SlideShare a Scribd company logo
Review Paper
Image segmentation by histogram thresholding
using hierarchical cluster analysis
Agus Zainal Arifin a,*, Akira Asano b
a Graduate School of Engineering, Hiroshima University, 1-4-1 Kagamiyama, Higashi Hiroshima 739-8527, Japan
b Division of Mathematical and Information Sciences, Faculty of Integrated Arts and Sciences, Hiroshima University,
1-7-1 Kagamiyama, Higashi Hiroshima 739-8521, Japan
Received 14 June 2005; received in revised form 22 February 2006
Available online 3 May 2006
Communicated by G. Borgefors
A. PENDAHULUAN
Sebelum membahas lebih jauh mengenai isi paper maka terlebih dahulu akan diterangkan apa
yang dimaksud dengan image segmentation dan thresholding.
Salah satu proses yang penting dalam pengenalan objek yang tersaji secara visual (berbentuk
gambar) adalah segmentasi. Segmentasi objek di dalam citra bertujuan memisahkan wilayah
(region) objek dengan wilayah latar belakang. Selanjutnya, wilayah objek yang telah
tersegmentasi digunakan untuk proses berikutnya (deteksi tepi, pengenalan pola, dan
interpretasi objek).
Metode segmentasi yang umum adalah pengambangan citra (image thresholding). Operasi
pengambangan mensegmentasikan citra menjadi dua wilayah, yaitu wilayah objek dan
wilayah latar belakang. Wilayah objek diset berwarna putih sedangkan sisanya diset berwarna
hitam (atau sebaliknya). Hasil dari operasi pengambangan adalah citra biner yang hanya
mempunyai dua derajat keabuan: hitam dan putih.
Sebelum proses segmentasi, citra mengalami beberapa pemrosesan awal (preprocessing)
untuk memperoleh hasil segmentasi objek yang baik. Pemrosesan awal adalah operasi
pengolahan citra untuk meningkatkan kualitas citra (image enhancement).
B. HISTOGRAM CITRA
Informasi penting mengenai isi citra digital dapat diketahui dengan membuat histogram citra.
Histogram citra adalah grafik yang menggambarkan penyebaran kuantitatif nilai derajat
keabuan (grey level) pixel di dalam (atau bagian tertentu) citra. Misalkan citra digital
memiliki L derajat keabuan, yaitu dari nilai 0 sampai L – 1 (misalnya pada citra dengan
kuantisasi derajat keabuan 8-bit, nilai derajat keabuan dari 0 sampai 255). Gambar 1
memperlihatkan contoh sebuah histogram citra, yang dalam hal ini k menyatakan derajat
keabuan dan nk menyatakan jumlah pixel yang memiliki nilai keabuan k.
Gambar 1. Histogram citra
Histogram citra menunjukkan banyak hal tentang kecerahan (brightness) dan kontas
(contrast) dari sebuah gambar. Puncak histogram menunjukkan intensitas pixel yang
menonjol. Lebar dari puncak menunjukkan rentang kontras dari gambar. Citra yang
mempunyai kontras terlalu terang (overexposed) atau terlalu gelap (underexposed) memiliki
histogram yang sempit. Histogramnya terlihat hanya menggunakan setengah dari daerah
derajat keabuan. Citra yang baik memiliki histogram yang mengisi daerah derajat keabuan
secara penuh dengan distribusi yang merata pada setiap derajat keabuan pixel.
Histogram adalah alat bantu yang berharga dalam pekerjaan pengolahan citra baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Histogram berguna antara lain untuk perbaikan kontras dengan
teknik histogram equalization dan memilih nilai ambang untuk melakukan segmentasi objek.
PERBAIKAN KUALITAS CITRA
Perbaikan kualitas citra (image enhancement) merupakan salah satu proses awal dalam
pengolahan citra (image preprocessing). Perbaikan kualitas diperlukan karena seringkali citra
yang diuji mempunyai kualitas yang buruk, misalnya citra mengalami derau (noise) pada saat
pengiriman melalui saluran transmisi, citra terlalu terang/gelap, citra kurang tajam, kabur,
dan sebagainya. Melalui operasi pemrosesan awal inilah kualitas citra diperbaiki sehingga
citra dapat digunakan untuk aplikasi lebih lanjut, misalnya untuk aplikasi pengenalan
(recognition) objek di dalam citra.
Pada paper ini perbaikan kulaitas citra menggunakan operasi pengambangan (thresholding).
SEGMENTASI CITRA
Segmentasi citra bertujuan memisahkan wilayah (region) objek dengan wilayah latar
belakang agar objek di dalam citra mudah dianalisis dalam rangka mengenali objek.
Pengambangan citra (image thresholding) merupakan metode yang paling sederhana untuk
melakukan segementasi. Operasi pengambangan membagi citra menjadi dua wilayah, yaitu
wilayah objek dan wilayah latar belakang. Wilayah objek diset berwarna putih sedangkan
sisanya diset berwarna hitam (atau sebaliknya). Hasil dari operasi pengambangan adalah citra
biner yang hanya mempunyai dua derajat keabuan: hitam dan putih.
Dalam paper ini juga dijelaskan algoritma-algoritma apa saja yang dipakai untuk
mendapatkan image yang optimal yang salah satunya menggunakan model algoritma Otsu.
Model Otsu bekerja dengan menggunakan analisis diskriminan untuk menemukan hal dapat
dipisahkan maksimum kelas-kelas. Untuk setiap thresholding yang mungkin metode ini
mengevaluasi kelebihan dari nilai jika ini digunakan sebagai thresholding. Evaluasi metode
ini menggunakan heterogenitas kelas-kelas dan homogenitas tiap kelas. Untuk
memaksimalkan ukuran fungsi rata-rata dari dua kelas dapat dipisah sejauh mungkin dan
perbedaan-perbedaan di dalam kedua kelas menjadi minimal.
Metode diatas hanya salah satu dari thresholding. Metode lain dengan menemukan kesalahan
minimum dengan menggunakan algoritma iterasi (Kittler dan Illingworth). Metode ini
mengasumsikan bahwa suatu image ditandai oleh distribusi campuran bukan dari
histogramnya. Pengukuran image dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu persamaan intra class
dan inter class.
Paper ini mengusulkan suatu novel dan metode lebih efektif dari thresholding dengan
organisasi cluster hirarkis kepada pemakai. Metode yang diusulkan mencoba
mengembangkan suatu dendogram dari histogram tingkat keabu-abuan yang didasarkan pada
ukuran persamaan yang melibatkan perbedaan inter class dan intra class (dapat dilihat pada
figure 1). Paper ini juga menyediakan perbandingan-perbandingan dari mutu binarization
diantara metode yang diusulkan (metode Otsu dan metode Kwon).
Fig. 1. (a) Histogram of the sample image and (b) the obtained dendrogram.
Pada bagian 2 diceritakan konsep histogram thresholding dimana secara garis besar konsep
ini menggambarkan suatu histogram gray scale dari suatu objek dan diambil titik tengahnya
di 149. Dari grafik histogram tersebut dibuatkan dendrogram nya sehingga dihasilkan 2 buah
data yang saling berdekatan dari titik tengah tresholding yang sudah ditentukan sebesar 149.
Pada dasarnya strategi yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan cluster pada area yang
memiliki similiarity sama dan distance yang saling berdekatan. Similiarity adalah kemiripan
dari suatu image dan distance adalah jarak dari suatu image. Apabila similiarity nya jauh
maka distance pasti jauh dan begitu sebaliknya jika similiarity dekat maka distance akan
dekat. Sebagai contoh orang Indonesia dengan Malaysia hampir tidak bisa dibedakan karena
jarak negara keduanya berdekatan. Tapi untuk orang Amerika dan Afrika akan berbeda
karena jarak negara keduanya berjauhan.
C. HASIL EKSPERIMEN
Pada bagian 3 dilakukan eksperimen terhadap 5 image (a,b,c,d,e) untuk membuktikan
algoritma tresholding dengan image segmentation. Figure 2 (a,b,c,d,e) adalah image asli yang
diuji. Tampak pada figure 3 menampilkan gambaran histogram dari tiap image yang diuji.
Tidak hanya menunjukkan gambaran histogram yang bimodal tapi juga yang unimodal atau
multimodal. Setiap image mempunyai varian frekuensi yang berbeda-beda dan gambaran itu
mewakili dari berbagai image yang diuji coba. Figure 3 (d dan e) menunjukkan gambaran
frekuensi yang tampak ekstrim dibandingkan dengan figure 3 (a,b,c).
Fig. 2. Original images: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5.
Fig. 3. Histogram of the experimental images: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5.
Hasil uji coba dengan metode thresholding image dapat dilihat pada gambar 4 (a,b,c,d,e).
Dari hasil eksperimen dapat dilihat secara visual suatu gambaran image yang jelas dan detil
dari kelima image yang diuji. Pemisahan antara background dan object terlihat lebih jelas
khususnya untuk figure 4b dan 4c.
Fig. 4. Thresholded image obtained by the proposed method: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5.
Dibandingkan dengan thresholding dengan metode otsu (figure 5) pada image yang sama
didapatkan hasil yang kurang detil untuk figure 4b dan 4c.
Fig. 5. Thresholded image obtained by Otsu’s method: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5.
Bahkan untuk thresholding image yang dilakukan dengan metode KI (figure 6) didapatkan
hasil yang lebih jelek daripada 2 metode sebelumnya. Khususnya untuk figure 6c, 6d dan 6e
image terlihat kabur dan kurang jelas detilnya.
Fig. 6. Thresholded image obtained by KI’s method: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5.
Pada figure 7 thresholding image dilakukan dengan metode Kwon. Hasilnya dapat dilihat
terjadi percampuran antara objek dan background sehingga menyebabkan ada detil yang
hilang seperti pada figure 7a,7b, 7d dan 7e.
Fig. 7. Thresholded image obtained by Kwon’s method: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5.
Hasil akhir dari keempat metode dapat dilihat pada table 1.
Dari table kita dapat melihat perbandingan nilai untuk thresholding dari 4 metode yang
dipakai di dalam pengujian image. Untuk image 1 hasil terbaik dengan nilai 59, image 2
dengan nilai 105, image 3 dengan nilai 161, image 4 dengan nilai 121 dan image 5 dengan
nilai 102. Dari nilai table terlihat untuk metode yang diusulkan memberikan nilai ME yang
lebih baik dari 3 metode yang lain (otsu, KI, Kwon).
Hasil segmentasi image yang sebenarnya dapat dilihat pada figure 8. Pada gambar terlihat
jelas pemisahan antara background dan object secara jelas.
Fig. 8. The ground-truth of the original images: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5.
Untuk menguji hasil kualitas image diantara 2 metode digunakan suatu teknik pengujian yang
dinamakan misclassification error (ME), relative foreground area error (RAE) dan modified
hausdorff distance (MHD) yang hasilnya dapat dilihat di Tabel 2. Dengan demikian, menurut
tiga evaluasi, yang diusulkan algoritma hasil terbaik akan didapat jika mempunyai lebih
sedikit misclassification error, lebih sedikit relative foreground area error dan lebih sedikit
modified hausdorff distance.
Pada figure 9 diperlihatkan suatu tes yang dilakukan untuk menguji noise dari image 2
(butiran beras) untuk setiap metode yang ada. Hasilnya terlihat dengan memberikan noise
yang berbeda pada image yaitu 42,7 dB dan 4,5 dB memperlihatkan hasil yang lebih baik
untuk noise yang lebih kecil. Hasilnya dapat dilihat pada histogram figure 9b dan 9e.
Fig. 9. Test images obtained by adding noise to image 2: (a) noised image with SNR of 42.7 dB, (b) histogram of (a), (c) thresholded image
of (a),
(d) noised image with SNR of 4.5 dB, (e) histogram of (d) and (f) thresholded image of (d).
Hasil lengkap pengujian dengan noise dapat dilihat pada Tabel 3.
D. KESIMPULAN
1. Pada bagian kesimpulan dapat dikatakan penggunaan metode tresholding dengan
menggunakan hierarchical cluster analysis lebih baik hasilnya untuk setiap image
dibandingkan dengan metode Otsu, Kwan dan KI. Dan ini juga sudah dibuktikan
dengan pengujian noise dan robustness (kekuatan) dari algoritma tersebut.
2. Suatu metode pendekatan peningkatan mutu citra yang terbaik untuk satu
implementasi belum tentu baik untuk implementasi lainnya, sebab karakteristik citra
dapat saling berbeda.
3. Secara subyektif citra yang dihasilkan lebih bagus.
4. Konversi dari citra hitam-putih ke citra biner dilakukan dengan operasi
pengambangan (thresholding). Operasi pengambangan mengelompokkan nilai derajat
keabuan setiap pixel ke dalam 2 kelas, hitam dan putih. Dua pendekatan yang digunakan
dalam operasi pengambangan adalah pengambangan secara global dan pengambangan secara
lokal.
E. KELEBIHAN METODE IMAGE SEGMENTATION DENGAN
HIERARCHICAL CLUSTER ANALYSIS
Secara visual metode ini memiliki hasil akhir yang baik di dalam meminimal kan
kehilangan piksel sehingga gambar yang dihasilkan dapat terlihat detilnya atau
pemisahan antara objek dan background terlihat dengan jelas.
Pengujian metode ini dengan 3 pengujian yaitu ME, RAE dan MHD menunjukkan
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode Otsu, KI dan Kwan.
Untuk image yang diberi noise metode ini juga memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan 3 algoritma yang lain.
F. KELEMAHAN METODE IMAGE SEGMENTATION DENGAN
HIERARCHICAL CLUSTER ANALYSIS
Secara visual metode diatas dapat memisahkan antara objek dan background
dengan baik tapi untuk detil image masih kurang dibandingkan dengan metode
Otsu.
Dari segi penyajian paper ini tidak menjelaskan secara lengkap / kurang rinci
dalam menyajikan informasi metode lama yang dijadikan acuan untuk membuat
metode baru yang lebih efektif.
Dalam paper ini juga tidak menampilkan gambar histogram dari hasil akhir
pengujian sehingga kita tidak dapat melihat perbedaan yang significant terhadap
metode baru yang diusulkan tersebut.

More Related Content

What's hot

Pcd 2
Pcd 2Pcd 2
Pcd 2
dedidarwis
 
Pcd 5 - untuk spada
Pcd 5 - untuk spadaPcd 5 - untuk spada
Pcd 5 - untuk spada
dedidarwis
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Syafrizal
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citraOvie Poenya
 
Bab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiBab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepi
Syafrizal
 
Materi 1 Konsep Citra
Materi 1 Konsep CitraMateri 1 Konsep Citra
Materi 1 Konsep Citra
dedidarwis
 
Materi 2 mengenal jenis citra
Materi 2 mengenal jenis citraMateri 2 mengenal jenis citra
Materi 2 mengenal jenis citra
dedidarwis
 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra biner
Syafrizal
 
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Amran Simamora
 
LN s12-machine vision-s2
LN s12-machine vision-s2LN s12-machine vision-s2
LN s12-machine vision-s2
Binus Online Learning
 
Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra
Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali CitraImplementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra
Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra
Repository Ipb
 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citra
Syafrizal
 
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
ym.ygrex@comp
 
Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)
Setia Juli Irzal Ismail
 

What's hot (19)

Pcd 2
Pcd 2Pcd 2
Pcd 2
 
Pcd 5 - untuk spada
Pcd 5 - untuk spadaPcd 5 - untuk spada
Pcd 5 - untuk spada
 
Pcd 7
Pcd 7Pcd 7
Pcd 7
 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citra
 
Bab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiBab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepi
 
Pcd 4
Pcd 4Pcd 4
Pcd 4
 
Materi 1 Konsep Citra
Materi 1 Konsep CitraMateri 1 Konsep Citra
Materi 1 Konsep Citra
 
Materi 2 mengenal jenis citra
Materi 2 mengenal jenis citraMateri 2 mengenal jenis citra
Materi 2 mengenal jenis citra
 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra biner
 
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
Deteksi, pelacakan dan jumlah kendaraan dengan moving average subtraction dan...
 
LN s12-machine vision-s2
LN s12-machine vision-s2LN s12-machine vision-s2
LN s12-machine vision-s2
 
Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra
Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali CitraImplementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra
Implementasi Algoritma Genetika pada Temu Kembali Citra
 
Pcd 10
Pcd 10Pcd 10
Pcd 10
 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citra
 
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
Jurnal 15398 ilmplementasi k-nearest neighbor untuk mengenali pola citra dala...
 
Pcd 8
Pcd 8Pcd 8
Pcd 8
 
Kelompok11
Kelompok11Kelompok11
Kelompok11
 
Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)
 

Similar to Review paper

Naskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiNaskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasi
CahyaUPN97
 
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
Repository Ipb
 
Histogram - ali nardi
Histogram - ali nardiHistogram - ali nardi
Histogram - ali nardiAli Nardi
 
Metodologi dan pengujian pada image steganografi
Metodologi dan pengujian pada image steganografiMetodologi dan pengujian pada image steganografi
Metodologi dan pengujian pada image steganografi
Agung Sulistyanto
 
Bab 07a
Bab 07aBab 07a
Bab 07a
Syafrizal
 
Materi 7 ekstraksi ciri
Materi 7   ekstraksi ciriMateri 7   ekstraksi ciri
Materi 7 ekstraksi ciri
dedidarwis
 
06-Image-Histogram-2021.pptx
06-Image-Histogram-2021.pptx06-Image-Histogram-2021.pptx
06-Image-Histogram-2021.pptx
nyomans1
 
Analisis Cluster
Analisis ClusterAnalisis Cluster
Analisis Cluster
Kurnia Millati
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
HendroGunawan8
 
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi GerakanPemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Teady Matius
 
Makalah komgraf
Makalah komgrafMakalah komgraf
Makalah komgraf
fahlevizha
 
Fotogrametri dijital sift dan surf
Fotogrametri dijital sift dan surfFotogrametri dijital sift dan surf
Fotogrametri dijital sift dan surf
Institut Teknologi Nasional Malang
 
Jurnal Article <search>
Jurnal Article <search>Jurnal Article <search>
Jurnal Article <search>
Deprilana Ego Prakasa
 
pengantar metode numerik
 pengantar metode numerik pengantar metode numerik
pengantar metode numerik
softscients
 
Slide Pengolahan Citra 4
Slide Pengolahan Citra 4Slide Pengolahan Citra 4
Slide Pengolahan Citra 4
Sita Anggraeni
 
Laporan pcd 01
Laporan pcd 01Laporan pcd 01
Laporan pcd 01
NurkaMila Jafar
 
Pengolahan citra digital adalah teknologi visual yang digunakan untuk mengama...
Pengolahan citra digital adalah teknologi visual yang digunakan untuk mengama...Pengolahan citra digital adalah teknologi visual yang digunakan untuk mengama...
Pengolahan citra digital adalah teknologi visual yang digunakan untuk mengama...
HendroGunawan8
 
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptxkuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
ssuser06c28f
 
Tugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digitalTugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digital
anggysanggy
 

Similar to Review paper (20)

Naskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasiNaskah%20 publikasi
Naskah%20 publikasi
 
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
PENGUKURAN KEMIIRIPAN SEMATIK CITRA DENGAN BAG OF WORDS LOKAL FRAGEMEN SEMATI...
 
Histogram - ali nardi
Histogram - ali nardiHistogram - ali nardi
Histogram - ali nardi
 
Metodologi dan pengujian pada image steganografi
Metodologi dan pengujian pada image steganografiMetodologi dan pengujian pada image steganografi
Metodologi dan pengujian pada image steganografi
 
Bab 07a
Bab 07aBab 07a
Bab 07a
 
Materi 7 ekstraksi ciri
Materi 7   ekstraksi ciriMateri 7   ekstraksi ciri
Materi 7 ekstraksi ciri
 
06-Image-Histogram-2021.pptx
06-Image-Histogram-2021.pptx06-Image-Histogram-2021.pptx
06-Image-Histogram-2021.pptx
 
Analisis Cluster
Analisis ClusterAnalisis Cluster
Analisis Cluster
 
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdfPengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
Pengolahan Citra Diskusi Pertemuan Ke-5.pdf
 
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi GerakanPemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan
 
Makalah komgraf
Makalah komgrafMakalah komgraf
Makalah komgraf
 
Fotogrametri dijital sift dan surf
Fotogrametri dijital sift dan surfFotogrametri dijital sift dan surf
Fotogrametri dijital sift dan surf
 
Jurnal Article <search>
Jurnal Article <search>Jurnal Article <search>
Jurnal Article <search>
 
pengantar metode numerik
 pengantar metode numerik pengantar metode numerik
pengantar metode numerik
 
Slide Pengolahan Citra 4
Slide Pengolahan Citra 4Slide Pengolahan Citra 4
Slide Pengolahan Citra 4
 
Laporan pcd 01
Laporan pcd 01Laporan pcd 01
Laporan pcd 01
 
Pengolahan citra digital adalah teknologi visual yang digunakan untuk mengama...
Pengolahan citra digital adalah teknologi visual yang digunakan untuk mengama...Pengolahan citra digital adalah teknologi visual yang digunakan untuk mengama...
Pengolahan citra digital adalah teknologi visual yang digunakan untuk mengama...
 
9 f43e4d cd01
9 f43e4d cd019 f43e4d cd01
9 f43e4d cd01
 
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptxkuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
kuliah if-itb interpretasi dan pengolahan citra.pptx
 
Tugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digitalTugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digital
 

Recently uploaded

KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
SABDA
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 

Recently uploaded (20)

KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 

Review paper

  • 1. Review Paper Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis Agus Zainal Arifin a,*, Akira Asano b a Graduate School of Engineering, Hiroshima University, 1-4-1 Kagamiyama, Higashi Hiroshima 739-8527, Japan b Division of Mathematical and Information Sciences, Faculty of Integrated Arts and Sciences, Hiroshima University, 1-7-1 Kagamiyama, Higashi Hiroshima 739-8521, Japan Received 14 June 2005; received in revised form 22 February 2006 Available online 3 May 2006 Communicated by G. Borgefors A. PENDAHULUAN Sebelum membahas lebih jauh mengenai isi paper maka terlebih dahulu akan diterangkan apa yang dimaksud dengan image segmentation dan thresholding. Salah satu proses yang penting dalam pengenalan objek yang tersaji secara visual (berbentuk gambar) adalah segmentasi. Segmentasi objek di dalam citra bertujuan memisahkan wilayah (region) objek dengan wilayah latar belakang. Selanjutnya, wilayah objek yang telah tersegmentasi digunakan untuk proses berikutnya (deteksi tepi, pengenalan pola, dan interpretasi objek). Metode segmentasi yang umum adalah pengambangan citra (image thresholding). Operasi pengambangan mensegmentasikan citra menjadi dua wilayah, yaitu wilayah objek dan wilayah latar belakang. Wilayah objek diset berwarna putih sedangkan sisanya diset berwarna hitam (atau sebaliknya). Hasil dari operasi pengambangan adalah citra biner yang hanya mempunyai dua derajat keabuan: hitam dan putih. Sebelum proses segmentasi, citra mengalami beberapa pemrosesan awal (preprocessing) untuk memperoleh hasil segmentasi objek yang baik. Pemrosesan awal adalah operasi pengolahan citra untuk meningkatkan kualitas citra (image enhancement). B. HISTOGRAM CITRA Informasi penting mengenai isi citra digital dapat diketahui dengan membuat histogram citra. Histogram citra adalah grafik yang menggambarkan penyebaran kuantitatif nilai derajat keabuan (grey level) pixel di dalam (atau bagian tertentu) citra. Misalkan citra digital memiliki L derajat keabuan, yaitu dari nilai 0 sampai L – 1 (misalnya pada citra dengan kuantisasi derajat keabuan 8-bit, nilai derajat keabuan dari 0 sampai 255). Gambar 1 memperlihatkan contoh sebuah histogram citra, yang dalam hal ini k menyatakan derajat keabuan dan nk menyatakan jumlah pixel yang memiliki nilai keabuan k. Gambar 1. Histogram citra Histogram citra menunjukkan banyak hal tentang kecerahan (brightness) dan kontas (contrast) dari sebuah gambar. Puncak histogram menunjukkan intensitas pixel yang
  • 2. menonjol. Lebar dari puncak menunjukkan rentang kontras dari gambar. Citra yang mempunyai kontras terlalu terang (overexposed) atau terlalu gelap (underexposed) memiliki histogram yang sempit. Histogramnya terlihat hanya menggunakan setengah dari daerah derajat keabuan. Citra yang baik memiliki histogram yang mengisi daerah derajat keabuan secara penuh dengan distribusi yang merata pada setiap derajat keabuan pixel. Histogram adalah alat bantu yang berharga dalam pekerjaan pengolahan citra baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Histogram berguna antara lain untuk perbaikan kontras dengan teknik histogram equalization dan memilih nilai ambang untuk melakukan segmentasi objek. PERBAIKAN KUALITAS CITRA Perbaikan kualitas citra (image enhancement) merupakan salah satu proses awal dalam pengolahan citra (image preprocessing). Perbaikan kualitas diperlukan karena seringkali citra yang diuji mempunyai kualitas yang buruk, misalnya citra mengalami derau (noise) pada saat pengiriman melalui saluran transmisi, citra terlalu terang/gelap, citra kurang tajam, kabur, dan sebagainya. Melalui operasi pemrosesan awal inilah kualitas citra diperbaiki sehingga citra dapat digunakan untuk aplikasi lebih lanjut, misalnya untuk aplikasi pengenalan (recognition) objek di dalam citra. Pada paper ini perbaikan kulaitas citra menggunakan operasi pengambangan (thresholding). SEGMENTASI CITRA Segmentasi citra bertujuan memisahkan wilayah (region) objek dengan wilayah latar belakang agar objek di dalam citra mudah dianalisis dalam rangka mengenali objek. Pengambangan citra (image thresholding) merupakan metode yang paling sederhana untuk melakukan segementasi. Operasi pengambangan membagi citra menjadi dua wilayah, yaitu wilayah objek dan wilayah latar belakang. Wilayah objek diset berwarna putih sedangkan sisanya diset berwarna hitam (atau sebaliknya). Hasil dari operasi pengambangan adalah citra biner yang hanya mempunyai dua derajat keabuan: hitam dan putih. Dalam paper ini juga dijelaskan algoritma-algoritma apa saja yang dipakai untuk mendapatkan image yang optimal yang salah satunya menggunakan model algoritma Otsu. Model Otsu bekerja dengan menggunakan analisis diskriminan untuk menemukan hal dapat dipisahkan maksimum kelas-kelas. Untuk setiap thresholding yang mungkin metode ini mengevaluasi kelebihan dari nilai jika ini digunakan sebagai thresholding. Evaluasi metode ini menggunakan heterogenitas kelas-kelas dan homogenitas tiap kelas. Untuk memaksimalkan ukuran fungsi rata-rata dari dua kelas dapat dipisah sejauh mungkin dan perbedaan-perbedaan di dalam kedua kelas menjadi minimal. Metode diatas hanya salah satu dari thresholding. Metode lain dengan menemukan kesalahan minimum dengan menggunakan algoritma iterasi (Kittler dan Illingworth). Metode ini mengasumsikan bahwa suatu image ditandai oleh distribusi campuran bukan dari histogramnya. Pengukuran image dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu persamaan intra class dan inter class. Paper ini mengusulkan suatu novel dan metode lebih efektif dari thresholding dengan organisasi cluster hirarkis kepada pemakai. Metode yang diusulkan mencoba mengembangkan suatu dendogram dari histogram tingkat keabu-abuan yang didasarkan pada ukuran persamaan yang melibatkan perbedaan inter class dan intra class (dapat dilihat pada figure 1). Paper ini juga menyediakan perbandingan-perbandingan dari mutu binarization diantara metode yang diusulkan (metode Otsu dan metode Kwon).
  • 3. Fig. 1. (a) Histogram of the sample image and (b) the obtained dendrogram. Pada bagian 2 diceritakan konsep histogram thresholding dimana secara garis besar konsep ini menggambarkan suatu histogram gray scale dari suatu objek dan diambil titik tengahnya di 149. Dari grafik histogram tersebut dibuatkan dendrogram nya sehingga dihasilkan 2 buah data yang saling berdekatan dari titik tengah tresholding yang sudah ditentukan sebesar 149. Pada dasarnya strategi yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan cluster pada area yang memiliki similiarity sama dan distance yang saling berdekatan. Similiarity adalah kemiripan dari suatu image dan distance adalah jarak dari suatu image. Apabila similiarity nya jauh maka distance pasti jauh dan begitu sebaliknya jika similiarity dekat maka distance akan dekat. Sebagai contoh orang Indonesia dengan Malaysia hampir tidak bisa dibedakan karena jarak negara keduanya berdekatan. Tapi untuk orang Amerika dan Afrika akan berbeda karena jarak negara keduanya berjauhan. C. HASIL EKSPERIMEN Pada bagian 3 dilakukan eksperimen terhadap 5 image (a,b,c,d,e) untuk membuktikan algoritma tresholding dengan image segmentation. Figure 2 (a,b,c,d,e) adalah image asli yang diuji. Tampak pada figure 3 menampilkan gambaran histogram dari tiap image yang diuji. Tidak hanya menunjukkan gambaran histogram yang bimodal tapi juga yang unimodal atau multimodal. Setiap image mempunyai varian frekuensi yang berbeda-beda dan gambaran itu mewakili dari berbagai image yang diuji coba. Figure 3 (d dan e) menunjukkan gambaran frekuensi yang tampak ekstrim dibandingkan dengan figure 3 (a,b,c). Fig. 2. Original images: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5.
  • 4. Fig. 3. Histogram of the experimental images: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5. Hasil uji coba dengan metode thresholding image dapat dilihat pada gambar 4 (a,b,c,d,e). Dari hasil eksperimen dapat dilihat secara visual suatu gambaran image yang jelas dan detil dari kelima image yang diuji. Pemisahan antara background dan object terlihat lebih jelas khususnya untuk figure 4b dan 4c. Fig. 4. Thresholded image obtained by the proposed method: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5. Dibandingkan dengan thresholding dengan metode otsu (figure 5) pada image yang sama didapatkan hasil yang kurang detil untuk figure 4b dan 4c. Fig. 5. Thresholded image obtained by Otsu’s method: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5. Bahkan untuk thresholding image yang dilakukan dengan metode KI (figure 6) didapatkan hasil yang lebih jelek daripada 2 metode sebelumnya. Khususnya untuk figure 6c, 6d dan 6e image terlihat kabur dan kurang jelas detilnya.
  • 5. Fig. 6. Thresholded image obtained by KI’s method: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5. Pada figure 7 thresholding image dilakukan dengan metode Kwon. Hasilnya dapat dilihat terjadi percampuran antara objek dan background sehingga menyebabkan ada detil yang hilang seperti pada figure 7a,7b, 7d dan 7e. Fig. 7. Thresholded image obtained by Kwon’s method: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5. Hasil akhir dari keempat metode dapat dilihat pada table 1. Dari table kita dapat melihat perbandingan nilai untuk thresholding dari 4 metode yang dipakai di dalam pengujian image. Untuk image 1 hasil terbaik dengan nilai 59, image 2 dengan nilai 105, image 3 dengan nilai 161, image 4 dengan nilai 121 dan image 5 dengan nilai 102. Dari nilai table terlihat untuk metode yang diusulkan memberikan nilai ME yang lebih baik dari 3 metode yang lain (otsu, KI, Kwon). Hasil segmentasi image yang sebenarnya dapat dilihat pada figure 8. Pada gambar terlihat jelas pemisahan antara background dan object secara jelas.
  • 6. Fig. 8. The ground-truth of the original images: (a) image 1, (b) image 2, (c) image 3, (d) image 4 and (e) image 5. Untuk menguji hasil kualitas image diantara 2 metode digunakan suatu teknik pengujian yang dinamakan misclassification error (ME), relative foreground area error (RAE) dan modified hausdorff distance (MHD) yang hasilnya dapat dilihat di Tabel 2. Dengan demikian, menurut tiga evaluasi, yang diusulkan algoritma hasil terbaik akan didapat jika mempunyai lebih sedikit misclassification error, lebih sedikit relative foreground area error dan lebih sedikit modified hausdorff distance. Pada figure 9 diperlihatkan suatu tes yang dilakukan untuk menguji noise dari image 2 (butiran beras) untuk setiap metode yang ada. Hasilnya terlihat dengan memberikan noise yang berbeda pada image yaitu 42,7 dB dan 4,5 dB memperlihatkan hasil yang lebih baik untuk noise yang lebih kecil. Hasilnya dapat dilihat pada histogram figure 9b dan 9e.
  • 7. Fig. 9. Test images obtained by adding noise to image 2: (a) noised image with SNR of 42.7 dB, (b) histogram of (a), (c) thresholded image of (a), (d) noised image with SNR of 4.5 dB, (e) histogram of (d) and (f) thresholded image of (d). Hasil lengkap pengujian dengan noise dapat dilihat pada Tabel 3. D. KESIMPULAN 1. Pada bagian kesimpulan dapat dikatakan penggunaan metode tresholding dengan menggunakan hierarchical cluster analysis lebih baik hasilnya untuk setiap image dibandingkan dengan metode Otsu, Kwan dan KI. Dan ini juga sudah dibuktikan dengan pengujian noise dan robustness (kekuatan) dari algoritma tersebut. 2. Suatu metode pendekatan peningkatan mutu citra yang terbaik untuk satu implementasi belum tentu baik untuk implementasi lainnya, sebab karakteristik citra dapat saling berbeda. 3. Secara subyektif citra yang dihasilkan lebih bagus. 4. Konversi dari citra hitam-putih ke citra biner dilakukan dengan operasi pengambangan (thresholding). Operasi pengambangan mengelompokkan nilai derajat
  • 8. keabuan setiap pixel ke dalam 2 kelas, hitam dan putih. Dua pendekatan yang digunakan dalam operasi pengambangan adalah pengambangan secara global dan pengambangan secara lokal. E. KELEBIHAN METODE IMAGE SEGMENTATION DENGAN HIERARCHICAL CLUSTER ANALYSIS Secara visual metode ini memiliki hasil akhir yang baik di dalam meminimal kan kehilangan piksel sehingga gambar yang dihasilkan dapat terlihat detilnya atau pemisahan antara objek dan background terlihat dengan jelas. Pengujian metode ini dengan 3 pengujian yaitu ME, RAE dan MHD menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode Otsu, KI dan Kwan. Untuk image yang diberi noise metode ini juga memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan 3 algoritma yang lain. F. KELEMAHAN METODE IMAGE SEGMENTATION DENGAN HIERARCHICAL CLUSTER ANALYSIS Secara visual metode diatas dapat memisahkan antara objek dan background dengan baik tapi untuk detil image masih kurang dibandingkan dengan metode Otsu. Dari segi penyajian paper ini tidak menjelaskan secara lengkap / kurang rinci dalam menyajikan informasi metode lama yang dijadikan acuan untuk membuat metode baru yang lebih efektif. Dalam paper ini juga tidak menampilkan gambar histogram dari hasil akhir pengujian sehingga kita tidak dapat melihat perbedaan yang significant terhadap metode baru yang diusulkan tersebut.