Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan SalPelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5uran Irigasi – Level 5
1. UJI KOMPETENSI – LSP ASTEKINDO KONSTRUKSI MANDIRI
FR.IA.04. PENJELASAN SINGKAT PROYEK TERKAIT /
KEGIATAN TERSTRUKTUR LAINNYA
FOTO ASESI
Skema Sertifikasi : Ahli Madya Teknik Bangunan Gedung
Jenjang : 8
Nama Asesi : Deni Septian
NIK Asesi : 3673011405910001
Tgl. Asesmen : 29 Mei 2023
TUK : Perkonindo Jawa Timur
Nama Asesor :
2. Pertimbangan Aspek Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
04
03
02
01
Kemudahan dan
Efisiensi Biaya
Biasanya dari suatu gedung dapat digunakan beberapa sistem
struktur yang bisa digunakan, maka faktor ekonomi dan
kemudahan pelaksanaan pengerjaan merupakan faktor yang
mempengaruhi sistem struktur yang akan dipilih, dapat
disimpulkan sebagai efisiensi anggaran.
Service Ability
Fungsi kekuatan dan kestabilan struktur mempunyai peran
yang penting dalam terpenuhinya keselamatan selama
bangunan difungsikan. Selain itu bangunan direncanakan
dengan tatanan tertentu supaya tercapai tujuan yang tertentu
pula sesuai fungsi serta kemudahan akses agar kenyamanan
dan fungsi utama banguanan dapat tercapai.
Arsitektural
Sifat dasar manusia adalah menginginkan sesuatu yang indah
dilihat begitu juga dalam merencanakan bangunan aspek
estetika harus dikedepankan. Selain itu bentuk fisik bangunan
yang indah memiliki daya pikat tertentu untuk kebutuhan
promosi suatu perusahaan dan bisa meningkatkan efisisensi
kerja pengguna bangunan.
Lingkungan
Aspek lingkungan dipertimbangkan untuk mengantisipasi
adanya pengaruh negatif terhadap lingkungan sekitar setelah
bangunan ini didirikan. Aspek ini juga bertujuan menganalisa
dampak positif apa saja yang bisa didapat dengan adanya
suatu bangunan.
3. Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
02
03
Lintasan
Beban
04
Sambungan
Tumpuan
05
Desain
Pondasi
01
Struktur bangunan gedung harus
memiliki sistem penahan gaya lateral dan
vertikal yang lengkap, yang mampu
memberikan kekuatan, kekakuan dan
kapasitas disipasi energi yang cukup
untuk menahan gerak tanah desain
dalam batasan-batasan kebutuhan
deformasi dan kekuatan yang
disyaratkan. Gerak tanah desain harus
diasumsikan terjadi di sepanjang setiap
arah horizontal struktur bangunan
gedung.
Lintasan-lintasan beban yang menerus
dengan kekakuan dan kekuatan yang
memadai harus disediakan untuk
mentranfer semua gaya dan titik
pembebanan hingga titik akhir
penumpuan. Semua bagian struktur
antara join pemisah harus terhubung
untuk membentuk lintasan menerus ke
sistem penahan gaya gempa, dan
sambungan harus mampu menyalurkan
gaya gempa yang ditimbulkan oleh
bagian- bagian yang terhubung.
Pondasi harus didesain untuk menahan
gaya yang dihasilkan dan
mengakomodasi pergerakan yang
disalurkan ke struktur oleh gerak tanah
desain. Sifat dinamis gaya, gerak tanah
yang diharapkan, dasar desain untuk
kekuatan dan kapasitas disipasi energi
struktur dan properti dinamis tanah
harus disertakan dalam penentuan
kriteria pondasi. Pada gedung tanpa
basemen, taraf penjepitan lateral stuktur
atas dapat dianggap terjadi pada muka
tanah atau lantai dasar.
Komponen/elemen struktur individu
termasuk yang bukan merupakan bagian
sistem penahan gaya gempa harus
disediakan dengan kekuatan yang cukup
untuk menahan geser, gaya aksial dan
momen yang ditentukan sesuai dengan
SNI, dan sambungan-sambungan harus
mampu mengembangkan kekuatan
komponen/elemen struktur yang
disambung. Deformasi struktur tidak
boleh melebihi batasan yang ditetapkan
pada saat struktur dikenakan beban
gempa.
Sambungan pengaman untuk menahan
gaya horisontal yang berkerja pararel
terhadap elemen struktur harus
disediakan untuk setiap balok, girder
langsung keelemen tumpuannya atau ke
pelat yang di desain bekerja sebagai
diafragma, maka elemen tumpuan
elemen struktur harus juga dihubungkan
pada diafragma itu. Sambungan harus
mempunyai kuat desain minimum
sebesar 5% dari reaksi beban mati
ditambah beban hidup.
Persyaratan
Dasar
Elemen
Struktur
4. Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
Pembebanan
Beban Statis
Beban Mati
(dead load)
Berat sendiri dari semua bagian dari
suatu bangunan yang bersifat tetap
dan ditentukan oleh berat jenis bahan
bangunan
Beban Hidup
(live load)
Beban yang terjadi akibat fungsi pemakaian
gedung seperti benda-benda pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang
dapat berpindah, mesin-mesin serta
peralatan yang tidak dapat diganti
Beban Angin
Semua beban yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang
disebabkan oleh selisih dalam tekanan
udara
Beban
Dinamis
Beban
Gempa
Fenomena getaran yang diakibatkan
oleh benturan atau pergesekan
lempeng tektonik (plate tectonic)
bumi yang terjadi di daerah patahan
(fault zone)
5. Perencanaan Struktur Bangunan Gedung
PONDASI
Bagian yang langsung bertumpu dengan tanah
ini jadi penyangga struktur bangunan di
atasnya
ATAP
Konstruksi atap berbentuk limasan digunakan
profil ganda dengan alat sambung las dan baut.
PELAT
Merupakan suatu konstruksi yang menumpu
langsung pada balok dan atau dinding geser.
BALOK
Berfungsi sebagai penyangga bangunan yang
ada di atasnya, adalah sebagai pelimpah beban
kombinasi pada pelat dan atau atap .
Struktur
Secara umum, terdapat dua jenis struktur
bangunan, yakni struktur atas dan struktur
bawah.
Struktur atas adalah seluruh komponen yang
berada di atas tanah. Fungsi adanya struktur
atas adalah sebagai penopang bangunan
dengan bentuk memanjang ke atas seperti
rangka, kuda-kuda, dan balok.
Sementara struktur bawah adalah komponen
yang bersentuhan langsung dengan permukaan
tanah. Adanya komponen ini berfungsi untuk
menjaga keseimbangan dan memikul beban di
atasnya. Di bagian ini harus terdapat pondasi
dan struktur basement.
KOLOM
Suatu elemen tekan dan merupakan struktur
utamadari bangunan yang berfungsi untuk
memikul beban vertikal yang diterimanya.
6. Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung
(Pondasi Dalam – PC Spun Pile)
Soil Investigation (Penyelidikan Tanah)
• sondir atau CPT (cone penetration test)
• bor log : SPT (N-value), sampling (disturbed & undisturbed), lapisan tanah (soil layers), muka air tanah, dsb
• pemeriksaan/pengujian laboratorium/laboratory testing :
• sifat fisik tanah/soil properties
• jenis tanah/soil classification
• Attenberg Limits dan indeks plastisitas/plasticity index
• berat satuan/specific gravity
• gradasi/grain size distribution
• kadar air, angka pori dan permeabilitas
• kekuatan geser :
• unconfined compression (geser satu arah)
• direct shear (geser langsung)
• triaxial (geser triaksial : UU, CU atau CD)
• konsolidasi dan kembang susut (consolidation and swelling index)
• kepadatan/kemampatan (standar proctor atau modified proctor)
• CBR Laboratorium
• dsb sesuai kebutuhan desain yang diminta oleh Konsultan Desain
• rekomendasi untuk perbaikan tanah dan jenis pondasi yang disarankan oleh Konsultan Penyelidikan Tanah
7. Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung
(Pondasi Dalam – PC Spun Pile)
Pemeriksaan dan Pengujian
• Data teknis alat pancang yang digunakan (Drop Hammer, Diesel Hammer, Hydraulic Hammer, Steam Hammer, Jacking Hammer, dsb),
sebaiknya diambil dari manual teknis alat yang digunakan, diminta untuk disiapkan copy-nya oleh sub-kontraktor pekerjaan
pemancangan :berat hammer, effective blow energy, rekomendasi/rumus dari produsen alat untuk perhitungan kapasitas dukung hasil
pemancangan, sertifikasi alat berat dan operator termasuk welder, kelengkapan, asesoris, data-data dan sertifikasi untuk keperluan safety
(APD termasuk kelengkapan mesin las, dsb)
• Data teknis material :tiang pancang, harus menyertakan data Mill Sheet dan data pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari, kawat
las, cukup dilihat dan didokumentasikan data teknis kawat las dari kemasan atau brosur material yang digunakan
• Test Pile, dilakukan untuk menganalisa korelasi antara hasil dan rekomendasi Konsultan Penyelidikan Tanah dengan kondisi di lokasi
pelaksanaan pekerjaan, sebaiknya dilakukan dengan melihat pembagian zoning yang dapat dimunculkan dari hasil sondir dan bor log
• Pile Driving Record, selama pelaksanaan pemancangan dilakukan pencatatan data-data yang mencantumkan :nomor titik pancang,
kombinasi tiang dan kode produksi tiang pancang yang digunakan, waktu dan durasi pelaksanaan pemancangan, jumlah sambungan yang
digunakan, jumlah pukulan per interval kedalaman tertentu dan kumulatif jumlah pukulan palu pancang (hammer), kemiringan
pemancangan, pergeseran titik pancang, pemeriksaan kemungkinan pile heaving, grafik final set, daya dukung dari rumus dinamis
• Pengujian hasil pekerjaan: Dynamic Test (mis : PDA Test), Static Loading Test (mis : Kentledge, dsb) - optional, jika disyaratkan, Pile Integrity
Test - optional jika belum dicover di pengujian PDA, Pengelasan (mis: ultrasound, dsb) - optional, jika disyaratkan
• Pengukuran/survey hasil pekerjaan :level pemotongan tiang/cut off level, pergeseran titik pancang aktual pada cut off level, as built
drawing
8. Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung
(Pondasi Dalam – PC Spun Pile)
Pemeriksaan material tiang pancang
Pada waktu kedatangan material, harus dipastikan dilampiri mill sheet untuk pemantauan kesesuaian material
yang diterima dengan spesifikasi teknis pekerjaan. Harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai dengan
mill sheet yang dilampirkan pada surat pengiriman barang.
Sebelum digunakan, material tiang pancang harus diperiksa kembali:
• Tidak ada yang retak, cacat dan pecah – jika ada yang retak, cacat atau pecah maka harus dipisahkan untuk
direpair oleh produsen tiang pancang sebelum digunakan
• Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan penempatannya pada gambar
konstruksi
• Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang – jika masih belum cukup umur maka dipisahkan dulu
dan ditunggu sebelum dipakai
9. Pengendalian Pekerjaan Struktur Bawah Bangunan Gedung
(Pondasi Dalam – PC Spun Pile)
Pemantauan pelaksanaan pemancangan
Pada saat pekerjaan pemancangan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa vertikalitasnya dari 2 arah (X-Y penampang tiang pancang), toleransi kemiringan mengikuti ketentuan spesifikasi alat dan
spesifikasi teknis – pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi angin tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa diam/stabil)
• Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang – jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah – dipantau berkala oleh operator alat pancang dan
helper
• Counter harus mencatat jumlah pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’
• Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu dipantau oleh helper operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau tiang menjadi miring, maka harus
dihentikan dulu pemancangannya :
- jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal Kembali
- jika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang, dilakukan penyesuaian sumbu jatuh hammer supaya sejajar dengan kemiringan sumbu tiang dan jika kemiringan
bertambah semakin parah di luar toleransi, pemancangan dihentikan
• Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak boleh lebih dari 2,5 m' kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas -- namun tidak boleh lebih dari 3 m'
dalam segala kondisi pelaksanaan
- Jika diperlukan penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan tiang
- Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan untuk ditembus dengan tidak mengakibatkan tegangan internal melebihi spesifikasi material
• Tinggi jatuh hammer harus dipantau pada saat pengambilan final set
- harus sesuai dengan syarat dari Konsultan Desain (untuk drop hammer)
- dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk diesel hammer dan hydraulic hammer
• Pengambilan final set harus dilakukan :
- menggunakan kertas milimeter yang masih baru (tidak boleh berupa fotocopy)
- dengan pulpen supaya garis yang dihasilkan tidak terlalu tebal dan tidak luntur jika terkena air dan oli, tidak boleh dengan spidol atau pensil yang memberikan garis yang tebal
sehingga menyulitkan pembacaan garis grafik
- pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak terpengaruh penurunan tiang saat dipukul
- arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis milimeter pada kertas record/milimeter
- grafik yang diambil harus jelas, tidak terlalu rapat garis rebound-nya dan tidak miring
- diambil pencatatan final set untuk minimal 10 kali pukulan
- jika tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka pemancangan harus dilanjutkan dan diambil lagi final setnya pada lembar yang sama, sampai tercapai final set yang
ditetapkan
• Pemakaian dolly atau sambungan cap hammer, tidak boleh dilakukan tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas, dan analisa atas tiang yang dipancang dengan dolly harus dikalikan
faktor pengurang yang ditetapkan
10. Pengendalian Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung
Tahapan Pengecoran
Salah satu tahap pelaksanaan dalam pekerjaan struktur adalah pekerjaan pembetonan.
Dalam proyek yang menggunakan readymix, pekerjaan pengecoran yang lengkap meliputi :
• mixing : pencampuran dan pengadukan material penyusun beton di batching plant
• loading : pemuatan adukan beton segar ke dalam truk mixer di batching plant
• transporting : pengiriman beton segar dari batching plant ke lokasi proyek
• checking : pemeriksaan beton segar yang terkirim di lokasi proyek, meliputi pengecekan waktu mixing dan loading, lama pengiriman (dari waktu kedatangan trux mixer), pengukuran
slump, pemantauan visual dan rabaan, dsb
• sampling : pengambilan contoh atau sample benda uji
• pouring/concreting : pelaksanaan penuangan beton segar ke dalam cetakan/acuan, umumnya pekerjaan ini yang disebut pengecoran oleh tenaga kerja di proyek
• compacting : pemadatan adukan beton segar, dengan alat bantu concrete vibrator atau batang besi dan palu karet, dsb
• finishing : tahapan perapihan dan aplikasi finishing permukaan dengan material khusus jika direncanakan demikian
• curing : tahapan pemeliharaan beton yang telah selesai perapihannya, untuk memastikan proses hidrasi dan lanjutannya berjalan se-optimal mungkin dan menghasilkan beton
berkekuatan sesuai dengan rencana dan meminimalkan cacat hasil pekerjaan pengecoran
Parameter Pemantauan Beton Segar
Parameter yang harus diperhatikan manager, engineer dan pelaksana dalam tim pelaksana Kontraktor dalam memantau beton segar yang diterima dan diaplikasikan di lapangan/proyek
secara umum adalah :
• Workability, kemudahan pengerjaan beton segar
• waktu setting, berhubungan dengan fase beton mulai dari beton segar sampai beton jadi/keras
• susut plastis
Fase beton yang harus diketahui :
• fase plastis, kondisi beton sebelum initial setting terjadi
• fase setting, kondisi beton di antara waktu initial setting dan total/final setting
• fase hardening, kondisi beton di antara waktu final setting sampai dengan selesainya proses hidrasi seluruh komponen kimia pada semen
Faktor yang mempengaruhi parameter-parameter tersebut di atas adalah :
• kuat tekan rencana
• faktor air semen
• kondisi lingkungan dan area kerja
11. Pengendalian Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung
Curing/Perawatan Beton
Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton, yang bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat kehilangan air, atau sebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu
beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting tercapai.
Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah : memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk bahan tambahan atau pengganti supaya dapat berlangsung secara optimal
sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak
seragam, sehingga dapat menyebabkan retak.
Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengalami atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah pembukaan
cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam
campuran beton.
Metoda Perawatan Beton
Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan beton di lapangan, antara lain :
• membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya selalu lembab selama perawatan (bisa dengan sistem sprinkler supaya praktis)
• merendam beton dengan air (dengan penggenangan permukaan beton)
• membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan penguapan air (misal plastik, dsb)
• menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi penguapan air dan dibasahi secara berkala (misal dengan plastik berpori atau non woven geotekstile
dan disiram secara berkala selama perawatan)
• menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing compound)
Beberapa metoda lain seperti perawatan dengan uap air panas, selimut (heating blanket) digunakan di daerah dingin atau yang mengalami musim dingin.
12. Pengendalian Pekerjaan Struktur Atas Bangunan Gedung
Sampling Beton dan Pengujian
Peraturan tentang desain dan persyaratan mengenai pelaksanaan konstruksi beton bertulang di Indonesia, sampai saat ini yang masih menjadi acuan dalam
pelaksanaan pekerjaan adalah 2 peraturan, yaitu :
• peraturan lama : PBI 1971 N.I.-2
• peraturan baru : SNI 03-2847-2002
Secara resmi, begitu peraturan baru disahkan, maka peraturan lama tidak berlaku lagi - namun karena proses pelengkapan SNI pendukung untuk peraturan baru SNI
03-2847-2002 masih terus dilakukan maka kondisi saat ini PBI 1971 N.I.-2 belum sepenuhnya ditinggalkan.
Pada umumnya pengambilan sample dan pembuatan benda uji di lapangan masih mengikuti PBI, karena apabila mengikuti SNI maka :
• jumlah benda uji yang dibuat dan dianalisa akan sangat sedikit
• dalam SNI masih terdapat ketidakkonsistenan karena ada persyaratan pasangan benda uji sedangkan jumlah benda uji yang minimal ditetapkan adalah 5 buah
Akan tetapi, jika diinginkan frekuensi pengambilan sample dan pembuatan benda uji di lapangan sesuai ketentuan SNI, boleh dilakukan asal :
• disetujui oleh Pengawas Lapangan
• analisa desain/perencanaan struktur berdasar SNI 03-2847-2002
• perancangan campuran adukan beton (desain mix) dan evaluasi penerimaannya mengikuti aturan SNI 03-2847-2002
Data hasil pengujian yang dipakai sebagai dasar analisa dan evaluasi penerimaan mutu beton adalah dari pengujian yang dilakukan pada umur 28 hari atau sesuai
ketentuan yang ditetapkan untuk penetapan kuat tekan karakteristik beton dalam proyek.
Pada prinsipnya, pengujian di luar umur 28 hari atau sesuai ketentuan umur beton yang ditetapkan untuk kuat tekan karakteristik, tidak dipakai untuk evaluasi
penerimaan kecuali atas persetujuan Pengawas, dan hanya digunakan untuk penentuan sudah mampu atau belumnya struktur beton di lapangan untuk menerima
beban kerja selanjutnya.
Tindakan yang diambil jika terjadi hasil evaluasi menunjukkan mutu beton tidak memenuhi syarat :
• analisis untuk menjamin bahwa tahanan struktur dalam memikul beban masih dalam batas aman (analisa kemampuan beban layan aktual)
• jika analisis menunjukkan bahwa struktur berkurang kekuatannya secara signifikan, dilakukan uji contoh beton inti (coring) pada lokasi yang bermasalah, sebanyak
minimal 3 contoh uji beton inti pada tiap nilai yang bermasalah
13. Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung
Gambar Sebagai Acuan Pelaksanaan Pekerjaan
Dalam setiap proyek, selalu ditemui gambar sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan, diantaranya :
• for construction drawing, Gambar ini dibuat dan diterbitkan oleh Konsultan Desain, sebagai acuan
utama untuk pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
• shop drawing, merupakan gambar yang dibuat dan diterbitkan oleh Kontraktor dan diperiksa serta disahkan
oleh Konsultan MK sebelum dapat dipakai sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
• fabrication drawing, merupakan gambar pabrikasi atau perakitan yang dibuat oleh Kontraktor untuk
menunjukkan elemen-elemen yang dipabrikasi dan perangkaiannya dan oleh beberapa pihak umumnya
dianggap sebagai bagian dari Shop Drawing.
• as built drawing, merupakan gambar akhir yang berupa gambar seluruh pekerjaan yang terlaksana, sesuai
dengan penempatan aktualnya termasuk penyimpangan atau perubahan yang terjadi atas letak maupun
ukuran maupun spesifikasi yang dilaksanakan dari gambar For Construction.
14. Pengawasan Pekerjaan Struktur Bangunan Gedung
Project Quality Management
Secara garis besar, Project Quality Management terdiri dari 3 bagian :
1. Quality Plan : merupakan proses mengidentifikasi standar kualitas yang relevan, yang sesuai dengan kebutuhan Owner dan memenuhi
standar peraturan yang berlaku untuk setiap bagian pekerjaan, penetapan standar spesifikasi yang diberlakukan dalam proyek dan
perencanaan strategi pencapaian standar yang direncanakan.
2. Quality Assurance : merupakan suatu proses menjalankan apa yang sudah ditetapkan dan direncanakan dalam Quality Plan, mengawal,
mengevaluasi dan verifikasi pelaksanaan terhadap rencana yang dibuat, serta identifikasi dan antisipasi masalah yang mungkin timbul
selama pelaksanaan proyek.
3. Quality Control : merupakan suatu proses pemeriksaan dan pengujian terukur, mulai dari material (spesifikasi), pemasangan (sesuai
gambar) dan hasil kerja (sesuai toleransi spesifikasi teknis hasil pekerjaan) dan penilaian berdasarkan standar RKS/Spesifikasi Teknis dan
peraturan yang ditetapkan harus dipatuhi oleh proyek.
Jika Quality Assurance adalah proses memastikan bahwa tahapan pekerjaan dijalankan sesuai dengan strategi pencapaian kualitas,
maka Quality Control adalah tahap pemeriksaan dan pengujian terukur, mulai dari material (spesifikasi), pemasangan (sesuai gambar) dan
hasil kerja (sesuai toleransi spesifikasi teknis hasil pekerjaan) dan penilaian berdasarkan standar RKS/Spesifikasi Teknis dan peraturan yang
ditetapkan harus dipatuhi oleh proyek.
Jadi Quality Control adalah memeriksa, menguji dan menerbitkan hasilnya, sesuai dengan acuan tertentu yang baku (berdasar peraturan,
spesifikasi, dan standar yang berlaku dalam proyek) untuk memberikan input kepada sistem Quality Assurance mengenai terpenuhi atau
tidaknya proses pengawalan kualitas yang dijalankan.