MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
CONTOH PRESENTASI AHLI MADYA DIANSYAH BARU.pptx
1. UJI KOMPETENSI
FR.IA.04. PENJELASAN SINGKAT PROYEK TERKAIT /
KEGIATAN TERSTRUKTUR LAINNYA
Skema Sertifikasi : Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung
Kualifikasi : Ahli Jenjang 8
Nama Asesi : Diansyah
NIK Asesi : 6107041506770001
Tgl. Asesmen : ....... Maret 2024
TUK : Menanjak Kubu Raya
Nama Asesor : 1.
2.
2. SUBSTASI PEYAMPAIAN
A. Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
B. Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung (Pondasi Dalam) C.
Pengendalian Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung:
• Struktur Baja
• Struktur Beton Bertulang
• Struktur Beton Pracetak
D. Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung
E. Laporan Akhir
3. 1. PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN
GEDUNG
Bangunan suatu gedung terdiri dari 3 komponen penting, yaitu
Struktur,
Arsitektur dan
ME (Mekanikal & Elektrikal).
Ketiganya satu sama lain saling terkait. Jika Struktur mengedepankan kekuatan,
Arsitek lebih mengedepankan keindahan, maka ME (Mekanikal & Elektrikal) lebih
mengedepankan pada fungsi. Sekuat apapun bangunan dan seindah apapun
bangunan, jika tidak ditunjang dengan sistem ME (mekanikal & elektrikal) maka
bangunan tersebut tidak ada fungsinya. Jadi sangat jelas antara ketiga komponen
dalam suatu gedung yang saling terkait satu sama lain.
4. SYARAT–SYARAT UMUM PERANCANGAN
STRUKTUR GEDUNG MELIPUTI
1. Syarat stabilitas.
2. Syarat kekuatan.
3. Syarat daktilitas, terdiri atas: elastik (fully elastic), daktilitas terbatas (limited ductility), daktilitas
penuh (full ductility).
4. Syarat layak pakai dalam keadaan layan (serviceability), terdiri atas: lendutan pelat dan balok,
simpangan bangunan (lateral drift), simpangan antar tingkat (interstory drift), percepatan
(acceleration) khususnya perancangan struktur terhadap pengaruh angin, retakan (cracking),
vibrasi/getaran (vibration)
5. Syarat durabilitas (durability), terdiri atas kuat tekan minimum beton, tebal selimut beton, jenis
dan kandungan semen, tinjauan korosi, mutu baja.
6. Syarat ketahanan terhadap kebakaran, terdiri atas dimensi minimum dari elemen/komponen
strukur, tebal selimut beton, tebal lapisan pelindung terhadap ketahanan kebakaran, jangka waktu
ketahanan terhadap api/kebakaran (struktur atas dan basemen)
5. 7. Syarat intergritas, terdiri atas pencegahan terhadap keruntuhan progresif
(biasanya diberi penambahan tulangan pemegang antar komponen beton precast).
8. Syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi, terdiri atas penyesuaian
dengan metode konstruksi yang umum dilakukan pada daerah setempat, bahan
bangunan serta mutu bahan yang tersedia, kondisi cuaca selama pelaksanaan,
kesediaan berbagai sumber daya setempat.
9. Peraturan dan standar yang berlaku.
6. A. Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
Perencanaan Struktur adalah bertujuan untuk
menghasilkan suatu struktur yang stabil, cukup
kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-
tujuan lainya seperti ekonomi dan kemudahan
pelaksanaan.
7. Pendekatan Perencanaan Dasar Proses pendekatan Perencanaan adalah upaya
memperpadukan kaidah-kaidah fungsi bangunan, struktur dan bentuk, biaya
pembangunan, waktu pembangunan dan teknologi membangun serta Faktor
Eksternal (Peraturan-peraturan dan Lingkungan yang berlaku di lokasi).
STRUKTUR, BENTUK DAN
TEKNOLOGI
MEMBANGUN
FUNGSI
EKSTERNAL
(PERATURAN-
PERATURAN DAN
PEMBIAYAAN
WAKTU
INTEGRATED OVERLAPPING
• BUILDING DESIGN (ARCHITECTURAL)
• STRUCTURE
8. METODE PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
1. Mempelajari dengan seksama Kerangka Acuan Kerja maka berpengaruh pada
Perancangan Arsitektur dan Perancangan Struktur.
2. Melakukan Survey dan investigasi untuk Pengumpulan data existing site /
lahan dan Bangunan Seperti Keberadaan lahan, Keberadaan bangunan lama,
Faktor lingkungan dan fasilitas sarana prasarana, Topography dan (Boring hand)
Struktur Tanah, Jaringan Infrastruktur dan Lain lain.
3. Survey dan kajian terhadap peraturan-peraturan setempat dalam kaitannya
terhadap perijinan seperti Master plan kota, Koefisien dasar bangunan, Koefisien
luas bangunan, Ketinggian bangunan, Bentuk bangunan, (Ciri Arsitektur
setempat) dan Lain lain.
4. Pendataan data literatur dan Studi Banding.
A. Lingkup Pekerjaan Tahap Programming Skematik Design
9. B. Lingkup Pekerjaan Tahap Conceptual Programming Design
1. Penetapan program ruang berdasarkan arahan dari struktur organisasi yang berlaku dan data
investigasi.
2. Pengelompokan fungsi - fungsi ruang dan studi konfigurasi hubungan ruang. 3. Alokasi ruang
pada struktur bangunan baik alokasi ruang secara horizontal maupun alokasi ruang secara vertikal.
4. Penetapan sirkulasi dalam ruang bangunan dan pada halaman (site) baik sirkulasi untuk
manusia maupun sirkulasi untuk kendaraan. Sirkulasi dipelajari terhadap bangunan secara vertikal
maupun horizontal
5. Penetapan persyaratan - persyaratan khusus ruang - ruang tertentu sesuai dengan tuntutan
fungsi ruang dalam Rencana Kerja & Syarat-syarat Perancangan
6. Pengkondisian fisik ruang dan non fisik
7. Konsep penggunaan bahan struktur / konstruksi bangunan dan bahan untuk instalasi mekanikal
dan elektrikal bangunan beserta perhitungannya.
10. C. Lingkup Pekerjaan Tahap Definitive Design
1. Rencana tapak yang telah pasti (pada master plan).
2. Denah - denah bangunan.
3. Potongan site / lahan.
4. Potongan bangunan
5. Tampak-tampak bangunan
6. Gambar situasi
7. Out-line sistem utilitas bangunan serta mekanikal elektrikal.
8. Pra Estimasi proyek untuk komponen-komponen biaya
11. 1. Site structure (struktur lahan).
2. Pertamanan.
3. Struktur Bangunan seperti Denah bangunan setiap lantai, Denah partisi dan perletakan perabot
untuk tiap lantai, Denah bahan penutup setiap lantai (floor covering oleh karpet, keramik, marmer,
atau jenis bahan lainnya, Denah plafond, Potongan-potongan struktur bangunan, Tampak-tampak
bangunan, Tampak keseluruhan site, Tampak untuk tiap-tiap masa bangunan dan Tampak prinsip
dari fasade bangunan.
4. Utilitas Bangunan atau fasilitas kelengkapan penunjang pada sebuah bangunan agar
tercapainya keselematan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.
5. Sistem Proteksi pada bangunan.
6. Spesifikasi Teknis.
7. Rencana Anggaran Biaya Bangunan secara keseluruhan
D. Lingkup Pekerjaan Dalam Tahap Design Development
12. 1. PERENCANAAN/PERANCANGAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG
Syarat- syarat umum perencanaan struktur gedung:
• Syarat Stabilitas, Kestabilan memiliki arti bangunan tidak akan runtuh (collapse) jika mendapat
pengaruh gaya-gaya dari luar.
• Syarat Kekuatan, ini mencakup seluruh elemen struktur baik plat, kolom, balok, dan shearwall
• Syarat Daktilitas, Daktilitas adalah kemampuan struktur gedung untuk mengalami
simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di
atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan
kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun
sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.
• Syarat Layak Pakai, Arti Lendutan, Kontrol Lendutan, dan Simpangan Bangunan dan Simpangan
Antar Lantai
13. 1. PERENCANAAN/PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN
GEDUNG
Tahapan- tahapan perencanaan struktur bangunan gedung bertingkat :
1. Menentukan lokasi soil test (sondir/deep boring), denah diambil dari gambar arsitektur
2. Evaluasi hasil test tanah dengan referensi dari hasil uji lab. tanah. Dari tahapan ini bisa ditentukan jenis
fondasi yang dipakai dan daya dukung pondasi
3. Menghitung dan mengalalisis bangunan dengan menggunakan bantuan program struktur (ETABs/SAP).
Memodelkan bangunan harus sesuai dengan gambar arsitektur yang terbaru bukan gambar yang lama.
Input beban pada model struktur harus sesuai Peraturan Pembebanan Indonesia.
4. Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diperoleh ditentukan :
• Dimensi kolom ; jumlah, diameter tulangan dan diameter, jarak sengkang (syarat minimum tulangan
kolom harus terpenuhi)
• Dimensi balok ; jumlah, diameter tulangan dan diameter, jarak sengkang (syarat minimum tulangan
pada balok harus terpenuhi)
• Dimensi plat dan diameter tulangan, jarak tulangan (syarat minimum tulangan pada plat harus
terpenuhi)
5. Setelah tahap ke 4 selesai, kita buat sketsa untuk denah balok, penulangan balok tiap lantai,
penulangan plat lantai dan penulangan kolom. Kemudian sketsa kita dituangkan dengan gambar
dengan menggunakan AUTOCAD.
14. 1. Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah
Bangunan Gedung (Pondasi Dalam)
Struktur Bawah (Sub Structure) suatu bangunan gedung meliputi bagian-bagian
bangunan yang berada di bawah lantai dasar (ground floor), yang dapat berupa:
FondasiBasement (Ruang Bawah Tanah) dan Fondasi di bawahnya. Fondasi dalam
(deep foundation) atau fondasi tidak langsung Fondasi dalam biasanya digunakan
jika tanah keras berada pada kedalaman lebih dari 6 m dari muka tanah asli.
Terdapat dua macam fondasi dalam:
1. Fondasi Tiang Pancang (Drived Pile)
2. Fondasi Tiang Bor (Bored Pile, In Situ Pile)
15. 1. Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah
Bangunan Gedung (Pondasi Dalam)
Sebelum pelaksanaan pemancangan dilakukan keadaan lahan akan diupayakan
dalam kondisi kering, rata dan padat. Jika lahan dimana akan dilakukan pemancangan
terdapat air atau kondisi tanah lunak, maka akan dibuatkan penahan beban alat
dengan menggunakan pelat matras dari pelat baja. Titik pancang akan disiapkan
secara keseluruhan agar tidak mengganggu pada saat pemancangan berlangsung.
Tanda untuk titik pancang jangan sampai rancu dengan tanda titik as bangunan dan
tanda-tanda yang lain. Pastikan menggunakan material tiang pancang yang bermutu
baik dari produsen atau supplier yang terpercaya.
16. Bor pile atau bored pile adalah teknik membangun pondasi yang memanfaatkan
bantuan mesin bor. Tanah akan dikeruk menggunakan mesin tersebut hingga
kedalaman tertentu, kemudian diisi dengan tulang besi dan cor beton.
1. Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah
Bangunan Gedung (Pondasi Dalam)
17. 2. PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
(STRUKTUR BAWAH BANGUNAN GEDUNG)
• Pengertian struktur bawah/pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang
terhubung langsung dengan tanah, atau bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah yang berfungsi memikul beban bangunan yang ada diatas nya. Pondasi
harus di perhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban
bangunan itu sendiri, beban-beban bangunan, gaya-gaya luar seperti tekanan angin
gempa bumi, dan lain-lain. Di samping itu, tidak boleh adanya penurunan level melebihi
batas yang di izinkan.
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian pekerjaan struktur bawah bangunan
gedung :
Melakukan uji daya dukung yang direncanakan untuk mengetahui kedalaman
pondasi yang diperlukan
Kemiringan tiang pancang pondasi dalam, tidak boleh lebih melampaui 20mm
permeter (1/50)
Memperhatikan kelengkungan tiang pancang
Beton Cor langsung (Tidak boleh melampui 0,01 dari panjang tiang pancang)
Baja (Tidak boleh melampui 0,0007 dari panjang tiang pancang)
18. 2. PENGENDALIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
(STRUKTUR BAWAH BANGUNAN GEDUNG)
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian pekerjaan struktur bawah
bangunan gedung :
Monitoring tegaknya tiang pancang
Pemancangan Baru bias dihentikan setelah kalindering tercapai
Pemotongan kepala tiang pancang harus sesuai dengan elevasi yang telah
ditentukan
Posisi pile cap harus berada di as kolom
Gambar Kerja harus sudah disiapkan sesuai dengan kontrak
Tenaga kerja dan peralatan disesuaikan dengan kebutuhan
Material yang di gunakan harus sesuai dengan spesifikasi teknis
Pengukuran penetapan posisi dan level pondasi harus berkoordinasi dan
sesuai dengan gambar kerja
Pengujian material dan daya dukung pondasi (Loading Test) sesuai dengan
standar
Hasil pekerjaan di evaluasi kesesuaian dengan gambar kerja
20. 3. PENGENDALIAN PELAKSANAAN STRUKTUR
ATAS BANGUNAN GEDUNG (BAJA)
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian pekerjaan struktur atas
bangunan gedung (Baja):
Pelat-pelat, profil, baut, angkur-angkur dan las
Sambungan pengelasan (las sudut ataupun penuh)
Pemasangan Semua elemen rangka baja dan pengecatan
Semua pekerjaan pelaksanaan dan penyesuaian grouting
Penyiapan gambar acuan kerja
21. 3. PENGENDALIAN PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS
BANGUNAN GEDUNG (BETON BETULANG)
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian pekerjaan struktur atas
bangunan gedung (Beton Betulang):
Kesesuain diameter besi tulangan
Kesesuain Jarak besi tulangan
Kesesuain Jumlah besi tulangan
Panjang penyaluran sambungan minimal (40 x Diameter besi)
Kesesuain Mutu Beton
Kesesuain Bekisting
22. STRUKTUR BETON BERTULANG
Pekerjaan Sloof (Tie Beam) dan Pekerjaan Kolom
Hal hal yang harus diperhatikan dalam Pengendalian Pekerjaan Struktur Beton Bertulang bagian
Pekerjaan Sloof (Tie Beam) dan Pekerjaan Kolom/Tiang adalah:
1. Periksa Kembali posisi As-as kolom yang akan dipasang, stik-stik pembesian kolom baik ukuran
besi beton maupun posisi besi beton
2. Lakukan fabrikasi system pembesian Tie Beam (sloof) dan bekistingnya. Bersamaan dengan dengan
ini fabrikasi bekisting kolom dan pembesian kolom juga sudah bisa difabrikasi juga. (Sesuai dengan
gambar kerja/shop drawing dan spesifikasi yang ada).
3. Setelah dilakukan pemasangan pembesian dan pemasangan bekisting, Tie Beam siap untuk
dilakukan pengecoran Beton dengan mutu beton yang telah ditetapkan.
4. Mobilisasi dan Penyiapan Posisi Concrete pump saat erection, concrete vibrator dsb.
5. Sebelum pengecoran dilaksanakan (setelah mobil mixer datang, dilakukan pemeriksaan terhadap
surat jalan beton, Uji Slump Test (hasus sesuai persaratan ) dan pembuatan Kubus Beton.
6. Pengecoran dapat dilaksanakan dan selama proses pengecoran penggunaan mesin vibrator harus
digunakan untuk membuang rongga udara dan pencegahan keropos beton dan sedapat mungkin
kepala selang vibrator tidak menyentuh pembesian struktur.
7. Setelah Pengecoran Tie beam selesai, keesokan harinya pemasangan pembesian dan bekisting
kolom bisa dilaksanakan.
23. 7. Setelah Fabrikasi system pembesian kolom selesai di tegakkan, Kembali periksa posisi As
pembesian Kolom. Note :
• Penyambungan Stik Besi Kolom dengan pembesian kolom harus 40 D besi kolom
• Jarak Pemasangan besi Sengkang/begel relatif sama setinggi kolom (Gbr rencana struktur)
• Pengikatan kawat bendrat Pembesian Kolom harus kuat dan kokoh sehingga posisi dan jarak
pembesian tidak berubah.
8. Pemasangan Bekisting yang sudah difabrikasi sebelumnya dipasang sebagai mal pembungkus
beton dan besi tulangan diperkuat dengan pengunci mal. Untuk vertikalisasi berdirinya
bekisting kolom dapat diperiksa/dikontrol dengan menggunakan unting-unting, benang load
atau menggunakan pesawat To. Bekisting Dikunci dengan batang2 skor
9. Setelah Pemasangan bekisting selesai dan melalui pemeriksaan pengawas selesai pengecoran
dapat dilakukan dengan mutu beton yang telah ditentukan. Note :
• Saat penuangan beton cor menggunakan concrete pump berlangsung yang perlu dijaga
adalah tinggi jatuh beton cor 1,5 m’ agar kerapatan agregat tetap terjaga. Dengan tidak
meninggalkan standard uji beton readymix yang dating tetap dilaksanakan.
24. Pekerjaan Balok (Beam) dan Pekerjaan
Lantai.
Perihal fabrikasi Bekisting, system pembesian untuk balok dan lantai beton sudah bisa
difabrikasi saat penyetelan/pemasangan dan konstruksi tie beam dan kolom. Adapun
Langkah berikutnya adalah :
1. Satu (1) Hari setelab Pengecoran Kolom selesai bekisting kolom sudah bisa dibuka dengan
hati2 (beton masih muda) untuk mempersiapkan pekerjaan tahap berikutnya.
2. Dimulai pemeriksaan elevasi masing2 puncak kolom Penyetelan Bekisting Balok, lantai dan
pemasangan perancah sudah bisa dilakukan. Untuk menjaga kerataan/horizontal bolok dan
lantai, penggunaan balok kayu yang lebih besar dan rata atau menggunakan horiebeam
sebagai landasan diatas perancah/scafolding. 3. Diikuti dengan pemasangan system
pembesian balok dan pembesian lantai yang sudah difabrikasi sebelumnya. (ukuran, jumlah
dan jarak pasang sesuai spesifikasi).
4. Setelah pembesian selesai diikuti dengan pemasangan beton decking untuk menjaga tebal
selimut beton dengan jarak ± 60 cm pada balok dan lantai.
5. Setelah semua item tersebut selesai, dilakukan pemeriksaan pekerjaan bersama pengawas
untuk mendapatkan perintah pengecoran bisa dilaksanaan.
6. Standar pelaksanaan pengecoran tetap diikuti.
25. 7. Setelah 3 s/d 4 jam daerah yang selesai pengecoran jika matahari cukup terik lakukan
perawatan beton dengan menyiramkan air yang telah diselimuti dengan karung goni terlebih
dahulu (Curing) agar beton yang terjemur tidak mengalami retak rambut akibat terjemur (setiap
3-4 jam sekali) selama 7 sampai 10 hari.
8. Hindari penghentian pengecoran kalua tidak terpaksa, siapkan plastic pelindung jika terjadi
hujan dan operasikan mesin fibrator selama proses pengecoran.
9. Jaga ketebalan pengecoran dengan bantuan alat colok dan jega kerataan pengecoran
dengan terus memeriksa kerataan menggunakan Waterpass selama proses pengecoran.
10. Keesokan harinya di lantai yang selesai dicor sudah bisa dilakukan pemeriksaan posisi As2
tiang untuk lantai berikutnya, berupa pemberian penetapan tapak kolom lantai berikutnya.
11. Sementara Fabrikasi bekisting dan Pembesian kolom dan lantai berikutnya sudah berjalan.
12. Demikian selanjutnya dapat dilaksanakan dengan tahapan yang sama untuk lantai
berikutnya.
26. 3. PENGENDALIAN PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS BANGUNAN GEDUNG
(BETON PRACETAK)
Beton pracetak adalah komponen beton yang dicor di tempat
yang bukan merupakan posisi akhir dalam suatu struktur, Hal hal
yang harus diperhatikan dalam Pengendalian Pekerjaan Struktur
Beton Pracetak adalah:
1. Persiapan cetakan atau bekisting cukup stabil dan Kuat.
2. Pemasangan tulangan dalam cetakan atau bekisting sesuai
dengan gambar rencana.
3. Pengecoran beton pada cetakan elemen.
4. Curing dan Quality Control.
5. Pembongkaran cetakan atau bekisting sekitar 3–7 hari pada
suhu kamar.
6. 6. Penyimpanan dan pengangkatan diangkat dengan alat
pengangkat atau crane melalui lubang-lubang dibuat pada
elemen-elemen tersebut, dan harus diangkut dalam posisi
tegak.
7. Metode penyambungan dengan cara grouting yaitu
penyuntikan atau pengecoran sambungan panel joint pada
pertemuan balok dan kolom juga antara filler plat lantai.
27. 3. Pengendalian Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung:
- Pelat-pelat, profil, baut, angkurangkur dan las - Sambungan-sambungan pengelasan,
baik las sudut maupun penuh - Pemasangan semua elemen-elemen rangka baja dan
pengecatan –Semua pekerjaan pelaksanaan dan penyesuaian grouting - Penyiapan
gambar shop drawing sebagai acuan kerja.
Pengendalian Pekerjaan
Struktur Atas Bangunan
Gedung:
Beton Pracetak (precast)
adalah komponen beton
tanpa atau dengan tulangan
yang dicetak terlebih
dahulu sebelum dirangkai
menjadi bangunan.
1. Perencanaan bangunan struktur beton harus mempertimbangkan
semua kondisi pembebanan dan kendala mulai dari saat pabrikasi
awal hingga selesainya pelaksanaan struktur, termasuk pelepasan
cetakan, penyimpanan, pengangkutan, danereksi.
2. Dalam konstruksi beton pracetak (precast) yang tidak berperilaku
secara monolit, pengaruh pada semua detail sambungan dan
pertemuan harus dipertimbangkan untuk menjamin tercapainya
penampilan yang baik dari sistem struktur.
3. Pengaruh dari lendutan awal dan lendutan jangka panjang harus
dipertimbangkan, termasuk pengaruh pada komponen struktur
lain yang saling bersambungan.
4. Perancangan dari join dan tumpuan harus mencakup pengaruh
dari semua gaya yang akan disalurkan termasuk susut, suhu,
deformasi elastis, angin dan gempa.
5. Semua detail harus dirancang agar mempunyai toleransi yang
cukup terhadap proses pabrikasi dan ereksi dan terhadap
28. Pengawasan Pekerjaan Struktur
Bangunan Gedung
Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung Menurut undang-Undang
Nomor 18 tahun 1999, pekerjaan pengawasan dapat dilakukan oleh orang
perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional di bidang
pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan
sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
1. Pengawasan Kualitas Material
2. Pengawasan Teknis Pelaksanaan -Penulangan Kolom Struktur dan Angkur -Pengecoran
3. Pengawasan Waktu dan Biaya
4. Pengawasan Proyek - Laporan (Harian Mingguan Bulanan) - Rapat Koordinasi
29. PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG
Tujuan dari Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung yaitu
1. Mengadakan pengawasan dan membimbing pelaksanaan pekerjaan.
2. Melakukan Perhitungan kemajuan/prestasi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.
3. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antara berbagai
bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lancar
4. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari terjadinya
pembengkakan biaya.
5. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai basil akhir sesuai
dengan kualitas, kuantitas serta waktu pelaksanaan yang sudah ditetapkan
6. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan oleh kontraktor.
7. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari persyaratan yang sudah ditetapkan.
Menyiapkan dan menghitung kemungkinan terjadinya pekerjaan tambah kurang
30. 4. PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG
• Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan
kinerja yang telah ditetapkan tersebut.
• Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan
• Tujuan dalam pengawasan pekerjaan struktur bangunan gedung:
Membimbing dan Mengadakan Pelaksanaan Pekerjaan
Melakukan perhitungan Kemajuan pekerjaan
Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pekerjaan
Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi
Mengatasi dan memecahkan permasalahan
Menerima atau menolak material yang didatangkan kontraktor
Menghentikan sementara pekerjaan apabila adanya penyimpangan
Menyiapkan dan menghitung apabila ada pekerjaan tambah kurang
31. 4. PENGAWASAN PEKERJAAN STRUKTUR
BANGUNAN GEDUNG
Hal hal yang harus diperhatikan dalam Melakukan Pengawasan Terhadap Pekerjaan Struktur
Bangunan Gedung adalah:
1. Gambar pelaksanaan (shop drawing) diperiksa sesuai dengan dokumen kontrak.
2. Rekomendasi izin pelaksanaan pekerjaan dibuat sesuai dengan ketentuan.
3. Peralatan dan tenaga kerja diperiksa kesiapannya sesuai dengan kebutuhan
4. Material yang digunakan diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi teknis.
5. Pekerjaan diawasi pelaksanaannya sesuai dengan gambar kerja.
32. 5. LAPORAN AKHIR
Poin penting dalam laporan akhir :
• Informasi Umum Pekerjaan
• Hasil Proyek
• Tujuan Umum Pekerjaan
Informasi Umum Pekerjaan terdiri dari nama pekerjaan, durasi, latar belakang, tujuan, lembaga
penyelenggara, serta informasi lain yang terkait
Hasil Proyek, berupa laporan hasil pekerja biasanya terdiri dari laporan harian, mingguan, dan bulanan
serta mencakup semua hasil review dalam proses pekerjaan.
Tujuan Umum Pekerjaan lebih kepada fungsi dan manfaat yang akan dicapai dari pekerjaan tersebut