SlideShare a Scribd company logo
89
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN
MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF
Oxygen Consumption of White Shrimp (Litopenaeus vannamei) and Model of Oxygen
Management in Intensive Culture Pond
T. Budiardi, T. Batara dan D. Wahjuningrum
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680
ABSTRACT
This study was conducted to determine oxygen consumption level of white shrimp (Litopenaeus
vannamei) and the model of oxygen management in intensive culture pond. Shrimp in weight of 5 gram were
maintained in 20 liter of water in density 6 tails/container. Water quality was measured every 2 hours for 6
hours. Other experiments were done using shrimp in weight of 8, 10, 12 and 15 gram per tail, in density 4
tails/container. The results of study showed that oxygen consumption levels of white shrimp was higher after
feeding than before feeding. Oxygen consumption levels of smaller shrimp were higher than that of bigger
shrimp. Regression model of oxygen consumption levels before and after feeding were linear. Correlation
between oxygen consumption and shrimp weight reached 92.5%.
Keywords: white shrimp, Litopenaeus vannamei, oxygen, respiration, intensive pond
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus
vannamei) dan model pengelolaan oksigen pada tambak intensif. Udang dengan bobot sekitar 5 gram
dimasukkan ke dalam wadah tertutup berukuran 20 liter dengan kepadatan 6 ekor/wadah. Kualitas air diukur
setiap 2 jam selama 6 jam. Perlakuan tersebut juga dilakukan pada udang dengan kelompok berat 8, 10, 12 dan
15 gram, dengan kepadatan 4 ekor/wadah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi oksigen
udang vaname sesudah makan relatif lebih tinggi daripada sebelumnya. Tingkat konsumsi oksigen udang
ukuran kecil relatif lebih tinggi daripada yang berukuran lebih besar. Model persamaan regresi tingkat
konsumsi oksigen pada udang yang tepat sebelum dan sesudah makan adalah linear. Korelasi antara konsumsi
oksigen dengan bobot udang mencapai 92,5%.
Kata kunci: vaname, Litopenaeus vannamei, oksigen, respirasi, tambak intensif
PENDAHULUAN
Vaname (Litopenaeus vanname)
merupakan jenis udang yang mempunyai
toleransi cukup tinggi terhadap fluktuasi
kualitas air, terutama di musim kemarau.
Produksi udang vaname dengan sistem
budidaya intensif dapat menghasilkan panen
yang relatif lebih baik pada fluktuasi kualitas
air yang tinggi dibandingkan dengan jenis
udang lain seperti udang windu.
Peningkatan padat penebaran harus
diikuti dengan peningkatan intensitas
pengelolaannya terutama pakan dan kualitas
air. Salah satu parameter penting kualitas air
dalam budidaya udang adalah oksigen
terlarut yang dikonsumsi udang untuk proses
respirasi. Untuk mengantisipasi terjadinya
kekurangan oksigen terlarut dalam air
tambak dilakukan pergantian air dan
penggunaan kincir.
Tingkat konsumsi oksigen udang vaname
antara lain bergantung pada ukuran (stadia)
udang vaname (faktor internal) dan status
makan (faktor eksternal). Tingkat konsumsi
udang akan menurun jika kebutuhan oksigen
dalam air tidak terpenuhi dan mengakibatkan
penurunan kondisi kesehatan udang bahkan
menyebabkan kematian.
Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 89–96 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
90
BAHAN & METODE
Pengamatan terhadap tingkat konsumsi
oksigen pada udang vaname (Litopenaeus
vannamei) dilakukan pada bulan Mei-
Agustus 2003 mengikuti masa pemeliharaan
di tambak PT Bomasena Segara, Citarate,
Sukabumi, Jawa Barat. Pakan yang diberikan
berupa pelet tenggelam sebanyak 4% dari
bobot tubuh udang dengan frekuensi 4
kali/hari dan disebar merata pada tambak.
Pengambilan udang uji dilakukan 1 jam
sebelum dan sesudah pemberian pakan untuk
proses pengamatan terhadap tingkat
konsumsi oksigen berdasarkan kelompok
bobotnya. Udang dari tambak dengan bobot
sekitar 5 gram dimasukkan ke dalam wadah
tertutup berukuran 20 liter dengan kepadatan
6 ekor/wadah dan diukur parameter kualitas
airnya setiap 2 jam selama 6 jam. Perlakuan
tersebut juga dilakukan pada udang dengan
kelompok berat 8, 10, 12 dan 15 gram namun
dengan kepadatan 4 ekor/wadah. Udang yang
digunakan merupakan udang sehat yaitu
tidak cacat tubuh, aktif bergerak atau tidak
diam terus menerus.
Air yang digunakan merupakan hasil
penyaringan menggunakan plankton net
ukuran 50 dan 489 m untuk mencegah
masuknya plankton dan organisme lainnya
kedalam media penelitian. Untuk menjamin
ketersediaan oksigen, air diaerasi kuat selama
8 jam yang kemudian dilakukan pengukuran
terhadap oksigen terlarut, pH, suhu, salinitas
dan BOD5.
Data yang diperoleh berupa data utama,
yaitu bobot udang dan oksigen terlarut (pada
awal dan akhir percobaan) serta data
penunjang berupa kualitas air. Tingkat
konsumsi oksigen dihitung berdasarkan
rumus Pavlovskii (1964);
t1 = (([O2]0-[O2]1×V0)/(W1))/(t1-t0)
tn= (([O2]tn-1-[O2]n×Vn-1)/(Wn))/(tn-tn-1)
Keterangan :
[O2]0= konsentrasi O2 pada saat t0
[O2]n= konsentrasi O2 pada saat tn
V0 = volume air pada saat t0
Vn-1 = volume air pada saat tn-1
Wn = bobot udang pada saat tn
t0 = waktu pada jam ke-0 (awal)
t1 = waktu pada jam ke-1 (akhir)
tn = waktu pada jam ke-n (n=1, 2, 3,...,6)
tn-1 = waktu pada jam ke-n-1 (n=1, 2, 3,...6)
Data tingkat konsumsi oksigen yang
didapatkan digunakan untuk:
1) menentukan ada atau tidaknya perbedaan,
baik antara bobot udang maupun antara
sebelum dan sesudah udang makan
dengan menggunakan uji F. Apabila
terdapat perbedaan tingkat konsumsi
oksigen antar bobot udang (P<0,05),
maka pengujian dilanjutkan dengan uji
Tukey untuk menentukan bobot udang
yang mempunyai tingkat konsumsi oksigen
yang berbeda, serta bobot udang yang
mempunyai tingkat konsumsi oksigen
terendah dan tertinggi.
2) Menentukan model pengelolaan oksigen pada
tambak udang vaname berdasarkan tingkat
konsumsi oksigen selama masa
pemeliharaan.
Tabel 1. Paremeter kualitas air dan metode pengukurannya
Parameter kualitas air Satuan Alat/metode
1. temperatur
2. oksigen terlarut
3. nilai pH
4. Salinitas
5. BOD5
C
mg/L
unit
‰
mg/L
Termometer
DO-meter, metode Winkler
pH-meter, indikator universal
salinometer
DO-meter, metode Winkler
91
HASIL & PEMBAHASAN
Kualitas air
Pertumbuhan udang optimal terjadi pada
kisaran suhu 25-30 C, serta berakibat
kematian pada suhu di atas 35 C (Fast,
1992). Suhu air media selama percobaan
berkisar antara 26-28 C dengan fluktuasi
yang tidak mengganggu kehidupan udang
uji.. Penurunan suhu air media disebabkan
oleh menurunnya suhu ruang, sedangkan
peningkatannya disebabkan oleh
meningkatnya suhu ruang dan hasil
metabolisme udang yang berupa panas.
Zonneveld et. al., (1991) menyatakan, selama
proses katabolisme makanan berlangsung,
energi kimia dari makanan tubuh diubah
bentuknya menjadi ATP dan sisanya hilang
sebagai panas. Meningkatnya suhu pada
umumnya disertai dengan meningkatnya laju
metabolisme yang berarti meningkatnya
permintaan oksigen oleh jaringan. Secara
umum, meningkatnya suhu lingkungan 10 C
menyebabkan meningkatnya laju
pengambilan oksigen oleh hewan menjadi
dua sampai tiga kali lipat (Spootte, 1970).
Nilai salinitas air yang digunakan dalam
percobaan berkisar antara 37–40 ppt.
Penurunan dan kenaikkan salinitas sebesar 4
ppt dapat menyebabkan udang stres dan ganti
kulit (Eddy, 1990). Proses penyerapan
oksigen dari air media ke dalam tubuh udang
dipengaruhi antara lain oleh salinitas
(Lockwood, 1989). Peningkatan salinitas
akan meningkatkan energi yang dibutuhkan
untuk osmoregulasi sehingga laju
metabolisme dalam tubuh udang juga
meningkat. Selama percobaan tidak terjadi
perubahan salinitas air di setiap perlakuan
karena air berada dalam wadah tertutup
sehingga tidak ada penguapan.
Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik (BOD5) sekitar
0,0022–0,0040 mg/L dalam satu jam. Hal
tersebut menandakan adanya bahan organik
pada air yang akan dicobakan, namun tidak
terlalu besar sehingga tidak mengganggu
konsumsi oksigen udang vaname.
Konsentrasi oksigen terlarut pada setiap
bobot perlakuan cenderung menurun baik
sebelum maupun sesudah makan yang
disebabkan oleh pengambilan oksigen dari
media ke dalam tubuh udang. Gibson dan Fry
(1960) menyatakan bahwa di dalam wadah
yang tertutup dan terbatas, tekanan oksigen
secara terus menerus menurun sebagai akibat
dari pengambilan oksigen yang terus
menerus oleh udang.
Pada akhir pengukuran oksigen, udang
uji masing-masing perlakuan tidak
mengalami kematian namun kondisinya
lemah, pergerakkan dan respon berkurang
akibat kekurangan oksigen terlarut.
Konsentrasi DO (oksigen terlarut) minimal
yang dibutuhkan spesies uji agar dapat
bertahan hidup selama 24 jam adalah sebesar
0,75–2,5 mg/L dan kebanyakan spesies laut
akan mati jika kadar DO di bawah 1,25 mg/L
selama beberapa jam. Tingkat DO antara
2,5–3 mg/L mengakibatkan pengurangan
kecepatan berenang, sedangkan pada tingkat
DO 5,3–8 mg/L baik untuk kelangsungan
hidup dan pertumbuhannya (Anonimus,
1968).
Fluktuasi kualitas air seperti suhu,
salinitas, pH, dan oksigen terlarut yang
terjadi selama percobaan berlangsung tidak
membahayakan kehidupan udang uji.
Perubahan parameter kualitas air dari tambak
ke media percobaan tidak mengakibatkan
udang sters karena kualitas air pada media
percobaan berada dalam kisaran kualitas air
tambak.
Tabel 2. Kualitas air media sebelum pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi
oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
Parameter Satuan
Bobot udang (gram)
5 8 10 12 15
Suhu °C 26.38 26.53 26.45 26.95 27.75
pH - 8.22 8.15 8.18 8.08 8.15
Salinitas ppt 40 40 40 39 37
BOD mg/L 0.0022 0.0026 0.0022 0.004 0.0023
92
Tabel 3. Kualitas air media sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen
udang vaname (Litopenaeus vannamei)
Parameter Satuan
Bobot udang (gram)
5 8 10 12 15
Suhu °C 27.4 26.63 26.6 26.45 28.08
pH - 8.17 8.19 8.25 8.18 8.18
Salinitas ppt 40 40 40 39 37
BOD mg/L 0.0022 0.0026 0.0022 0.004 0.0023
0
2
4
6
8
0 2 4 6
waktu (jam)
DO(mg/L)
5 g 8 g 10 g 12 g 15 g
Gambar 1. Oksigen terlarut sebelum pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi
oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
93
0
2
4
6
8
10
0 2 4 6
waktu (jam)
DO(mg/L)
5 g 8 g 10 g 12 g 15 g
Gambar 2. Oksigen terlarut sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen
udang vaname (Litopenaeus vannamei)
Konsumsi oksigen
Konsumsi oksigen udang sebelum dan
sesudah makan pada masing–masing bobot
perlakuan semakin menurun sejalan dengan
waktu pengukurannya. Penurunan konsumsi
oksigen disebabkan oleh berkurangnya
konsentrasi oksigen terlarut dan penurunan
aktivitas udang menuju pada laju
pengambilan oksigen minimal (metabolisme
basal). Hubungan konsentrasi oksigen
dengan pengambilan oksigen disebut
”respiratory dependence” (Tang, 1983; Von
Ladebur, 1939; Fry, 1957).
Tingkat konsumsi oksigen udang dengan
bobot lebih kecil relatif lebih tinggi daripada
udang dengan bobot yang lebih besar.
Organisme berukuran kecil mengkonsumsi
oksigen lebih tinggi per satuan waktu dan
bobot daripada yang berukuran besar karena
udang kecil lebih banyak memerlukan energi
untuk pertumbuhan (Hemmingsen, 1960
dalam Vernberg dan Vernberg, 1972).
Organisme berukuran kecil laju metabolisme
tubuhnya lebih tinggi daripada yang
berukuran besar (Spotte, 1970). Tingkat
konsumsi oksigen udang sesudah makan
relatif lebih tinggi karena kebutuhan akan
oksigen lebih banyak untuk mengoksidasi
nutrien (pakan) sehingga menghasilkan
energi bebas. Ikan yang menderita kelaparan
metabolisme standarnya akan menurun (Fry,
1957).
Model persamaan regresi tingkat
konsumsi oksigen yang tepat untuk kedua
perlakuan bobot sebelum dan sesudah makan
adalah linear. Persamaan regresi tingkat
konsumsi oksigen (Y) terhadap bobot udang
(X) sebelum makan adalah
Y= 0.508 – 0.0112X R2
= 0.778
dan sesudah makan adalah
Y= 0.563 – 0.0121X R2
= 0.925
94
Nilai R yang mendekati satu menunjukkan
adanya hubungan yang sangat erat antara
bobot (X) dan tingkat konsumsi oksigen (Y).
Persamaan tersebut menunjukkan tingkat
konsumsi oksigen udang vaname pada
berbagai ukuran (bobot) selama masa
pemeliharaan udang vaname di tambak
intensif. Tingkat konsumsi oksigen udang
vaname pada berbagai ukuran dapat
menentukan konsentrasi oksigen terlarut
minimal yang dibutuhkan oleh udang selama
masa pemeliharan di tambak intensif.
Oksigen minimal yang dibutuhkan udang
vaname besar relatif lebih tinggi akibat
semakin meningkatnya biomassa (g/m3
) pada
tambak. Biomassa yang tinggi dapat
membuat permintaan oksigen meningkat
sehingga memerlukan pasokan oksigen lebih
tinggi dari kincir air maupun fitoplankton.
Pada masa pemeliharaan 60 hari sampai
panen (90-110 hari) terjadi penambahan
kincir air sebanyak 3-4 buah per petak.
Kultur fitoplankton dapat memenuhi pasokan
oksigen dalam tambak, tetapi jumlahnya
yang terlalu tinggi dapat membahayakan
kehidupan udang, karena pada malam hari
terjadi kompetisi penggunaan oksigen untuk
respirasi.
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0 2 4 6
waktu (jam)
DO(mg/L)
5 g 8 g 10 g 12 g 15 g
Gambar 3. Tingkat konsumsi oksigen sebelum pemberian pakan pada percobaan tingkat
konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
95
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0 2 4 6
waktu (jam)
DO(mg/L)
5 g 8 g 10 g 12 g 15 g
Gambar 4. Tingkat konsumsi oksigen sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat
konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
y = 0.508-0.0112x
R2
= 0.778
y = 0.563-0.0121x
R2
= 0.925
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
5 8 10 12 15
Bobot udang (gram)
TingkatkonsumsiO2
(mgO2.gr-1
.jam-1
)
Sesudah makan Sebelum makan
Gambar 5. Hubungan tingkat konsumsi oksigen dengan bobot udang sebelum dan sesudah
pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen udang vaname
(Litopenaeus vannamei)
96
KESIMPULAN
1. Tingkat konsumsi oksigen udang vaname
(Litopenaeus vannamei) sesudah makan
lebih tinggi daripada sebelum makan.
2. Tingkat konsumsi oksigen udang vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan bobot
individu rendah lebih tinggi daripada
ukuran bobot individu yang lebih tinggi.
3. Model persamaan regresi tingkat
konsumsi oksigen yang tepat untuk kedua
perlakuan bobot sebelum makan dan
sesudah makan adalah linear.
4. Persamaan regresi tingkat konsumsi
oksigen (Y) terhadap bobot udang (X)
adalah
 Sebelum makan; Y= 0.508 – 0.0112X
(R2
= 0.778)
 Sesudah makan; Y= 0.563 – 0.0121X
(R2
= 0.925)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1968. Water Quality Criteria.
Federal Water Pollution Control
Administration. US Department of The
Interior. Washington, D. C.
Fast, A. W. 1992. Penaeid intensive growout
system. In Fast AW and Laster LJ
(Editors): Marine Shrimp Culture:
Principles and Practices. Elsevier.
Amsterdam, Netherlands.
Fry, F. E. J. 1957. Aquatic respiration of
Fish. In Brown, M. E (Editor). The
Physiology of Fishes vol. 1. Metabolism.
Academic Press. Inc. Publishers. New
York.
Lockwood A. P. M. 1989. Aspects of
Physiology of Crustacea. W. H. Freeman
and Company, San Fransisco.
Pavlovskii, E. N. 1964. Technique for The
Investigation of Fish Physiology. Israel
Program for Scientific Translation Ltd.
Jerussalem.
Spotte, S. 1970. Fish and Invertebrate
Culture. Water Management in Closed
System. Wiley-Interscience Publ. John
Wiley & Sons, Inc. New York.
Vernberg, W. B. dan Vernberg F. J. 1972.
Environmental Physiology of Marine
Animal. Springer-Verlag. New York.

More Related Content

What's hot

Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Ari Panggih Nugroho
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
Basyrowi Arby
 
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanMakalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Amos Pangkatana
 
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanKebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Sawargi Ppmkp
 
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
AlvianusMadika
 
parameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikanparameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikan
Putra putra
 
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiSPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
InNo JustforYou
 
Cacing laut
Cacing lautCacing laut
Cacing laut
Khairini rini.karin
 
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan IkanBDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
Fisheries and Marine Department
 
Surimi
SurimiSurimi
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
Shanti Paramita J
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
Mustain Adinugroho
 
Microsoft power point-presentasi-ubb-2011-lele-kolam-terpal
Microsoft power point-presentasi-ubb-2011-lele-kolam-terpalMicrosoft power point-presentasi-ubb-2011-lele-kolam-terpal
Microsoft power point-presentasi-ubb-2011-lele-kolam-terpal
Arie Bonuo™
 
FISH dan PRODUKTIVITAS PERAIRAN.pdf
FISH dan PRODUKTIVITAS PERAIRAN.pdfFISH dan PRODUKTIVITAS PERAIRAN.pdf
FISH dan PRODUKTIVITAS PERAIRAN.pdf
PesAdil
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
firmanahyuda
 
Teknik Sampling Parameter Lingkungan
Teknik Sampling Parameter LingkunganTeknik Sampling Parameter Lingkungan
Teknik Sampling Parameter Lingkungan
Ida Ayu Lochana Dewi
 
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang VanamePengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat
 

What's hot (20)

Potensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidayaPotensi perikanan budidaya
Potensi perikanan budidaya
 
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanMakalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
 
Kebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikanKebiasaan dan cara memakan ikan
Kebiasaan dan cara memakan ikan
 
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
TEKNIK PEMIJAHAN IKAN MAS || Vian66
 
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
parameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikanparameter penelitian reproduksi ikan
parameter penelitian reproduksi ikan
 
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannameiSPO pembesaran litopenaeus vannamei
SPO pembesaran litopenaeus vannamei
 
Cacing laut
Cacing lautCacing laut
Cacing laut
 
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan IkanBDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
BDPP_Pertemuan 7 Nutrien dan Pakan Ikan
 
Surimi
SurimiSurimi
Surimi
 
7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc7. teknologi biofloc
7. teknologi biofloc
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PENGELOLAAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Microsoft power point-presentasi-ubb-2011-lele-kolam-terpal
Microsoft power point-presentasi-ubb-2011-lele-kolam-terpalMicrosoft power point-presentasi-ubb-2011-lele-kolam-terpal
Microsoft power point-presentasi-ubb-2011-lele-kolam-terpal
 
FISH dan PRODUKTIVITAS PERAIRAN.pdf
FISH dan PRODUKTIVITAS PERAIRAN.pdfFISH dan PRODUKTIVITAS PERAIRAN.pdf
FISH dan PRODUKTIVITAS PERAIRAN.pdf
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
Teknik Sampling Parameter Lingkungan
Teknik Sampling Parameter LingkunganTeknik Sampling Parameter Lingkungan
Teknik Sampling Parameter Lingkungan
 
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang VanamePengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
 

Similar to TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF

KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
Hilmansyah16
 
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Sabarudin saba
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
ratnanovianty_
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
Repository Ipb
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
Repository Ipb
 
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu MacanPemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
BBAP takalar
 
Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1
PT. SASA
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
Repository Ipb
 
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)winda dwi
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
Repository Ipb
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
Repository Ipb
 
Prin besok
Prin besokPrin besok
Prin besok
roniirama
 
HAZIMAN ( G2M1 19012 ) TUGAS POWER POINT MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
HAZIMAN ( G2M1 19012 )            TUGAS  POWER POINT  MK FISIOLOGI REPRODUKSI...HAZIMAN ( G2M1 19012 )            TUGAS  POWER POINT  MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
HAZIMAN ( G2M1 19012 ) TUGAS POWER POINT MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
ssuser0ad02e
 
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
AdinDin2
 
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Alfarico Rico
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
Repository Ipb
 
Manjemen kualitas air
Manjemen kualitas airManjemen kualitas air
Manjemen kualitas air
BBAP takalar
 
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdfKelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
AlyaRizqiNabilah
 

Similar to TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF (20)

KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA  UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
KAJIAN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG VANAME DENGAN SISTEM PERGILIRAN PAKA...
 
Jurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas AirJurnal Manajemen Kualitas Air
Jurnal Manajemen Kualitas Air
 
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
188527 id-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-benih
 
Analisis air widya
Analisis air widyaAnalisis air widya
Analisis air widya
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
 
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...
 
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu MacanPemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu Macan
 
Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1Estimasi populasi gastropoda 1
Estimasi populasi gastropoda 1
 
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
PERANAN KEONG BAKAU, Telescopium telescopium L., SEBAGAI BIOFILTER DALAM PENG...
 
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
 
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...
 
Prin besok
Prin besokPrin besok
Prin besok
 
HAZIMAN ( G2M1 19012 ) TUGAS POWER POINT MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
HAZIMAN ( G2M1 19012 )            TUGAS  POWER POINT  MK FISIOLOGI REPRODUKSI...HAZIMAN ( G2M1 19012 )            TUGAS  POWER POINT  MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
HAZIMAN ( G2M1 19012 ) TUGAS POWER POINT MK FISIOLOGI REPRODUKSI...
 
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptxPresentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
Presentasi Budidaya Sistem Bioflok.pptx
 
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoDaur hidup ikan lele by yazid alfa riko
Daur hidup ikan lele by yazid alfa riko
 
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...
 
Laporan praktikum fix
Laporan praktikum fixLaporan praktikum fix
Laporan praktikum fix
 
Manjemen kualitas air
Manjemen kualitas airManjemen kualitas air
Manjemen kualitas air
 
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdfKelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
Kelompok 4_PPT EUTROFIKASI.pdf
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Repository Ipb
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
Repository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
Repository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
Repository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
Repository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
Repository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
Repository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 

Recently uploaded

Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
GusniartiGusniarti5
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Sosdiklihparmassdm
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
mukminbdk
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
AqlanHaritsAlfarisi
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
AsyeraPerangin1
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
EvaMirzaSyafitri
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
ananda238570
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 

Recently uploaded (20)

Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOKPENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
PENDAMPINGAN INDIVIDU 2 CGP ANGKATAN 10 KOTA DEPOK
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptxPembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
Pembentukan-Pantarlih-Pilkada-Kabupaten-Tapin.pptx
 
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptxRENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) PASCA PELATIHAN.pptx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptxPPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
PPT PENGELOLAAN KINERJA PADA PMM SEKOLAH.pptx
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdfKONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
KONSEP TEORI TERAPI KOMPLEMENTER - KELAS B KELOMPOK 10.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawanpelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
pelayanan prima pada pelanggan dan karyawan
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F  kelasModul Ajar Statistika Data Fase F  kelas
Modul Ajar Statistika Data Fase F kelas
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 

TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF

  • 1. 89 TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF Oxygen Consumption of White Shrimp (Litopenaeus vannamei) and Model of Oxygen Management in Intensive Culture Pond T. Budiardi, T. Batara dan D. Wahjuningrum Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680 ABSTRACT This study was conducted to determine oxygen consumption level of white shrimp (Litopenaeus vannamei) and the model of oxygen management in intensive culture pond. Shrimp in weight of 5 gram were maintained in 20 liter of water in density 6 tails/container. Water quality was measured every 2 hours for 6 hours. Other experiments were done using shrimp in weight of 8, 10, 12 and 15 gram per tail, in density 4 tails/container. The results of study showed that oxygen consumption levels of white shrimp was higher after feeding than before feeding. Oxygen consumption levels of smaller shrimp were higher than that of bigger shrimp. Regression model of oxygen consumption levels before and after feeding were linear. Correlation between oxygen consumption and shrimp weight reached 92.5%. Keywords: white shrimp, Litopenaeus vannamei, oxygen, respiration, intensive pond ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei) dan model pengelolaan oksigen pada tambak intensif. Udang dengan bobot sekitar 5 gram dimasukkan ke dalam wadah tertutup berukuran 20 liter dengan kepadatan 6 ekor/wadah. Kualitas air diukur setiap 2 jam selama 6 jam. Perlakuan tersebut juga dilakukan pada udang dengan kelompok berat 8, 10, 12 dan 15 gram, dengan kepadatan 4 ekor/wadah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi oksigen udang vaname sesudah makan relatif lebih tinggi daripada sebelumnya. Tingkat konsumsi oksigen udang ukuran kecil relatif lebih tinggi daripada yang berukuran lebih besar. Model persamaan regresi tingkat konsumsi oksigen pada udang yang tepat sebelum dan sesudah makan adalah linear. Korelasi antara konsumsi oksigen dengan bobot udang mencapai 92,5%. Kata kunci: vaname, Litopenaeus vannamei, oksigen, respirasi, tambak intensif PENDAHULUAN Vaname (Litopenaeus vanname) merupakan jenis udang yang mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap fluktuasi kualitas air, terutama di musim kemarau. Produksi udang vaname dengan sistem budidaya intensif dapat menghasilkan panen yang relatif lebih baik pada fluktuasi kualitas air yang tinggi dibandingkan dengan jenis udang lain seperti udang windu. Peningkatan padat penebaran harus diikuti dengan peningkatan intensitas pengelolaannya terutama pakan dan kualitas air. Salah satu parameter penting kualitas air dalam budidaya udang adalah oksigen terlarut yang dikonsumsi udang untuk proses respirasi. Untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan oksigen terlarut dalam air tambak dilakukan pergantian air dan penggunaan kincir. Tingkat konsumsi oksigen udang vaname antara lain bergantung pada ukuran (stadia) udang vaname (faktor internal) dan status makan (faktor eksternal). Tingkat konsumsi udang akan menurun jika kebutuhan oksigen dalam air tidak terpenuhi dan mengakibatkan penurunan kondisi kesehatan udang bahkan menyebabkan kematian. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 89–96 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
  • 2. 90 BAHAN & METODE Pengamatan terhadap tingkat konsumsi oksigen pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) dilakukan pada bulan Mei- Agustus 2003 mengikuti masa pemeliharaan di tambak PT Bomasena Segara, Citarate, Sukabumi, Jawa Barat. Pakan yang diberikan berupa pelet tenggelam sebanyak 4% dari bobot tubuh udang dengan frekuensi 4 kali/hari dan disebar merata pada tambak. Pengambilan udang uji dilakukan 1 jam sebelum dan sesudah pemberian pakan untuk proses pengamatan terhadap tingkat konsumsi oksigen berdasarkan kelompok bobotnya. Udang dari tambak dengan bobot sekitar 5 gram dimasukkan ke dalam wadah tertutup berukuran 20 liter dengan kepadatan 6 ekor/wadah dan diukur parameter kualitas airnya setiap 2 jam selama 6 jam. Perlakuan tersebut juga dilakukan pada udang dengan kelompok berat 8, 10, 12 dan 15 gram namun dengan kepadatan 4 ekor/wadah. Udang yang digunakan merupakan udang sehat yaitu tidak cacat tubuh, aktif bergerak atau tidak diam terus menerus. Air yang digunakan merupakan hasil penyaringan menggunakan plankton net ukuran 50 dan 489 m untuk mencegah masuknya plankton dan organisme lainnya kedalam media penelitian. Untuk menjamin ketersediaan oksigen, air diaerasi kuat selama 8 jam yang kemudian dilakukan pengukuran terhadap oksigen terlarut, pH, suhu, salinitas dan BOD5. Data yang diperoleh berupa data utama, yaitu bobot udang dan oksigen terlarut (pada awal dan akhir percobaan) serta data penunjang berupa kualitas air. Tingkat konsumsi oksigen dihitung berdasarkan rumus Pavlovskii (1964); t1 = (([O2]0-[O2]1×V0)/(W1))/(t1-t0) tn= (([O2]tn-1-[O2]n×Vn-1)/(Wn))/(tn-tn-1) Keterangan : [O2]0= konsentrasi O2 pada saat t0 [O2]n= konsentrasi O2 pada saat tn V0 = volume air pada saat t0 Vn-1 = volume air pada saat tn-1 Wn = bobot udang pada saat tn t0 = waktu pada jam ke-0 (awal) t1 = waktu pada jam ke-1 (akhir) tn = waktu pada jam ke-n (n=1, 2, 3,...,6) tn-1 = waktu pada jam ke-n-1 (n=1, 2, 3,...6) Data tingkat konsumsi oksigen yang didapatkan digunakan untuk: 1) menentukan ada atau tidaknya perbedaan, baik antara bobot udang maupun antara sebelum dan sesudah udang makan dengan menggunakan uji F. Apabila terdapat perbedaan tingkat konsumsi oksigen antar bobot udang (P<0,05), maka pengujian dilanjutkan dengan uji Tukey untuk menentukan bobot udang yang mempunyai tingkat konsumsi oksigen yang berbeda, serta bobot udang yang mempunyai tingkat konsumsi oksigen terendah dan tertinggi. 2) Menentukan model pengelolaan oksigen pada tambak udang vaname berdasarkan tingkat konsumsi oksigen selama masa pemeliharaan. Tabel 1. Paremeter kualitas air dan metode pengukurannya Parameter kualitas air Satuan Alat/metode 1. temperatur 2. oksigen terlarut 3. nilai pH 4. Salinitas 5. BOD5 C mg/L unit ‰ mg/L Termometer DO-meter, metode Winkler pH-meter, indikator universal salinometer DO-meter, metode Winkler
  • 3. 91 HASIL & PEMBAHASAN Kualitas air Pertumbuhan udang optimal terjadi pada kisaran suhu 25-30 C, serta berakibat kematian pada suhu di atas 35 C (Fast, 1992). Suhu air media selama percobaan berkisar antara 26-28 C dengan fluktuasi yang tidak mengganggu kehidupan udang uji.. Penurunan suhu air media disebabkan oleh menurunnya suhu ruang, sedangkan peningkatannya disebabkan oleh meningkatnya suhu ruang dan hasil metabolisme udang yang berupa panas. Zonneveld et. al., (1991) menyatakan, selama proses katabolisme makanan berlangsung, energi kimia dari makanan tubuh diubah bentuknya menjadi ATP dan sisanya hilang sebagai panas. Meningkatnya suhu pada umumnya disertai dengan meningkatnya laju metabolisme yang berarti meningkatnya permintaan oksigen oleh jaringan. Secara umum, meningkatnya suhu lingkungan 10 C menyebabkan meningkatnya laju pengambilan oksigen oleh hewan menjadi dua sampai tiga kali lipat (Spootte, 1970). Nilai salinitas air yang digunakan dalam percobaan berkisar antara 37–40 ppt. Penurunan dan kenaikkan salinitas sebesar 4 ppt dapat menyebabkan udang stres dan ganti kulit (Eddy, 1990). Proses penyerapan oksigen dari air media ke dalam tubuh udang dipengaruhi antara lain oleh salinitas (Lockwood, 1989). Peningkatan salinitas akan meningkatkan energi yang dibutuhkan untuk osmoregulasi sehingga laju metabolisme dalam tubuh udang juga meningkat. Selama percobaan tidak terjadi perubahan salinitas air di setiap perlakuan karena air berada dalam wadah tertutup sehingga tidak ada penguapan. Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik (BOD5) sekitar 0,0022–0,0040 mg/L dalam satu jam. Hal tersebut menandakan adanya bahan organik pada air yang akan dicobakan, namun tidak terlalu besar sehingga tidak mengganggu konsumsi oksigen udang vaname. Konsentrasi oksigen terlarut pada setiap bobot perlakuan cenderung menurun baik sebelum maupun sesudah makan yang disebabkan oleh pengambilan oksigen dari media ke dalam tubuh udang. Gibson dan Fry (1960) menyatakan bahwa di dalam wadah yang tertutup dan terbatas, tekanan oksigen secara terus menerus menurun sebagai akibat dari pengambilan oksigen yang terus menerus oleh udang. Pada akhir pengukuran oksigen, udang uji masing-masing perlakuan tidak mengalami kematian namun kondisinya lemah, pergerakkan dan respon berkurang akibat kekurangan oksigen terlarut. Konsentrasi DO (oksigen terlarut) minimal yang dibutuhkan spesies uji agar dapat bertahan hidup selama 24 jam adalah sebesar 0,75–2,5 mg/L dan kebanyakan spesies laut akan mati jika kadar DO di bawah 1,25 mg/L selama beberapa jam. Tingkat DO antara 2,5–3 mg/L mengakibatkan pengurangan kecepatan berenang, sedangkan pada tingkat DO 5,3–8 mg/L baik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya (Anonimus, 1968). Fluktuasi kualitas air seperti suhu, salinitas, pH, dan oksigen terlarut yang terjadi selama percobaan berlangsung tidak membahayakan kehidupan udang uji. Perubahan parameter kualitas air dari tambak ke media percobaan tidak mengakibatkan udang sters karena kualitas air pada media percobaan berada dalam kisaran kualitas air tambak. Tabel 2. Kualitas air media sebelum pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei) Parameter Satuan Bobot udang (gram) 5 8 10 12 15 Suhu °C 26.38 26.53 26.45 26.95 27.75 pH - 8.22 8.15 8.18 8.08 8.15 Salinitas ppt 40 40 40 39 37 BOD mg/L 0.0022 0.0026 0.0022 0.004 0.0023
  • 4. 92 Tabel 3. Kualitas air media sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei) Parameter Satuan Bobot udang (gram) 5 8 10 12 15 Suhu °C 27.4 26.63 26.6 26.45 28.08 pH - 8.17 8.19 8.25 8.18 8.18 Salinitas ppt 40 40 40 39 37 BOD mg/L 0.0022 0.0026 0.0022 0.004 0.0023 0 2 4 6 8 0 2 4 6 waktu (jam) DO(mg/L) 5 g 8 g 10 g 12 g 15 g Gambar 1. Oksigen terlarut sebelum pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
  • 5. 93 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 waktu (jam) DO(mg/L) 5 g 8 g 10 g 12 g 15 g Gambar 2. Oksigen terlarut sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei) Konsumsi oksigen Konsumsi oksigen udang sebelum dan sesudah makan pada masing–masing bobot perlakuan semakin menurun sejalan dengan waktu pengukurannya. Penurunan konsumsi oksigen disebabkan oleh berkurangnya konsentrasi oksigen terlarut dan penurunan aktivitas udang menuju pada laju pengambilan oksigen minimal (metabolisme basal). Hubungan konsentrasi oksigen dengan pengambilan oksigen disebut ”respiratory dependence” (Tang, 1983; Von Ladebur, 1939; Fry, 1957). Tingkat konsumsi oksigen udang dengan bobot lebih kecil relatif lebih tinggi daripada udang dengan bobot yang lebih besar. Organisme berukuran kecil mengkonsumsi oksigen lebih tinggi per satuan waktu dan bobot daripada yang berukuran besar karena udang kecil lebih banyak memerlukan energi untuk pertumbuhan (Hemmingsen, 1960 dalam Vernberg dan Vernberg, 1972). Organisme berukuran kecil laju metabolisme tubuhnya lebih tinggi daripada yang berukuran besar (Spotte, 1970). Tingkat konsumsi oksigen udang sesudah makan relatif lebih tinggi karena kebutuhan akan oksigen lebih banyak untuk mengoksidasi nutrien (pakan) sehingga menghasilkan energi bebas. Ikan yang menderita kelaparan metabolisme standarnya akan menurun (Fry, 1957). Model persamaan regresi tingkat konsumsi oksigen yang tepat untuk kedua perlakuan bobot sebelum dan sesudah makan adalah linear. Persamaan regresi tingkat konsumsi oksigen (Y) terhadap bobot udang (X) sebelum makan adalah Y= 0.508 – 0.0112X R2 = 0.778 dan sesudah makan adalah Y= 0.563 – 0.0121X R2 = 0.925
  • 6. 94 Nilai R yang mendekati satu menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara bobot (X) dan tingkat konsumsi oksigen (Y). Persamaan tersebut menunjukkan tingkat konsumsi oksigen udang vaname pada berbagai ukuran (bobot) selama masa pemeliharaan udang vaname di tambak intensif. Tingkat konsumsi oksigen udang vaname pada berbagai ukuran dapat menentukan konsentrasi oksigen terlarut minimal yang dibutuhkan oleh udang selama masa pemeliharan di tambak intensif. Oksigen minimal yang dibutuhkan udang vaname besar relatif lebih tinggi akibat semakin meningkatnya biomassa (g/m3 ) pada tambak. Biomassa yang tinggi dapat membuat permintaan oksigen meningkat sehingga memerlukan pasokan oksigen lebih tinggi dari kincir air maupun fitoplankton. Pada masa pemeliharaan 60 hari sampai panen (90-110 hari) terjadi penambahan kincir air sebanyak 3-4 buah per petak. Kultur fitoplankton dapat memenuhi pasokan oksigen dalam tambak, tetapi jumlahnya yang terlalu tinggi dapat membahayakan kehidupan udang, karena pada malam hari terjadi kompetisi penggunaan oksigen untuk respirasi. 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 0 2 4 6 waktu (jam) DO(mg/L) 5 g 8 g 10 g 12 g 15 g Gambar 3. Tingkat konsumsi oksigen sebelum pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
  • 7. 95 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 0 2 4 6 waktu (jam) DO(mg/L) 5 g 8 g 10 g 12 g 15 g Gambar 4. Tingkat konsumsi oksigen sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei) y = 0.508-0.0112x R2 = 0.778 y = 0.563-0.0121x R2 = 0.925 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 5 8 10 12 15 Bobot udang (gram) TingkatkonsumsiO2 (mgO2.gr-1 .jam-1 ) Sesudah makan Sebelum makan Gambar 5. Hubungan tingkat konsumsi oksigen dengan bobot udang sebelum dan sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
  • 8. 96 KESIMPULAN 1. Tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei) sesudah makan lebih tinggi daripada sebelum makan. 2. Tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei) dengan bobot individu rendah lebih tinggi daripada ukuran bobot individu yang lebih tinggi. 3. Model persamaan regresi tingkat konsumsi oksigen yang tepat untuk kedua perlakuan bobot sebelum makan dan sesudah makan adalah linear. 4. Persamaan regresi tingkat konsumsi oksigen (Y) terhadap bobot udang (X) adalah  Sebelum makan; Y= 0.508 – 0.0112X (R2 = 0.778)  Sesudah makan; Y= 0.563 – 0.0121X (R2 = 0.925) DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 1968. Water Quality Criteria. Federal Water Pollution Control Administration. US Department of The Interior. Washington, D. C. Fast, A. W. 1992. Penaeid intensive growout system. In Fast AW and Laster LJ (Editors): Marine Shrimp Culture: Principles and Practices. Elsevier. Amsterdam, Netherlands. Fry, F. E. J. 1957. Aquatic respiration of Fish. In Brown, M. E (Editor). The Physiology of Fishes vol. 1. Metabolism. Academic Press. Inc. Publishers. New York. Lockwood A. P. M. 1989. Aspects of Physiology of Crustacea. W. H. Freeman and Company, San Fransisco. Pavlovskii, E. N. 1964. Technique for The Investigation of Fish Physiology. Israel Program for Scientific Translation Ltd. Jerussalem. Spotte, S. 1970. Fish and Invertebrate Culture. Water Management in Closed System. Wiley-Interscience Publ. John Wiley & Sons, Inc. New York. Vernberg, W. B. dan Vernberg F. J. 1972. Environmental Physiology of Marine Animal. Springer-Verlag. New York.