SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
-------------------------------------------"
Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra
Yeni Herdlven, A us Buono. Gibtha Fitri Laxmi
Departemen I1mu Kornputer, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor
e-mail: yeniherdiyeni2006@yahoo.com
Abstract
This research proposed to implement content based image retrieval -using genetic algorithm to increase
information retrieval efficiency. Genetic algorithm is used to get the best of color at vector space mode/so The
vector space models obtained from color extraction by-fuzzy color histogram. Under genetic algorithm, a
chromosome represents each vector of color. These chromosome feed into genetic operator process such as
selection, crossover, and mutation until maximum generation and find optimize chromosome for image retrieval.
The optimal chromosome showed that chromosome with high similarity to query are more relevant to the query.
Retrieval evaluation used average precision value for every recall value. Based on the experience the average
precision using genetic algorithm is 66.65%. In addition, this result shows that genetic algorithm can be used in
image retrieval.
Keywords: content based image retrieval, genetic algorithm.fuzzy color histogram, cosine coefficient.
1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi saat m: menyebabkan
jumlah citra yang tersedia di internet menjadi sangat
banyak. Hal terse but menyebabkan pengguna mesin
pencari (search engine) mengalami kesulitan mene-
mukembalikan citra untuk mendapat-kan informasi
citra dengan cepat dan relevan. Hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, salah satunya adalah metode
pencarian yang dipakai oleh pengguna pada umumnya
masih dilakukan secara tekstual. Metode tekstual
menjadi kurang relevan digunakan saat deskripsi yang
diberikan terhadap citra tidak sesuai dengan isi dari
citra tersebut. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
metode pencarian dengan mengguna-kan ciri citra
yang disebut content based image retrieval (CBIR).
CBIR merupakan suatu pendekat-an dalam ternu
kembali citra yang didasarkan pada informasi yang
ter-kandung di dalam citra seperti warna, bentuk, dan
tekstur dari citra (Han & Ma 2002). Warn a lebih
dominan da-lam merepresentasikan karakteristik
visual (visual-content) dari citra di-bandingkan ciri
citra lainnya, sehingga ciri ini paling banyak
digunakan dalam temu kembali citra saat ini [14).
Teknik pengukuran kemiripan pada temu kembali
citra menggunakan jarak Euclidean antara kueri dan
basis data citra [2J [5J [II J menghasilkan hasil yang
kurang optimal. Kurang optimalnya temu kembali
tersebut dapat diatasi dengan menggunakan metode
optimasi. Penelitian yang dilakukan Klabbankoh dah
Pinngem (1999) menggunakan metode optimasi
algoritma genetika untuk rneningkatkan atau
mengoptimalkan hasil temu kembali pada teks. Oleh
karena itu, penelitian tru bertujuan untuk
mengimplementasikan temu kembali citra
menggunakan algortima genetika agar pemilihan
warna pad a citra menjadi optimal dan temu kembali
citra pun lebih relevan.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, seperti
yang terlihat pada Gambar l.
I Pengindeksan
I~--
I' -- Basi;---J
'L~~taCit:~
Penemuan Kembali Citra
Gambar 1. Metode penelitian.
321
Segmentasi Citra
Tahap preprocessing dalam penelitian ini adalah
tahap segmentasi. Proses ini dilakukan secara
automatis berdasarkan kuantisasi yang berbeda.
Tahapan segementasi yang dilakukan sebagai berikut
[2]:
.I Mengkuantisasi warna piksel. Kuantisasi
berguna untuk mengurangi jumlah warna pada
citra. Variasi warna pada objek dapat
diklasifikasikan menurut warn a yang sama
secara kenampakannya.
Nilai kuantisasi segmentasi citra yang
digunakan ialah warna hitam, merah, hijau, dan
biru yang dapat dilihat pada Tabel I.
2 Menghitung jumlah piksel tiap warna kuantisasi
pada pusat citra ukuran 20x20. Dua warn a
kuantisasi dengan jumlahpiksel di atas 70
diambil, kecuali warna hitam. Seluruh piksel
dengan warna kuantisasi terse but menjadi objek
citra yang menjadi perhatian utama.
3 Menjadikan citra biner. Daerah bunga pada citra
diberi nilai 1, sedangkan daerah yang tidak
diperhitungkan diberi nilai O.
Tabel I. Nilai warna kuantisasi pada proses
segmentasi
Nilai warn a kuantisasi pada segmentasi yang
digunakan pada penelitian kali ini berdasarkan
pengujian basis data citra.
Ekstraksi Ciri Warn a
Ekstraksi warna dengan FCH tidak terlalu beragam
hasilnya pada ruang warna seperti ROB, HSV dan
Lab [14]. Penelitian ini menggunakan ROB untuk
mempermudah pengolahan citra. Hasil segrnentasi
dari sernua citra, warna yang sering muncul diambil
yang terbaik tanpa ada warna yang sama.
Pengarnbilan warna awal yang terlalu banyak
memerlukan waktu komputasi yang besar untuk
ekstraksi ciri citra, oleh karena itu Fuzzv Ci Means
digunakan untuk mengelompokkan warna-wama
tersebut ke dalam sejumlah pusat cluster yang
ukurannya lebih kecil.
Gambar 2. Proses algoritma genetika.
Algoritma Genetika
Algoritma getietika (OA) merupakan suatu metode
pencarian yang didasarkan pada mekanisme dari
seleksi dan genetika natural [7]. Proses tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.
GA digunakan untuk menemukan solusi dalam
masalah yang kompleks melalui kumpulan-kumpulan
metode atau teknik seperti fungsi evaluasi (fitness
function), pindah silang, mutasi, dan seleksi alam
[12].
OA dikarakterisasi dengan 5 komponen dasar yaitu:
I. Representasikan krornosorn untuk mernudahkan
penemuan solusi dalam masalah pengoptimasian,
2. lnisialisasi populasi.
3. Fitness function yang mengevaluasi setiap
solusi.
4. Proses genetik yang menghasilkan sebuah
populasi baru dari populasi yang ada.
5. Parameter seperti ukuran populasi, probabilitas
proses genetik, banyaknya generasi, dan lain-
lain.
Ternu Kembali Citra
Hasil populasi akhir dari OA adalah populasi yang
setiap kromosomnya merepresentasikan sebuah citra
yang memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan
kueri. Hasil citra tersebut ditemukembalikan dengan
cara pengukuran tingkat kemiripan untuk mengetahui
citra yang relevan dengan basis data. Pengukuran
ting-kat kemiripan rru menggunakan cosi-ne
coefficient dengan threshold sebe-sar 0.75.
322
Evaluasi Temu Kembali Citra
Tahap evaluasi temu kembali dilakukan untuk menilai
tingkat keberhasilan dalam proses temu kembali citra
terhadap sejumlah koleksi pengujian. Evaluasi
terse but dilakukan dengan menghitung nilai recall
dan precisian dari proses temu kembali citra
berdasarkan penilaian relevansinya (gugus jawaban).
Recall adalah perbandingan jumlah citra relevan yang
terambil terhadap jumlah citra dalam basis data.
Precision adalah perbandingan jumlah citra yang relevan
terhadap jumlah citra yang ditemukembalikan.
3. HasilPercobaan
Penelitian ini menggunakan algoritma genetika (GA)
dalam mencari kemiripan antara kueri dan basis data
FCH yang ada. Kemiripan terse but merepresentasikan
nilai kedekatan ciri citra !Cueridan ciri citra basis data.
Kedekatan jarak ini merepresentasikan relevansi citra
terhadap kueri yang diberikan.
Segmentasi Citra
Tahap segmentasi menggunakan kuantisasi warna
hitam, merah, hijau, dan biru. Parameter kuantisasi
yang berbeda menghasilkan wilayah objek utama
yang berbedajuga. Tahap segmentasi pada Tabel 2 ini
bertuj uan untuk mendapatkan objek utama citra yang
paling baik dengan cara yang sederhana [2].
Ekstraksi Ciri Warna
Ekstraksi ciri warna pada citra di-lakukan dengan cara
merepresenta-sikan peluang atau frekuensi piksel
setiap citra ke dalam nilai warna (bin). Bin tersebut
diperoleh dengan menggunakan FCH dengan FCM.
Nilai warna yang digunakan 25 bin [2] yang
dilakukan secara manual. Contoh Citra dan nilai
warna citra dapat dilihat pada Gambar 3.
label 2. Tahapan segmentasi
Citra
Gambar 3 Citra dan nilai warna. Algoritma Genetika
Tahapan algoritma genetika dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Representasi Kromosom dan Populasi Awal
Representasi kromosom merupakan cara untuk
mengkodekan suatu alternatif solusi itu menjadi
kromosom yang akan diproses menggunakan GA.
Representasi kromosom dalam penelitian iru
digunakan dalam berbentuk ciri citra yang berupa
histogram. Panjang gen dalam krornosom yang berisi
nilai warna sebanyak 25 bin merupakan nilai warna
yang akan memberikan solusi pemecahan dalam
masalah temu kembali citra berdasarkan nilai warna
[2]. Ilustrasi sebuah kromosom dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 4. Ukuran kromosom pada
populasi yang digunakan berdasarkan threshold yang
telah ditetapkan sebelurnnya yaitu sebesar 0.4.
Threshold tersebut menjelaskan nilai jarak antara citra
kueri dan basis data yang dimiliki lebih besar dari 0.4.
.~ 0.019228
• ._,",'_._--_._-,,_ .._"-
0.096002
0.30344
0.022238
"
0.019413
!~'.
0.019403
0.03323
0.01394
0.044351
0.010119
0.020451
0.025684
-----
0.028885
0.069538
0.018363....__..._._._._--_ ..
0.038018
0.0087112
0.013617
0.033004
1_~q;;1§0~
0.0079351
Gambar 4. lIustrasi sebuah kromosom dalam algoritma
genetika.
• Fungsi Evaluasi
Pada penelitian ini, permasalahan optimasi yang ingin
dicapai adalah mendapatkan hasil temu kembali yang
optimal yaitu bin-bin warna yang diternukernbalikan
mirip dengan kueri. Oleh karena itu fungsi evaluasi
yang digunakan pada penelitian kali ini adalah
sebagai berikut:
323
------ -- ---
Dengan V, adalah nilai evaluasi, Xi adalah vektor bin-
bin warna yang dimiliki kueri, dan Yi adalah vektor
bin-bin warna yang dimiliki kromosom.
Hasil dari fungsi evaluasi tersebut berada dalam
interval 0 dan I. Nilai evaluasi mendekati I
mengartikan bahwa dokumen semakin relevan dengan
kueri. Sebaliknya, nilai evaluasi mendekati 0
mengartikan bahwa semakin tidak relevan antara
kueri dan dokumen [9].
Elitisme
Nilai evaluasi yang dimiliki tiap individu atau
kromosom akan diurutkan untuk mengetahui
kromosom yang memiliki nilai terbaik. Kromosom
dengan nilai terbaik tersebut akan disalin atau
disimpan agar tidak rusak akibat proses genetik [13].
Jumlah kromosom yang digunakan pada penelitian ini
sebanyak 2 nilai terbaik.
• Seleksi Individu
Seleksi adalah proses memilih individu pada populasi
yang memiliki nilai evaluasi baik untuk dilanjutkan
ke proses pindah silang dan mutasi [3]. Proses seleksi
yang digunakan adalah roullete wheel. Seleksi
dilakukan dengan cara mengambil nilai acak antara
nilai minimum dan maksimum evaluasi tiap generasi.
Jika nilai tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas
kumulatif maka kromosom yang ditunjuk akan dipiJih
sebagai kromosom induk.
Tahap awal dari roulette wheel adalah dengan
menghitung probabili-tas seleksi dengan rumus:
PIr - ':;-vat(v·i.J,
Po;>J.f:f'
F = L £w~t(v',)
,=1
Probabilitas seleksi kumulatit' (q,) untuk setiap
kromosom vk:
k
'hr = 2:>'i1=1
Algoritma seleksi sebagai berikut:
Langkah I: Bangkitkan bilangan acak r antara
[0,1]
Langkah 2: Jika r S ql, pilih kromosom VI, kalau
tidak pilih kromosom k dengan
ketentuan:
Vk (2 S k S Pop. Size) dan
qk-I Sr S q,
Kromosom yang memiliki nilai evaluasi yang besar
atau mendekati I akan memiliki kemungkinan terpilih
yang lebih besar sebagai populasi baru untuk proses
genetik selanjut-nya. Hal tersebut menyebabkan
kromosom akan terpilih lebih dari satu kali.
(I) Pindah Silang
Pindah silang merupakan proses paling penting dalam
GA pada proses genetik. Proses ini melakukan pindah
silang antar kromosom induk yang telah dipilih
sebelumnya. Pemilihan antarkromosom induk yang
akan dipindahsilang ialah dengan cara mengambil
nilai acak yang bernilai lebih kecil dari peluang
pindah silang Pc. Peluang pindah silang yang
digunakan sebesar 0.85. Proses pindah silang dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Proses pindah silang.
Kromosom yang akan dipindah-silangkan
menggunakan one point crossover. Gen-gen yang
dimiliki kromosom induk setelah titik potong akan
dipindahsilangkan antar-induk sehingga tercipta dua
buah kromosom baru.
(2)
Mutasi
Proses. mutasi yang digunakan adalah sistem gen
dengan nilai gen mutasi yaitu bilangan bulat. Gen
akan mengalami perubahan yang berguna untuk
mengembalikan kerusakan gen akibat genetik lainnya
[1]. Proses mutasi merupakan proses pengubahan
nilai gen pada kromosom yang telah dipilih
sebelumnya. Pemilihan gen ialah dengan cara
mengambil nilai acak yang menyatakan posisi gen-
gen yang akan dimutasi. Setelah diketahuinya posisi
gen yang akan dimutasi maka nilai kuantisasi warna
terse but akan diubah dengan ketentuan sebagai
berikut:
(3)
if (allele kueri > allele kromosom)
allele_kromosom +~ 0.01;
else
allele kromosorn 0.01;
324
end
------------
Banyaknya gen yang dimutasi berdasarkan peluang
mutasi Pm yang ditentukan dalam GA. Peluang Pm
yang digunakan sebesar 0.15.
Populasi baru hasil mutasi akan dievaluasi kembali
untuk mengetahui kromosom yang memiliki nilai
terbaik berikutnya.
• Iterasi Algoritma Genetika
Iterasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak
100 kali. Jika iterasi telah mencapai maksimum yaitu
100 kali, maka proses genetik pada penelitian ini akan
selesai dan menghasilkan populasi yang lebih baik
dari sebelumnya.
Spesifikasi GA secara sederhana yang digunakan
dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 3.
Temu Kembali Citra
Temu kembali citra merupakan hasil akhir dari
algoritma genetika dalam melakukan temu kembali
citra pada basis data. Populasi hasil GA ini akan
ditemukembalikan menggunakan cosine coefficient
untuk mengetahui vektor citra bunga yang relevan
dengan kueri. Temu kembali citra yang dilakukan
menggunakan 37 bunga yang merupakan perwakilan
dari tiap kelas. Relevansi citra tersebut berdasarkan
37 kelas citra dan 360 citra yang berada di daIam
basis data.
Hasil temu kembali menggunakan GA berdasarkan
ciri wama memberikan hasil yang baik. Contoh hasil
temu kembali dapat dilihat pada Gambar 6.
Tabel 1. Spesifikasi GA pada penelitian ini
Spesifikasi GA Keterangan
Jumlah Kromosom Berdasarkan nilai jarak >
atau besarnya thresholdttiA)
populasi
Nilai evaluasi Menggunakan cosine
coefficient
Jumlah gen 25 bin warna
Peluang pindah 0.85
silang
Peluang mutasi 0.15
Metode Seleksi Roulette wheel
Pindah silang One point crossover
Mutasi Sistem gen, pergeseran
nilai kuantisasi wama
Elitisme Menyalin kroinosom
yang memiliki nilai jarak
terdekat atau nilai
evaluasi terbaik.
lterasi 100 kali.
II iiiiiii
••Gambar 6. Contoh hasil temu kembali menggunakan GA.
Hasil GA pada beberapa citra memiliki hasil yang
kurang relevan pada saat temu kembali. Contoh hasil
temu kembali yang kurang relevan dapat dilihat pada
Gambar 7. Hasil tersebut disebabkan oleh kecilnya
keragaman nilai kuantisasi wama hasil proses FCH.
Nilai tersebut menyebabkan vektor ciri citra pada
basis data memiliki keragaman yang kecil pula.
Keragaman vektor ciri tersebut menghasilkan nilai
evaluasi yang hampir sama, sehingga pada proses
seleksi seluruh kromosom populasi cenderung untuk
selalu terpilih.
I [iri.llllii~
iigiiiiiiii
.iiiiiima
Gambar 7. Contoh hasil temu kembali yang kurang optimal.
Jumlah citra yang ditemukemba-likan pada setiap
percobaan menggu-nakan GA memi1iki jumlah yang
berbcda-beda. Hal itu disebabkan GA menghasilkan
kromosom yang memiliki nilai evaluasi yang baik dan
nilai threshold sebesar 0.75 digunakan agar hasil yang
ditampilkan lebih relevan terhadap kueri.
Evaluasi Temu Kembali Citra
GA dalam sistem ini secara umum memiliki hasil
yang memiliki recall dan precision yang baik. Nilai
recall yang digunakan adalah 0, 0.1, 0.2, ... , 1. Nilai
recall ini menunjukan jumlah bagian citra dari
seluruh citra terambil untuk perhitungan nilai
preCISIOn. Hasil temu kembali pada lampiran
dilakukan dengan pencarian sebanyak satu kali,
karena secara umum recall dan precision hampir
sarna walau dilakukan berkali-kali. Rataan precision
dapat dilihat pad a Tabel 5.
Tabel4. Rataanprecision ternu kembali
Recall GA(%)
0 100
0.1 91.17
0.2 85.64
0.3 82.14
0.4 74.73
0.5 71.38
0.6 65.32
0.7 59.33
0.8 51.46
0.9 30.42
1 21.56
Rataan 66.65
325
~---.-----------.-.-.-.-- ...-..----..-...
Recall dim precision
basil temu kembali menggunakan GA
100
~ 60 i--"'-'--"-'-
i ,,~-------------.---
2O+--.-- ..---.----.---...-.--.-..--..--..~
Gambar 8. Grafik rataan precision hasil ternu kembali
menggunakan GA.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa nilai
precision algoritma genetika memiliki rataan yang
cukup baik untuk seluruh tingkat recall. Grafik pada
Gambar 8 memperlihatkan rataan precision yang
cukup stabil, yaitu dengan rataan sebesar 66.65%.
Nilai precision cukup baik pada tingkat recall antara
0.1-0.8 karena pada recall 0.9 ke atas nilai rataan
precision turun secarasignifikan.
4. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan bah-wa temu kembali
menggunakan algoritma genetika memberikan hasil
temu kembali citra yang baik terutama pada nilai
recall 0.1-0.8, dengan rataan precision sebesar
72.64% untuk tingkat tersebut. Nilai rataan precision
untuk temu kembali citra menggunakan algoritma
genetika secarakeseluruhan yaitu sebesar66.65%.
httillNi8tiffll!!jj
[1] Aly AA 2007. Applying Genetic Algorithm in
Query Improvement Problem.
www.foibg.comlijitklijitk-voI01/ijitk01-4-p02.pdf [3
Juli 2008].
[2] Balqis DP. 2006. Fuzzy Color Histogram untuk
Temu Kembali Citra Bunga. [skripsi]. Bogar:
Fakultas Matematika dan IImu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogar.
[3J COXE. 2005. Fuzzy Modeling and Genetic
Algorithms for Data Mining and Exploration. USA:
Morgan Kaufman Publishers.
[4J Gen M, Cheng R. 1997. Genetics Algorithms and
Engineering Design. John Wiley & Sons, Inc.
Canada.
[5J Hadi S. 2004. Pengembangan Model Generatif
Pengenalan Wajah pada Latar Belakang, Pose
dan lIuminasi yang Bervartasi [disertasi].
Bandung: Program Pascasarjana, Institut
Teknologi Bandung.
[6] Han J, Ma K. 2006. Data Mining: Concepts and
Techniques. USA: Morgan Kaufman Publishers.
[7] Haupt RL, Haupt SE. 2004. Practical Genetic
Algorithms. New Jersey: John Willey.
[8] Hermawanto D. 2003. Algoritma Genetika dan
Contoh Aplikasinya.
http://dennyhermawanto.webhop.org [17 Maret
2008]
[9] Klabbankoh B, Pinngern O. 1999. Applied
Genetic Algorithms in Information Retrieval.
Bangkok: Faculty of Information Technology King
Mongkut, Institute of Technology Ladkrabang.
http://www.journal.au.edu/ijcim/sepgg/02-
drouen.pdf [17 Juli 2007J
[10] Mitchell M. 1998.An Introduction to Genetic
Algorithms. London: Massachusetts Institute of
Technology.
[11] Noorniawati VY. 2007. Metode Support Vector
Machine untuk Klasifikasi pada Sistem Temu
Kembali Citra. [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan IImu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
[12] Owais SSJ, Kromer P, Snasel V. 2005. Query
Optimization by Genetic Algorithm.
ftp.informatik.rwth-aachen.de IPublicationsl
CEUR-WSNol-129/paper16.pdf [3 Juli 2008].
[13] Suyanto. 2005. Algoritma Genetika dalam
MATLAB. Penerbit ANDI. Yogyakarta
[14J Vertan C dan Boujemaa N. 2000. Using Fuzzy
Color Histogram and Distance for Color Image
Retrieval. Prentice Hall. United Kingdom.
http://wwwrocq~inria.frlimedia/Articles/cir2000.pdf
[28 Oktober 20061
326

More Related Content

Similar to Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra

PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...Repository Ipb
 
77-Article Text-523-1-10-20200331.pdf
77-Article Text-523-1-10-20200331.pdf77-Article Text-523-1-10-20200331.pdf
77-Article Text-523-1-10-20200331.pdfHendraPurnama31
 
Algoritma pengolahan citra untuk deteksi jeruk lemon (citrus medica) mengguna...
Algoritma pengolahan citra untuk deteksi jeruk lemon (citrus medica) mengguna...Algoritma pengolahan citra untuk deteksi jeruk lemon (citrus medica) mengguna...
Algoritma pengolahan citra untuk deteksi jeruk lemon (citrus medica) mengguna...Repository Ipb
 
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan PikselBinarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan PikselTeady Matius
 
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...ym.ygrex@comp
 
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRONSEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRONTeady Matius
 
Materi 7 ekstraksi ciri
Materi 7   ekstraksi ciriMateri 7   ekstraksi ciri
Materi 7 ekstraksi ciridedidarwis
 
Bab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citraBab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citraSyafrizal
 
Bab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citraBab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citradedidarwis
 
4 ekstraksi-fitur-menggunakan-metode-lda-dan-pemilihan-eigen-value-pada-cacat...
4 ekstraksi-fitur-menggunakan-metode-lda-dan-pemilihan-eigen-value-pada-cacat...4 ekstraksi-fitur-menggunakan-metode-lda-dan-pemilihan-eigen-value-pada-cacat...
4 ekstraksi-fitur-menggunakan-metode-lda-dan-pemilihan-eigen-value-pada-cacat...david resty
 
Clustering kualitas-beras-dengan-k-means
Clustering kualitas-beras-dengan-k-meansClustering kualitas-beras-dengan-k-means
Clustering kualitas-beras-dengan-k-meansichal palawa
 
Makalah komgraf
Makalah komgrafMakalah komgraf
Makalah komgraffahlevizha
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citraOvie Poenya
 
Metodologi dan pengujian pada image steganografi
Metodologi dan pengujian pada image steganografiMetodologi dan pengujian pada image steganografi
Metodologi dan pengujian pada image steganografiAgung Sulistyanto
 

Similar to Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra (19)

PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
 
77-Article Text-523-1-10-20200331.pdf
77-Article Text-523-1-10-20200331.pdf77-Article Text-523-1-10-20200331.pdf
77-Article Text-523-1-10-20200331.pdf
 
Jurnal Article <search>
Jurnal Article <search>Jurnal Article <search>
Jurnal Article <search>
 
Algoritma pengolahan citra untuk deteksi jeruk lemon (citrus medica) mengguna...
Algoritma pengolahan citra untuk deteksi jeruk lemon (citrus medica) mengguna...Algoritma pengolahan citra untuk deteksi jeruk lemon (citrus medica) mengguna...
Algoritma pengolahan citra untuk deteksi jeruk lemon (citrus medica) mengguna...
 
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan PikselBinarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel
 
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
 
9 f43e4d cd01
9 f43e4d cd019 f43e4d cd01
9 f43e4d cd01
 
18 bab iii
18 bab iii18 bab iii
18 bab iii
 
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRONSEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
SEGMENTASI CITRA DENGAN VARIASI RGB DAN ALGORITMA PERCEPTRON
 
Rice Yield Prediction
Rice Yield PredictionRice Yield Prediction
Rice Yield Prediction
 
Materi 7 ekstraksi ciri
Materi 7   ekstraksi ciriMateri 7   ekstraksi ciri
Materi 7 ekstraksi ciri
 
Bab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citraBab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citra
 
Bab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citraBab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citra
 
4 ekstraksi-fitur-menggunakan-metode-lda-dan-pemilihan-eigen-value-pada-cacat...
4 ekstraksi-fitur-menggunakan-metode-lda-dan-pemilihan-eigen-value-pada-cacat...4 ekstraksi-fitur-menggunakan-metode-lda-dan-pemilihan-eigen-value-pada-cacat...
4 ekstraksi-fitur-menggunakan-metode-lda-dan-pemilihan-eigen-value-pada-cacat...
 
Clustering kualitas-beras-dengan-k-means
Clustering kualitas-beras-dengan-k-meansClustering kualitas-beras-dengan-k-means
Clustering kualitas-beras-dengan-k-means
 
Makalah komgraf
Makalah komgrafMakalah komgraf
Makalah komgraf
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citra
 
Metodologi dan pengujian pada image steganografi
Metodologi dan pengujian pada image steganografiMetodologi dan pengujian pada image steganografi
Metodologi dan pengujian pada image steganografi
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatanSuzanDwiPutra
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxtressa8
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxiwidyastama85
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurDoddiKELAS7A
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptxErikaPutriJayantini
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxWulanEnggarAnaskaPut
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)BashoriAlwi4
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarAureliaAflahAzZahra
 
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidananASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidananriniaandayani
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxAmmar Ahmad
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxPpt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxMeilianiPuspitaSari
 
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanTitaniaUtami
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanaji guru
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxrandikaakbar11
 

Recently uploaded (20)

contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptxSlide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
Slide Kick Off for Public - Google Cloud Arcade Facilitator 2024.pptx
 
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptxPPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
PPt-Juknis-PPDB-2024 (TerbarU) kabupaten GIanyar.pptx
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
Modul 5 Simetri (simetri lipat, simetri putar)
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidananASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
ASPEK KIMIA TUBUH dalam ilmu kesehatan dan kebidanan
 
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docxMateri E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
Materi E-modul Ekosistem kelas X SMA.docx
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptxPpt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
Ppt kelompok 6 (preeklamsia ringan).pptx
 
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaanprinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
 
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptxMATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
MATERI Projek Kreatif Kewirausahaan kelas XI SMK.pptx
 

Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra

  • 1. -------------------------------------------" Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra Yeni Herdlven, A us Buono. Gibtha Fitri Laxmi Departemen I1mu Kornputer, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor e-mail: yeniherdiyeni2006@yahoo.com Abstract This research proposed to implement content based image retrieval -using genetic algorithm to increase information retrieval efficiency. Genetic algorithm is used to get the best of color at vector space mode/so The vector space models obtained from color extraction by-fuzzy color histogram. Under genetic algorithm, a chromosome represents each vector of color. These chromosome feed into genetic operator process such as selection, crossover, and mutation until maximum generation and find optimize chromosome for image retrieval. The optimal chromosome showed that chromosome with high similarity to query are more relevant to the query. Retrieval evaluation used average precision value for every recall value. Based on the experience the average precision using genetic algorithm is 66.65%. In addition, this result shows that genetic algorithm can be used in image retrieval. Keywords: content based image retrieval, genetic algorithm.fuzzy color histogram, cosine coefficient. 1. Pendahuluan Perkembangan teknologi saat m: menyebabkan jumlah citra yang tersedia di internet menjadi sangat banyak. Hal terse but menyebabkan pengguna mesin pencari (search engine) mengalami kesulitan mene- mukembalikan citra untuk mendapat-kan informasi citra dengan cepat dan relevan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah metode pencarian yang dipakai oleh pengguna pada umumnya masih dilakukan secara tekstual. Metode tekstual menjadi kurang relevan digunakan saat deskripsi yang diberikan terhadap citra tidak sesuai dengan isi dari citra tersebut. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode pencarian dengan mengguna-kan ciri citra yang disebut content based image retrieval (CBIR). CBIR merupakan suatu pendekat-an dalam ternu kembali citra yang didasarkan pada informasi yang ter-kandung di dalam citra seperti warna, bentuk, dan tekstur dari citra (Han & Ma 2002). Warn a lebih dominan da-lam merepresentasikan karakteristik visual (visual-content) dari citra di-bandingkan ciri citra lainnya, sehingga ciri ini paling banyak digunakan dalam temu kembali citra saat ini [14). Teknik pengukuran kemiripan pada temu kembali citra menggunakan jarak Euclidean antara kueri dan basis data citra [2J [5J [II J menghasilkan hasil yang kurang optimal. Kurang optimalnya temu kembali tersebut dapat diatasi dengan menggunakan metode optimasi. Penelitian yang dilakukan Klabbankoh dah Pinngem (1999) menggunakan metode optimasi algoritma genetika untuk rneningkatkan atau mengoptimalkan hasil temu kembali pada teks. Oleh karena itu, penelitian tru bertujuan untuk mengimplementasikan temu kembali citra menggunakan algortima genetika agar pemilihan warna pad a citra menjadi optimal dan temu kembali citra pun lebih relevan. 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, seperti yang terlihat pada Gambar l. I Pengindeksan I~-- I' -- Basi;---J 'L~~taCit:~ Penemuan Kembali Citra Gambar 1. Metode penelitian. 321
  • 2. Segmentasi Citra Tahap preprocessing dalam penelitian ini adalah tahap segmentasi. Proses ini dilakukan secara automatis berdasarkan kuantisasi yang berbeda. Tahapan segementasi yang dilakukan sebagai berikut [2]: .I Mengkuantisasi warna piksel. Kuantisasi berguna untuk mengurangi jumlah warna pada citra. Variasi warna pada objek dapat diklasifikasikan menurut warn a yang sama secara kenampakannya. Nilai kuantisasi segmentasi citra yang digunakan ialah warna hitam, merah, hijau, dan biru yang dapat dilihat pada Tabel I. 2 Menghitung jumlah piksel tiap warna kuantisasi pada pusat citra ukuran 20x20. Dua warn a kuantisasi dengan jumlahpiksel di atas 70 diambil, kecuali warna hitam. Seluruh piksel dengan warna kuantisasi terse but menjadi objek citra yang menjadi perhatian utama. 3 Menjadikan citra biner. Daerah bunga pada citra diberi nilai 1, sedangkan daerah yang tidak diperhitungkan diberi nilai O. Tabel I. Nilai warna kuantisasi pada proses segmentasi Nilai warn a kuantisasi pada segmentasi yang digunakan pada penelitian kali ini berdasarkan pengujian basis data citra. Ekstraksi Ciri Warn a Ekstraksi warna dengan FCH tidak terlalu beragam hasilnya pada ruang warna seperti ROB, HSV dan Lab [14]. Penelitian ini menggunakan ROB untuk mempermudah pengolahan citra. Hasil segrnentasi dari sernua citra, warna yang sering muncul diambil yang terbaik tanpa ada warna yang sama. Pengarnbilan warna awal yang terlalu banyak memerlukan waktu komputasi yang besar untuk ekstraksi ciri citra, oleh karena itu Fuzzv Ci Means digunakan untuk mengelompokkan warna-wama tersebut ke dalam sejumlah pusat cluster yang ukurannya lebih kecil. Gambar 2. Proses algoritma genetika. Algoritma Genetika Algoritma getietika (OA) merupakan suatu metode pencarian yang didasarkan pada mekanisme dari seleksi dan genetika natural [7]. Proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. GA digunakan untuk menemukan solusi dalam masalah yang kompleks melalui kumpulan-kumpulan metode atau teknik seperti fungsi evaluasi (fitness function), pindah silang, mutasi, dan seleksi alam [12]. OA dikarakterisasi dengan 5 komponen dasar yaitu: I. Representasikan krornosorn untuk mernudahkan penemuan solusi dalam masalah pengoptimasian, 2. lnisialisasi populasi. 3. Fitness function yang mengevaluasi setiap solusi. 4. Proses genetik yang menghasilkan sebuah populasi baru dari populasi yang ada. 5. Parameter seperti ukuran populasi, probabilitas proses genetik, banyaknya generasi, dan lain- lain. Ternu Kembali Citra Hasil populasi akhir dari OA adalah populasi yang setiap kromosomnya merepresentasikan sebuah citra yang memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan kueri. Hasil citra tersebut ditemukembalikan dengan cara pengukuran tingkat kemiripan untuk mengetahui citra yang relevan dengan basis data. Pengukuran ting-kat kemiripan rru menggunakan cosi-ne coefficient dengan threshold sebe-sar 0.75. 322
  • 3. Evaluasi Temu Kembali Citra Tahap evaluasi temu kembali dilakukan untuk menilai tingkat keberhasilan dalam proses temu kembali citra terhadap sejumlah koleksi pengujian. Evaluasi terse but dilakukan dengan menghitung nilai recall dan precisian dari proses temu kembali citra berdasarkan penilaian relevansinya (gugus jawaban). Recall adalah perbandingan jumlah citra relevan yang terambil terhadap jumlah citra dalam basis data. Precision adalah perbandingan jumlah citra yang relevan terhadap jumlah citra yang ditemukembalikan. 3. HasilPercobaan Penelitian ini menggunakan algoritma genetika (GA) dalam mencari kemiripan antara kueri dan basis data FCH yang ada. Kemiripan terse but merepresentasikan nilai kedekatan ciri citra !Cueridan ciri citra basis data. Kedekatan jarak ini merepresentasikan relevansi citra terhadap kueri yang diberikan. Segmentasi Citra Tahap segmentasi menggunakan kuantisasi warna hitam, merah, hijau, dan biru. Parameter kuantisasi yang berbeda menghasilkan wilayah objek utama yang berbedajuga. Tahap segmentasi pada Tabel 2 ini bertuj uan untuk mendapatkan objek utama citra yang paling baik dengan cara yang sederhana [2]. Ekstraksi Ciri Warna Ekstraksi ciri warna pada citra di-lakukan dengan cara merepresenta-sikan peluang atau frekuensi piksel setiap citra ke dalam nilai warna (bin). Bin tersebut diperoleh dengan menggunakan FCH dengan FCM. Nilai warna yang digunakan 25 bin [2] yang dilakukan secara manual. Contoh Citra dan nilai warna citra dapat dilihat pada Gambar 3. label 2. Tahapan segmentasi Citra Gambar 3 Citra dan nilai warna. Algoritma Genetika Tahapan algoritma genetika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Representasi Kromosom dan Populasi Awal Representasi kromosom merupakan cara untuk mengkodekan suatu alternatif solusi itu menjadi kromosom yang akan diproses menggunakan GA. Representasi kromosom dalam penelitian iru digunakan dalam berbentuk ciri citra yang berupa histogram. Panjang gen dalam krornosom yang berisi nilai warna sebanyak 25 bin merupakan nilai warna yang akan memberikan solusi pemecahan dalam masalah temu kembali citra berdasarkan nilai warna [2]. Ilustrasi sebuah kromosom dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Ukuran kromosom pada populasi yang digunakan berdasarkan threshold yang telah ditetapkan sebelurnnya yaitu sebesar 0.4. Threshold tersebut menjelaskan nilai jarak antara citra kueri dan basis data yang dimiliki lebih besar dari 0.4. .~ 0.019228 • ._,",'_._--_._-,,_ .._"- 0.096002 0.30344 0.022238 " 0.019413 !~'. 0.019403 0.03323 0.01394 0.044351 0.010119 0.020451 0.025684 ----- 0.028885 0.069538 0.018363....__..._._._._--_ .. 0.038018 0.0087112 0.013617 0.033004 1_~q;;1§0~ 0.0079351 Gambar 4. lIustrasi sebuah kromosom dalam algoritma genetika. • Fungsi Evaluasi Pada penelitian ini, permasalahan optimasi yang ingin dicapai adalah mendapatkan hasil temu kembali yang optimal yaitu bin-bin warna yang diternukernbalikan mirip dengan kueri. Oleh karena itu fungsi evaluasi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut: 323 ------ -- ---
  • 4. Dengan V, adalah nilai evaluasi, Xi adalah vektor bin- bin warna yang dimiliki kueri, dan Yi adalah vektor bin-bin warna yang dimiliki kromosom. Hasil dari fungsi evaluasi tersebut berada dalam interval 0 dan I. Nilai evaluasi mendekati I mengartikan bahwa dokumen semakin relevan dengan kueri. Sebaliknya, nilai evaluasi mendekati 0 mengartikan bahwa semakin tidak relevan antara kueri dan dokumen [9]. Elitisme Nilai evaluasi yang dimiliki tiap individu atau kromosom akan diurutkan untuk mengetahui kromosom yang memiliki nilai terbaik. Kromosom dengan nilai terbaik tersebut akan disalin atau disimpan agar tidak rusak akibat proses genetik [13]. Jumlah kromosom yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 2 nilai terbaik. • Seleksi Individu Seleksi adalah proses memilih individu pada populasi yang memiliki nilai evaluasi baik untuk dilanjutkan ke proses pindah silang dan mutasi [3]. Proses seleksi yang digunakan adalah roullete wheel. Seleksi dilakukan dengan cara mengambil nilai acak antara nilai minimum dan maksimum evaluasi tiap generasi. Jika nilai tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas kumulatif maka kromosom yang ditunjuk akan dipiJih sebagai kromosom induk. Tahap awal dari roulette wheel adalah dengan menghitung probabili-tas seleksi dengan rumus: PIr - ':;-vat(v·i.J, Po;>J.f:f' F = L £w~t(v',) ,=1 Probabilitas seleksi kumulatit' (q,) untuk setiap kromosom vk: k 'hr = 2:>'i1=1 Algoritma seleksi sebagai berikut: Langkah I: Bangkitkan bilangan acak r antara [0,1] Langkah 2: Jika r S ql, pilih kromosom VI, kalau tidak pilih kromosom k dengan ketentuan: Vk (2 S k S Pop. Size) dan qk-I Sr S q, Kromosom yang memiliki nilai evaluasi yang besar atau mendekati I akan memiliki kemungkinan terpilih yang lebih besar sebagai populasi baru untuk proses genetik selanjut-nya. Hal tersebut menyebabkan kromosom akan terpilih lebih dari satu kali. (I) Pindah Silang Pindah silang merupakan proses paling penting dalam GA pada proses genetik. Proses ini melakukan pindah silang antar kromosom induk yang telah dipilih sebelumnya. Pemilihan antarkromosom induk yang akan dipindahsilang ialah dengan cara mengambil nilai acak yang bernilai lebih kecil dari peluang pindah silang Pc. Peluang pindah silang yang digunakan sebesar 0.85. Proses pindah silang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Proses pindah silang. Kromosom yang akan dipindah-silangkan menggunakan one point crossover. Gen-gen yang dimiliki kromosom induk setelah titik potong akan dipindahsilangkan antar-induk sehingga tercipta dua buah kromosom baru. (2) Mutasi Proses. mutasi yang digunakan adalah sistem gen dengan nilai gen mutasi yaitu bilangan bulat. Gen akan mengalami perubahan yang berguna untuk mengembalikan kerusakan gen akibat genetik lainnya [1]. Proses mutasi merupakan proses pengubahan nilai gen pada kromosom yang telah dipilih sebelumnya. Pemilihan gen ialah dengan cara mengambil nilai acak yang menyatakan posisi gen- gen yang akan dimutasi. Setelah diketahuinya posisi gen yang akan dimutasi maka nilai kuantisasi warna terse but akan diubah dengan ketentuan sebagai berikut: (3) if (allele kueri > allele kromosom) allele_kromosom +~ 0.01; else allele kromosorn 0.01; 324 end ------------
  • 5. Banyaknya gen yang dimutasi berdasarkan peluang mutasi Pm yang ditentukan dalam GA. Peluang Pm yang digunakan sebesar 0.15. Populasi baru hasil mutasi akan dievaluasi kembali untuk mengetahui kromosom yang memiliki nilai terbaik berikutnya. • Iterasi Algoritma Genetika Iterasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 kali. Jika iterasi telah mencapai maksimum yaitu 100 kali, maka proses genetik pada penelitian ini akan selesai dan menghasilkan populasi yang lebih baik dari sebelumnya. Spesifikasi GA secara sederhana yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 3. Temu Kembali Citra Temu kembali citra merupakan hasil akhir dari algoritma genetika dalam melakukan temu kembali citra pada basis data. Populasi hasil GA ini akan ditemukembalikan menggunakan cosine coefficient untuk mengetahui vektor citra bunga yang relevan dengan kueri. Temu kembali citra yang dilakukan menggunakan 37 bunga yang merupakan perwakilan dari tiap kelas. Relevansi citra tersebut berdasarkan 37 kelas citra dan 360 citra yang berada di daIam basis data. Hasil temu kembali menggunakan GA berdasarkan ciri wama memberikan hasil yang baik. Contoh hasil temu kembali dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 1. Spesifikasi GA pada penelitian ini Spesifikasi GA Keterangan Jumlah Kromosom Berdasarkan nilai jarak > atau besarnya thresholdttiA) populasi Nilai evaluasi Menggunakan cosine coefficient Jumlah gen 25 bin warna Peluang pindah 0.85 silang Peluang mutasi 0.15 Metode Seleksi Roulette wheel Pindah silang One point crossover Mutasi Sistem gen, pergeseran nilai kuantisasi wama Elitisme Menyalin kroinosom yang memiliki nilai jarak terdekat atau nilai evaluasi terbaik. lterasi 100 kali. II iiiiiii ••Gambar 6. Contoh hasil temu kembali menggunakan GA. Hasil GA pada beberapa citra memiliki hasil yang kurang relevan pada saat temu kembali. Contoh hasil temu kembali yang kurang relevan dapat dilihat pada Gambar 7. Hasil tersebut disebabkan oleh kecilnya keragaman nilai kuantisasi wama hasil proses FCH. Nilai tersebut menyebabkan vektor ciri citra pada basis data memiliki keragaman yang kecil pula. Keragaman vektor ciri tersebut menghasilkan nilai evaluasi yang hampir sama, sehingga pada proses seleksi seluruh kromosom populasi cenderung untuk selalu terpilih. I [iri.llllii~ iigiiiiiiii .iiiiiima Gambar 7. Contoh hasil temu kembali yang kurang optimal. Jumlah citra yang ditemukemba-likan pada setiap percobaan menggu-nakan GA memi1iki jumlah yang berbcda-beda. Hal itu disebabkan GA menghasilkan kromosom yang memiliki nilai evaluasi yang baik dan nilai threshold sebesar 0.75 digunakan agar hasil yang ditampilkan lebih relevan terhadap kueri. Evaluasi Temu Kembali Citra GA dalam sistem ini secara umum memiliki hasil yang memiliki recall dan precision yang baik. Nilai recall yang digunakan adalah 0, 0.1, 0.2, ... , 1. Nilai recall ini menunjukan jumlah bagian citra dari seluruh citra terambil untuk perhitungan nilai preCISIOn. Hasil temu kembali pada lampiran dilakukan dengan pencarian sebanyak satu kali, karena secara umum recall dan precision hampir sarna walau dilakukan berkali-kali. Rataan precision dapat dilihat pad a Tabel 5. Tabel4. Rataanprecision ternu kembali Recall GA(%) 0 100 0.1 91.17 0.2 85.64 0.3 82.14 0.4 74.73 0.5 71.38 0.6 65.32 0.7 59.33 0.8 51.46 0.9 30.42 1 21.56 Rataan 66.65 325
  • 6. ~---.-----------.-.-.-.-- ...-..----..-... Recall dim precision basil temu kembali menggunakan GA 100 ~ 60 i--"'-'--"-'- i ,,~-------------.--- 2O+--.-- ..---.----.---...-.--.-..--..--..~ Gambar 8. Grafik rataan precision hasil ternu kembali menggunakan GA. Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa nilai precision algoritma genetika memiliki rataan yang cukup baik untuk seluruh tingkat recall. Grafik pada Gambar 8 memperlihatkan rataan precision yang cukup stabil, yaitu dengan rataan sebesar 66.65%. Nilai precision cukup baik pada tingkat recall antara 0.1-0.8 karena pada recall 0.9 ke atas nilai rataan precision turun secarasignifikan. 4. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukan bah-wa temu kembali menggunakan algoritma genetika memberikan hasil temu kembali citra yang baik terutama pada nilai recall 0.1-0.8, dengan rataan precision sebesar 72.64% untuk tingkat tersebut. Nilai rataan precision untuk temu kembali citra menggunakan algoritma genetika secarakeseluruhan yaitu sebesar66.65%. httillNi8tiffll!!jj [1] Aly AA 2007. Applying Genetic Algorithm in Query Improvement Problem. www.foibg.comlijitklijitk-voI01/ijitk01-4-p02.pdf [3 Juli 2008]. [2] Balqis DP. 2006. Fuzzy Color Histogram untuk Temu Kembali Citra Bunga. [skripsi]. Bogar: Fakultas Matematika dan IImu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogar. [3J COXE. 2005. Fuzzy Modeling and Genetic Algorithms for Data Mining and Exploration. USA: Morgan Kaufman Publishers. [4J Gen M, Cheng R. 1997. Genetics Algorithms and Engineering Design. John Wiley & Sons, Inc. Canada. [5J Hadi S. 2004. Pengembangan Model Generatif Pengenalan Wajah pada Latar Belakang, Pose dan lIuminasi yang Bervartasi [disertasi]. Bandung: Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung. [6] Han J, Ma K. 2006. Data Mining: Concepts and Techniques. USA: Morgan Kaufman Publishers. [7] Haupt RL, Haupt SE. 2004. Practical Genetic Algorithms. New Jersey: John Willey. [8] Hermawanto D. 2003. Algoritma Genetika dan Contoh Aplikasinya. http://dennyhermawanto.webhop.org [17 Maret 2008] [9] Klabbankoh B, Pinngern O. 1999. Applied Genetic Algorithms in Information Retrieval. Bangkok: Faculty of Information Technology King Mongkut, Institute of Technology Ladkrabang. http://www.journal.au.edu/ijcim/sepgg/02- drouen.pdf [17 Juli 2007J [10] Mitchell M. 1998.An Introduction to Genetic Algorithms. London: Massachusetts Institute of Technology. [11] Noorniawati VY. 2007. Metode Support Vector Machine untuk Klasifikasi pada Sistem Temu Kembali Citra. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan IImu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. [12] Owais SSJ, Kromer P, Snasel V. 2005. Query Optimization by Genetic Algorithm. ftp.informatik.rwth-aachen.de IPublicationsl CEUR-WSNol-129/paper16.pdf [3 Juli 2008]. [13] Suyanto. 2005. Algoritma Genetika dalam MATLAB. Penerbit ANDI. Yogyakarta [14J Vertan C dan Boujemaa N. 2000. Using Fuzzy Color Histogram and Distance for Color Image Retrieval. Prentice Hall. United Kingdom. http://wwwrocq~inria.frlimedia/Articles/cir2000.pdf [28 Oktober 20061 326