Teknik sampling plankton meliputi pengambilan sampel secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan jaring plankton dengan ukuran mata jaring yang sesuai. Pengambilan sampel dilakukan secara horizontal dan vertikal, kemudian sampel dipertahankan dalam formalin untuk analisis lebih lanjut di laboratorium.
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan PakanIbnu Sahidhir
Dokumen tersebut membahas tentang biokimia dan nutrisi dalam akuakultur. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan pentingnya pemahaman biokimia dalam mendesain nutrisi dan formulasi pakan ikan yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme ikan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitasnya.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen kesehatan ikan. Secara ringkas, manajemen kesehatan ikan adalah mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan agar ikan sehat dan tidak mengalami gangguan secara efektif dan efisien. Dokumen tersebut juga menjelaskan penyebab ikan sakit seperti lingkungan perairan buruk, kepadatan penebaran tinggi, gizi pakan kurang sesuai, dan adanya organ
Teknik sampling plankton meliputi pengambilan sampel secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan jaring plankton dengan ukuran mata jaring yang sesuai. Pengambilan sampel dilakukan secara horizontal dan vertikal, kemudian sampel dipertahankan dalam formalin untuk analisis lebih lanjut di laboratorium.
Biokimia akuakultur I: Nutrisi dan PakanIbnu Sahidhir
Dokumen tersebut membahas tentang biokimia dan nutrisi dalam akuakultur. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan pentingnya pemahaman biokimia dalam mendesain nutrisi dan formulasi pakan ikan yang sesuai dengan kebutuhan metabolisme ikan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitasnya.
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen kesehatan ikan. Secara ringkas, manajemen kesehatan ikan adalah mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan agar ikan sehat dan tidak mengalami gangguan secara efektif dan efisien. Dokumen tersebut juga menjelaskan penyebab ikan sakit seperti lingkungan perairan buruk, kepadatan penebaran tinggi, gizi pakan kurang sesuai, dan adanya organ
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
Fermentasi ikan merupakan proses pengolahan ikan melalui aktivitas enzim dan mikroorganisme untuk menghasilkan produk seperti peda, terasi, dan bekasem. Faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, pH, dan jenis mikroba mempengaruhi hasil fermentasi. Proses fermentasi mengubah komposisi kimia ikan dan menghasilkan senyawa rasa dan aroma khas pada produk olahan.
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Makalah ini membahas tentang dinamika populasi ikan dan mengetahui umur serta pertumbuhan ikan. Untuk mengetahui umur ikan dapat dilakukan secara langsung pada ikan budidaya atau tidak langsung pada ikan liar melalui metode frekuensi panjang atau analisis otolit. Otolit digunakan untuk menghitung umur ikan berdasarkan lapisan-lapisan kristal kalsium karbonatnya.
Dokumen tersebut membahas parameter-parameter penelitian yang digunakan untuk menilai reproduksi ikan, seperti Indeks Gonado Somatik (GSI), Indeks Hepatosomatik (HSI), persentase induk ikan yang matang secara gonad, kadar glukosa darah, tingkat kematangan gonad, histologi gonad, diameter dan fekunditas telur, keberhasilan dan lama waktu ovulasi, jumlah telur yang dipijah, derajat pembuahan, dan derajat penetasan.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan standar prosedur operasional (SOP) untuk budidaya udang vannamei yang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan, manajemen kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, serta penanganan panen.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai beberapa filum (kelompok) cacing laut beserta ciri-cirinya, yaitu:
1. Filum Sipuncula yang memiliki bentuk seperti kacang tanah dan hidup sebagai hewan sedentari.
2. Filum Echiura yang kebanyakan tinggal dalam liang pasir atau lumpur pada pantai dangkal.
3. Filum Tardigrada dikenal sebagai lumut babi yang dapat bertahan hidup pada lingkungan ekstrim
This document discusses feeding and nutrition for fish farming. It covers:
1) Why fish need to be fed and the types of feeds including formulated, agricultural byproducts, and pelleted feeds.
2) How to feed fish by hand, truck, or automatic timed methods and recommended feeding amounts of 2-5% of body weight per day.
3) Nutrition is an important factor for aquaculture and feed costs make up around 50% of expenses. Balanced nutrition, feed quality control, and biological evaluations are important for cost effectiveness.
4) Nutrition involves the interaction between nutrients and living organisms including feed composition, ingestion, digestion, ability to digest, energy release, growth, reproduction, and
Surimi merupakan daging ikan yang telah dilumatkan dan dicuci berulang-kali untuk menghilangkan bau, darah, pigmen, dan lemak, sehingga menghasilkan bahan yang putih dan memiliki sifat elastisitas gel yang tinggi. Surimi dapat digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai produk olahan seperti bakso, sosis, dan kamaboko. Ikan yang baik untuk dijadikan bahan baku surimi antara lain ikan remang, tenggiri
Dokumen tersebut membahas tentang subsistem budidaya yang mencakup kegiatan pembenihan, pembesaran, dan peningkatan mutu biota akuatik untuk memperoleh keuntungan. Budidaya dapat dilakukan di darat maupun di laut dengan sumber air tawar, payau, atau asin bergantung pada lokasi dan sistem yang digunakan.
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Maaf, saya bukan manusia. Saya adalah asisten virtual yang dibuat oleh Anthropic untuk membantu manusia. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang membutuhkan diskusi kelompok atau menggambar skema. Semoga obrolan kita bisa membantu Anda memahami konsep-konsep yang diajarkan. Silakan bertanya lagi jika ada hal lain yang bisa saya jelaskan.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik sampling lingkungan, berbagai parameter lingkungan, dan inventarisasi sumber daya alam di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dokumen ini juga menampilkan peta zonasi mangrove, hutan, dan daerah penangkapan ikan hasil kerjasama antara Bappeda Propinsi NTT dan Jurusan Perikanan Universitas Nusa Cendana.
Udang memiliki berbagai organ indera termasuk chemoreseptor yang berfungsi untuk mendeteksi makanan. Chemoreseptor utama udang terdapat pada antenula dan memiliki rambut-rambut halus yang peka terhadap zat kimia dalam lingkungan. Chemoreseptor memungkinkan udang menemukan sumber makanan dengan sensitivitas tinggi meskipun dari jarak jauh.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum budidaya ikan dengan sistem akuaponik sederhana yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mempelajari peningkatan kualitas air menggunakan tanaman air. Praktikum ini melibatkan budidaya ikan lele dan nila dalam wadah yang dilengkapi tanaman kangkung sebagai biofilter untuk menurunkan kadar zat-zat berbahaya dalam air seperti amoniak dan nitrat. Hasilnya menunjukkan
Kebutuhan protein pada ikan herbivora , formulasi pakan, dan peranan protein ...Ari Panggih Nugroho
Ikan herbivora merupakan ikan yang memakan tumbuh-tumbuhan. Ikan hebivora pertumbuhannya cenderung lambat jika di bandingkan jenis ikan omnivora dan karnivora. Kebutuhan protein bagi ikan herbivora tentunya berbeda dengan jenis ikan omnivora dan karnivora.
Fermentasi ikan merupakan proses pengolahan ikan melalui aktivitas enzim dan mikroorganisme untuk menghasilkan produk seperti peda, terasi, dan bekasem. Faktor-faktor seperti suhu, kelembapan, pH, dan jenis mikroba mempengaruhi hasil fermentasi. Proses fermentasi mengubah komposisi kimia ikan dan menghasilkan senyawa rasa dan aroma khas pada produk olahan.
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Makalah ini membahas tentang dinamika populasi ikan dan mengetahui umur serta pertumbuhan ikan. Untuk mengetahui umur ikan dapat dilakukan secara langsung pada ikan budidaya atau tidak langsung pada ikan liar melalui metode frekuensi panjang atau analisis otolit. Otolit digunakan untuk menghitung umur ikan berdasarkan lapisan-lapisan kristal kalsium karbonatnya.
Dokumen tersebut membahas parameter-parameter penelitian yang digunakan untuk menilai reproduksi ikan, seperti Indeks Gonado Somatik (GSI), Indeks Hepatosomatik (HSI), persentase induk ikan yang matang secara gonad, kadar glukosa darah, tingkat kematangan gonad, histologi gonad, diameter dan fekunditas telur, keberhasilan dan lama waktu ovulasi, jumlah telur yang dipijah, derajat pembuahan, dan derajat penetasan.
Dokumen tersebut membahas tentang budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan standar prosedur operasional (SOP) untuk budidaya udang vannamei yang meliputi persiapan tambak, penebaran benur, manajemen pakan, manajemen kualitas air, pengendalian hama dan penyakit, serta penanganan panen.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai beberapa filum (kelompok) cacing laut beserta ciri-cirinya, yaitu:
1. Filum Sipuncula yang memiliki bentuk seperti kacang tanah dan hidup sebagai hewan sedentari.
2. Filum Echiura yang kebanyakan tinggal dalam liang pasir atau lumpur pada pantai dangkal.
3. Filum Tardigrada dikenal sebagai lumut babi yang dapat bertahan hidup pada lingkungan ekstrim
This document discusses feeding and nutrition for fish farming. It covers:
1) Why fish need to be fed and the types of feeds including formulated, agricultural byproducts, and pelleted feeds.
2) How to feed fish by hand, truck, or automatic timed methods and recommended feeding amounts of 2-5% of body weight per day.
3) Nutrition is an important factor for aquaculture and feed costs make up around 50% of expenses. Balanced nutrition, feed quality control, and biological evaluations are important for cost effectiveness.
4) Nutrition involves the interaction between nutrients and living organisms including feed composition, ingestion, digestion, ability to digest, energy release, growth, reproduction, and
Surimi merupakan daging ikan yang telah dilumatkan dan dicuci berulang-kali untuk menghilangkan bau, darah, pigmen, dan lemak, sehingga menghasilkan bahan yang putih dan memiliki sifat elastisitas gel yang tinggi. Surimi dapat digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai produk olahan seperti bakso, sosis, dan kamaboko. Ikan yang baik untuk dijadikan bahan baku surimi antara lain ikan remang, tenggiri
Dokumen tersebut membahas tentang subsistem budidaya yang mencakup kegiatan pembenihan, pembesaran, dan peningkatan mutu biota akuatik untuk memperoleh keuntungan. Budidaya dapat dilakukan di darat maupun di laut dengan sumber air tawar, payau, atau asin bergantung pada lokasi dan sistem yang digunakan.
Mengelola air tambak dimulai dari air pertama kali masuk pada kolam budidaya, yaitu treatment pond (tandon), kanal sub inlet, kanal distribusi dan culture pond (tambak budidaya). Oleh karena itu perlu diperhatikan kualitas air yang digunakan untuk budidaya, baik secara fisik, kimia maupun microbiologi. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan karena akan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk udang tumbuh dan berkembang. Parameter kualitas air suatu perairan tidaklah tetap sepanjang waktu, namun sangat dinamis dimana selalu terjadi perubahan akibat perubahan lingkungan, cuaca dan proses-proses biologis di dalamnya seperti proses fotosintesis, respirasi dan ekskresi hasil metabolism. Namun parameter kualitas air dapat dikendalikan agar selalu berada pada kisaran yang bisa ditoleransi oleh udang dan memberikan pertumbuhan yang baik. Kondisi yang nyaman (baik) akan meminimalkan proses perubahan pakan menjadi energi, sehingga pakan yang dimakan akan lebih banyak dikonversi menjadi daging. Dalam pengelolaan air perlu dilakukan pengukuran kualitas air kolam dan sumber secara berkala dan rutin karena akan menjadi dasar dalam melakukan pengelolaan air agar tetap berada pada kondisi optimal.
Maaf, saya bukan manusia. Saya adalah asisten virtual yang dibuat oleh Anthropic untuk membantu manusia. Saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang membutuhkan diskusi kelompok atau menggambar skema. Semoga obrolan kita bisa membantu Anda memahami konsep-konsep yang diajarkan. Silakan bertanya lagi jika ada hal lain yang bisa saya jelaskan.
Dokumen tersebut membahas tentang teknik sampling lingkungan, berbagai parameter lingkungan, dan inventarisasi sumber daya alam di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dokumen ini juga menampilkan peta zonasi mangrove, hutan, dan daerah penangkapan ikan hasil kerjasama antara Bappeda Propinsi NTT dan Jurusan Perikanan Universitas Nusa Cendana.
Udang memiliki berbagai organ indera termasuk chemoreseptor yang berfungsi untuk mendeteksi makanan. Chemoreseptor utama udang terdapat pada antenula dan memiliki rambut-rambut halus yang peka terhadap zat kimia dalam lingkungan. Chemoreseptor memungkinkan udang menemukan sumber makanan dengan sensitivitas tinggi meskipun dari jarak jauh.
Dokumen tersebut merupakan laporan praktikum budidaya ikan dengan sistem akuaponik sederhana yang dilakukan oleh mahasiswa untuk mempelajari peningkatan kualitas air menggunakan tanaman air. Praktikum ini melibatkan budidaya ikan lele dan nila dalam wadah yang dilengkapi tanaman kangkung sebagai biofilter untuk menurunkan kadar zat-zat berbahaya dalam air seperti amoniak dan nitrat. Hasilnya menunjukkan
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Penelitian ini menguji pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila pada sistem akuaponik dengan tanaman kangkung, sawi, dan selada.
2. Hasil selama 30 hari menunjukkan perlakuan menggunakan tanaman kangkung memberikan peningkatan berat 7,16 g dan panjang 4,53 cm, laju pertumbuhan 2,36%/hari, serta kelangsungan hidup 95%.
3. Uji ANOVA men
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
Penelitian ini menguji pengaruh teknik adaptasi salinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan patin. Hasilnya menunjukkan bahwa adaptasi salinitas awal 1 ppt dan peningkatan 1 ppt per hari memungkinkan ikan bertahan hingga salinitas 27 ppt. Pada perlakuan lain, ikan mati pada salinitas 18-25 ppt. Hal ini menunjukkan pentingnya memberikan waktu adaptasi yang memadai bagi ikan patin untuk ber
PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHA...Repository Ipb
Studi ini menguji pengaruh teknik adaptasi salinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan patin. Hasilnya menunjukkan bahwa adaptasi salinitas awal 1 ppt dan peningkatan 1 ppt per hari memungkinkan ikan bertahan hingga salinitas 27 ppt, sedangkan pada perlakuan lain semua ikan mati pada salinitas 18-25 ppt.
Pemanfaatan Arus Dalam Meningkatkan Kualitas Ikan Kerapu MacanBBAP takalar
1. Uji coba dilakukan untuk mengetahui pengaruh stimulasi arus terhadap kualitas ikan kerapu macan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi menggunakan sistem resirkulasi.
2. Hasilnya menunjukkan bahwa stimulasi arus cenderung meningkatkan panjang ikan tetapi menurunkan beratnya, walaupun tidak berbeda signifikan. Kandungan lemak dan protein juga cenderung menurun dengan stimulasi arus.
3. Hal ini
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...Repository Ipb
Studi ini menguji pengaruh alkalinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan patin Siam. Hasilnya menunjukkan bahwa alkalinitas 50 ppm CaCO3 memberikan kelangsungan hidup tertinggi (94,16%) dan laju pertumbuhan harian tertinggi (6,65%).
PENGARUH ALKALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN P...Repository Ipb
Studi ini menunjukkan bahwa alkalinitas 50 ppm CaCO3 memberikan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan harian tertinggi untuk larva ikan patin Siam. Alkalinitas yang optimal dapat menyangga perubahan pH dan mendukung pertumbuhan ikan.
Praktikum ini menjelaskan cara mengukur parameter fisika, kimia, dan biologi untuk menentukan kualitas air di Waduk FAPERIKA UR. Parameter yang diukur meliputi suhu, kecerahan, kekeruhan, pH, oksigen terlarut, dan plankton. Pengukuran dilakukan secara in situ dan di laboratorium.
HAZIMAN ( G2M1 19012 ) TUGAS POWER POINT MK FISIOLOGI REPRODUKSI...ssuser0ad02e
Penanganan kualitas air dalam budidaya intensif memerlukan pemantauan berkala dari beberapa parameter penting seperti oksigen terlarut, karbon dioksida, amonia, dan hidrogen sulfida untuk menjaga pertumbuhan ikan yang sehat. Parameter-parameter ini perlu dikelola dengan baik melalui aerasi, pertukaran air, penghapusan limbah, dan teknik budidaya yang tepat.
Dokumen ini memberikan informasi tentang budidaya ikan nila dan lele menggunakan sistem bioflok di kolam terpal. Sistem ini memungkinkan budidaya yang lebih ramah lingkungan, hemat lahan dan air, serta meningkatkan produktivitas dan keuntungan. Prinsipnya adalah memanfaatkan bakteri untuk mengubah limbah ikan menjadi pakan tambahan melalui pembentukan bioflok. Dokumen ini juga menjelaskan tahapan budidaya
Daur hidup ikan lele by yazid alfa rikoAlfarico Rico
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Ikan lele (Clarias sp.) adalah ikan yang mudah beradaptasi meskipun dalam lingkungan yang kritis. Faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele antara lain padat tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air seperti suhu, oksigen, dan pH. Kualitas air yang baik akan mengurangi risiko ikan terserang penyakit dan meningkatkan kelangsungan
PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT...Repository Ipb
Penelitian ini menguji empat kepadatan penokolan udang vanamei (500, 1000, 1500, dan 2000 ekor/m2) selama 28 hari. Hasilnya menunjukkan bahwa kepadatan 500 ekor/m2 memberikan pertumbuhan udang terbaik dengan panjang akhir 42,7 mm. Kepadatan tidak berpengaruh signifikan terhadap kelangsungan hidup atau keragaman panjang udang.
Dokumen ini membahas manajemen kualitas air yang penting dalam kegiatan perikanan budidaya. Faktor-faktor kualitas air yang perlu diperhatikan antara lain suhu, pH, oksigen, dan zat hara untuk memastikan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan ikan. Dokumen ini juga menjelaskan pengaruh setiap faktor terhadap organisme perairan dan cara mengelola perubahan kondisi lingkungan.
This document provides information about the 3rd International Conference on Adaptive and Intelligent Agroindustry that was held from August 3-4, 2015 in Bogor, Indonesia. It includes welcoming messages, details about keynote speakers, the agenda, and abstracts of invited speakers. The conference aimed to provide a forum for researchers and professionals to exchange ideas and recent advances in innovative agroindustry. It covered topics related to agroindustrial systems, process engineering, environmental engineering, and information technology for adaptive agroindustry.
This document provides information about the 3rd International Conference on Adaptive and Intelligent Agroindustry that was held from August 3-4, 2015 in Bogor, Indonesia. It discusses the welcome message from the general chairs, welcoming address from the head of the Agroindustrial Technology Department at Bogor Agricultural University, list of committees and invited speakers, topics to be discussed, and the agenda for the conference. The conference aimed to provide a forum for researchers, engineers, and scholars to exchange information and strengthen collaboration in innovative agroindustry.
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
Prosiding ini mendeskripsikan pengembangan teknologi separasi bahan aktif temulawak menggunakan biopolimer termodifikasi dari serabut ela sagu. Serabut ela sagu dimodifikasi melalui kopolimerisasi cangkok dan taut silang untuk menghasilkan selulosa-g-poliakrilamida yang digunakan sebagai material separator. Xantorizol dapat dipisahkan dengan baik dari senyawa pengotor menggunakan material ini, yang dievaluasi melalui krom
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
Artikel ini membahas tentang pembuatan arang dari sampah organik kota menggunakan metode karbonisasi dalam reaktor pirolisis pada suhu 350-510°C selama 5 jam. Parameter kualitas arang yang diukur meliputi rendemen, kadar air, abu, zat terbang, karbon, nilai kalor, dan daya jerap terhadap beberapa zat. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa karbonisasi pada suhu 505°C menghasilkan arang dengan kualitas
Ringkasan dokumen ini adalah:
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif antifeedant dalam asap cair hasil pirolisis sampah organik perkotaan.
2. Hasil pirolisis diuji aktivitasnya terhadap larva Spodoptera litura dan fraksi yang aktif diidentifikasi menggunakan GC-MS.
3. Identifikasi menunjukkan fraksi metanol mengandung 14 jenis senyawa antifeedant dengan y-butyrolacton se
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
This document summarizes a study on the thermal effect on apatite crystals synthesized from eggshell calcium. Apatite crystals were synthesized by precipitating calcium solution from calcined eggshells into diammonium hydrogen phosphate solution. The apatite crystals were characterized using XRD and SEM before and after being calcined at 800°C and 900°C. XRD analysis showed the uncalcined samples contained hydroxyapatite and a small amount of carbonated apatite. Calcination removed the carbonate content, leaving only hydroxyapatite. Crystallinity and grain size increased with higher calcination temperatures. SEM images also showed larger grain size with increasing temperature.
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu aktivasi dan asetilasi yang optimal untuk memperoleh pektin asetat yang tidak larut air, yang akan digunakan sebagai bahan baku lembaran bioplastik. Hasilnya menunjukkan bahwa waktu aktivasi 180 menit dan waktu asetilasi 120 menit menghasilkan materi yang paling hidrofobik dan tingkat substitusi asetil tertinggi. Analisis menunjukkan perbedaan antara pektin dan pektin aset
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
Prosiding Simposium Nasional Kimia Bahan Alam XX (2012) merangkum hasil-hasil penelitian terkini mengenai peranan kimia bahan alam dalam meningkatkan potensi dan saintifikasi tanaman obat Indonesia. Simposium ini diselenggarakan oleh Himpunan Kimia Bahan Alam Indonesia bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 9-10 Oktober 2012. Terdapat presentasi dari pembicara undangan dan peserta, serta diskusi unt
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
Dokumen tersebut merupakan prosiding Seminar Nasional Sains III dengan tema "Sains Sebagai Landasan Inovasi Teknologi dalam Pertanian dan Industri" yang diselenggarakan pada tanggal 13 November 2010 di Bogor. Prosiding ini berisi makalah-makalah hasil penelitian yang dipresentasikan dalam empat sesi paralel yaitu Biological Science, Biochemistry, Chemistry, dan Physics & Mathematical Science, serta sesi poster. Prosiding ini bermanfaat bagi pelaku dan institusi terkait untuk men
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
Prosiding ini membahas potensi minyak atsiri daun Cinnamomum multiflorum sebagai insektisida nabati terhadap hama ulat kubis Crocidolomia pavonana. Minyak atsiri daun C. multiflorum diperoleh dengan kadar rendemen 1,39% dan diuji aktivitasnya dengan metode celup daun. Hasil uji menunjukkan minyak atsiri C. multiflorum memiliki aktivitas insektisida tinggi terhadap C. pavonana den
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
This document summarizes research on the anticancer potential of tempuyung (Sonchus arvensis) extracts. Tempuyung samples were collected from different areas in Java and extracted using methanol and ethanol. Phytochemical tests found saponins, flavonoids, steroids, and tannins. Toxicity tests against Artemia salina shrimp found the 70% ethanol extract was more toxic than the methanol extract. High performance liquid chromatography (HPLC) profiled the most toxic extract from Solo. Gradient HPLC produced 3-7 peaks providing a better fingerprint than isocratic HPLC with 1-4 peaks. The research investigated anticancer potential and optimized HPLC profiling of bioactive tempuyung extracts
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF
1. 89
TINGKAT KONSUMSI OKSIGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DAN
MODEL PENGELOLAAN OKSIGEN PADA TAMBAK INTENSIF
Oxygen Consumption of White Shrimp (Litopenaeus vannamei) and Model of Oxygen
Management in Intensive Culture Pond
T. Budiardi, T. Batara dan D. Wahjuningrum
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680
ABSTRACT
This study was conducted to determine oxygen consumption level of white shrimp (Litopenaeus
vannamei) and the model of oxygen management in intensive culture pond. Shrimp in weight of 5 gram were
maintained in 20 liter of water in density 6 tails/container. Water quality was measured every 2 hours for 6
hours. Other experiments were done using shrimp in weight of 8, 10, 12 and 15 gram per tail, in density 4
tails/container. The results of study showed that oxygen consumption levels of white shrimp was higher after
feeding than before feeding. Oxygen consumption levels of smaller shrimp were higher than that of bigger
shrimp. Regression model of oxygen consumption levels before and after feeding were linear. Correlation
between oxygen consumption and shrimp weight reached 92.5%.
Keywords: white shrimp, Litopenaeus vannamei, oxygen, respiration, intensive pond
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus
vannamei) dan model pengelolaan oksigen pada tambak intensif. Udang dengan bobot sekitar 5 gram
dimasukkan ke dalam wadah tertutup berukuran 20 liter dengan kepadatan 6 ekor/wadah. Kualitas air diukur
setiap 2 jam selama 6 jam. Perlakuan tersebut juga dilakukan pada udang dengan kelompok berat 8, 10, 12 dan
15 gram, dengan kepadatan 4 ekor/wadah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi oksigen
udang vaname sesudah makan relatif lebih tinggi daripada sebelumnya. Tingkat konsumsi oksigen udang
ukuran kecil relatif lebih tinggi daripada yang berukuran lebih besar. Model persamaan regresi tingkat
konsumsi oksigen pada udang yang tepat sebelum dan sesudah makan adalah linear. Korelasi antara konsumsi
oksigen dengan bobot udang mencapai 92,5%.
Kata kunci: vaname, Litopenaeus vannamei, oksigen, respirasi, tambak intensif
PENDAHULUAN
Vaname (Litopenaeus vanname)
merupakan jenis udang yang mempunyai
toleransi cukup tinggi terhadap fluktuasi
kualitas air, terutama di musim kemarau.
Produksi udang vaname dengan sistem
budidaya intensif dapat menghasilkan panen
yang relatif lebih baik pada fluktuasi kualitas
air yang tinggi dibandingkan dengan jenis
udang lain seperti udang windu.
Peningkatan padat penebaran harus
diikuti dengan peningkatan intensitas
pengelolaannya terutama pakan dan kualitas
air. Salah satu parameter penting kualitas air
dalam budidaya udang adalah oksigen
terlarut yang dikonsumsi udang untuk proses
respirasi. Untuk mengantisipasi terjadinya
kekurangan oksigen terlarut dalam air
tambak dilakukan pergantian air dan
penggunaan kincir.
Tingkat konsumsi oksigen udang vaname
antara lain bergantung pada ukuran (stadia)
udang vaname (faktor internal) dan status
makan (faktor eksternal). Tingkat konsumsi
udang akan menurun jika kebutuhan oksigen
dalam air tidak terpenuhi dan mengakibatkan
penurunan kondisi kesehatan udang bahkan
menyebabkan kematian.
Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 89–96 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
2. 90
BAHAN & METODE
Pengamatan terhadap tingkat konsumsi
oksigen pada udang vaname (Litopenaeus
vannamei) dilakukan pada bulan Mei-
Agustus 2003 mengikuti masa pemeliharaan
di tambak PT Bomasena Segara, Citarate,
Sukabumi, Jawa Barat. Pakan yang diberikan
berupa pelet tenggelam sebanyak 4% dari
bobot tubuh udang dengan frekuensi 4
kali/hari dan disebar merata pada tambak.
Pengambilan udang uji dilakukan 1 jam
sebelum dan sesudah pemberian pakan untuk
proses pengamatan terhadap tingkat
konsumsi oksigen berdasarkan kelompok
bobotnya. Udang dari tambak dengan bobot
sekitar 5 gram dimasukkan ke dalam wadah
tertutup berukuran 20 liter dengan kepadatan
6 ekor/wadah dan diukur parameter kualitas
airnya setiap 2 jam selama 6 jam. Perlakuan
tersebut juga dilakukan pada udang dengan
kelompok berat 8, 10, 12 dan 15 gram namun
dengan kepadatan 4 ekor/wadah. Udang yang
digunakan merupakan udang sehat yaitu
tidak cacat tubuh, aktif bergerak atau tidak
diam terus menerus.
Air yang digunakan merupakan hasil
penyaringan menggunakan plankton net
ukuran 50 dan 489 m untuk mencegah
masuknya plankton dan organisme lainnya
kedalam media penelitian. Untuk menjamin
ketersediaan oksigen, air diaerasi kuat selama
8 jam yang kemudian dilakukan pengukuran
terhadap oksigen terlarut, pH, suhu, salinitas
dan BOD5.
Data yang diperoleh berupa data utama,
yaitu bobot udang dan oksigen terlarut (pada
awal dan akhir percobaan) serta data
penunjang berupa kualitas air. Tingkat
konsumsi oksigen dihitung berdasarkan
rumus Pavlovskii (1964);
t1 = (([O2]0-[O2]1×V0)/(W1))/(t1-t0)
tn= (([O2]tn-1-[O2]n×Vn-1)/(Wn))/(tn-tn-1)
Keterangan :
[O2]0= konsentrasi O2 pada saat t0
[O2]n= konsentrasi O2 pada saat tn
V0 = volume air pada saat t0
Vn-1 = volume air pada saat tn-1
Wn = bobot udang pada saat tn
t0 = waktu pada jam ke-0 (awal)
t1 = waktu pada jam ke-1 (akhir)
tn = waktu pada jam ke-n (n=1, 2, 3,...,6)
tn-1 = waktu pada jam ke-n-1 (n=1, 2, 3,...6)
Data tingkat konsumsi oksigen yang
didapatkan digunakan untuk:
1) menentukan ada atau tidaknya perbedaan,
baik antara bobot udang maupun antara
sebelum dan sesudah udang makan
dengan menggunakan uji F. Apabila
terdapat perbedaan tingkat konsumsi
oksigen antar bobot udang (P<0,05),
maka pengujian dilanjutkan dengan uji
Tukey untuk menentukan bobot udang
yang mempunyai tingkat konsumsi oksigen
yang berbeda, serta bobot udang yang
mempunyai tingkat konsumsi oksigen
terendah dan tertinggi.
2) Menentukan model pengelolaan oksigen pada
tambak udang vaname berdasarkan tingkat
konsumsi oksigen selama masa
pemeliharaan.
Tabel 1. Paremeter kualitas air dan metode pengukurannya
Parameter kualitas air Satuan Alat/metode
1. temperatur
2. oksigen terlarut
3. nilai pH
4. Salinitas
5. BOD5
C
mg/L
unit
‰
mg/L
Termometer
DO-meter, metode Winkler
pH-meter, indikator universal
salinometer
DO-meter, metode Winkler
3. 91
HASIL & PEMBAHASAN
Kualitas air
Pertumbuhan udang optimal terjadi pada
kisaran suhu 25-30 C, serta berakibat
kematian pada suhu di atas 35 C (Fast,
1992). Suhu air media selama percobaan
berkisar antara 26-28 C dengan fluktuasi
yang tidak mengganggu kehidupan udang
uji.. Penurunan suhu air media disebabkan
oleh menurunnya suhu ruang, sedangkan
peningkatannya disebabkan oleh
meningkatnya suhu ruang dan hasil
metabolisme udang yang berupa panas.
Zonneveld et. al., (1991) menyatakan, selama
proses katabolisme makanan berlangsung,
energi kimia dari makanan tubuh diubah
bentuknya menjadi ATP dan sisanya hilang
sebagai panas. Meningkatnya suhu pada
umumnya disertai dengan meningkatnya laju
metabolisme yang berarti meningkatnya
permintaan oksigen oleh jaringan. Secara
umum, meningkatnya suhu lingkungan 10 C
menyebabkan meningkatnya laju
pengambilan oksigen oleh hewan menjadi
dua sampai tiga kali lipat (Spootte, 1970).
Nilai salinitas air yang digunakan dalam
percobaan berkisar antara 37–40 ppt.
Penurunan dan kenaikkan salinitas sebesar 4
ppt dapat menyebabkan udang stres dan ganti
kulit (Eddy, 1990). Proses penyerapan
oksigen dari air media ke dalam tubuh udang
dipengaruhi antara lain oleh salinitas
(Lockwood, 1989). Peningkatan salinitas
akan meningkatkan energi yang dibutuhkan
untuk osmoregulasi sehingga laju
metabolisme dalam tubuh udang juga
meningkat. Selama percobaan tidak terjadi
perubahan salinitas air di setiap perlakuan
karena air berada dalam wadah tertutup
sehingga tidak ada penguapan.
Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik (BOD5) sekitar
0,0022–0,0040 mg/L dalam satu jam. Hal
tersebut menandakan adanya bahan organik
pada air yang akan dicobakan, namun tidak
terlalu besar sehingga tidak mengganggu
konsumsi oksigen udang vaname.
Konsentrasi oksigen terlarut pada setiap
bobot perlakuan cenderung menurun baik
sebelum maupun sesudah makan yang
disebabkan oleh pengambilan oksigen dari
media ke dalam tubuh udang. Gibson dan Fry
(1960) menyatakan bahwa di dalam wadah
yang tertutup dan terbatas, tekanan oksigen
secara terus menerus menurun sebagai akibat
dari pengambilan oksigen yang terus
menerus oleh udang.
Pada akhir pengukuran oksigen, udang
uji masing-masing perlakuan tidak
mengalami kematian namun kondisinya
lemah, pergerakkan dan respon berkurang
akibat kekurangan oksigen terlarut.
Konsentrasi DO (oksigen terlarut) minimal
yang dibutuhkan spesies uji agar dapat
bertahan hidup selama 24 jam adalah sebesar
0,75–2,5 mg/L dan kebanyakan spesies laut
akan mati jika kadar DO di bawah 1,25 mg/L
selama beberapa jam. Tingkat DO antara
2,5–3 mg/L mengakibatkan pengurangan
kecepatan berenang, sedangkan pada tingkat
DO 5,3–8 mg/L baik untuk kelangsungan
hidup dan pertumbuhannya (Anonimus,
1968).
Fluktuasi kualitas air seperti suhu,
salinitas, pH, dan oksigen terlarut yang
terjadi selama percobaan berlangsung tidak
membahayakan kehidupan udang uji.
Perubahan parameter kualitas air dari tambak
ke media percobaan tidak mengakibatkan
udang sters karena kualitas air pada media
percobaan berada dalam kisaran kualitas air
tambak.
Tabel 2. Kualitas air media sebelum pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi
oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
Parameter Satuan
Bobot udang (gram)
5 8 10 12 15
Suhu °C 26.38 26.53 26.45 26.95 27.75
pH - 8.22 8.15 8.18 8.08 8.15
Salinitas ppt 40 40 40 39 37
BOD mg/L 0.0022 0.0026 0.0022 0.004 0.0023
4. 92
Tabel 3. Kualitas air media sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen
udang vaname (Litopenaeus vannamei)
Parameter Satuan
Bobot udang (gram)
5 8 10 12 15
Suhu °C 27.4 26.63 26.6 26.45 28.08
pH - 8.17 8.19 8.25 8.18 8.18
Salinitas ppt 40 40 40 39 37
BOD mg/L 0.0022 0.0026 0.0022 0.004 0.0023
0
2
4
6
8
0 2 4 6
waktu (jam)
DO(mg/L)
5 g 8 g 10 g 12 g 15 g
Gambar 1. Oksigen terlarut sebelum pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi
oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
5. 93
0
2
4
6
8
10
0 2 4 6
waktu (jam)
DO(mg/L)
5 g 8 g 10 g 12 g 15 g
Gambar 2. Oksigen terlarut sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen
udang vaname (Litopenaeus vannamei)
Konsumsi oksigen
Konsumsi oksigen udang sebelum dan
sesudah makan pada masing–masing bobot
perlakuan semakin menurun sejalan dengan
waktu pengukurannya. Penurunan konsumsi
oksigen disebabkan oleh berkurangnya
konsentrasi oksigen terlarut dan penurunan
aktivitas udang menuju pada laju
pengambilan oksigen minimal (metabolisme
basal). Hubungan konsentrasi oksigen
dengan pengambilan oksigen disebut
”respiratory dependence” (Tang, 1983; Von
Ladebur, 1939; Fry, 1957).
Tingkat konsumsi oksigen udang dengan
bobot lebih kecil relatif lebih tinggi daripada
udang dengan bobot yang lebih besar.
Organisme berukuran kecil mengkonsumsi
oksigen lebih tinggi per satuan waktu dan
bobot daripada yang berukuran besar karena
udang kecil lebih banyak memerlukan energi
untuk pertumbuhan (Hemmingsen, 1960
dalam Vernberg dan Vernberg, 1972).
Organisme berukuran kecil laju metabolisme
tubuhnya lebih tinggi daripada yang
berukuran besar (Spotte, 1970). Tingkat
konsumsi oksigen udang sesudah makan
relatif lebih tinggi karena kebutuhan akan
oksigen lebih banyak untuk mengoksidasi
nutrien (pakan) sehingga menghasilkan
energi bebas. Ikan yang menderita kelaparan
metabolisme standarnya akan menurun (Fry,
1957).
Model persamaan regresi tingkat
konsumsi oksigen yang tepat untuk kedua
perlakuan bobot sebelum dan sesudah makan
adalah linear. Persamaan regresi tingkat
konsumsi oksigen (Y) terhadap bobot udang
(X) sebelum makan adalah
Y= 0.508 – 0.0112X R2
= 0.778
dan sesudah makan adalah
Y= 0.563 – 0.0121X R2
= 0.925
6. 94
Nilai R yang mendekati satu menunjukkan
adanya hubungan yang sangat erat antara
bobot (X) dan tingkat konsumsi oksigen (Y).
Persamaan tersebut menunjukkan tingkat
konsumsi oksigen udang vaname pada
berbagai ukuran (bobot) selama masa
pemeliharaan udang vaname di tambak
intensif. Tingkat konsumsi oksigen udang
vaname pada berbagai ukuran dapat
menentukan konsentrasi oksigen terlarut
minimal yang dibutuhkan oleh udang selama
masa pemeliharan di tambak intensif.
Oksigen minimal yang dibutuhkan udang
vaname besar relatif lebih tinggi akibat
semakin meningkatnya biomassa (g/m3
) pada
tambak. Biomassa yang tinggi dapat
membuat permintaan oksigen meningkat
sehingga memerlukan pasokan oksigen lebih
tinggi dari kincir air maupun fitoplankton.
Pada masa pemeliharaan 60 hari sampai
panen (90-110 hari) terjadi penambahan
kincir air sebanyak 3-4 buah per petak.
Kultur fitoplankton dapat memenuhi pasokan
oksigen dalam tambak, tetapi jumlahnya
yang terlalu tinggi dapat membahayakan
kehidupan udang, karena pada malam hari
terjadi kompetisi penggunaan oksigen untuk
respirasi.
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0 2 4 6
waktu (jam)
DO(mg/L)
5 g 8 g 10 g 12 g 15 g
Gambar 3. Tingkat konsumsi oksigen sebelum pemberian pakan pada percobaan tingkat
konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
7. 95
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
0 2 4 6
waktu (jam)
DO(mg/L)
5 g 8 g 10 g 12 g 15 g
Gambar 4. Tingkat konsumsi oksigen sesudah pemberian pakan pada percobaan tingkat
konsumsi oksigen udang vaname (Litopenaeus vannamei)
y = 0.508-0.0112x
R2
= 0.778
y = 0.563-0.0121x
R2
= 0.925
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
5 8 10 12 15
Bobot udang (gram)
TingkatkonsumsiO2
(mgO2.gr-1
.jam-1
)
Sesudah makan Sebelum makan
Gambar 5. Hubungan tingkat konsumsi oksigen dengan bobot udang sebelum dan sesudah
pemberian pakan pada percobaan tingkat konsumsi oksigen udang vaname
(Litopenaeus vannamei)
8. 96
KESIMPULAN
1. Tingkat konsumsi oksigen udang vaname
(Litopenaeus vannamei) sesudah makan
lebih tinggi daripada sebelum makan.
2. Tingkat konsumsi oksigen udang vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan bobot
individu rendah lebih tinggi daripada
ukuran bobot individu yang lebih tinggi.
3. Model persamaan regresi tingkat
konsumsi oksigen yang tepat untuk kedua
perlakuan bobot sebelum makan dan
sesudah makan adalah linear.
4. Persamaan regresi tingkat konsumsi
oksigen (Y) terhadap bobot udang (X)
adalah
Sebelum makan; Y= 0.508 – 0.0112X
(R2
= 0.778)
Sesudah makan; Y= 0.563 – 0.0121X
(R2
= 0.925)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1968. Water Quality Criteria.
Federal Water Pollution Control
Administration. US Department of The
Interior. Washington, D. C.
Fast, A. W. 1992. Penaeid intensive growout
system. In Fast AW and Laster LJ
(Editors): Marine Shrimp Culture:
Principles and Practices. Elsevier.
Amsterdam, Netherlands.
Fry, F. E. J. 1957. Aquatic respiration of
Fish. In Brown, M. E (Editor). The
Physiology of Fishes vol. 1. Metabolism.
Academic Press. Inc. Publishers. New
York.
Lockwood A. P. M. 1989. Aspects of
Physiology of Crustacea. W. H. Freeman
and Company, San Fransisco.
Pavlovskii, E. N. 1964. Technique for The
Investigation of Fish Physiology. Israel
Program for Scientific Translation Ltd.
Jerussalem.
Spotte, S. 1970. Fish and Invertebrate
Culture. Water Management in Closed
System. Wiley-Interscience Publ. John
Wiley & Sons, Inc. New York.
Vernberg, W. B. dan Vernberg F. J. 1972.
Environmental Physiology of Marine
Animal. Springer-Verlag. New York.