH yang terkontrol dengan baik (Bintang, 2010).
C. Metodologi
1. Alat
a. Kertas kromatografi (Whatman No.1 dan TLC) berukuran 5 x 10 cm
b. Wadah/bejana kromatografi dan tutupnya
c. Pipet tetes
d. Gelas ukur
e. Penggantung atau pengait kertas
f. Gunting kertas
g. Pensil
h. Penggaris
2. Bahan
a. Pewarna makanan
b. Pewarna tekstil
c. Pewarna alami
d. Bahan makanan
e. Larutan etanol
f. Aquades
7. 3. Cara kerja
a. Persiapan kertas kromatografi atau spotting
Kertas dipotong sesuai dengan ukuran (5 x 10 cm).
Kertas diberi penggantung/pengait.
Diberi nomor titik disebelah luar kertas.
Ditandai beberapa titik tints dengan pipet tetes/syringe (besarnya
tidak boleh melebihi 2 mm) berjarak 1 cm satu sama lain atau tarik
garis hitam dengan spidol diatas garis pensil. Spotting dapat
dilakukan berkali-kali dengan mengeringkan spot sebelumnya
terlebih dahulu.
Ditarik satu garis lurus sejajar berjarak 2 cm dari salah satu sisi
kertas tersebut menggunakan pensil hitam.
8. b. Developing
Pelarut sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam wadah/bejana
kromatografi kemudian ditutup untuk menunggu sampai seluruh
bejana jenuh oleh pelarut.
Ditandai batas tertinggi aliran pelarut dan gerakan sampel tinta
hitam dengan pensil.Kertas dibiarkan sampai mongering.
Setelah pelarut mencapai ketinggian ¾ kertas, kertas dikeluarkan
dari wadah/bejana.
Wadah/bejana ditutup dengan kertas alumunium foil dan dibiarkan
beberapa saat sampai pelarut menyentuh ¾ bagian kertas.Amati
pergerakan pelarut dan sampel tinta.
Kertas kromatografi kemudian dimasukkan ke dalam wadah/bejana
kromatografi dengan bagian ujung yang telah diberi titik/spot tinta
dibagian bawah.Perbukaan larutan dalam wadah/bejana harus
berada dibawah garis tempat kedudukan titik/spot.Kertas dalam
posisi lurus (tidak melengkung) yang dapat ditahan dengan
penggantung.
9. D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Percobaan
Tabel6.1 Hasil Pengukuran Kromatografi Kertas Lapis Tipis
Kel. Warna Jenis Sampel
Jarak
Sampel
(cm)
Jarak
Pelarut
(cm)
Rf
1 Hijau Pewarna Makanan 2,5 5,5 0,4545
Hijau Pewarna Tekstil 4,7 5,5 0,8545
Kuning Pewarna Alami
(Kunyit)
0 5,5 0
Merah Bahan Makanan
(Kerupuk A)
5 5,5 0,9090
3 Kuning Pewarna Makanan 1,2 5,3 0,2264
Kuning Pewarna Tekstil 3,8 5,3 0,7169
Kuning Pewarna Alami
(Kunyit)
3 5,3 0,5660
Merah Bahan Makanan
(Kerupuk B)
4,2 5,3 0,7924
5 Merah Pewarna Makanan 0 5,5 0
Hijau Pewarna Tekstil 5,2 5,5 0,9454
Merah
Ungu
Pewarna Alami
(Buah Bit)
5,2 5,5 0,9454
Kuning Bahan Makanan
(Sirup Lemon A)
3,9 5,5 0,7090
7 Ungu Pewarna Makanan 3,3 5,5 0,6000
Merah Pewarna Tekstil 5 5,5 0,9090
Merah
Ungu
Pewarna Alami
(Buah Bit)
4,7 5,5 0,8545
Kuning Bahan Makanan
(Sirup Lemon B)
4,1 5,5 0,7454
9 Hijau
(Daun Suji)
Pewarna Makanan
1,5 5,5 0,2727
Kuning Pewarna Tekstil 3,8 5,5 0,6909
Kuning Pewarna Alami
(Kunyit)
0 5,5 0
Hijau Bahan Makanan
(Sirup Hijau A)
4,8 5,5 0,8727
11 Hijau Pewarna Makanan 2,4 5,4 0,4444
Merah Pewarna Tekstil 4,4 5,4 0,8148
Merah
Ungu
Pewarna Alami
(Buah Bit)
4,5 5,4 0,8333
Hijau Bahan Makanan 3,8 5,4 0,7037
10. (Sirup Hijau A)
Sumber: Laporan Sementara
Kromatografi kertas pertama kali diperkenalkan oleh Consden,
Gordon, dan Martin pada tahun 1941.Pada kromatografi kertas, campuran
sampel diteteskan pada kertas dan batas migrasi pelarut ditandai.Setelah
kertas dikeringkan, posisi senyawa-senyawa yang ada dalam sampel
dilihat dengan reaksi pewarnaan yang sesuai. Nilai Rf pada kromatografi
kertas adalah rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang
ditempuh oleh pelarut. Nilai Rf kurang lebih konstan untuk senyawa
tertentu, sistem pelarut, dan kertas dibawah kondisi konsentrasi zat
terlarut, suhu, dan pH yang terkontrol dengan baik (Bintang, 2010).
Pengaruh nilai Rf terhadap sampel dapat dilihat pada hasil jarak
sampel yang terbentuk pada kertas kromatografi lapis tipis. Jarak sampel
yang terbentuk ini tergantung dari kelarutan sampel terhadap pelarut yang
digunakan. Jika sampel tersebut juga merupakan larutan yang polar maka
akan larut sangat baik dalam pelarut etanol yang merupakan pelarut polar.
Jika sampel bukan merupakan larutan yang polar maka pelarut akan sulit
untuk melarutkan sampel dan menarik pelarut sampai pada ¾ bagian
kertas semaksimal mungkin. Semakin besar jarak sampel yang didapatkan
maka nilai Rf akan semakin besar pula. Sesuai dengan teori dari
(Bele, 2011) bahwa Rf = Jarak sampel dari titik awal / jarak pelarut dari
titik awal, menunjukkan bahwa nilai Rf sebanding dengan jarak sampel.
Besarnya jarak sampel juga dipengaruhi dari warna sampel yang
tergambar dalam kertas kromatografi.Warna sampel sebelum dan sesudah
yang secara signifikan menunjukkan perubahan terpada pada sampel
pewarna tekstil dan pewarna alami.Pada sampel pewarna alami warnanya
lama-kelamaan menjadi pudar.Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh sifat
pewarna alami yang berupa pigmen mudah larut dalam pelarut non
polar.Pada pewarna tekstil warna awal dan warna hasil akhir sangat
berbeda sekali.Kemungkinan karena penguraian warna akibat pemberian
pelarut etanol pada sampel tersebut.Pada Jurnal milik (Putri, 2011)
11. dikatakan bahwa pewarna alami misalnya klorofil dapat mengalami
penurunan nilai kecerahan filtrat yang dihasilkan. Hal ini terjadi
dikarenakan dengan menggunakan larutan pengekstrak alkohol 85% akan
menyebabkan peningkatan konsentrasi warna gelap sebagai akibat
peningkatan total klorofil terekstrak dalam ekstrak daun suji. Klorofil
memiliki kemudahan terekstrak dengan pelarut organik seperti aseton,
alkohol, metanol, etil asetat, piridin dan dimetilformamid.Dari jurnal ini
dapat diketahui bahwa alkohol dapat menyebabkan hal yang sama pada
pewarna alami yang lain seperti pewarna almi kunyit dan buah bit.
Penguraian warna pada sampel pewarna tekstil dan alami ini juga diikuti
dengan besarnya jarak sampel dari titik awalnya yang menyebabkan nilai
Rf juga besar. Kemungkinan ini disebabkan oleh larutnya sampel pada
pelarut etanol yang digunakan dalam percobaan.
Nilai Rf pada masing-masing sampel pada kromatografi lapis tipis
menunjukkan perbedaaan yang tergantung pada jenis sampelnya.Nilai Rf
dari sampel pewarna makanan dari kelompok 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 secara
berturut-turut sebesar: 0,4545; 0,2264; 0; 0,6000; 0,2727; dan 0,444. Nilai
Rf dari sampel pewarna tekstil dari kelompok 1, 3, 5, 7, 9, dan 11 secara
berturut-turut sebesar: 0,8545; 0,7169; 0,9454; 0,9090; 0,6909; dan
0,8148. Nilai Rf dari sampel pewarna alami dari kelompok 1, 3, 5, 7, 9,
dan 11 secara berturut-turut sebesar: 0; 0,5660; 0,9454; 0,8545; 0; dan
0,8333. Nilai Rf dari sampel bahan makanan dari kelompok 1, 3, 5, 7, 9,
dan 11 secara berturut-turut sebesar: 0,9090; 0,7924; 0,7090; 0,7454;
0,8727; dan 0,7037. Pada sampel pewarna makanan nilai Rf relatif kecil.
Pada sampel pewarna tekstil nilai Rf relatif paling tinggi diantara sampel
yang lain. Hal ini disebabkan karena pada pewarna tekstil jarak sampel
dari titik awalnya lebih besar dari pewarna yang lain sehingga dapat
menghasilkan nilai Rf yang lebih tinggi dari yang lain. Pada sampel
pewarna alami nilai Rf paling kecil diantara sampel yang lain.Hal ini
disebabkan karena pada pewarna alami jarak sampel dari titik awalnya
lebih kecil dari pewarna yang lain sehingga dapat menghasilkan nilai Rf
12. yang lebih kecil pula dari yang lain. Pada Jurnal milik (Ati, 2006)
dikatakan bahwa metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yang
menggunakan fase diam polar dan fase gerak dominansinonpolar akan
menyebabkan pewarna alami bersifatnonpolar bergerak mengikuti fase
gerak sehinggamemiliki nilai Rf lebih tinggi, sedangkan pewarna alai
polarcenderung memiliki afinitas yang kuat terhadap fasediam dan
bergerak lebih lambat, sehingga memiliki Rfrendah.Pada sampel bahan
makanan nilai Rf lebih tinggi dari pewarna makanan dan pewarna alami.
Nilai Rf bahan makan hampir sama dengan nilai Rf pewarna
tekstil. Nilai bahan makanan dapat diindikasikan menggunakan pewarna
tekstil karena nilaiRf nya hampir sama. Pada Jurnal (Liedyawati, 2013)
dicontohkan bahwa Rhodamin B merupakan pewarna tekstil yang
disalahgunakan sebagai pewarnaan kerupuk, terasi, dan jajanan lain yang
bewarna terang. Jadi kemungkinan bahan makanan yang digunakan dalam
kerupuk A, kerupuk B, sirup lemon A, sirup lemon B, dan sirup hijau A
menggunakan pewarna tekstil karena nilai Rf nya hampir sama.
Nilai Rf yang dihasilkan pada percobaan Acara VI dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jenis adsorben, fase
gerak, temperatur, ketebalan lapisan, massa sampel, dan teknik
kromatografi. Perbedaan jenis adsorben akan menghasilkan nilai Rf yang
berbeda pula. Kemurnian pelarut harus pada fase gerak harus terkontrol
karena hal ini akan mempengaruhi nilai Rf. Selanjutnya, pengaturan
temperatur, ketebalan lapisan, massa sampel, dan memperhatikan teknik
kromatografi juga dapat mempengaruhi nilai Rf yang dihasilkan
(Bele, 2011).
Fungsi penambahan etanol pada percobaan adalah untuk
mendisosiasi sampel agar sampel dapat terpartisi dengan baik.Sampel
mudah terpartisi karena sampel-sampel tersebut mudah terdissosiasi oleh
pelarut, selain itu kepolaran antara sampel dan pelarut juga mempengaruhi.
Semakin dekat kepolaran antara sampel dan pelarut maka sampel akan
semakin mudah terpartisi.
13. Perbedaan kromatografi TLC dan kromatografi kertas menurut
sumber internet (Koi, 2012)yakni pada teknik TLC/KLT fasa diam
(terutama silika, alumina, dan selulosa) dilapiskan di permukaan sebuah
plat pendukung (umumnya dibuat dari bahan kaca atau lembaran logam
Al). Bila noda telah kering plat diletakkan secara vertikal dalam bejana
yang sesuai dengan tepi yang di bawah dicelupkan dalam fasa bergerak
yang terpilih, maka pemisahan kromatografi penaikan akan diperoleh.
Sedangkan pada kromatografi kertas termasuk dalam kelompok
kromatografi planar, dimana pemisahannya menggunakan medium
pemisah dalam bentuk bidang (umumnya bidang datar) yaitu bentuk
kertas.Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan
atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak(cairan atau
gas).Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-
komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang
berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.Selain itu, perbedaan
penggunaan kertas ini menyebabkan terjadinya perbedaan kecepatan
waktu pemisahan larutan pada kedua kertas tersebut.Kecepatan pemisahan
larutan pada kertas whatman lebih cepat dibanding kecepatan pemisahan
larutan pada kertas TLC.Warna sampel ketika pemisahan dengana kertas
TLC lebih sukar hilang dibanding dengan menggunakan kertas whatmann.
Nilai Rf dengan menggunakan kertas whatmann lebih besar dari kertas
TLC karena pori-pori dari kertas whatmann lebih besar disbanding kertas
TLC sehingga penyerapan alkohol lebih cepat dan lebih melarutkan
sampel-sampelnya.
14. Tabel 6.2 Hasil Pengukuran Kromatografi Kertas TLC
Kel. Warna Jenis Sampel
Jarak
Sampel
(cm)
Jarak
Pelarut
(cm)
Rf
2 Hijau Pewarna Makanan 2,6 5,5 0,4727
Hijau Pewarna Tekstil 5 5,5 0,9090
Kuning Pewarna Alami
(Kunyit)
3,8 5,5 0,6909
Merah Bahan Makanan
(Kerupuk A)
4,7 5,5 0,8545
4 Kuning Pewarna Makanan 1,9 5,5 0,3454
Kuning Pewarna Tekstil 4,8 5,5 0,8727
Kuning Pewarna Alami
(Kunyit)
3,8 5,5 0,6909
Merah Bahan Makanan
(Kerupuk B)
3,7 5,5 0,6727
6 Merah Pewarna Makanan 3,3 5,5 0,6000
Hijau Pewarna Tekstil 4,3 5,5 0,7818
Merah Ungu Pewarna Alami
(Buah Bit)
4,4 5,5 0,8000
Kuning Bahan Makanan
(Sirup Lemon A)
3,6 5,5 0,6545
8 Ungu Pewarna Makanan 4,3 5,5 0,7818
Merah Pewarna Tekstil 5,1 5,5 0,9272
Merah Ungu Pewarna Alami
(Buah Bit)
4,8 5,5 0,8727
Kuning Bahan Makanan
(Sirup Lemon B)
4,1 5,5 0,7454
10 Hijau (Daun
Suji)
Pewarna Makanan
3,2 5,5 0,5818
Kuning Pewarna Tekstil 3,8 5,5 0,6909
Kuning Pewarna Alami
(Kunyit)
2,9 5,5 0,5272
Hijau Bahan Makanan 3,5 5,5 0,6363
15. (Sirup Hijau A)
Sumber: Laporan Sementara
Kromatografi TLC adalah teknik kromatografi yang digunakan
untuk memisahkan larutan.Kromatografi pertama kali ditemukan oleh
M.Tswett pada tahun 1906. TLC di gunakan pada selembar gelas, plastik,
atau alumunium foil yang dilapisi dengan lapisan tipis material absorben.
Material absorben tersebut biasanya berupa silica gel, alumunium oksida
atau selulosa (blotter paper).Fase pergerakan TLC adalah saat pelarut
dipilih berdasarkan komposisi dari komponen dalam larutan.Prinsip TLC
adalah distribusi komponen antara fase padat tetap (lapisan tipis)
digunakan pada gelas atau piring plastik dan fase pergerakan cairan yang
berpindah melewati fase padat (Bele, 2011).
Pengaruh nilai Rf terhadap sampel dapat dilihat pada hasil jarak
sampel yang terbentuk pada kertas kromatografi lapis tipis. Jarak sampel
yang terbentuk ini tergantung dari kelarutan sampel terhadap pelarut yang
digunakan. Jika sampel tersebut juga merupakan larutan yang polar maka
akan larut sangat baik dalam pelarut etanol yang merupakan pelarut polar.
Jika sampel bukan merupakan larutan yang polar maka pelarut akan sulit
untuk melarutkan sampel dan menarik pelarut sampai pada ¾ bagian
kertas semaksimal mungkin. Semakin besar jarak sampel yang didapatkan
maka nilai Rf akan semakin besar pula.
Besarnya jarak sampel juga dipengaruhi dari warna sampel yang
tergambar dalam kertas kromatografi.Warna sampel sebelum dan sesudah
yang secara signifikan menunjukkan perubahan terpada pada sampel
pewarna tekstil dan pewarna alami.Pada sampel pewarna alami warnanya
lama-kelamaa menjadi pudar.Hal ini kemungkinan dikarenakan oleh sifat
pewarna alami yang berupa pigmen mudah larut dalam pelarut non
polar.Pada pewarna tekstil warna awal dan warna hasil akhir sangat
berbeda sekali.Kemungkinan karena penguraian warna akibat pemberian
pelarut etanol pada sampel tersebut. Penguraian warna pada sampel
pewarna tekstil dan alami ini juga diikuti dengan besarnya jarak sampel
16. dari titik awalnya yang menyebabkan nilai Rf juga besar. Kemungkinan ini
disebabkan oleh larutnya sampel pada pelarut etanol yang digunakan
dalam percobaan.
Nilai Rf pada masing-masing sampel pada kromatografi TLC
menunjukkan perbedaaan yang tergantung pada jenis sampelnya.Nilai Rf
dari sampel pewarna alami dari kelompok 2, 4, 6, 8, dan 10 secara
berturut-turut sebesar: 0,6909; 0,6909; 0,8000; 0,8727; dan 0,5272. Nilai
Rf dari sampel pewarna tekstil dari kelompok 2, 4, 6, 8, dan 10 secara
berturut-turut sebesar: 0,9090; 0,8727; 0,7818; 0,9272; dan 0,6909. Nilai
Rf dari sampel pewarna makanan dari kelompok 2, 4, 6, 8, dan 10 secara
berturut-turut sebesar: 0,4727; 0,3454; 0,6000; 0,7818; dan 0,5818. Nilai
Rf dari sampel bahan makanan dari kelompok 2, 4, 6, 8, dan 10 secara
berturut-turut sebesar: 0,8545; 0,6727; 0,6545; 0,7454; dan 0,6363. Pada
sampel pewarna makanan nilai Rf relatif kecil. Pada sampel pewarna
tekstil nilai Rf relatif paling tinggi diantara sampel yang lain. Pada sampel
pewarna alami nilai Rf relatif tinggi. Pewarna alami merupakan pewarna
yang bersifat polar sedangkan pewarna tekstil merupakan pewarna yang
bersifat non polar.Pada Jurnal milik (Ati, 2006) dikatakan bahwa metode
KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yang menggunakan fase diam polar dan
fase gerak dominansinonpolar akan menyebabkan pewarna alami
bersifatnonpolar bergerak mengikuti fase gerak sehinggamemiliki nilai Rf
lebih tinggi, sedangkan pewarna alami polarcenderung memiliki afinitas
yang kuat terhadap fasediam dan bergerak lebih lambat, sehingga memiliki
Rfrendah.Pada sampel bahan makanan nilai Rf relatif kecil. Nilai Rf bahan
makanan hampir sama dengan nilai Rf pewarna alami. Sehingga dapat
diindikasikan bahwa bahan makanan mengandung pewarna alami.
Pada percobaan Acara VI yang dilakukan oleh kelompok 6,
digunakan sampel pewarna makanan (merah), pewarna tekstil (hijau),
pewarna alami (ekstrak buah bit), dan bahan makanan (sirup lemon A).
Dari keempat sampel tersebut didapat urutan nilai Rf dari yang terbesar ke
yang terkecil adalah sebagai berikut: pewarna alami > pewarna tekstil >
17. bahan makanan > pewarna makanan. Adapun nilai Rf dari pewarna
makanan, pewarna tekstil, pewarna alami, dan bahan makanan secara
berturut-turut adalah 0,6000; 0,7818; 0,8000; dan 0,6545.
Pada jurnal (Putri, 2011) sampel pada pewarna alami dapat
mengalami perubahan warna karena pengekstrakandengan aseton 85 %
dan alkohol 85 %, diduga dengan menggunakan pelarut ekstrak alkohol
dan aseton akan menyebabkan terjadinya denaturasi protein yang mengikat
warna dalam sel sehingga warna dapat lepas dari ikatan dengan protein
dan ikut terekstrak dalam pelarut. Selain itu, penggunaan larutan alkohol
85% dan aseton 85% menyebabkan terjadinya penurunan nilai kecerahan
filtrat yang dihasilkan. Hal ini terjadi dikarenakan dengan menggunakan
larutan pengekstrak alkohol 85% dan aseton 85% akan menyebabkan
peningkatan konsentrasi warna gelap sebagai akibat peningkatan total
klorofil terekstrak dalam ekstrak daun suji.
Nilai Rf yang paling tinggi dari percobaan ini adalah Rf pewarna
tekstil. Pada jurnal (Liedyawati, 2013) nilai Rf dari pewarna tekstil
(Rhodamin B) sebesar 0,5567 dan pada pewarna tekstil methanil yellow
nilai Rf sebesar 0,7616. Jadi kemungkinan pewarna tekstil yang digunakan
dalam percobaan ini adalah methanil yellow.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diatas mengenai Acara VI
Kromatografi Kertas dapat disimpulkan bahwa:
a. Kromatografi adalah suatu cara pemisahan senyawa berdasarkan
perbedaan derajat kelarutan dalam dua macam pelarut atau lebih.
b. Nilai Rf adalah rasio jarak yang ditempuh oleh senyawa dan jarak yang
ditempuh oleh pelarut.
c. Nilai Rf dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis adsorben, fase
gerak, temperatur, ketebalan lapisan, massa sampel, dan teknik
kromatografi.
18. d. Dengan menggunakan kertas lapis tipis Whatmann No.1 diketahui
bahwa bahan makanan memiliki Rf yang hampir sama dengan pewarna
tekstil.
e. Dengan menggunakan kertas TLC diketahui bahwa bahan makanan
memiliki Rf yang hampir sama dengan pewarna alami.
f. Larutan alkohol dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerahan dari
warna filtrat yakni perubahan warna pada sampel.
19. DAFTAR PUSTAKA
Aludin, M. 2005. Sosialisasi Pembuatan Ekstrak Pewarna Alami Bagi Ibu-Ibu
PKK Desa Sukorejo Kecamatan Gunung Pati Semarang. Jurnal Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Semarang. 2005. Semarang.
Ati, Neltji Herlina, dkk. 2006. The Composition and The Content of Pigments
From Some Dyeing Plant For Ikat Weaving in Timorrese Regency, East
Nusa Tenggara. Indo Journal of Chemistry. 2006. Vol. 6, No.3, hal: 325-
331. Salatiga.
Bele, Arcana A, dkk. 2011. An Overview On Thin Layer Chromatography.
International Jornal Of Pharmaceutical Sciences and Research, Vol. 2, No.2,
256-267. India.
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga.Jakarta.
Day, RA. 2005. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga.Jakarta.
Hostettmann, K, dkk. 1995. Cara Kromatografi Preparatif Penggunaan pada
Isolasi Senyawa Alam.ITB Press.Bandung.
Husni, Elidahanum. 2008. Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan
Siap Saji Sosis.Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, 1-
6. Padang.
Johnson, Edward dan Robert Stevenson. 1991. Dasar-Dasar Kromatografi Cair.
ITB Press.Bandung.
Koi. 2012. http://foodandsnack.wordpress.com/2012/01/18/identifikasi-nilai-rf-
pada-analisa-warna-dengan-kromatografi-lapis-tipis-dan-kromatografi-
kertas/ .Diakses pada hari senin 20 Mei 2013 pukul 19.25.
Kulkarni, Naval, dkk. 2011. Centrifugal Thin Layer Chromatography. Asian
Journal of Pharmacy and Life Science Vol. 1 (3), July-Sept, 2011.
Liedyawati, Wenny. 2013. Penentuan Kelayakan Edar Es Lilil Tidak Bermerk
dan Tidak Berlabel di Kecamatan “X” Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan Pemanis dan Pewarna yang Digunakan. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya.Vol.2, No.1. 2013. Surabaya.
Putri, Widya Dwi Rukmi, dll. 2011. Ekstraksi Pewarna Alami Daun Suji Kajian
Pengaruh Blanching dan Jenis Bahan Pengekstrak. Jurnal Teknologi
Pertanian. Vol. 4, No.1, Hal 13-24. Malang.
20. Sumarlin, 2010.Identifikasi Pewarna Sintetis Pada Produk Pangan Yang Beredar
di Jakarta dan Ciputat. Jurnal FST UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Wulandari, Lestyo. Evaluasi Lempeng HPTLC Daur Ulang untuk Analisis
Kualitatif dan Kuantitatif. Jurnal SIGMA, Vol. 10, No.2, Juli 2007: 105-109.
Jember
LAMPIRAN
Analisis Hasil Percobaan
1. Pengukuran Kromatografi Kertas Lapis Tipis
a. Kelompok 1
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,4545
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,8545
c) Pewarna Alami
Rf = = 0
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,9090
b. Kelompok 3
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,2264
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,7169
c) Pewarna Alami
Rf = = 0,5660
Rf =
21. d) Bahan Makanan
Rf = = 0,7924
c. Kelompok 5
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,9454
c) Pewarna Alami
Rf = = 0,9454
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,7090
d. Kelompok 7
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,6000
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,9090
c) Pewarna Alami
Rf = = 0,8545
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,7454
e. Kelompok 9
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,2727
b) Pewarna Tekstil
22. Rf = = 0,6909
c) Pewarna Alami
Rf = = 0
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,8727
f. Kelompok 11
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,4444
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,8148
c) Pewarna Alami
Rf = = 0,8333
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,7037
2. Pengukuran Kromatografi Kertas TLC
a. Kelompok 2
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,4727
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,9090
c) Pewarna Alami
Rf = = 0,6909
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,8545
b. Kelompok 4
Rf =
23. a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,3454
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,8727
c) Pewarna Alami
Rf = = 0,6909
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,6727
c. Kelompok 6
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,6000
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,7818
c) Pewarna Alami
Rf = = 0,8000
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,6545
d. Kelompok 8
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,7818
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,9272
c) Pewarna Alami
Rf = = 0,8727
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,7454
24. e. Kelompok 10
a) Pewarna Makanan
Rf = = 0,5818
b) Pewarna Tekstil
Rf = = 0,6909
c) Pewarna Alami
Rf = = 0,5272
d) Bahan Makanan
Rf = = 0,6363
25. Gambar 6.1 Macam-macam Sampel Gambar 6.2 Warna Awal Sampel
Yang Diteteskan Pada
Absorben
Gambar 6.3 Warna Akhir Sampel
dalam Absorben