SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
ACARA III
OKSIDI-REDUKTOMETRI
A. Tujuan
Tujuan dari Acara III Oksidi-Reduktometri adalah:
1. Dapat melakukan titrasi iodometri secara langsung pada sampel.
2. Dapat menentukan kadar vitamin C secara langsung pada sampel.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan
hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera
melarut di dalam aquades mencakup berbagai senyawa organik netral
yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula, alkohol,
aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan
molekul aquades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus
hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton
(Lehninger, 1982).
Herlina (2010) menyebutkan tanaman cabai merupakan salah
satu komoditas hortikulturan yang memiliki nilai ekonomi penting di
Indonesia. Salah satu jenis cabai yang banyak digemari adalah cabai
kecil biasa disebut cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Sunarjono,
2010 menyatakan cabai dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun
dataran rendah. Akan tetapi, tanaman cabai tidak tahan terhadap
hujan, terutama pada waktu berbunga karena bunganya akan mudah
gugur (Maulidah dkk, 2012).
Godam (2006) menyatakan pada buah cabai terkandung
beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam buah cabai adalah vitamin
C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat
yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker dan secara
khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral
untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan
lain. Naidu (2003) menyatakan pula bahwa vitamin C merupakan
vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen.
Menurut Cahyono (2003), kandungan vitamin C pada cabai rawit
segar dalam 100 gram adalah 70 mg. Johnson et al. (1998)
menyatakan bahwa kandungan vitamin C pada cabai merah besar
lebih tinggi yaitu berada pada kisaran 150-200 mg/100g
(Rachmawati dkk, 2009).
Jeruk termasuk golongan buah non-klimakterik yaitu buah yang
tingkat respirasinya menjelang pemasakan akan meningkat lalu
menurun setelah lewat masak. Hal ini dapat menjadi petunjuk waktu
panen yang tepat, yaitu untuk menjaga perubahan-perubahan menjadi
masak yang terlalu cepat dan dapat disimpan lebih lama maka
pemanenan dilakukan agak lebih awal dari saat masak optimal
(Helmiyesi dkk, 2008).
Riana (2000) menyatakan bahwa buah jambu biji merah
diketahui mempunyai kandungan vitamin C dan beta karoten sehingga
dapat berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan daya tahan
tubuh. Hariyadi (2000) serta Achyat dan Rasyidah (2000) juga
menambahkan bahwa buah jambu biji juga kaya serat yang larut
dalam air dan pektin terutama di bagian kulitnya sehingga dapat
mengganggu penyerapan lemak dan glukosa yang berasal dari
makanan. Kandungan-kandungan dalam jambu biji merah
diperkirakan memiliki efek protektif terhadap kenaikan kadar lipid
dalam darah (Murini dkk, 2007).
2. Tinjauan Teori
Karena vitamin dibutuhkan pada diet manusia hanya dalam
jumlah miligram per hari, maka vitamin disebut mikronutrien. Istilah
ini digunakan untuk membedakannya dengan makronutrien seperti
karbohidrat, protein, dan lemak yang dibutuhkan pada diet manusia
dalam jumlah besar. Vitamin diperlukan hanya dalam jumlah sedikit
karena vitamin bekerja sebagai katalisator yang memungkinkan
transformasi kimia makronutrien yang secara bersama-sama disebut
metabolisme. Seperti halnya enzim, bentuk aktif vitamin hanya
terdapat pada konsentrasi rendah di dalam jaringan. Vitamin C (asam
askorbat) nampaknya berfungsi sebagai kofaktor dalam hidroksilasi
enzimatik residu prolin pada kolagen dari jaringan pengikat
vertebrata. Walaupun asam askorbat kelihatannya berfungsi dalam
pembentukan dan pertahanan komponen utama pada jaringan pengikat
hewan tingkat tinggi, tetapi masih belum dapat dipastikan bahwa
fungsi ini merupakan satu-satunya atau bahkan fungsi utama vitamin
ini (Lehninger, 1982).
Vitamin adalah senyawa organik esensial yang terdapat dalam
makanan nabati dan hewani dengan jumlah yang sangat kecil ikut
membantu mempertahankan kegiatan-kegiatan normal suatu jaringan.
Berbeda sekali dengan hormon yang dibentuk dalam kelenjar-kelenjar
dari jaringan tubuh. Vitamin berasal dari luar tubuh (makanan) dan
hormon dari dalam tubuh itu sendiri yang kemudian dialirkan melalui
saluran khusus ke seluruh tubuh manusia (Kusnawidjaja, 1987).
Menurut Bender (2003) dan Johnston et al. (2007), asam
askorbat adalah kofaktor dari berbagai reaksi fisiologis, termasuk
paskatranslasi hidroksilasi prolin dan lisin dalam kolagen dan jaringan
penghubung protein lain, ekspresi gen kolagen, sintesis norepineprin
dan hormon ardenal, aktifasi berbagai hormon peptida, dan sistesis
kartinin. Sedangkan menurut Byers dan Perry (1992) serta Bender
(2003), karena potensial redoksnya, asam askorbat memfasilitasi
absorpsi intestine besi dan saat sendiri berfungsi sebagai antioksidan
bagi sel sedangkan saat berpasangan berfungsi sebagai antioksidan
bagi aktifitas vitamin E (Phillips, 2010).
Asam askorbat (vitamin C) mempunyai faktor yang mirip
monosakarida, tetapi struktur ini mempunyai beberapa gambaran yang
tak lazim. Senyawa ini adalah lakton tak jenuh beranggota lima
dengan dua gugus hidroksil pada ikatan ganda-duanya. Struktur
enadiol seperti ini jarang ditemui. Akibat dari gugus ini, asam
askorbat mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Kedua
bentuk ini secara biologi aktif sebagai vitamin. Asam askorbat banyak
terdapat pada buah jeruk dan tomat. Kekurangan asam askorbat dalam
makanan menyebabkan sariawan, penyakit yang menyebabkan
melemahnya saluran darah, pendarahan, goyah gigi, kurangnya
kemampuan penyembuhan luka, dan akhirnya kematian (Hart, 1987).
Higdon, 2004 menyatakan vitamin C mempunyai sifat sebagai
antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat
diperlukan oleh tubuh seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam
nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan oksigen spesies
(Arifin dkk, 2007).
Vitamin C, asam askorbat, adalah zat gizi yang esensial untuk
manusia karena Homo sapiens kekurangan enzim L-gulonolakton
oksidase yang terdapat pada banyak spesies hewan lainnya. Asam
askorbat dibutuhkan untuk hidroksilasi prolin dalam sintesis kolagen
dan reaksi enzimatik lainnya yang membutuhkan pereduksi sejenis.
Defisiensi vitamin C menyebabkan sariawan yang ditandai dengan
kelemahan, pendarahan pada kulit, ecchymoses, gingival, dan
pendarahan subperiostel, serta kelainan perkembangan tulang anak-
anak (Olson et al., 1991).
Vitamin C adalah derivat heksosa dan cocok digolongkan
sebagai suatu karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk kristal berwarna
putih, sangat larut dalam air dan alkohol. Vitamin C stabil dalam
keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan,
apalagi dalam suasana basa. Asam askorbat mudah teroksidasi
menjadi asam dehidroaskorbat yang mudah pula tereduksi menjadi
asam askorbat. Vitamin C berfungsi sebagai senyawa pereduksi,
misalnya proteksi oksidasi pada metabolisme tirosin dan reduksi besi
ferri menjadi besi ferro dalam metabolisme besi (Suhardjo dkk, 1992).
Asam askorbat berwarna putih, membentuk kristal dan sangat
larut dalam air. Vitamin C hampir ditemukan sepenuhnya dalam
makanan nabati, yaitu sayuran dan buah-buahan segar tetapi tidak
ditemukan dalam serealia atau sayuran kacang-kacangan yang kering.
Jumlah asam askorbat pada buah-buahan dan sayuran sangat
bervariasi bahkan dalam varietas yang sama sekalipun. Asam askorbat
diperlukan untuk pembentukan semua jaringan tubuh, terutama dalam
pembentukan jaringan ikat. Asam askorbat juga membantu absorbsi
zat besi dalam usus halus (Gaman et al., 1981).
Vitamin C yang juga dikenal sebagai asam askorbat merupakan
senyawa antioksidan yang ditemukan pada berbagai buah dan sayuran
diketahui dapat mencegah perusakan jaringan. Vitamin C juga
diidentifikasi untuk mencegah aglutinasi sperma dengan membuatnya
lebih resultan pada fertilitas laki-laki. Beberapa doktor di Nigeria
secara rutin memberikan konsumsi vitamin C untuk penyembuhan
beberapa penyakit seperti demam, batuk, influenza, bengkak, luka,
gingivitis, penyakit kulit, diare, malaria, dan infeksi bakteri
(Ogunlesi et al., 2010).
Titrasi redoks adalah salah satu diantara jenis analisis yang
penting yang dilakukan dalam berbagai aplikasi. Iodin adalah agen
oksidasi yang bisa digunakan untuk mentitrasi agen reduksi yang kuat.
Iodine pada dasarnya adalah agen oksidasi kuat dan bisa mentitrasi
agen reduksi. Titrasi dengan I2 disebut metode iodometri. Titrasi
tersebut biasanya dilakukan dengan titran berupa senyawa netral atau
setengah alkalin (pH 8) dan titrat berupa larutan asam lemah. Jika pH
terlalu alkalin I2 akan terdisproporsionasi menjadi hipoiodat dan
iodida. Reaksi yang berlangsung adalah: I2 + 2 OH-
= IO-
+ I-
+ H2O.
Ion iodida adalah agen reduksi lemah dan akan mereduksi agen
oksidasi kuat. Iodida tidak digunakan sebagai titran karena kurangnya
perubahan visual dari indicator juga karena faktor lain seperti
kecepatan reaksi. Ketika sejumlah iodida ditambahkan pada larutan
agen oksidasi I2 diproduksi dalam jumlah yang ekuivalen dengan
jumlah agen oksidasi. I2 ini dapat dititrasi dengan agen reduksi dan
hasilnya akan sama seperti ketika agen oksidasi dititrasi secara
langsung. Agen titrasi yang digunakan adalah sodium tiosulfat.
Analisis dari agen oksidasi dengan cara tersebut disebut metode
iodometri (Christian, 1971).
C. Metodologi
1. Alat
a) Neraca analitik
b) Erlenmeyer
c) Labu takar
d) Beker glass
e) Pipet
f) Buret
2. Bahan
a) Aquades
b) Minuman kemasan (Nutrisari, Happy Jus, Country Choice, You-C
1000, dan Fruitamin)
c) Buah-buahan (Jeruk, jambu, belimbing, cabai rawit, cabai merah,
dan belimbing)
d) Vitamin tablet (IPI, Xon-C, Vit-C, dan Vitalong-C)
e) Iodium 0,01 N
f) Indikator amilum
3. Cara Kerja
a) Penetapan Vitamin C dari Buah-buahan
b) Penetapan Vitamin C dari Tablet
Buah Dikupas dan dicuci bersih
Daging
buah
Ditimbang 10 gram lalu dihaluskan dengan
mortar
Dipindah ke labu takar 50ml, ditambah
aquades sampai tanda tera
Dikocok homogen, lalu di ambil 12,5ml
sampel dalam erlenmeyer
Ditambahkan 1ml amilum dan dititrasi
dengan iodine 0,01 N
Tablet Dilumatkan dengan mortar
Serbuk
tablet
Ditimbang 0,2 gram lalu dimasukkan dalam
erlenmeyer 50ml
Ditambahkan sampai tanda tera, lalu dikocok
hingga homogen. Kemudian diambil 12,5ml
sampel dengan pipet volume
Ditambahkan 1ml amilum dan dititrasi
dengan iodine 0,01 N
Aquades
c) Penetapan Vitamin C dari Minuman Kemasan
Sampel
cair
Ditimbang 30 gram dalam beker glass
Dimasukkan labu takar 50ml dan ditambah
aquades sampai tanda tera
Diambil 12,5ml sampel dengan pipet, lalu
dimasukkan dalam erlenmeyer 50ml
Ditambahkan 2ml amilum dan dititrasi
dengan iodine 0,01 N
D. Pembahasan
Tabel 3.1 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Buah
Kel. Sampel
Berat
Sampel
(g)
Vol I2
(ml)
Kadar
(%)
Perubahan Warna
1
Jeruk
10 3,25 0,1145
Warna awal:
Kuning pucat
Warna akhir:
Coklat semburat
biru
15 10 4,1 0,0720
Awal : Kuning
Bening
Akhir :
Kecoklatan
2
Jambu
10,397 5,2 0,1762
Warna awal: Pink
Warna akhir:
Ungu kehitaman
16 10 4,5 0,1580
Awal : Merah
Muda
Akhir : Ungu
3
Belimbing
10 0,8 0,0282
Warna awal:
Kuning pekat
Warna akhir:
Coklat transparan
kebiruan
17 10 2,5 0,0880
Awal : Kuning
terang
Akhir :
Kecoklatan
4
Cabai
Merah
10 4,3 0,1515
Warna awal:
Merah
Warna akhir:
Merah kecoklatan
18 10 1,7 0,0590
Awal : Merah
Akhir : Merah
kecoklatan
5
Cabai
Rawit
10 4 0,1409
Warna awal:
Orange terang
Warna akhir:
Orange kehitaman
19 10 13,2 0,4640
Awal : Orange
Akhir : Coklat
Keunguan
Sumber: Laporan Sementara
Pembahasan:
Pada percobaan Acara III Oksidi-Reduktometri ini, kadar
vitamin C pada masing-masing sampel ditentukan dengan
menggunakan cara titrasi iodometri. Menurut Pratama dkk (2009),
pengukuran kadar vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan
larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator.
Pada proses titrasi, setelah semua vitamin C bereaksi dengan iodin,
maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan
larutan berwarna biru gelap. Reaksi vitamin C dengan iodin adalah
C6H8O6+I2 C6H6O6+2I-
+2H+
. Pada percobaan Acara III Oksidi-
Reduktometri, indikator kanji diganti dengan amilum. Meskipun
indikatornya diganti, mayoritas perubahan warna yang disebabkan
oleh kelebihan iodin tetap sama yaitu biru gelap.
Ada tiga jenis sampel yang digunakan pada percobaan ini.
Ketiga sampel tersebut adalah sampel buah-buahan, sampel vitamin C
tablet, dan sampel minuman kemasan. Pada Tabel 3.1 Hasil Penentuan
Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Buah, sampel buah yang
digunakan adalah jeruk, jambu, belimbing, cabai merah, dan cabai
rawit. Setelah dilakukan titrasi dengan iodin 0,01 N, didapat hasil
perhitungan kadar vitamin C pada buah jeruk, jambu, belimbing, cabai
merah, dan cabai rawit berturut-turut adalah 0,1145%; 0,0720%;
0,1762%; 0,1580%; 0,0282%; 0,0880; 0,1515%; 0,0590; 0,1409%,
dan 0,4640%.
Dari data kadar vitamin C dalam masing-masing sampel buah,
dapat diurutkan kadar vitamin C dari yang paling tinggi hingga rendah
adalah kadar vitamin C jambu > kadar vitamin C cabai merah > kadar
vitamin C cabai rawit > kadar vitamin C jeruk > kadar vitamin C
belimbing. Artinya, kadar vitamin C jambu adalah yang paling tinggi
dibanding kadar vitamin C sampel buah lainnya dan kadar vitamin C
belimbing adalah yang paling rendah dibanding kadar vitamin C
sampel buah lainnya.
Pada titrasi iodometri ini, dapat dilihat suatu hubungan antara
volume penambahan iodin 0,01 N dengan besarnya kadar vitamin C
pada sampel. Volume iodin 0,01 N yang diberikan pada sampel jeruk,
jambu, belimbing, cabai merah, dan cabai rawit secara berturut-turut
adalah 3,25ml; 5,2ml; 0,8ml; 4,3ml; dan 4ml. Volume iodin 0,01 yang
dibutuhkan pada titrasi sampel jambu adalah yang paling besar dan
volume iodin 0,01 N pada titrasi sampel belimbing adalah yang paling
sedikit. Urutan volume penambahan iodin 0,01 N ini sebanding
dengan urutan kadar vitamin C masing-masing sampel dimana
semakin besar volume iodin 0,01 N yang digunakan maka semakin
besar pula kadar vitamin C sampel tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C
antara lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam
titrasi dan cara ekstraksi vitamin C dari masing-masing sampel buah.
Semakin banyak volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi
maka akan semakin tinggi pula kadar vitamin C yang dihasilkan. Cara
ekstraksi dapat mempengaruhi kadar vitamin C seperti yang
disebutkan Almatsier (2002) dan Winarno (2004) dalam Mukaromah
dkk (2010) bahwa vitamin C mudah rusak oleh pemanasan dan
stabilitasnya dipengaruhi oleh udara. Jika dalam ekstraksi vitamin C
dilakukan suatu pemanasan, maka kadar vitamin C akan berkurang
karena banyak vitamin C yang rusak. Selain itu faktor berat sampel
dan nilai N iodin juga mempengaruhi kadar vitamin C yang dihasilkan
sebagaimana tercantum dalam rumus berikut:
Kadar Vit C (%) =
Tabel 3.2 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel
Vitamin C Tablet
Kel. Sampel
Berat
Sampel
(g)
Vol
I2
(ml)
Kadar
(%)
Perubahan Warna
6
IPI
0,2 5,9 10,3911
Warna awal:
Kuning transparan
Warna akhir: Biru
kehitaman
20 0,2 21,5 37,8400
Awal: Kuning
muda
Akhir: Muda
7
Xon-C
0,2 29 51,0748
Warna awal:
Kuning transparan
Warna akhir: Biru
kehitaman
21 0,2 28,1 49,4560
Awal: Kuning
Akhir: Biru
keunguna
8
Vitalong-C
0,2 16 28,1792
Warna awal: Tidak
berwarna
Warna akhir: Ungu
transparan
17 0,2 85,45 150,3920
Awal: Kuning
Akhir: Ungu
9
Vit-C
0,2 28,6 50,3703
Warna awal:
Kuning transparan
Warna akhir: Biru
kehitaman
23 0,2 24,6 43,2960
Awal: Kuning
bening
Akhir: Merah
kebiruan
Sumber: Laporan Sementara
Pembahasan:
Penentuan kadar vitamin C pada sampel vitamin C tablet dilakukan
dengan menggunakan metode titrasi iodometri. Menurut Pratama dkk
(2009), prinsip dari metode titrasi iodometri ini adalah semua vitamin C
bereaksi dengan iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji
yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi vitamin C dengan
iodin adalah C6H8O6+I2 C6H6O6+2I-
+2H+
. Pada titrasi iodometri ini,
digunakan indikator amilum dan iodin 0,01 N sebagai titran. Menurut
Karinda dkk (2013), munculnya warna biru gelap setelah iodin menjadi
berlebih disebabkan oleh iod-amilum yang menandakan bahwa proses
titrasi telah mencapai titik akhir titrasi.
Ada tiga jenis sampel yang digunakan pada percobaan ini. Ketiga
sampel tersebut adalah sampel buah-buahan, sampel vitamin C tablet, dan
sampel minuman kemasan. Pada Tabel 3.2 Hasil Penentuan Kadar
Vitamin C pada Beberapa Sampel Vitamin C Tablet, sampel tablet yang
digunakan adalah IPI, Xon-C, Vitalong-C, dan Vit-C. Setelah dilakukan
titrasi dengan iodin 0,01 N, didapat hasil perhitungan kadar vitamin C
pada IPI, Xon-C, Vitalong-C, dan Vit-C berturut-turut adalah 10,3911%;
37,8400%; 51,0748%; 49,4560%; 28,1792%; 150,3920%; 50,3703% dan
43,2960%.
Dari data kadar vitamin C dalam masing-masing sampel tablet,
dapat diurutkan kadar vitamin C dari yang paling tinggi hingga rendah
adalah kadar vitamin C Xon-C > kadar vitamin C Vit-C > kadar vitamin C
Vitalong-C > kadar vitamin C IPI. Artinya, kadar vitamin C Xon-C adalah
yang paling tinggi dibanding kadar vitamin C sampel tablet lainnya dan
kadar vitamin C IPI adalah yang paling rendah dibanding kadar vitamin C
sampel tablet lainnya.
Pada titrasi iodometri ini, dapat dilihat suatu hubungan antara
volume penambahan iodin 0,01 N dengan besarnya kadar vitamin C pada
sampel. Volume iodin 0,01 N yang diberikan pada sampel IPI, Xon-C,
Vitalong C, dan Vit-C secara berturut-turut adalah 5,9ml; 29ml; 16ml; dan
28,6ml. Volume iodin 0,01 yang dibutuhkan pada titrasi sampel Xon-C
adalah yang paling besar dan volume iodin 0,01 N pada titrasi sampel IPI
adalah yang paling sedikit. Urutan volume penambahan iodin 0,01 N ini
sebanding dengan urutan kadar vitamin C masing-masing sampel dimana
semakin besar volume iodin 0,01 N yang digunakan maka semakin besar
pula kadar vitamin C sampel tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C pada
sampel tablet antara lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang
digunakan dalam titrasi dan jenis kemasan tablet. Semakin banyak volume
iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi maka akan semakin tinggi pula
kadar vitamin C yang dihasilkan. Stabilitas vitamin C tablet dipengaruhi
oleh jenis kemasan tablet, semakin baik suatu kemasan melindungi
vitamin C dari udara yang bisa menyebabkan oksidasi maka stabilitas
vitamin C akan semakin terjaga. Selain itu, menurut Oyetade et al. (2012),
faktor lama penyimpanan tablet juga berpengaruh terhadap kadar vitamin
C tablet.
Tabel 3.3 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel
Minuman Kemasan
Kel. Sampel
Berat
Sampel
(gram)
Vol I2
(mL)
Kadar
(%)
Perubahan Warna
10
Fruitamin
30 0,4 0,0047
Warna awal : kuning
Warna akhir :
kehitaman
4 30 0,85 0,0099
Warna awal : kuning
Warna akhir : biru
keunguan
11
You-C 1000
30,2 85,35 0,9955
Warna awal : kuning
Warna akhir: kuning
semu biru
25 30 2 0,0235
Warna awal : kuning
Warna akhir: biru
keunguan
12
Nutrisari
30 7,54 0,0884
Warna awal : kuning
bening
Warna akhir: ungu
26 30 6,3 0,0739
Warna awal : kuning
bening
Warna akhir: biru
bening
13
Happy Jus
30 1,5 0,0176
Warna awal: kuning
muda keruh
Warna akhir: biru
keunguan
27 30 1,2 0,0141
Warna awal : kuning
muda keruh
Warna akhir: biru
bening
14
Country
Choice
30 17,57 0,2063
Warna awal : kuning
Warna akhir: ungu
28 30 22 0,2583
Warna awal : kuning
Warna akhir : biru
keunguan
Sumber: Laporan Sementara
Pembahasan:
Penentuan kadar vitamin C pada sampel minuman kemasan
dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri. Menurut
Pratama dkk (2009), prinsip dari metode titrasi iodometri ini adalah semua
vitamin C bereaksi dengan iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi
oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi vitamin C
dengan iodin adalah C6H8O6+I2 C6H6O6+2I-
+2H+
. Pada titrasi iodometri
ini, digunakan indikator amilum dan iodin 0,01 N sebagai titran. Menurut
Karinda dkk (2013), munculnya warna biru gelap setelah iodin menjadi
berlebih disebabkan oleh iod-amilum yang menandakan bahwa proses
titrasi telah mencapai titik akhir titrasi.
Ada tiga jenis sampel yang digunakan pada percobaan ini. Ketiga
sampel tersebut adalah sampel buah-buahan, sampel vitamin C tablet, dan
sampel minuman kemasan. Pada Tabel 3.3 Hasil Penentuan Kadar
Vitamin C pada Beberapa Sampel Minuman Kemasan, sampel minuman
kemasan yang digunakan adalah Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy
Jus, dan Country Choice. Setelah dilakukan titrasi dengan iodin 0,01 N,
didapat hasil perhitungan kadar vitamin C pada Fruitamin, You-C 1000,
Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice berturut-turut adalah 0,0047%
dan 0,0099%; 0,9955% dan 0,0235%; 0,0884% dan 0,0739%; 0,0176%
dan 0,0141%; serta 0,2063% dan 0,2583%. Jika dirata-rata, maka rata-rata
kadar vitamin C sampel Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan
Country Choice secara berturut-turut adalah 0,0073%; 0,5095%; 0,0812%;
0,0159%; dan 0,2323%
Dari data kadar vitamin C pada masing-masing sampel minuman
kemasan, dapat diurutkan rata-rata kadar vitamin C dari yang paling tinggi
hingga rendah adalah kadar vitamin C You-C 1000 > kadar vitamin C
Country Choice > kadar vitamin C Nutrisari > kadar vitamin C Happy Jus
> kadar vitamin C Fruitamin. Artinya, kadar vitamin C You-C 1000 adalah
yang paling tinggi dibanding kadar vitamin C sampel minuman kemasan
lainnya dan kadar vitamin C Fruitamin adalah yang paling rendah
dibanding kadar vitamin C sampel minuman kemasan lainnya.
Pada titrasi iodometri ini, dapat dilihat suatu hubungan antara
volume penambahan iodin 0,01 N dengan besarnya kadar vitamin C pada
sampel. Rata-rata volume iodin 0,01 N yang diberikan pada sampel
Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice secara
berturut-turut adalah 0,625ml; 43,675ml; 6,92ml; 1,35ml; dan 19,785ml.
Volume iodin 0,01 yang dibutuhkan pada titrasi sampel You-C 1000
adalah yang paling besar dan volume iodin 0,01 N pada titrasi sampel
Fruitamin adalah yang paling sedikit. Urutan volume penambahan iodin
0,01 N ini sebanding dengan urutan kadar vitamin C masing-masing
sampel dimana semakin besar volume iodin 0,01 N yang digunakan maka
semakin besar pula kadar vitamin C sampel tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C antara
lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi dan
pemaparan minuman kemasan dengan udara secara langsung. Semakin
banyak volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi maka akan
semakin tinggi pula kadar vitamin C yang dihasilkan. Pemaparan dengan
udara secara langsung akan membuat vitamin C teroksidasi dan rusak
sehingga kadarnya berkurang. Selain itu faktor berat sampel dan nilai N
iodin juga mempengaruhi kadar vitamin C yang dihasilkan sebagaimana
tercantum dalam rumus berikut:
Kadar Vit C (%) =
E. Kesimpulan
1. Titrasi iodometri untuk mengetahui kadar vitamin C pada sampel
dilakukan dengan larutan iodin 0,01 N sebagai titran dan amilum
sebagai indikator. Titrasi di hentikan saat titik akhir titrasi tercapai
dimana mayoritas sampel berubah warna jadi biru gelap.
2. Kadar vitamin C pada sampel buah jeruk, jambu, belimbing, cabai
merah, dan cabai rawit berturut-turut adalah 0,1145%; 0,0720%;
0,1762%; 0,1580%; 0,0282%; 0,0880; 0,1515%; 0,0590; 0,1409%,
dan 0,4640%. Kadar vitamin C pada sampel tablet IPI, Xon-C,
Vitalong-C, dan Vit-C berturut-turut adalah 10,3911%; 37,8400%;
51,0748%; 49,4560%; 28,1792%; 150,3920%; 50,3703% dan
43,2960%. Kemudian kadar vitamin C pada minuman kemasan
Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice
berturut-turut adalah 0,0047% dan 0,0099%; 0,9948% dan 0,0235%;
0,0885% dan 0,0739%; 0,0176% dan 0,0141%; serta 0,2062% dan
0,2581%.
3. Kadar vitamin C tertinggi pada sampel buah terdapat pada buah
jambu. Kadar vitamin C tertinggi pada sampel tablet adalah kadar
vitamin C Xon-C. Sedangkan kadar vitamin C tertinggi pada sampel
minuman kemasan adalah kadar vitamin C You-C 1000.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C antara lain adalah
jumlah volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi, nilai
normalitas iodin, dan berat sampel. Secara spesifik, pada sampel buah
kadar vitamin C dapat dipengaruhi juga oleh cara ekstraksi buah. Pada
sampel tablet terdapat faktor jenis kemasan tablet dan lama
penyimpanan tablet. Sedangkan pada sampel minuman kemasan
terdapat faktor pemaparan udara secara langsung pada sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Helmi, dkk. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus pada
Mencit Diabetes. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1,
2007.
Christian, Gary D. 1971. Analytical Chemistry. John Wiley and Sons, Inc.
Washington.
Gaman, P.M, et al. 1981. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan
Mikrobiologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hart, Harold. 1987. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Helmiyesi, dkk. 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan
Vitamin C pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa).
Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. XVI, No. 2, Oktober 2008.
Karinda, Monalisa, dkk. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C
Mangga Dodol dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis
dan Iodometri. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT, Vol. 2, No. 1, Februari
2013.
Kusnawidjaja, Kurnia. 1987. Biokimia. Penerbit Alumni. Bandung.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Maulidah, Silvana, dkk. 2012. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi dan
Pendapatan Usaha Tani Cabai Rawit (Studi Kasus di Desa Bulupasar,
Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri). Jurnal SEPA, Vol. 8, No. 2,
Februari 2012.
Mukaromah, Ummu, dkk. 2010. Kadar Vitamin C, Mutu Fisik, pH dan Mutu
Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus sabdariffa, L) Berdasarkan Cara
Ekstraksi. Jurnal Pangan dan Gizi, Vol. 1, No. 1, 2010.
Murini, Tri, dkk. 2007. Pengaruh Jus Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava
L.) Terhadap Profil Lipid Darah dan Kejadian Aterosklerosis pada Tikus
Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Diet Tinggi Lemak. Jurnal
Fisiologi Terapan, Vol. 3, No. 2, 2007.
Ogunlesi, M, et al. 2010. Vitamin C Contents of Tropical Vegetables and Foods
Determined by Voltammetric and Titrimetric Methods and Their
Relevance to the Medicinal Uses of the Plants. International Journal of
Electrochemical Science, Vol. 5, 2010.
Olson, Robert E, et al. 1991. Pengetahuan Gizi Mutakhir: Vitamin. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Oyetade, O.A, et al. Stability Studies on Ascorbic Acid (Vitamin C) from Different
Sources. IOSR Journal of Applied Chemistry, Vol. 2, No. 4, September-
Oktober 2012.
Phillips, Katherine M, et al. 2010. Stability of Vitamin C in Frozen Raw Fruit and
Vegetables Homogenates. Journal of Food Composition and Analysis
Vol. 23, 2010.
Pratama, Anggi, dkk. 2009. Aplikasi LabView sebagai Pengukur Kadar Vitamin C
dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. Jurnal Teknik
Elektro, Vol. 3, No. 1, 2009.
Rachmawati, Rani, dkk. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap
Kandungan Vitamin C pada Cabai Rawit Putih (Capsicum Frustescens).
Jurnal Biologi, Vol. XIII, No. 2, Desember 2009.
Suhardjo, dkk. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan Kadar Vitamin C pada Sampel Tablet IPI
Rumus hitung : Kadar Vit C (%) =
Diketahui : N iod = 0,01 N
BM vitamin C = 176,12 (Pratama dkk, 2009)
Nilai fp diketahui dengan menghitung perbandingan antara volume pengenceran
sampel dengan volume sampel yang dititrasi. Pada percobaan ini, volume
pengenceran sampel adalah 50ml dan volume sampel yang dititrasi adalah 12,5ml.
Sehingga didapat nilai fp =
Kadar Vitamin C IPI :
Gambar 3.1 Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Buah
Gambar 3.2 Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Tablet
Gambar 3.3 Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Minuman
VITAMIN C DARI BUAH DAN TABLET

More Related Content

What's hot

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidratalvi lmp
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionDokter Tekno
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonDwi Atika Atika
 
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation risyanti ALENTA
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidratpure chems
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...UNESA
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...UNESA
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Pujiati Puu
 
Analisis Kualitatif Karbohidrat
Analisis Kualitatif KarbohidratAnalisis Kualitatif Karbohidrat
Analisis Kualitatif Karbohidratvinsencius guntur
 
Pemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iiiPemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iiiKustian Permana
 

What's hot (20)

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
Uji Ninhydrin
Uji NinhydrinUji Ninhydrin
Uji Ninhydrin
 
Gravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatikaGravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatika
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
 
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation Kelompok 1 ppt identifikasi kation
Kelompok 1 ppt identifikasi kation
 
Uji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan LemakUji Kelarutan Lemak
Uji Kelarutan Lemak
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidrat
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
Alkalimetri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Uji Vitamin B
Uji Vitamin BUji Vitamin B
Uji Vitamin B
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
 
Analisis Kualitatif Karbohidrat
Analisis Kualitatif KarbohidratAnalisis Kualitatif Karbohidrat
Analisis Kualitatif Karbohidrat
 
Pemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iiiPemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iii
 
Iodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetriIodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetri
 

Viewers also liked

Penentuan kadar vitamin c
Penentuan kadar vitamin cPenentuan kadar vitamin c
Penentuan kadar vitamin cBun Yamin
 
Toksikokinetik,slideshare
Toksikokinetik,slideshareToksikokinetik,slideshare
Toksikokinetik,slideshareInoy Trisnaini
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika KalorimetriITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika KalorimetriFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetriFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografiFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYAFransiska Puteri
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaFransiska Puteri
 

Viewers also liked (15)

Alat-Alat Kimia
Alat-Alat KimiaAlat-Alat Kimia
Alat-Alat Kimia
 
Penentuan kadar vitamin c
Penentuan kadar vitamin cPenentuan kadar vitamin c
Penentuan kadar vitamin c
 
Toksikokinetik,slideshare
Toksikokinetik,slideshareToksikokinetik,slideshare
Toksikokinetik,slideshare
 
Toksikologi i
Toksikologi iToksikologi i
Toksikologi i
 
Topik 1 fransie
Topik 1 fransieTopik 1 fransie
Topik 1 fransie
 
Topik 2 fransie
Topik 2 fransieTopik 2 fransie
Topik 2 fransie
 
Fase kerja toksikan
Fase kerja toksikanFase kerja toksikan
Fase kerja toksikan
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika KalorimetriITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 4 gravimetri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 

Similar to VITAMIN C DARI BUAH DAN TABLET

Tugas kuliah
Tugas kuliahTugas kuliah
Tugas kuliahDewi Fath
 
Laporan Hasil Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Hasil Praktikum Biologi Uji MakananLaporan Hasil Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Hasil Praktikum Biologi Uji MakananNadiya Rahmawati
 
PPT Biokimia: Vitamin C, Iodium, Zat Besi
PPT Biokimia: Vitamin C, Iodium, Zat BesiPPT Biokimia: Vitamin C, Iodium, Zat Besi
PPT Biokimia: Vitamin C, Iodium, Zat BesiUNESA
 
Metabolisma Dan Pemakanan
Metabolisma Dan  PemakananMetabolisma Dan  Pemakanan
Metabolisma Dan Pemakananzue5588
 
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02Muhammad Khairul Anwar
 
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemakLaporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemakMelina Eka
 
SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA.pptx
SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA.pptxSISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA.pptx
SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA.pptxssuser7a71bc
 
netnot unej
netnot unejnetnot unej
netnot unejnetnot
 
Komponen kimiawi sel
Komponen kimiawi selKomponen kimiawi sel
Komponen kimiawi selEka S
 
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Menular-Defisiensi-6 (1).pptx
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Menular-Defisiensi-6 (1).pptxPPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Menular-Defisiensi-6 (1).pptx
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Menular-Defisiensi-6 (1).pptxNurulWidyawati
 
Kel 03-analisisantioksidan (1)
Kel 03-analisisantioksidan (1)Kel 03-analisisantioksidan (1)
Kel 03-analisisantioksidan (1)YuLiaa IKaa
 
Kelompok 4_Respirasi Pada Tumbuhan.pdf
Kelompok 4_Respirasi Pada Tumbuhan.pdfKelompok 4_Respirasi Pada Tumbuhan.pdf
Kelompok 4_Respirasi Pada Tumbuhan.pdfMarshandaBp1035
 

Similar to VITAMIN C DARI BUAH DAN TABLET (20)

Tugas kuliah
Tugas kuliahTugas kuliah
Tugas kuliah
 
Laporan Hasil Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Hasil Praktikum Biologi Uji MakananLaporan Hasil Praktikum Biologi Uji Makanan
Laporan Hasil Praktikum Biologi Uji Makanan
 
PPT Biokimia: Vitamin C, Iodium, Zat Besi
PPT Biokimia: Vitamin C, Iodium, Zat BesiPPT Biokimia: Vitamin C, Iodium, Zat Besi
PPT Biokimia: Vitamin C, Iodium, Zat Besi
 
vitamin.docx
vitamin.docxvitamin.docx
vitamin.docx
 
Metabolisma Dan Pemakanan
Metabolisma Dan  PemakananMetabolisma Dan  Pemakanan
Metabolisma Dan Pemakanan
 
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
 
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemakLaporan Analisa Pangan acara 4 lemak
Laporan Analisa Pangan acara 4 lemak
 
SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA.pptx
SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA.pptxSISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA.pptx
SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA.pptx
 
netnot unej
netnot unejnetnot unej
netnot unej
 
Zat Gizi Vitamin
Zat Gizi VitaminZat Gizi Vitamin
Zat Gizi Vitamin
 
Adek bab 1 3
Adek bab 1 3Adek bab 1 3
Adek bab 1 3
 
Komponen kimiawi sel
Komponen kimiawi selKomponen kimiawi sel
Komponen kimiawi sel
 
Bab II
Bab IIBab II
Bab II
 
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Menular-Defisiensi-6 (1).pptx
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Menular-Defisiensi-6 (1).pptxPPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Menular-Defisiensi-6 (1).pptx
PPT-UEU-Patofisiologi-Penyakit-Menular-Defisiensi-6 (1).pptx
 
Kel 03-analisisantioksidan (1)
Kel 03-analisisantioksidan (1)Kel 03-analisisantioksidan (1)
Kel 03-analisisantioksidan (1)
 
MINERAL.pptx
MINERAL.pptxMINERAL.pptx
MINERAL.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Kelompok 4_Respirasi Pada Tumbuhan.pdf
Kelompok 4_Respirasi Pada Tumbuhan.pdfKelompok 4_Respirasi Pada Tumbuhan.pdf
Kelompok 4_Respirasi Pada Tumbuhan.pdf
 
VITAMIN.ppt
VITAMIN.pptVITAMIN.ppt
VITAMIN.ppt
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

More from Fransiska Puteri

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaFransiska Puteri
 

More from Fransiska Puteri (20)

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 
Tabel lipid
Tabel lipidTabel lipid
Tabel lipid
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
 

VITAMIN C DARI BUAH DAN TABLET

  • 1. ACARA III OKSIDI-REDUKTOMETRI A. Tujuan Tujuan dari Acara III Oksidi-Reduktometri adalah: 1. Dapat melakukan titrasi iodometri secara langsung pada sampel. 2. Dapat menentukan kadar vitamin C secara langsung pada sampel. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hampir semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam aquades mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan molekul aquades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton (Lehninger, 1982). Herlina (2010) menyebutkan tanaman cabai merupakan salah satu komoditas hortikulturan yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Salah satu jenis cabai yang banyak digemari adalah cabai kecil biasa disebut cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Sunarjono, 2010 menyatakan cabai dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Akan tetapi, tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan, terutama pada waktu berbunga karena bunganya akan mudah gugur (Maulidah dkk, 2012). Godam (2006) menyatakan pada buah cabai terkandung beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam buah cabai adalah vitamin C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan
  • 2. lain. Naidu (2003) menyatakan pula bahwa vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen. Menurut Cahyono (2003), kandungan vitamin C pada cabai rawit segar dalam 100 gram adalah 70 mg. Johnson et al. (1998) menyatakan bahwa kandungan vitamin C pada cabai merah besar lebih tinggi yaitu berada pada kisaran 150-200 mg/100g (Rachmawati dkk, 2009). Jeruk termasuk golongan buah non-klimakterik yaitu buah yang tingkat respirasinya menjelang pemasakan akan meningkat lalu menurun setelah lewat masak. Hal ini dapat menjadi petunjuk waktu panen yang tepat, yaitu untuk menjaga perubahan-perubahan menjadi masak yang terlalu cepat dan dapat disimpan lebih lama maka pemanenan dilakukan agak lebih awal dari saat masak optimal (Helmiyesi dkk, 2008). Riana (2000) menyatakan bahwa buah jambu biji merah diketahui mempunyai kandungan vitamin C dan beta karoten sehingga dapat berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Hariyadi (2000) serta Achyat dan Rasyidah (2000) juga menambahkan bahwa buah jambu biji juga kaya serat yang larut dalam air dan pektin terutama di bagian kulitnya sehingga dapat mengganggu penyerapan lemak dan glukosa yang berasal dari makanan. Kandungan-kandungan dalam jambu biji merah diperkirakan memiliki efek protektif terhadap kenaikan kadar lipid dalam darah (Murini dkk, 2007). 2. Tinjauan Teori Karena vitamin dibutuhkan pada diet manusia hanya dalam jumlah miligram per hari, maka vitamin disebut mikronutrien. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dengan makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang dibutuhkan pada diet manusia dalam jumlah besar. Vitamin diperlukan hanya dalam jumlah sedikit karena vitamin bekerja sebagai katalisator yang memungkinkan
  • 3. transformasi kimia makronutrien yang secara bersama-sama disebut metabolisme. Seperti halnya enzim, bentuk aktif vitamin hanya terdapat pada konsentrasi rendah di dalam jaringan. Vitamin C (asam askorbat) nampaknya berfungsi sebagai kofaktor dalam hidroksilasi enzimatik residu prolin pada kolagen dari jaringan pengikat vertebrata. Walaupun asam askorbat kelihatannya berfungsi dalam pembentukan dan pertahanan komponen utama pada jaringan pengikat hewan tingkat tinggi, tetapi masih belum dapat dipastikan bahwa fungsi ini merupakan satu-satunya atau bahkan fungsi utama vitamin ini (Lehninger, 1982). Vitamin adalah senyawa organik esensial yang terdapat dalam makanan nabati dan hewani dengan jumlah yang sangat kecil ikut membantu mempertahankan kegiatan-kegiatan normal suatu jaringan. Berbeda sekali dengan hormon yang dibentuk dalam kelenjar-kelenjar dari jaringan tubuh. Vitamin berasal dari luar tubuh (makanan) dan hormon dari dalam tubuh itu sendiri yang kemudian dialirkan melalui saluran khusus ke seluruh tubuh manusia (Kusnawidjaja, 1987). Menurut Bender (2003) dan Johnston et al. (2007), asam askorbat adalah kofaktor dari berbagai reaksi fisiologis, termasuk paskatranslasi hidroksilasi prolin dan lisin dalam kolagen dan jaringan penghubung protein lain, ekspresi gen kolagen, sintesis norepineprin dan hormon ardenal, aktifasi berbagai hormon peptida, dan sistesis kartinin. Sedangkan menurut Byers dan Perry (1992) serta Bender (2003), karena potensial redoksnya, asam askorbat memfasilitasi absorpsi intestine besi dan saat sendiri berfungsi sebagai antioksidan bagi sel sedangkan saat berpasangan berfungsi sebagai antioksidan bagi aktifitas vitamin E (Phillips, 2010). Asam askorbat (vitamin C) mempunyai faktor yang mirip monosakarida, tetapi struktur ini mempunyai beberapa gambaran yang tak lazim. Senyawa ini adalah lakton tak jenuh beranggota lima dengan dua gugus hidroksil pada ikatan ganda-duanya. Struktur
  • 4. enadiol seperti ini jarang ditemui. Akibat dari gugus ini, asam askorbat mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Kedua bentuk ini secara biologi aktif sebagai vitamin. Asam askorbat banyak terdapat pada buah jeruk dan tomat. Kekurangan asam askorbat dalam makanan menyebabkan sariawan, penyakit yang menyebabkan melemahnya saluran darah, pendarahan, goyah gigi, kurangnya kemampuan penyembuhan luka, dan akhirnya kematian (Hart, 1987). Higdon, 2004 menyatakan vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat dari kerusakan oleh radikal bebas dan oksigen spesies (Arifin dkk, 2007). Vitamin C, asam askorbat, adalah zat gizi yang esensial untuk manusia karena Homo sapiens kekurangan enzim L-gulonolakton oksidase yang terdapat pada banyak spesies hewan lainnya. Asam askorbat dibutuhkan untuk hidroksilasi prolin dalam sintesis kolagen dan reaksi enzimatik lainnya yang membutuhkan pereduksi sejenis. Defisiensi vitamin C menyebabkan sariawan yang ditandai dengan kelemahan, pendarahan pada kulit, ecchymoses, gingival, dan pendarahan subperiostel, serta kelainan perkembangan tulang anak- anak (Olson et al., 1991). Vitamin C adalah derivat heksosa dan cocok digolongkan sebagai suatu karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk kristal berwarna putih, sangat larut dalam air dan alkohol. Vitamin C stabil dalam keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan, apalagi dalam suasana basa. Asam askorbat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang mudah pula tereduksi menjadi asam askorbat. Vitamin C berfungsi sebagai senyawa pereduksi, misalnya proteksi oksidasi pada metabolisme tirosin dan reduksi besi ferri menjadi besi ferro dalam metabolisme besi (Suhardjo dkk, 1992).
  • 5. Asam askorbat berwarna putih, membentuk kristal dan sangat larut dalam air. Vitamin C hampir ditemukan sepenuhnya dalam makanan nabati, yaitu sayuran dan buah-buahan segar tetapi tidak ditemukan dalam serealia atau sayuran kacang-kacangan yang kering. Jumlah asam askorbat pada buah-buahan dan sayuran sangat bervariasi bahkan dalam varietas yang sama sekalipun. Asam askorbat diperlukan untuk pembentukan semua jaringan tubuh, terutama dalam pembentukan jaringan ikat. Asam askorbat juga membantu absorbsi zat besi dalam usus halus (Gaman et al., 1981). Vitamin C yang juga dikenal sebagai asam askorbat merupakan senyawa antioksidan yang ditemukan pada berbagai buah dan sayuran diketahui dapat mencegah perusakan jaringan. Vitamin C juga diidentifikasi untuk mencegah aglutinasi sperma dengan membuatnya lebih resultan pada fertilitas laki-laki. Beberapa doktor di Nigeria secara rutin memberikan konsumsi vitamin C untuk penyembuhan beberapa penyakit seperti demam, batuk, influenza, bengkak, luka, gingivitis, penyakit kulit, diare, malaria, dan infeksi bakteri (Ogunlesi et al., 2010). Titrasi redoks adalah salah satu diantara jenis analisis yang penting yang dilakukan dalam berbagai aplikasi. Iodin adalah agen oksidasi yang bisa digunakan untuk mentitrasi agen reduksi yang kuat. Iodine pada dasarnya adalah agen oksidasi kuat dan bisa mentitrasi agen reduksi. Titrasi dengan I2 disebut metode iodometri. Titrasi tersebut biasanya dilakukan dengan titran berupa senyawa netral atau setengah alkalin (pH 8) dan titrat berupa larutan asam lemah. Jika pH terlalu alkalin I2 akan terdisproporsionasi menjadi hipoiodat dan iodida. Reaksi yang berlangsung adalah: I2 + 2 OH- = IO- + I- + H2O. Ion iodida adalah agen reduksi lemah dan akan mereduksi agen oksidasi kuat. Iodida tidak digunakan sebagai titran karena kurangnya perubahan visual dari indicator juga karena faktor lain seperti kecepatan reaksi. Ketika sejumlah iodida ditambahkan pada larutan
  • 6. agen oksidasi I2 diproduksi dalam jumlah yang ekuivalen dengan jumlah agen oksidasi. I2 ini dapat dititrasi dengan agen reduksi dan hasilnya akan sama seperti ketika agen oksidasi dititrasi secara langsung. Agen titrasi yang digunakan adalah sodium tiosulfat. Analisis dari agen oksidasi dengan cara tersebut disebut metode iodometri (Christian, 1971). C. Metodologi 1. Alat a) Neraca analitik b) Erlenmeyer c) Labu takar d) Beker glass e) Pipet f) Buret 2. Bahan a) Aquades b) Minuman kemasan (Nutrisari, Happy Jus, Country Choice, You-C 1000, dan Fruitamin) c) Buah-buahan (Jeruk, jambu, belimbing, cabai rawit, cabai merah, dan belimbing) d) Vitamin tablet (IPI, Xon-C, Vit-C, dan Vitalong-C) e) Iodium 0,01 N f) Indikator amilum
  • 7. 3. Cara Kerja a) Penetapan Vitamin C dari Buah-buahan b) Penetapan Vitamin C dari Tablet Buah Dikupas dan dicuci bersih Daging buah Ditimbang 10 gram lalu dihaluskan dengan mortar Dipindah ke labu takar 50ml, ditambah aquades sampai tanda tera Dikocok homogen, lalu di ambil 12,5ml sampel dalam erlenmeyer Ditambahkan 1ml amilum dan dititrasi dengan iodine 0,01 N Tablet Dilumatkan dengan mortar Serbuk tablet Ditimbang 0,2 gram lalu dimasukkan dalam erlenmeyer 50ml Ditambahkan sampai tanda tera, lalu dikocok hingga homogen. Kemudian diambil 12,5ml sampel dengan pipet volume Ditambahkan 1ml amilum dan dititrasi dengan iodine 0,01 N Aquades
  • 8. c) Penetapan Vitamin C dari Minuman Kemasan Sampel cair Ditimbang 30 gram dalam beker glass Dimasukkan labu takar 50ml dan ditambah aquades sampai tanda tera Diambil 12,5ml sampel dengan pipet, lalu dimasukkan dalam erlenmeyer 50ml Ditambahkan 2ml amilum dan dititrasi dengan iodine 0,01 N
  • 9. D. Pembahasan Tabel 3.1 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Buah Kel. Sampel Berat Sampel (g) Vol I2 (ml) Kadar (%) Perubahan Warna 1 Jeruk 10 3,25 0,1145 Warna awal: Kuning pucat Warna akhir: Coklat semburat biru 15 10 4,1 0,0720 Awal : Kuning Bening Akhir : Kecoklatan 2 Jambu 10,397 5,2 0,1762 Warna awal: Pink Warna akhir: Ungu kehitaman 16 10 4,5 0,1580 Awal : Merah Muda Akhir : Ungu 3 Belimbing 10 0,8 0,0282 Warna awal: Kuning pekat Warna akhir: Coklat transparan kebiruan 17 10 2,5 0,0880 Awal : Kuning terang Akhir : Kecoklatan 4 Cabai Merah 10 4,3 0,1515 Warna awal: Merah Warna akhir: Merah kecoklatan 18 10 1,7 0,0590 Awal : Merah Akhir : Merah kecoklatan 5 Cabai Rawit 10 4 0,1409 Warna awal: Orange terang Warna akhir: Orange kehitaman 19 10 13,2 0,4640 Awal : Orange Akhir : Coklat Keunguan Sumber: Laporan Sementara
  • 10. Pembahasan: Pada percobaan Acara III Oksidi-Reduktometri ini, kadar vitamin C pada masing-masing sampel ditentukan dengan menggunakan cara titrasi iodometri. Menurut Pratama dkk (2009), pengukuran kadar vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah semua vitamin C bereaksi dengan iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi vitamin C dengan iodin adalah C6H8O6+I2 C6H6O6+2I- +2H+ . Pada percobaan Acara III Oksidi- Reduktometri, indikator kanji diganti dengan amilum. Meskipun indikatornya diganti, mayoritas perubahan warna yang disebabkan oleh kelebihan iodin tetap sama yaitu biru gelap. Ada tiga jenis sampel yang digunakan pada percobaan ini. Ketiga sampel tersebut adalah sampel buah-buahan, sampel vitamin C tablet, dan sampel minuman kemasan. Pada Tabel 3.1 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Buah, sampel buah yang digunakan adalah jeruk, jambu, belimbing, cabai merah, dan cabai rawit. Setelah dilakukan titrasi dengan iodin 0,01 N, didapat hasil perhitungan kadar vitamin C pada buah jeruk, jambu, belimbing, cabai merah, dan cabai rawit berturut-turut adalah 0,1145%; 0,0720%; 0,1762%; 0,1580%; 0,0282%; 0,0880; 0,1515%; 0,0590; 0,1409%, dan 0,4640%. Dari data kadar vitamin C dalam masing-masing sampel buah, dapat diurutkan kadar vitamin C dari yang paling tinggi hingga rendah adalah kadar vitamin C jambu > kadar vitamin C cabai merah > kadar vitamin C cabai rawit > kadar vitamin C jeruk > kadar vitamin C belimbing. Artinya, kadar vitamin C jambu adalah yang paling tinggi dibanding kadar vitamin C sampel buah lainnya dan kadar vitamin C belimbing adalah yang paling rendah dibanding kadar vitamin C sampel buah lainnya.
  • 11. Pada titrasi iodometri ini, dapat dilihat suatu hubungan antara volume penambahan iodin 0,01 N dengan besarnya kadar vitamin C pada sampel. Volume iodin 0,01 N yang diberikan pada sampel jeruk, jambu, belimbing, cabai merah, dan cabai rawit secara berturut-turut adalah 3,25ml; 5,2ml; 0,8ml; 4,3ml; dan 4ml. Volume iodin 0,01 yang dibutuhkan pada titrasi sampel jambu adalah yang paling besar dan volume iodin 0,01 N pada titrasi sampel belimbing adalah yang paling sedikit. Urutan volume penambahan iodin 0,01 N ini sebanding dengan urutan kadar vitamin C masing-masing sampel dimana semakin besar volume iodin 0,01 N yang digunakan maka semakin besar pula kadar vitamin C sampel tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C antara lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi dan cara ekstraksi vitamin C dari masing-masing sampel buah. Semakin banyak volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi maka akan semakin tinggi pula kadar vitamin C yang dihasilkan. Cara ekstraksi dapat mempengaruhi kadar vitamin C seperti yang disebutkan Almatsier (2002) dan Winarno (2004) dalam Mukaromah dkk (2010) bahwa vitamin C mudah rusak oleh pemanasan dan stabilitasnya dipengaruhi oleh udara. Jika dalam ekstraksi vitamin C dilakukan suatu pemanasan, maka kadar vitamin C akan berkurang karena banyak vitamin C yang rusak. Selain itu faktor berat sampel dan nilai N iodin juga mempengaruhi kadar vitamin C yang dihasilkan sebagaimana tercantum dalam rumus berikut: Kadar Vit C (%) =
  • 12. Tabel 3.2 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Vitamin C Tablet Kel. Sampel Berat Sampel (g) Vol I2 (ml) Kadar (%) Perubahan Warna 6 IPI 0,2 5,9 10,3911 Warna awal: Kuning transparan Warna akhir: Biru kehitaman 20 0,2 21,5 37,8400 Awal: Kuning muda Akhir: Muda 7 Xon-C 0,2 29 51,0748 Warna awal: Kuning transparan Warna akhir: Biru kehitaman 21 0,2 28,1 49,4560 Awal: Kuning Akhir: Biru keunguna 8 Vitalong-C 0,2 16 28,1792 Warna awal: Tidak berwarna Warna akhir: Ungu transparan 17 0,2 85,45 150,3920 Awal: Kuning Akhir: Ungu 9 Vit-C 0,2 28,6 50,3703 Warna awal: Kuning transparan Warna akhir: Biru kehitaman 23 0,2 24,6 43,2960 Awal: Kuning bening Akhir: Merah kebiruan Sumber: Laporan Sementara Pembahasan: Penentuan kadar vitamin C pada sampel vitamin C tablet dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri. Menurut Pratama dkk (2009), prinsip dari metode titrasi iodometri ini adalah semua vitamin C bereaksi dengan iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi vitamin C dengan iodin adalah C6H8O6+I2 C6H6O6+2I- +2H+ . Pada titrasi iodometri ini, digunakan indikator amilum dan iodin 0,01 N sebagai titran. Menurut
  • 13. Karinda dkk (2013), munculnya warna biru gelap setelah iodin menjadi berlebih disebabkan oleh iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir titrasi. Ada tiga jenis sampel yang digunakan pada percobaan ini. Ketiga sampel tersebut adalah sampel buah-buahan, sampel vitamin C tablet, dan sampel minuman kemasan. Pada Tabel 3.2 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Vitamin C Tablet, sampel tablet yang digunakan adalah IPI, Xon-C, Vitalong-C, dan Vit-C. Setelah dilakukan titrasi dengan iodin 0,01 N, didapat hasil perhitungan kadar vitamin C pada IPI, Xon-C, Vitalong-C, dan Vit-C berturut-turut adalah 10,3911%; 37,8400%; 51,0748%; 49,4560%; 28,1792%; 150,3920%; 50,3703% dan 43,2960%. Dari data kadar vitamin C dalam masing-masing sampel tablet, dapat diurutkan kadar vitamin C dari yang paling tinggi hingga rendah adalah kadar vitamin C Xon-C > kadar vitamin C Vit-C > kadar vitamin C Vitalong-C > kadar vitamin C IPI. Artinya, kadar vitamin C Xon-C adalah yang paling tinggi dibanding kadar vitamin C sampel tablet lainnya dan kadar vitamin C IPI adalah yang paling rendah dibanding kadar vitamin C sampel tablet lainnya. Pada titrasi iodometri ini, dapat dilihat suatu hubungan antara volume penambahan iodin 0,01 N dengan besarnya kadar vitamin C pada sampel. Volume iodin 0,01 N yang diberikan pada sampel IPI, Xon-C, Vitalong C, dan Vit-C secara berturut-turut adalah 5,9ml; 29ml; 16ml; dan 28,6ml. Volume iodin 0,01 yang dibutuhkan pada titrasi sampel Xon-C adalah yang paling besar dan volume iodin 0,01 N pada titrasi sampel IPI adalah yang paling sedikit. Urutan volume penambahan iodin 0,01 N ini sebanding dengan urutan kadar vitamin C masing-masing sampel dimana semakin besar volume iodin 0,01 N yang digunakan maka semakin besar pula kadar vitamin C sampel tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C pada sampel tablet antara lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang
  • 14. digunakan dalam titrasi dan jenis kemasan tablet. Semakin banyak volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi maka akan semakin tinggi pula kadar vitamin C yang dihasilkan. Stabilitas vitamin C tablet dipengaruhi oleh jenis kemasan tablet, semakin baik suatu kemasan melindungi vitamin C dari udara yang bisa menyebabkan oksidasi maka stabilitas vitamin C akan semakin terjaga. Selain itu, menurut Oyetade et al. (2012), faktor lama penyimpanan tablet juga berpengaruh terhadap kadar vitamin C tablet.
  • 15. Tabel 3.3 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Minuman Kemasan Kel. Sampel Berat Sampel (gram) Vol I2 (mL) Kadar (%) Perubahan Warna 10 Fruitamin 30 0,4 0,0047 Warna awal : kuning Warna akhir : kehitaman 4 30 0,85 0,0099 Warna awal : kuning Warna akhir : biru keunguan 11 You-C 1000 30,2 85,35 0,9955 Warna awal : kuning Warna akhir: kuning semu biru 25 30 2 0,0235 Warna awal : kuning Warna akhir: biru keunguan 12 Nutrisari 30 7,54 0,0884 Warna awal : kuning bening Warna akhir: ungu 26 30 6,3 0,0739 Warna awal : kuning bening Warna akhir: biru bening 13 Happy Jus 30 1,5 0,0176 Warna awal: kuning muda keruh Warna akhir: biru keunguan 27 30 1,2 0,0141 Warna awal : kuning muda keruh Warna akhir: biru bening 14 Country Choice 30 17,57 0,2063 Warna awal : kuning Warna akhir: ungu 28 30 22 0,2583 Warna awal : kuning Warna akhir : biru keunguan Sumber: Laporan Sementara Pembahasan: Penentuan kadar vitamin C pada sampel minuman kemasan dilakukan dengan menggunakan metode titrasi iodometri. Menurut Pratama dkk (2009), prinsip dari metode titrasi iodometri ini adalah semua
  • 16. vitamin C bereaksi dengan iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi vitamin C dengan iodin adalah C6H8O6+I2 C6H6O6+2I- +2H+ . Pada titrasi iodometri ini, digunakan indikator amilum dan iodin 0,01 N sebagai titran. Menurut Karinda dkk (2013), munculnya warna biru gelap setelah iodin menjadi berlebih disebabkan oleh iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir titrasi. Ada tiga jenis sampel yang digunakan pada percobaan ini. Ketiga sampel tersebut adalah sampel buah-buahan, sampel vitamin C tablet, dan sampel minuman kemasan. Pada Tabel 3.3 Hasil Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Minuman Kemasan, sampel minuman kemasan yang digunakan adalah Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice. Setelah dilakukan titrasi dengan iodin 0,01 N, didapat hasil perhitungan kadar vitamin C pada Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice berturut-turut adalah 0,0047% dan 0,0099%; 0,9955% dan 0,0235%; 0,0884% dan 0,0739%; 0,0176% dan 0,0141%; serta 0,2063% dan 0,2583%. Jika dirata-rata, maka rata-rata kadar vitamin C sampel Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice secara berturut-turut adalah 0,0073%; 0,5095%; 0,0812%; 0,0159%; dan 0,2323% Dari data kadar vitamin C pada masing-masing sampel minuman kemasan, dapat diurutkan rata-rata kadar vitamin C dari yang paling tinggi hingga rendah adalah kadar vitamin C You-C 1000 > kadar vitamin C Country Choice > kadar vitamin C Nutrisari > kadar vitamin C Happy Jus > kadar vitamin C Fruitamin. Artinya, kadar vitamin C You-C 1000 adalah yang paling tinggi dibanding kadar vitamin C sampel minuman kemasan lainnya dan kadar vitamin C Fruitamin adalah yang paling rendah dibanding kadar vitamin C sampel minuman kemasan lainnya. Pada titrasi iodometri ini, dapat dilihat suatu hubungan antara volume penambahan iodin 0,01 N dengan besarnya kadar vitamin C pada sampel. Rata-rata volume iodin 0,01 N yang diberikan pada sampel
  • 17. Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice secara berturut-turut adalah 0,625ml; 43,675ml; 6,92ml; 1,35ml; dan 19,785ml. Volume iodin 0,01 yang dibutuhkan pada titrasi sampel You-C 1000 adalah yang paling besar dan volume iodin 0,01 N pada titrasi sampel Fruitamin adalah yang paling sedikit. Urutan volume penambahan iodin 0,01 N ini sebanding dengan urutan kadar vitamin C masing-masing sampel dimana semakin besar volume iodin 0,01 N yang digunakan maka semakin besar pula kadar vitamin C sampel tersebut. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C antara lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi dan pemaparan minuman kemasan dengan udara secara langsung. Semakin banyak volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi maka akan semakin tinggi pula kadar vitamin C yang dihasilkan. Pemaparan dengan udara secara langsung akan membuat vitamin C teroksidasi dan rusak sehingga kadarnya berkurang. Selain itu faktor berat sampel dan nilai N iodin juga mempengaruhi kadar vitamin C yang dihasilkan sebagaimana tercantum dalam rumus berikut: Kadar Vit C (%) =
  • 18. E. Kesimpulan 1. Titrasi iodometri untuk mengetahui kadar vitamin C pada sampel dilakukan dengan larutan iodin 0,01 N sebagai titran dan amilum sebagai indikator. Titrasi di hentikan saat titik akhir titrasi tercapai dimana mayoritas sampel berubah warna jadi biru gelap. 2. Kadar vitamin C pada sampel buah jeruk, jambu, belimbing, cabai merah, dan cabai rawit berturut-turut adalah 0,1145%; 0,0720%; 0,1762%; 0,1580%; 0,0282%; 0,0880; 0,1515%; 0,0590; 0,1409%, dan 0,4640%. Kadar vitamin C pada sampel tablet IPI, Xon-C, Vitalong-C, dan Vit-C berturut-turut adalah 10,3911%; 37,8400%; 51,0748%; 49,4560%; 28,1792%; 150,3920%; 50,3703% dan 43,2960%. Kemudian kadar vitamin C pada minuman kemasan Fruitamin, You-C 1000, Nutrisari, Happy Jus, dan Country Choice berturut-turut adalah 0,0047% dan 0,0099%; 0,9948% dan 0,0235%; 0,0885% dan 0,0739%; 0,0176% dan 0,0141%; serta 0,2062% dan 0,2581%. 3. Kadar vitamin C tertinggi pada sampel buah terdapat pada buah jambu. Kadar vitamin C tertinggi pada sampel tablet adalah kadar vitamin C Xon-C. Sedangkan kadar vitamin C tertinggi pada sampel minuman kemasan adalah kadar vitamin C You-C 1000. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C antara lain adalah jumlah volume iodin 0,01 N yang digunakan dalam titrasi, nilai normalitas iodin, dan berat sampel. Secara spesifik, pada sampel buah kadar vitamin C dapat dipengaruhi juga oleh cara ekstraksi buah. Pada sampel tablet terdapat faktor jenis kemasan tablet dan lama penyimpanan tablet. Sedangkan pada sampel minuman kemasan terdapat faktor pemaparan udara secara langsung pada sampel.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Helmi, dkk. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus pada Mencit Diabetes. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, 2007. Christian, Gary D. 1971. Analytical Chemistry. John Wiley and Sons, Inc. Washington. Gaman, P.M, et al. 1981. Ilmu Pangan: Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan Mikrobiologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hart, Harold. 1987. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta. Helmiyesi, dkk. 2008. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Gula dan Vitamin C pada Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa). Buletin Anatomi dan Fisiologi, Vol. XVI, No. 2, Oktober 2008. Karinda, Monalisa, dkk. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan Iodometri. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT, Vol. 2, No. 1, Februari 2013. Kusnawidjaja, Kurnia. 1987. Biokimia. Penerbit Alumni. Bandung. Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. Maulidah, Silvana, dkk. 2012. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Cabai Rawit (Studi Kasus di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri). Jurnal SEPA, Vol. 8, No. 2, Februari 2012. Mukaromah, Ummu, dkk. 2010. Kadar Vitamin C, Mutu Fisik, pH dan Mutu Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus sabdariffa, L) Berdasarkan Cara Ekstraksi. Jurnal Pangan dan Gizi, Vol. 1, No. 1, 2010. Murini, Tri, dkk. 2007. Pengaruh Jus Buah Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Profil Lipid Darah dan Kejadian Aterosklerosis pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diberi Diet Tinggi Lemak. Jurnal Fisiologi Terapan, Vol. 3, No. 2, 2007. Ogunlesi, M, et al. 2010. Vitamin C Contents of Tropical Vegetables and Foods Determined by Voltammetric and Titrimetric Methods and Their Relevance to the Medicinal Uses of the Plants. International Journal of Electrochemical Science, Vol. 5, 2010. Olson, Robert E, et al. 1991. Pengetahuan Gizi Mutakhir: Vitamin. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
  • 20. Oyetade, O.A, et al. Stability Studies on Ascorbic Acid (Vitamin C) from Different Sources. IOSR Journal of Applied Chemistry, Vol. 2, No. 4, September- Oktober 2012. Phillips, Katherine M, et al. 2010. Stability of Vitamin C in Frozen Raw Fruit and Vegetables Homogenates. Journal of Food Composition and Analysis Vol. 23, 2010. Pratama, Anggi, dkk. 2009. Aplikasi LabView sebagai Pengukur Kadar Vitamin C dalam Larutan Menggunakan Metode Titrasi Iodimetri. Jurnal Teknik Elektro, Vol. 3, No. 1, 2009. Rachmawati, Rani, dkk. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kandungan Vitamin C pada Cabai Rawit Putih (Capsicum Frustescens). Jurnal Biologi, Vol. XIII, No. 2, Desember 2009. Suhardjo, dkk. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
  • 21. LAMPIRAN Perhitungan Kadar Vitamin C pada Sampel Tablet IPI Rumus hitung : Kadar Vit C (%) = Diketahui : N iod = 0,01 N BM vitamin C = 176,12 (Pratama dkk, 2009) Nilai fp diketahui dengan menghitung perbandingan antara volume pengenceran sampel dengan volume sampel yang dititrasi. Pada percobaan ini, volume pengenceran sampel adalah 50ml dan volume sampel yang dititrasi adalah 12,5ml. Sehingga didapat nilai fp = Kadar Vitamin C IPI :
  • 22. Gambar 3.1 Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Buah Gambar 3.2 Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Tablet Gambar 3.3 Penentuan Kadar Vitamin C pada Beberapa Sampel Minuman