SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata “ geometri ” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ ukuran bumi”.
Maksudnya mencakup segala sesuatu yang ada di bumi. Geometri adalah ilmu yang
membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang dan bangun-bangun
ruang. Mempelajari geometri penting karena geometri telah menjadi alat utama untuk
mengajar seni berpikir. Dengan berjalannya waktu, geometri telah berkembang
menjadi pengetahuan yang disusun secara menarik dan logis. Geometri terutama
terdiri dari serangkaian pernyataan tentang titik-titik, garis-garis, bidang-bidang, dan
juga planar (proyeksi bidang) dan benda-benda padat. Geometri dimulai dari istilah-
istilah yang tidak terdefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, postulat-postulat
dan selanjutnya teorema-teorema. Berdasarkan sejarah, geometri telah mempunyai
banyak penerapan yang sangat penting, misalnya dalam mensurvei tanah,
pembangunan jembatan, pembangunan stasiun luar angkasa dan lain sebagainya.
Geometri adalah sistem pertama untuk memahami ide. Dalam geometri
beberapa pernyataan sederhana diasumsikan, dan kemudian ditarik menjadi
pernyataan-pernyataan yang lebih kompleks. Sistem seperti ini disebut sistem
deduktif. Geometri mengenalkan tentang ide konsekuensi deduktif dan logika yang
dapat digunakan sepanjang hidup. Dalam mendefinisikan sebuah kata, pertama
digunakan kata yang lebih sederhana kemudian kata yang lebih sederhana ini pada
gilirannya didefinisikan menjadi kata yang lebih sederhana lagi, sehingga pada
akhirnya, proses tersebut akan berakhir. Pada beberapa tingkatan, definisi harus
menggunakan sebuah kata yang artinya sudah sangat jelas, ini dikarenakan agar
artinya diterima tanpa memerlukan definisi lagi, dengan kata lain dapat disebut
dengan istilah tak terdefinisikan (undefined term).
Sudut dan segi tiga merupakan salah satu contoh dari istilah yang menjadi
pijakan awal dari geometri, sehingga konsep sudut dan segi tiga sering digunakan
dalam geometri. Misalnya adalah mengukur luas atau keliling tanah berbentuk
segitiga. Segi tiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga sisi yang berupa
2
garis lurus dan tiga sudut. Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa sudut dan
segitiga merupakan faktor dasar geometri, tentunya dengan tidak melupakan bahwa
titik juga merupakan dasar dari geometri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah sudut, serta
bagaimana menggunakannya ?
2. Apa pengertian sebuah segitiga secara eksak ?
3. Bagaimana daerah dalam dan daerah luar sebuah segitiga ?
4. Bagaimana menggunakan sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah
segitiga ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah sudut, serta
menggunakannya.
2. Menjelaskan secara eksak pengertian sebuah segitiga.
3. Menjelaskan daerah dalam dan daerah luar sebuah segitiga.
4. Menjelaskan serta menggunakan sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar
sebuah segitiga.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sudut
2.1.1 Daerahdalamsuatu sudut
Dalam pasal ini akan dibahas beberapa sifat sederhana tentang daerah
dalam sudut.
Catatan
Setengah bidang dengan tepi garis AB dan yang memuat titik P, kita tulis
sebagai (AB).⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Teorema 1
D ( ∠ AOB ) = (AB)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩ (OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Bukti
Andaikan titik X ∈ D (∠ AOB ) menurut ketentuan ( OA⃗⃗⃗⃗⃗⃗ OX⃗⃗⃗⃗⃗ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ) ini
berlaku jika dan hanya jika X dan A letaknya pada sisi OB yang sama dan X
dan B letaknya pada sisi OA yang sama. Sifat terakhir setara dengan :
X ∈(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ , X ∈ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Teorema Akibat 1
D (∠ AOB ) adalah himpunan titik yang terletak dengan B pada sisi OA
yang sama dan terletak dengan A pada sisi OB yang sama.
Teorema Akibat 2
∠ AOB dan D ( ∠ AOB ) saling lepas.
Teorema Akibat 3
Daerah dalam sebuah sudut adalah himpunan yang konveks.
Bukti :
Andaikan X, Y ∈ D ( ∠ AOB ) dan X ≠ Y maka X, Y ∈(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan X,
Y ∈(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Oleh karena (OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan (OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ adalah himpunan konveks, maka
irisannya juga konveks. Sebab XY⃗⃗⃗⃗ ⊂(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan XY⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⊂(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Ini berarti
4
XY⃗⃗⃗⃗ ⊂(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D ( ∠ AOB ) sehingga D ( ∠ AOB ) adalah daerah yang
konveks.
Teorema 2 :
(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D ( ∠ AOB )∪D ( ∠ A’OB )∪OB⃗⃗⃗⃗⃗ . Di sini OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ adalah sinar
yang berlawanan dengan sinar OA⃗⃗⃗⃗⃗ .
Bukti :
Andaikan S = D ( ∠ A0B ) ⊂
D (∠ A′OB )⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⊂ OB⃗⃗⃗⃗⃗ , OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ sinar yang
berlawanan dengan OA⃗⃗⃗⃗⃗ .
Selanjutnya ambil X ∈ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗
maka X dan B letaknya pada sisi
OA⃗⃗⃗⃗⃗ yang sama.
Maka berlakulah OA⃗⃗⃗⃗⃗ OX⃗⃗⃗⃗⃗ OB⃗⃗⃗⃗⃗ , atau OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ OX⃗⃗⃗⃗⃗ atau OB⃗⃗⃗⃗⃗ = OX⃗⃗⃗⃗⃗ . Ini berarti
bahwa X ∈D(∠ AOB ), atau X D(∠A’OB ), atau X OB. Jadi X S yang
berarti bahwa (OA)B S.
Berhubung OA⃗⃗⃗⃗⃗ dan OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah maka (A’OA). Jadi OA’ = OA
sehingga (OA′)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Kita tahu D(∠AOB) ⊂ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan
D(∠A`0B)⊂(OA)B = (OA)B, lagi pula OB⃗⃗⃗⃗⃗ ⊂ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Jadi S⊂(OA)B,
sehingga(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = S. Atau (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D(∠AOB ∪ D(∠A`0B) ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ .
Teorema 3 :
Bidang OAB=D(∠AOB) ∪D(∠AOB’)∪ D(∠A′OB ∪D(∠AOB’) ∪ OA
∪ OB dengan OA`⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah dengan OA⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB`⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah
dengan OB⃗⃗⃗⃗⃗ .
Bukti :
OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah, maka (BOB’). Jadi BB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ memotong OA.
Sedangkan B,B’ ∉ OA. Jadi OAB = (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OA ∪ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ′. Berhubung
(OA)B= D( ∠ AOB )∪ D( ∠A’OB ) ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ .
A`A
O
BX ∙
Gambar 1
5
(OA)B’=D(∠A0B’) ∪
=D(∠A’OB’) ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ maka,
OAB= D(∠AOB) ∪ D(∠AOB’)
∪ D(∠A’OB) ∪ D(∠A’OB’) ∪
OA∪OB, sebab OB⃗⃗⃗⃗⃗ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ’= OB
2. 1. 2 Daerah Luar Sebuah Sudut
Andaikan diketahui sebuah sudut ∠AOB, maka seperti diketahui
daerah luar sudut AOB, yang ditulis sebagai ∠(∠AOB ) = { X/X ∈ AOB ⋀
X ∉ D (∠ AOB) ⋀ X ∈ ∠ AOB} mengenai daerah luar ini kita sajikan
teorema berikut.
Teorema 4
∠(∠AOB) = D(∠AOB’ ) ∪ D(∠ A’OB’) ∪ D( ∠A’OB’) ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ,
dengan OA⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah dengan OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗
Bukti :
Berdasarkan teorema terakhir AOB
= D(∠AOB) ∪ D(∠ AO’B) ∪ D(∠A’OB)
∪ D(∠ A’OB’ ) ∪ OA ∪ OB. Himpunan
yang ada di ruas kanan saling lepas;
perhatikan bahwa ( A’OA ), (B’OB ).
Jadi OA = OA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0} ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB =
OB⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0} ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Sehingga kita peroleh : OAB = D(∠AOB) ∪ (OA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0}) ∪ [D
(∠AOB’) ∪ D(∠A’OB) ∪ D(∠A’OB’ ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ]. Perhatikan bahwa (OA⃗⃗⃗⃗⃗
∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0} = ∠ AOB.
A
A’
BB’
O
Gambar 3
Gambar 2
AA’
B
O
6
Oleh karena itu :∠(∠AOB ) = D(∠ AOB’) ∪ D(∠A’B) ∪ D(∠A’OB’)
∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Perhatikan bahwa himpunan pada ruas kanan itu semua saling lepas.
Definisi :
Apabila g = PQ; jadi g garis yang memuat P dan Q; maka kita tulis g/A
juga sebagai PQ/A.
Teorema 5
∠ (∠ AOB ) = OA/B ∪ OB/A
Bukti :
Berdasarkan teorema di atas kita peroleh dengan menggabungkan pada
ruas kanan himpunan D(∠ A’OB’).
∠ (∠AOB ) = [D(∠AOB’)∪D(∠A’OB’)OB’]∪[D(∠A’OB)∪A’OB’)∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ]
Selanjutnya :
(OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D (∠ AOB’ ) ∪ D (∠ A’OB’ ) ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗
(OB)A′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D(∠ BOA’ ) ∪ D (∠ B’OA’ ) ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Jadi akhirnya :
∠ (∠ AOB) = (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ (OB)A′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Oleh karena OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah, maka pula (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ .
Jadi (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = OA/B . Begitu pula (OB)A′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = OB/A’.
Maka dapat kita tulis :
∠ (∠ AOB ) = OA/B ∪ OB/A.
2.1.3 Garis Patah
Dalam mempelajari sifat “ pemisahan “ suatu bidang oleh sebuah garis
atau suatu ruang oleh sebuah bidang kita berjumpa kerap kali dengan
pengertian ruas garis sebagai penghubung paling sederhana dua titik yang
berlainan. Ruas garis ini kita gunakan untuk mendefinisikan garis patah
sebagai berikut.
7
Definisi :
Andaikan A1, A2 , . . . An (n ≥ 2 )n titik yang berbeda . Maka 𝐴 1 𝐴 2
∪ 𝐴 2 𝐴 3 ∪ 𝐴 n-1 𝐴 n ∪ {A1} ∪ {A2} . . . ∪ {An} dinamakan garis patah.
Catatan :
Misalnya 𝐴 1 𝐴 2 dan 𝐴 3 𝐴 4 dapat berpotongan. Artinya: sebuah garis
patah tidak perlu sederhana . Apabila n = 2, maka garis garis patah itu
menjadi 𝐴 1 𝐴 2 ∪ {A1} ∪ {A2} jadi bukan ruas garis, akan tetapi sebuah ruas
garis yang tertutup.
2.1.4 Pemisahan sebuah bidang oleh sebuah sudut
Teorema 6
Setiap sudut pada sebuah bidang memisah bidang menjadi daerah
dalam dan daerah luar.
Bukti
Andaikan V sebuah bidang yang memuat ABC . Andaikan untuk
menyingkat daerah dalamnya D dan daerah luarnya  . Kita akan
membuktikan 5 hal.
(i) V = D ∪  ∪ ABC
(ii) Setiap ruas garis yang menghubungkan setiap titik di D dan setiap
titik di  memotong ABC.
(iii) Setiap ruas garis yang menghubungkan dua titik di D tidak memotong
ABC.
(iii’) Di bidang V ada garis patah yang menghubungkan dua titik di 
yang tidak memotong ABC
(iv) D,  dan ABC saling lepas
8
Bukti
(i) V = ABC, artinya V adalah bidang yang memuat A, B, C. A yang
berbeda dan tak segaris (mengapa?). Kita peroleh :
D = (AB)C⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩ (BC)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗  ABC = V dengan B menggunakan rumus
untuk  , diperolehlah bagian (i) di atas.
(ii) Andaikan X ∈D, Y ∈  . Jadi X ∈ (AB)C⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩ (BC)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan Y ∈ AB/C ∪
BC/A. Jadi Y ∈ AB/C atau Y ∈ BC/A. Sehingga X dan Y terletak pada
sisi AB yang berhadapan, atau pada sisi BC yang berhadapan.
Andaikan X,Y terletak pada sisi AB yang berhadapan. Andaikan BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗
berlawanan arah dengan BA⃗⃗⃗⃗⃗ , maka berlakulah (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ),
(BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ) atau BX⃗⃗⃗⃗⃗ dan BY⃗⃗⃗⃗⃗ berlainan arah.
Kita andaikan (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ), maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong BA⃗⃗⃗⃗⃗ . Andaikan
(BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ) oleh karena X ∈ D, maka (BA⃗⃗⃗⃗⃗ BX⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BC⃗⃗⃗⃗⃗ ). Jadi (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BC⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ );
oleh karena pula (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ) maka (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BC⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ). Ini berarti XY⃗⃗⃗⃗
memotong BC⃗⃗⃗⃗⃗ .
Andaikan BX⃗⃗⃗⃗⃗ dan BY⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah, maka (XBY) sehingga B ∈ XY⃗⃗⃗⃗ .
Jadi dari ketiga kemungkinan tersebut di atas XY⃗⃗⃗⃗ memotong ABC.
Jadi bagaimanapun XY⃗⃗⃗⃗ memotong ABC. Terbuktilah (ii)
A
X
C
Y
A’
B
Gambar 4.
9
(iv) Menurut ketentuan daerah , , dan ABC saling lepas, begitu pula
 dan D saling lepas pula. Sedangkan ABC dan D saling lepas pula.
Terbuktilah sifat (iv)
(iii) Berhubung daerah D konveks dan sifat (iv), terbuktilah pula (iii)
(iii’) Andaikan W ∈ B/A (Gambar 5). Akan kita buktikan bahwa jika X ∈ ,
X ≠ W maka XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗   . Telah kita buktikan bahwa  = AB/C ∪
BC/A.
Jadi X ∈ AB/C atau X ∈ BC/A. Andaikan X ∈ AB/C, maka semua titik
pada ruas XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗ letaknya pada sisi AB yang sama dengan letaknya X sehingga:
XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗  AB/C  
Andaikan X ∈ BC/A; W ∈ B/A  BC/A  . Oleh karena BC/A himpunan
yang konveks maka XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗  BC/A  . Andaikan X ∈ , Y ∈  dan X ≠ Y
maka X dan Y dihubungkan dengan garis patah.
XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ WY⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {X} ∪ {W} ∪ {Y}
Himpunan ini dalah himpunan bagian dan menurut (iv), ia tidak memotong
ABC.
Dengan demikian terbuktilah (iii’). Perhatikan bahwa D ≠ 0, oleh D ⊃ AC⃗⃗⃗⃗⃗ ;
juga  ≠ ∅ sebab AB/C.
2.2 Segitiga
Uraian dan Contoh
Sekarang kita dapat membahas pengertian tentang segi-tiga dan sifat-sifatnya.
Definisi:
Andaikan A, B, C tiga titik yang berlainan dan tidak segaris.
Himpunan
AB ∪ BC ∪ CA ∪ {A} ∪ {B} ∪ {C}
10
dinamakan segi tiga ABC (disingkat ∆ABC). Titik A, B, C dinamakan titik sudut.
Garis AB garis BC garis CA dinamakan garis sisi ∆ABC; AB, BC, CA dinamakan sisi
∆ABC, ∠ABC, ∠BCA, ∠CAB dinamakan sudut ∆ABC.
Titik sudut A disebut berhadapan dengan sisi BC. Sebuah titik dinamakan di
dalam sebuah segi tiga apabila titik itu terletak antara sebuah titik sudut dan sebuah
titik pada sisi hadapnya.
Sebuah titik ada di luar sebuah segi tiga apabila titik itu ada pada bidang segi
tiga tersebut, tetapi titik itu tidak di dalam segi tiga dan juga tidak pada segi tiga
tersebut.
Daerah dalam sebuah segi tiga ABC ditulis D(∆ABC), adalah himpunan titik
dalam dan daerah luar segi tiga ABC, ditulis ∠ (∆ABC) adalah himpunan titik luar
∆ABC.
2.2.1 Daerah dalam sebuah segi-tiga
Teorema 7:
D(∆ABC)= (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B
Bukti
Andaikan X ∈ D (∆ABC), maka ada Y ∈ BC sehingga (AXY). Jadi X dan A
terletak pada sisi BC yang sama. Begitu pula Y, B dan X, Y terletak pada sisi
CA yang sama. Jadi X, B terletak pada sisi CA yang sama (gambar 6a)
Begitu pula X, C terletak pada sisi AB yang sama, sehingga
(1) X ∈ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B
Sebaiknya: Andaikan X memenuhi persamaan (1) menurut teorema 1, kita
peroleh
X ∈ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B = D(∠BAC)
A
CB
X
Y
Gambar 6a
A
CB
X
Y
Gambar 6b
11
Jadi berlakulah (AB⃗⃗⃗⃗⃗ AX⃗⃗⃗⃗⃗ AC⃗⃗⃗⃗⃗ ) dan AX memotong BC⃗⃗⃗⃗⃗ , misalnya di Y (gambar
6b). Dengan demikian, kita peroleh
Y ∈ AX⃗⃗⃗⃗⃗ =AX ∪ {X} ∪ X/A
Andaikan Y ∈ AX, maka AX memotong BC. Ini berarti bahwa X dan A
terletak pada sisi BC yang berhadapan. Berlawanan dengan (1). Andaikan
Y=X. Ini akan berarti bahwa X ∈ BC; juga berlawanan dengan (1). Jadi
haruslah Y ∈ X/A, sehingga (YXA). Berhubung Y ∈ BC maka X ∈
D(∆ABC). Jadi
D(∆ABC) = (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B
Akibat 1
D(∆ABC) adalah himpunan titik yang teletak pada sisi AB yang sama
dengan letaknya titik C, pada sisi BC yang sama dengan letaknya titik A dan
pada sisi CA yang sama dengan letak titk B.
Akibat 2
D(∆ABC) adalah himpunan konveks.
Akibat 3
Andaikan X∈D(∆ABC), maka X terletak antara tiap titik sudut dan
sebuah titik pada sisi hadapnya.
Akibat 4
Andaikan A, B, C tiga titik berlainan dan tak segaris sedangkan (AXY)
dan (BYC), maka ada Z sehingga (BXZ) dan (CZA).
Akibat 5
∆ABC dan D(∆ABC) saling lepas.
A
CB
X
Y
Z
Gambar 7
12
2.2.2 Daerah luar sebuah segi tiga
Dalam teorema di bawah ini akan kita jabarkan suatu dekomposisi
bidang yang mengandung daerah luar sebuah segi tiga.
Sebelumnya kita bicarakan dua dalil bantu (lemma).
Dalil Bantu 1.: ABC=D(∆ABC)∪AB∪BC ∪ CA ∪ [AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B]
Bukti
Andaikan S himpunan pada ruas kanan rumus yang harus dibuktikan.
Akan kita buktikan S ⊂ ABC dan ABC ⊂ S.
Menurut dalil di atas (teorema11)
D(∆ABC) = (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B . . . (1)
Sehingga
D(∆ABC) ⊂ (AB)C ⊂ ABC
Himpunan bagian yang lain mudah dibuktikan,merupakan himpunan bagian
pula dari ABC.Jadi terbuktilah bahwa S ⊂ ABC.
Sekarang akan dibuktikan ABC ⊂ S.Ambil X ∈ ABC .Apabila X ∈ D
(∆ABC) jelaslah bahwa X ∈ S. Andaikan X ∉ D(∆ABC). Kita dapat
misalkan,berhubung (1), bahwa
X ∈ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C . . . (2)
Oleh karena
ABC = AB/C ∪ AB ∪ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C . . . (3)
maka X ∈ AB/C ∪ AB ⊂ S. Jadi kalau X ∈ ABC, maka X ∈ S, ini berarti
bahwa ABC ⊂ S. Dengan demikian terbuktilah S = ABC.
13
Dalil Bantu 2:
∆ABC ∪ D(∆ ABC) saling lepas dengan AB/C.
Bukti
Untuk ini buktikan bahwa ∆ ABC ∪ D(∆ ABC) ⊂ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∪ AB yang
saling lepas dengan AB/C.
Teorema 8
ABC = D(∆ ABC ) ∪ ∆ ABC ∪ [AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B]. Himpunan
pada ruas kanan saling lepas.
Bukti
Andaikan K = AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B menurut dalil bantu (1) .
(1) ABC = D (∆ABC) ∪ AB ∪ CA ∪ K.
Kita tahu (dekomposisi garis)
(2) AB = AB ∪ {A} ∪ {B}∪ A/B ∪ B/A
Oleh karena A/B ⊂ CA/B dan B/AC ⊂ BC/A maka
A/B ∪ B/A ⊂ CA/B ∪ BC/A ⊂ K.
Dari (1) dan (2) kita peroleh :
(3) ABC = D(∆ ABC) ∪ [AB ∪ {A}∪ {B} ] ∪ BC ∪ (A ∪ K)
BC dan CA kita ganti dengan bentuk serupa ruas kanan (2) . Kita
peroleh akhirnya.
ABC = D(∆ ABC ) ∪ ∆ABC ∪ K
Gambar 8
C
BA
(AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C
AB/C
14
Selanjutnya D(∆ ABC) dan ∆ABC adalah dua himpunan yang saling
lepas. Menurut dalil bantu (2) ,D(∆ ABC ) ∪ ∆ ABC saling lepas dengan
AB/C, BC/A, CA/B, jadi juga dengan gabungan ketiga himpunan ini .
Akibat:
∠ (∆ ABC ) = AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B
Teorema 9
Andaikan X ∈ D(∆ABC),Y ∈ (∆ ABC) maka XY ⊂ D (∆ ABC)
Bukti
Kita perhatikan cukup dua hal , yaitu YAB dan Y = A.
(1) Andaikan Y ∈ AB. Kita tahu X D(ABC) = (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B
(CA)B.
Jadi X pada gambar 9 sisi AB yang memuat C.
Ini berlaku pula untuk tiap titik dalam XY.Jadi XY ⊂ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C. Selanjutnya Y ∈
AB, maka Y dan A pada sisi BC yang sama, sehingga Y ∈ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A. Oleh
karena X ∈ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A. ,maka XY ⊂ (BC)A,sebab setengah bidang konveksi.
Begitu pula XY ⊂ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B. Jadi
XY ⊂ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C. ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A. ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B = D(∆ ABC)
(2) Andaikan Y = A. Kalau X ∈ D(∆ ABC) maka X terletak antara A dan
sebuah titik Z pada BC, jadi berlakulah (AXZ). Ini berarti AX ⊂ AZ.
Oleh karena AZ ⊂ D(∆ ABC) maka AX ⊂ D(∆ ABC) atau XY ⊂
D(∆ ABC).
A
Y
CZB
Gambar 9
X
15
Teorema 10
Andaikan X ∈ D(∆ ABC).Y ∈ ABC Y ≠ X maka XY memotong
∆ABC
Bukti
Kalau X ∈ D(∆ ABC ) maka
ada A’ ∈ BC sehingga
(AXA’) dan (BA’C). Jadi
sinar XA berlawanan dengan
sinar XA′. Jika XY⃗⃗⃗⃗ = XA⃗⃗⃗⃗⃗ atau
XY⃗⃗⃗⃗ =XA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Terbuktilah teorema.
Andaikan XY⃗⃗⃗⃗ ≠ XA⃗⃗⃗⃗⃗ atau XY⃗⃗⃗⃗ ≠ XA⃗⃗⃗⃗⃗ , maka Y ∉ XA = XA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ XA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {X}. Oleh
karena BC memotong XA, maka letaknya B dan C pada sisi Xayang
berhadapan.
Jadi Y terletak pada sisi XA yang sama dengan B atau dengan C. Kita
andaikan bahwa Y dan B terletak pada sisi XA yang sama. Jadi
(XA⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), (XA⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), atau XY⃗⃗⃗⃗ = XB⃗⃗⃗⃗⃗ .
Apabila berlaku (XA⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong A′B. Begitu pula, jika
berlaku (XA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong A′B. Tetapi karena A′B ⊂ BC
maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong BC. Apabila XY⃗⃗⃗⃗ = XB⃗⃗⃗⃗⃗ maka XY⃗⃗⃗⃗ ⊃ {B} atau B ∈ XY⃗⃗⃗⃗ .
Jadi dalam ketiga hal itu, selalu XY⃗⃗⃗⃗ memotong ∆ ABC.
Teorema 11
Tiap segi-tiga pada bidang memisahkan bidang itu menjadi daerah dalam
dan daerah luar.
Bukti
Andaikan V ⊃ ∆ ABC. Andaikan D = D(∆ ABC ) dan ∠ = ∠ (∆ ABC )
masing – masing daerah dalam dan daerah luar ∆ ABC. Kita akan buktikan :
( i ) V = D ∪ ∠ ∪ ∆ ABC.
A
B
A’
X
C
Y
Gambar 10
16
( ii ) Ruas garis yang menghubungkan sebuah titik D dan sebuah titik di ∠
memotong ∆ ABC.
( iii ) Ruas garis yang menghubungkan dua titik di D tidak memotong ∆ ABC
( iii’ ) Di V ada garis patah yang menghubungkan dua titik di ∠
( iv ) D, ∠ dan ∆ ABC saling lepas.
Bukti
( i ) V adalah bidang ABC. Kita tahu D ⊂ V. Dengan menggunakan definisi
untuk ∠ , nyatalah bahwa V = D ∪ ∠ ∪ ∆ ABC.
Kita tahu bahwa ∠ saling lepas dengan( iv )
∆ ABC, dan dengan D; sedangkan ∆
ABC dan D saling lepas pula.
( ii ) Andaikan X ∈ D, Y ∈ ∠ ( Gambar 11 ). Menurut teorema 14. XY⃗⃗⃗⃗
memotong ∆ ABC, misalnya di Z, maka
Z ∈ XY⃗⃗⃗⃗ = XY ∪ {Y} ∪ Y/X.
Kalau Z = Y, maka ∆ ABC dan ∠ memiliki titik sekutu, yaitu Z atau
Y, yang bertentangan dengan ( iv ). Andaikan Z ∈ Y/X, maka ( ZYX ),
sehingga Y ∈ XZ. Tetapi XZ ⊂ D, menurut teorema 13. Jadi D dan ∠
bersekutu di titik Y, yang berlawanan dengan ( iv ). Jadi tinggallah
kemungkinan Z ∈ XY. Dengan demikian terbuktilah ( ii ).
( iii ) Sifat ini berdasarkan pada kekonveksan D dan pada saling lepasnya D
dan ∆ ABC.
A Y
X
Z
CB
Gambar 11.
17
Andaikan X ∈ ∠ dan Y ∈ ∠ dengan ∠ =(iii’)
AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B dan X ≠ Y
(Gambar 12 ). Jadi X dan Y dapat terletak
pada setengah bidang sama atau terletak
pada setengah bidang yang berlawanan.
Bagaimana X dan Y terletak pada gabungan dua setengah bidang yang ada di
ruas kanan persamaan untuk di atas. Jadi dapat di misalkan bahwa .
X ∈ AB/C ∪ BC/A, Y ∈ AB/C ∪ BC/A.
Tetapi,
AB/C ∪ BC/A = ∠ (∆ ABC ).
Oleh karena ∠ (∆ ABC ) berhubung dengan garis patah ( pathwise
connected), maka ada garis patah j yang dapat menghubungkan X dan Y
sehingga,
j ⊂ AB/C ∪ BC/A
Jadi j ⊂ ∠ menurut ( iv ), j tidak memotong ∆ ABC.
Akhirnya dapat dikatakan pula bahwa D ≠ 0 , sebab menurut definisi D
memuat setiap titik antara A dan sebuah titik di BC; begitu pula ∠ ≠ 0 oleh
karena ∠ ⊂ AB/C.
X
Gambar 12
J
Y
B
A
C
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diulas di bab II, kita dapat mempelajari
mengenai sudut dan segitiga. Mengenai sudut kita dapat mengetahui tentang daerah
dalam sudut, daerah luar sudut, kekonveksan daerah dalam dan daerah luar sudut,
pengertian garis patah, serta teorema yang menyangkut berbagai pengertian telah
dibuktikan terutama menggunakan sifat urutan titik sinar.
Adapun mengenai segitiga kita telah mendalami konsepnya lebih lanjut
dengan pengertian daerah dalam suatu segitiga dan daerah luar segitiga, serta
beberapa sifat penting segitiga yang telah dikemukakan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Rawuh. 1988. Materi Pokok Geometri. Jakarta: Karunika.
https://www.scribd.com/doc/189786248/Pembelajaran-Konsep-Luas-Daerah-Segiempat-
Dan-Segitiga-Melalui-Pendekatan-Konstruktivistik

More Related Content

What's hot

Persamaan garis lurus
Persamaan garis lurusPersamaan garis lurus
Persamaan garis lurus
blackcatt
 
Lingkaran dan segi3
Lingkaran dan segi3Lingkaran dan segi3
Lingkaran dan segi3
Dafid Kurniawan
 
Lks elips lengkap
Lks elips lengkapLks elips lengkap
Lks elips lengkap
nurwa ningsih
 
Limit fungsi dua peubah
Limit fungsi dua peubah Limit fungsi dua peubah
Limit fungsi dua peubah Jamil Sirman
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
Fitria Maghfiroh
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
Nia Matus
 
Rangkuman Geometri Transformasi
Rangkuman Geometri TransformasiRangkuman Geometri Transformasi
Rangkuman Geometri Transformasi
Indah Wijayanti
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Arvina Frida Karela
 
Perbandingan trigonometri
Perbandingan trigonometriPerbandingan trigonometri
Perbandingan trigonometri
Ratna Dewi
 
Garis singgung ellips
Garis singgung ellipsGaris singgung ellips
Garis singgung ellips
Jenny Ritonga
 
letis MK matematika diskrit
letis MK matematika diskritletis MK matematika diskrit
letis MK matematika diskrit
riyana fairuz kholisa
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
Nia Matus
 
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajarPembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
Lam RoNna
 
Hiperboloida (Hyperboloid)
Hiperboloida (Hyperboloid)Hiperboloida (Hyperboloid)
Hiperboloida (Hyperboloid)
RobiatulAdauwiyah
 
MATERI TRIGONOMETRI (kelas X)
MATERI TRIGONOMETRI (kelas X)MATERI TRIGONOMETRI (kelas X)
MATERI TRIGONOMETRI (kelas X)
Dini H Nupus
 
Ppt persamaan lingkaran [diyah sri hariyanti]
Ppt persamaan lingkaran [diyah sri hariyanti]Ppt persamaan lingkaran [diyah sri hariyanti]
Ppt persamaan lingkaran [diyah sri hariyanti]Diyah Sri Hariyanti
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
Nia Matus
 
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
KuliahKita
 

What's hot (20)

Persamaan garis lurus
Persamaan garis lurusPersamaan garis lurus
Persamaan garis lurus
 
Lingkaran dan segi3
Lingkaran dan segi3Lingkaran dan segi3
Lingkaran dan segi3
 
Lks elips lengkap
Lks elips lengkapLks elips lengkap
Lks elips lengkap
 
Limit fungsi dua peubah
Limit fungsi dua peubah Limit fungsi dua peubah
Limit fungsi dua peubah
 
Ring
RingRing
Ring
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Rangkuman Geometri Transformasi
Rangkuman Geometri TransformasiRangkuman Geometri Transformasi
Rangkuman Geometri Transformasi
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Perbandingan trigonometri
Perbandingan trigonometriPerbandingan trigonometri
Perbandingan trigonometri
 
Kalkulus modul i himpunan
Kalkulus modul i himpunanKalkulus modul i himpunan
Kalkulus modul i himpunan
 
Garis singgung ellips
Garis singgung ellipsGaris singgung ellips
Garis singgung ellips
 
letis MK matematika diskrit
letis MK matematika diskritletis MK matematika diskrit
letis MK matematika diskrit
 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajarPembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
Pembuktian hub. sudut-sudut pada garis sejajar
 
Hiperboloida (Hyperboloid)
Hiperboloida (Hyperboloid)Hiperboloida (Hyperboloid)
Hiperboloida (Hyperboloid)
 
MATERI TRIGONOMETRI (kelas X)
MATERI TRIGONOMETRI (kelas X)MATERI TRIGONOMETRI (kelas X)
MATERI TRIGONOMETRI (kelas X)
 
Ppt persamaan lingkaran [diyah sri hariyanti]
Ppt persamaan lingkaran [diyah sri hariyanti]Ppt persamaan lingkaran [diyah sri hariyanti]
Ppt persamaan lingkaran [diyah sri hariyanti]
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
 
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
 

Viewers also liked

Geometri bidang datar dan dalil dalil pada segitiga
Geometri bidang datar dan dalil dalil pada segitigaGeometri bidang datar dan dalil dalil pada segitiga
Geometri bidang datar dan dalil dalil pada segitiga
Ega Agustesa Cahyani
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
Kiki Ni
 
Geometri sudut dan bidang 2
Geometri sudut dan bidang 2Geometri sudut dan bidang 2
Geometri sudut dan bidang 2Eko Supriyadi
 
Diktat Geometri
Diktat GeometriDiktat Geometri
Diktat Geometrisuep_x
 
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Mujahid Abdurrahim
 
Makalah Geometri Bidang
Makalah Geometri BidangMakalah Geometri Bidang
Makalah Geometri Bidang
Nur Fitriyana Ulfa
 
Sifat-Sifat Sudut dan Pembahasannya
Sifat-Sifat Sudut dan PembahasannyaSifat-Sifat Sudut dan Pembahasannya
Sifat-Sifat Sudut dan Pembahasannya
Moh Hari Rusli
 
Geometri Peminatan
Geometri PeminatanGeometri Peminatan
Geometri Peminatan
Ana Sugiyarti
 
Makalah Transformasi Geometri
Makalah Transformasi GeometriMakalah Transformasi Geometri
Makalah Transformasi Geometri
renna yavin
 
soal dan pembahasan geometri dan trigonometri
soal dan pembahasan geometri dan trigonometri soal dan pembahasan geometri dan trigonometri
soal dan pembahasan geometri dan trigonometri
melanisha
 
Geometri (mengenal sudut)
Geometri (mengenal sudut)Geometri (mengenal sudut)
Geometri (mengenal sudut)
Michael Amin Manalu AgresBoy
 
Deskripsi materi kuliah geometri bidang smster ii 2012
Deskripsi materi kuliah geometri bidang smster ii 2012Deskripsi materi kuliah geometri bidang smster ii 2012
Deskripsi materi kuliah geometri bidang smster ii 2012
Ir. Zakaria, M.M
 
Titik, Garis, Sudut, Kurva
Titik, Garis, Sudut, KurvaTitik, Garis, Sudut, Kurva
Titik, Garis, Sudut, KurvaDesy Aryanti
 
bidang lengkung dan garis lengkung di dalam ruang
bidang lengkung dan garis lengkung di dalam ruangbidang lengkung dan garis lengkung di dalam ruang
bidang lengkung dan garis lengkung di dalam ruang
Ayu Febriyanti
 
Saluran terbuka-dan-sifat-sifatnya
Saluran terbuka-dan-sifat-sifatnyaSaluran terbuka-dan-sifat-sifatnya
Saluran terbuka-dan-sifat-sifatnya
Siti Tamara
 
sudut geometri bidang
sudut geometri bidangsudut geometri bidang
sudut geometri bidang
Choiri Ikhsan
 
Geometri ruang
Geometri ruangGeometri ruang
Geometri ruang
sdn demangan 1
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Muhammad Ali Subkhan Candra
 

Viewers also liked (20)

Geometri bidang datar dan dalil dalil pada segitiga
Geometri bidang datar dan dalil dalil pada segitigaGeometri bidang datar dan dalil dalil pada segitiga
Geometri bidang datar dan dalil dalil pada segitiga
 
Makalah geometri
Makalah geometriMakalah geometri
Makalah geometri
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
 
Geometri sudut dan bidang 2
Geometri sudut dan bidang 2Geometri sudut dan bidang 2
Geometri sudut dan bidang 2
 
Diktat Geometri
Diktat GeometriDiktat Geometri
Diktat Geometri
 
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
 
Makalah Geometri Bidang
Makalah Geometri BidangMakalah Geometri Bidang
Makalah Geometri Bidang
 
Sifat-Sifat Sudut dan Pembahasannya
Sifat-Sifat Sudut dan PembahasannyaSifat-Sifat Sudut dan Pembahasannya
Sifat-Sifat Sudut dan Pembahasannya
 
Geometri Peminatan
Geometri PeminatanGeometri Peminatan
Geometri Peminatan
 
Makalah Transformasi Geometri
Makalah Transformasi GeometriMakalah Transformasi Geometri
Makalah Transformasi Geometri
 
soal dan pembahasan geometri dan trigonometri
soal dan pembahasan geometri dan trigonometri soal dan pembahasan geometri dan trigonometri
soal dan pembahasan geometri dan trigonometri
 
Geometri (mengenal sudut)
Geometri (mengenal sudut)Geometri (mengenal sudut)
Geometri (mengenal sudut)
 
Deskripsi materi kuliah geometri bidang smster ii 2012
Deskripsi materi kuliah geometri bidang smster ii 2012Deskripsi materi kuliah geometri bidang smster ii 2012
Deskripsi materi kuliah geometri bidang smster ii 2012
 
Titik, Garis, Sudut, Kurva
Titik, Garis, Sudut, KurvaTitik, Garis, Sudut, Kurva
Titik, Garis, Sudut, Kurva
 
bidang lengkung dan garis lengkung di dalam ruang
bidang lengkung dan garis lengkung di dalam ruangbidang lengkung dan garis lengkung di dalam ruang
bidang lengkung dan garis lengkung di dalam ruang
 
Saluran terbuka-dan-sifat-sifatnya
Saluran terbuka-dan-sifat-sifatnyaSaluran terbuka-dan-sifat-sifatnya
Saluran terbuka-dan-sifat-sifatnya
 
sudut geometri bidang
sudut geometri bidangsudut geometri bidang
sudut geometri bidang
 
Bab 5 dimensi tiga
Bab 5 dimensi tigaBab 5 dimensi tiga
Bab 5 dimensi tiga
 
Geometri ruang
Geometri ruangGeometri ruang
Geometri ruang
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 

Similar to Geometri Sudut dan segitiga modul 6

Materi 1-geo
Materi 1-geoMateri 1-geo
Materi 1-geo
Rahma Aulia Zahra
 
Matematika "Garis Sumbu"
Matematika "Garis Sumbu"Matematika "Garis Sumbu"
Matematika "Garis Sumbu"
Syifa Sahaliya
 
20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometriNilna Ma'Rifah
 
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdfgeo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
Muhammad Iqbal
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
Nia Matus
 
Ppt Polygon
Ppt PolygonPpt Polygon
Ppt Polygon
Lailatus Sa'adah
 
Tugas akhir modul 4 geometri
Tugas akhir modul 4 geometriTugas akhir modul 4 geometri
Tugas akhir modul 4 geometri
Wia AW
 
Dalil dalil segmen garis bru
Dalil dalil segmen garis bruDalil dalil segmen garis bru
Dalil dalil segmen garis bru
grizkif
 
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
HelvyEffendi
 
9 gd2
9 gd29 gd2
Catatan irna nuraeni 4.7 some euclidean results concerning triangles
Catatan irna nuraeni 4.7 some euclidean results concerning trianglesCatatan irna nuraeni 4.7 some euclidean results concerning triangles
Catatan irna nuraeni 4.7 some euclidean results concerning triangles
Irna Nuraeni
 
Makalah bab ii
Makalah bab iiMakalah bab ii
Makalah bab ii
Ririn Skn
 
Makalah bab ii
Makalah bab iiMakalah bab ii
Makalah bab ii
Henry Kurniawan
 
Materi Dimensi tiga (SMA)
Materi Dimensi tiga (SMA)Materi Dimensi tiga (SMA)
Materi Dimensi tiga (SMA)
Taqiyyuddin Hammam 'Afiify
 
Makalah bab ii
Makalah bab iiMakalah bab ii
Makalah bab ii
Trii Wahyudi
 
Makalah bab ii
Makalah bab iiMakalah bab ii
Makalah bab ii
Trii Wahyudi
 
Materi lingkaran
Materi lingkaranMateri lingkaran
Materi lingkaran
Khairun Nisak Nasution
 
Geometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
Geometri Netral bag.1 pada Geometri EulidGeometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
Geometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
Nailul Hasibuan
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutan
Nia Matus
 

Similar to Geometri Sudut dan segitiga modul 6 (20)

Materi 1-geo
Materi 1-geoMateri 1-geo
Materi 1-geo
 
Matematika "Garis Sumbu"
Matematika "Garis Sumbu"Matematika "Garis Sumbu"
Matematika "Garis Sumbu"
 
20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri
 
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdfgeo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
geo-euclid-tuk-A1-20.-20-2-dikonversi.pdf
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
 
Ppt Polygon
Ppt PolygonPpt Polygon
Ppt Polygon
 
Tugas akhir modul 4 geometri
Tugas akhir modul 4 geometriTugas akhir modul 4 geometri
Tugas akhir modul 4 geometri
 
Dalil dalil segmen garis bru
Dalil dalil segmen garis bruDalil dalil segmen garis bru
Dalil dalil segmen garis bru
 
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11Geometri hiperbolik bisa.pptx   copy11
Geometri hiperbolik bisa.pptx copy11
 
9 gd2
9 gd29 gd2
9 gd2
 
Catatan irna nuraeni 4.7 some euclidean results concerning triangles
Catatan irna nuraeni 4.7 some euclidean results concerning trianglesCatatan irna nuraeni 4.7 some euclidean results concerning triangles
Catatan irna nuraeni 4.7 some euclidean results concerning triangles
 
Makalah bab ii
Makalah bab iiMakalah bab ii
Makalah bab ii
 
Makalah bab ii
Makalah bab iiMakalah bab ii
Makalah bab ii
 
Materi Dimensi tiga (SMA)
Materi Dimensi tiga (SMA)Materi Dimensi tiga (SMA)
Materi Dimensi tiga (SMA)
 
Makalah bab ii
Makalah bab iiMakalah bab ii
Makalah bab ii
 
Makalah bab ii
Makalah bab iiMakalah bab ii
Makalah bab ii
 
1-12.docx
1-12.docx1-12.docx
1-12.docx
 
Materi lingkaran
Materi lingkaranMateri lingkaran
Materi lingkaran
 
Geometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
Geometri Netral bag.1 pada Geometri EulidGeometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
Geometri Netral bag.1 pada Geometri Eulid
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutan
 

Recently uploaded

Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
cikgumeran1
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
EvaMirzaSyafitri
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptxPOWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
POWERPOINT ASAS PERMAINAN CATUR MSSD.pptx
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
 

Geometri Sudut dan segitiga modul 6

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata “ geometri ” berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ ukuran bumi”. Maksudnya mencakup segala sesuatu yang ada di bumi. Geometri adalah ilmu yang membahas tentang hubungan antara titik, garis, sudut, bidang dan bangun-bangun ruang. Mempelajari geometri penting karena geometri telah menjadi alat utama untuk mengajar seni berpikir. Dengan berjalannya waktu, geometri telah berkembang menjadi pengetahuan yang disusun secara menarik dan logis. Geometri terutama terdiri dari serangkaian pernyataan tentang titik-titik, garis-garis, bidang-bidang, dan juga planar (proyeksi bidang) dan benda-benda padat. Geometri dimulai dari istilah- istilah yang tidak terdefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, postulat-postulat dan selanjutnya teorema-teorema. Berdasarkan sejarah, geometri telah mempunyai banyak penerapan yang sangat penting, misalnya dalam mensurvei tanah, pembangunan jembatan, pembangunan stasiun luar angkasa dan lain sebagainya. Geometri adalah sistem pertama untuk memahami ide. Dalam geometri beberapa pernyataan sederhana diasumsikan, dan kemudian ditarik menjadi pernyataan-pernyataan yang lebih kompleks. Sistem seperti ini disebut sistem deduktif. Geometri mengenalkan tentang ide konsekuensi deduktif dan logika yang dapat digunakan sepanjang hidup. Dalam mendefinisikan sebuah kata, pertama digunakan kata yang lebih sederhana kemudian kata yang lebih sederhana ini pada gilirannya didefinisikan menjadi kata yang lebih sederhana lagi, sehingga pada akhirnya, proses tersebut akan berakhir. Pada beberapa tingkatan, definisi harus menggunakan sebuah kata yang artinya sudah sangat jelas, ini dikarenakan agar artinya diterima tanpa memerlukan definisi lagi, dengan kata lain dapat disebut dengan istilah tak terdefinisikan (undefined term). Sudut dan segi tiga merupakan salah satu contoh dari istilah yang menjadi pijakan awal dari geometri, sehingga konsep sudut dan segi tiga sering digunakan dalam geometri. Misalnya adalah mengukur luas atau keliling tanah berbentuk segitiga. Segi tiga adalah nama suatu bentuk yang dibuat dari tiga sisi yang berupa
  • 2. 2 garis lurus dan tiga sudut. Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa sudut dan segitiga merupakan faktor dasar geometri, tentunya dengan tidak melupakan bahwa titik juga merupakan dasar dari geometri. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah sudut, serta bagaimana menggunakannya ? 2. Apa pengertian sebuah segitiga secara eksak ? 3. Bagaimana daerah dalam dan daerah luar sebuah segitiga ? 4. Bagaimana menggunakan sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah segitiga ? 1.3 Tujuan 1. Menjelaskan sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah sudut, serta menggunakannya. 2. Menjelaskan secara eksak pengertian sebuah segitiga. 3. Menjelaskan daerah dalam dan daerah luar sebuah segitiga. 4. Menjelaskan serta menggunakan sifat – sifat daerah dalam dan daerah luar sebuah segitiga.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sudut 2.1.1 Daerahdalamsuatu sudut Dalam pasal ini akan dibahas beberapa sifat sederhana tentang daerah dalam sudut. Catatan Setengah bidang dengan tepi garis AB dan yang memuat titik P, kita tulis sebagai (AB).⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ Teorema 1 D ( ∠ AOB ) = (AB)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩ (OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ Bukti Andaikan titik X ∈ D (∠ AOB ) menurut ketentuan ( OA⃗⃗⃗⃗⃗⃗ OX⃗⃗⃗⃗⃗ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ) ini berlaku jika dan hanya jika X dan A letaknya pada sisi OB yang sama dan X dan B letaknya pada sisi OA yang sama. Sifat terakhir setara dengan : X ∈(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ , X ∈ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ Teorema Akibat 1 D (∠ AOB ) adalah himpunan titik yang terletak dengan B pada sisi OA yang sama dan terletak dengan A pada sisi OB yang sama. Teorema Akibat 2 ∠ AOB dan D ( ∠ AOB ) saling lepas. Teorema Akibat 3 Daerah dalam sebuah sudut adalah himpunan yang konveks. Bukti : Andaikan X, Y ∈ D ( ∠ AOB ) dan X ≠ Y maka X, Y ∈(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan X, Y ∈(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ Oleh karena (OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan (OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ adalah himpunan konveks, maka irisannya juga konveks. Sebab XY⃗⃗⃗⃗ ⊂(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan XY⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⊂(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Ini berarti
  • 4. 4 XY⃗⃗⃗⃗ ⊂(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩(OB)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D ( ∠ AOB ) sehingga D ( ∠ AOB ) adalah daerah yang konveks. Teorema 2 : (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D ( ∠ AOB )∪D ( ∠ A’OB )∪OB⃗⃗⃗⃗⃗ . Di sini OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ adalah sinar yang berlawanan dengan sinar OA⃗⃗⃗⃗⃗ . Bukti : Andaikan S = D ( ∠ A0B ) ⊂ D (∠ A′OB )⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ⊂ OB⃗⃗⃗⃗⃗ , OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ sinar yang berlawanan dengan OA⃗⃗⃗⃗⃗ . Selanjutnya ambil X ∈ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ maka X dan B letaknya pada sisi OA⃗⃗⃗⃗⃗ yang sama. Maka berlakulah OA⃗⃗⃗⃗⃗ OX⃗⃗⃗⃗⃗ OB⃗⃗⃗⃗⃗ , atau OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ OX⃗⃗⃗⃗⃗ atau OB⃗⃗⃗⃗⃗ = OX⃗⃗⃗⃗⃗ . Ini berarti bahwa X ∈D(∠ AOB ), atau X D(∠A’OB ), atau X OB. Jadi X S yang berarti bahwa (OA)B S. Berhubung OA⃗⃗⃗⃗⃗ dan OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah maka (A’OA). Jadi OA’ = OA sehingga (OA′)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Kita tahu D(∠AOB) ⊂ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan D(∠A`0B)⊂(OA)B = (OA)B, lagi pula OB⃗⃗⃗⃗⃗ ⊂ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Jadi S⊂(OA)B, sehingga(OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = S. Atau (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D(∠AOB ∪ D(∠A`0B) ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ . Teorema 3 : Bidang OAB=D(∠AOB) ∪D(∠AOB’)∪ D(∠A′OB ∪D(∠AOB’) ∪ OA ∪ OB dengan OA`⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah dengan OA⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB`⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah dengan OB⃗⃗⃗⃗⃗ . Bukti : OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah, maka (BOB’). Jadi BB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ memotong OA. Sedangkan B,B’ ∉ OA. Jadi OAB = (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OA ∪ (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ′. Berhubung (OA)B= D( ∠ AOB )∪ D( ∠A’OB ) ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ . A`A O BX ∙ Gambar 1
  • 5. 5 (OA)B’=D(∠A0B’) ∪ =D(∠A’OB’) ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ maka, OAB= D(∠AOB) ∪ D(∠AOB’) ∪ D(∠A’OB) ∪ D(∠A’OB’) ∪ OA∪OB, sebab OB⃗⃗⃗⃗⃗ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ’= OB 2. 1. 2 Daerah Luar Sebuah Sudut Andaikan diketahui sebuah sudut ∠AOB, maka seperti diketahui daerah luar sudut AOB, yang ditulis sebagai ∠(∠AOB ) = { X/X ∈ AOB ⋀ X ∉ D (∠ AOB) ⋀ X ∈ ∠ AOB} mengenai daerah luar ini kita sajikan teorema berikut. Teorema 4 ∠(∠AOB) = D(∠AOB’ ) ∪ D(∠ A’OB’) ∪ D( ∠A’OB’) ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ , dengan OA⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah dengan OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ Bukti : Berdasarkan teorema terakhir AOB = D(∠AOB) ∪ D(∠ AO’B) ∪ D(∠A’OB) ∪ D(∠ A’OB’ ) ∪ OA ∪ OB. Himpunan yang ada di ruas kanan saling lepas; perhatikan bahwa ( A’OA ), (B’OB ). Jadi OA = OA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0} ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB = OB⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0} ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Sehingga kita peroleh : OAB = D(∠AOB) ∪ (OA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0}) ∪ [D (∠AOB’) ∪ D(∠A’OB) ∪ D(∠A’OB’ ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ]. Perhatikan bahwa (OA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {0} = ∠ AOB. A A’ BB’ O Gambar 3 Gambar 2 AA’ B O
  • 6. 6 Oleh karena itu :∠(∠AOB ) = D(∠ AOB’) ∪ D(∠A’B) ∪ D(∠A’OB’) ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Perhatikan bahwa himpunan pada ruas kanan itu semua saling lepas. Definisi : Apabila g = PQ; jadi g garis yang memuat P dan Q; maka kita tulis g/A juga sebagai PQ/A. Teorema 5 ∠ (∠ AOB ) = OA/B ∪ OB/A Bukti : Berdasarkan teorema di atas kita peroleh dengan menggabungkan pada ruas kanan himpunan D(∠ A’OB’). ∠ (∠AOB ) = [D(∠AOB’)∪D(∠A’OB’)OB’]∪[D(∠A’OB)∪A’OB’)∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ] Selanjutnya : (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D (∠ AOB’ ) ∪ D (∠ A’OB’ ) ∪ OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ (OB)A′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = D(∠ BOA’ ) ∪ D (∠ B’OA’ ) ∪ OA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Jadi akhirnya : ∠ (∠ AOB) = (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ (OB)A′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Oleh karena OB′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan OB⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah, maka pula (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan (OA)B⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Jadi (OA)B′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = OA/B . Begitu pula (OB)A′⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ = OB/A’. Maka dapat kita tulis : ∠ (∠ AOB ) = OA/B ∪ OB/A. 2.1.3 Garis Patah Dalam mempelajari sifat “ pemisahan “ suatu bidang oleh sebuah garis atau suatu ruang oleh sebuah bidang kita berjumpa kerap kali dengan pengertian ruas garis sebagai penghubung paling sederhana dua titik yang berlainan. Ruas garis ini kita gunakan untuk mendefinisikan garis patah sebagai berikut.
  • 7. 7 Definisi : Andaikan A1, A2 , . . . An (n ≥ 2 )n titik yang berbeda . Maka 𝐴 1 𝐴 2 ∪ 𝐴 2 𝐴 3 ∪ 𝐴 n-1 𝐴 n ∪ {A1} ∪ {A2} . . . ∪ {An} dinamakan garis patah. Catatan : Misalnya 𝐴 1 𝐴 2 dan 𝐴 3 𝐴 4 dapat berpotongan. Artinya: sebuah garis patah tidak perlu sederhana . Apabila n = 2, maka garis garis patah itu menjadi 𝐴 1 𝐴 2 ∪ {A1} ∪ {A2} jadi bukan ruas garis, akan tetapi sebuah ruas garis yang tertutup. 2.1.4 Pemisahan sebuah bidang oleh sebuah sudut Teorema 6 Setiap sudut pada sebuah bidang memisah bidang menjadi daerah dalam dan daerah luar. Bukti Andaikan V sebuah bidang yang memuat ABC . Andaikan untuk menyingkat daerah dalamnya D dan daerah luarnya  . Kita akan membuktikan 5 hal. (i) V = D ∪  ∪ ABC (ii) Setiap ruas garis yang menghubungkan setiap titik di D dan setiap titik di  memotong ABC. (iii) Setiap ruas garis yang menghubungkan dua titik di D tidak memotong ABC. (iii’) Di bidang V ada garis patah yang menghubungkan dua titik di  yang tidak memotong ABC (iv) D,  dan ABC saling lepas
  • 8. 8 Bukti (i) V = ABC, artinya V adalah bidang yang memuat A, B, C. A yang berbeda dan tak segaris (mengapa?). Kita peroleh : D = (AB)C⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩ (BC)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗  ABC = V dengan B menggunakan rumus untuk  , diperolehlah bagian (i) di atas. (ii) Andaikan X ∈D, Y ∈  . Jadi X ∈ (AB)C⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∩ (BC)A⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ dan Y ∈ AB/C ∪ BC/A. Jadi Y ∈ AB/C atau Y ∈ BC/A. Sehingga X dan Y terletak pada sisi AB yang berhadapan, atau pada sisi BC yang berhadapan. Andaikan X,Y terletak pada sisi AB yang berhadapan. Andaikan BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah dengan BA⃗⃗⃗⃗⃗ , maka berlakulah (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ), (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ) atau BX⃗⃗⃗⃗⃗ dan BY⃗⃗⃗⃗⃗ berlainan arah. Kita andaikan (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ), maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong BA⃗⃗⃗⃗⃗ . Andaikan (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ) oleh karena X ∈ D, maka (BA⃗⃗⃗⃗⃗ BX⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BC⃗⃗⃗⃗⃗ ). Jadi (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BC⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ); oleh karena pula (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ) maka (BX⃗⃗⃗⃗⃗ BC⃗⃗⃗⃗⃗ BY⃗⃗⃗⃗⃗ ). Ini berarti XY⃗⃗⃗⃗ memotong BC⃗⃗⃗⃗⃗ . Andaikan BX⃗⃗⃗⃗⃗ dan BY⃗⃗⃗⃗⃗ berlawanan arah, maka (XBY) sehingga B ∈ XY⃗⃗⃗⃗ . Jadi dari ketiga kemungkinan tersebut di atas XY⃗⃗⃗⃗ memotong ABC. Jadi bagaimanapun XY⃗⃗⃗⃗ memotong ABC. Terbuktilah (ii) A X C Y A’ B Gambar 4.
  • 9. 9 (iv) Menurut ketentuan daerah , , dan ABC saling lepas, begitu pula  dan D saling lepas pula. Sedangkan ABC dan D saling lepas pula. Terbuktilah sifat (iv) (iii) Berhubung daerah D konveks dan sifat (iv), terbuktilah pula (iii) (iii’) Andaikan W ∈ B/A (Gambar 5). Akan kita buktikan bahwa jika X ∈ , X ≠ W maka XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗   . Telah kita buktikan bahwa  = AB/C ∪ BC/A. Jadi X ∈ AB/C atau X ∈ BC/A. Andaikan X ∈ AB/C, maka semua titik pada ruas XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗ letaknya pada sisi AB yang sama dengan letaknya X sehingga: XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗  AB/C   Andaikan X ∈ BC/A; W ∈ B/A  BC/A  . Oleh karena BC/A himpunan yang konveks maka XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗  BC/A  . Andaikan X ∈ , Y ∈  dan X ≠ Y maka X dan Y dihubungkan dengan garis patah. XW⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ WY⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {X} ∪ {W} ∪ {Y} Himpunan ini dalah himpunan bagian dan menurut (iv), ia tidak memotong ABC. Dengan demikian terbuktilah (iii’). Perhatikan bahwa D ≠ 0, oleh D ⊃ AC⃗⃗⃗⃗⃗ ; juga  ≠ ∅ sebab AB/C. 2.2 Segitiga Uraian dan Contoh Sekarang kita dapat membahas pengertian tentang segi-tiga dan sifat-sifatnya. Definisi: Andaikan A, B, C tiga titik yang berlainan dan tidak segaris. Himpunan AB ∪ BC ∪ CA ∪ {A} ∪ {B} ∪ {C}
  • 10. 10 dinamakan segi tiga ABC (disingkat ∆ABC). Titik A, B, C dinamakan titik sudut. Garis AB garis BC garis CA dinamakan garis sisi ∆ABC; AB, BC, CA dinamakan sisi ∆ABC, ∠ABC, ∠BCA, ∠CAB dinamakan sudut ∆ABC. Titik sudut A disebut berhadapan dengan sisi BC. Sebuah titik dinamakan di dalam sebuah segi tiga apabila titik itu terletak antara sebuah titik sudut dan sebuah titik pada sisi hadapnya. Sebuah titik ada di luar sebuah segi tiga apabila titik itu ada pada bidang segi tiga tersebut, tetapi titik itu tidak di dalam segi tiga dan juga tidak pada segi tiga tersebut. Daerah dalam sebuah segi tiga ABC ditulis D(∆ABC), adalah himpunan titik dalam dan daerah luar segi tiga ABC, ditulis ∠ (∆ABC) adalah himpunan titik luar ∆ABC. 2.2.1 Daerah dalam sebuah segi-tiga Teorema 7: D(∆ABC)= (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B Bukti Andaikan X ∈ D (∆ABC), maka ada Y ∈ BC sehingga (AXY). Jadi X dan A terletak pada sisi BC yang sama. Begitu pula Y, B dan X, Y terletak pada sisi CA yang sama. Jadi X, B terletak pada sisi CA yang sama (gambar 6a) Begitu pula X, C terletak pada sisi AB yang sama, sehingga (1) X ∈ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B Sebaiknya: Andaikan X memenuhi persamaan (1) menurut teorema 1, kita peroleh X ∈ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B = D(∠BAC) A CB X Y Gambar 6a A CB X Y Gambar 6b
  • 11. 11 Jadi berlakulah (AB⃗⃗⃗⃗⃗ AX⃗⃗⃗⃗⃗ AC⃗⃗⃗⃗⃗ ) dan AX memotong BC⃗⃗⃗⃗⃗ , misalnya di Y (gambar 6b). Dengan demikian, kita peroleh Y ∈ AX⃗⃗⃗⃗⃗ =AX ∪ {X} ∪ X/A Andaikan Y ∈ AX, maka AX memotong BC. Ini berarti bahwa X dan A terletak pada sisi BC yang berhadapan. Berlawanan dengan (1). Andaikan Y=X. Ini akan berarti bahwa X ∈ BC; juga berlawanan dengan (1). Jadi haruslah Y ∈ X/A, sehingga (YXA). Berhubung Y ∈ BC maka X ∈ D(∆ABC). Jadi D(∆ABC) = (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B Akibat 1 D(∆ABC) adalah himpunan titik yang teletak pada sisi AB yang sama dengan letaknya titik C, pada sisi BC yang sama dengan letaknya titik A dan pada sisi CA yang sama dengan letak titk B. Akibat 2 D(∆ABC) adalah himpunan konveks. Akibat 3 Andaikan X∈D(∆ABC), maka X terletak antara tiap titik sudut dan sebuah titik pada sisi hadapnya. Akibat 4 Andaikan A, B, C tiga titik berlainan dan tak segaris sedangkan (AXY) dan (BYC), maka ada Z sehingga (BXZ) dan (CZA). Akibat 5 ∆ABC dan D(∆ABC) saling lepas. A CB X Y Z Gambar 7
  • 12. 12 2.2.2 Daerah luar sebuah segi tiga Dalam teorema di bawah ini akan kita jabarkan suatu dekomposisi bidang yang mengandung daerah luar sebuah segi tiga. Sebelumnya kita bicarakan dua dalil bantu (lemma). Dalil Bantu 1.: ABC=D(∆ABC)∪AB∪BC ∪ CA ∪ [AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B] Bukti Andaikan S himpunan pada ruas kanan rumus yang harus dibuktikan. Akan kita buktikan S ⊂ ABC dan ABC ⊂ S. Menurut dalil di atas (teorema11) D(∆ABC) = (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B . . . (1) Sehingga D(∆ABC) ⊂ (AB)C ⊂ ABC Himpunan bagian yang lain mudah dibuktikan,merupakan himpunan bagian pula dari ABC.Jadi terbuktilah bahwa S ⊂ ABC. Sekarang akan dibuktikan ABC ⊂ S.Ambil X ∈ ABC .Apabila X ∈ D (∆ABC) jelaslah bahwa X ∈ S. Andaikan X ∉ D(∆ABC). Kita dapat misalkan,berhubung (1), bahwa X ∈ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C . . . (2) Oleh karena ABC = AB/C ∪ AB ∪ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C . . . (3) maka X ∈ AB/C ∪ AB ⊂ S. Jadi kalau X ∈ ABC, maka X ∈ S, ini berarti bahwa ABC ⊂ S. Dengan demikian terbuktilah S = ABC.
  • 13. 13 Dalil Bantu 2: ∆ABC ∪ D(∆ ABC) saling lepas dengan AB/C. Bukti Untuk ini buktikan bahwa ∆ ABC ∪ D(∆ ABC) ⊂ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∪ AB yang saling lepas dengan AB/C. Teorema 8 ABC = D(∆ ABC ) ∪ ∆ ABC ∪ [AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B]. Himpunan pada ruas kanan saling lepas. Bukti Andaikan K = AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B menurut dalil bantu (1) . (1) ABC = D (∆ABC) ∪ AB ∪ CA ∪ K. Kita tahu (dekomposisi garis) (2) AB = AB ∪ {A} ∪ {B}∪ A/B ∪ B/A Oleh karena A/B ⊂ CA/B dan B/AC ⊂ BC/A maka A/B ∪ B/A ⊂ CA/B ∪ BC/A ⊂ K. Dari (1) dan (2) kita peroleh : (3) ABC = D(∆ ABC) ∪ [AB ∪ {A}∪ {B} ] ∪ BC ∪ (A ∪ K) BC dan CA kita ganti dengan bentuk serupa ruas kanan (2) . Kita peroleh akhirnya. ABC = D(∆ ABC ) ∪ ∆ABC ∪ K Gambar 8 C BA (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C AB/C
  • 14. 14 Selanjutnya D(∆ ABC) dan ∆ABC adalah dua himpunan yang saling lepas. Menurut dalil bantu (2) ,D(∆ ABC ) ∪ ∆ ABC saling lepas dengan AB/C, BC/A, CA/B, jadi juga dengan gabungan ketiga himpunan ini . Akibat: ∠ (∆ ABC ) = AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B Teorema 9 Andaikan X ∈ D(∆ABC),Y ∈ (∆ ABC) maka XY ⊂ D (∆ ABC) Bukti Kita perhatikan cukup dua hal , yaitu YAB dan Y = A. (1) Andaikan Y ∈ AB. Kita tahu X D(ABC) = (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B (CA)B. Jadi X pada gambar 9 sisi AB yang memuat C. Ini berlaku pula untuk tiap titik dalam XY.Jadi XY ⊂ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C. Selanjutnya Y ∈ AB, maka Y dan A pada sisi BC yang sama, sehingga Y ∈ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A. Oleh karena X ∈ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A. ,maka XY ⊂ (BC)A,sebab setengah bidang konveksi. Begitu pula XY ⊂ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B. Jadi XY ⊂ (AB)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ C. ∩ (BC)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ A. ∩ (CA)⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗⃗ B = D(∆ ABC) (2) Andaikan Y = A. Kalau X ∈ D(∆ ABC) maka X terletak antara A dan sebuah titik Z pada BC, jadi berlakulah (AXZ). Ini berarti AX ⊂ AZ. Oleh karena AZ ⊂ D(∆ ABC) maka AX ⊂ D(∆ ABC) atau XY ⊂ D(∆ ABC). A Y CZB Gambar 9 X
  • 15. 15 Teorema 10 Andaikan X ∈ D(∆ ABC).Y ∈ ABC Y ≠ X maka XY memotong ∆ABC Bukti Kalau X ∈ D(∆ ABC ) maka ada A’ ∈ BC sehingga (AXA’) dan (BA’C). Jadi sinar XA berlawanan dengan sinar XA′. Jika XY⃗⃗⃗⃗ = XA⃗⃗⃗⃗⃗ atau XY⃗⃗⃗⃗ =XA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ . Terbuktilah teorema. Andaikan XY⃗⃗⃗⃗ ≠ XA⃗⃗⃗⃗⃗ atau XY⃗⃗⃗⃗ ≠ XA⃗⃗⃗⃗⃗ , maka Y ∉ XA = XA⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ XA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ ∪ {X}. Oleh karena BC memotong XA, maka letaknya B dan C pada sisi Xayang berhadapan. Jadi Y terletak pada sisi XA yang sama dengan B atau dengan C. Kita andaikan bahwa Y dan B terletak pada sisi XA yang sama. Jadi (XA⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), (XA⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), atau XY⃗⃗⃗⃗ = XB⃗⃗⃗⃗⃗ . Apabila berlaku (XA⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong A′B. Begitu pula, jika berlaku (XA′⃗⃗⃗⃗⃗⃗ XY⃗⃗⃗⃗ XB⃗⃗⃗⃗⃗ ), maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong A′B. Tetapi karena A′B ⊂ BC maka XY⃗⃗⃗⃗ memotong BC. Apabila XY⃗⃗⃗⃗ = XB⃗⃗⃗⃗⃗ maka XY⃗⃗⃗⃗ ⊃ {B} atau B ∈ XY⃗⃗⃗⃗ . Jadi dalam ketiga hal itu, selalu XY⃗⃗⃗⃗ memotong ∆ ABC. Teorema 11 Tiap segi-tiga pada bidang memisahkan bidang itu menjadi daerah dalam dan daerah luar. Bukti Andaikan V ⊃ ∆ ABC. Andaikan D = D(∆ ABC ) dan ∠ = ∠ (∆ ABC ) masing – masing daerah dalam dan daerah luar ∆ ABC. Kita akan buktikan : ( i ) V = D ∪ ∠ ∪ ∆ ABC. A B A’ X C Y Gambar 10
  • 16. 16 ( ii ) Ruas garis yang menghubungkan sebuah titik D dan sebuah titik di ∠ memotong ∆ ABC. ( iii ) Ruas garis yang menghubungkan dua titik di D tidak memotong ∆ ABC ( iii’ ) Di V ada garis patah yang menghubungkan dua titik di ∠ ( iv ) D, ∠ dan ∆ ABC saling lepas. Bukti ( i ) V adalah bidang ABC. Kita tahu D ⊂ V. Dengan menggunakan definisi untuk ∠ , nyatalah bahwa V = D ∪ ∠ ∪ ∆ ABC. Kita tahu bahwa ∠ saling lepas dengan( iv ) ∆ ABC, dan dengan D; sedangkan ∆ ABC dan D saling lepas pula. ( ii ) Andaikan X ∈ D, Y ∈ ∠ ( Gambar 11 ). Menurut teorema 14. XY⃗⃗⃗⃗ memotong ∆ ABC, misalnya di Z, maka Z ∈ XY⃗⃗⃗⃗ = XY ∪ {Y} ∪ Y/X. Kalau Z = Y, maka ∆ ABC dan ∠ memiliki titik sekutu, yaitu Z atau Y, yang bertentangan dengan ( iv ). Andaikan Z ∈ Y/X, maka ( ZYX ), sehingga Y ∈ XZ. Tetapi XZ ⊂ D, menurut teorema 13. Jadi D dan ∠ bersekutu di titik Y, yang berlawanan dengan ( iv ). Jadi tinggallah kemungkinan Z ∈ XY. Dengan demikian terbuktilah ( ii ). ( iii ) Sifat ini berdasarkan pada kekonveksan D dan pada saling lepasnya D dan ∆ ABC. A Y X Z CB Gambar 11.
  • 17. 17 Andaikan X ∈ ∠ dan Y ∈ ∠ dengan ∠ =(iii’) AB/C ∪ BC/A ∪ CA/B dan X ≠ Y (Gambar 12 ). Jadi X dan Y dapat terletak pada setengah bidang sama atau terletak pada setengah bidang yang berlawanan. Bagaimana X dan Y terletak pada gabungan dua setengah bidang yang ada di ruas kanan persamaan untuk di atas. Jadi dapat di misalkan bahwa . X ∈ AB/C ∪ BC/A, Y ∈ AB/C ∪ BC/A. Tetapi, AB/C ∪ BC/A = ∠ (∆ ABC ). Oleh karena ∠ (∆ ABC ) berhubung dengan garis patah ( pathwise connected), maka ada garis patah j yang dapat menghubungkan X dan Y sehingga, j ⊂ AB/C ∪ BC/A Jadi j ⊂ ∠ menurut ( iv ), j tidak memotong ∆ ABC. Akhirnya dapat dikatakan pula bahwa D ≠ 0 , sebab menurut definisi D memuat setiap titik antara A dan sebuah titik di BC; begitu pula ∠ ≠ 0 oleh karena ∠ ⊂ AB/C. X Gambar 12 J Y B A C
  • 18. 18 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari pembahasan yang telah diulas di bab II, kita dapat mempelajari mengenai sudut dan segitiga. Mengenai sudut kita dapat mengetahui tentang daerah dalam sudut, daerah luar sudut, kekonveksan daerah dalam dan daerah luar sudut, pengertian garis patah, serta teorema yang menyangkut berbagai pengertian telah dibuktikan terutama menggunakan sifat urutan titik sinar. Adapun mengenai segitiga kita telah mendalami konsepnya lebih lanjut dengan pengertian daerah dalam suatu segitiga dan daerah luar segitiga, serta beberapa sifat penting segitiga yang telah dikemukakan.
  • 19. 19 DAFTAR PUSTAKA Drs. Rawuh. 1988. Materi Pokok Geometri. Jakarta: Karunika. https://www.scribd.com/doc/189786248/Pembelajaran-Konsep-Luas-Daerah-Segiempat- Dan-Segitiga-Melalui-Pendekatan-Konstruktivistik