Dokumen tersebut membahas tentang pengertian geometri dan unsur-unsur dasarnya seperti titik, garis, bidang, sudut dan segitiga. Dibahas pula sifat-sifat daerah dalam dan luar suatu sudut beserta contoh-contoh penerapannya. Tujuan dari dokumen ini adalah menjelaskan konsep-konsep dasar geometri tersebut dan cara menggunakannya.
Relasi & Fungsi. power point. matematika. UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEHMTsN 2 Banda Aceh
Dokumen tersebut membahas tentang materi prasyarat matematika yang mencakup:
1. Himpunan bilangan prima dan penyelesaian persamaan aljabar
2. Pengertian relasi dan fungsi serta contoh-contoh penerapannya
3. Masalah yang menguji pemahaman tentang definisi fungsi
Persamaan garis lurus dapat ditentukan dari dua titik yang dilaluinya atau dari gradiennya. Untuk menentukan persamaan dari dua titik, kita gunakan metode substitusi titik ke persamaan umum y=mx+c lalu kali silang. Sedangkan untuk menentukan dari gradien, kita gunakan rumus y-y1=m(x-x1).
Dokumen tersebut merupakan penjelasan tentang pengertian dasar geometri terurut, meliputi definisi titik, relasi keantaraan, aksioma-aksioma, dalil-dalil yang dibuktikan, dan konsep-konsep geometri dasar seperti garis, segmen, bidang datar, dan segitiga.
1. Dokumen ini membahas tentang geseran (translasi) sebagai transformasi geometri. Geseran adalah hasil kali dua pencerminan pada dua garis yang sejajar.
2. Beberapa teorema yang dijelaskan antara lain teorema yang menyatakan bahwa geseran adalah isometri, komposisi geseran dan setengah putaran adalah setengah putaran, dan balikan dari geseran GAB adalah GBA.
3. Contoh soal juga d
This PPT was created to complete School Experience Program in doing teaching practice at SMA YASPORBI also for Micro Teaching Course Teaching Report in Faculty of Education Mathematics Department Universitas Siswa Bangsa International.
PPT ini dibuat saat ingin mengajar di SMA YASPORBI saat program praktik lapangan yang berisi materi Trigonometri Kelas X kurikulum 2013
1. Dokumen tersebut membahas tentang determinan matriks dan eigenvektor, termasuk definisi, rumus, dan contoh perhitungan determinan matriks berukuran 1x1, 2x2, dan 3x3 serta sifat-sifatnya.
2. Dibahas pula definisi minor, kofaktor, ekspansi Laplace, teorema-teorema yang berkaitan dengan operasi baris elementer terhadap determinan matriks.
3. Contoh perhitungan determinan matriks disertai pen
Relasi & Fungsi. power point. matematika. UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BANDA ACEHMTsN 2 Banda Aceh
Dokumen tersebut membahas tentang materi prasyarat matematika yang mencakup:
1. Himpunan bilangan prima dan penyelesaian persamaan aljabar
2. Pengertian relasi dan fungsi serta contoh-contoh penerapannya
3. Masalah yang menguji pemahaman tentang definisi fungsi
Persamaan garis lurus dapat ditentukan dari dua titik yang dilaluinya atau dari gradiennya. Untuk menentukan persamaan dari dua titik, kita gunakan metode substitusi titik ke persamaan umum y=mx+c lalu kali silang. Sedangkan untuk menentukan dari gradien, kita gunakan rumus y-y1=m(x-x1).
Dokumen tersebut merupakan penjelasan tentang pengertian dasar geometri terurut, meliputi definisi titik, relasi keantaraan, aksioma-aksioma, dalil-dalil yang dibuktikan, dan konsep-konsep geometri dasar seperti garis, segmen, bidang datar, dan segitiga.
1. Dokumen ini membahas tentang geseran (translasi) sebagai transformasi geometri. Geseran adalah hasil kali dua pencerminan pada dua garis yang sejajar.
2. Beberapa teorema yang dijelaskan antara lain teorema yang menyatakan bahwa geseran adalah isometri, komposisi geseran dan setengah putaran adalah setengah putaran, dan balikan dari geseran GAB adalah GBA.
3. Contoh soal juga d
This PPT was created to complete School Experience Program in doing teaching practice at SMA YASPORBI also for Micro Teaching Course Teaching Report in Faculty of Education Mathematics Department Universitas Siswa Bangsa International.
PPT ini dibuat saat ingin mengajar di SMA YASPORBI saat program praktik lapangan yang berisi materi Trigonometri Kelas X kurikulum 2013
1. Dokumen tersebut membahas tentang determinan matriks dan eigenvektor, termasuk definisi, rumus, dan contoh perhitungan determinan matriks berukuran 1x1, 2x2, dan 3x3 serta sifat-sifatnya.
2. Dibahas pula definisi minor, kofaktor, ekspansi Laplace, teorema-teorema yang berkaitan dengan operasi baris elementer terhadap determinan matriks.
3. Contoh perhitungan determinan matriks disertai pen
1. Dokumen menjelaskan tentang persamaan garis lurus, termasuk definisi persamaan garis, gradien, dan cara menentukan persamaan garis berdasarkan titik-titik yang dilaluinya.
2. Metode yang diajarkan adalah menggunakan persamaan umum y = mx + c dan menentukan nilai m (gradien) dan c berdasarkan titik-titik yang diketahui.
3. Beberapa contoh soal dan penyelesaiannya juga diberikan unt
Dokumen tersebut membahas tentang lingkaran dalam, lingkaran luar, dan lingkaran singgung segitiga, termasuk cara melukisnya dan rumus untuk menghitung jari-jari masing-masing lingkaran.
oleh neneng
Nurwaningsih
(06081281520066)
Nurwaningsih30@gmail.com
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2017
semoga bermanfaat
Makalah ini membahas tentang pencerminan (refleksi) pada bidang datar. Definisi pencerminan dijelaskan sebagai fungsi yang memetakan titik ke titik lain sehingga membentuk sudut yang sama dengan sumbu refleksi. Sifat-sifat pencerminan seperti surjektif, injektif, dan melestarikan jarak juga dibuktikan sehingga pencerminan merupakan transformasi isometri. Contoh soal pencerminan juga diberikan unt
Refleksi adalah transformasi geometri yang memindahkan semua titik pada sebuah bangun geometri terhadap suatu garis tertentu, serta bayangannya kongruen dengan bangun semula. Terdapat beberapa jenis refleksi, yaitu refleksi terhadap sumbu koordinat, garis y=x, y=-x, dan garis x=k.
Jawaban latihan soal bagian 2.1 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Grup 4 membahas garis singgung elips dan jenis-jenisnya, yakni melalui titik, dengan gradien tertentu, dan melalui titik di luar elips. Persamaan garis singgung jenis apa pun dapat ditulis secara umum maupun khusus untuk elips standar. Titik polar dan garis polar juga dijelaskan sebagai titik dan garis yang dihubungkan oleh dua garis singgung dari suatu titik di luar elips.
Letis adalah poset khusus yang memenuhi sifat tertentu terkait operasi batas bawah dan batas atas. Dokumen ini menjelaskan pengertian letis, beberapa sifat dasarnya, subletis, dan hasil kali letis.
Dokumen tersebut membahas tentang transformasi pada bidang Euclides. Transformasi didefinisikan sebagai fungsi bijektif dengan daerah asal dan nilai sama. Contoh transformasi yang dibahas adalah perpetaan dan translasi. Transformasi tersebut dibuktikan memenuhi sifat injektif dan surjektif sehingga merupakan transformasi.
Dokumen tersebut membahas tentang hiperboloida, yaitu himpunan titik di R3 dimana selisih jaraknya terhadap dua titik tetap (fokus) adalah konstan. Hiperboloida dibedakan menjadi dua tipe yaitu satu lembar dan dua lembar, dengan sifat-sifat dan persamaan yang berbeda. Diberikan juga contoh soal dan penyelesaiannya untuk menentukan persamaan hiperboloida dan bidang yang memb
This document provides information about trigonometry including definitions of trigonometric ratios, quadrant values, trigonometric identities, and example problems. It begins with definitions of sine, cosine, and tangent ratios. It then covers key topics like trigonometric ratios in each quadrant, trigonometric identities, addition and subtraction formulas, multiplication formulas, and example problems with solutions. The document is a lesson plan on trigonometry concepts and formulas for a high school math class.
Dokumen tersebut membahas beberapa dalil geometri bidang datar yang terkait dengan segitiga, seperti dalil De Ceva, dalil intercept, dalil Meneleaus, dalil titik tengah, garis berat, garis sumbu, dan garis tinggi segitiga beserta contoh soal penerapannya.
1. Dokumen menjelaskan tentang persamaan garis lurus, termasuk definisi persamaan garis, gradien, dan cara menentukan persamaan garis berdasarkan titik-titik yang dilaluinya.
2. Metode yang diajarkan adalah menggunakan persamaan umum y = mx + c dan menentukan nilai m (gradien) dan c berdasarkan titik-titik yang diketahui.
3. Beberapa contoh soal dan penyelesaiannya juga diberikan unt
Dokumen tersebut membahas tentang lingkaran dalam, lingkaran luar, dan lingkaran singgung segitiga, termasuk cara melukisnya dan rumus untuk menghitung jari-jari masing-masing lingkaran.
oleh neneng
Nurwaningsih
(06081281520066)
Nurwaningsih30@gmail.com
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2017
semoga bermanfaat
Makalah ini membahas tentang pencerminan (refleksi) pada bidang datar. Definisi pencerminan dijelaskan sebagai fungsi yang memetakan titik ke titik lain sehingga membentuk sudut yang sama dengan sumbu refleksi. Sifat-sifat pencerminan seperti surjektif, injektif, dan melestarikan jarak juga dibuktikan sehingga pencerminan merupakan transformasi isometri. Contoh soal pencerminan juga diberikan unt
Refleksi adalah transformasi geometri yang memindahkan semua titik pada sebuah bangun geometri terhadap suatu garis tertentu, serta bayangannya kongruen dengan bangun semula. Terdapat beberapa jenis refleksi, yaitu refleksi terhadap sumbu koordinat, garis y=x, y=-x, dan garis x=k.
Jawaban latihan soal bagian 2.1 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Grup 4 membahas garis singgung elips dan jenis-jenisnya, yakni melalui titik, dengan gradien tertentu, dan melalui titik di luar elips. Persamaan garis singgung jenis apa pun dapat ditulis secara umum maupun khusus untuk elips standar. Titik polar dan garis polar juga dijelaskan sebagai titik dan garis yang dihubungkan oleh dua garis singgung dari suatu titik di luar elips.
Letis adalah poset khusus yang memenuhi sifat tertentu terkait operasi batas bawah dan batas atas. Dokumen ini menjelaskan pengertian letis, beberapa sifat dasarnya, subletis, dan hasil kali letis.
Dokumen tersebut membahas tentang transformasi pada bidang Euclides. Transformasi didefinisikan sebagai fungsi bijektif dengan daerah asal dan nilai sama. Contoh transformasi yang dibahas adalah perpetaan dan translasi. Transformasi tersebut dibuktikan memenuhi sifat injektif dan surjektif sehingga merupakan transformasi.
Dokumen tersebut membahas tentang hiperboloida, yaitu himpunan titik di R3 dimana selisih jaraknya terhadap dua titik tetap (fokus) adalah konstan. Hiperboloida dibedakan menjadi dua tipe yaitu satu lembar dan dua lembar, dengan sifat-sifat dan persamaan yang berbeda. Diberikan juga contoh soal dan penyelesaiannya untuk menentukan persamaan hiperboloida dan bidang yang memb
This document provides information about trigonometry including definitions of trigonometric ratios, quadrant values, trigonometric identities, and example problems. It begins with definitions of sine, cosine, and tangent ratios. It then covers key topics like trigonometric ratios in each quadrant, trigonometric identities, addition and subtraction formulas, multiplication formulas, and example problems with solutions. The document is a lesson plan on trigonometry concepts and formulas for a high school math class.
Dokumen tersebut membahas beberapa dalil geometri bidang datar yang terkait dengan segitiga, seperti dalil De Ceva, dalil intercept, dalil Meneleaus, dalil titik tengah, garis berat, garis sumbu, dan garis tinggi segitiga beserta contoh soal penerapannya.
Buku ajar ini membahas tentang konsep geometri dasar seperti kongruensi pada segitiga, sifat-sifat segiempat, teorema Pythagoras, perbandingan seharga garis dan kesebangunan, beberapa teorema pada garis istimewa pada segitiga dan lingkaran. Peserta diharapkan dapat memahami konsep-konsep tersebut dan mampu menyelesaikan masalah-masalah geometri.
Makalah ini membahas tentang segitiga sama sisi, termasuk pengertian, gambar, sifat-sifat, rumus keliling dan luas, rumus tinggi menggunakan teorema Pythagoras, dan soal-soal latihan mengenai segitiga sama sisi beserta pembahasannya.
Dokumen tersebut berisi penjelasan tentang sifat-sifat sudut pada geometri bidang, termasuk dalil sudut bersesuaian, bertolak belakang, dan berpelurus. Juga dijelaskan sifat sudut-sudut luar, dalam, luar sepihak, dan dalam sepihak ketika dua garis sejajar dipotong garis lain.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai konsep geometri segitiga, termasuk definisi segitiga, klasifikasi segitiga, serta dalil-dalil penting yang terkait dengan segitiga seperti dalil titik tengah, intercept, dan lainnya. Contoh-contoh soal juga disertakan beserta penyelesaiannya untuk memperjelas pemahaman konsep-konsep tersebut.
Dokumen ini membahas konsep-konsep geometri dasar seperti garis, sudut, hubungan antara garis yang berpotongan, berjarak, sejajar, dan klasifikasi jenis-jenis sudut seperti lancip, tumpul, tegak lurus, dan refleksi.
Deskripsi materi kuliah geometri bidang smster ii 2012Ir. Zakaria, M.M
Mata kuliah Geometri Bidang membahas berbagai konsep geometri dasar termasuk segitiga, segi empat, segi banyak, dan lingkaran beserta teorema-teoremanya. Materi kuliah mencakup pengertian geometri, bangun datar, sudut, segitiga, segi empat, segi banyak beraturan, dan unsur-unsur lingkaran.
Dokumen tersebut membahas tentang saluran terbuka dan sifat-sifatnya seperti geometri saluran, distribusi kecepatan, koefisien energi dan momentum, persamaan aliran, serta aplikasi persamaan energi pada transisi saluran. Secara khusus membahas konsep kurva energi spesifik dan penggunaannya untuk menentukan kedalaman dan tinggi muka air di sebelah hilir saluran pada kondisi transisi dengan asumsi tidak ada kerugian energi
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang konsep sudut dalam geometri, termasuk definisi sudut, jenis-jenisnya (lancip, siku-siku, tumpul, berat ke dalam, berat ke luar), aksioma-aksiomanya (sudut-sudut berpelurus dan bertolak belakang), dan cara membandingkan besar sudut.
Teks tersebut membahas tentang pengenalan geometri ruang di SD, termasuk objek geometri ruang seperti kubus, balok, prisma, limas, kerucut, tabung dan bola. Juga membahas unsur-unsur geometri ruang seperti sisi, rusuk dan titik sudut, serta gambar dan jaring-jaring beberapa bangun ruang.
Dokumen tersebut membahas dasar-dasar matematika yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah optimasi secara analitis, meliputi gradien, matriks Hessian, syarat perlu dan cukup keoptimalan, serta fungsi konveks dan konkaf.
Dokumen tersebut membahas tentang materi pelajaran geometri SMA yang terdiri dari 4 KKD (Kegiatan Khusus Dasar), yaitu konsep dasar geometri dan segitiga, poligon dan lingkaran, bangun ruang I dan II, serta sistem penilaian dan referensi. Dokumen ini juga menjelaskan konsep-konsep dasar geometri seperti titik, garis, bidang, segmen garis, sudut, dan segitiga.
Dokumen tersebut membahas tentang garis sumbu segitiga dan dalil-dalilnya. Garis sumbu segitiga adalah garis yang melalui titik tengah sisi segitiga dan tegak lurus pada sisi tersebut. Tiga dalil garis sumbu segitiga adalah: (1) ketiga garis sumbu berpotongan pada satu titik yang disebut titik sumbu, (2) titik sumbu berjarak sama ke tiap titik sudut segitiga, dan (3) titik sumbu adal
Dokumen tersebut membahas tentang konsep-konsep geometri Euclides bidang, di antaranya titik, garis, segmen garis, sinar, sudut, dan berbagai garis istimewa dalam segitiga seperti garis bagi, garis berat, dan garis tinggi. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa sifat penting dari garis-garis tersebut seperti ketiga garis bagi, berat, dan tinggi dalam segitiga melalui satu titik.
Dokumen tersebut membahas tentang poligon dan beberapa jenis poligon dua dimensi seperti segi empat, jajar genjang, dan layang-layang. Dijelaskan pula rumus-rumus untuk menghitung luas dan keliling poligon-poligon tersebut.
Tugas akhir membahas tentang geometri datar. Terdapat penjelasan dan bukti matematika mengenai luas bangun datar segi empat yang diagonalnya tegak lurus, titik tembus garis ke bidang, dan identifikasi unsur-unsur parabola dari persamaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang geometri hiperbolik dan teori-teorinya. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa geometri hiperbolik berbeda dengan geometri Euclid karena menggunakan postulat kesejajaran negatif Euclid. Geometri hiperbolik juga memungkinkan adanya segitiga dengan jumlah sudut kurang dari 180 derajat.
Bangun datar dan transformasinya dibahas dalam dokumen tersebut. Dokumen tersebut membahas (1) macam-macam bangun datar dan rumus luas serta kelilingnya, (2) taksiran luas bidang tak beraturan dengan aturan trapesoida, mid ordinat, dan Simpson, (3) jenis transformasi pada bidang datar seperti translasi, refleksi, rotasi, dan dilatasi.
Euclid menggunakan pendekatan geometri berdasarkan aksioma dan teorema untuk membahas konsep-konsep seperti kesejajaran, kongruensi, sudut, luas, dan volume. Pendekatan ini melibatkan konstruksi geometri dan logika untuk membuktikan proposisi geometri.
Euclid menggunakan pendekatan geometri berdasarkan aksioma dan teorema untuk membahas konsep-konsep seperti kesejajaran, kongruensi, sudut, luas, dan volume. Pendekatan ini melibatkan konstruksi geometri dan logika untuk membuktikan proposisi geometri.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep-konsep matematika dasar dimensi tiga seperti titik, garis, bidang, jarak, proyeksi, sudut, volume dan luas permukaan bangun ruang seperti kubus, balok, prisma tegak, limas, silinder, kerucut dan bola beserta contoh soalnya.
Pendekatan geometri Euclid membahas aksioma-aksioma geometri seperti kesejajaran, kongruensi, jumlah sudut segitiga, dan luas bangun datar seperti segitiga dan jajar genjang. Metode utama yang digunakan adalah membuktikan teorema-teorema melalui penggunaan aksioma, konstruksi geometri, dan logika.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang pengertian lingkaran dan unsur-unsur lingkarannya, termasuk titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali busur, dan rumus-rumus yang berkaitan dengan lingkaran seperti keliling lingkaran, luas lingkaran, hubungan antara sudut pusat dengan panjang busur dan luas juring.
Makalah ini membahas tentang geometri netral, yaitu geometri yang memiliki sistem aksioma kesejajaran, urutan, kekongruenan, dan Archimedes tetapi tidak menentukan banyaknya garis sejajar melalui suatu titik. Makalah ini mengkaji apakah persegi panjang ada dalam geometri netral dan apa yang dapat didasarkan pada persegi panjang tersebut."
Dokumen tersebut membahas tentang isometri lanjutan yang merupakan kelanjutan dari isometri dasar. Terdapat empat jenis isometri dasar yaitu reflexi pada garis, translasi, rotasi, dan reflexi geser. Dokumen ini menjelaskan hasil kali dari dua isometri dasar tersebut dapat menghasilkan isometri baru seperti reflexi atau reflexi geser. Selain itu, dibahas pula teorema-teorema terkait is
Similar to Geometri Sudut dan segitiga modul 6 (20)
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata “ geometri ” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ ukuran bumi”.
Maksudnya mencakup segala sesuatu yang ada di bumi. Geometri adalah ilmu yang
membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang dan bangun-bangun
ruang. Mempelajari geometri penting karena geometri telah menjadi alat utama untuk
mengajar seni berpikir. Dengan berjalannya waktu, geometri telah berkembang
menjadi pengetahuan yang disusun secara menarik dan logis. Geometri terutama
terdiri dari serangkaian pernyataan tentang titik-titik, garis-garis, bidang-bidang, dan
juga planar (proyeksi bidang) dan benda-benda padat. Geometri dimulai dari istilah-
istilah yang tidak terdefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, postulat-postulat
dan selanjutnya teorema-teorema. Berdasarkan sejarah, geometri telah mempunyai
banyak penerapan yang sangat penting, misalnya dalam mensurvei tanah,
pembangunan jembatan, pembangunan stasiun luar angkasa dan lain sebagainya.
Geometri adalah sistem pertama untuk memahami ide. Dalam geometri
beberapa pernyataan sederhana diasumsikan, dan kemudian ditarik menjadi
pernyataan-pernyataan yang lebih kompleks. Sistem seperti ini disebut sistem
deduktif. Geometri mengenalkan tentang ide konsekuensi deduktif dan logika yang
dapat digunakan sepanjang hidup. Dalam mendefinisikan sebuah kata, pertama
digunakan kata yang lebih sederhana kemudian kata yang lebih sederhana ini pada
gilirannya didefinisikan menjadi kata yang lebih sederhana lagi, sehingga pada
akhirnya, proses tersebut akan berakhir. Pada beberapa tingkatan, definisi harus
menggunakan sebuah kata yang artinya sudah sangat jelas, ini dikarenakan agar
artinya diterima tanpa memerlukan definisi lagi, dengan kata lain dapat disebut
dengan istilah tak terdefinisikan (undefined term).
Sudut dan segi tiga merupakan salah satu contoh dari istilah yang menjadi
pijakan awal dari geometri, sehingga konsep sudut dan segi tiga sering digunakan
dalam geometri. Misalnya adalah mengukur luas atau keliling tanah berbentuk
segitiga. Segi tiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga sisi yang berupa
2. 2
garis lurus dan tiga sudut. Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa sudut dan
segitiga merupakan faktor dasar geometri, tentunya dengan tidak melupakan bahwa
titik juga merupakan dasar dari geometri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah sudut, serta
bagaimana menggunakannya ?
2. Apa pengertian sebuah segitiga secara eksak ?
3. Bagaimana daerah dalam dan daerah luar sebuah segitiga ?
4. Bagaimana menggunakan sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah
segitiga ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah sudut, serta
menggunakannya.
2. Menjelaskan secara eksak pengertian sebuah segitiga.
3. Menjelaskan daerah dalam dan daerah luar sebuah segitiga.
4. Menjelaskan serta menggunakan sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar
sebuah segitiga.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sudut
2.1.1 Daerahdalamsuatu sudut
Dalam pasal ini akan dibahas beberapa sifat sederhana tentang daerah
dalam sudut.
Catatan
Setengah bidang dengan tepi garis AB dan yang memuat titik P, kita tulis
sebagai (AB).⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Teorema 1
D ( ∠ AOB ) = (AB)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩ (OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Bukti
Andaikan titik X ∈ D (∠ AOB ) menurut ketentuan ( OA⃗⃗⃗⃗⃗⃗ OX⃗⃗⃗⃗⃗ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ) ini
berlaku jika dan hanya jika X dan A letaknya pada sisi OB yang sama dan X
dan B letaknya pada sisi OA yang sama. Sifat terakhir setara dengan :
X ∈(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ , X ∈ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Teorema Akibat 1
D (∠ AOB ) adalah himpunan titik yang terletak dengan B pada sisi OA
yang sama dan terletak dengan A pada sisi OB yang sama.
Teorema Akibat 2
∠ AOB dan D ( ∠ AOB ) saling lepas.
Teorema Akibat 3
Daerah dalam sebuah sudut adalah himpunan yang konveks.
Bukti :
Andaikan X, Y ∈ D ( ∠ AOB ) dan X ≠ Y maka X, Y ∈(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan X,
Y ∈(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Oleh karena (OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan (OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ adalah himpunan konveks, maka
irisannya juga konveks. Sebab XY⃗⃗⃗⃗ ⊂(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan XY⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⊂(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Ini berarti
4. 4
XY⃗⃗⃗⃗ ⊂(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D ( ∠ AOB ) sehingga D ( ∠ AOB ) adalah daerah yang
konveks.
Teorema 2 :
(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D ( ∠ AOB )∪D ( ∠ A’OB )∪OB⃗⃗⃗⃗⃗ . Di sini OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ adalah sinar
yang berlawanan dengan sinar OA⃗⃗⃗⃗⃗ .
Bukti :
Andaikan S = D ( ∠ A0B ) ⊂
D (∠ A′OB )⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⊂ OB⃗⃗⃗⃗⃗ , OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ sinar yang
berlawanan dengan OA⃗⃗⃗⃗⃗ .
Selanjutnya ambil X ∈ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
maka X dan B letaknya pada sisi
OA⃗⃗⃗⃗⃗ yang sama.
Maka berlakulah OA⃗⃗⃗⃗⃗ OX⃗⃗⃗⃗⃗ OB⃗⃗⃗⃗⃗ , atau OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ OX⃗⃗⃗⃗⃗ atau OB⃗⃗⃗⃗⃗ = OX⃗⃗⃗⃗⃗ . Ini berarti
bahwa X ∈D(∠ AOB ), atau X D(∠A’OB ), atau X OB. Jadi X S yang
berarti bahwa (OA)B S.
Berhubung OA⃗⃗⃗⃗⃗ dan OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah maka (A’OA). Jadi OA’ = OA
sehingga (OA′)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Kita tahu D(∠AOB) ⊂ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan
D(∠A`0B)⊂(OA)B = (OA)B, lagi pula OB⃗⃗⃗⃗⃗ ⊂ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Jadi S⊂(OA)B,
sehingga(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = S. Atau (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D(∠AOB ∪ D(∠A`0B) ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ .
Teorema 3 :
Bidang OAB=D(∠AOB) ∪D(∠AOB’)∪ D(∠A′OB ∪D(∠AOB’) ∪ OA
∪ OB dengan OA`⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah dengan OA⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB`⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah
dengan OB⃗⃗⃗⃗⃗ .
Bukti :
OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah, maka (BOB’). Jadi BB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ memotong OA.
Sedangkan B,B’ ∉ OA. Jadi OAB = (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OA ∪ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ′. Berhubung
(OA)B= D( ∠ AOB )∪ D( ∠A’OB ) ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ .
A`A
O
BX ∙
Gambar 1
5. 5
(OA)B’=D(∠A0B’) ∪
=D(∠A’OB’) ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ maka,
OAB= D(∠AOB) ∪ D(∠AOB’)
∪ D(∠A’OB) ∪ D(∠A’OB’) ∪
OA∪OB, sebab OB⃗⃗⃗⃗⃗ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ’= OB
2. 1. 2 Daerah Luar Sebuah Sudut
Andaikan diketahui sebuah sudut ∠AOB, maka seperti diketahui
daerah luar sudut AOB, yang ditulis sebagai ∠(∠AOB ) = { X/X ∈ AOB ⋀
X ∉ D (∠ AOB) ⋀ X ∈ ∠ AOB} mengenai daerah luar ini kita sajikan
teorema berikut.
Teorema 4
∠(∠AOB) = D(∠AOB’ ) ∪ D(∠ A’OB’) ∪ D( ∠A’OB’) ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ,
dengan OA⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah dengan OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Bukti :
Berdasarkan teorema terakhir AOB
= D(∠AOB) ∪ D(∠ AO’B) ∪ D(∠A’OB)
∪ D(∠ A’OB’ ) ∪ OA ∪ OB. Himpunan
yang ada di ruas kanan saling lepas;
perhatikan bahwa ( A’OA ), (B’OB ).
Jadi OA = OA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0} ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB =
OB⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0} ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Sehingga kita peroleh : OAB = D(∠AOB) ∪ (OA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0}) ∪ [D
(∠AOB’) ∪ D(∠A’OB) ∪ D(∠A’OB’ ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ]. Perhatikan bahwa (OA⃗⃗⃗⃗⃗
∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0} = ∠ AOB.
A
A’
BB’
O
Gambar 3
Gambar 2
AA’
B
O
6. 6
Oleh karena itu :∠(∠AOB ) = D(∠ AOB’) ∪ D(∠A’B) ∪ D(∠A’OB’)
∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Perhatikan bahwa himpunan pada ruas kanan itu semua saling lepas.
Definisi :
Apabila g = PQ; jadi g garis yang memuat P dan Q; maka kita tulis g/A
juga sebagai PQ/A.
Teorema 5
∠ (∠ AOB ) = OA/B ∪ OB/A
Bukti :
Berdasarkan teorema di atas kita peroleh dengan menggabungkan pada
ruas kanan himpunan D(∠ A’OB’).
∠ (∠AOB ) = [D(∠AOB’)∪D(∠A’OB’)OB’]∪[D(∠A’OB)∪A’OB’)∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ]
Selanjutnya :
(OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D (∠ AOB’ ) ∪ D (∠ A’OB’ ) ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗
(OB)A′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D(∠ BOA’ ) ∪ D (∠ B’OA’ ) ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Jadi akhirnya :
∠ (∠ AOB) = (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ (OB)A′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Oleh karena OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah, maka pula (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Jadi (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = OA/B . Begitu pula (OB)A′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = OB/A’.
Maka dapat kita tulis :
∠ (∠ AOB ) = OA/B ∪ OB/A.
2.1.3 Garis Patah
Dalam mempelajari sifat “ pemisahan “ suatu bidang oleh sebuah garis
atau suatu ruang oleh sebuah bidang kita berjumpa kerap kali dengan
pengertian ruas garis sebagai penghubung paling sederhana dua titik yang
berlainan. Ruas garis ini kita gunakan untuk mendefinisikan garis patah
sebagai berikut.
7. 7
Definisi :
Andaikan A1, A2 , . . . An (n ≥ 2 )n titik yang berbeda . Maka 𝐴 1 𝐴 2
∪ 𝐴 2 𝐴 3 ∪ 𝐴 n-1 𝐴 n ∪ {A1} ∪ {A2} . . . ∪ {An} dinamakan garis patah.
Catatan :
Misalnya 𝐴 1 𝐴 2 dan 𝐴 3 𝐴 4 dapat berpotongan. Artinya: sebuah garis
patah tidak perlu sederhana . Apabila n = 2, maka garis garis patah itu
menjadi 𝐴 1 𝐴 2 ∪ {A1} ∪ {A2} jadi bukan ruas garis, akan tetapi sebuah ruas
garis yang tertutup.
2.1.4 Pemisahan sebuah bidang oleh sebuah sudut
Teorema 6
Setiap sudut pada sebuah bidang memisah bidang menjadi daerah
dalam dan daerah luar.
Bukti
Andaikan V sebuah bidang yang memuat ABC . Andaikan untuk
menyingkat daerah dalamnya D dan daerah luarnya . Kita akan
membuktikan 5 hal.
(i) V = D ∪ ∪ ABC
(ii) Setiap ruas garis yang menghubungkan setiap titik di D dan setiap
titik di memotong ABC.
(iii) Setiap ruas garis yang menghubungkan dua titik di D tidak memotong
ABC.
(iii’) Di bidang V ada garis patah yang menghubungkan dua titik di
yang tidak memotong ABC
(iv) D, dan ABC saling lepas
8. 8
Bukti
(i) V = ABC, artinya V adalah bidang yang memuat A, B, C. A yang
berbeda dan tak segaris (mengapa?). Kita peroleh :
D = (AB)C⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩ (BC)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ABC = V dengan B menggunakan rumus
untuk , diperolehlah bagian (i) di atas.
(ii) Andaikan X ∈D, Y ∈ . Jadi X ∈ (AB)C⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩ (BC)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan Y ∈ AB/C ∪
BC/A. Jadi Y ∈ AB/C atau Y ∈ BC/A. Sehingga X dan Y terletak pada
sisi AB yang berhadapan, atau pada sisi BC yang berhadapan.
Andaikan X,Y terletak pada sisi AB yang berhadapan. Andaikan BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗
berlawanan arah dengan BA⃗⃗⃗⃗⃗ , maka berlakulah (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ),
(BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ) atau BX⃗⃗⃗⃗⃗ dan BY⃗⃗⃗⃗⃗ berlainan arah.
Kita andaikan (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ), maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong BA⃗⃗⃗⃗⃗ . Andaikan
(BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ) oleh karena X ∈ D, maka (BA⃗⃗⃗⃗⃗ BX⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BC⃗⃗⃗⃗⃗ ). Jadi (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BC⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ );
oleh karena pula (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ) maka (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BC⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ). Ini berarti XY⃗⃗⃗⃗
memotong BC⃗⃗⃗⃗⃗ .
Andaikan BX⃗⃗⃗⃗⃗ dan BY⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah, maka (XBY) sehingga B ∈ XY⃗⃗⃗⃗ .
Jadi dari ketiga kemungkinan tersebut di atas XY⃗⃗⃗⃗ memotong ABC.
Jadi bagaimanapun XY⃗⃗⃗⃗ memotong ABC. Terbuktilah (ii)
A
X
C
Y
A’
B
Gambar 4.
9. 9
(iv) Menurut ketentuan daerah , , dan ABC saling lepas, begitu pula
dan D saling lepas pula. Sedangkan ABC dan D saling lepas pula.
Terbuktilah sifat (iv)
(iii) Berhubung daerah D konveks dan sifat (iv), terbuktilah pula (iii)
(iii’) Andaikan W ∈ B/A (Gambar 5). Akan kita buktikan bahwa jika X ∈ ,
X ≠ W maka XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Telah kita buktikan bahwa = AB/C ∪
BC/A.
Jadi X ∈ AB/C atau X ∈ BC/A. Andaikan X ∈ AB/C, maka semua titik
pada ruas XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗ letaknya pada sisi AB yang sama dengan letaknya X sehingga:
XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗ AB/C
Andaikan X ∈ BC/A; W ∈ B/A BC/A . Oleh karena BC/A himpunan
yang konveks maka XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BC/A . Andaikan X ∈ , Y ∈ dan X ≠ Y
maka X dan Y dihubungkan dengan garis patah.
XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ WY⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {X} ∪ {W} ∪ {Y}
Himpunan ini dalah himpunan bagian dan menurut (iv), ia tidak memotong
ABC.
Dengan demikian terbuktilah (iii’). Perhatikan bahwa D ≠ 0, oleh D ⊃ AC⃗⃗⃗⃗⃗ ;
juga ≠ ∅ sebab AB/C.
2.2 Segitiga
Uraian dan Contoh
Sekarang kita dapat membahas pengertian tentang segi-tiga dan sifat-sifatnya.
Definisi:
Andaikan A, B, C tiga titik yang berlainan dan tidak segaris.
Himpunan
AB ∪ BC ∪ CA ∪ {A} ∪ {B} ∪ {C}
10. 10
dinamakan segi tiga ABC (disingkat ∆ABC). Titik A, B, C dinamakan titik sudut.
Garis AB garis BC garis CA dinamakan garis sisi ∆ABC; AB, BC, CA dinamakan sisi
∆ABC, ∠ABC, ∠BCA, ∠CAB dinamakan sudut ∆ABC.
Titik sudut A disebut berhadapan dengan sisi BC. Sebuah titik dinamakan di
dalam sebuah segi tiga apabila titik itu terletak antara sebuah titik sudut dan sebuah
titik pada sisi hadapnya.
Sebuah titik ada di luar sebuah segi tiga apabila titik itu ada pada bidang segi
tiga tersebut, tetapi titik itu tidak di dalam segi tiga dan juga tidak pada segi tiga
tersebut.
Daerah dalam sebuah segi tiga ABC ditulis D(∆ABC), adalah himpunan titik
dalam dan daerah luar segi tiga ABC, ditulis ∠ (∆ABC) adalah himpunan titik luar
∆ABC.
2.2.1 Daerah dalam sebuah segi-tiga
Teorema 7:
D(∆ABC)= (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B
Bukti
Andaikan X ∈ D (∆ABC), maka ada Y ∈ BC sehingga (AXY). Jadi X dan A
terletak pada sisi BC yang sama. Begitu pula Y, B dan X, Y terletak pada sisi
CA yang sama. Jadi X, B terletak pada sisi CA yang sama (gambar 6a)
Begitu pula X, C terletak pada sisi AB yang sama, sehingga
(1) X ∈ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B
Sebaiknya: Andaikan X memenuhi persamaan (1) menurut teorema 1, kita
peroleh
X ∈ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B = D(∠BAC)
A
CB
X
Y
Gambar 6a
A
CB
X
Y
Gambar 6b
11. 11
Jadi berlakulah (AB⃗⃗⃗⃗⃗ AX⃗⃗⃗⃗⃗ AC⃗⃗⃗⃗⃗ ) dan AX memotong BC⃗⃗⃗⃗⃗ , misalnya di Y (gambar
6b). Dengan demikian, kita peroleh
Y ∈ AX⃗⃗⃗⃗⃗ =AX ∪ {X} ∪ X/A
Andaikan Y ∈ AX, maka AX memotong BC. Ini berarti bahwa X dan A
terletak pada sisi BC yang berhadapan. Berlawanan dengan (1). Andaikan
Y=X. Ini akan berarti bahwa X ∈ BC; juga berlawanan dengan (1). Jadi
haruslah Y ∈ X/A, sehingga (YXA). Berhubung Y ∈ BC maka X ∈
D(∆ABC). Jadi
D(∆ABC) = (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B
Akibat 1
D(∆ABC) adalah himpunan titik yang teletak pada sisi AB yang sama
dengan letaknya titik C, pada sisi BC yang sama dengan letaknya titik A dan
pada sisi CA yang sama dengan letak titk B.
Akibat 2
D(∆ABC) adalah himpunan konveks.
Akibat 3
Andaikan X∈D(∆ABC), maka X terletak antara tiap titik sudut dan
sebuah titik pada sisi hadapnya.
Akibat 4
Andaikan A, B, C tiga titik berlainan dan tak segaris sedangkan (AXY)
dan (BYC), maka ada Z sehingga (BXZ) dan (CZA).
Akibat 5
∆ABC dan D(∆ABC) saling lepas.
A
CB
X
Y
Z
Gambar 7
12. 12
2.2.2 Daerah luar sebuah segi tiga
Dalam teorema di bawah ini akan kita jabarkan suatu dekomposisi
bidang yang mengandung daerah luar sebuah segi tiga.
Sebelumnya kita bicarakan dua dalil bantu (lemma).
Dalil Bantu 1.: ABC=D(∆ABC)∪AB∪BC ∪ CA ∪ [AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B]
Bukti
Andaikan S himpunan pada ruas kanan rumus yang harus dibuktikan.
Akan kita buktikan S ⊂ ABC dan ABC ⊂ S.
Menurut dalil di atas (teorema11)
D(∆ABC) = (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B . . . (1)
Sehingga
D(∆ABC) ⊂ (AB)C ⊂ ABC
Himpunan bagian yang lain mudah dibuktikan,merupakan himpunan bagian
pula dari ABC.Jadi terbuktilah bahwa S ⊂ ABC.
Sekarang akan dibuktikan ABC ⊂ S.Ambil X ∈ ABC .Apabila X ∈ D
(∆ABC) jelaslah bahwa X ∈ S. Andaikan X ∉ D(∆ABC). Kita dapat
misalkan,berhubung (1), bahwa
X ∈ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C . . . (2)
Oleh karena
ABC = AB/C ∪ AB ∪ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C . . . (3)
maka X ∈ AB/C ∪ AB ⊂ S. Jadi kalau X ∈ ABC, maka X ∈ S, ini berarti
bahwa ABC ⊂ S. Dengan demikian terbuktilah S = ABC.
13. 13
Dalil Bantu 2:
∆ABC ∪ D(∆ ABC) saling lepas dengan AB/C.
Bukti
Untuk ini buktikan bahwa ∆ ABC ∪ D(∆ ABC) ⊂ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∪ AB yang
saling lepas dengan AB/C.
Teorema 8
ABC = D(∆ ABC ) ∪ ∆ ABC ∪ [AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B]. Himpunan
pada ruas kanan saling lepas.
Bukti
Andaikan K = AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B menurut dalil bantu (1) .
(1) ABC = D (∆ABC) ∪ AB ∪ CA ∪ K.
Kita tahu (dekomposisi garis)
(2) AB = AB ∪ {A} ∪ {B}∪ A/B ∪ B/A
Oleh karena A/B ⊂ CA/B dan B/AC ⊂ BC/A maka
A/B ∪ B/A ⊂ CA/B ∪ BC/A ⊂ K.
Dari (1) dan (2) kita peroleh :
(3) ABC = D(∆ ABC) ∪ [AB ∪ {A}∪ {B} ] ∪ BC ∪ (A ∪ K)
BC dan CA kita ganti dengan bentuk serupa ruas kanan (2) . Kita
peroleh akhirnya.
ABC = D(∆ ABC ) ∪ ∆ABC ∪ K
Gambar 8
C
BA
(AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C
AB/C
14. 14
Selanjutnya D(∆ ABC) dan ∆ABC adalah dua himpunan yang saling
lepas. Menurut dalil bantu (2) ,D(∆ ABC ) ∪ ∆ ABC saling lepas dengan
AB/C, BC/A, CA/B, jadi juga dengan gabungan ketiga himpunan ini .
Akibat:
∠ (∆ ABC ) = AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B
Teorema 9
Andaikan X ∈ D(∆ABC),Y ∈ (∆ ABC) maka XY ⊂ D (∆ ABC)
Bukti
Kita perhatikan cukup dua hal , yaitu YAB dan Y = A.
(1) Andaikan Y ∈ AB. Kita tahu X D(ABC) = (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B
(CA)B.
Jadi X pada gambar 9 sisi AB yang memuat C.
Ini berlaku pula untuk tiap titik dalam XY.Jadi XY ⊂ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C. Selanjutnya Y ∈
AB, maka Y dan A pada sisi BC yang sama, sehingga Y ∈ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A. Oleh
karena X ∈ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A. ,maka XY ⊂ (BC)A,sebab setengah bidang konveksi.
Begitu pula XY ⊂ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B. Jadi
XY ⊂ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C. ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A. ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B = D(∆ ABC)
(2) Andaikan Y = A. Kalau X ∈ D(∆ ABC) maka X terletak antara A dan
sebuah titik Z pada BC, jadi berlakulah (AXZ). Ini berarti AX ⊂ AZ.
Oleh karena AZ ⊂ D(∆ ABC) maka AX ⊂ D(∆ ABC) atau XY ⊂
D(∆ ABC).
A
Y
CZB
Gambar 9
X
15. 15
Teorema 10
Andaikan X ∈ D(∆ ABC).Y ∈ ABC Y ≠ X maka XY memotong
∆ABC
Bukti
Kalau X ∈ D(∆ ABC ) maka
ada A’ ∈ BC sehingga
(AXA’) dan (BA’C). Jadi
sinar XA berlawanan dengan
sinar XA′. Jika XY⃗⃗⃗⃗ = XA⃗⃗⃗⃗⃗ atau
XY⃗⃗⃗⃗ =XA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Terbuktilah teorema.
Andaikan XY⃗⃗⃗⃗ ≠ XA⃗⃗⃗⃗⃗ atau XY⃗⃗⃗⃗ ≠ XA⃗⃗⃗⃗⃗ , maka Y ∉ XA = XA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ XA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {X}. Oleh
karena BC memotong XA, maka letaknya B dan C pada sisi Xayang
berhadapan.
Jadi Y terletak pada sisi XA yang sama dengan B atau dengan C. Kita
andaikan bahwa Y dan B terletak pada sisi XA yang sama. Jadi
(XA⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), (XA⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), atau XY⃗⃗⃗⃗ = XB⃗⃗⃗⃗⃗ .
Apabila berlaku (XA⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong A′B. Begitu pula, jika
berlaku (XA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong A′B. Tetapi karena A′B ⊂ BC
maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong BC. Apabila XY⃗⃗⃗⃗ = XB⃗⃗⃗⃗⃗ maka XY⃗⃗⃗⃗ ⊃ {B} atau B ∈ XY⃗⃗⃗⃗ .
Jadi dalam ketiga hal itu, selalu XY⃗⃗⃗⃗ memotong ∆ ABC.
Teorema 11
Tiap segi-tiga pada bidang memisahkan bidang itu menjadi daerah dalam
dan daerah luar.
Bukti
Andaikan V ⊃ ∆ ABC. Andaikan D = D(∆ ABC ) dan ∠ = ∠ (∆ ABC )
masing – masing daerah dalam dan daerah luar ∆ ABC. Kita akan buktikan :
( i ) V = D ∪ ∠ ∪ ∆ ABC.
A
B
A’
X
C
Y
Gambar 10
16. 16
( ii ) Ruas garis yang menghubungkan sebuah titik D dan sebuah titik di ∠
memotong ∆ ABC.
( iii ) Ruas garis yang menghubungkan dua titik di D tidak memotong ∆ ABC
( iii’ ) Di V ada garis patah yang menghubungkan dua titik di ∠
( iv ) D, ∠ dan ∆ ABC saling lepas.
Bukti
( i ) V adalah bidang ABC. Kita tahu D ⊂ V. Dengan menggunakan definisi
untuk ∠ , nyatalah bahwa V = D ∪ ∠ ∪ ∆ ABC.
Kita tahu bahwa ∠ saling lepas dengan( iv )
∆ ABC, dan dengan D; sedangkan ∆
ABC dan D saling lepas pula.
( ii ) Andaikan X ∈ D, Y ∈ ∠ ( Gambar 11 ). Menurut teorema 14. XY⃗⃗⃗⃗
memotong ∆ ABC, misalnya di Z, maka
Z ∈ XY⃗⃗⃗⃗ = XY ∪ {Y} ∪ Y/X.
Kalau Z = Y, maka ∆ ABC dan ∠ memiliki titik sekutu, yaitu Z atau
Y, yang bertentangan dengan ( iv ). Andaikan Z ∈ Y/X, maka ( ZYX ),
sehingga Y ∈ XZ. Tetapi XZ ⊂ D, menurut teorema 13. Jadi D dan ∠
bersekutu di titik Y, yang berlawanan dengan ( iv ). Jadi tinggallah
kemungkinan Z ∈ XY. Dengan demikian terbuktilah ( ii ).
( iii ) Sifat ini berdasarkan pada kekonveksan D dan pada saling lepasnya D
dan ∆ ABC.
A Y
X
Z
CB
Gambar 11.
17. 17
Andaikan X ∈ ∠ dan Y ∈ ∠ dengan ∠ =(iii’)
AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B dan X ≠ Y
(Gambar 12 ). Jadi X dan Y dapat terletak
pada setengah bidang sama atau terletak
pada setengah bidang yang berlawanan.
Bagaimana X dan Y terletak pada gabungan dua setengah bidang yang ada di
ruas kanan persamaan untuk di atas. Jadi dapat di misalkan bahwa .
X ∈ AB/C ∪ BC/A, Y ∈ AB/C ∪ BC/A.
Tetapi,
AB/C ∪ BC/A = ∠ (∆ ABC ).
Oleh karena ∠ (∆ ABC ) berhubung dengan garis patah ( pathwise
connected), maka ada garis patah j yang dapat menghubungkan X dan Y
sehingga,
j ⊂ AB/C ∪ BC/A
Jadi j ⊂ ∠ menurut ( iv ), j tidak memotong ∆ ABC.
Akhirnya dapat dikatakan pula bahwa D ≠ 0 , sebab menurut definisi D
memuat setiap titik antara A dan sebuah titik di BC; begitu pula ∠ ≠ 0 oleh
karena ∠ ⊂ AB/C.
X
Gambar 12
J
Y
B
A
C
18. 18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diulas di bab II, kita dapat mempelajari
mengenai sudut dan segitiga. Mengenai sudut kita dapat mengetahui tentang daerah
dalam sudut, daerah luar sudut, kekonveksan daerah dalam dan daerah luar sudut,
pengertian garis patah, serta teorema yang menyangkut berbagai pengertian telah
dibuktikan terutama menggunakan sifat urutan titik sinar.
Adapun mengenai segitiga kita telah mendalami konsepnya lebih lanjut
dengan pengertian daerah dalam suatu segitiga dan daerah luar segitiga, serta
beberapa sifat penting segitiga yang telah dikemukakan.
19. 19
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Rawuh. 1988. Materi Pokok Geometri. Jakarta: Karunika.
https://www.scribd.com/doc/189786248/Pembelajaran-Konsep-Luas-Daerah-Segiempat-
Dan-Segitiga-Melalui-Pendekatan-Konstruktivistik