SlideShare a Scribd company logo
PENGENALAN GEOMETRI TERURUT
Pengertian Paskal, Defenisi-Defenisi dan
Aksioma-aksioma Geometri Terurut
Geometri terurut ini akan kita pelajari sebagai suatu sistem deduktif. Jadi
tentu ada pengertan pangkal, aksioma-aksioma dan defenisi-defenisi, kemudian
dari ini semua dapat diturunkan dalil-dalil.Marilah kita perhatikan
perkembangannya seperti diuraikan oleh H.S.M. Coreter dalam bukunya “
Introduction of Geometry”. Dalam pengembangan Pasch, yang disederhanakan
oleh Veblen, sebagai pengertian pangkal Geometri terurut ditentukan.
Titik-titik A,B,C,D, ..... sebagai unsur yang tidak didefenisikan relasi
keantaraan (“intermediacy”) sebagai relasi yang tidak didefenisikan.
Relasi ini dinyatakan dengan A,B,C yang berarti B terletak diantara A dan
C. Jika B tidak terletak anatar A dan C, maka dikatakan “ tidak [A B C]”.
Kemudian ditentukan aksioma-aksiomanya.
Aksioma I . ada paling sedikit dua titik
Aksioma II. Jika A dan B dua titik berlainan, maka ada satu titik C yang
memenuhi [A B C]
Aksioma III.. Jika [A B C] , maka A dan C berlainan A ≠ C
Aksioma IV. Jika [A B C], maka [C B A] tetapi tidak [ B C A] atau [CAB]
Selanjutnya ada dalil-dalil yang harus dibuktikan.
Dalil 1
Jika [A B C] , maka tidak [C A B] atau [CBC]
Bukti. Menurut aksioma IV
Jika [C A B], maka tidak [A B C]
Ini ekuivalen dengan jika [A B C] , maka tidak [C A B]
Jika tidak [C B C] maka tidak [A B C]
Jika tidak [A B C] maka tidak [C B C]
1
Dalil 2
Jika [A B C], maka A, B dan C berlainan atau A ≠ B ≠ C
Bukti Misalnya B = C, maka [A B B]
Jika [A B B] maka [B B A], tetapi tidak [B A B].
( menurut Aksioma IV). Terdapat pertentangan, jadi B ≠ C
Misalnya A = B, maka [A A C]
Jika [A A C], maka [C A A] ( menurut Aksioma IV)
Jika [A A C], maka tidak [C A A] (Menurut dalil 1) terdapat kontradiksi,
jadi A ≠ B.
Terbukti, bahwa A ≠ B ≠C
Kemudian diperlukan pula beberapa pola defenisi
Defenisi
JIka A dan B dua titik berlainan, maka segmen AB atau ruas garis AB
ialah himpunan titik P yang memenuhi [A P B]. dikatakan titik P terletak
pada segmen AB.
Dalil 3
Titik A maupun titik B tidak terletak pada segmen AB
Bukti :
Jika A atau B terletak pada segmen AB maka terdapat [AAB] atau [ABB].
Ini bertentangan dengan dalil 2. jadi A maupun B tidak terletak pada
segmen AB
2
A B C
A B B
A A C
A P B
Dalil 4
Segmen AB = Segmen BA
Bukti :
Menurut aksioma IV, jika [A P B], maka [B P A] jadi segmen AB sam
dengan segmen BA.
Defenisi
Interval AB ialah segmen AB ditambah ujung-ujungnya A dan B.
Jadi AB = A + AB + B.
Sinar A / B ( dari A menjauhi B) ialah himpunan titik-titik P yang memenuhi
[P A B].
Garis AB ialah interval AB ditambah sinar-sinar A/B dan B/A.
Jadi garis AB = A/B + AB + B/A.
Akibat : Interval AB = interval BA
Garis AB = garis BA
Aksioma V
Jika C dan D titik-titik berlainan pada garis AB, maka A pada garis CD
Dalil 5
Jika C dan D titik-titik berlainan pada garis AB maka garis AB = garis CD
Bukti :
Jika A, B, C dan D tidak semuanya berlainan, maka dapat dimisalkan B =
D dan akan membuktikan, bahwa garis AB = garis BC. Untuk membuktikan,
bahwa garis AB = garis BC, kita tunjukkan, bahwa setiap titik pada garis BC
adalah juga titik pada garis AB dan sebaliknya. Diketahui C pada garis AB.
Misalkan X pada garis AB.
Maka menurut Aksioma V, B pada garis CX dan C pada garis CX. Maka
menurut Aksioma V, X pada garis BC. Jadi X pada garis AB, maka X pada garis
BC.
3
P A B
Misalkan Y pada garis BC. Karena C pada garis AB, maka A pada garis
BC. Menurut Aksioma V, maka B pada garis AY dan A pada garis AY. Jadi
menurut Aksioma V, Y pada garis AB. Jika Y pada garis BC, maka Y pada garis
AB. Terbukti bahwa garis AB = garis BC. Jika D ≠ B, maka dengan jalan yang
sama dapat dibuktikan, bahwa garis BC sama dengan garis CD, sehingga garis AB
= garis BC = garis CD. Jadi jika A, B, C dan D semua berlainan garis AB = garis
CD.
Ada dua kasus :
I . A, B, C, D tidak semuanya berbeda . misalkan B = D
akan dibuktikan AB = BC.
1. X pada AB → X pada BC
2. Y pada BC → y pada AB
Misalkan x pada AB dan C pada AB
↔ X dan C pada AB maka B pada CX dan C pada CX
↔ B dan C pada CX maka X pada BC
Miaslkan y pada BC karena C pada AB maka A pada BC
↔ Y dan A pada BC maka B pada AY maka B pada AY dan A pada AY
↔ A dan B pada AY maka Y pada AB dan A pada AB
4
A B = D C
A B = D C
x y
Karena terbukti
X pada AB maka X pada BC
Y pada BC maka y pada AB
Maka AB = BC
II. A , B, C, D berbeda, akan dibuktikan AB = CD
Bukti :
1. X pada AB maka x pada CD
2. Y pada CD maka y pada AB
Misalkan x pada AB dan C pada AB, D pada AB
(i) X pada AB dan C pada AB maka B pada CX dan C pada CX
B dan C pada CX maka X pada BC
X pada BC dan B pada BC maka C pada BX …………………… ( 1)
X pada AB dan D pada AB maka B pada DX dan D pada DX
B dan D pada DX maka X pada BD
X pada BD dan B pada BD maka D pada BX …………………… (2 )
Dari ( 1 ) dan ( 2 ) C pada BX dan D pada BX maka X pada CD.
( Dalil 5 )
(ii) Y pada CD maka y pada AB
Misal Y pada CD karena C dan D pada AB maka A pada CD dan B
pada CD ………. ( Aksioma 5 )
(1) Y pada CD dan A pada CD maka C pada AY dan D pada AY dan A
pada AY
5
A B C
x y
D
C pada AY maka Y pada AC
Y pada AC dan C pada AC maka A pada CY …………….…….. ( 3 )
(2) Y pada CD dan B pada CD maka C pada BY dan B pada BY
C dan B pada BY maka Y pada BC
Y pada BC dan C pada BC maka B pada CY …………………… ( 4 )
Dari ( 3 ) dan ( 4 ) diperoleh :
A pada Y dan B pada CY maka Y pada AB ………………….. ( Dalil 5 )
Oleh karena ( 1 ) dan ( 2 ) terbukti
X pada AB maka X pada CD
Y pada CD maka Y pada AB .
Dengan demikian CD = AB .
Akibat :
Dua titik berlainan terletak tepat pada satu garis. Dua garis berlainan (jika ada)
mempunyai paling banyak 1 titik bersangkutan. Titik persekutuan ini disebut titik
potong kedua garis itu.
Akibat :
Tiga titik berlainan A, B dan C pada suatu garis memenuhi tapat hanya salah satu
dari relasi-relasi [A B C], [B C A] atau [C A B]
Dari titik-titik pada garis dikembangkan titik-titik pada bidang datar. Maka timbul
aksioma berikut:
Aksioma VI.
Jika AB suatu garis, ada suatu titik C tidak pada garis itu. Kemudian
terdapat pada dalil 6.
6
A B C
B C A
C A B
Dalil 6
Jika C tidak pada garis AB, maka A tidak pada BC, juga B tidak pada AC. Garis-
garis BC, CA dan AB berlainan.
Bukti :
Menurut Aksioma V, jika A pada BC maka C pada AB. Terdapat pertentangan
kareba C tidak pada AB. Jika A tidak pada BC. Demikian pula B tidak pada AC.
A
B C
Selanjutnya didefenisikan hal-hal berikut:
Defenisi :
Titik-titik yang terletak pada garis yang sama disebut “Collinear” (kolinier atau
segaris).
Tiga titik noncolinear A, B, C menentukan suatu segitiga ABC yang memuat tiga
titik ini, yang disebut titik-titik sudut, dan tiga segmen AB, BC, CA, yang disebut
sisi-sisi.
A
B C
Aksioma berikut adalah Aksioma yang penting sekali.
Aksioma VII
Jika A B C suatu segitiga dan [B C D] dan [C E A], maka pada garis DE, ada
suatu titik F yang memenuhi [ A F B].
D
C
E
7
A F B
Dalil 7
Antara dua titik berlainan ada suatu titik lain.
Bukti : misalkan kedua A dan B kedua titik itu seperti pada gambar berikut.
D
C
E
A F B
Maka menurut aksioma VI antara suatu titik E titik pada AB. Menurut aksioma II
ada suatu titik C yang memenuhi, [A E C]. Mengingat dalil 5 maka garis AC
sama dengan garis AE. B tidak terletak pada garis ini, maka ABC suatu segitiga.
Menurut aksima II ada suatu titik D yang memenuhi [B C D]. Menurut aksioma
VII ada titik F antara A dan B. Terbukti.
Dari aksioma VII dapat pula dalil berikut.
Dalil 8
Jika ABC suatu segitiga dan [BCD] dan [C E A], maka pada garis DE ada suatu
titik F yang memenuhi [A F B] dan [D E F].
Bukti : Karena F terletak pada garis DE, maka ada 5 kemungkinan:
a. F = D;
b. F = E;
c. [E F D];
d. [F D E]
e. [D E F]
a. Jika F = D, maka [B C D] dan [A D B], jadi A, B dan C collinear.
Terdapat pertentangan sebab ABC suatu segitiga jadi F ≠ D.
8
b. Jika F = E, maka [C E A] dan [A E B] jadi A, B dan C collinear. Hal ini
juga tidak mungkin.
c. Jika [E F D], maka perhatikan gambar berikut.
D
X
F
A E C
Dalam segitiga D C E dengan [C E A] dan [E F D], maka menurut
aksioma VII pada A F dan X yang memenuhi [D X C] karena AF dan CD
tidak mungkin berpotongan lebih dari satu kali, maka X = B, sehingga
terdapat [D B C]. Ini bertentangan dengan ketentuan [B C D]. Jadi tidak
mungkin [E F D].
d. Jika [F D E], maka gambarnya adalah sebagai berikut.
E
X
D
A F B
Dalam segitiga AFE dengan [A F B], maka menurut aksioma VII pada
garis BD ada suatu garis Y sedemikian, sehingga [A Y E]. Karena BD dan
AE tidak berpotongan di lebih dari satu titik, maka Y = C, sehingga
terdapat [ACE] ini bertentangan dengan ketentuan [A E C]. Jadi tidak
mungkin [F D E]. Jadi kemungkinan hanya [D E F].
Bukti ini memang agak istimewa. Maka dalil-dalil berikut disajikan tanpa bukti,
karena buktinya semacam bukti dalil di atas.
Dalil 9
9
Suatu garis tidak mungkin memotong ketiga sisi suatu segitiga (sisi berupa
segmen).
Dalil 10
Jika [A B C] dan [B C D], maka [A B D]
A B C D
Gambar 5
Dalil 11
Jika [A B C] dan [A B D] dan C ≠ D, maka [ B CD]
Atau [B D C], dan [A C D] atau [A D C].
a).
A B C D
b).
A B D C
Gambar 6
Dalil 12
Jika [A B D] dan [A C D] dan B ≠ C, maka [ A B C] atau [A C B].
a).
A B C D
b).
A C B D
Gambar 7
Dalil 13
Jika [A B C] dan [A C D], maka [B C D] dan [A B D]
A B C D
Gambar 8
Kemudian diberikan defenisi berikut.
Defenisi.
10
Jika [A B C] dan [A C D], kita tulis [ A B C D]
Urutan 4 titik ini mempunyai sifat, jika [ A B C D], maka [D C B A].
Urutan titik-titik ini dapat diperluas sebagai berikut. Seperti telah kita
ketahui sekarang titik 0 pada segmen AB membagi segmen itu dalam dua segmen
AO dan OB.
A O B
Gambar 9
Sebarang titik O pada sinar dari A membagi sinar dalam suatu segmen dan
suatu sinar, A O dan O/A.
A O
Gambar 10
Sebarang titik pada garis membagi garis dalam dua sinar
berlawanan; jika [A O B], maka sinar-sinar itu adalah O/A dan O/B.
A O B
Gambar 11
Sebarang titik pada garis membagi garis dalam dua sinar berlawanan; jika
[A O B], maka sinar-sinar itu adalah O/A dan O/B, maka sinar O/A yang memuat
titik B, kadang-kadang lebih mudah disebut sinar OB.
T1 T2 T3 Tn
Gambar 12
Untuk n > 1, maka n titik berlainan membagi garisnya dalam 2 sinar dan n
-1 segmen. Titik-titiknya dapat T1, T2, ..., Tn sedemikian hingga kedua sinar itu
T1/Tn. Dan Tn / T1. Sedang n – 1 segmen itu T1 T2 , T2 T3 ,..., Tn-1 Tn. , masing-
masing tidak memuat titik itu. Kita katakan, bahwa titik-titik itu dalam urutan T1
T2 ... Tn dan ditulis [T1 T2 , T2 T3 , ..., Tn ].
Syarat perlu dan cukup untuk ini ialah :
[T1 T2 T3 ] , [T2 T3 T4 ] , [T3 T4 T5 ] , ..... [Tn-2 Tn-1 Tn ].
11
Marilah kita perhatikan kembali aksioma VII. Perkembangan logika yang
terbaik dari suatu subjek menggunakan himpunan Aksioma yang paling sederhana
atau yang paling lemah.
Pasch memberikan pernyataan yang lebih kuat tentang Aksioma VII. Ia
menyatakan :
Jika sebuah garis dalam suatu bidang segitiga memotong satu sisi, maka ia juga
akan memotong sisi yang lain (atau melalui suatu titik sudut).
Aksioma VII yang kita pakai yaitu suatu Aksioma dari Peano, lebih baik,
karena:
a. Kata bidang tidak dipakai sama sekali.
b. Garis DE memasuki segitiga ABC dengan cara yang khusus, yaitu
sebelum memotong CA ia berasal dari titik D pada C/B.
Aksioma ini cukup kuat dan dari sudut ini dapat diturunkan dalil 14. jika dalil 14
ini diambil sebagai Aksioma, maka dari ini tidak dapat diturunkan Aksioma VII
sebagai dalil.
Dalil 14
Jika ABC suatu segitiga dan [A F B] dan [B C D] maka pada garis DF, ada
suatu titik E yang memenuhi [C E A].
Bukti :
D
K
H
C
E
A F B G
Perhatikan gambar 13
12
Diambil G pada B/F dan dipandang Δ BDF dengan [F B G] dan [ B C D].
Maka menurut Aksioma VII pada garis GC ada titik H sedemikian, sehingga [D H
F]. menurut dalil 8 [G C H]. Menurut dalil 10, karena [A F B] dan [ F B G], maka
[ A F G]. Dipandang Δ AFD dengan [A F G] dan [ D H F]. Maka menurut
Aksioma VII pada garis GH ada suatu titik K sedemikian, sehingga [D K A], dan
menurut dalil 8 [ G H K]. Karena [ G C H] dan [ G H K], maka [ C H K] jadi ada
segitiga ACK dengan [ A K D] dan [ K H C], maka menurut Aksioma VII pada
garis DH ( atau garis DF) ada suatu titik E yang memenuhi [ C E A] terbukti.
Latihan 1
1. Terangkan, bahwa suatu garis mempunyai titik yang tidak terhingga
banyaknya
2. Telah didefenisikan, bahwa suatu segmen adalah himpunan titik-titik.
Sebutkan defenisinya secara lengkap dan terangkan apakah himpunan ini
dapat berupa himpunan kosong
3. Jika ABC suatu segitiga dan [B L C], [C M A] dan [ANB], maka ada satu
titik E yang memenuhi [A E L] dan [M E N] buktikan.
4. Jika ABC suatu segitiga, maka ketiga sinar B/C, A/C, A/Bmempunyai
transversal (yaitu suatu garis yang memotong ketiganya).
5. Jika ABC suatu segitiga, maka B/C, C/A dan A/B tidak mempunyai
transversal.
Kunci Jawaban Latihan 1 __
1. Menurut defenisi garis AB adalah interval AB ditambah sinar-sinar A/B
dan B/A. Jadi garis AB = A/B + AB + B/A. Garis AB adalah himpunan
titik P yang memenuhi [P A B] digabung dengan himpunan titik P yang
memenuhi [A P B] dan digabung lagi dengan himpunan titik P yang
13
memenuhi [A B P] dan ditambah titik A dan B, sehingga banyak titik pada
garis AB titik sehingga ( ingat Aksioma II dan dalil 8).
2. Jika A dan B titik berlainan, maka segmen AB ialah himpunan titik P yang
memenuhi [A P B]. Dikatakan titik P terletak pada segmen AB. Menurut
dalil 7 yang mengatakan, antara dua titik berlainan ada suatu titik lain,
maka himpunan titik P tersebut tidak mungkin berupa himpunan kosong.
3. Diketahui segitiga ABC, [B L C], [C M A] dan [A N B].
C
M D L
E
A N B’
Dibuktikan : ada titik E yang memenuhi [A E L] dan [M E N].
Bukti : dipandang segitiga C N B dengan [B N A] karena [A N B] dan [B
L C]. Menurut dalil 14 pada garis AL ada titik D yang memenuhi [C D N].
Di pandang segitiga C M N dengan [C D N] dan [C M A]. Maka menurut
dalil 14 pada garis AD ada titik E yang memenuhi [M E N], karena [A D
L], maka garis AD sama dengan garis AL. Jadi ada titik E yang memenuhi
[M E N] dan [A E L] terbukti.
4. Diketahui segitiga ABC
Dibuktikan : B/C, A/C, A/B mempunyai transversal.
C
A’ A B
D
B’
14
Bukti : ambillah titik B’ pada B/C dan titik A’ pada A/B dan dipandang
segitiga BA’B’. Dipenuhi [B’BC] dan [B A A’]. Maka menurut Aksima
VII pada garis CA ada suatu titik D yang memenuhi [A’ D B’] dan
menurut dalil 8 [C A D]. Jadi garis A’B’ merupakan transversal dari B/C,
A/C dan A/B terbukti.
5. Diketahui segitiga ABC
Buktikan; B/C, C/A dan A/B tidak mempunyai transversal.
Bukti : Ambilah B’ pada B/C dan A’ pada A/B.
C
A’ B
A
B’
Telah terbukti (pada soal 4) bahwa A’B’ memotong A/C jadi tidak
mungkin A’B’ memotong C/A. Maka B/C, C/A dan A/B tidak
mempunyai transversal. Terbukti.
15
DIMENSI RUANG
Sampai pembicaran ini kita sudah bekerja dalam ruang dimensi dua.
Peningkatan dari ruang berdimensi satu ke ruang dimensi dua dimulai dari
aksioma IV. Jika AB suatu garis ada suatu titik C, tidak pada garis ini. Kemudian
didefenisikan segitiga ABC, selanjutnya diperlukan defenisi bidang berikut ini.
Defenisi
Jika A, B, C tiga titik noncollinear, bidang A B C adalah himpunan semua
titik yang collinear dengan pasangan titik- titik pada suatu atau dua sisi dari
segitiga ABC. Suatu segmen, interval, garis atau sinar dikatakan terletak pada
bidang, jika semua titiknya terletak dalam bidang itu.
Aksioma 1 sampai aksioma VII dapat dipakai untuk membuktikan semau
sifat-sifat letak {“incidence”} dalam bidang, termasuk kedua sifat berikut ini yang
oleh Helbert diambil sebagai aksioma.
1. Sebarang tiga titik noncolliear dalam bidang α menentukan dengan
lengkap bidang tersebut.
16
2. Jika dua titik berlainan pada suatu garis a terletak dalam bidang α, maka
setiap titik dari a terletak dalam bidang.
Dalam suatu bidang didefenisikan pula hal-hal berikut.
Defenisi
Suatu sudut terdiri dari suatu titik 0 dan dua sinar yang noncollinear yang
titik pangkalnya di 0. Titik 0 adalah titik sudut dan sinar-sinar itu adalah sisi-sisi
dari sudut itu. Jika sisi-sisinya sinar-sinar sinar-sinar OA dan OB atau a1 dan b1
sudutnya dinyatakan dengan sudut AOB atau sudut BOA atau b1 a1. Sudut yang
sama a1b1 ditentukan oleh sembarang titik- titik A dan B pada sisi-sisinya. Jika C
sebarang titik A dan sinar O C dikatakan di dalam sudut itu.
A
C
O B
Defenisi
Suatu daerah konveks adalah himpunan titik- titik yang dua sebarang
titiknya dapat dihubungankan dengan suatu segmen yang semua titiknya adalah
titik- titik dengn himpunan dengan syarat tambahan., bahwa setiap titiknya
terletak pada paling sedikit dua segmen noncollinear yang sama titiknya adalah
titik- titik dari himpunan itu. Khususnya suatu daerah sudut (“anguran region”)
adalah himpunan semua titik pada sinar-sinar dalam suatu sudut dan suatu daerah
segitiga (“triangular region”) adalah himpunan semua titik antara pasangan-
pasangan titik pada sisi-sisi berlainan dari suatu segitiga. Suatu daerah sudut
segitiga dikatakan terbatas oleh sudut/segitiga itu.
Daerah konveks Daerah tidak konveks
17
Daerah Sudut Daerah Segitiga
Gambar 19
Dapat dibuktikan, bahwa sebarang garis yang memuat suatu titik dari
suatu daerah konveks membagi daerah itu dalam dua daerah konveks. Khususnya
suatu garis a membagi suatu bidang dalam dua setengah bidang (“half-plane”}.
Setengah bidang
Q
P a
Setengah bidang
R
Gambar 20
Dua titik dikatakan pada pihak yang sama dari a. Jika titik- titik itu dalam
setengah bidang yang sama misalnya P dan Q. Dan dua titik dikatakan pada pihak
yang berlawanan, jika titik- titik itu dalam setengah bidang yang berlawanan
(“opposite”) misalnya P dan R yaitu segmen yang menghubungkannya memotong
a. Dalam hal terakhir ini kita katakan juga, bahwa a memisahkan kedua titik itu.
b1
a1 0 a2
b2
Gambar 21
Seperti telah kita ketahui sebarang titik O pada suatu garis a membagi
adalam dua sinar a1 dan a2. sebarang garis lain melalui O juga dibagi oleh O dalam
dua sinar b1 dan b2. satu dalam masing-masing setengah bidang yang ditentukan
oleh a. Tiap-tiap sinar membagi setengah bidang yang memuatnya dalam dua
18
daerah sudut. Jadi dua garis sebarang potong memotong a dan b bersama-sama
membagi bidang dalam empat daerah sudut, dibatasi oleh sudut-sudut a1b1. b1a2.
a2b2 dan b2a1. dikatakan sinar-sinar a1 dan a2. memisahkan sinar b1 dan b2.
A a
C
B B
Gambar 22
Dua garis yang tidak berpotong (“noninterecting”) tetapi sebidang
(“coplanar”) membagi bidang dalam tiga daerah. Salahsatu dari daerah ini terletak
antara dua lainnya, dalam arti bahwa daerah ini memuat segmen AB untuk
sebarang titik A pada a dan sebarang titik B pada b. suatu garis lain C dikatakan
terletak antara a dan b jika C memotong segmen a atau b dan ditulis [a c b].
Jika kita bekerja dalam ruang berdimensi dua, kita mempunyai aksioma berikut.,
Aksioma VIII
Semua titik ada dalam satu bidang. Tetapi ketika kita bekerja dalam ruang
berdimensi tiga, maka aksioma VIII ini diganti dengan aksioma IX.
Aksioma IX
Jika A B C suatu bidang, maka ada satu titik D tidak pada bidang ini.
Kemudian didefenisikan bidang – empat (tetrahedron) A B C D memuat empat
titik tidak sebidang (“noncomplanar”) A, B, C, D, yang disebut titik- titik sudut
bidang empat itu. Keenam segmen AD, BD, CD, BC, CA dan AB disebut rusuk-
rusuk dan keempat daerah segitiga BCD, CDA, DAB, dan ABC disebut bidang
sisi bidang sisi. Ruang berdimensi tiga (“3 – Space”) ABCD, yaitu ruang
berdimensi tiga yang ditentukan oleh ABCD adalah himpunan semua titik yang
collinear (segaris) dengan pasangan titik- titik dalam satu dan dua bidang sisi dari
bidang-empat ABCD.
D
19
Q
P C
T
A
B
Gambar 23
Kemudian dapat diturunkan sifat-sifat tentang letak garis-garis dan bidang-
bidang dalam ruang berdimensi tiga. Khususnya, sebarang empat titik
noncoplanar dari suatu ruang menentukan dengan lengkap ruang ini dan garis
yang menghubungkan sebarang dua titik dari ruang terletak seluruhnya dalam
ruang. Jika Q dalam ruang ABCD dan P pada suatu titik dalam suatu bidang sisi
dari bidang empat ABCD, maka PQ memotong bidang-empat lagi pada suatu titik
lain yang bukan P.
Dapat dibuktikan pula dalil berikut ini.
Dalil 16.
Dua bidang yang bertemu pada satu titik, bertemu di titik yang lain,
dengan demikian bertemu di suatu garis.
Q
D
R C
A P T
B
Gambar 24
Bukti: misalkan kedua bidang itu α dan β dan titik P salahsatu titik
perskutuannya. Dalam bidang α dapat diambil titik- titik A, B dan C sedemikian.
20
Hingga P dalam segitiga ABC. Misalkan DPQ dalam bidang β. Jika D dan Q
dalam bidang α, maka α dan β sudah mempunyai dua titik berserikat. Andaikan
tidak, maka dapat dibuat bidang empat ABCD, PQ tentu memotong (menembus)
bidang empat ABCD di titik lain yang bukan P( ingat defenisi berdimensi tiga),
misalnya titik R. Maka DR akan memotong bidang sisi ABC di titik T. T terletak
pada bidang β, dan juga pada bidang α. Jika bidang α dan β bersekutu titik-titik P
dan T atau bersekutu dari PT. Terbukti.
Jika kita bekerja dalam ruang berdimensi tiga, kita mempunyai aksioma X.
Aksioma X
semua titik ada dalam ruang yang sama.
Tetapi jika kita ingin bekerja dalam ruang yang berdimensi lebih tinggi
atau kita ingin menambah banyaknya dimensi, maka aksioma X dapat diganti
dengan aksioma XI.
Aksioma XI.
Jika A0 A1 A2 A3 suatu ruang berdimensi tiga (3- space”) maka ada titik A4
yang tidak dalam ruang ini.
Kemudian didefenisikan simpleks A0 A1 A2 A3 A4 yang mempunyai 5 titik
sudut A1 , 10 rusuk Ai Aj (i < j), 10 bidang sisi Ai Aj Ak (i ≤ j ≤ k) dan 5 sel
(“cell”) Ai Aj Ak Al (i < j < k < l) yang berupa daerah tetrahedral.
Maka ruang berdimensi empat (“4 – space”) A0 A1 A2 A3 A4 adalah
himpunan titik-titik yang collirear dengan pasangan titik-titik pada satu atau dua
sel dari simpleks.
Dengan cara sesuai di atas maka mungkin diadakan perluasan sampai
ruang berdimensi n dengan menggunakan induksi matematik.
Seperti telah kita ketahui suatu bidang (berdimensi dua) dibagi menjadi 2
setengah bidang oleh satu garis (berdimensi satu). Ruang berdimensi tiga dibagi
menjadi dua setengah ruang oleh satu bidang (berdimensi dua).
Dengan pemikiran yang serupa, maka ruang berdimensi n (“n-space”) A0
A1 A2 ... An dibagi menjadi dua daerah konveks (“half-space”) oleh suatu
“subspace” berdimensi n-1, misalnya A0 A1 .... An-1 untuk n .> 3, subspace
21
berdimensi n – 1 ini disebut “ hyperplane” (bidang hyper atau “prime” atau (n-1)
– flat”).
Kita hidup dalam suatu ruang berdimensi tiga tetapi secara matematik
dapat diciptakan ruang yang berdimensi lebih tinggi.
4.2.2. Latihan 2
1. Jika m garis, berlainan yang sebidang melalui suatu titik O, maka mereka
membagi bidang itu dalam 2 m daerah sudut. Terangkan.
2. Jika ABC suatu segitiga, maka ketiga garis BC, CA dan AB membagi
bidang dalam 7 daerah konveks. Salahsatunya berupa daerah segitiga.
Terangkan.
3. Jika m garis sebidang diletakkan sedemikian, hingga setiap 2 tetapi tidak 3
mempunyai titik persekutuan maka garis-garis itu membagi bidang dalam
sejumlah daerah konveks. Sebut jumlah ini f. (2, m), maka f (2, m) = f (2,
m – 1) + m. Tetapi f (2,0) = 1, maka f (2, 1) = 2, f (2, 2) = 4, f (2, 3) = 7
dan f (2, m) = 1 + m + Tunjukkan.
4. Jika m bidang dalam ruang berdimensi tiga diletakkan sedemikian hingga
setiap 3, tetapi tidak 4 mempunyai titik perseketuan, maka bidang-bidang
itu membagi ruang dalam f (3, m) daerah konveks. Maka f(3, m) = f (3, m
– 1) + f (2, m – 1). Tetapi f (3, 0) = 1, maka f (3, 1) = 2, f (3, 2) = 4, f (3,
3) = 8, f (3, 4) = 15 dan f (3, m) = 1 + + + . Tunjukkan.
5. Terangkan langkah-langkah yang ditempuh untuk menaikkan dimensi dari
ruang berdimensi dua ke ruang berdimensi tiga.
Kunci jawaban latihan 2
1. 1 garis membagi bidang dalam 2 setengah bidang
1 garis membagi 1 daerah sudut dalam 2 daerah sudut
2 garis membagi bidang dalam 4 daerah sudut.
Setiap tambahan satu garis menambah 2 daerah sudut
Jika 3 garis membagi bidang dalam 4 + 2 = 6 daerah sudut
22
4 garis membagi bidang dalam 6 + 2 = 8 daerah sudut
Sehingga n, garis membagi bidang dalam 2 n daerah sudut
n + 1 garis membagi bidang dalam 2n + 2 = 2 (n + 1) daerah sudut.
Maka jelas m garis membagi bidang dalam 2 m daerah sudut.
2. Diketahui : ABC suatu segitiga
C
A B
Gambar 25
Diterangkan : BC, CA, AB membagi bidang dalam 7 daerah konveks.
Salahsatunya berupa daerah segitiga. Keterangan BC dan CA membagi
bidang dalam 4 daerah sudut AB tidak melalui daerah sudut yang dibatasi
oleh C/A dan C/B, tetapi membagi 3 daerah sudut lainnya, sehingga ada 1
+ 6 = 7 daerah sudut. Daerah yang berhingga adalah daerah segitiga ABC.
3. Diketahui m garis, setiap 2 tetapi tidak 3 mempunyai titik persekutuan.
Jumlah daerah konveks yang terjadi f(2 – m).
Ditunjukkan : f (2, m) = f (2, m – 1) + m = 1 + m +
Keterangan : garis ke m menambah m daerah konveks.
3 2
1
Gambar 26
23
f (2, 0) = 1 ( tak ada garis)
f (2, 1) = 2 = 1 + 1
f (2, 2) = 4 = 2 + 2
f (2, 3) = 7 = 4 + 3
f (2, m) = f (2, m – 1) + m
= f (2, m – 2) + ( m – 1) + m
= f 2 ( m – 3) + ( m – 2) + ( m – 1) + m
= f ( 2, m – 4) + (m – 3) + ( m – 2) + (m – 1) + m
= f ( 2, 0) + 1 + 2 + 3 + 4 ...
+ ( m – 1) + m
= 1 + m + 1 + 2 + 3 + 4 .... + (m – 1)
= 1 + m + ½ ( m – 1) m
= 1 + m +
= 1 + m +
4. Diketahui m bidang dalam ruang, setiap 3 tetapi tidak 4 mempunyai titik
persekutuan. Jumlah daerah konveks yang terjadi f (3, m).
Ditunjukkan f (3, m) = f(3, m – 1) + f (2, m – 1)
= 1 + + +
Keterangan : bidang ( m – 1) pertama membagi bidang yang ke m dalam f
(2, m – 1) daerah bidang yang terletak pada f (2, m – 1) dari f ( 3, m – 1)
daerah ruang. Setiap f (2, m – 1) daerah ruang masing-masing dibagi
menjadi dua, lainnya tetap.
F (3, m) = f (3, m – 1) + f (2, m – 1)
= f (3, m – 2) + f (2, m – 1) + f (2, m – 1)
= f (3, m – 3) + f (2, m – 3) + f (2, m – 2)+ f (2, m – 1)
= f (3, 0) + f (2, 0) + f(2,1) + f(2,2) + f(2,3) +
... f (2, m – 1)
24
= 1 + 1 + (1 + 1) + 1 + 2 + + (1+ 3 + ) + ... (1 + ( m – 1)
+
= 1 + m + ( 1 + 2 + 3 + ... ( m – 1) + + +
= 1 + m + ½ m ( m – 1) + 1/6 m ( m – 1) ( m – 2)
= 1 + + +
5. Langkah-langkah untuk menaikkan dimensi dari ruang berdimensi dua ke
ruang berdimensi tiga. Jika kita bekerja di ruang berdimensi dua aksioma
yang berlaku aksioma VIII diganti dengan aksioma IX. Jika ABC suatu
bidang, maka ada suatu titik D tidak pada bidang ini. Kemudian
didefenisikan bidang empat ABCD, yang mempunyai 4 titik sudut, 6 rusuk
dan 4 bidang sisi. Ruang berdimensi tiga yang ditentukan oleh bidang
empat ABCD ialah himpunan semua titik yang segaris (collinear) dengan
pasangan-pasangan titik-titik dalam satu atau dua bidang sisi dari bidang
empat tersebut. Jika kita bekerja dalam ruang berdimensi tiga, maka kita
mempunyai aksioma X: semua titik ada dalam ruang yang sama. Dengan
demikian setiap bidang empat menentukan ruang yang sama.
Rangkuman
Dengan mempelajari pengertian pangkal, askioma-aksioma, defenisi-
defenisi dan dalil-dalil dari geometri terurut ini anda dapat memahami dengan
benar suatu sistem deduktif.
Geometri terurut dapat dikatakan sebagai geometri yang masih sederhana.,
dalam arti tersusun oleh pengertian pangkal, aksioma, defenisi dan dalil yang
sedikit banyaknya.
Urutan memegang peranan dan geometri ini menjadi dasar untuk Geometri
Absolut dan Geometri Affne.
25
Saat ini kita hidup dalam ruang berdimensi tiga. Setalah Anda
mempelajari dimensi ruang, Anda dapat memahami, bahwa dimensi ruang dapat
dinaikkan (ditambah) secara matematik.
Perluasan sampai ruang berdimensi n dapat dipikirkan secara matematik.
Setiap kali kita akan menambah dimensi ruang, kita pikirkan adanya suatu titik di
luar ruang semula dan kemudian dapat didefenisikan ruang yang berdimensi lebih
tinggi.
Langkah-langkah ini dapat Anda temukan pada penambahan dimensi dari
ruang berdimensi satu ke ruang berdimensi tiga dan dari ruang berdimensi tiga ke
ruang berdimensi empat.
GEOMETRI TERURUT DAN
DIMENSI RUANG
26
TUGAS MATA KULIAH : GEOMETRI EUCLIDES
DOSEN PENGAMPU : DR.IZWITA DEWI,M.Pd
OLEH :
KELOMPOK I
FADILLAH
SRI ANAWATI
SYAIFUL ANSHARI (Presentasi pada kelompok V)
TONI SITORUS PANE
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2010
27

More Related Content

What's hot

Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarah
Nia Matus
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.siKiki Ni
 
Ppt persamaan kuadrat
Ppt persamaan kuadratPpt persamaan kuadrat
Ppt persamaan kuadratfajarcoeg
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutan
Nia Matus
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
Nia Matus
 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Jujun Muhamad Jubaerudin
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
Nia Matus
 
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Nia Matus
 
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Mujahid Abdurrahim
 
Geometri ruang
Geometri ruangGeometri ruang
Geometri ruang
Ferry Angriawan
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
Nia Matus
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
Abdul Rais P
 
Koneksi Matematika
Koneksi MatematikaKoneksi Matematika
Koneksi Matematika
Nailul Hasibuan
 
Aksioma insidensial dalam geometri euclide
Aksioma insidensial dalam geometri euclideAksioma insidensial dalam geometri euclide
Aksioma insidensial dalam geometri euclideagusloveridha
 
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)Ig Fandy Jayanto
 
Koset Suatu Grup
Koset Suatu GrupKoset Suatu Grup
Koset Suatu Grup
Sholiha Nurwulan
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
Rahmawati Lestari
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
Yadi Pura
 

What's hot (20)

Bab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarahBab ix ruas garis berarah
Bab ix ruas garis berarah
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
 
Ppt persamaan kuadrat
Ppt persamaan kuadratPpt persamaan kuadrat
Ppt persamaan kuadrat
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutan
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
 
Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)Makalah geseran (translasi)
Makalah geseran (translasi)
 
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
 
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
Remedial Ulangan Harian Geometri Matematika Peminatan
 
Geometri ruang
Geometri ruangGeometri ruang
Geometri ruang
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
Koneksi Matematika
Koneksi MatematikaKoneksi Matematika
Koneksi Matematika
 
Aksioma insidensial dalam geometri euclide
Aksioma insidensial dalam geometri euclideAksioma insidensial dalam geometri euclide
Aksioma insidensial dalam geometri euclide
 
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (makul teori bilangan)
 
Koset Suatu Grup
Koset Suatu GrupKoset Suatu Grup
Koset Suatu Grup
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 

Similar to geometri terurut

20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometriNilna Ma'Rifah
 
Diknas tot 2013-Geometri Dasar
Diknas tot 2013-Geometri DasarDiknas tot 2013-Geometri Dasar
Diknas tot 2013-Geometri Dasar
Didik Sadianto
 
Geometri affine
Geometri affineGeometri affine
Geometri affine
Joe Zidane
 
Materi 1-geo
Materi 1-geoMateri 1-geo
Materi 1-geo
Rahma Aulia Zahra
 
Jarak garis ke bidang
Jarak garis ke bidangJarak garis ke bidang
Jarak garis ke bidang
Zahrah Afifah
 
Tes formatif 1 (geometri)
Tes formatif 1 (geometri)Tes formatif 1 (geometri)
Tes formatif 1 (geometri)
sera abraham
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
Puja Dwi Ningtyas
 
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 120 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
Rahma Siska Utari
 
Geometri Affine
Geometri Affine Geometri Affine
Geometri Affine
HelvyEffendi
 
Ruas Garis Berarah
Ruas Garis BerarahRuas Garis Berarah
Ruas Garis Berarah
Meilani Rahmawati
 
Geometri netral / absolut
Geometri netral / absolutGeometri netral / absolut
Geometri netral / absolut
HelvyEffendi
 
Geometri
GeometriGeometri
Geometri
Alamsyah Didin
 
Geometri bidang kelompok 9
Geometri bidang kelompok 9Geometri bidang kelompok 9
Geometri bidang kelompok 9
grizkif
 
LK pembuktian Dalil dalil pada segitiga
LK pembuktian Dalil dalil pada segitigaLK pembuktian Dalil dalil pada segitiga
LK pembuktian Dalil dalil pada segitiga
rianika safitri
 
PPT Dimensi Tiga Kelas X
PPT Dimensi Tiga Kelas XPPT Dimensi Tiga Kelas X
PPT Dimensi Tiga Kelas XRoheni heni
 
Dalil dalil segmen garis bru
Dalil dalil segmen garis bruDalil dalil segmen garis bru
Dalil dalil segmen garis bru
grizkif
 
My netral
My netralMy netral
My netral
Fahmi Amrizal
 
Dalil Titik tengah segitiga
Dalil Titik tengah segitigaDalil Titik tengah segitiga
Dalil Titik tengah segitigaEri Krismiya
 
Perkuliahan kapselmat 2-dimensi_tiga_1
Perkuliahan kapselmat 2-dimensi_tiga_1Perkuliahan kapselmat 2-dimensi_tiga_1
Perkuliahan kapselmat 2-dimensi_tiga_1
Dinar Nirmalasari
 

Similar to geometri terurut (20)

20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri20130224 mata kuliah sistem geometri
20130224 mata kuliah sistem geometri
 
Diknas tot 2013-Geometri Dasar
Diknas tot 2013-Geometri DasarDiknas tot 2013-Geometri Dasar
Diknas tot 2013-Geometri Dasar
 
Geometri affine
Geometri affineGeometri affine
Geometri affine
 
Materi 1-geo
Materi 1-geoMateri 1-geo
Materi 1-geo
 
Jarak garis ke bidang
Jarak garis ke bidangJarak garis ke bidang
Jarak garis ke bidang
 
Tes formatif 1 (geometri)
Tes formatif 1 (geometri)Tes formatif 1 (geometri)
Tes formatif 1 (geometri)
 
Saccheri 1
Saccheri 1Saccheri 1
Saccheri 1
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 120 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
20 Pembuktian Teorema Pythagoras oleh Kelompok 1
 
Geometri Affine
Geometri Affine Geometri Affine
Geometri Affine
 
Ruas Garis Berarah
Ruas Garis BerarahRuas Garis Berarah
Ruas Garis Berarah
 
Geometri netral / absolut
Geometri netral / absolutGeometri netral / absolut
Geometri netral / absolut
 
Geometri
GeometriGeometri
Geometri
 
Geometri bidang kelompok 9
Geometri bidang kelompok 9Geometri bidang kelompok 9
Geometri bidang kelompok 9
 
LK pembuktian Dalil dalil pada segitiga
LK pembuktian Dalil dalil pada segitigaLK pembuktian Dalil dalil pada segitiga
LK pembuktian Dalil dalil pada segitiga
 
PPT Dimensi Tiga Kelas X
PPT Dimensi Tiga Kelas XPPT Dimensi Tiga Kelas X
PPT Dimensi Tiga Kelas X
 
Dalil dalil segmen garis bru
Dalil dalil segmen garis bruDalil dalil segmen garis bru
Dalil dalil segmen garis bru
 
My netral
My netralMy netral
My netral
 
Dalil Titik tengah segitiga
Dalil Titik tengah segitigaDalil Titik tengah segitiga
Dalil Titik tengah segitiga
 
Perkuliahan kapselmat 2-dimensi_tiga_1
Perkuliahan kapselmat 2-dimensi_tiga_1Perkuliahan kapselmat 2-dimensi_tiga_1
Perkuliahan kapselmat 2-dimensi_tiga_1
 

More from Nailul Hasibuan

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Nailul Hasibuan
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Nailul Hasibuan
 
Rpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrikaRpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrika
Nailul Hasibuan
 
Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016
Nailul Hasibuan
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016
Nailul Hasibuan
 
Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016
Nailul Hasibuan
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
Nailul Hasibuan
 
Kurikulum di singapura
Kurikulum di singapuraKurikulum di singapura
Kurikulum di singapura
Nailul Hasibuan
 
Kurikulum di USA
Kurikulum di USAKurikulum di USA
Kurikulum di USA
Nailul Hasibuan
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
Nailul Hasibuan
 
Kurikulum di belanda
Kurikulum di belandaKurikulum di belanda
Kurikulum di belanda
Nailul Hasibuan
 
Kurikulum di Australia
Kurikulum di AustraliaKurikulum di Australia
Kurikulum di Australia
Nailul Hasibuan
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Nailul Hasibuan
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
Nailul Hasibuan
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
Nailul Hasibuan
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Nailul Hasibuan
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Nailul Hasibuan
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Nailul Hasibuan
 
Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
Nailul Hasibuan
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
Nailul Hasibuan
 

More from Nailul Hasibuan (20)

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 
Rpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrikaRpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrika
 
Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016
 
Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
 
Kurikulum di singapura
Kurikulum di singapuraKurikulum di singapura
Kurikulum di singapura
 
Kurikulum di USA
Kurikulum di USAKurikulum di USA
Kurikulum di USA
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
 
Kurikulum di belanda
Kurikulum di belandaKurikulum di belanda
Kurikulum di belanda
 
Kurikulum di Australia
Kurikulum di AustraliaKurikulum di Australia
Kurikulum di Australia
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
 

geometri terurut

  • 1. PENGENALAN GEOMETRI TERURUT Pengertian Paskal, Defenisi-Defenisi dan Aksioma-aksioma Geometri Terurut Geometri terurut ini akan kita pelajari sebagai suatu sistem deduktif. Jadi tentu ada pengertan pangkal, aksioma-aksioma dan defenisi-defenisi, kemudian dari ini semua dapat diturunkan dalil-dalil.Marilah kita perhatikan perkembangannya seperti diuraikan oleh H.S.M. Coreter dalam bukunya “ Introduction of Geometry”. Dalam pengembangan Pasch, yang disederhanakan oleh Veblen, sebagai pengertian pangkal Geometri terurut ditentukan. Titik-titik A,B,C,D, ..... sebagai unsur yang tidak didefenisikan relasi keantaraan (“intermediacy”) sebagai relasi yang tidak didefenisikan. Relasi ini dinyatakan dengan A,B,C yang berarti B terletak diantara A dan C. Jika B tidak terletak anatar A dan C, maka dikatakan “ tidak [A B C]”. Kemudian ditentukan aksioma-aksiomanya. Aksioma I . ada paling sedikit dua titik Aksioma II. Jika A dan B dua titik berlainan, maka ada satu titik C yang memenuhi [A B C] Aksioma III.. Jika [A B C] , maka A dan C berlainan A ≠ C Aksioma IV. Jika [A B C], maka [C B A] tetapi tidak [ B C A] atau [CAB] Selanjutnya ada dalil-dalil yang harus dibuktikan. Dalil 1 Jika [A B C] , maka tidak [C A B] atau [CBC] Bukti. Menurut aksioma IV Jika [C A B], maka tidak [A B C] Ini ekuivalen dengan jika [A B C] , maka tidak [C A B] Jika tidak [C B C] maka tidak [A B C] Jika tidak [A B C] maka tidak [C B C] 1
  • 2. Dalil 2 Jika [A B C], maka A, B dan C berlainan atau A ≠ B ≠ C Bukti Misalnya B = C, maka [A B B] Jika [A B B] maka [B B A], tetapi tidak [B A B]. ( menurut Aksioma IV). Terdapat pertentangan, jadi B ≠ C Misalnya A = B, maka [A A C] Jika [A A C], maka [C A A] ( menurut Aksioma IV) Jika [A A C], maka tidak [C A A] (Menurut dalil 1) terdapat kontradiksi, jadi A ≠ B. Terbukti, bahwa A ≠ B ≠C Kemudian diperlukan pula beberapa pola defenisi Defenisi JIka A dan B dua titik berlainan, maka segmen AB atau ruas garis AB ialah himpunan titik P yang memenuhi [A P B]. dikatakan titik P terletak pada segmen AB. Dalil 3 Titik A maupun titik B tidak terletak pada segmen AB Bukti : Jika A atau B terletak pada segmen AB maka terdapat [AAB] atau [ABB]. Ini bertentangan dengan dalil 2. jadi A maupun B tidak terletak pada segmen AB 2 A B C A B B A A C A P B
  • 3. Dalil 4 Segmen AB = Segmen BA Bukti : Menurut aksioma IV, jika [A P B], maka [B P A] jadi segmen AB sam dengan segmen BA. Defenisi Interval AB ialah segmen AB ditambah ujung-ujungnya A dan B. Jadi AB = A + AB + B. Sinar A / B ( dari A menjauhi B) ialah himpunan titik-titik P yang memenuhi [P A B]. Garis AB ialah interval AB ditambah sinar-sinar A/B dan B/A. Jadi garis AB = A/B + AB + B/A. Akibat : Interval AB = interval BA Garis AB = garis BA Aksioma V Jika C dan D titik-titik berlainan pada garis AB, maka A pada garis CD Dalil 5 Jika C dan D titik-titik berlainan pada garis AB maka garis AB = garis CD Bukti : Jika A, B, C dan D tidak semuanya berlainan, maka dapat dimisalkan B = D dan akan membuktikan, bahwa garis AB = garis BC. Untuk membuktikan, bahwa garis AB = garis BC, kita tunjukkan, bahwa setiap titik pada garis BC adalah juga titik pada garis AB dan sebaliknya. Diketahui C pada garis AB. Misalkan X pada garis AB. Maka menurut Aksioma V, B pada garis CX dan C pada garis CX. Maka menurut Aksioma V, X pada garis BC. Jadi X pada garis AB, maka X pada garis BC. 3 P A B
  • 4. Misalkan Y pada garis BC. Karena C pada garis AB, maka A pada garis BC. Menurut Aksioma V, maka B pada garis AY dan A pada garis AY. Jadi menurut Aksioma V, Y pada garis AB. Jika Y pada garis BC, maka Y pada garis AB. Terbukti bahwa garis AB = garis BC. Jika D ≠ B, maka dengan jalan yang sama dapat dibuktikan, bahwa garis BC sama dengan garis CD, sehingga garis AB = garis BC = garis CD. Jadi jika A, B, C dan D semua berlainan garis AB = garis CD. Ada dua kasus : I . A, B, C, D tidak semuanya berbeda . misalkan B = D akan dibuktikan AB = BC. 1. X pada AB → X pada BC 2. Y pada BC → y pada AB Misalkan x pada AB dan C pada AB ↔ X dan C pada AB maka B pada CX dan C pada CX ↔ B dan C pada CX maka X pada BC Miaslkan y pada BC karena C pada AB maka A pada BC ↔ Y dan A pada BC maka B pada AY maka B pada AY dan A pada AY ↔ A dan B pada AY maka Y pada AB dan A pada AB 4 A B = D C A B = D C x y
  • 5. Karena terbukti X pada AB maka X pada BC Y pada BC maka y pada AB Maka AB = BC II. A , B, C, D berbeda, akan dibuktikan AB = CD Bukti : 1. X pada AB maka x pada CD 2. Y pada CD maka y pada AB Misalkan x pada AB dan C pada AB, D pada AB (i) X pada AB dan C pada AB maka B pada CX dan C pada CX B dan C pada CX maka X pada BC X pada BC dan B pada BC maka C pada BX …………………… ( 1) X pada AB dan D pada AB maka B pada DX dan D pada DX B dan D pada DX maka X pada BD X pada BD dan B pada BD maka D pada BX …………………… (2 ) Dari ( 1 ) dan ( 2 ) C pada BX dan D pada BX maka X pada CD. ( Dalil 5 ) (ii) Y pada CD maka y pada AB Misal Y pada CD karena C dan D pada AB maka A pada CD dan B pada CD ………. ( Aksioma 5 ) (1) Y pada CD dan A pada CD maka C pada AY dan D pada AY dan A pada AY 5 A B C x y D
  • 6. C pada AY maka Y pada AC Y pada AC dan C pada AC maka A pada CY …………….…….. ( 3 ) (2) Y pada CD dan B pada CD maka C pada BY dan B pada BY C dan B pada BY maka Y pada BC Y pada BC dan C pada BC maka B pada CY …………………… ( 4 ) Dari ( 3 ) dan ( 4 ) diperoleh : A pada Y dan B pada CY maka Y pada AB ………………….. ( Dalil 5 ) Oleh karena ( 1 ) dan ( 2 ) terbukti X pada AB maka X pada CD Y pada CD maka Y pada AB . Dengan demikian CD = AB . Akibat : Dua titik berlainan terletak tepat pada satu garis. Dua garis berlainan (jika ada) mempunyai paling banyak 1 titik bersangkutan. Titik persekutuan ini disebut titik potong kedua garis itu. Akibat : Tiga titik berlainan A, B dan C pada suatu garis memenuhi tapat hanya salah satu dari relasi-relasi [A B C], [B C A] atau [C A B] Dari titik-titik pada garis dikembangkan titik-titik pada bidang datar. Maka timbul aksioma berikut: Aksioma VI. Jika AB suatu garis, ada suatu titik C tidak pada garis itu. Kemudian terdapat pada dalil 6. 6 A B C B C A C A B
  • 7. Dalil 6 Jika C tidak pada garis AB, maka A tidak pada BC, juga B tidak pada AC. Garis- garis BC, CA dan AB berlainan. Bukti : Menurut Aksioma V, jika A pada BC maka C pada AB. Terdapat pertentangan kareba C tidak pada AB. Jika A tidak pada BC. Demikian pula B tidak pada AC. A B C Selanjutnya didefenisikan hal-hal berikut: Defenisi : Titik-titik yang terletak pada garis yang sama disebut “Collinear” (kolinier atau segaris). Tiga titik noncolinear A, B, C menentukan suatu segitiga ABC yang memuat tiga titik ini, yang disebut titik-titik sudut, dan tiga segmen AB, BC, CA, yang disebut sisi-sisi. A B C Aksioma berikut adalah Aksioma yang penting sekali. Aksioma VII Jika A B C suatu segitiga dan [B C D] dan [C E A], maka pada garis DE, ada suatu titik F yang memenuhi [ A F B]. D C E 7
  • 8. A F B Dalil 7 Antara dua titik berlainan ada suatu titik lain. Bukti : misalkan kedua A dan B kedua titik itu seperti pada gambar berikut. D C E A F B Maka menurut aksioma VI antara suatu titik E titik pada AB. Menurut aksioma II ada suatu titik C yang memenuhi, [A E C]. Mengingat dalil 5 maka garis AC sama dengan garis AE. B tidak terletak pada garis ini, maka ABC suatu segitiga. Menurut aksima II ada suatu titik D yang memenuhi [B C D]. Menurut aksioma VII ada titik F antara A dan B. Terbukti. Dari aksioma VII dapat pula dalil berikut. Dalil 8 Jika ABC suatu segitiga dan [BCD] dan [C E A], maka pada garis DE ada suatu titik F yang memenuhi [A F B] dan [D E F]. Bukti : Karena F terletak pada garis DE, maka ada 5 kemungkinan: a. F = D; b. F = E; c. [E F D]; d. [F D E] e. [D E F] a. Jika F = D, maka [B C D] dan [A D B], jadi A, B dan C collinear. Terdapat pertentangan sebab ABC suatu segitiga jadi F ≠ D. 8
  • 9. b. Jika F = E, maka [C E A] dan [A E B] jadi A, B dan C collinear. Hal ini juga tidak mungkin. c. Jika [E F D], maka perhatikan gambar berikut. D X F A E C Dalam segitiga D C E dengan [C E A] dan [E F D], maka menurut aksioma VII pada A F dan X yang memenuhi [D X C] karena AF dan CD tidak mungkin berpotongan lebih dari satu kali, maka X = B, sehingga terdapat [D B C]. Ini bertentangan dengan ketentuan [B C D]. Jadi tidak mungkin [E F D]. d. Jika [F D E], maka gambarnya adalah sebagai berikut. E X D A F B Dalam segitiga AFE dengan [A F B], maka menurut aksioma VII pada garis BD ada suatu garis Y sedemikian, sehingga [A Y E]. Karena BD dan AE tidak berpotongan di lebih dari satu titik, maka Y = C, sehingga terdapat [ACE] ini bertentangan dengan ketentuan [A E C]. Jadi tidak mungkin [F D E]. Jadi kemungkinan hanya [D E F]. Bukti ini memang agak istimewa. Maka dalil-dalil berikut disajikan tanpa bukti, karena buktinya semacam bukti dalil di atas. Dalil 9 9
  • 10. Suatu garis tidak mungkin memotong ketiga sisi suatu segitiga (sisi berupa segmen). Dalil 10 Jika [A B C] dan [B C D], maka [A B D] A B C D Gambar 5 Dalil 11 Jika [A B C] dan [A B D] dan C ≠ D, maka [ B CD] Atau [B D C], dan [A C D] atau [A D C]. a). A B C D b). A B D C Gambar 6 Dalil 12 Jika [A B D] dan [A C D] dan B ≠ C, maka [ A B C] atau [A C B]. a). A B C D b). A C B D Gambar 7 Dalil 13 Jika [A B C] dan [A C D], maka [B C D] dan [A B D] A B C D Gambar 8 Kemudian diberikan defenisi berikut. Defenisi. 10
  • 11. Jika [A B C] dan [A C D], kita tulis [ A B C D] Urutan 4 titik ini mempunyai sifat, jika [ A B C D], maka [D C B A]. Urutan titik-titik ini dapat diperluas sebagai berikut. Seperti telah kita ketahui sekarang titik 0 pada segmen AB membagi segmen itu dalam dua segmen AO dan OB. A O B Gambar 9 Sebarang titik O pada sinar dari A membagi sinar dalam suatu segmen dan suatu sinar, A O dan O/A. A O Gambar 10 Sebarang titik pada garis membagi garis dalam dua sinar berlawanan; jika [A O B], maka sinar-sinar itu adalah O/A dan O/B. A O B Gambar 11 Sebarang titik pada garis membagi garis dalam dua sinar berlawanan; jika [A O B], maka sinar-sinar itu adalah O/A dan O/B, maka sinar O/A yang memuat titik B, kadang-kadang lebih mudah disebut sinar OB. T1 T2 T3 Tn Gambar 12 Untuk n > 1, maka n titik berlainan membagi garisnya dalam 2 sinar dan n -1 segmen. Titik-titiknya dapat T1, T2, ..., Tn sedemikian hingga kedua sinar itu T1/Tn. Dan Tn / T1. Sedang n – 1 segmen itu T1 T2 , T2 T3 ,..., Tn-1 Tn. , masing- masing tidak memuat titik itu. Kita katakan, bahwa titik-titik itu dalam urutan T1 T2 ... Tn dan ditulis [T1 T2 , T2 T3 , ..., Tn ]. Syarat perlu dan cukup untuk ini ialah : [T1 T2 T3 ] , [T2 T3 T4 ] , [T3 T4 T5 ] , ..... [Tn-2 Tn-1 Tn ]. 11
  • 12. Marilah kita perhatikan kembali aksioma VII. Perkembangan logika yang terbaik dari suatu subjek menggunakan himpunan Aksioma yang paling sederhana atau yang paling lemah. Pasch memberikan pernyataan yang lebih kuat tentang Aksioma VII. Ia menyatakan : Jika sebuah garis dalam suatu bidang segitiga memotong satu sisi, maka ia juga akan memotong sisi yang lain (atau melalui suatu titik sudut). Aksioma VII yang kita pakai yaitu suatu Aksioma dari Peano, lebih baik, karena: a. Kata bidang tidak dipakai sama sekali. b. Garis DE memasuki segitiga ABC dengan cara yang khusus, yaitu sebelum memotong CA ia berasal dari titik D pada C/B. Aksioma ini cukup kuat dan dari sudut ini dapat diturunkan dalil 14. jika dalil 14 ini diambil sebagai Aksioma, maka dari ini tidak dapat diturunkan Aksioma VII sebagai dalil. Dalil 14 Jika ABC suatu segitiga dan [A F B] dan [B C D] maka pada garis DF, ada suatu titik E yang memenuhi [C E A]. Bukti : D K H C E A F B G Perhatikan gambar 13 12
  • 13. Diambil G pada B/F dan dipandang Δ BDF dengan [F B G] dan [ B C D]. Maka menurut Aksioma VII pada garis GC ada titik H sedemikian, sehingga [D H F]. menurut dalil 8 [G C H]. Menurut dalil 10, karena [A F B] dan [ F B G], maka [ A F G]. Dipandang Δ AFD dengan [A F G] dan [ D H F]. Maka menurut Aksioma VII pada garis GH ada suatu titik K sedemikian, sehingga [D K A], dan menurut dalil 8 [ G H K]. Karena [ G C H] dan [ G H K], maka [ C H K] jadi ada segitiga ACK dengan [ A K D] dan [ K H C], maka menurut Aksioma VII pada garis DH ( atau garis DF) ada suatu titik E yang memenuhi [ C E A] terbukti. Latihan 1 1. Terangkan, bahwa suatu garis mempunyai titik yang tidak terhingga banyaknya 2. Telah didefenisikan, bahwa suatu segmen adalah himpunan titik-titik. Sebutkan defenisinya secara lengkap dan terangkan apakah himpunan ini dapat berupa himpunan kosong 3. Jika ABC suatu segitiga dan [B L C], [C M A] dan [ANB], maka ada satu titik E yang memenuhi [A E L] dan [M E N] buktikan. 4. Jika ABC suatu segitiga, maka ketiga sinar B/C, A/C, A/Bmempunyai transversal (yaitu suatu garis yang memotong ketiganya). 5. Jika ABC suatu segitiga, maka B/C, C/A dan A/B tidak mempunyai transversal. Kunci Jawaban Latihan 1 __ 1. Menurut defenisi garis AB adalah interval AB ditambah sinar-sinar A/B dan B/A. Jadi garis AB = A/B + AB + B/A. Garis AB adalah himpunan titik P yang memenuhi [P A B] digabung dengan himpunan titik P yang memenuhi [A P B] dan digabung lagi dengan himpunan titik P yang 13
  • 14. memenuhi [A B P] dan ditambah titik A dan B, sehingga banyak titik pada garis AB titik sehingga ( ingat Aksioma II dan dalil 8). 2. Jika A dan B titik berlainan, maka segmen AB ialah himpunan titik P yang memenuhi [A P B]. Dikatakan titik P terletak pada segmen AB. Menurut dalil 7 yang mengatakan, antara dua titik berlainan ada suatu titik lain, maka himpunan titik P tersebut tidak mungkin berupa himpunan kosong. 3. Diketahui segitiga ABC, [B L C], [C M A] dan [A N B]. C M D L E A N B’ Dibuktikan : ada titik E yang memenuhi [A E L] dan [M E N]. Bukti : dipandang segitiga C N B dengan [B N A] karena [A N B] dan [B L C]. Menurut dalil 14 pada garis AL ada titik D yang memenuhi [C D N]. Di pandang segitiga C M N dengan [C D N] dan [C M A]. Maka menurut dalil 14 pada garis AD ada titik E yang memenuhi [M E N], karena [A D L], maka garis AD sama dengan garis AL. Jadi ada titik E yang memenuhi [M E N] dan [A E L] terbukti. 4. Diketahui segitiga ABC Dibuktikan : B/C, A/C, A/B mempunyai transversal. C A’ A B D B’ 14
  • 15. Bukti : ambillah titik B’ pada B/C dan titik A’ pada A/B dan dipandang segitiga BA’B’. Dipenuhi [B’BC] dan [B A A’]. Maka menurut Aksima VII pada garis CA ada suatu titik D yang memenuhi [A’ D B’] dan menurut dalil 8 [C A D]. Jadi garis A’B’ merupakan transversal dari B/C, A/C dan A/B terbukti. 5. Diketahui segitiga ABC Buktikan; B/C, C/A dan A/B tidak mempunyai transversal. Bukti : Ambilah B’ pada B/C dan A’ pada A/B. C A’ B A B’ Telah terbukti (pada soal 4) bahwa A’B’ memotong A/C jadi tidak mungkin A’B’ memotong C/A. Maka B/C, C/A dan A/B tidak mempunyai transversal. Terbukti. 15
  • 16. DIMENSI RUANG Sampai pembicaran ini kita sudah bekerja dalam ruang dimensi dua. Peningkatan dari ruang berdimensi satu ke ruang dimensi dua dimulai dari aksioma IV. Jika AB suatu garis ada suatu titik C, tidak pada garis ini. Kemudian didefenisikan segitiga ABC, selanjutnya diperlukan defenisi bidang berikut ini. Defenisi Jika A, B, C tiga titik noncollinear, bidang A B C adalah himpunan semua titik yang collinear dengan pasangan titik- titik pada suatu atau dua sisi dari segitiga ABC. Suatu segmen, interval, garis atau sinar dikatakan terletak pada bidang, jika semua titiknya terletak dalam bidang itu. Aksioma 1 sampai aksioma VII dapat dipakai untuk membuktikan semau sifat-sifat letak {“incidence”} dalam bidang, termasuk kedua sifat berikut ini yang oleh Helbert diambil sebagai aksioma. 1. Sebarang tiga titik noncolliear dalam bidang α menentukan dengan lengkap bidang tersebut. 16
  • 17. 2. Jika dua titik berlainan pada suatu garis a terletak dalam bidang α, maka setiap titik dari a terletak dalam bidang. Dalam suatu bidang didefenisikan pula hal-hal berikut. Defenisi Suatu sudut terdiri dari suatu titik 0 dan dua sinar yang noncollinear yang titik pangkalnya di 0. Titik 0 adalah titik sudut dan sinar-sinar itu adalah sisi-sisi dari sudut itu. Jika sisi-sisinya sinar-sinar sinar-sinar OA dan OB atau a1 dan b1 sudutnya dinyatakan dengan sudut AOB atau sudut BOA atau b1 a1. Sudut yang sama a1b1 ditentukan oleh sembarang titik- titik A dan B pada sisi-sisinya. Jika C sebarang titik A dan sinar O C dikatakan di dalam sudut itu. A C O B Defenisi Suatu daerah konveks adalah himpunan titik- titik yang dua sebarang titiknya dapat dihubungankan dengan suatu segmen yang semua titiknya adalah titik- titik dengn himpunan dengan syarat tambahan., bahwa setiap titiknya terletak pada paling sedikit dua segmen noncollinear yang sama titiknya adalah titik- titik dari himpunan itu. Khususnya suatu daerah sudut (“anguran region”) adalah himpunan semua titik pada sinar-sinar dalam suatu sudut dan suatu daerah segitiga (“triangular region”) adalah himpunan semua titik antara pasangan- pasangan titik pada sisi-sisi berlainan dari suatu segitiga. Suatu daerah sudut segitiga dikatakan terbatas oleh sudut/segitiga itu. Daerah konveks Daerah tidak konveks 17
  • 18. Daerah Sudut Daerah Segitiga Gambar 19 Dapat dibuktikan, bahwa sebarang garis yang memuat suatu titik dari suatu daerah konveks membagi daerah itu dalam dua daerah konveks. Khususnya suatu garis a membagi suatu bidang dalam dua setengah bidang (“half-plane”}. Setengah bidang Q P a Setengah bidang R Gambar 20 Dua titik dikatakan pada pihak yang sama dari a. Jika titik- titik itu dalam setengah bidang yang sama misalnya P dan Q. Dan dua titik dikatakan pada pihak yang berlawanan, jika titik- titik itu dalam setengah bidang yang berlawanan (“opposite”) misalnya P dan R yaitu segmen yang menghubungkannya memotong a. Dalam hal terakhir ini kita katakan juga, bahwa a memisahkan kedua titik itu. b1 a1 0 a2 b2 Gambar 21 Seperti telah kita ketahui sebarang titik O pada suatu garis a membagi adalam dua sinar a1 dan a2. sebarang garis lain melalui O juga dibagi oleh O dalam dua sinar b1 dan b2. satu dalam masing-masing setengah bidang yang ditentukan oleh a. Tiap-tiap sinar membagi setengah bidang yang memuatnya dalam dua 18
  • 19. daerah sudut. Jadi dua garis sebarang potong memotong a dan b bersama-sama membagi bidang dalam empat daerah sudut, dibatasi oleh sudut-sudut a1b1. b1a2. a2b2 dan b2a1. dikatakan sinar-sinar a1 dan a2. memisahkan sinar b1 dan b2. A a C B B Gambar 22 Dua garis yang tidak berpotong (“noninterecting”) tetapi sebidang (“coplanar”) membagi bidang dalam tiga daerah. Salahsatu dari daerah ini terletak antara dua lainnya, dalam arti bahwa daerah ini memuat segmen AB untuk sebarang titik A pada a dan sebarang titik B pada b. suatu garis lain C dikatakan terletak antara a dan b jika C memotong segmen a atau b dan ditulis [a c b]. Jika kita bekerja dalam ruang berdimensi dua, kita mempunyai aksioma berikut., Aksioma VIII Semua titik ada dalam satu bidang. Tetapi ketika kita bekerja dalam ruang berdimensi tiga, maka aksioma VIII ini diganti dengan aksioma IX. Aksioma IX Jika A B C suatu bidang, maka ada satu titik D tidak pada bidang ini. Kemudian didefenisikan bidang – empat (tetrahedron) A B C D memuat empat titik tidak sebidang (“noncomplanar”) A, B, C, D, yang disebut titik- titik sudut bidang empat itu. Keenam segmen AD, BD, CD, BC, CA dan AB disebut rusuk- rusuk dan keempat daerah segitiga BCD, CDA, DAB, dan ABC disebut bidang sisi bidang sisi. Ruang berdimensi tiga (“3 – Space”) ABCD, yaitu ruang berdimensi tiga yang ditentukan oleh ABCD adalah himpunan semua titik yang collinear (segaris) dengan pasangan titik- titik dalam satu dan dua bidang sisi dari bidang-empat ABCD. D 19
  • 20. Q P C T A B Gambar 23 Kemudian dapat diturunkan sifat-sifat tentang letak garis-garis dan bidang- bidang dalam ruang berdimensi tiga. Khususnya, sebarang empat titik noncoplanar dari suatu ruang menentukan dengan lengkap ruang ini dan garis yang menghubungkan sebarang dua titik dari ruang terletak seluruhnya dalam ruang. Jika Q dalam ruang ABCD dan P pada suatu titik dalam suatu bidang sisi dari bidang empat ABCD, maka PQ memotong bidang-empat lagi pada suatu titik lain yang bukan P. Dapat dibuktikan pula dalil berikut ini. Dalil 16. Dua bidang yang bertemu pada satu titik, bertemu di titik yang lain, dengan demikian bertemu di suatu garis. Q D R C A P T B Gambar 24 Bukti: misalkan kedua bidang itu α dan β dan titik P salahsatu titik perskutuannya. Dalam bidang α dapat diambil titik- titik A, B dan C sedemikian. 20
  • 21. Hingga P dalam segitiga ABC. Misalkan DPQ dalam bidang β. Jika D dan Q dalam bidang α, maka α dan β sudah mempunyai dua titik berserikat. Andaikan tidak, maka dapat dibuat bidang empat ABCD, PQ tentu memotong (menembus) bidang empat ABCD di titik lain yang bukan P( ingat defenisi berdimensi tiga), misalnya titik R. Maka DR akan memotong bidang sisi ABC di titik T. T terletak pada bidang β, dan juga pada bidang α. Jika bidang α dan β bersekutu titik-titik P dan T atau bersekutu dari PT. Terbukti. Jika kita bekerja dalam ruang berdimensi tiga, kita mempunyai aksioma X. Aksioma X semua titik ada dalam ruang yang sama. Tetapi jika kita ingin bekerja dalam ruang yang berdimensi lebih tinggi atau kita ingin menambah banyaknya dimensi, maka aksioma X dapat diganti dengan aksioma XI. Aksioma XI. Jika A0 A1 A2 A3 suatu ruang berdimensi tiga (3- space”) maka ada titik A4 yang tidak dalam ruang ini. Kemudian didefenisikan simpleks A0 A1 A2 A3 A4 yang mempunyai 5 titik sudut A1 , 10 rusuk Ai Aj (i < j), 10 bidang sisi Ai Aj Ak (i ≤ j ≤ k) dan 5 sel (“cell”) Ai Aj Ak Al (i < j < k < l) yang berupa daerah tetrahedral. Maka ruang berdimensi empat (“4 – space”) A0 A1 A2 A3 A4 adalah himpunan titik-titik yang collirear dengan pasangan titik-titik pada satu atau dua sel dari simpleks. Dengan cara sesuai di atas maka mungkin diadakan perluasan sampai ruang berdimensi n dengan menggunakan induksi matematik. Seperti telah kita ketahui suatu bidang (berdimensi dua) dibagi menjadi 2 setengah bidang oleh satu garis (berdimensi satu). Ruang berdimensi tiga dibagi menjadi dua setengah ruang oleh satu bidang (berdimensi dua). Dengan pemikiran yang serupa, maka ruang berdimensi n (“n-space”) A0 A1 A2 ... An dibagi menjadi dua daerah konveks (“half-space”) oleh suatu “subspace” berdimensi n-1, misalnya A0 A1 .... An-1 untuk n .> 3, subspace 21
  • 22. berdimensi n – 1 ini disebut “ hyperplane” (bidang hyper atau “prime” atau (n-1) – flat”). Kita hidup dalam suatu ruang berdimensi tiga tetapi secara matematik dapat diciptakan ruang yang berdimensi lebih tinggi. 4.2.2. Latihan 2 1. Jika m garis, berlainan yang sebidang melalui suatu titik O, maka mereka membagi bidang itu dalam 2 m daerah sudut. Terangkan. 2. Jika ABC suatu segitiga, maka ketiga garis BC, CA dan AB membagi bidang dalam 7 daerah konveks. Salahsatunya berupa daerah segitiga. Terangkan. 3. Jika m garis sebidang diletakkan sedemikian, hingga setiap 2 tetapi tidak 3 mempunyai titik persekutuan maka garis-garis itu membagi bidang dalam sejumlah daerah konveks. Sebut jumlah ini f. (2, m), maka f (2, m) = f (2, m – 1) + m. Tetapi f (2,0) = 1, maka f (2, 1) = 2, f (2, 2) = 4, f (2, 3) = 7 dan f (2, m) = 1 + m + Tunjukkan. 4. Jika m bidang dalam ruang berdimensi tiga diletakkan sedemikian hingga setiap 3, tetapi tidak 4 mempunyai titik perseketuan, maka bidang-bidang itu membagi ruang dalam f (3, m) daerah konveks. Maka f(3, m) = f (3, m – 1) + f (2, m – 1). Tetapi f (3, 0) = 1, maka f (3, 1) = 2, f (3, 2) = 4, f (3, 3) = 8, f (3, 4) = 15 dan f (3, m) = 1 + + + . Tunjukkan. 5. Terangkan langkah-langkah yang ditempuh untuk menaikkan dimensi dari ruang berdimensi dua ke ruang berdimensi tiga. Kunci jawaban latihan 2 1. 1 garis membagi bidang dalam 2 setengah bidang 1 garis membagi 1 daerah sudut dalam 2 daerah sudut 2 garis membagi bidang dalam 4 daerah sudut. Setiap tambahan satu garis menambah 2 daerah sudut Jika 3 garis membagi bidang dalam 4 + 2 = 6 daerah sudut 22
  • 23. 4 garis membagi bidang dalam 6 + 2 = 8 daerah sudut Sehingga n, garis membagi bidang dalam 2 n daerah sudut n + 1 garis membagi bidang dalam 2n + 2 = 2 (n + 1) daerah sudut. Maka jelas m garis membagi bidang dalam 2 m daerah sudut. 2. Diketahui : ABC suatu segitiga C A B Gambar 25 Diterangkan : BC, CA, AB membagi bidang dalam 7 daerah konveks. Salahsatunya berupa daerah segitiga. Keterangan BC dan CA membagi bidang dalam 4 daerah sudut AB tidak melalui daerah sudut yang dibatasi oleh C/A dan C/B, tetapi membagi 3 daerah sudut lainnya, sehingga ada 1 + 6 = 7 daerah sudut. Daerah yang berhingga adalah daerah segitiga ABC. 3. Diketahui m garis, setiap 2 tetapi tidak 3 mempunyai titik persekutuan. Jumlah daerah konveks yang terjadi f(2 – m). Ditunjukkan : f (2, m) = f (2, m – 1) + m = 1 + m + Keterangan : garis ke m menambah m daerah konveks. 3 2 1 Gambar 26 23
  • 24. f (2, 0) = 1 ( tak ada garis) f (2, 1) = 2 = 1 + 1 f (2, 2) = 4 = 2 + 2 f (2, 3) = 7 = 4 + 3 f (2, m) = f (2, m – 1) + m = f (2, m – 2) + ( m – 1) + m = f 2 ( m – 3) + ( m – 2) + ( m – 1) + m = f ( 2, m – 4) + (m – 3) + ( m – 2) + (m – 1) + m = f ( 2, 0) + 1 + 2 + 3 + 4 ... + ( m – 1) + m = 1 + m + 1 + 2 + 3 + 4 .... + (m – 1) = 1 + m + ½ ( m – 1) m = 1 + m + = 1 + m + 4. Diketahui m bidang dalam ruang, setiap 3 tetapi tidak 4 mempunyai titik persekutuan. Jumlah daerah konveks yang terjadi f (3, m). Ditunjukkan f (3, m) = f(3, m – 1) + f (2, m – 1) = 1 + + + Keterangan : bidang ( m – 1) pertama membagi bidang yang ke m dalam f (2, m – 1) daerah bidang yang terletak pada f (2, m – 1) dari f ( 3, m – 1) daerah ruang. Setiap f (2, m – 1) daerah ruang masing-masing dibagi menjadi dua, lainnya tetap. F (3, m) = f (3, m – 1) + f (2, m – 1) = f (3, m – 2) + f (2, m – 1) + f (2, m – 1) = f (3, m – 3) + f (2, m – 3) + f (2, m – 2)+ f (2, m – 1) = f (3, 0) + f (2, 0) + f(2,1) + f(2,2) + f(2,3) + ... f (2, m – 1) 24
  • 25. = 1 + 1 + (1 + 1) + 1 + 2 + + (1+ 3 + ) + ... (1 + ( m – 1) + = 1 + m + ( 1 + 2 + 3 + ... ( m – 1) + + + = 1 + m + ½ m ( m – 1) + 1/6 m ( m – 1) ( m – 2) = 1 + + + 5. Langkah-langkah untuk menaikkan dimensi dari ruang berdimensi dua ke ruang berdimensi tiga. Jika kita bekerja di ruang berdimensi dua aksioma yang berlaku aksioma VIII diganti dengan aksioma IX. Jika ABC suatu bidang, maka ada suatu titik D tidak pada bidang ini. Kemudian didefenisikan bidang empat ABCD, yang mempunyai 4 titik sudut, 6 rusuk dan 4 bidang sisi. Ruang berdimensi tiga yang ditentukan oleh bidang empat ABCD ialah himpunan semua titik yang segaris (collinear) dengan pasangan-pasangan titik-titik dalam satu atau dua bidang sisi dari bidang empat tersebut. Jika kita bekerja dalam ruang berdimensi tiga, maka kita mempunyai aksioma X: semua titik ada dalam ruang yang sama. Dengan demikian setiap bidang empat menentukan ruang yang sama. Rangkuman Dengan mempelajari pengertian pangkal, askioma-aksioma, defenisi- defenisi dan dalil-dalil dari geometri terurut ini anda dapat memahami dengan benar suatu sistem deduktif. Geometri terurut dapat dikatakan sebagai geometri yang masih sederhana., dalam arti tersusun oleh pengertian pangkal, aksioma, defenisi dan dalil yang sedikit banyaknya. Urutan memegang peranan dan geometri ini menjadi dasar untuk Geometri Absolut dan Geometri Affne. 25
  • 26. Saat ini kita hidup dalam ruang berdimensi tiga. Setalah Anda mempelajari dimensi ruang, Anda dapat memahami, bahwa dimensi ruang dapat dinaikkan (ditambah) secara matematik. Perluasan sampai ruang berdimensi n dapat dipikirkan secara matematik. Setiap kali kita akan menambah dimensi ruang, kita pikirkan adanya suatu titik di luar ruang semula dan kemudian dapat didefenisikan ruang yang berdimensi lebih tinggi. Langkah-langkah ini dapat Anda temukan pada penambahan dimensi dari ruang berdimensi satu ke ruang berdimensi tiga dan dari ruang berdimensi tiga ke ruang berdimensi empat. GEOMETRI TERURUT DAN DIMENSI RUANG 26
  • 27. TUGAS MATA KULIAH : GEOMETRI EUCLIDES DOSEN PENGAMPU : DR.IZWITA DEWI,M.Pd OLEH : KELOMPOK I FADILLAH SRI ANAWATI SYAIFUL ANSHARI (Presentasi pada kelompok V) TONI SITORUS PANE SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN 2010 27