Dokumen tersebut membahas konsep dasar Gestalt tentang sifat manusia yang harus dipahami secara keseluruhan dan integral, serta tujuan dan proses konseling Gestalt yang berfokus pada membantu klien menghadapi kenyataan sekarang dan mengembangkan kemandirian."
Teks tersebut membahas tentang konseling pendekatan Gestalt. Pendekatan ini menekankan pada pentingnya kesadaran diri klien terhadap masa sekarang, serta membantu klien mengambil tanggung jawab atas diri sendiri. Konselor berperan meningkatkan kesadaran klien melalui teknik-teknik seperti mengajukan pertanyaan, memberikan umpan balik, dan latihan-latihan eksperimen. Tujuannya adalah membant
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan Client Centered dalam konseling yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Pendekatan ini berfokus pada penerimaan konselor terhadap klien, kejujuran, dan kemampuan klien untuk menemukan solusi masalahnya sendiri dengan bantuan hubungan yang terbentuk antara klien dan konselor.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan proses konseling berpusat pada klien (client centered counseling) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Konseling ini bertujuan untuk membantu klien menjadi pribadi yang lebih berfungsi dengan menciptakan iklim yang mendukung klien untuk mengekspresikan diri secara bebas. Peran konselor adalah menerima, memahami, dan mencerminkan perasaan klien tanpa memberi saran.
Teks tersebut membahas tentang pengantar konseling gestalt, pandangan manusia, teori kepribadian, tujuan dan teknik konseling gestalt. Teori ini menekankan pentingnya kesadaran diri dan tanggung jawab individu atas pikiran dan perbuatannya sendiri. Konselor berperan membantu klien meningkatkan kesadaran dan menerima diri apa adanya.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar Gestalt tentang sifat manusia yang harus dipahami secara keseluruhan dan integral, serta tujuan dan proses konseling Gestalt yang berfokus pada membantu klien menghadapi kenyataan sekarang dan mengembangkan kemandirian."
Teks tersebut membahas tentang konseling pendekatan Gestalt. Pendekatan ini menekankan pada pentingnya kesadaran diri klien terhadap masa sekarang, serta membantu klien mengambil tanggung jawab atas diri sendiri. Konselor berperan meningkatkan kesadaran klien melalui teknik-teknik seperti mengajukan pertanyaan, memberikan umpan balik, dan latihan-latihan eksperimen. Tujuannya adalah membant
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan Client Centered dalam konseling yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Pendekatan ini berfokus pada penerimaan konselor terhadap klien, kejujuran, dan kemampuan klien untuk menemukan solusi masalahnya sendiri dengan bantuan hubungan yang terbentuk antara klien dan konselor.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dan proses konseling berpusat pada klien (client centered counseling) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Konseling ini bertujuan untuk membantu klien menjadi pribadi yang lebih berfungsi dengan menciptakan iklim yang mendukung klien untuk mengekspresikan diri secara bebas. Peran konselor adalah menerima, memahami, dan mencerminkan perasaan klien tanpa memberi saran.
Teks tersebut membahas tentang pengantar konseling gestalt, pandangan manusia, teori kepribadian, tujuan dan teknik konseling gestalt. Teori ini menekankan pentingnya kesadaran diri dan tanggung jawab individu atas pikiran dan perbuatannya sendiri. Konselor berperan membantu klien meningkatkan kesadaran dan menerima diri apa adanya.
Makalah ini membahas pendekatan konseling client centered yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Client centered merupakan pendekatan humanistik yang berfokus pada pertumbuhan pribadi klien dengan membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri. Proses konseling client centered didasarkan pada empati, penerimaan, dan hubungan antara konselor dan klien.
Terapi client-centered berlandaskan pandangan bahwa manusia memiliki dorongan untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers, manusia menyusun diri berdasarkan persepsinya sendiri tentang kenyataan. Klien memiliki kemampuan untuk memahami penyebab ketidakbahagiaan dan melakukan perubahan diri. Perubahan akan terjadi jika terapis membangun hubungan yang ditandai kehangatan, penerimaan, dan empati.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas beberapa pendekatan dalam konseling seperti non-direktif, rasional emotif, analisis transaksional, dan klinikal.
2. Pendekatan non-direktif menekankan peran sentral klien dan konselor sebagai pendukung pertumbuhan pribadi klien.
Presentasi ini menyajikan pendekatan konseling melalui pendekatan client centred
Penggunaan presentasi ini sebagai referensi dalam penulisan ilmiah (seperti makalah, skripsi) dan populer (majalah, blog), mohon dicantumkan dalam daftar pustaka / referensi sebagai berikut :
Wiyadnya, I Gde. dkk. 2012. "Pendekatan Konseling Client Centred", Presentasi tidak dipublikasikan, Jakarta: STAH Dharma Nusantara.
Dokumen tersebut membahas pendekatan konseling behavioral dari Ivan Pavlov dan B.F. Skinner, termasuk konsep dasar, asumsi, tujuan, peran konselor, proses, teknik, kelebihan dan keterbatasan, serta contoh penerapannya dalam sesi konseling."
Dokumen tersebut merangkum beberapa pendekatan konseling seperti analisis transaksional, realitas, dan trait and factor. Dokumen tersebut juga menjelaskan konsep dasar, teknik, tujuan, peran dan fungsi konselor, asumsi perilaku bermasalah, dan contoh kasus dari masing-masing pendekatan.
Dokumen tersebut merangkum pendekatan konseling berpusat pada klien (client centered) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya sendiri dengan menerima diri apa adanya. Peran konselor adalah mendengarkan secara aktif, memberikan empati, dan menerima klien tanpa syarat untuk membantu klien mengeksplorasi di
Dokumen tersebut membahas konsep dasar dalam konseling yang mencakup pandangan tentang manusia dan kepribadian, tujuan konseling, proses dan teknik konseling seperti atending, mengundang pembicaraan terbuka, paraprase, dan refleksi perasaan.
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
Konseling Menurat Pendekatan Humanistik memberikan fokus pada potensi individu untuk memilih dan membuat keputusan sendiri serta menerima diri apa adanya. Pendekatan ini menggunakan teknik client-centered counseling dan memberikan penerimaan, penghargaan, serta pemahaman tanpa syarat untuk membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri.
Pendekatan konseling Gestalt berfokus pada masa kini dan menekankan tanggung jawab individu atas perasaan dan tingkah lakunya. Tujuannya membantu klien meningkatkan kesadaran diri dan mengembangkan potensi dengan menghadapi masalah secara langsung di masa sekarang. Tekniknya meliputi penekanan tanggung jawab klien dan orientasi pengalaman di masa kini.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas beberapa pendekatan dalam konseling seperti non-direktif, rasional emotif, analisis transaksional, dan klinikal.
2. Pendekatan non-direktif menekankan peran sentral klien dan konselor sebagai pendukung pertumbuhan pribadi klien.
Makalah ini membahas pendekatan konseling client centered yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Client centered merupakan pendekatan humanistik yang berfokus pada pertumbuhan pribadi klien dengan membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri. Proses konseling client centered didasarkan pada empati, penerimaan, dan hubungan antara konselor dan klien.
Terapi client-centered berlandaskan pandangan bahwa manusia memiliki dorongan untuk aktualisasi diri. Menurut Rogers, manusia menyusun diri berdasarkan persepsinya sendiri tentang kenyataan. Klien memiliki kemampuan untuk memahami penyebab ketidakbahagiaan dan melakukan perubahan diri. Perubahan akan terjadi jika terapis membangun hubungan yang ditandai kehangatan, penerimaan, dan empati.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas beberapa pendekatan dalam konseling seperti non-direktif, rasional emotif, analisis transaksional, dan klinikal.
2. Pendekatan non-direktif menekankan peran sentral klien dan konselor sebagai pendukung pertumbuhan pribadi klien.
Presentasi ini menyajikan pendekatan konseling melalui pendekatan client centred
Penggunaan presentasi ini sebagai referensi dalam penulisan ilmiah (seperti makalah, skripsi) dan populer (majalah, blog), mohon dicantumkan dalam daftar pustaka / referensi sebagai berikut :
Wiyadnya, I Gde. dkk. 2012. "Pendekatan Konseling Client Centred", Presentasi tidak dipublikasikan, Jakarta: STAH Dharma Nusantara.
Dokumen tersebut membahas pendekatan konseling behavioral dari Ivan Pavlov dan B.F. Skinner, termasuk konsep dasar, asumsi, tujuan, peran konselor, proses, teknik, kelebihan dan keterbatasan, serta contoh penerapannya dalam sesi konseling."
Dokumen tersebut merangkum beberapa pendekatan konseling seperti analisis transaksional, realitas, dan trait and factor. Dokumen tersebut juga menjelaskan konsep dasar, teknik, tujuan, peran dan fungsi konselor, asumsi perilaku bermasalah, dan contoh kasus dari masing-masing pendekatan.
Dokumen tersebut merangkum pendekatan konseling berpusat pada klien (client centered) yang dikembangkan oleh Carl Rogers. Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya sendiri dengan menerima diri apa adanya. Peran konselor adalah mendengarkan secara aktif, memberikan empati, dan menerima klien tanpa syarat untuk membantu klien mengeksplorasi di
Dokumen tersebut membahas konsep dasar dalam konseling yang mencakup pandangan tentang manusia dan kepribadian, tujuan konseling, proses dan teknik konseling seperti atending, mengundang pembicaraan terbuka, paraprase, dan refleksi perasaan.
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
Konseling Menurat Pendekatan Humanistik memberikan fokus pada potensi individu untuk memilih dan membuat keputusan sendiri serta menerima diri apa adanya. Pendekatan ini menggunakan teknik client-centered counseling dan memberikan penerimaan, penghargaan, serta pemahaman tanpa syarat untuk membantu klien menemukan solusi masalahnya sendiri.
Pendekatan konseling Gestalt berfokus pada masa kini dan menekankan tanggung jawab individu atas perasaan dan tingkah lakunya. Tujuannya membantu klien meningkatkan kesadaran diri dan mengembangkan potensi dengan menghadapi masalah secara langsung di masa sekarang. Tekniknya meliputi penekanan tanggung jawab klien dan orientasi pengalaman di masa kini.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas beberapa pendekatan dalam konseling seperti non-direktif, rasional emotif, analisis transaksional, dan klinikal.
2. Pendekatan non-direktif menekankan peran sentral klien dan konselor sebagai pendukung pertumbuhan pribadi klien.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar berpikir rasional dan irasional dalam psikologi, termasuk teori ABC dari Albert Ellis dan 12 keyakinan irasional. Tujuan konseling adalah untuk mengubah cara berpikir irasional menjadi rasional dengan berbagai teknik seperti diskusi, biblioterapi, dan counter conditioning.
3 pendekatan konseling (Psikoanalisis, Gestalt, Non Direktif)Indah Fatmawati
Psikoanalisis adalah sistem psikologi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik, yang melihat kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Tujuannya adalah merekonstruksi kepribadian melalui pengalaman kembali masa kanak-kanak dan pemahaman intelektual tentang diri.
Kaunseling kelompok membantu pelajar yang bermasalah terutamanya masalah ketagihan dadah dengan memberikan kemahiran sosial melalui interaksi antara ahli kelompok. Bagi kaunseling kelompok berjaya, kaunselor perlu membina hubungan yang baik dengan klien, menguruskan masa dan suasana dengan baik, serta memastikan perhubungan positif di antara ahli kelompok.
Makalah ini membahas konsep dasar dan hakekat eksistensialisme humanistik dalam konseling. Teorinya menekankan bahwa manusia bebas dan bertanggung jawab atas pilihannya, serta mampu mengembangkan potensinya secara maksimal. Tujuan konseling adalah membantu klien menjadi lebih sadar akan dirinya dan memilih jalan hidup sesuai keinginannya. Konselor berperan sebagai fasilitator untuk mendor
P660 chapter 6 - strategic family therapy - natalieFebrika Setiyawan
The document discusses the theoretical underpinnings of strategic family therapy, including its focus on communication patterns, family rules and homeostasis. It describes Don Jackson's concept of family rules and how they maintain homeostasis. The document also outlines the Milan Associates' approach of identifying positive feedback loops that maintain problems and reframing family rules and interactions to change problematic behaviors.
This document provides instructions for constructing a multi-generational genogram, including gathering family history information, documenting relationships, and noting patterns across generations. It describes basic notations used in genograms to represent family members and relationships, and discusses looking for patterns of behaviors, beliefs, and worldviews passed down through families over time. The goal is to understand family dynamics and how the past influences the present.
This document discusses the history and evolution of couples therapy from the late 19th century to present day. It outlines some of the major theoretical approaches and their developers over time, including psychoanalysis, behaviorism, humanism, and systems theory. It also critiques earlier models and assumptions, noting how the field has incorporated new research on emotion, attachment, and the importance of both addressing conflict and building positive connection in relationships.
Bowen Family Systems Therapy focuses on differentiating self and reducing anxiety within family relationships. Key concepts include triangles, nuclear family emotional processes, multigenerational transmission, and emotional cutoff. The goal of therapy is to increase differentiation of self by decreasing reactivity between family members. Therapists work to lower anxiety in the family system by asking reflective questions and encouraging clients to consider their own role in relationship dynamics.
The document discusses the influence of different parenting practices and styles on adolescent academic success and well-being. It examines research on how parenting behaviors like involvement, monitoring, and communication of values relate to school achievement and mental health. The document also analyzes a specific study that found traditional gender roles in families can intensify gendered behaviors in adolescents over time.
This chapter discusses family relationships during adolescence and emerging adulthood. It covers family systems approaches, changes in parents during midlife, relationships with parents, siblings and extended family. It also discusses parenting styles including authoritative, authoritarian, indulgent and indifferent styles, and how styles differ across cultures. Conflict between parents and adolescents is explored, noting it is not universal and cultural factors shape its expression.
This document provides information for parents going through divorce to help their children. It discusses the stages of divorce and how children are affected at different ages. Key points are that children need involvement from both parents, divorce creates changes that affect children, and developing positive communication skills and reducing conflict can help children adjust. Maintaining meaningful relationships and involvement from both parents through the divorce process is important for children.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas tantangan peningkatan ketahanan keluarga di Indonesia dan penelitian yang telah dilakukan terkait ketahanan keluarga;
(2) Beberapa tantangan ketahanan keluarga di Indonesia adalah angka perceraian tinggi, keluarga tidak memiliki rumah, sulit akses air bersih dan sanitasi;
(3) Diperlukan program dan kebijakan untuk meningkatkan keta
This document summarizes a research study that examined the long-term effects of parental divorce on sibling relationships in adulthood. The study used data from over 5,000 siblings in the Netherlands to analyze the impact of parental divorce on three aspects of sibling relationships: contact, conflict, and relationship quality. The results showed that parental divorce had limited effects on contact and relationship quality, but a strong effect on increasing sibling conflict. This greater conflict was explained by the higher levels of parental conflict in divorced families. Parental conflict, not divorce itself, was found to be a more important predictor of poorer sibling relationships. Finally, the negative impact of parental divorce depended on parental conflict levels, with little effect in low-conflict families but improved relationships in
The document summarizes research on grandparenting styles. It discusses two key studies that identified common grandparenting styles: a 1964 study by Neugarten and Weinstein that identified five styles (formal, fun-seeking, distant, surrogate parent, reservoir of family wisdom) and a 1985 study by Cherlin and Furstenberg that identified three styles (companionate, remote, involved). It suggests grandparenting styles have evolved over time, with more grandparents taking on surrogate parenting roles or fun-seeking roles with grandchildren.
This document discusses the importance of sibling relationships and the challenges of keeping siblings together in the foster care system. It provides definitions of siblings from different perspectives, statistics on the number of youth separated from siblings in foster care, and reasons why siblings may be separated. It also outlines the impact of separation on siblings over their lifespan and efforts in some states and organizations to promote keeping siblings connected.
This document summarizes a research article that examines the prevalence and outcomes of sibling violence. Some key findings:
1) The study uses survey data from over 8,000 secondary school students to estimate rates of sibling abuse and examine its relationship to substance use, delinquency, and aggression.
2) Results suggest sibling violence occurs more frequently than other forms of child abuse. Sibling violence is significantly associated with substance use, delinquency, and aggression even after controlling for other family violence.
3) The study tests feminist theory and social learning theory to help explain why sibling violence occurs. Younger siblings and females are hypothesized to be more likely victims due to power imbalances, and children may learn abusive behaviors
Families develop their own communication patterns within a framework of shared cultural norms. Family members become caught in predictable life patterns through their interactions, but each family also develops unique communication codes based on members' experiences. Communication serves to create a family's social reality by establishing shared meanings and negotiating relationships. Dialectical tensions exist between autonomy and connection, openness and closeness, and other polarities that are managed through family communication. Cohesion and adaptability are also shaped by communication, determining the closeness of family bonds and the family's flexibility in leadership, roles and rules.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
Gestalt
1.
2. KONSEP DASAR
• Manusia dalam kehidupannya selalu aktif
sebagai suatu keseluruhan.
• Setiap individu bukan semata-mata
merupakan penjumlahan dari bagian-
bagian organ-organ seperti hati, jantung,
otak, dan sebagainya, melainkan
merupakan suatu koordinasi semua
bagian tersebut.
3. • Manusia aktif terdorong kearah
keseluruhan dan integrasi pemikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya
• Setiap individu memiliki kemampuan
untuk menerima tanggung jawab
pribadi, memiliki dorongan untuk
mengembangkan kesadaran yang
akan mengarahkan menuju
terbentuknya integritas atau
keutuhan pribadi.
4. Hakikat manusia menurut Gestalt :
• Hanya dapat dipahami dalam
keseluruhan konteksnya
• Merupakan bagian dari lingkungannya
dan hanya dapat dipahami dalam
kaitannya dengan lingkungannya itu
• Aktor bukan reaktor
5. • Berpotensi untuk menyadari
sepenuhnya sensasi, emosi, persepsi,
dan pemikirannya
• Dapat memilih secara sadar dan
bertanggung jawab
• Mampu mengatur dan mengarahkan
hidupnya secara efektif.
6. • Dalam hubungannya dengan
perjalanan kehidupan manusia :
tidak ada yang “ada”
kecuali “sekarang”.
Masa lalu telah pergi dan masa
depan belum dijalani, oleh karena itu
yang menentukan kehidupan
manusia adalah masa sekarang.
7. • Kecemasan :
“kesenjangan antara
saat sekarang dan
yang akan datang”
• Jika individu menyimpang dari saat
sekarang dan menjadi terlalu terpu-
kau pada masa depan, maka mereka
mengalami kecemasan.
8. • Unfinished business
(urusan yang tak selesai)
perasaan-perasaan yang tidak
tersalurkan/terungkapkan
seperti : dendam, kemarahan,
kebencian, sakit hati,
kecemasan, kedukaan, rasa
berdosa, rasa diabaikan
9. • Karena tidak terungkapkan di dalam
kesadaran, perasaan-perasaan di ba-
wa pada kehidupan sekarang dengan
cara-cara yang menghambat hubung-
an yang efektif dengan dirinya sendi-
ri dan orang lain
• Urusan yang tak selesai itu akan
bertahan sampai ia berani mengha-
dapi dan menangani/mengatasinya
10. ASUMSI TINGKAH LAKU
BERMASALAH
• Individu bermasalah karena terjadi
pertentangan antara kekuatan “top
dog” dan keberadaan “under dog”
o Top dog adalah kekuatan yang
mengharuskan, menuntut, mengancam
o Under dog adalah keadaan defensif,
membela diri, tidak berdaya, lemah,
pasif, ingin dimaklumi.
11. • Perkembangan yang terganggu
karena terjadi ketidakseimbangan
antara apa-apa yang harus (self-
image) dan apa-apa yang diinginkan
(self)
• Terjadi pertentangan antara
keberadaan sosial dan biologis
• Ketidakmampuan individu
mengintegrasikan pikiran, perasaan,
dan tingkah lakunya
12. • Mengalami gap/kesenjangan
sekarang dan yang akan datang
• Melarikan diri dari kenyataan
yang harus dihadapi
13. • Spektrum tingkah laku
bermasalah :
Kepribadian kaku (rigid)
Tidak mau bebas-bertanggung
jawab, ingin tetap tergantung
Menolak berhubungan dengan
lingkungan
Memelihara unfinished bussiness
Menolak kebutuhan diri sendiri
Melihat diri sendiri dalam
kontinum “hitam-putih” .
14. TUJUAN KONSELING
• Tujuan utama :
Membantu klien berani
menghadapi tantangan dan
kenyataan yang harus dihadapi
• Klien dapat berubah dari ketergantungan
terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya
pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk
meningkatkan kebermaknaan hidupnya.
15. • Individu yang bermasalah pada
umumnya belum memanfaatkan
potensinya secara penuh, ia baru
memanfaatkan sebagaian dari
potensinya yang dimilikinya
Melalui konseling, konselor
membantu klien agar potensi
yang baru dimanfaatkan
sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.
16. • Tujuan spesifik
1. Membantu klien agar dapat memper-
oleh kesadaran pribadi, memahami
kenyataan atau realitas, serta menda-
patkan insight secara penuh
2. Membantu klien menuju pencapaian
integritas kepribadiannya
17. 3. Mengentaskan klien dari kondisinya
yang tergantung pada pertimbangan
orang lain ke mengatur diri sendiri (to
be true to himself)
4. Meningkatkan kesadaran individual
agar klien dapat bertingkah laku
menurut prinsip-prinsip Gestalt, semua
situasi bermasalah (unfinished
bussines) yang muncul dan selalu
akan muncul dapat diatasi dengan
baik.
18. DESKRIPSI PROSES
KONSELING
• Fokus utama konseling : bagaimana keadaan
klien sekarang serta hambatan-hambatan apa
yang muncul dalam kesadarannya
Tugas konselor : mendorong klien untuk
dapat melihat kenyataan yang ada pada
dirinya dan mau mencoba menghadapinya
• Klien bisa diajak untuk memilih dua alternatif,
menolak kenyataan yang ada pada dirinya atau
membuka diri untuk melihat apa yang sebenarnya
terjadi pada dirinya sekarang
19. • Konselor menghindarkan diri dari pikiran-pikiran
yang abstrak, keinginan-keinginannya untuk
melakukan diagnosis, interpretasi maupun
memberi nasihat
• Konselor sejak awal konseling sudah
mengarahkan tujuan agar klien menjadi matang
dan mampu menyingkirkan hambatan-hambatn
yang menyebabkan klien tidak dapat berdiri
sendiri
• Konselor membantu klien menghadapi transisi
dari ketergantungannya terhadap faktor luar
menjadi percaya akan kekuatannya sendiri.
Usaha ini dilakukan dengan menemukan dan
membuka ketersesatan atau kebuntuan klien.
20. • Pada saat klien mengalami gejala
kesesatan dan klien menyatakan
kekalahannya terhadap lingkungan
dengan cara mengungkapkan
kelemahannya, dirinya tidak berdaya,
bodoh, atau gila
• Konselor membantu membuat perasaan
klien untuk bangkit dan mau menghadapi
ketersesatannya sehingga potensinya
dapat berkembang lebih optimal.
21. Deskripsi Fase-fase Proses
Konseling :
• Fase pertama
konselor mengembangkan pertemuan
konseling, agar tercapai situasi yang
memungkinkan perubahan-perubahan yang
diharapkan pada klien
Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap
klien berbeda, karena masing-masing klien
mempunyai keunikan sebagai individu serta
memiliki kebutuhan yang bergantung kepada
masalah yang harus dipecahkan.
22. • Fase kedua
Konselor berusaha meyakinkan dan
mengkondisikan klien untuk mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan sesuai
dengan kondisi klien
Ada dua hal yang dilakukan konselor
dalam fase ini, yaitu :
23. 1. Membangkitkan motivasi klien :
memberi kesempatan klien untuk menyadari
ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya
Makin tinggi kesadaran klien terhadap
ketidakpuasannya semakin besar motivasi
untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga
makin tinggi pula keinginannya untuk bekerja
sama dengan konselor.
2. Membangkitkan otonomi klien :
menekankan kepada klien bahwa klien boleh
menolak saran-saran konselor asal dapat
mengemukakan alasan-alasannya secara
bertanggung jawab.
24. • Fase ketiga
Konselor mendorong klien untuk
mengatakan perasaan-perasaannya
pada saat ini
Klien diberi kesempatan untuk
mengalami kembali segala perasaan
dan perbuatan pada masa lalu, dalam
situasi di sini dan saat ini.
25. Kadang-kadang klien diperbolahkan
memproyeksikan dirinya kepada konselor
Melalui fase ini, konselor berusaha
menemukan celah-celah kepribadian atau
aspek-aspek kepribadian yang hilang,
dari sini dapat diidentifikasi apa yang
harus dilakukan klien.
26. • Fase keempat
Setelah klien memperoleh pemahaman
dan penyadaran tentang pikiran,
perasaan, dan tingkah lakunya,
konselor mengantarkan klien memasuki
fase akhir konseling
Pada fase ini klien menunjukkan gejala-
gejala yang mengindikasikan integritas
kepribadiannya sebagai individu yang
unik dan manusiawi.
27. Klien telah memiliki kepercayaan pada
potensinya, menyadari keadaan dirinya
pada saat sekarang, sadar dan
bertanggung jawab atas sifat otonominya,
perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya
dan tingkah lakunya.
Dalam situasi ini klien secara sadar dan
bertanggung jawab memutuskan untuk
“melepaskan” diri dari konselor, dan siap
untuk mengembangan potensi dirinya.
28. TEKNIK KONSELING
• Prinsip Kerja Teknik Konseling
Gestalt
Penekanan Tanggung Jawab Klien,
konselor menekankan bahwa konselor
bersedia membantu klien tetapi tidak
akan bisa mengubah klien, konselor
menekankan agar klien mengambil
tanggung jawab atas tingkah lakunya.
29. • Orientasi Sekarang dan Disini
Konselor tidak merekonstruksi masa
lalu atau motif-motif tidak sadar, tetapi
memfokuskan keadaan sekarang
Masa lalu hanya dalam kaitannya
dengan keadaan sekarang
Konselor tidak bertanya dengan
pertanyaan “mengapa”.
30. • Orientasi Eksperiensial
konselor meningkatkan kesadaran klien
tentang diri sendiri dan masalah-masalahnya,
sehingga klien mampu mengintegrasikan
kembali dirinya:
klien mempergunakan kata ganti personal
klien mengubah kalimat pertanyaan
menjadi pernyataan
klien mengambil peran dan tanggung jawab
klien menyadari bahwa ada hal-hal positif
dan/atau negative pada diri atau tingkah
lakunya
31. • Teknik-teknik Konseling Gestalt
Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien
dikondisikan untuk mendialogan dua
kecenderungan yang saling bertentangan,
yaitu kecenderungan top dog dan
kecenderungan under dog, misalnya :
kecenderungan orang tua lawan
kecenderungan anak
32. Kecenderungan “anak baik” lawan
kecenderungan “anak bodoh”
Kecenderungan bertanggung jawab lawan
kecenderungan masa bodoh
Kecenderungan otonom lawan
kecenderungan tergantung
Kecenderungan kuat atau tegar lawan
kecenderungan lemah
33. Melalui dialog yang kontradiktif ini,
menurut pandangan Gestalt pada
akhirnya klien akan mengarahkan
dirinya pada suatu posisi di mana ia
berani mengambil resiko
Penerapan permainan dialog ini
dapat dilaksanakan dengan
menggunakan teknik “kursi kosong”.
34. • Latihan Saya Bertanggung Jawab
Teknik untuk membantu klien agar mengakui
dan menerima perasaan-perasaannya dari
pada memproyek-sikan perasaannya itu
kepada orang lain.
Dalam teknik ini konselor meminta klien untuk
membuat suatu pernyataan dan kemudian
klien menambahkan dalam pernyataan itu
dengan kalimat : “...dan saya bertanggung
jawab atas hal itu”.
35. Misalnya :
“Saya merasa jenuh, dan saya bertanggung jawab atas
kejenuhan itu”
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan sekarang,
dan saya bertanggung jawab ketidaktahuan itu”.
“Saya malas, dan saya bertanggung jawab atas
kemalasan itu”.
Meskipun tampaknya mekanis, tetapi menurut
Gestalt akan membantu meningkatkan
kesadaraan klien akan perasaan-perasaan yang
mungkin selama ini diingkarinya.
36. • Bermain Proyeksi
Proyeksi :
Memantulkan kepada orang lain perasaan-
perasaan yang dirinya sendiri tidak mau
melihat atau menerimanya
Mengingkari perasaan-perasaan sendiri
dengan cara memantulkannya kepada orang
lain
37. Sering terjadi, perasaan-perasaan
yang dipantulkan kepada orang lain
merupakan atribut yang dimilikinya
Dalam teknik bermain proyeksi
konselor meminta kepada klien untuk
mencobakan atau melakukan hal-hal
yang diproyeksikan kepada orang
lain.
38. • Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu
sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan
yang mendasarinya
Dalam teknik ini konselor meminta klien
untuk memainkan peran yang
berkebalikan dengan perasaan-
perasaan yang dikeluhkannya.
39. Misalnya :
Konselor memberi kesempatan
kepada klien untuk memainkan peran
“ekshibisionis” bagi klien pemalu
yang berlebihan
40. • Tetap dengan Perasaan
Teknik ini dapat digunakan untuk klien
yang menunjukkan perasaan atau
suasana hati yang tidak menyenangkan
dan ia sangat ingin menghindarinya
Konselor mendorong klien untuk tetap
bertahan dengan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
41. Kebanyakan klien ingin melarikan diri dari
stimulus yang menakutkan dan
menghindari perasaan-perasaan yang
tidak menyenangkan
Dalam hal ini konselor tetap mendorong
klien untuk bertahan dengan ketakutan
atau kesakitan perasaan yang dialaminya
sekarang dan mendorong klien untuk
menyelam lebih dalam ke dalam tingklah
laku dan perasaan yang ingin dihindarinya
itu.
42. Untuk membuka dan membuat jalan me-
nuju perkembangan kesadaran perasaan
yang lebih baru :
tidak cukup hanya mengkonfron-
tasi dan menghadapi perasaan-
perasaan yang ingin dihindarinya
membutuhkan keberanian dan pengalam-
an untuk bertahan dalam kesakitan pera-
saan yang ingin dihindarinya itu.
43. KETERBATASAN
PENDEKATAN
1. Pendekatan Gestalt cenderung
kurang memperhatikan faktor
kognitif
2. Pendekatan Gestalt menekankan
tanggung jawab atas diri sendiri,
tetapi mengabaikan tanggung
jawab pada orang lain
44. 3. Menjadi tidak produktf bila penggunaan
teknik-teknik Gestalt dikembangkan
secara mekanis
4. Dapat terjadi klien sering bereaksi
negatif terhadap sejumlah teknik
Gestalt karena merasa dirinya
dianggap anak kecil atau orang bodoh.