IJTIHAD SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM KETIGA

2. 
 Hamdan Nurachid



4. Kata Ijtihad secara etimologis
bararti “bersungguh-sungguh dalam
menggunakan tenaga,baik fisik maupun
pikiran”.
Menurut kalangan ulama
Hanafiah, mendefinisikan ijtihad sebagai
pengerahan kemampuan untuk
menemukan kesimpulan hukum syar’i
sampai ketingkat zanni (dugaan keras)
sehinggan mujtahid itu merasakan tidak
lagi dapat melakukan uoaya melebihi dari
apa yang dilakukannya itu.

5. Menurut istilah, ijtihad adalah
mencurahkan seluruh kemampuan
secara maksimal,baik untuk meng-
istimbat-kan(mengeluarkan) hukum
syar’i maupun dalam penerapannya.

6. 1. Ijtihad untuk membentuk atau meng-
istimbat-kan hukum dari dalilnya
2. Ijtihad untuk menerapkan hukum.

7. a. Mengerti makna yang di kandung oleh ayat
hukum dalam al-qur’an, baik secara bahasa
maupun menurut istilah syariat.
b. Mengetahui hadist hukum, baik secara bahasa
maupun dalam pemakaian syarak.
c. Mengetahui ayat atau hadist yang telah
dimansukh (telah dibatalkan atau diganti oleh
Allah SWT dan Rasul-Nya) dan mengetahui
ayat atau hadits yang menasakh atau
mengganti.

8. d. Mengetahui masalah yang sudah menjadi
ijmak menyangkut hukum dan tempatnya.
e. Mengetahui seluk beluk qiyas.
f. Mengetahui bahasa arab dan ilmu bantu yang
berhubungan dengannya.
g. Mengetahui ilmu usul fikih.
h. Mempu menangap tujuan syariat dalam
merumuskan suatu hukum.

9. Imam Syafi’i dalam bukunya Ar-Risalah menjelasakn
bahwa hukum yang dikandung oleh Al-Qur’an dapat menjawab
berbagai permasalahan kehidupan manusia, maka harus digali
dengan kegiatan ijtihad. Oleh karena itu, Allah SWT mewajibkan
hamba-nya untuk berijtihad dalam upaya menimba hukum dari
sumbernya (Al-Qur’an dan sunah). Hal ini menggambarkan
betapa pentingnya kedudukan ijtihad disamping Al-Quran dan
sunah.

10. a. Untuk menuji kebenaran riwayat hadits yang tidak sampai
ketingkat hadits mutawatir, seperti hadits ahad.
b. Sebagai upaya memahami redaksi ayat untuk hadits yang
pengertiannya tidak tegas sehingga secara langsung tidak
dapat dipahami kecuali dengan ijtihad.
c. Untuk mengembangkan prinsip hukum ang terdapat dalam
al-quran dan sunah, seperti dengan kias, istihsan, dan
maslahat mursalah.
d. Pengembangan prinsip hukum dalam al-quran dan sunah
karena ayat dan hadits hukum yang jumlahnya sangat
terbatas dapat menjawab berbagi masalah yang jumlahnya
tak terbatas.