2. SUMBER AJARAN ISLAM
1. Sumber utama ajaran islam :
a. Al-Qur’an
b. Al-Hadits
2. Dinamika hukum islam :
a. Ijtihad
b. Ikhtilaf
c. Mazhab
3. A. PENGERTIAN AL-QUR’AN
Al-Qur’an menurut Al Zarqani adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw dari permulaan surah al-fatihah sampai akhir surah an-naas.
Dalam pengertian lain Al-Qur’an adalah wahyu allah yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril sebagai mukjizat dan membacanya
bernilai ibadah.
B. AL-QUR’AN DITURUNKAN
Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur dalam tenggang waktu 22 tahun 2 bulan
22 hari.
Para ulama membagi sejarah turunnya al-Qur'an kedalam dua periode:
1) periode sebelum hijrah (ayat makiyyah)
2) periode pasca hijrah (ayat madaniyyah)
Ada pendapat berbeda yang kedalam tiga periode:
Periode Pertama, wahyu pertama (iqra) dan kedua Q.S. Al-Muddatsir/74:1-5.
Periode Kedua, ayat-ayat yang diturunkan berisi tentang ajakan akan kewajiban
dan juga ancaman. Periode ketiga, dakwah Rasul mengalami perkembangan pesat.
1. AL-QUR’AN
4. C. TUJUAN POKOK DITURUNKANNYA AL-QUR’AN
Secara garis besar tujuan pokok diturunkannya al-Qur'an ada tiga:
1. Petunjuk aqidah dan kepercayaan
2. Petunjuk mengenai syari'at dan hukum-hukum
3. Petunjuk akhlak yang murni.
D. BUKTI KEOTENTIKAN AL-QUR’AN
Bukti-bukti otentisitas al-Qur'an dapat didasarkan pada al-Qur'an dan al-Hadits,
serta bukti lain yang didasarkan pada penelitian empirik. Bukti atau jaminan
otentisitas al-Qur'an, antara Iain pada Q.S. al-Hijr/15:9, al-Nisa/4:82, al-
Ankabut/29:48.
Dalam Hadits dapat dilihat dari beberapa riwayat, antara lain riwayat yang
menyebutkan bahwa setiap turun wahyu, nabi memanggil para sahabat penulis
wahyu untuk meletakkan ayat atau surah pada tempat yang telah ditetapkan
Nabi, dan riwayat pelarangan menulis selain al-Qur'an (misal menulis Hadits).
5. E. TEMA POKOK AL-QUR’AN
Fazlur Rahman, Prof. DR., dalam bukunya Major Themes of the Qur'an (Tema
Pokok Al-Qur'an) membagi al-Qur'an kedalam delapan tema, yaitu
1) Tuhan
2) Manusia sebagai individu
3) Manusia sebagai anggota masyarakat
4) Alam semesta
5) Kenabian dan wahyu
6) Eskatologi
7) Setan dan kejahatan
8) Lahirnya masyarakat Muslim.
Selain itu, ada pengembangan dari pemahaman tema tentang Tuhan yang
mempunyai implikasi moral, berupa (1) keadilan, (2) persamaan, (3)
musyawarah, dan (4) perdamaian.
6. A. DEFINISI DAN PENGERTIAN HADITS
Istilah hadits pada dasarnya berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata “Al-hadits” yang
artinya adalah perkataan, percakapan atau pun berbicara.
Hadits adalah setiap tulisan yang berasal dari perkataan atau pun percakapan Rasulullah
Muhammad SAW.
Dalam terminologi, hadits merupakan setiap tulisan yang melaporkan atau pun mencatat
seluruh perkataan, perbuatan dan tingkah laku Nabi Muhammad SAW.
B. UNSUR-UNSUR HADITS
Suatu hadits terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
Matan Hadits
Matan (materi) hadits yang baik adalah yang tidak bertentangan dengan matan hadits
lain yang lebih kuat sanad-nya, tidak pula bertentangan dengan rasio dan fakta sejarah,
dan tidak pula bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam
Sanad Hadits
Rangkaian urutan orang-orang yang menjadi sandaran atau jalan yang menghubungkan
satu hadits atau sunnah sampai pada Nabi Saw.
Rawi Hadits
Rawi adalah penyampai hadits, dan yang dapat diterima periwayatannya haruslah
memenuhi syarat : (1) adil, dan (2) dlabith atau hafizh.
2. AL-HADIST
7. C. MACAM-MACAM HADITS
a) Dilihat dari Segi Bentuknya :
1) Qauliyah yang berbentuk perkataan Nabi Saw.
2) Fi’liyah yang berbentuk perbuatan Nabi Saw.
3) Taqiririyah, hadits yang berupa perbuatan atau ucapan sahabat Nabi
Saw yang tidak disalahkan oleh Nabi.
b) Dilihat dari Segi Jumlah Orang yang Meriwayatkannya :
1) Mutawatir, hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak, sehingga secara
akal tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta.
2) Masyhur, hadits yang perawi lapis pertamanya beberapa orang tabi’in
3) Ahad, hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih, tetapi tidak
cukup terdapat padanya sebab-sebab yang menjadikannya ke tingkat
Masyhur.
8. c) Dilihat dari Segi Kualitasnya :
1) Shahih, hadits yang bersambung-sambung sanad, diriwayatkan oleh orang
yang adil dan kuat ingatan, tidak terdapat keganjilan (syadz) cacat (illah).
2) Hasan, hadits yang memenuhi persyaratan hadits shahih kecuali segi hafalan
(ingatan) perawinya yang kurang baik.
3) Dha’if, hadits yang tidak didapati padanya syarat shahih maupun hasan
4) Maudlu’, hadits palsu
d) Dilihat dari Segi Diterima atau Tidaknya :
1) Maqbul, hadits yang diterima/dapat dijadikan hujjah/alasan dalam agama.
2) Mardud, hadits yang ditolak dan tidak boleh dijadikan alasan dalam agama.
e) Dilihat dari Segi Siapa yang Berperan dalam Hadits :
1) Marfu’ jika hadits itu benar-benar perbuatan Nabi.
2) Mauquf jika hadits hanya merupakan perbuatan atau kata-kata sahabat dan
Nabi tidak menyaksikan atau mendengarnya.
3) Maqthu’ jika hadits hanya merupakan perbuatan atau kata-kata tabi’in.
9. D. KEDUDUKAN HADITS
Seluruh umat Islam, telah sepakat bahwa hadits merupakan salah satu sumber
ajaran Islam. Ia menempati kedudukan kedua setelah Al-Qur`an. Keharusan
mengikuti hadits bagi umat Islam baik yang berupa perintah maupun
larangannya, sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al-Qur`an.
E. FUNGSI HADITS TERHADAP AL-QUR’AN
Fungsi hadits menerangkan dan menjelaskan dalil-dalil al-Qur’an. Para ulama
menerangkan fungsi hadits terhadap al-Qur’an, antara lain :
a)Bayan Tafshil
Al-Qur’an bersifat (mujmal) global, maka diperlukan perincian. Karena itulah
hadits diperlukan.
b)Bayan Takhsish
Dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang bersifat umum. Dalam keadaan
tersebut diperlukan hadits untung menjelaskan kekhususannya.
c)Bayan Ta’yin
Hadits berfungsi untuk menentukan mana yang dimaksud di antara dua atau
tiga perkara yang mungkin dimaksudkan oleh al-Qur’an.
d)Bayan Nasakh
Hadits yang menerangkan mana ayat yang menasakh (menghapus) dan mana
yang dimanshukh (dihapus).
10. A. PENGERTIAN IJTIHAD
Secara etimologis “ijtihad” berasal dari kata : jahada, yajhadu, dan bentuk masdarnya jahdan, yang berarti berusaha
sungguh-sungguh, atau mencurahkan segala kesungguhan.
Secara terminologis ijtihad berarti usaha maksimal seorang ahli fiqih guna menemukan hukum suatu masalah yang
tidak terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadits (A. Wahab Khallaf).
Dapat disimpulkan Ijtihad adalah upaya mencurahkan segala kemampuan untuk merumuskan hukum syara’ dengan
cara instinbath dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Dasar hukum ijtihad terdapat dalam al-Qur’an, antara lain QS ar-
Ra’d/13:3 dan QS al-Ruum/30:21.
B. KEDUDUKAN IJTIHAD
Ijtihad dalam tatanan hukum Islam menempati urutan ketiga setelah al-Qur’an dan al-Hadits. Perintah melakukan
ijtihad dapat dilihat pada QS al-Maidah/5:48 dan QS Al-Nisa ayat 59
Para ulama bersepakat bahwa ijtihad tidak boleh merambah
dimensi ibadah mahdhah (formal). Sebab ibadah formal
merupakan hak Allah. Tata cara ibadah formal telah dicontohkan
secara final oleh Rasulullah SAW.
3. IJTIHAD
11. C. SYARAT-SYARAT SEORANG MUJTAHID
Seorang mujtahid harus memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Seorang mujtahid harus mengetahui dan memahami makna ayat-ayat hukum, baik makna sematik
maupun konotasi hukumnya.
2. Seorang harus mengetahui dan memahami makna hadits-hadits hukum, baik makna sematik maupun
konotasi hukumnya.
3. Seorang mujtahid harus mengetahui ayat-ayat yang Mansukh dan yang menasakhnya.
4. Seorang mujtahid harus mengetahui ketentuan-ketentuan hukum yang telah ditetapkan lewat ijma’.
5. Seorang mujtahid dapat mengetahui metodologi penggunaan qiyas (analogis) dengan baik.
6. Seorang mujtahid harus mengetahui Bahasa Arab dengan baik.
7. Seorang mujtahid harus mengetahui kaidah-kaidah ushul fiqih dengan baik.
8. Seorang mujtahid harus mengetahui maqasid al-Syari’ah.
12. D. TINGKATAN MUJTAHID
Mujtahid Mustaqil
Seorang mujtahid yang telah mandiri dalam melakukan ijtihad. Mereka ini adalah para mujtahid salaf, yang
telah melahirkan mazhab-mazhab fiqh.
Mujtahid Mutlak yang tidak Mustaqil
Mereka telah memenuhi kriteria mujtahid mustaqil, tetapi tidak melahirkan kaidah-kaidah sendiri, mereka
mengikuti kaidah-kaidah imamnya.
Mujtahid Takhrij
Mujtahid takhrij sangat terikat dengan kaidah imamnya, mereka tidak mengkritik imamnya dan tidak
melahirkan kaidah-kaidah dalam berfatwa. (mujtahid fi al-mazhab).
Mujtahid Tarjih
Mujtahid yang tidak memenuhi kriteria mujtahid mustaqil,
mujtahid mutlak yang tidak mustaqil, dan mujtahid takhrij.
Mereka melakukan “tarjih” terhadap pendapat Imam mazhab.
Mujtahid Fatwa
Mereka berfatwa dengan pemikiran-pemikiran fiqh
hasil karya imam mazhabnya, atau tokoh di sekitarnya.
13. E. PEMBAGIAN IJTIHAD
Berdasarkan dari jumlah mujtahidnya, ijtihad terbagi dua macam :
Ijtihad Fardi (ijtihad individual)
Ijtihad yang dilakukan oleh seorang mujtahid saja (dasar untuk ijtihad tersebut adalah hadits tentang Muaz / H.R.
Abu Daud dan Tirmizi).
Ijtihad Jama’I (Ijtihad Kolektif)
Ijtihad yang dilakukan oleh sekelompok mujtahidin. Misalnya ijtihad yang dilakukan oleh para sahabat dalam
pengangkatan khalifah Abu Bakar Siddiq.
F. LAPANGAN IJTIHAD
Ijtihad tidak boleh merambah terhadap dimensi ibadah mahdah, oleh karena itu ijtihad hanya merambah pada
perkara-perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuan hukumnya dalam al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Daerah
atau wilayah-wilayah ijtihad antara lain : masalah inseminasi buatan (bayi tabung), bank sperma, transplantasi
organ tubuh, operasi plastik, keluarga berencana (KB), aborsi, nikah via telepon, dsb.
Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa bahwa terdapat dua
agenda besar ijtihad yang dituntut peradaban modern, yakni :
1. Bidang hubungan keuangan dan ekonomi
2. Bidang ilmu pengetahuan dan kedokteran
14. G. METODE DAN BENTUK-BENTUK IJTIHAD
1. Ijma’
Secara Bahasa, Ijma’ adalah menghimpun, mengumpulkan atau bersatu dalam pendapat. Secara istilah, ijma’ adalah kesepakatan
para ulama (ahli ijtihad) terhadap suatu masalah hukum sepeninggal Rasulallah SAW.
2. Qiyas
Secara Bahasa, Qiyas adalah mengukur sesuatu menurut contoh yang lain, kemudian menyamakannya. Secara istilah Qiyas adalah
menerapkan hukum perbuatan tertentu pada perbuatan lain yang memiliki kesamaan.
H. LARANGAN TAQLID
Para ulama mujtahid telah meninggalkan fatwa agar umat Islam tidak menjadi Muqallid (orang yang taklid). Fatwa ulama tersebut
antara lain :
a. Imam Abu Hanifah
“tidak halal bagi seseorang yang mengikuti pendapat kami, hingga mengetahui darimana sumber pendapat kami.”
b. Imam Malik
“Aku hanyalah seorang manusia, yang bisa salah dan bisa benar, maka koreksilah pendapatku. Segala yang sesuai dengan al-Qur’an
dan Sunnah ambillah, dan segala yang tidak sesuai tinggalkanlah.”
d. Imam Syafi’i
“Apa yang telah kukatan tetapi bertentangan dengan sabda Nabi, maka
yang sesuai dengan Hadits itu yang menjadi pendapatku. Janganlah taqlid
kepadaku.”
e. Imam Hambali
“Janganlah taqlid kepadaku, jangan pula taqlid pada Malik,
jangan kepada Syafi’i dan jangan pula kepada al-Tsauri.
Ambillah dari sumber mana mereka ambil.”
15. A. PENGERTIAN IKHTILAF
Ikhtilaf merupakan isim mashdar dari ikhtalafa-yakhtalifu-ikhtilaafan yang secara
etimologi bermakna perselisihan dan perbedaan pendapat dan paham.
Sedangkan secara terminologi ikhtilaf adalah berlainan dan berselisih pendapat antara dua
orang atau lebih terhadap suatu masalah tertentu.
B. PEMBAGIAN IKHTILAF
Ikhtilaf dalam Fiqh dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Ikhtilaf Maqbul
Ikhtilaf Maqbul ini adalah perbedaan pendapat ulama dalam bermacam-macam perkara
yang dipersilisihkan oleh para ulama Fiqh mengenai kesunnahannya, keafdolannya
ataupun hukum makruhnya.
2. Ikhtilaf Madzmum
Ikhtilaf madzmum secara bahasa bermakna perbedaan yang tercela dan jelek.
3. Ikhtilaf Sa’igh Maqbul
Ikhtilaf sa’igh maqbul ialah perbedaan pendapat ulama yang terkait dengan masalah-
masalah baru yang tidak ada dalil qath’i mengenai hukumnya.
4. IKHTILAF
16. C. SEBAB – SEBAB IKHTILAF
1. Sebab dari Subjek
Ikhtilaf Maqbul dan Saigh Maqbul memiliki sebab-sebab di antaranya:
• Berbedanya akal
• Pemahaman dan pemikiran setiap manusia
• Berbeda kualitas keilmuan masing-masing imam mazhab
• Berbeda pemahaman bahasa arab
• Berbeda metode istidlal dan kaidah ushul fiqh
• Cara membaca al-qur’an.
Ikhtilaf Madzmum memiliki sebab-sebab khusus yakni
• Kebodohan
• Kezaliman dan permusuhan
• Mengikuti hawa nafsu dan prasangka
• Fanatik terhadap mazhab tertentu
• Berbedanya metode pengajaran nabi dengan ulama setelah nabi.
2. Sebab dari Objek.
Sebab dari objek ikhtilaf di antaranya karena lafadz dan kosakata bahasa Arab
yang multi makna, juga karena terdapat dalil-dalil yang bertentangan dan
berbedanya adat, kebiasaan dan keadaan di setiap daerah.
17. D. SEJARAH MAZHAB FIQH
Dalam sejarahnya, mazhab ini mulai muncul ketika firqah-firqah islam lainnya muncul.
Dalam firqah atau kelompok ini umat Islam terpecah menjadi 3 golongan:
1. Khawarij
Khawarij ini pun terpecah menjadi beberapa bagian di antaranya: Azariqah, Sufriyah,
Najadat dan Ibadiyah.
2. Syiah
Syiah ini lebih banyak lagi kelompoknya, di antaranya: Sab’iyah, Bayaniyah,
Mughiriyah, Khitobiyah, Zaidiyah, Kaysaniyah, Itsna Asyariyah, Ismailiyah.
3. Jama’ah
Untuk Jama’ah atau yang dikenal juga dengan sebutan Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
memiliki banyak sekali mazhab Fiqh. Saat ini hanya ada empat yakni: Mazhab Hanafi,
Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali.
18. A. PENGERTIAN MAZHAB
Mazhab berasal dari bahasa Arab yang berarti jalan yang dilalui atau dilewati.
Ulama Islam berpendapat mazhab sebagai metode yang dipakai setelah melalui pemikiran dan penelitian,
kemudian orang menjalaninya dan menjadikannya sebagai pedoman.
Pada dasarnya, mazhab timbul karena perbedaan dalam memahami Alquran dan Sunah yang tidak bersifat
absolut.
5. MAZHAB
19. B. MAZHAB FIQIH DALAM AHLU SUNNAH WAL JAMAAH
1. MAZHAB HANAFI
Mazhab ini didirikan oleh Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit atau Imam Hanafi. Imam Hanafi menimba ilmu fikih
kepada Hammad bin Abi Sulaiman.
Dasar yang dipakai oleh mazhab Hanafi adalah Alquran, Sunnah, dan fatwa sahabat yang merupakan penyampai.
Mazhab ini juga menggunakan qiyas sebagai dasarnya dan juga istihsan, serta ‘ijma. Selain itu, ia juga
menggunakan dasar urf.
Mazhab Hanafi sempat menjadi mazhab resmi Dinasti Abbasiyah. Mazhab ini juga tersebar di negara yang dikuasai
Dinasti Ottoman, daerah Anatolia (Asia Tengah), India, dan wilayah Transoksania (Turkistan, Asia Tengah).
2. MAZHAB MALIKI
Aliran ini didirikan oleh Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir al-Asbahi, atau yang dikenal dengan nama Imam
Malik. Imam Malik adalah seorang ahli hadis dan fikih yang paling terpercaya. Pemikiran hukumnya banyak
dipengaruhi sunnah yang cenderung tekstual. Dasar yang dipakai oleh mazhab ini adalah Alquran, Sunnah, mazhab
yang tersebar di Hedjaz, fatwa sahabat, qiyas, dan az-zara'i. Kitab terbesar Imam Malik adalah Al-Muwatta’.
Negara-negara dengan pengikut terbanyak mazhab ini adalah Maroko, Al-Jazair, Mesir, Sudan, Nigeria, dan Tunisia.
Murid atau pengikutnya yang terkenal adalah Imam Syafi’i, Yahya Al-Laitsi, Ibnu Rusdi, AI Qurthubi, Ibnu Batutah,
dan Ibnu Khaldun.
20. 3. MAZHAB SYAFI’I
Mazhab ini oleh Imam Syafi’i. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi’i. Beliau disebut juga sebagai
orang pertama yang membukukan ilmu usul Fiqih. Mazhab ini muncul pada pertengahan abad ke-2 Hijriah.
Sumber acuan mazhab ini adalah paham dan pemikiran Syafi’i yang dimuat dalam kitabnya, Ar-Risalah, Al-Umm, Ikhtilaf al-
Hadits, dan lain-lain. Mazhab Syafi’i mempunyai dasar Alquran, Sunah, ijma, dan qiyas. Pemikirannya yang cenderung moderat
diperlihatkan dalam Qaul Qadim (pendapat yang baru) dan Qaul Jadid (pendapat yang lama).
Negara-negara dengan mayoritas pengikut mazhab ini adalah Indonesia, Ethiopia, Malaysia, Yaman, Mesir, dan Somalia.
Murid atau pengikutnya yang terkenal adalah Imam Ahmad AI Ghazali, lbnu Katsir, lbnu Majah, An Nawawi, Ibnu Hajar al-
‘Asqalani, Abu Hasan Al Asy’ari, dan Said Nursi.
4. MAZHAB HAMBALI
Mazhab besar ini didirikan oleh Ahmad bin Muhammad bin Hambal atau terkenal dengan nama Imam Hambali. Imam Hambali
menuntut ilmu di kota Baghdad. Di sana ia belajar tentang keislaman seperti hafalan Alquran, hadis, dan sejarah Rasulullah. Pada
masa muda ia pernah berguru dengan Abu Yusuf dan Imam Syafi'i.
Imam Hambali menulis satu kitab, yaitu Al-Musnad yang berisi kumpulan hadis yang diriwayatkan Ahmad dari para rawi
tepercaya. Dasar pedoman pokok mazhab ini yaitu Alquran dan hadis.
Negara pengikut terbanyak mazhab ini adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Murid atau pengikutnya yang terkenal adalah Imam Bukhori, Abdul Qodir Al Jailani, lbnu Qudammah, lbnu Taimiyah, Ibnu
Qaiyyim Al jauziyyah, Adz-Dzahabi, dan Muhammad bin Abdul Wahab.
21. SUMBER
1. Modul Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Program Diploma 1 Sekolah Tinggi Ilmu
Statistika
2. https://www.academia.edu/23439500/Ikhtilaf
3. https://www.malangtimes.com/amp/baca/34943/20190111/110500/sejarah-dan-
karakteristik-4-mazhab-fiqih
4. https://m.republika.co.id/amp/qc2tlk430
5. https://m.republika.co.id/amp/qc2toi430/mengenal-empat-mazhab-fiqih-utama-dalam-
islam-
6. 2https://m.republika.co.id/amp/qc2tqu430
7. https://m.republika.co.id/amp/qc2tte430/mengenal-empat-mazhab-fiqih-utama-dalam-
islam-4-habis
8. Tambahan : beda Al-Qur’an dan Hadits Qudsi, asbabunnuzul Al-Qur’an dan Hadits dan
contoh, Fungsi hadits bayan dikasih contoh, dalil atau ayat karena sering muncul di ujian,
pembagian hadits ada dua lagi, hadits takririyah dan wasfiyah (terbagi 3 sifat/wasfiyah),
produk ijma, maslahah nursalah, saddun jari’ah , ... ada dua lagi jadi ada 6 sama contoh.
Dan mazhab hanya 4 karena syiah sudah firqah karena mengotak atik syariah.
9. Catatan : Dalam memilih mazhab tidak boleh talfiq atau memilah milih mazhab karena
hawa nafsu atau yang enaknya saja.