Struktur kolom komposit adalah struktur kolom yang terdiri dari beton bertulang dan diisi dengan profil baja. Mempunyai keuntungan pengerjaan yang cepat karena biasanya menggunakan balok baja sebagai struktur horizontalnya.
Struktur kolom komposit adalah struktur kolom yang terdiri dari beton bertulang dan diisi dengan profil baja. Mempunyai keuntungan pengerjaan yang cepat karena biasanya menggunakan balok baja sebagai struktur horizontalnya.
Studi Kelayakan Rumah Sakit pada dasarnya adalah suatu awal kegiatan perencanaan rumah sakit secara fisik dan non fisik agar dapat berfungsi secara optimal pada kurun waktu tertentu
The Pushover Analysis from basics - Rahul LeslieRahul Leslie
Pushover analysis has been in the academic-research arena for quite long. The papers published in this field usually deals mostly with proposed improvements to the approach, expecting the reader to know the basics of the topic... while the common structural design practitioner, not knowing the basics, is left out from participating in those discussions. Here I’m making an effort to bridge that gap by explaining the Pushover analysis, from basics, in its simplicity.
A write up on this topic can be found at http://rahulleslie.blogspot.in/p/blog-page.html, though does not cover the full spectrum presented in this slide show.
Pemborong dan Renovasi Rumah Sragen dengan Struktur Bangunan Berstandar SNI P...RonyDlidir
Kami Dlidir Konstruksi sudah beberapa tahun berpengalaman dalam membangun rumah dan sebagainya. Beberapa wilayah yang pernah kami kerjakan antara lain di Semarang, Sragen, Indramayu, Solo, Jogja dan masih banyak lagi
Kontraktor Sragen Terpercaya, Murah dan bergaransi
Informasi yang lebih lengkap kunjungi Dlidirkonstruksi.com
#kontraktor #kontraktorrumah #kontraktorrumahbergaransi #pemborongrumahberpengalaman #pemborongrumahsragen #pemborongrumahamanah #kontraktorbangunansragen
Pelaksana Lapangan Pekerjaan SalPelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi ...AnggunSindy
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Saluran Irigasi – Level 5
Struktur dan Arsitektur Bangunan di Magelang PT Dlidir Jaya Grup Dlidirkonstr...RonyDlidir
Kami Dlidir Konstruksi sudah beberapa tahun berpengalaman dalam membangun rumah dan sebagainya. Beberapa wilayah yang pernah kami kerjakan antara lain di Semarang, Sragen, Indramayu, Solo, Jogja dan masih banyak lagi
Kontraktor Magelang Terpercaya, Murah dan bergaransi
Informasi yang lebih lengkap kunjungi Dlidirkonstruksi.com
https://kontraktorbangunandlidirkonstruksi.blogspot.com/2022/09/struktur-dan-arsitektur-bangunan-di.html
#kontraktor #kontraktorrumah #kontraktorrumahbergaransi #pemborongrumahberpengalaman #pemborongrumahmagelang #pemborongrumahamanah #kontraktorbangunanmagelang
Struktur dan Arsitektur Bangunan di Semarang Jawa Tengah PT Dlidir Jaya Grup.pdfRonyDlidir
Kami Dlidir Konstruksi sudah beberapa tahun berpengalaman dalam membangun rumah dan sebagainya. Beberapa wilayah yang pernah kami kerjakan antara lain di Semarang, Sragen, Indramayu, Solo, Jogja dan masih banyak lagi
Kontraktor Semarang Terpercaya, Murah dan bergaransi
Informasi yang lebih lengkap kunjungi Dlidirkonstruksi.com
https://kontraktorbangunandlidirkonstruksi.blogspot.com/2022/09/struktur-dan-arsitektur-bangunan-di_26.html
#kontraktor #kontraktorrumah #kontraktorrumahbergaransi #pemborongrumahberpengalaman #pemborongrumahsemarang #pemborongrumahamanah #kontraktorbangunansemarang
Jasa Arsitek dan Kontraktor Klaten Berstandar SNI Murah dan Berkualitas PT Dl...RonyDlidir
Kami Dlidir Konstruksi sudah beberapa tahun berpengalaman dalam membangun rumah dan sebagainya. Beberapa wilayah yang pernah kami kerjakan antara lain di Semarang, Sragen, Indramayu, Solo, Jogja dan masih banyak lagi
Kontraktor Klaten Terpercaya, Murah dan bergaransi
Informasi yang lebih lengkap kunjungi Dlidirkonstruksi.com
https://kontraktorbangunandlidirkonstruksi.blogspot.com/2022/09/jasa-arsitek-dan-kontraktor-klaten.html
#kontraktor #kontraktorrumah #kontraktorrumahbergaransi #pemborongrumahberpengalaman #pemborongrumahklaten #pemborongrumahamanah #kontraktorbangunanklaten
1. Paparan Penjelasan Permen PUPR 08 Tahun 2023.pdf
Its paper-19365-3107100032-paper
1. MAKALAH TUGAS AKHIR
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan penduduk di Indonesia
yang semakin tak terkendali serta semakin
pesatnya alih informasi dan teknologi
menuntut dilaksanakannya pembangunan
gedung tingkat tinggi yang serba cepat dan
praktis. Pembangunan gedung baja tingkat
tinggi merupakan salah satu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang beraneka
ragam. Hal inilah yang biasa terjadi pada kota-
kota metropolitan di Indonesia yang sering
menimbulkan permasalahan pokok yaitu
mengenai tempat tinggal.
Surabaya sebagai salah satu kota
metropolitan terbesar di Indonesia yang saat
ini terus berkembang pesat, tentunya hal ini
menimbulkan berbagai macam permasalahan
baru diantaranya adalah melonjaknya jumlah
penduduk yang tinggal dan bekerja sedangkan
jumlah lahan yang tersedia sedikit dan tidak
berkembang. Sehingga permasalahan pokok
yaitu mengenai kurangnya tempat tinggal
menjadi sesuatu yang hangat untuk
diperbincangkan akhir-akhir ini. Dari semua
inilah yang kemudian memacu pemerintah
Kota Surabaya untuk mengeluarkan peraturan
atau anjuran untuk meningkatkan kesadaran
dan kemauan masyarakat mengenai Vertical
Living. Dimana nantinya, pertumbuhan
perumahan tidak lagi kearah horizontal saja,
akan tetapi kearah vertikal.
Dalam perkembangan dunia konstruksi
sendiri, salah satu tahapan penting dalam
perencanaan suatu struktur bangunan adalah
pemilihan jenis material yang akan digunakan.
Jenis-jenis material yang selama ini dikenal
dalam dunia konstruksi antara lain adalah baja,
beton bertulang serta kayu. Di Kota Surabaya
sendiri gedung-gedung yang menggunakan
struktur beton bertulang sudah banyak kita
jumpai. Namun bangunan yang menggunakan
struktur baja masih sangat jarang sekali
digunakan. Hal ini disebabkan karena
bangunan yang menggunakan struktur baja
akan menghabiskan biaya lebih besar terutama
dari sisi pemeliharaan. Namun walaupun
membutuhkan biaya yang lebih besar,
bangunan yang menggunakan struktur baja
sebagai material konstruksi juga memiliki
beberapa keunggulan
Namun seiring berjalannya waktu,
konsep perencanaan gedung telah mengalami
perkembangan seiring dengan adanya beberapa
peristiwa kegagalan struktur akibat bencana
gempa. Konsep lama desain berdasarkan
kekuatan rencana (Force Based Design) mulai
berkembang menjadi konsep yang bebasis
pada kinerja struktur (Performanced Based
Design) dengan berdasar pada daya guna
(Pushover Analisys). Tujuan dari analisa
tersebut adalah untuk mendapatkan informasi –
informasi penting yang dapat digunakan untuk
perencanaan desain. Berdasarkan hal itu,
konsep Force Based Design tidak mampu
menentukan secara pasti kekuatan batas
sesungguhnya karena pada konsep ini
berpedoman pada kekuatan struktur yang
menganggap bahwa struktur berperilaku elastis
pada saat menerima beban. Padahal yang
terjadi struktur dapat bersifat inelastis pada
saat menerima beban lateral yaitu beban
gempa. Maka konsep ini tidak dapat
menentukan secara pasti besarnya simpangan
maksimum yang sesungguhnya pada saat
beban maksimum bekerja.
Sedangkan pada konsep Performance
Based Design, berpedoman pada kinerja
struktur pada saat terjadi beban yang nilainya
berubah-ubah. Pada konsep ini ukuran kinerja
yang ditentukan didapatkan dari tingkat
kerusakan yang terjadi pada saat struktur
menerima beban-beban gempa yang besarnya
dinaikkan secara proporsional hingga batas
keruntuhan tercapai.
Sebagai bahan pertimbangan yang telah
dipaparkan di atas, untuk itulah pada Tugas
Akhir ini bermaksud untuk memodifikasi total
gedung A 5 lantai Rusunawa Gunungsari yang
memakai beton sebagai material utama
konstruksi bangunan menjadi gedung 15 lantai
yang memakai baja sebagai material utama
konstruksi bangunan yang berada pada zona
gempa tinggi yaitu Zona 6 dan akan didesain
sesuai Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (RSNI 03-1726-2010), Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1729-2002) dan Federal
2. MAKALAH TUGAS AKHIR
2
Emergency Managemen Agency (FEMA-
273/356/440) dimana perilaku seismic struktur
ini akan dievaluasi menggunakan evaluasi
kinerja dengan Pushover Analysis.
Perumusan Masalah
Dengan penjelasan diatas, maka dalam
penulisan Tugas Akhir ini terdapat
permasalahan sebagai berikut :
Permasalahan Utama :
Bagaimana memodifikasi Gedung A
Rusunawa Gunungsari Surabaya ini
menggunakan baja sebagai material
konstruksi utama berbasis konsep
kinerja (Performance Based Design)
yang dievaluasi menggunakan
evaluasi kinerja dengan Pushover
Analysis di zona gempa 6 (tinggi).
Permasalahan Detail :
Bagaimana perencanaan ulang pada
denah dan penataan ruang setelah
mengalami modifikasi total.
Bagaimana memperkirakan dimensi
profilnya.
Bagaimana menentukan gaya – gaya
yang bekerja pada struktur rangka
tersebut yang mengacu pada AISC-
LRFD, RSNI 03-1726-2010 dan SNI
03-1729-2002.
Bagaimana merencanakan detail
sambungan pada komponen baja
tersebut.
Bagaimana mengetahui tingkat
kinerja struktur bangunan.
Bagaimana melakukan analisa dan
permodelan struktur dengan
menggunakan program bantu
SAP2000
Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan Tugas
Akhir ini adalah:
Mampu memodifikasi Gedung A
Rusunawa Gunungsari Surabaya ini
menggunakan baja sebagai material
konstruksi utama berbasis konsep
kinerja (Performance Based Design)
yang dievaluasi menggunakan
evaluasi kinerja dengan Pushover
Analysis di zona gempa 6.
Untuk mendapatkan dimensi profil
setelah mengalami perencanaan
ulang yang paling sesuai dengan
perhitungan perencanaan struktur
sesuai dengan peraturan-peraturan
yang di gunakan.
Dapat menentukan besarnya gaya-
gaya yang bekerja pada struktur
tersebut.
Untuk mendapatkan sambungan yang
sesuai pada komponen baja tersebut.
Mengetahui tingkat kinerja struktur
bangunan.
Batasan Masalah
Untuk menghindari timbulnya
penyimpangan permasalahan yang semakin
meluas dalam Tugas Akhir ini, maka
diperlukan suatu batasan masalah yang
diantaranya sebagai berikut :
Desain dan evaluasi struktur
mengacu pada AISC-LRFD
Pembebanan dihitung berdasarkan
PPIUG 1983.
Beban gempa dihitung berdasarkan
RSNI 03-1726-2010.
Peraturan yang dipakai untuk
penentuan tingkatan kinerja gedung
tersebut mamakai Federal
Emergency Managemen Agency
(FEMA-273/356/440).
Struktur terletak di zona gempa 6
(tinggi) sehingga dalam perencanaan
dan perhitungan menggunakan
SRPMK (Sistem Rangka Pemikul
Momen Khusus).
Bangunan terdiri dari 15 lantai dan
difungsikan sebagai tempat tinggal.
Program bantu yang digunakan untuk
analisa pembebanan struktur dan
analisa Pushover adalah SAP2000.
Struktur pondasinya menggunakan
tiang pancang Wika Pile.
Tidak memperhitungkan aspek biaya
pada pelaksanaan dan perhitungan
struktur.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada Tugas
Akhir ini adalah kita dapat mengevaluasi serta
mengetahui hasil kinerja dari struktur suatu
3. MAKALAH TUGAS AKHIR
3
gedung bertingkat dari konstruksi baja apabila
diberi beban lateral (gaya gempa) yang
ditingkatkan secara bertahap hingga
maksimum tertentu dan gedung mengalami
keruntuhan (Collaps) dalam menerima beban
akselerasi tersebut sehingga perencana bisa
memilih tipe dan perencanaan struktur yang
tepat, hemat, kuat serta tahan gempa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Umum
Secara umum, struktur baja dapat dibagi
menjadi 2 (dua) kelompok berdasarkan proses
fabrikasinya yaitu (Wei Wen Yu , 2000) :
1. Hot Rolled Shapes (baja canai
panas), yaitu profil baja yang
dibentuk dengan cara blok-blok baja
yang panas diproses melalui rol-rol
dalam pabrik.
2. Cold Formed Steel (baja canai
dingin), yaitu profil baja yang
dibentuk dari lembaran baja yang
sudah jadi menjadi profil baja dalam
keadaan dingin.
Beberapa jenis profil baja diatas dapat
dikelompokkan lagi berdasarkan posisi sumbu
simetri dan letak pusat geser profil terhadap
sentroid (pusat berat/gravitasi), dengan
pembagian sebagai berikut :
1. Pembagian jenis profil berdasarkan
posisi sumbu simetri profil, dibagi
menjadi 4 macam :
a. Profil yang simetri pada 2 arah
(doubly-symetric sections).
b. Profil yang simetri pada 1 titik
(point-symetric sections).
c. Profil yang simetri pada 1 arah
(singly symetric/monosymetric).
d. Profil asymetric (non
asymetric/asymetric sections).
2. Pembagian jenis profil berdasarkan
letak pusat gesernya, dibagi menjadi
2 macam :
a. Profil dengan pusat geser
berimpit dengan sentroid (pusat
berat/gravitasi), seperti profil I.
b. Profil dengan pusat geser tidak
berimpit dengan sentroid (pusat
berat/gravitasi) seperti profil
kanal dan siku.
Baja memiliki keunggulan sebagai
material konstruksi dibandingkan dengan
material lainnya, antara lain adalah (Setiawan ,
2008) :
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi
sehingga dapat mengurangi ukuran
struktur serta mengurangi pula berat
sendiri dari struktur tersebut.
2. Keseragaman dan keawetan yang
tinggi, tidak seperti halnya material
beton bertulang yang terdiri dari
berbagai macam bahan penyusun.
3. Memiliki sifat yang lebih elastis
4. Daktilitas baja cukup tinggi
5. Kemudahan penyambungan antar
elemen baju satu dengan yang
lainnya.
Konsep Perencanaan Bangunan Tahan
Gempa
Pada dasarnya dalam perencanaan
struktur bangunan tahan gempa, bangunan
didesain untuk hancur sesuai dengan level
kerusakan yang telah ditentukan. Dengan kata
lain, bangunan diizinkan untuk hancur tapi
tidak menimbulkan korban jiwa sehingga
ketika terjadi gempa, manusia dapat
melakukan tindakan evakuasi.
Menurut UBC 1997, kriteria standar
desain gempa adalah :
1.Tidak terjadi kerusakan sama sekali
pada gempa kecil.
2.Ketika terjadi gempa sedang, struktur
diperbolehkan terjadi kerusakan
arsitektural bukan kerusakan yang
bersifat struktural.
3.Struktur diperbolehkan terjadi
kerusakan struktural dan non-
struktural pada gempa kuat, namun
kerusakan yang terjadi tidak sampai
menyebabkan bangunan runtuh.
Adapun tujuan bangunan tahan gempa
adalah untuk membatasi kerusakan bangunan
(gedung) akibat beban gempa sedang sesuai
4. MAKALAH TUGAS AKHIR
4
Level Kinerja Penjelasan
Kerusakanyangberartipada komponenstruktur dannon-struktur.
Kekuatanstruktur dankekakuannya berkurangbanyak,hampir runtuh.
Kecelakaanakibat kejatuhanmaterialbangunanyangrusaksangat
mungkinterjadi.
Mencegahkeruntuhan
(Collapse Prevention)
Operasional(Operational)
Tidakada kerusakanyangberartipada struktur,dimana kekuatandan
kekakuannya kira-kira hampir sama dengankondisisebelumgempa.
Komponennon-struktur masihberada ditempatnya dansebagaian
besar masihberfungsijika utilitasnya tersedia. Bangunandapat tetap
berfungsidantidakterganggudenganmasalahperbaikan.
Tidakada kerusakanberartipada struktur dannon-struktur,bangunan
tetapberfungsi.
PenempatanSegera
(Immediate Ocupancy)
Terjadikerusakankomponenstruktur,kekakuanberkurang,tetapi
masihmempunyaiambangyangcukupterhadapkeruntuhan.
Komponennon-struktur masihada tetapitidakberfungsi. Dapat
dipakailagijika sudahdilakukanperbaikan.
KeselamatanJiwa
(Life Safety)
dengan ketentuan sehingga masih bisa
diperbaiki secara ekonomis dan juga untuk
menghindari jatuhnya korban jiwa akibat
runtuhnya gedung akibat beban gempa kuat.
Untuk struktur tahan gempa,
displacement (perpindahan) merupakan hal
yang paling mendasar untuk suatu struktur
tahan gempa. Pada umumnya, kerusakan
struktur diakibatkan oleh besarnya
displacement yang terjadi. Oleh karena itu,
struktur seharusnya bersifat daktail untuk
mengakomodasi besarnya displacement yang
terjadi. Hal berikutnya yang ikut
menyumbangkan kekuatan untuk menahan
beban gempa yang tejadi adalah kekakuan
struktur. Dengan semakin kaku sebuah struktur
maka semakin besar gaya yang dihasilkan
untuk melawan gaya gempa yang terjadi. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kekuatan untuk suatu
struktur bangunan tahan gempa terletak pada
daktilitas dan kekakuannya.
Perencanaan Bangunan Tahan Gempa
Berbasis Kinerja
Peraturan dibuat untuk menjamin
keselamatan penghuni terhadap gempa besar
yang mungkin terjadi, dan untuk menghindari
atau mengurangi kerusakan atau kerugian harta
benda terhadap gempa sedang yang sering
terjadi. Meskipun demikian, prosedur yang
digunakan dalam peraturan tersebut tidak dapat
secara langsung menunjukkan kinerja
bangunan terhadap suatu gempa yang
sebenarnya, kinerja tadi tentu terkait dengan
resiko yang dihadapi pemilik bangunan dan
investasi yang dibelanjakan terkait dengan
resiko yang diambil.
Perencanaan bangunan tahan gempa
berbasis kinerja merupakan proses yang dapat
digunakan untuk perencanaan bangunan baru
maupun perkuatan bangunan yang sudah ada,
dengan pemahaman yang realistik terhadap
resiko keselamatan, kesiapan pakai dan
kerugian harta benda yang mungkin terjadi
akibat gempa yang akan datang. Proses
perencanaan tahan gempa berbasis kinerja
dimulai dengan membuat model rencana
bangunan kemudian melakukan simulasi
kinerjanya terhadap berbagai kejadian gempa.
Setiap simulasi memberikan informasi tingkat
kerusakan, ketahanan struktur, sehingga dapat
memperkirakan berapa besar keselamatan,
kesiapan pakai dan kerugian harta benda yang
akan terjadi. Perencana selanjutnya dapat
mengatur ulang resiko kerusakan yang dapat
diterima sesuai dengan resiko biaya yang
dikeluarkan (Wiryanto , 2005).
Mengacu pada FEMA-273 dan ATC-40
yang menjadi acuan klasik bagi perencana
berbasis kinerja maka kategori level kinerja
struktur, adalah :
Tabel Kriteria kinerja
Sumber : Wiryanto Dewobroto (Disampaikan di
Civil Engineering National Conference :
Sustainability Construction & Structural
Engineering Based on Professionalism -
Unika Soegijapranata, Semarang 17-18
Juni 2005).
Hal penting dari perencanaan berbasis
kinerja adalah sasaran kinerja bangunan
terhadap gempa dinyatakan secara jelas,
sehingga pemilik, penyewa, asuransi,
pemerintahan atau penyandang dana
mempunyai kesempatan untuk menetapkan
kondisi apa yang dipilih, selanjutnya ketetapan
tersebut digunakan oleh perencana sebagai
pedomannya.
5. MAKALAH TUGAS AKHIR
5
Gambar 2.1 Ilustrasi rekayasa gempa berbasis
kinerja
Gambar 2.1 diatas menjelaskan secara
kualitatif level kinerja yang digambarkan
bersama dengan suatu kurva hubungan gaya-
perpindahan yang menunjukkan perilaku
struktur secara menyeluruh (global) terhadap
pembebanan lateral. Kurva tersebut dihasilkan
dari analisa statik non-linier khusus yang
dikenal sebagai analisa pushover, sehingga
disebut juga sebagai kurva pushover.
Sedangkan titik kinerja merupakan
besarnya perpindahan titik pada atap pada saat
mengalami gempa rencana, dapat dicari
menggunakan metoda yang ada. Selanjutnya
diatas kurva pushover dapat digambarkan
secara kualitatif kondisi kerusakan yang terjadi
pada level kinerja yang ditetapkan agar awam
mempunyai bayangan seberapa besar
kerusakan itu terjadi. Selain itu dapat juga
dikorelasikan dibawahnya berapa prosentase
biaya dan waktu yang diperlukan untuk
perbaikan. Informasi itu tentunya sekedar
gambaran perkiraan, meskipun demikian sudah
mencukupi untuk mengambil keputusan apa
yang sebaiknya harus dilakukan terhadap hasil
analisis bangunan tersebut.
Kinerja Batas Ultimate
Kinerja batas ultimit struktur gedung
ditentukan oleh simpangan dan simpangan
antar-tingkat maksimum struktur gedung
akibat pengaruh Gempa Rencana dalam
kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan,
yaitu untuk membatasi kemungkinan
terjadinya keruntuhan struktur gedung yang
dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan
untuk mencegah benturan berbahaya
antargedung atau antar bagian struktur gedung
yang dipisah dengan sela pemisah (sela
delatasi). Simpangan antar-tingkat ini harus
dihitung dari simpangan struktur gedung akibat
pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan
suatu faktor pengaliξsebagai berikut gedung
beraturan : ξ= 0.7 R
Untuk gedung tidak beraturan
:ξ=
SkalaFaktor
R7.0
(2.2)
di mana R adalah faktor reduksi gempa
struktur gedung tersebut dan. Untuk memenuhi
persyaratan kinerja batas ultimit, dalam segala
hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari
simpangan struktur gedung menurut rumusan
diatas tidak boleh melampaui 0.02 kali tinggi
tingkat yang bersangkutan. Kriteria simpangan
ultimit tersebut selanjutnya digunakan sebagai
target perpindahan, sedangkan evaluasi kriteria
penerimaan masih mengacu pada FEMA 356
yang sudah built-in pada program komputer
ETABS v9.7.1.
Analisa Statik Non-linier (Pushover)
Analisa statik nonlinier merupakan
prosedur analisa untuk mengetahui perilaku
keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa,
dikenal pula sebagai analisa pushover atau
analisa beban dorong statik. Analisa dilakukan
dengan memberikan suatu pola beban lateral
statik pada struktur, yang kemudian secara
bertahap ditingkatkan dengan faktor pengali
sampai satu target perpindahan lateral dari
suatu titik acuan tercapai. Biasanya titik
tersebut adalah titik pada atap, atau lebih tepat
lagi adalah pusat massa atap.
Analisa pushover menghasilkan kurva
pushover (Gambar 2.1), kurva yang
menggambarkan hubungan antara gaya geser
dasar (V) versus perpindahan titik acuan pada
atap (D). Pada proses pushover, struktur
didorong sampai mengalami leleh disatu atau
lebih lokasi di struktur tersebut.
IO = Immediate Occupancy
LS = Life Safety
CP = Collapse Prevention
6. MAKALAH TUGAS AKHIR
6
Kurva kapasitas akan memperlihatkan suatu
kondisi linier sebelum mencapai kondisi leleh
dan selanjutnya berperilaku non-linier. Kurva
pushover dipengaruhi oleh pola distribusi gaya
lateral yang digunakan sebagai beban dorong.
Tujuan analisa pushover adalah untuk
memperkirakan gaya maksimum dan
deformasi yang terjadi serta untuk memperoleh
informasi bagian mana saja yang kritis.
Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-bagian
yang memerlukan perhatian khusus untuk
pendetailan atau stabilitasnya. Cukup banyak
studi menunjukkan bahwa analisa statik
pushover dapat memberikan hasil mencukupi
(ketika dibandingkan dengan hasil analisa
dinamik nonlinier).
Analisa pushover dapat digunakan sebagai alat
bantu untuk perencanaan tahan gempa, asalkan
menyesuaikan dengan keterbatasan yang ada,
yaitu (Wiryanto , 2005) :
●Hasil analisa pushover masih berupa
suatu pendekatan, karena
bagaimanapun perilaku gempa yang
sebenarnya adalah bersifat bolak-balik
melalui suatu siklus tertentu,
sedangkan sifat pembebanan pada
analisa pushover adalah statik
monotonik.
● Pemilihan pola beban lateral yang
digunakan dalam analisa adalah sangat
penting.
● Untuk membuat model analisa
nonliniear akan lebih rumit dibanding
model analisa linier. Model tersebut
harus memperhitungkan karakteristik
inelastik beban-deformasi dari elemen-
elemen yang penting dan efek P∆.
Pada analisa ini terdapat 3 komponen
utama, yaitu : capacity, demand dan
performance point. (ATC 40).
Capacity
Kapasitas (Capacity) adalah suatu
representasi dari kemampuan struktur untuk
menahan gaya gempa yang akan terjadi. Secara
keseluruhan, kapasitas suatu struktur
tergantung dari kekuatan dan kemampuan
untuk berdeformasi dari masing-masing
elemen struktur yang ada.
Untuk menentukan kapasitas yang melampaui
batas-batas elastisnya, dibutuhkan suatu bentuk
analisa nonlinier, dalam hal ini menggunakan
sekelompok analisa bertahap, yang saling
ditumpang tindihkan untuk memperkirakan
diagram kapasitas gaya simpangan dari
keseluruhan struktur. Pemodelan matematis
dari struktur dimodifikasi untuk mencatat daya
tahan tereduksi dari elemen yang mengalami
leleh. Proses ini diteruskan hingga struktur
akhirnya menjadi tidak stabil atau hingga suatu
batasan yang ditentukan tercapai. Dari kurva
kapasitas yang dihasilkan, bisa diprediksi
perilaku struktur setelah batas elastisnya
terlampaui.
Demand
Tuntutan gaya gempa (demand) adalah
suatu representasi dari pergerakan tanah
selama terjadi gempa. Pergerakan tersebut
sering menghasilkan pola-pola simpangan
horisontal yang amat kompleks pada gedung
yang bervariasi tergantung pada waktu.
Pemakaian pola simpangan tersebut
berdasarkan urutan waktu terjadinya untuk
menentukan persyaratan perencanaan struktur
dinilai tidak praktis. Analisa linier yang ada
selama ini menggunakan gaya lateral sebagai
pengganti gaya gempa sesungguhnya.
Sedangkan metode analisa nonlinier digunakan
suatu rangkaian simpangan-simpangan lateral
sebagai pengganti untuk kondisi perencanaan.
Untuk struktur dan pergerakan tanah yang
tertentu, tuntutan simpangan tersebut adalah
suatu perkiraan dari respon maksimum yang
diharapkan terjadi pada gedung selama gempa.
Performance Point
Performance Point adalah representasi
dari suatu kondisi dimana kapasitas gempa dari
struktur sama dengan gempa yang akan terjadi
pada gedung. Performance Point didapat
melalui proses pengecekan kinerja yang
bertujuan memastikan bahwa baik komponen
struktural dan non struktural tidak mengalami
7. MAKALAH TUGAS AKHIR
7
kerusakan di luar batasan yang telah ditentukan
oleh tujuan kinerja.
Performance struktur tergantung
kepada cara dari kapasitas struktur yang
tersedia untuk mengatasi demand yang ada.
Dengan kata lain, struktur harus memiliki
kapasitas untuk menahan demand dari gempa
sedemikian sehingga daya guna dari struktur
sesuai dengan objektivitas desain yang
diinginkan.
Metode Spektrum Kapasitas
Gambar 2.2 Respon spektrum gempa rencana
wilayah gempa 6
Konsep desain kinerja struktur metode
capacity spectrum pada dasarnya merupakan
prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan
titik perpindahan aktual struktur gedung.
Metode ini menyajikan dua buah grafik, yaitu
spektrum kapasitas dan spektrum kebutuhan
dalam satu format yang sama yaitu ADRS
(Acceleration Displacement Response
Spectrum). Spektrum kapasitas
menggambarkan kapasitas struktur itu sendiri
sedangkan spektrum kebutuhan
menggambarkan besarnya demand akibat
gempa dengan periode ulang tertentu.
Penyajian secara grafis ini memberi gambaran
yang jelas bagaimana suatu struktur bangunan
merespon beban gempa. Perpotongan antara
spektrum kapasitas dan spektrum kebutuhan
dinamakan titik kinerja atau performance
point. (yosafat , 2006)
Gambar 2.3 Titik kinerja pada Capacity
Spectrum Method
Metode Spektrum Kapasitas ini secara
khusus telah built-in dalam program ETABS
v.9.7.1, proses konversi kurva pushover ke
format ADRS dan kurva respon spektrum yang
direduksi dikerjakan otomatis dalam program.
Data yang perlu dimasukkan cukup
memberikan kurva Respons Spektrum Rencana
dengan parameter berikut :
Gambar 2.4 Parameter data respons spektrum
rencana
Pola Beban Dorong
Distribusi gaya inersia yang
berpengaruh saat gempa, akan bervariasi
secara kompleks sepanjang tinggi bangunan.
Oleh karena itu , analisa beban dorong statik
memerlukan berbagai kombinasi pola
distribusi yang berbeda untuk menangkap
kondisi yang paling ekstrim untuk
perencanaan. Bentuk distribusi pembebanan
yang relatif sederhana disampaikan dalam
gambar berikut :
8. MAKALAH TUGAS AKHIR
8
Pengumpulan Data
1. Data umum bangunan
2. Data tanah
OK
Perencanaan Pondasi
Gambar Output AutoCAD
3. Beban angin
4. Beban gempa
Pemodelan dan Analisa Struktur
Kontrol Desain
Evaluasi Kinerja Struktur
Buku dan peraturan-peraturan yang berlaku
Studi Literatur
Preliminery Desain
Pembebanan
1. Beban mati
2. Beban hidup
NOT OK
Gambar Variasi pola distribusi pembebanan
lateral
(FEMA 274)
Beban lateral harus diberikan pada
model struktur dalam proporsi yang sama
dengan distribusi gaya inersia sebidang dengan
diaphragma lantai. Untuk keseluruhan analisis
sedikitnya dua pola beban lateral harus
diberikan yaitu :
● Sama dengan pola ragam
fundamental pada arah yang ditinjau
bilamana sedikitnya 75% massa
dapat diantisipasi pada ragam
tersebut.
● Pola kedua adalah distribusi merata
sesuai dengan proporsi total massa
pada lantai.
BAB III
METODOLOGI
Bagan Alir Tugas Akhir
Data Umum Bangunan
1. Nama Gedung : Gedung A Rusunawa Gunungsari
2. Lokasi : Jl. Gungsari Raya, Surabaya
3. Fungsi : Rumah Susun
4. Jumlah Lantai : 5 lantai
5. Tinggi Gedung : 25,80 m
6. Zona Gempa : 3
7. Struktur Utama : Beton Bertulang
9. MAKALAH TUGAS AKHIR
9
90 mm
tulangan negatif
Ø 10 - 250
pelat bondek
balok
110 mm
tulangan negatif
Ø 10 - 250
pelat bondek
balok
Data Modifikasi Bangunan
1. Nama Gedung : Gedung A Rusunawa
Gunungsari
2. Lokasi : Kota Padang
3. Fungsi : Rumah Susun
4. Jumlah Lantai : 15 lantai
5. Tinggi Gedung : 57,00 m
6. Zona Gempa : 6
7. Struktur Utama : Struktur Baja
Studi Literatur
a. American Institute of Steel Construction –
Load and Resistance Factor Design (AISC-
LRFD).
b. Federal Emergency Managemen Agency
(FEMA-273/356/440).
c. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG) 1983.
d. RSNI 03–1726–2010 tentang Standar
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung.
e. SNI 03–1729–2002 tentang Tata Cara
Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan
Gedung.
f. Penjelasan konsep Performance Based
Seismic Design dan analisa statik non linear
menurut ATC-40 dan jurnal-jurnal
penunjang.
g. Daya Dukung Pondasi Dalam. Herman
Wahyudi, Surabaya, 1999.
h. Penjelasan prosedur Analisa Statik Non
linear (Pushover analysis) pada program
bantu ETABS v.9.7.1.
Kombinasi Pembebanan
Pembebanan struktur baja harus mampu
memikul semua kombinasi pembebanan di
bawah ini :
1. 1.4D
2. 1.2D + 1.6L + 0.5 (La atau H)
3. 1.2D + 1.6 (La atau H) + (L atau 0.5W)
4. 1.2D + 1.0W + L + 0.5 (La atau H)
5. 1.2D + 1.0E + L
6. 0.9D + 1.0W
7. 0.9D + 1.0E
BAB IV
PERENCANAAN STRUKTUR
SEKUNDER
Pelat Atap ( lantai 15 )
Pelat Lantai ( Lantai 1 sampai 15 )
Perencanaan Balok Lift (BF)
Perencanaan balok lift meliputi balok-
balok yang berkaitan dengan ruang mesin lift,
yaitu yang terdiri dari balok penumpu dan
balok penggantung lift. Untuk lift pada
bangunan ini menggunakan lift yang
diproduksi oleh PT. Hyundai Elevator CO.,
LTD, dengan data-data sebagai berikut :
Tipe lift : Machine Room Less Elevators
Merk : LUXEN (Gearless Elevator)
Kecepatan : 90 m/min
Kapasitas : (1000 kg)
Lebar pintu : 900 mm
Dimensi sangkar :
eksternal 1660 x 1705 mm2
internal 1600 x 1550 mm2
Dimensi ruang luncur : 4200 x 2200 mm2
10. MAKALAH TUGAS AKHIR
10
2050
4200
1705
2200
1660900
Balok Penumpu Lift Balok Penggantung Lift
Balok Anak
LIFT LIFT
Beban reaksi ruang mesin :
R1 = 5450 kg
(Berat mesin penggerak + beban kereta +
perlengkapan)
R2 = 4300 kg
(Berat bandul pemberat + perlengkapan)
Jadi, beban terpusat yang bekerja pada balok
peggantung akibat reaksi dari mesin lift adalah
P = ΣR . Ψ
= (5450 + 4300) x (1 + 0,6 . 1,3 . 1)
= 17355 kg
Gambar Denah pembalokan lift
Perancanaan balok penggantung lift (BF1)
Balok penggantung lift BF1 menggunakan
Profil WF 400 x 200 x 7 x 11
Perancanaan balok penumpu lift (BF2)
Balok penggantung lift BF2 menggunakan
Profil WF 400 x 200 x 8 x 13
Perencaan Balok Anak (BA)
Balok anak memanjang BA1 menggunakan
Profil WF 450 x 300 x 11 x 18
Perencanaan Balok Anak Melintang (BA2)
Balok anak melintang BA2 menggunakan
Profil WF 450 x 200 x 8 x 12
Perencanaan Tangga
Data - data perencanaan tangga :
Mutu baja (BJ 41) : fy = 2500 kg/cm2
Tinggi per lantai : 380 cm
Tinggi bordes : 190 cm
Panjang bordes : 600 cm
Lebar bordes : 150 cm
Panjang tangga : 250 cm
Lebar tangga : 200 cm
Tebal pelat anak tangga : 3 mm
Lebar injakan (i) : 30 cm
Tinggi injakan (t) : 17,5 cm
- Persyaratan jumlah injakan dan kemiringan
tangga
60 cm ≤ (2t + i) ≤ 65 cm
250
< α < 400
Dimana : t = tinggi injakan (cm)
i = lebar injakan (cm)
α = sudut kemiringan tangga
- Perhitungan jumlah injakan tangga
Tinggi injakan (t) = cm5,17
2
3065
Jumlah tanjakan = buah11
5,17
190
Jumlah injakan (n) = 11 – 1 = 10 buah
Sudut kemiringan (α) =
arc tg Ok
x
.......35,32
1030
190 0
11. MAKALAH TUGAS AKHIR
11
VOID
200 200 200
A
A
Bordes
Balok tumpuan tangga
Balokinduk
Balokinduk
150250
800
600
Balok utama
tangga
250 150
± 0.00
+ 1.90
+ 3.80
Tinggi Berat Massa
Hx (m) (Kg) (KN)
15 57 512528.72 5125.29
14 53.2 1007547.34 10075.47
13 49.4 1007547.34 10075.47
12 45.6 1007547.34 10075.47
11 41.8 1007547.34 10075.47
10 38 1007547.34 10075.47
9 34.2 1007547.34 10075.47
8 30.4 1007547.34 10075.47
7 26.6 1007547.34 10075.47
6 22.8 1007547.34 10075.47
5 19 1007547.34 10075.47
4 15.2 1007547.34 10075.47
3 11.4 1007547.34 10075.47
2 7.6 1007547.34 10075.47
1 3.8 843651.34 8436.51
14454295.48 144542.95
Lantai
Σ
Pusatrotasi Pusatmassa b
(arahx) (arahx) (arahx)
15 23.761 24.604 0.843 50 3.76 1.66 3.76
14 23.760 24.497 0.737 50 3.61 1.76 3.61
13 23.759 24.480 0.721 50 3.58 1.78 3.58
12 23.759 24.486 0.727 50 3.59 1.77 3.59
11 23.758 24.484 0.726 50 3.59 1.77 3.59
10 23.758 24.484 0.726 50 3.59 1.77 3.59
9 23.757 24.490 0.733 50 3.60 1.77 3.60
8 23.757 24.484 0.727 50 3.59 1.77 3.59
7 23.756 24.484 0.728 50 3.59 1.77 3.59
6 23.756 24.484 0.728 50 3.59 1.77 3.59
5 23.755 24.484 0.729 50 3.59 1.77 3.59
4 23.754 24.484 0.73 50 3.60 1.77 3.60
3 23.754 24.484 0.73 50 3.60 1.77 3.60
2 23.753 24.484 0.731 50 3.60 1.77 3.60
1 23.751 24.484 0.733 50 3.60 1.77 3.60
Lantai e (1.5*e)+(0.05*b) e-0.05*b edx
Gambar Denah tangga
Gambar Potongan A-A
Perencanaan Balok Utama Tangga
Balok utama tangga menggunakan
profil WF 200 x 100 x 5,5 x 8
Perencanaan Balok Penumpu Tangga
Direncanakan balok penumpu tangga
menggunakan Profil WF 250 x 125 x 6 x 9
BAB V
PEMBEBANAN DAN ANALISA
STRUKTUR PRIMER
Perhitungan Massa Struktur
Tabel Massa dan berat struktur tiap lantai
Menentukan Eksentrisitas Rencana
Bangunan (ed)
Tabel Perhitungan eksentrisitas rencana ed
pada arah X
12. MAKALAH TUGAS AKHIR
12
Pusatrotasi Pusatmassa b
(arahy) (arahy) (arahy)
15 9.515 9.496 0.019 19 0.98 0.93 0.98
14 9.516 9.466 0.05 19 1.03 0.90 1.03
13 9.516 9.485 0.031 19 1.00 0.92 1.00
12 9.516 9.494 0.022 19 0.98 0.93 0.98
11 9.516 9.491 0.025 19 0.99 0.93 0.99
10 9.516 9.491 0.025 19 0.99 0.93 0.99
9 9.515 9.482 0.033 19 1.00 0.92 1.00
8 9.515 9.491 0.024 19 0.99 0.93 0.99
7 9.514 9.491 0.023 19 0.98 0.93 0.98
6 9.514 9.491 0.023 19 0.98 0.93 0.98
5 9.513 9.491 0.022 19 0.98 0.93 0.98
4 9.512 9.491 0.021 19 0.98 0.93 0.98
3 9.510 9.491 0.019 19 0.98 0.93 0.98
2 9.507 9.491 0.016 19 0.97 0.93 0.97
1 9.504 9.491 0.013 19 0.97 0.94 0.97
Lantai e (1.5*e)+(0.05*b) e-0.05*b edy
Mode Period UX UY SumUX SumUY
1 2.6932 0.0015 72.7814 0.0015 72.7814
2 2.4432 77.195 0.0097 77.1965 72.7911
3 2.1015 0.0894 3.1842 77.2859 75.9752
4 0.9595 0.0005 10.9042 77.2863 86.8795
5 0.9168 10.4096 0.0015 87.6959 86.8810
6 0.8713 0.0057 0.5409 87.7016 87.4219
7 0.5028 0.0012 4.0817 87.7028 91.5036
8 0.4935 4.1697 0.0017 91.8724 91.5054
9 0.4598 0.0011 0.2392 91.8735 91.7445
10 0.3174 0.0024 2.3424 91.8760 94.0869
11 0.3144 2.4167 0.0029 94.2927 94.0898
12 0.2907 0.0005 0.1413 94.2932 94.2311
13 0.2184 0.0075 1.5223 94.3007 95.7535
14 0.2176 1.5898 0.0077 95.8905 95.7612
15 0.2002 0.0002 0.0945 95.8907 95.8557
Tabel Perhitungan eksentrisitas rencana ed
pada arah Y
Periode Fundamental Struktur
Dengan menggunakan persamaan 32 RSNI 03-
1726-2010 periode fundamental pendekatan
adalah :
Ct = 0,0724 (tabel 15 RSNI 03-1726-2010)
Hn = 57 m (tinggi total gedung dalam meter)
X = 0,8 (tabel 15 RSNI 03-1726-2010)
SD1 = 0,95 g didapat CU = 1,4
(tabel 14 RSNI 03-1726-2010)
T1 = 1,21 detik
Ta = Ct . hn
X
= 0,0724 . 570,8
= 1,84 detik
Maka (CU).(Ta) = 1,4 . 1,84 = 2,576 detik
Tabel Perhitungan periode fundamental
struktur
Dari tabel di atas didapat nilai T = 2,6932 detik
jadi nilai T > (CU).(Ta). Sehingga nilai T harus
diganti dengan nilai (CU).(Ta) sebesar 2,576
detik.
Gambar Pemodelan deformed shape (mode 1)
struktur gedung dengan ETABS V9.7.1
13. MAKALAH TUGAS AKHIR
13
Spectra Mode Dir F1
EX 1 U1 0.24
EX 2 U1 12960.74
EX 3 U1 15.58
EX 4 U1 0.19
EX 5 U1 4221.36
EX 6 U1 2.29
EX 7 U1 0.48
EX 8 U1 1690.91
EX 9 U1 0.45
EX 10 U1 0.99
EX 11 U1 980.03
EX 12 U1 0.19
EX 13 U1 2.90
EX 14 U1 611.26
EX 15 U1 0.06
Total (KN) 20487.68
Spectra Mode Dir F2
EY 1 U1 11446.21
EY 2 U1 1.63
EY 3 U1 554.94
EY 4 U1 4421.94
EY 5 U1 0.61
EY 6 U1 219.34
EY 7 U1 1655.25
EY 8 U1 0.70
EY 9 U1 96.99
EY 10 U1 949.90
EY 11 U1 1.18
EY 12 U1 57.31
EY 13 U1 586.72
EY 14 U1 2.98
EY 15 U1 34.27
Total (KN) 20030
simpangan Syarat drift Δa
antarlantai (mm) (mm)
15 3.8 115.01 2.93 76 Ok
14 3.8 112.08 3.69 76 Ok
13 3.8 108.39 4.73 76 Ok
12 3.8 103.66 5.80 76 Ok
11 3.8 97.86 6.79 76 Ok
10 3.8 91.07 7.74 76 Ok
9 3.8 83.33 8.58 76 Ok
8 3.8 74.75 9.38 76 Ok
7 3.8 65.36 10.08 76 Ok
6 3.8 55.28 10.65 76 Ok
5 3.8 44.64 11.01 76 Ok
4 3.8 33.63 11.00 76 Ok
3 3.8 22.63 10.32 76 Ok
2 3.8 12.31 8.37 76 Ok
1 3.8 3.93 3.93 76 Ok
Simpangan antarlantai Arah X
Lantai hi (m) Δ(mm) Ket.
Kontrol Jumlah Ragam
Berdasarkan tabel diatas maka didapat :
Jumlah partisipasi massa arah
X = 95,89 % > 90 % . . . Ok
Jumlah partisipasi massa arah
Y = 95,86 % > 90 % . . . Ok
Kontrol Gaya Geser Dasar (Base Shear)
Gaya lateral ekivalen arah X :
SDS = 0,78
WX = 14454295,6 . 9,81 = 141796638,7 N
Ie = 1
R = 8
KN17,13825
8.1000
796638,70,78.1.141
VX
0,85 . VX = 11751,4 KN
Gaya lateral ekivalen arah Y :
SDS = 0,78
WY = 14213791,9 kg
Ie = 1
R = 8
KN17,13825
8.1000
796638,70,78.1.141
VY
0,85 . VY = 11751,4 KN
Tabel Perhitungan base shear arah X
Tabel Perhitungan base shear arah Y
Kontrol Base Shear :
Base Shear arah X
Vtx = 20487,68 KN > 0,85 . VX =
11751,4 KN . . . Ok
Base Shear arah Y
Vty = 20030 KN > 0,85 .
VX = 11751,4 KN . . . Ok
Batasan Simpangan Antar Lantai
Tabel Analisa perhitungan simpangan antar
lantai arah X
14. MAKALAH TUGAS AKHIR
14
simpangan Syarat drift Δa
antarlantai (mm) (mm)
15 3.8 123.11 4.25 76 Ok
14 3.8 118.86 4.93 76 Ok
13 3.8 113.93 5.85 76 Ok
12 3.8 108.08 6.82 76 Ok
11 3.8 101.26 7.72 76 Ok
10 3.8 93.54 8.54 76 Ok
9 3.8 85.00 9.30 76 Ok
8 3.8 75.70 9.96 76 Ok
7 3.8 65.75 10.53 76 Ok
6 3.8 55.22 10.96 76 Ok
5 3.8 44.26 11.17 76 Ok
4 3.8 33.09 11.01 76 Ok
3 3.8 22.08 10.19 76 Ok
2 3.8 11.90 8.14 76 Ok
1 3.8 3.76 3.76 76 Ok
Lantai hi (m) Δ(mm) Ket.
Simpangan antarlantai Arah Y
Tabel Analisa perhitungan simpangan antar
lantai arah Y
Perencanaan Balok Induk (BI)
Balok induk (BI) menggunakan
Profil WF 600 x 200 x 12 x 20
Bahan => BJ41 : fy = 250 Mpa = 2500
kg/cm2
fu = 4100 kg/cm2
Panjang balok (L) = 8,00 m
- Perencanaan Balok Induk Melintang
MMax = 45430,16 kgm
(batang B24 Story 5)
VMax = 33091,60 kg
(batang B20 Story 3)
a. Kontrol kuat geser
5,43
12
522
tw
h
57,69
250
11001100
fy
Jadi
plastisgeser
fytw
h
1100
b. Kontrol Tekuk Lokal (Local Buckling)
Sayap :
025,5
202
201
2
xt
b
f
f
75,10
250
170
p
Badan :
5,43
12
522
tw
h
25,106
250
1680
p
Jadi
p
f
t
f
b
2
dan
p
w
t
h
. . . . .
Penampang Kompak
c. Kontrol Tekuk Lateral (Lateral Buckling)
Panjang tidak terkekang (Lb) = 267 cm
Dari tabel profil untuk profil
WF 600 x 200 x 12 x 20
dengan BJ 41, diperoleh :
Lp = 210,073 cm Lr = 644,200 cm
Dengan demikian : Lp < Lb < Lr . . . . .
bentang menengah
Maka pakai :
PR
BR
RPRn
LL
LL
MMMCbM
Kontrol Lendutan
d. Lendutan ijin :
cm
L
f 22,2
360
800
360
'
Dari hasil perhitungan dengan ETABS V9.7.1
diperoleh lendutannya sebesar YMax = 0,121
cm, maka : YMax < f’ . . . . . Ok
-Perencanaan Balok Induk Memanjang
MMax = 47141,81 kgm
(batang B46 Story 4)
VMax = 20444,02 kg
(batang B45 Story 6)
Perhitungan balok induk memanjang sama
dengan balok induk melintang.
15. MAKALAH TUGAS AKHIR
15
Perencanaan Kolom
PU = 970678 kg
MUX = 112554 kgm
MUY = 92798 kgm
H = 3,80 m
Kolom utama menggunakan
Profil K 950 x 450 x 16 x 38
a. Kontrol Penampang
Sayap :
29,5
382
450
2
xt
b
f
f
75,10
250
170
p
Badan :
125,51
16
818
tw
h
25,106
250
1680
p
Jadi
p
f
t
f
b
2
dan
p
w
t
h
. . . . .
Penampang Kompak
b. Kontrol Momen Nominal
Sumbu X :
MX = fy x SX
Mnx = fy x ZX
Sumbu Y :
MY = SY x fy
Mny = fy x ZY
Mny ≤ 1,5 My
c. Kontrol Tekuk Lateral (Lateral Buckling)
Panjang tidak terkekang (Lb) = 380 cm
cm
x
f
E
iL
y
yP 33,1511
2500
102
36,30.76,1.76,1
6
Dengan demikian : Lb < Lp . . . . . bentang
pendek
Maka Mn = Mp
d. Kontrol Kelangsingan Struktur
Terhadap Sumbu X :
Bagian dasar kolom diasumsikan jepit,
sehingga GB = 1
5,12
500/904002
380/8583122
Lb
I
Lc
I
G
Xb
XC
A
GB = 1
Diperoleh : Kc = 0,87 ( tidak begoyang)
Kc = 1,95 ( bergoyang )
Terhadap Sumbu Y :
Bagian dasar kolom diasumsikan jepit,
sehingga GB = 1
13
500/904002
380/8884622
Lb
I
Lc
I
G
Xb
YC
A
GB = 1
Diperoleh : Kc = 0,87 ( tidak begoyang)
Kc = 1,95 ( bergoyang )
e. Perhitungan Momen Balok
Terhadap sumbu X :
1
1
bx
crbx
U
m
N
N
C
2
1
4,06,0
M
M
Cm
47,0
112554
74,37055
4,06,0 mC
Terhadap sumbu Y :
1
1
by
crby
U
m
N
N
C
2
1
4,06,0
M
M
Cm
42,0
92798
81,40842
4,06,0 mC
16. MAKALAH TUGAS AKHIR
16
f. Kontrol Kuat Tekan-Lentur
Pn = Ag . (fy / ) = 2380434,78 kg
2,048,0
56,2023369
970678
.
n
U
P
P
Maka dipakai rumus interaksi 1
0,1
..9
8
.
ny
UY
nx
UX
n
U
M
M
M
M
P
P
0,1
516150
104955
507465
4,115336
9
8
56,2023369
970678
= 0,863 ≤ 1,0 . . . . . Ok
BAB VI
EVALUASI KINERJA DENGAN
METODE
ANALISIS PUSHOVER
Implementasi Metode Koefisien
Perpindahan
Arah X (portal arah memanjang)
Te = 2,567 detik ; lebih besar dari 1 detik
maka C1 = 1
C0 = 1,5 (Tabel 3.2 FEMA 356 untuk
bangunan lebih dari 10 lantai)
C2 = 1,1 (Tabel 3.3 FEMA 356 untuk
bangunan sebagai rangka type 1 dan
level kinerja yang dipilih adalah LS
(Life Safety).
C3 = 1 (Perilaku pasca leleh adalah positif)
Sa = 0,144 (didapat dari ETABS)
g = 9,81 m/det2
Maka untuk mencari δ menggunakan rumus
berikut :
δX = C0.C1.C2.C3.Sa. g
Te
.
2
2
δX = 2,567 . 1,5 . 1 . 1,1 . 1 . 0,133 . 9,81 .
2
2
567,2
δX = 0,397 m
Gambar hasil perhitungan ETABS mengenai
displacement untuk arah X
Gambar Kurva Pushover arah X
Gambar Kurva kapasitas spektrum arah X
Berdasarkan target perpindahan arah X
(δX) yang telah dihitung di atas, didapatkan
nilai δX = 0,3970 m. Kemudian dikontrol
terhadap hasil perhitungan pada gambar 6.1,
nilai δX berada diantara step 6 dan step 7
dengan nilai masing – masing sebesar 0,3423
m dan 0,4135 m. Untuk mengontrolnya, dilihat
batas yang terbesar dari kedua step tersebut
yaitu step 7 sebesar 0,4135 m.
17. MAKALAH TUGAS AKHIR
17
Hasil evaluasi pada step 7
memperlihatkan bahwa kinerja struktur arah X
tidak muncul sendi plastis yang melewati batas
LS (Life Safety) seperti yang sudah ditargetkan
sebelumnya. Jadi hasil evaluasi kinerja struktur
arah X memenuhi dan keselamatan penghuni
akan terjamin pada saat gedung mengalami
gempa.
Sedangkan nilai Base Force pada step
7 yaitu sebesar 2372244,25 kg x 9,81 m/det2
x
85% = 19774,20 KN < Vtx = 20487,68 KN
(diambil dari perhitungan Base Shear arah X
pada Bab 5). Artinya menunjukkan bahwa
perilaku struktur juga masih dalam keadaan
elastis.
Gambar Kinerja struktur arah X pada step 7
Arah Y (portal arah melintang)
Te = 2,567 detik ; lebih besar dari 1 detik
maka C1 = 1
C0 = 1,5 (Tabel 3.2 FEMA 356 untuk
bangunan lebih dari 10 lantai)
C2 = 1,1 (Tabel 3.3 FEMA 356 untuk
bangunan sebagai rangka type 1 dan
level kinerja yang dipilih adalah LS
(Life Safety).
C3 = 1 (Perilaku pasca leleh adalah positif)
Sa = 0,141 (didapat dari ETABS)
g = 9,81 m/det2
Maka untuk mencari δ menggunakan rumus
berikut :
δX = C0.C1.C2.C3.Sa. g
Te
.
2
2
δX = 2,567 . 1,5 . 1 . 1,1 . 1 . 0,154 . 9,81 .
2
2
567,2
δX = 0,4140 m
Gambar Hasil perhitungan ETABS mengenai
displacement untuk arah Y
Gambar Kurva Pushover arah Y
18. MAKALAH TUGAS AKHIR
18
Gambar Kurva kapasitas spektrum arah Y
Berdasarkan target perpindahan arah Y
(δY) yang telah dihitung di atas, didapatkan
nilai δY = 0,4140 m. Kemudian dikontrol
terhadap hasil perhitungan pada gambar 6.4,
nilai δX berada diantara step 6 dan step 7
dengan nilai masing – masing sebesar 0,3578
m dan 0,4266 m. Untuk mengontrolnya, dilihat
batas yang terbesar dari kedua step tersebut
yaitu step 7 sebesar 0,4266 m.
Hasil evaluasi pada step 7
memperlihatkan bahwa kinerja struktur arah Y
tidak muncul sendi plastis yang melewati batas
LS (Life Safety) seperti yang sudah ditargetkan
sebelumnya. Jadi hasil evaluasi kinerja struktur
arah Y memenuhi dan keselamatan penghuni
akan terjamin pada saat gedung mengalami
gempa.
Sedangkan nilai Base Force pada step 7
yaitu sebesar 2297393 kg x 9,81 m/det2
x 85%
= 19150,27 KN < Vtx = 20030 KN (diambil
dari perhitungan Base Shear arah Y pada Bab
5). Artinya menunjukkan bahwa perilaku
struktur juga masih dalam dalam keadaan
elastis.
Gambar Kinerja struktur arah Y
pada step 7
19. MAKALAH TUGAS AKHIR
19
Balok Anak Lantai
WF 450x300x11x18
Pelat L70x70x7
Baut Ø16
Balok Induk
WF 600x200x12x20
35
60
60
35
Balok Induk
WF 600x200x12x20
Baut Ø16
Balok Anak Lantai
WF 450x300x11x18
Pelat L70x70x7
35
60
60
35
Profil siku
WF 60x60x6
Baut D12
40
40
30
30
Balok Induk
WF 600x200x12x20
Balok Induk
WF 600x200x12x20
T 400x400x30x50
Baut Ø30
Kolom
K 950x450x16x38
Baut Ø30
Baut Ø30
T 400x400x30x50
Baut Ø30
L 100x100x10
Baut Ø22
Balok Induk
WF 600x200x12x20
Baut Ø30
T 400x400x30x50
Kolom
K 950x450x16x38
40
80
80
80
80
8080
100100100100
T 400x400x30x50
Baut Ø22
L 100x100x10
Baut Ø30
Balok Induk
WF 600x200x12x20
T 400x400x30x50
Baut Ø30
Kolom
K 950x450x16x38
Baut Ø30
Baut Ø30
T 400x400x30x50
Baut Ø30
L 100x100x10
Baut Ø22
Balok Induk
WF 600x200x12x20
Baut Ø30
T 400x400x30x50
Kolom
K 950x450x16x38
40
80
80
80
80
8080
100100100100
T 400x400x30x50
Baut Ø22
L 100x100x10
Baut Ø30
Kolom
K 950x450x16x38
Baut Ø30
Baut Ø30
Pelat 15mm
50
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
50
50
50
100
100
100
100
100
100
Pelat 15mm
BAB VII
PERENCANAAN SAMBUNGAN
Sambungan Balok Anak dengan Balok
Induk
Balok anak : WF 450 x 300 x 11 x 18
Balok induk : WF 600 x 200 x 12 x 20
Sambungan Balok Tangga dengan Balok
Induk
Balok tangga : WF 200 x 100 x 5,5 x 8
Balok induk : WF 600 x 200 x 12 x 20
Sambungan Balok Induk Melintang dengan
Kolom
Sambungan Balok Induk Memanjang
dengan Kolom
Sambungan Antar Kolom
Kolom King Cross : K 950 x 450 x 16 x 38
PU = Ry . fy . Af = 1140000 kg
BAB VIII
PERENCANAAN PONDASI
Pondasi gedung rusunawa ini
menggunakan pondasi tiang pancang produksi
PT Wika dengan spesifikasi sebagai berikut :
Diameter = 600 mm
Tebal = 100 mm
Kelas = A1
Allowable axial = 235,4 ton
Bending momen crack = 17 tm
Bending momen ultimate = 25,5 tm
20. MAKALAH TUGAS AKHIR
20
4.80
3.30
0.901.501.500.90
0.90 1.50 0.90
9.30
3.30
0.901.501.500.901.501.501.50
Daya Dukung Tiang Pancang Tunggal
Bila direncanakan menggunakan tiang pancang
diameter 60 cm dengan kedalaman 26 m,
diperoleh :
NS = 13,38
NP = 36,57
K = 40 t/m2
AS = (π x D) x 26 = (π x 0.6) x 26 = 49.029
m2
AP = 0.25 x π x D2
= 0.25 x π x 0.62
=
0.2829 m2
Maka :
QP = NP x K x AP = 36.57 x 40 x 0.2829 =
413.865 ton
QS = (Ns/3+1) x AS = (13.38/3 + 1) x 49.029
= 267.635 ton
QL = QP + QS = 413.865 + 267.635 = 681.5
ton
Sehingga Pijin 1 tiang berdasarkan daya dukung
tanah adalah: Pijin 1 tiang = QL / SF = 681.5 / 3 =
227.167 ton (menentukan).
- Dari tabel spesifikasi tiang pancang yang
diproduksi PT. Wika diketahui kapasitas
tiang pancang tunggal berdasarkan
kekuatan bahan adalah 235.4 ton
Daya Dukung Tiang Pancang Kelompok
a. Pondasi tipe 1 (P1)
Dimensi poer : 480 cm x 330 cm x 125 cm
Untuk menghitung nilai efisiensi tiang
pancang kelompok dihitung berdasarkan
perumusan Converse Labarre :
nm
S
D
arc
Ce
11
2
90
tan
1 0
b. Pondasi tipe 2 (P2)
Dimensi poer : 930 cm x 330 cm x 125 cm
Perencanaan Poer
Data perencanaan poer :
Dimensi kolom (Base Plate) = 1150 x 1150
mm
Mutu beton (f’c) = 30 Mpa
Mutu baja (fy) = 400 Mpa
Tebal poer = 1250 mm
Diameter tulangan = 32 mm
Selimut beton = 50 mm
Tinggi efektif (d) :
dX = 1250 – 50 – ½ x 32 = 1184 mm
dY = 1250 – 50 – 32 – ½ x 32 = 1152 mm
Kontrol Geser Ponds Pada Poer
Kuat geser diambil nilai terkecil dari :
6
'..2
11
cfdb
c
V o
C
cfdbV oC '..
3
1
2
21. MAKALAH TUGAS AKHIR
21
4.80
3.30
0.901.501.500.90
0.90 1.50 0.90
4.80
3.30
0.901.501.500.90
0.90 1.50 0.90
9.30
3.30
0.901.501.500.901.501.501.50
1.501.501.50
9.30
3.30
0.901.501.500.90
qu
3Pu
qu
2Pu
a. Pondasi tipe 1 (P1)
PU = 693807,36 kg
Pmax 1 tiang = 227167 kg
Σ tiang pancang tiap grup = 6
Dimensi poer = 4.8 x 3.3 x 1.25 m3
Akibat kolom
Akibat tiang pancang
b. Pondasi tipe 2 (P2)
PU = 910310,6 kg
Pmax 1 tiang = 227167 kg
Σ tiang pancang tiap grup = 12
Dimensi poer = 9.3 x 3.3 x 1.25 m3
Akibat kolom
Akibat tiang pancang
Penulangan Poer
a. Pondasi tipe 1 (P1)
Penulangan arah X
Jadi digunakan tulangan 24D32 – 200 (Aspakai
= 19292.16 mm2
)
Penulangan samping :
Jadi digunakan tulangan 6D32 – 230 (Aspakai =
4823.04 mm2
)
Penulangan arah Y
Jadi digunakan tulangan 33D32 – 100 (Aspakai
= 26526.72 mm2
)
Penulangan samping :
Jadi digunakan tulangan 7D32 – 200 (Aspakai =
5626.88 mm2
)
22. MAKALAH TUGAS AKHIR
22
qu
6Pu
qu
2Pu 2Pu
Ø12-300
D32-230
D28-200
D32-230
D32-200
Kolom King Cross K 950 x 450 x 16 x 38 Kolom King Cross K 950 x 450 x 16 x 38
8.008.008.004.00 8.00 8.00
A B C D E F G
8.00
3.00
8.00
1
2
3
4
50.00
19.00
P1 P1P1 P1 P1 P1 P1
P1 P1P1 P1 P1 P1 P1
P2 P2P2 P2 P2 P2 P2
P1
P1
P2
6.00
H
b. Pondasi tipe 2 (P2)
Penulangan arah X
Jadi digunakan tulangan 47D32 – 200 (Aspakai
= 37780,48 mm2
)
Penulangan samping :
Jadi digunakan tulangan 10D32 – 125 (Aspakai
= 8038.4 mm2
)
Penulangan arah Y
Jadi digunakan tulangan 41D32 – 80 (Aspakai =
32957.44 mm2
)
Penulangan samping :
Jadi digunakan tulangan 9D32 – 130 (Aspakai =
7234,56 mm2
)
Perencanaan Sloof
Data – data perancangan :
PU = 910310,6 kg = 9103106 N
Dimensi sloof : b = 500 mm
h = 700 mm
Ag = 350000 mm2
Selimut beton = 50 mm
Tulangan utama = D32
Tulangan sengkang = 12
Tinggi efektif (d) = 700 – (50 + 12 + ½ x 32) =
622 mm
Dari diagram interaksi yang diperoleh dari
program bantu PCACOL, diperoleh ρ tulangan
adalah 1.06 %.
Luas tulangan perlu :
AS perlu = 500 x 700 x 0,0106 = 3675 mm2
Sehingga di pakai 6D28 (AS pakai = 3693 mm2
)
Gambar detail penulangan sloof
Gambar denah pondasi
23. MAKALAH TUGAS AKHIR
23
BAB IX
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan dan analisa
yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan antara lain :
1. Dilakukan perhitungan struktur sekunder
terlebih dahulu seperti perhitungan tangga,
pelat lantai, dan balok anak terhadap beban-
beban yang bekerja baik beban mati, beban
hidup maupun beban terpusat.
2. Dilakukan kontrol terhadap balok utama
yaitu meliputi kontrol lendutan, kontrol
penampang (local buckling), kontrol lateral
buckling dan kontrol geser.
3. Dilakukan kontrol kekuatan struktur kolom
King Cross yang meliputi kontrol
penampang, perhitungan kuat tekan aksial
kolom, perhitungan kuat lentur kolom, dan
kontrol kombinasi aksial dan lentur.
4. Rigid connection digunakan untuk
sambungan antara balok-kolom. Simple
connection digunakan pada sambungan
balok anak dengan balok induk.
5. Dimensi – dimensi dari struktur yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Dimensi kolom
- Profil : K 950 x 450 x 16 x 38
Profil balok induk :
WF 600 x 200 x 12 x 20
Profil balok anak
- BA1 :
WF 450 x 300 x 11 x 18
- BA2 :
WF 450 x 200 x 8 x 12
Profil balok lift
- BF 1 :
WF 400 x 200 x 7 x 11
- BF 2 :
WF 400 x 200 x 8 x 13
Profil balok tangga
- Utama :
WF 200 x 100 x 5,5 x 8
- Penumpu :
WF 250 x 125 x 6 x 9
6. Titik evaluasi kinerja atau target
displacement (δ), merupakan hal yang
penting untuk mengevaluasi kinerja struktur
terhadap suatu gempa rencana, menjadi
indikasi sejauh mana kondisi struktur bila
ada gempa tertentu. Dalam tugas akhir ini
metode yang digunakan dalam menentukan
displacment adalah metode koefisien
perpindahan mengacu pada FEMA
273/356.
7. Dari hasil evaluasi, portal arah X
(memanjang) dan arah Y (melintang) sama
- sama berperilaku elastis pada gempa
rencana, tetapi perilaku pasca leleh portal
arah Y secara keseluruhan bersifat kurang
daktail dibanding portal arah X. Itu
disimpulkan berdasarkan bentuk kurva
pushover yang dihasilkan. Pada portal Y,
kurva pushover berhenti pada suatu titik
puncak setelah leleh dan mengalami “fail”
yang mendadak. Sedangkan kurva pushover
portal X setelah titik puncak masih mampu
menunjukkan perilaku penurunan kekuatan
yang bertahap yang diikuti deformasi yang
besar.
8. Struktur bangunan bawah menggunakan
pondasi dalam berupa tiang pancang
berdiameter 60 cm sedalam 26 meter.
9.2 Saran
Perlu dilakukan studi yang lebih
mendalam untuk menghasilkan perencanaan
struktur dengan mempertimbangkan aspek
teknis, ekonomi, estetika serta kinerja struktur
yang juga penting untuk dilakukan sehingga
diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan
mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan
dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan
perencanaan dan apa yang sudah ditargetkan.
24. MAKALAH TUGAS AKHIR
24
TAMPAK SAMPING
RUSUNAWA - GUNUNGSARI - SURABAYA
SKALA 1:400
TAMPAK DEPAN
RUSUNAWA - GUNUNGSARI - SURABAYA
SKALA 1:400