Perbandingan Mazhab membahas perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam berbagai masalah hukum Islam beserta dalil-dalilnya, dengan tujuan menemukan pendapat terkuat berdasarkan analisis dalil. Ilmu ini mencakup bidang ibadah, muamalah, hukum positif, dan perbandingan dengan agama lain.
Tulisan ini membahas metodologi studi hukum Islam. Ia menjelaskan pentingnya metodologi dalam memahami hukum Islam agar tidak sembarangan. Hukum Islam merupakan aturan agama yang mengatur kehidupan umat Islam dalam berbagai aspek. Fiqh adalah upaya memahami ajaran Islam termasuk hukum Islam. Tulisan ini juga membahas sejarah perkembangan pemikiran hukum Islam.
Perbandingan Mazhab membahas perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam berbagai masalah hukum Islam beserta dalil-dalilnya, dengan tujuan menemukan pendapat terkuat berdasarkan analisis dalil. Ilmu ini mencakup bidang ibadah, muamalah, hukum positif, dan perbandingan dengan agama lain.
Tulisan ini membahas metodologi studi hukum Islam. Ia menjelaskan pentingnya metodologi dalam memahami hukum Islam agar tidak sembarangan. Hukum Islam merupakan aturan agama yang mengatur kehidupan umat Islam dalam berbagai aspek. Fiqh adalah upaya memahami ajaran Islam termasuk hukum Islam. Tulisan ini juga membahas sejarah perkembangan pemikiran hukum Islam.
Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah tentang hukum Islam di Indonesia. Ia menjelaskan pengertian hukum Islam, syariah, fiqih, dan sumber-sumber hukum Islam seperti Al-Quran dan Hadist. Dokumen ini juga membahas rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah tersebut.
Makalah ini membahas tentang pengertian hukum Islam meliputi syariah, fiqh, ushul fiqh, mazhab, fatwa, dan qaul. Juga membahas Islam sebagai sumber norma hukum dan etika, mazhab utama dalam hukum Islam, pendekatan hukum Islam, dan kontribusi pendekatan hukum Islam dalam studi Islam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan ilmu fiqh dan usul fiqh, mulai dari zaman Rasulullah SAW hingga abad ke-2 Hijriyah.
2. Pada zaman Rasulullah SAW, sumber hukum berasal dari al-Quran dan sunnah, sedangkan setelahnya muncul ijtihad para sahabat dan tabi'in.
3. Pada abad ke-1 dan ke-2 Hijriyah, fiqh
Makalah ini membahas tentang pemahaman terhadap tiga konsep penting dalam hukum Islam, yaitu syariat, fiqih, dan hukum Islam sendiri. Makalah ini menjelaskan pengertian masing-masing konsep tersebut serta hubungan antara ketiganya dalam merumuskan aturan-aturan hukum bagi umat Islam.
Bab 1 membahas pengertian fiqih. Fiqih secara bahasa berarti memahami secara langsung atau mendalam. Secara istilah, fiqih didefinisikan sebagai ilmu hukum syariat yang membahas hukum-hukum praktis yang diambil dari Al-Quran dan hadis. Fiqih membatasi ruang lingkupnya pada tindakan fisik manusia.
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber kaidah fiqhiyah dari berbagai mazhab. Terdapat lima paragraf yang menjelaskan sumber-sumber kaidah fiqhiyah dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali, serta kitab-kitab kaidah fiqhiyah modern. Dokumen ini juga membahas dua kitab kaidah fiqhiyah klasik yaitu Qawa'id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam karya Izz
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum Islam yang disepakati dan tidak disepakati, termasuk penjelasan singkat mengenai masing-masing sumber hukum seperti Al-Quran, Hadis, Ijma, Qiyas, dan lainnya.
Teks tersebut membahas tentang Pengertian Qawaid Fiqhiyyah atau Kaidah-Kaidah Hukum Islam yang bersifat umum. Qawaid Fiqhiyyah dijelaskan sebagai aturan-aturan dasar yang mengatur perbuatan manusia dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah hukum. Lima Qawaid Fiqhiyyah Utama (Qawaid Asasiyyah al-Khams) diuraikan sebagai dasar dari kaidah-kaidah hukum
Ijtihad adalah usaha maksimal seorang ahli fiqh dalam memahami hukum syariat. Terdapat beberapa jenis ijtihad seperti ijtihad fardli dan ijtihad jama'i. Ijtihad berlandaskan al-Quran, sunnah, dan dalil akal. Terdapat syarat-syarat menjadi mujtahid seperti menguasai bahasa Arab dan hadis."
Ijtihad merujuk pada pengerahan segala kemampuan seorang ahli fiqih atau mujtahid dalam memperoleh pengertian tingkat dhann terhadap hukum syar'i berdasarkan sumber-sumber hukum Islam seperti Al-Quran, hadis, qiyas, istihsan, dan maslahah. Terdapat beberapa syarat untuk menjadi mujtahid seperti memahami bahasa Arab dan ilmu-ilmu dasar hukum Islam. Metode ijtihad mencakup
Tulisan ini membahas qawa'id fiqhiyyah sebagai landasan perilaku ekonomi umat Islam. Ia menjelaskan tentang penelitian terhadap 99 qawa'id yang disusun oleh ulama Dinasti Turki Usmani pada abad ke-13 Hijriyah. Tulisan ini menganalisis relevansi qawa'id tersebut dalam pemikiran dan perilaku ekonomi modern."
Makalah ini membahas tentang istihsan sebagai salah satu metode berijtihad. Istihsan didefinisikan sebagai berpaling dari kehendak qiyas kepada qiyas yang lebih kuat atau pengkhususan qiyas berdasarkan dalil yang lebih kuat. Makalah ini juga membahas macam-macam istihsan, dasar hukum istihsan menurut al-Qur'an dan hadis, serta pendapat ulama tentang kehujjahan istihs
Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah tentang hukum Islam di Indonesia. Ia menjelaskan pengertian hukum Islam, syariah, fiqih, dan sumber-sumber hukum Islam seperti Al-Quran dan Hadist. Dokumen ini juga membahas rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah tersebut.
Makalah ini membahas tentang pengertian hukum Islam meliputi syariah, fiqh, ushul fiqh, mazhab, fatwa, dan qaul. Juga membahas Islam sebagai sumber norma hukum dan etika, mazhab utama dalam hukum Islam, pendekatan hukum Islam, dan kontribusi pendekatan hukum Islam dalam studi Islam.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan ilmu fiqh dan usul fiqh, mulai dari zaman Rasulullah SAW hingga abad ke-2 Hijriyah.
2. Pada zaman Rasulullah SAW, sumber hukum berasal dari al-Quran dan sunnah, sedangkan setelahnya muncul ijtihad para sahabat dan tabi'in.
3. Pada abad ke-1 dan ke-2 Hijriyah, fiqh
Makalah ini membahas tentang pemahaman terhadap tiga konsep penting dalam hukum Islam, yaitu syariat, fiqih, dan hukum Islam sendiri. Makalah ini menjelaskan pengertian masing-masing konsep tersebut serta hubungan antara ketiganya dalam merumuskan aturan-aturan hukum bagi umat Islam.
Bab 1 membahas pengertian fiqih. Fiqih secara bahasa berarti memahami secara langsung atau mendalam. Secara istilah, fiqih didefinisikan sebagai ilmu hukum syariat yang membahas hukum-hukum praktis yang diambil dari Al-Quran dan hadis. Fiqih membatasi ruang lingkupnya pada tindakan fisik manusia.
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber kaidah fiqhiyah dari berbagai mazhab. Terdapat lima paragraf yang menjelaskan sumber-sumber kaidah fiqhiyah dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali, serta kitab-kitab kaidah fiqhiyah modern. Dokumen ini juga membahas dua kitab kaidah fiqhiyah klasik yaitu Qawa'id al-Ahkam fi Mashalih al-Anam karya Izz
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum Islam yang disepakati dan tidak disepakati, termasuk penjelasan singkat mengenai masing-masing sumber hukum seperti Al-Quran, Hadis, Ijma, Qiyas, dan lainnya.
Teks tersebut membahas tentang Pengertian Qawaid Fiqhiyyah atau Kaidah-Kaidah Hukum Islam yang bersifat umum. Qawaid Fiqhiyyah dijelaskan sebagai aturan-aturan dasar yang mengatur perbuatan manusia dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah hukum. Lima Qawaid Fiqhiyyah Utama (Qawaid Asasiyyah al-Khams) diuraikan sebagai dasar dari kaidah-kaidah hukum
Ijtihad adalah usaha maksimal seorang ahli fiqh dalam memahami hukum syariat. Terdapat beberapa jenis ijtihad seperti ijtihad fardli dan ijtihad jama'i. Ijtihad berlandaskan al-Quran, sunnah, dan dalil akal. Terdapat syarat-syarat menjadi mujtahid seperti menguasai bahasa Arab dan hadis."
Ijtihad merujuk pada pengerahan segala kemampuan seorang ahli fiqih atau mujtahid dalam memperoleh pengertian tingkat dhann terhadap hukum syar'i berdasarkan sumber-sumber hukum Islam seperti Al-Quran, hadis, qiyas, istihsan, dan maslahah. Terdapat beberapa syarat untuk menjadi mujtahid seperti memahami bahasa Arab dan ilmu-ilmu dasar hukum Islam. Metode ijtihad mencakup
Tulisan ini membahas qawa'id fiqhiyyah sebagai landasan perilaku ekonomi umat Islam. Ia menjelaskan tentang penelitian terhadap 99 qawa'id yang disusun oleh ulama Dinasti Turki Usmani pada abad ke-13 Hijriyah. Tulisan ini menganalisis relevansi qawa'id tersebut dalam pemikiran dan perilaku ekonomi modern."
Makalah ini membahas tentang istihsan sebagai salah satu metode berijtihad. Istihsan didefinisikan sebagai berpaling dari kehendak qiyas kepada qiyas yang lebih kuat atau pengkhususan qiyas berdasarkan dalil yang lebih kuat. Makalah ini juga membahas macam-macam istihsan, dasar hukum istihsan menurut al-Qur'an dan hadis, serta pendapat ulama tentang kehujjahan istihs
Sumber hukum islam yang tidak disepakati oleh ulama’ 1Ramadhan, Dicky
Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tiga sumber hukum Islam yang tidak disepakati oleh ulama yaitu istihsan, istishlah, dan istishab.
2. Istihsan berarti meninggalkan hukum yang telah ditetapkan kepada hukum lain berdasarkan dalil syara', istishlah adalah kemaslahatan yang ditetapkan untuk mewujudkannya tanpa ada dalil syara', sedang
Dokumen tersebut membahasakan konsep rukhsah dalam ibadah solat bagi pesakit dan perawat. Ia menjelaskan bahawa walaupun solat wajib dilaksanakan, terdapat pengecualian untuk mereka yang sakit atau terlibat dalam rawatan pesakit. Mereka dibenarkan menunaikan solat dengan kaedah yang lebih mudah seperti bertayamum atau menyapu di atas pembalut luka. Dokumen juga membincangkan tangg
This document discusses the elements of a contract under Islamic law, focusing on contracting parties and subject matter.
It defines different types of legal capacity - the capacity for acquisition of rights (ahliyyah al-wujub) which all living people have, and the capacity for execution of rights (ahliyyah al-ada) which requires puberty and sound judgment. It also discusses natural causes that can impede capacity, such as minority, insanity, idiocy, forgetfulness, folly, death illness, intoxication and duress.
The subject matter of a contract must meet conditions of legality and existence. Deferred contracts like salam and istisna which determine delivery and price at a
This document does not contain any text to summarize. It appears to be blank or missing content. A proper summary requires substantive information and context from the source document.
The document discusses different types of touch screen technologies used in various applications. It describes resistive and capacitive touch screens used in point-of-sale systems, industrial controls, and public information displays. It also mentions infrared touch screens used in large plasma displays. Touch screens allow for intuitive navigation and are well-suited for applications where ease of use is important, such as kiosks, retail systems, and customer self-service.
A touch screen consists of a clear glass panel with a touch-sensitive surface connected to a controller. The controller determines the type of interface needed and connects the touch screen to a PC. A driver software allows the touch screen and computer to communicate. There are different types of touch screen technologies including resistive, capacitive, surface acoustic wave, and infrared screens. Touch screens are used in public displays, customer self-service kiosks, and other applications where direct input is needed without keyboards or mice.
Dokumen tersebut membahas beberapa konsep penting dalam fiqh dan ushul fiqh seperti istihsan, urf, istishab, maslahah mursalah, dan syahd dzariah. Secara ringkas, istihsan mengacu pada penentuan hukum berdasarkan kemaslahatan, urf adalah kebiasaan masyarakat, istishab mempertahankan status quo hukum, maslahah mursalah didasarkan pada kepentingan umum, dan syahd dz
Dokumen tersebut membahas berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam studi Islam, meliputi pendekatan normatif, yuridis, ilmu sosial-humaniora, dan pendekatan integratif dan indisipliner yang menggabungkan berbagai sudut pandang.
ggugufyfyfhihhjiiibfffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffhjjjohknjbjb ojo
Kursus ini bertujuan memberikan pemahaman kepada pelajar tentang metode penelitian hukum Islam yang digunakan oleh ulama masa lalu untuk memahami ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi saw dalam menyimpulkan hukum-hukum syarak dan berijtihad menyelesaikan masalah kontemporer. Setelah mengikuti kursus ini, diharapkan pelajar dapat menjelaskan konsep-konsep usul fiqh, menganalisis hukum
Mata kuliah Ushul Fiqh membahas metodologi hukum Islam. Mempelajari ushul fiqh penting agar mahasiswa dapat memahami bagaimana hukum Islam dibentuk dan diaplikasikan, serta mampu menjawab masalah baru. Mata kuliah ini membahas sumber-sumber hukum Islam, metode penemuan hukum, kaidah-kaidah ushul fiqh, dan ijtihad. Mahasiswa akan dievaluasi melalui presentasi, ujian tengah semester,
Makalah ini membahas tentang sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu ushul fiqh. Pertumbuhan ushul fiqh dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga sahabat dan tabi'in, di mana sumber hukum Islam masa itu berasal dari Al-Quran dan sunnah beserta ijtihad para sahabat. Periode selanjutnya adalah zaman kejayaan dengan munculnya imam-imam mujtahid besar dan penulisan kitab-kitab fiqh
Teks tersebut membahas tentang perkembangan aliran Ahlu al-Ra'yi dalam ijtihad fiqh. Aliran ini berkembang di kalangan Sahabat, Tabi'in, dan Tabi' tabi'in di Irak dengan menekankan penggunaan nalar dalam menyelesaikan masalah hukum baru. Tekanan geografis dan sosial budaya membentuk perbedaan metodologi antara Ahlu al-Ra'yi di Irak dengan Ahlu al-Hadits di Hijaz.
1. SATUAN ACARA PERKULIAHAN
Mata Kuliah : Pengantar Fiqh/Ushul Fiqh
Smt/Jur : II/SKI
Bobot : 2 SKS
Dosen : Ali Sodiqin, M.Ag.
Tujuan Perkuliahan:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi operasional tentang Fiqh dan Usul Fiqh
2. Mahasiswa mampu menguraikan tentang sumber-sumber hukum dalam Islam.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tahapan-tahapan dalam pelaksanaan
ijtihad.
4. Mahasiswa mampu menganalisis pelaksanaan hukum-hukum dalam kehidupan
masyarakat.
Materi Perkuliahan:
1. Pengertian dan Objek Kajian Fiqh dan Ushul Fiqh
2. Sejarah dan Perkembangan Fiqh dan Usul Fiqh
3. Sumber Hukum dalam Islam
4. Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum
5. Hadis Sebagai Sumber Hukum
6. Ijtihad (Definisi, Macam-macam, dan implementasinya)
7. Ijmak dan Qiyas sebagai Metode Ijtihad
8. Hukum Syara’ (Hukum Taklifi dan Hukum Wadh’i)
9. Mazhab-mazhab dalam Fiqh
10. Hukum Islam di Indonesia
Strategi Pembelajaran:
1. Ceramah dan Diskusi
2. Penugasan Terstruktur
3. Observasi dan Praktek
Penilaian:
1. Keaktifan di Kelas : 20 %
2. Tugas-tugas/Paper : 30 %
3. Ujian Akhir Semester (UAS) : 50 %
Jumlah : 100 %
2. Kuliah Pertama
Pengertian dan Objek Kajian Fiqh dan Usul Fiqh
Fiqh adalah: - pengetahuan atau pemahaman (etimologi)
- ilmu yang menerangkan hukum-hukum syara’ yang amali yang diambil
dari dalil-dalilnya yang rinci (terminology).
Unsur yang terkandung:
a. Hukum Syara’
b. Bersifat amaliyah (praktis)
c. penetapannya melalui dalil-dalil yang rinci.
Objek Kajian Fiqh:
1. Perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan Allah (ibadah)
2. Perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan sesamanya (muamalah)
Bidang muamalah kemudian mengalami perkembangan dan perluasan
wilayah kajian, sehingga muncul bidang bidang baru dalam fiqh seperti: Fiqh Ahwal
as-Syakhsiyah (Hukum Keluarga), Fiqh Muamalah (Hukum Transaksi), Fiqh
Mawaris, Fiqh Munakahat, Fiqh Jinayah (Hukum Kriminal), Fiqh Murafa’at
(Hukum Acara), Fiqh Siyasah (Politik) dan sebagainya.
Usul Fiqh adalah: - kaidah kaidah pemahaman (etimologi)
- Ilmu yang mempelajari dasar, kaidah, metode yang digunakan untuk
mengistimbatkan hukum syara’.
Unsur yang terkandung:
a. Dasar atau dalil
b. Metode istimbath hukum
c. Implementasi atau penggunaan metode.
Objek Kajian Usul Fiqh:
1. Sumber Hukum dalam Islam
2. Pembahasan Ijtihad dan Mujtahid
3. Hukum Syara’ (taklify dan wad’y)
4. Kaidah dan cara penggunaannya
5. Penyelesaian terhadap dalil-dalil yang bertentangan.
Hubungan Antara Fiqh dengan Usul Fiqh
- Usul Fiqh adalah metode yang digunakan untuk memahami ketentuan dalam sumber
hukum (Al-Qur’an dan Hadis) dan menyelesaikan masalah-masalah social
kemasyarakatan. Hasil dari proses istimbath tersebut dinamakan Fiqh.
- Usul Fiqh adalah pisau analisis masalah sedangkan Fiqh adalah produknya.
3. Kuliah Kedua
Sejarah Perkembangan Fiqh dan Ushul Fiqh
Fase Perkembangannya terbagi menjadi lima, yaitu:
1. Fase Pertumbuhan (610-632M)
• Dimulai sejak masa nabi yang terbagi dalam dua periode, yaitu periode Mekkah
dan periode Medinah.
• Pada periode Mekkah belum nampak embrio usul fiqh, karena ayat-ayat yang
turun berkisar masalah akidah, baru pada periode Medinah sudah mulai nampak,
karena ayat yang turun mengatur tentang hukum dan pranata social.
• Ciri yang nampak a.l.: Rasul memberi peluang sahabat untuk berijtihad ketika
menghadapi masalah, mengajarkan prinsip musyawarah (ijmak), muncul
pengunaan ra’y.
• Sumber hukum pada masa ini hanya wahyu , Rasul juga melakukan ijtihad
ketika muncul persoalan dan wahyu belum turun.
2. Fase Perkembangan (11H-akhir abad I H)
• Terjadi pada masa sahabat dan disebut juga dengan masa persiapan
pembentukan fiqh
• Muncul kreativitas dalam berijtihad, dimana penggunaan r’y lebih terarah.
Sahabat mulai mengimplementasikan metode isitimbath hukum, seperti Umar
menerapkan maslahah dalam kasus pencurian dan Ali menerapkan qiyas dalam
masalah hukuman bagi pelaku minuman keras.
• Muncul fatwa-fatwa bagi peristiwa-peristiwa yang tidak ada nashnya. Para
sahabat menjadi pemegang otoritas fiqh di daerah masing-masing (Mekkah,
Medinah, Kufah, Basrah, Syam, dan Mesir)
• Sumber Hukum Islam: al-Qur’an, Sunnah, ijtihad sahabat.
3. Fase Formulasi dan Sistematisasi (abad I sampai abad IIH)
• Terjadi pada masa dinasti-dinasti Islam (Umayyah dan Abbasiyah)
• Muncul pusat-pusat intelektual, yaitu Hijaz (Mekkah dan Medinah), Iraq (Kufah
dan Basrah), dan Syria atau Syam.
• Muncul aliran Ahlul Hadis dan Ahl Ra’y
• Gerakan ijtihad sangat pesat, hal ini karena: wilayah Islam mulai meluas dimana
ajaran islam bertemu dengan adapt local masyarakat di luar Arab, Qur’an sudah
dikodifikasikan dan banyak fatwa sahabat yang dijadikan sebagai sandaran.
• Muncul Imam-imam Mazhab dalam fiqh dan karya-karya besarnya, Imam Abu
Hanifah menyusun kitab al-Fiqh al-Akbar (kitab Fiqh), Imam Malik menulis
kitab al-Muwatta’ (kitab Hadis dengan sistematika Fiqh), Imam Syafi’i menulis
ar-Risalah (usul fiqh) dan Kitab al-Umm (fiqh), Imam Ahmad Ibn Hanbal
menyusun Musnad Ahmad (kitab Hadis).
• Sumber Hukum Islam pada masa ini adalah: al-Qur’an, sunnah, ijmak, qiyas.
4. 4. Fase Kemunduran atau Stagnasi (Abad ketiga sampai akhir abad 19 M)
• Tidak ada ulama yang mampu menjadi mujtahid mutlak
• Mereka taqlid pada ulama mazhab sebelumnya
• Terjadi pergolakan politik, dimana umat Islam terpecah menjadi kerajaan-
kerajaan kecil, sehingga perhatian terhadap ilmu kurang.
• Muncul fanatisme mazhab, dimana usaha para ulama hanya memperkuat dasar-
dasar dan pendapat mazhab sebelumnya. Karya yang muncul berupa syarah da
mukhtasar.
5. Masa Kebangkitan (akhir abd ke 19 sampai sekarang)
• Berkaitan dengan kebangkitan di bidang politik, dimana umat Islam mulai
berusaha melepaskan diri dari olonialisme
• Muncul gerakan-gerakan pemabaruan dalam islm, seperti gerakan Wahabiyah di
Saudi Arabia
• Muncul tokoh-tokoh pembaharu seperti Jamaluddin al-Afghani di Mesir,
Muhammad bin Sanusi di Libia.
• Ulama mulai mempelajari karya ulama sebelumnya untuk dipilih mana yang
paling valid dan membandingkannya dengan hukum positif.
5. Kuliah Ketiga
Sumber Hukum dalam Islam
Pengertian Sumber dan dalil
• Sumber atau masadir adalah wadah yang darinya digali norma-norma hukum.
• Dalil adalah petunjuk yang membawa kita menemukan hukum tertentu.
• Sumber hukum dapat diklasifikasikan dengan:
1. Dalil munsyi’: atau dalil pokok yang keberadaannya tidak memerlukan
dalil lain. Termasuk dalam kategori ini adalah Al-Qur’an dan Hadis.
2. Dalil muzhir: yaitu dalil yang menyingkap, diakui keberadaannya karena
ada isyarat dari dalil munsyi’ tentang penggunaannya. Termasuk dalam
kelompok ini adalah metode-metode ijtihad seperti: ijmak, qiyas,
istihsan, istislah, istishab dan sebagainya.
Al-Qur’an sebagai sumber hukum
• Definisi: al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad
dalam bahasa Arab yang berisi khitab Allah dan berfungsi sebagai pedoman bagi
umat Islam.
• Fungsi: sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang berupa:
(1) doktrin atau pengetahuan tentang struktur kenyataan dan posisi manusia di
dalamnya, seperti: petunjuk moral dan hukum yang menjadi dasar syari’at,
metafisika tentang Tuhan dan kosmologi alam, dan penjelasan tentang
sejarah dan eksistensi manusia.
(2) ringkasan sejarah manusia baik para raja, orang-orang suci, nabi, kaum dsb.
(3) mukjizat, yaitu kekuatan yang berbeda dengan apa yang dipelajari.
• Kandungan: (1) I’tiqadiyah (2) Khuluqiyah (3) Ahkam ‘amaliyah.
• Penjelasan al-Qur’an:
1. Ijmali (global): yaitu penjelasan yang masih memerlukan penjelasan
lebih lanjut dalam pelaksanaannya. Contoh: masalah shalat, zakat dan
kaifiyahnya.
2. Tafshili (rinci): yaitu keterangannya jelas dan sempurna, seperti masalah
akidah, hukum waris dan sebagainya.
• Kategori Ayat Hukum dan Ayat Non-hukum: berdasarkan kandungan ayat, jika
mengandung ketetapan hukum maka disebut dengan ayat hukum dan dapat
menjadi dalil fiqh.
• Dalalah atau petunjuk al-Qur’an dibagi dua:
1. Qat’y (definitive text): lafal yang mengandung pengertian tunggal dan
tidak bisa dipahami dengan makna lainnya. Lafal ini tidak membutuhkan
ijtihad dan takwil.
2. Zanny (speculative text): lafal yang mengandung pengertian lebih dari
satu dan memungkinkan untuk ditakwil, dan dapat menerima ijtihad.
6. Hadis sebagai sumber Hukum:
• Definisi: Hadis adalah penuturan sahabat tentang Rasulullah baik mengenai
perkataan, perbuatan, dan taqrirnya.
• Keshahihan Hadis: Hadis yang dapat digunakan sebagai sumber adalah hadis
yang sahih dan hasan. Hadis dha’if tidak dapat dipakai sebagai sumber hukum.
Sebagian ulama membolehkan menggunakan hadis dha’if sebagai dalil dengan
syarat:
1. Kedha’ifanya tidak terlalu lemah
2. Memiliki beberapa jalur sanad
3. Tidak mengatur masalah yang pokok, hanya sampai hukum sunnah atau
makruh.
• Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga terjadi perbedaan
pendapat.
• Fungsi Hadis terhadap al-Qur’an: (1) Bayan tafsir (2) Bayan ta’kid, dan (3)
Bayan tasyri’.
• Ulama cenderung menganggap al-Qur’an sebagai satu kesatuan dan hadis
sebagai satu kesatuan. Ayat mana saja boleh ditafsir dengan hadis mana saja
tanpa memperhatikan unsure waktu dan keterkaitan antara keduanya. Disamping
itu terdapat ulama yang memandang kedudukan hadis lebih rendah dari al-
Qur’an.
• Hadis Ahkam, yaitu hadis-hadis yang disusun dengan menggunakan
sistematika fiqh. Contohnya:
- Subulus Salam karangan as-Shan’ani
- Naylul Authar karangan as-Syaukani
- Lu’lu’ wal marjan karangan Fuad Abdul Baqi
- Koleksi Hadis Hukum karangan Hasbi as-Shiddieqy.
7. Kuliah Keempat
Ijtihad dan Mujtahid
Ijtihad
• Ijtihad adalah pengerahan segenap kemampuan untuk menemukan hukum syara’
melalui dalil-dalil yang rinci dengan metode tertentu.
• Fungsi ijtihad adalah: mengistimbathkan (mencari, menggali, dan menemukan)
hukum syara’.
• Dasar Hukum Ijtihad: 1. Al-Qur’an (an-Nisa: 59) 2. Hadis Muadz bin Jabal 3.
Logika (jumlah ayat dan hadis terbatas sedang masaah-masalah baru muncul)
• Kedudukan ijtihad: sebagai sumber hukum yang ketiga
• Ruang lingkup ijtihad:
1. Peristiwa yang ketetapan hukumnya masih zanny (reformulasi)
2. Peristiwa yang belum ada nashnya sama sekali (formulasi)
Macam-Macam Ijtihad:
• Dari segi pelaku: a. Ijtihad fardi b. Ijtihad jamai
• Dari segi pelaksanaan:
1. Ijtihad Intiqai: yaitu ijtihad untuk memilih salah satu pendapat terkuat diantara
beberapa pendapat yang ada. Bentuknya adalah studi komparatif dengan
meneliti dalil-dalil yang dijadikan sebagai rujukan. Disebut juga ijtihad selektif.
2. Ijtihad Insyai: yaitu mengambi konklusi hukum baru terhadap suatu
permasalahan yang belum ada ketetapan hukumnya. Disebut juga ijtihad kreatif.
Mujtahid
• Syarat Mujtahid:
1. Umum: Islam, balligh dan berakal
2. Pokok: mengetahui al-Qur’an, sunnah, maqasid syar’iyah dan qawaid al-
fiqhiyah
3. Penting: menguasai bahasa Arab, ushul fiqh dan logika, mengetahui
khilafiyah dan masalah-masalah yang sudah diijmakkan.
• Tingkatan Ijtihad:
1. Mujtahid Mutlak: yaitu mujtahid yang mampu mengistimbathkan hukum
dengan menggunakan metode yang disusun sendiri. Contohnya adalah
para Imam mazhab.
2. Mujtahd Muntasib: mengistimbatkan hukum dengan mengikuti metode
imamnya tetapi tidak bertaklid. Contoh Abu Yusuf (muridnya Hanafi),
Al-Muzani (Syafi’i), Ibnu Abdil Hakam (Maliki), dan Abu Hamid
(Hanbali).
3. Mujtahid Mazhab: yaitu mujtahid yang mengikuti imamnya baik dalam
usul maupun furu’.
4. Mujtahid Murajjih: yaitu mujtahid yang membandingkan beberapa
pendapat imam dan memilih salah satu yang dipandang kuat.
8. Kuliah Kelima
Ijmak dan Qiyas sebagai Metode Ijtihad
Ijmak
• Pengertian Ijmak:
1. Imam Ghazali: Kesepakatan umat Muhamad terhadap suatu masalah
2. Jumhur: Kesepakatan mujtahid pada suatu masa terhadap suatu hukum
syara’ setelah wafatnya Rasulullah.
• Secara Historis :
1. Ijmak merupakan suatu proses alamiah bagi penyelesaian persoalan
melalui pembentukan pendapat mayoritas ummat secara bertahap.
2. Ijmak bermula dari pendapat pribadi dan berpuncak pada peneriamaan
universal oleh ummat dalam jangka panjang.
3. Ijmak adalah aktifitas informal murni dari para ulama dalam kedudukan
pribadi mereka tanpa ada organisasi yang pasti dan prosedur yang
spesifik.
• Dalil Ijmak: An-Nisa’ 59, 115, dan al-Maidah 103
• Fungsi Ijmak:
1. Mengeliminir kesalahan-kesalahan dalam berijtihad
2. Menyatukan pendapat-pendapat yang berbeda
3. Menjamin penafsiran yang tepat atas Qur’an dan keotentikan hadis
• Rukun Ijmak:
1. Mujtahid: seluruh mujtahid hadir dan seluruh yang hadir menyetujui
2. Kesepakatan: dilakukan secara tegas dan bulat
• Macam Ijmak: sharih (kesepakatannya tegas) dan sukuti (kesepakatannya tidak
tegas).
• Pendapat Ulama tentang Ijmak:
1. Syafi’I, Hambali, Zahiri: Ijmak hanya terjadi pada masa sahabat
2. Malik: praktek orang Madinah dianggap Ijmak
3. Syiah: Ijmak adalah kesepakatan para anggota keluarga Rasul
4. Abduh: Ijmak adalah mufakat orang yang berwenang (ulul amri), dan
dapat dibatalkan oleh generasi berikutnya. Tidak ada ketentuan teknis
tentang ijmak dalam al-Qur’an.
5. Iqbal: Bentuk ijmak yang mungkin adalah pengalihan kekuasaan ijtihad
kepada lembaga legislative.
Qiyas (Analogical Reasoning):
• Definisi: Qiyas adalah menganalogikan suatu masalah yang belum ada ketetapan
hukumnya (nash/dalil) dengan masalah yang sudah ada ketetapan hukumnya
karena adanya persamaan illat.
• Historis:
1. Ijmak merupakan sistematisasi ra’y (pendapat pribadi)
2. Bentuknya tidak kaku dan formal, tanpa batasan yang spesifik
9. • Sikap ulama: menerima (jumhur), dan menolak (Zahiri).
• Rukun dan Syarat Qiyas:
1. Ashl (Maqis alaih): masalah yang sudah ada hukumnya, baik dari al-
Qur’an maupun hadis.
2. Furu’ (maqis): masalah yang sedang dicari hukumnya.
3. Hukum Ashl: hukum yang sudah ditetapkan oleh nash
4. Illat: sifat yang terdapat dalam ashl, dengan syarat: sifatnya nyata dan
dapat dicapai dengan indera, konkrit tidak berubah, dan sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
• Pembagian Qiyas:
1. Qiyas Aulawi: jika hukum pada furu’ lebih kuat daripada ahl (seperti
mengqiyaskan memukul dengan kata “ah”).
2. Qiyas Musawi: Jika hukum pada furu’ sama kuatnya dengan hukum pada
ashl (seperti memakan harta anak yatim dengan membakarnya).
3. Qiyas Adna: yaitu hukum pada furu’ lebih lemah daripada ashl (seperti
mengqiyaskan apel dengan gandum).
• Kejelasan Illat:
1. Qiyas Jaly: Qiyas yang illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan dengan
hukum ashl (seperti memukul orang tua)
2. Qiyas Khafy: Qiyas yang illatya tidak disebut dalam nash.
10. Kuliah Keenam
Hukum Syara’
A. Pengertian
Hukum syara’ adalah: khitab Allah yang berkaitan dengan perbuatan
mukallaf baik berupa tuntutan (iqtidha’), pilihan (takhyir), atau penetapan
(wadha’an).
B. Pembagian
• Hukum Syara’ terbagi menjadi dua, yaitu hukum taklifi dan hukum wadh’i.
• Hukum Taklifi yaitu: tuntutan Allah yang berkaitan dengan perintah untuk
berbuat atau untuk tidak berbuat atau memilih diantara keduanya.
• Menurut jumhur ulama Hukum taklifi terbagi menjadi lima:
1. Ijab: tuntutan secara pasti untuk dilaksanakan, tidak boleh ditinggalkan,
dan ada hukuman bagi yang melanggarnya. Akibat perbuatannya adalah
wujub, perbuatan yang dituntut namanya wajib. Contoh: kewajiban
shalat.
2. Nadb: tuntutan untuk melaksanakan perbuatan tapi tidak secara pasti.
Perbuatan yang dituntut namanya mandub, akibat perbuatannya disebut
nadb. Contoh anjuran mencatat transaksi.
3. Ibahah: khitab Allah yang mengandung pilihan antara berbuat atau tidak
berbuat. Akibat dari tuntutannya disebut ibahah, perbuatannya namanya
mubah. Contoh mencari rizki setelah shalat jum’at.
4. Karahah: tuntutan untuk meninggalkan tapi redaksinya tidak pasti.
Akibat perbuatannya namanya karahah, perbuatannya disebut makruh.
Contoh: menanyakan sesuatu yang menyulitkan.
5. Tahrim: tuntutan secara pasti untuk tidak melaksanakan perbuatan.
Akibat dari tuntutan disebut hurmah, perbuatannya dinamakan haram.
Contoh: larangan membunuh.
• Menurut Hanafiyah, hukum taklifi dibagi menjadi tujuh:
1. Iftiradh: tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil qat’y.
Contoh: kewajiban shalat (fardu)
2. Ijab: tuntutan pasti untuk dilaksanakan berdasarkan dalil zanny. Contoh:
membaca fatihah dalam shalat.
3. Nadb: sama dengan jumhur
4. Ibahah: sama dengan jumhur.
5. Karahah Tanzihiyah: tuntutan untuk meninggalkan tetapi tidak pasti
(sama dengan karahah versi jumhur).
6. Karahah Tahrimiyah: tuntutan pasti untuk meninggalkan berdasarkan
dalil zanny. Contoh: jual beli waktu shalat jum’at.
7. Tahrim: tuntutan pasti untuk meninggalkan berdasarkan dalil qat’y.
11. • Hukum Wadh’i: hukum tentang pengkondisian sesuatu.
• Hukum wadh’I dibagi menjadi 7 kategori:
1. Sabab: sifat nyata yang dijelaskan oleh nash bahwa keberadaannya
menjadi hukum syara’. Keberadaan sabab menjadi pertanda ada atau
tidaknya hukum. Contoh: tergelincirnya matahari menjadi sebab
masuknya waktu zuhur.
2. Syarat: sesuatu yang berada di luar hukum syara’ tetapi keberadaan
hukum syara’ tergantung padanya. Syarat tidak ada maka hukum pun
tidak ada, tetapi adanya syarat tidak mengharuskan adanya hukum.
Contoh: wudhu adalah syarat sahnya salat.
3. Mani’: sifat nyata yang keberadaannya menyebabkan tidak adanya
hukum. Contoh: haidl menjadi mani’ bagi shalat.
4. Shihah: suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara’ (sabab, syarat,
dan tidak ada mani’).
5. Bathil: terlepasnya hukum syara’ dari ketentuan yang ditetapkan.
6. Azimah: hukum yang ditetapkan Allah kepada seluruh hambaNya sejak
semula
7. Rukhsah: hukum yang ditetapkan berbeda dengan dalil karena adanya
uzur.
• Perbedaan antara hukum taklify dan hukum wad’y:
1. Hukum taklify berisi tuntutan untuk melaksanakan/meninggalkan dan
memilih. Hukum wad’y mengandung keterkaitan antara dua persoalan.
2. Hukum taklify merupakan tuntutan langsung kepada mukallaf , hukum
wad’y merupakan wahana untuk dapat dilaksanakannya hukum taklify.
12. Kuliah Ketujuh
Mazhab dalam Fiqh
Pengertian:
• Mazhab adalah kelompok atau faham dalam fiqh yang berhubungan dengan
penafsiran dan pelaksanaan hukum Islam.
• Bermazhab berarti mengikuti hasil pemikiran seseorang atau sekelompok orang
dalam hubungannya dengan pelaksanaan hukum Islam.
• Mazhab bermula dari pendapat individu (seorang ulama) yang kemudian diikuti
oleh banyak orang dan berakumulasi menjadi keyakinan kelompok.
• Hukum bermazhab adalah mubah.
• Bermazhab ada dua:
1. Bermazhab fil aqwal: yaitu mengikuti segala pendapat dari seorang
ulama. Kategori ini sama dengan taqlid.
2. Bermazhab fil manhaj: yaitu mengikuti seorang ulama dalam hal metode
ijtihadnya, bukan sekedar mengikuti pendapat saja. Kategori ini sama
artinya dengan ittiba’.
Sejarah Mazhab:
• Pada masa sahabat telah terbentuk pusat-pusat intelektual, seperti: Hijaz, Iraq,
dan Syria. Disetiap kota tersebut terdapat sahabat yang menjadi pemuka dan
diikuti pendapatnya.
• Di Hijaz terdapat Umar, Aisyah, Ibn Umar, dan Ibnu Abbas. Di Iraq terdapat:
Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Di Syria terdapat Umar bin Abdul
Aziz.
• Pendapat para sahabat tersebut kemudian diikuti oleh para tabi’in di kota-kota
tersebut, sehingga muncullah cirri-ciri khusus di setiap kota. Hal ini melahirkan
munculnya Madrasah Ahl hadis dan Madrasah Ahl Ra’y.
Perkembangan Mazhab:
• Mazhab yang pertama muncul (abad ke 2 H) adalah mazhab local, yaitu:
1. Mazhab Hijazi, yang meliputi kota Mekkah dan Medinah.
2. Mazhab Iraqi, yang meliputi kota Kufah dan Basrah.
3. Mazhab Syam, yaitu terdapat di Syria.
• Mazhab local ini memiliki cirri:
1. Unsur local sangat mempengaruhi dalam setiap fatwa yang muncul
2. Munculnya kebebasan pendapat dalam fiqh.
3. Sunnah diartikan dengan adapt istiadat masyarakat, sedangkan ijmak
merupakan kesepakatan ulama setempat.
13. • Mazhab yang kedua (muncul pada abad ke 3 H) adalah mazhab individu.
Mazhab ini mendasarkan ajarannya pada pendapat perorangan. Mazhab tersebut
adalah:
1. Mazhab Hanafi (w. 150H/767M) berkembang di Turki dan Pakistan.
2. Mazhab Maliki (w. 179H/795M) berkembang di Afrika Utara
3. Mazhab Syafi’I (w. 204H/819M) berkembang di Asia Tenggara
4. Mazhab Hambali (w. 241H/855M) berkembang di Saudi Arabia.
• Dasar pelaksanaan mazhab ini adalah ketaatan kepada imam.
14. Kuliah Kedelapan
Hukum Islam di Indonesia
Sistem Hukum yang berlaku di Indonesia
• Sistem Hukum Adat, yang merupakan hukum asli atau hukum adat masyarakat
Indonesia. Contohnya seperti Hukum Pertanahan.
• Sistem Hukum Islam, yaitu hukum yang berasal dari ajaran Islam. Contohnya
seperti Hukum Keluarga yang meliputi hukum nikah, waris, wasiat, hibah dan
wakaf.
• Sistem Hukum Barat, yaitu hukum yang berasal dari warisan kolonial Belanda
dan kemudian diteruskan dan dipakai di Indonesia. Contohnya seperti Hukum
Pidana yang berasal dari WvS (Weetboek van Strafrecht).
Keberadaan Hukum Islam di Indonesia:
• Mulai berlaku sejak Islam dating dan dipeluk oleh masyarakat Indonesia. Islam
masuk ke Indonesia pada Abad VII-VIII M atau Abad XII-XIII M.
• Pada Masa Kolonial Pemberlakuan Hukum Islam mengalami periode:
1. Receptio in Complexu, artinya hukum Islam berlaku sepenuhnya bagi
umat Islam. Tokoh yang berpendapat adalah: Christian van Den Berg.
2. Receptie, artinya hukum Islam baru diberlakukan jika sesuai dengan
hukum adat. Tokohnya: C. Snouck Hurgronje.
• Pemerintah Belanda mengakui keberadaan hukum Islam dengan cara
membentuk Priesterrad (1882) atau disebut dengan pengadilan agama.
• Pengadian ini dipimpin oleh penghulu, dibantu oleh ulama sebagai anggota.
• Kompetensinya meliputi segala perkara yang terjadi diantara umat Islam, tetapi
pada tanggal 1 April 1937 dikurangi kewenangannya khususnya dalam masalah
waris dan wakaf. Sehingga pengadilan ini hanya mengurusi masalah nikah dan
cerai saja.
• Pada masa kemerdekaan:
1. Diakui sebagai sumber hukum perundang-undangan di Indonesia dengan
dasar: Pancasila (sila I), UUD 1945 (pasal 29), GBHN.
2. Dibentuk Departemen Agama pada tanggal 3 januari 1946
3. Dipositifkan dalam hukum tertulis seperti:
a. UU No. 1 tahun 1974, tentang Undang-Undang Perkawinan.
b. PP No. 28 tahun 1977, tentang Hukum Perwakafan.
c. UU No. 7 tahun 1989, tentang Peradilan Agama.
d. Inpres No. 1 tahun 1991, tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI).
e. UU No. 7 tahun 1992, tentang Hukum Perbankan, dimana di dalamnya
diakui keberadaan Bank Muamalat.