Laporan kasus ini membahas kasus baru TB paru pada seorang perempuan berusia 21 tahun dengan keluhan batuk berdahak putih kekuningan selama 2 bulan. Pemeriksaan fisik menemukan tanda-tanda infeksi pernapasan. Hasil pemeriksaan dahak dan foto thoraks menunjukkan adanya infiltrat paru yang mendukung diagnosis TB paru aktif. Pasien mendapatkan terapi OAT kategori 1.
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada perut ibu hamil untuk mengetahui apa yang ada d fundus, lateral kanan dan kiri uterus, menentukan sudah masuk pap atau belum dan untuk mengetahui seberapa jauh penurunan kepala
Expanded Dengue Syndrome (unusual atau atypical manifestations) is a lateral (not classical) to study. Bridging clinical - immunophatogenesis and comprehensive management
GEA RINGAN SEDANG
Gastroenteritis akut dehidrasi ringan sedang
Mulai dari anamnesis pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang diagnosis banding hingga penegakan diagnosis serta tatalaksana yang tepat.
Terdapat skenario kasus dari pasien langsung yang di temui di Rumah sakit.
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN MIGRAIN DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTAKharima SD
Latar belakang: Obesitas dapat diartikan sebagai akumulasi lemak tubuh yang berlebihan dan berisiko menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, salah satunya migrain. Obesitas dihubungkan dengan sindrom metabolik, kondisi pro-inflamasi dan pro-trombotik yang dapat mengarah pada perkembangan dan progresivitas sakit kepala. Stimulasi oleh nosiseptor ganglion trigeminal menginduksi pelepasan zat proinflamasi terutama calsitonin-gene related peptide (CGRP) dan substansi P. Zat tersebut diketahui meningkat baik pada indivu migrain maupun obesitas. Inflamasi neurogenik tersebut yang diduga berperan penting dalam timbulnya nyeri kepala migrain.
Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara obesitas dengan migrain pada pasien di Poliklinik Saraf RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Metode: Analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 30 diambil berdasarkan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis menggunakan Uji Chi Square
Hasil: Hasil penelitian dari 30 sampel didapatkan 15 pasien migrain, 12 sampel mengalami obesitas (80%) sedangkan pada pasien tidak migrain sebanyak 15 sampel didapatkan 3 sampel mengalami obesitas (80%) (p 0,001, OR=16,000, 95% CI:[2,674-95,754]).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara obesitas dengan migrain
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxEmohAsJohn
PENGKAJIAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan neurologi sangat beragam bentuknya, banyak dari pasien yang menderita gangguan memori dan tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Penyakit-penyakit neurologi kebanyakan memiliki efek melemahkan kehidupan pasien, sehingga memberikan pengobatan neurologis sangat penting bagi kehidupan pasien.
2. • Nama : Nn. T
• Usia : 21 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Suku : Jawa
• Alamat : Purwodadi
• Tgl periksa : Selasa, 9 agustus 2016
• No Reg : 09xxxx
IDENTITAS
3. ANAMNESIS
Keluhan Utama
•Pasien datang dengan keluhan batuk
RPS
•Pasien datang ke BBKPM Surakarta dengan keluhan
batuk, disertai dahak putih kekuningan, jumlah ± 1
sendok teh setiap kali batuk, mudah keluar, darah (-) pilek
(-). Keluhan sudah dirasakan ± 2 bulan, terus menerus,
tidak dipengaruhi cuaca, mengganggu terutama pada
malam hari
5. nafsu makan ↓
lemas
berat badan ↓
berkeringat pada
malam hari tanpa
didahului aktivitas.
Mual, sudah
berkurang dlm 1
bulan
nyeri dada (-) nyeri
ulu hati (-) sesak
napas (-). BAB dan
BAK DBN
6. RPD
• keluhan serupa (-)
• hipertensi (-)
• diabetes (-)
• Asma (-)
• alergi (+) diakui,
pasien mudah gatal
saat terkena udara
dingin
RPK
• keluhan serupa:
diakui, (nenek pasien,
namun tidak tinggal
serumah, tidak
pernah berobat)
• hipertensi (-)
• diabetes melitus (-)
• asma(-)
• alergi : diakui (ibu dan
adik alergi udara
dingin)
7. • Pasien tinggal di kos ukuran 3x4 m, dengan 1
jendela ukuran 60cm x 180cm. Pasien adalah
seorang mahasiswa yang sedang dalam
program PPL di Pabrik Tekstil.
Keadaan sosial ekonomi
8. • Sistem serebrospinal: penurunan kesadaran (-), kejang
(-), demam (+)
• Sistem kardiovaskuler: Sesak nafas (-), nyeri dada (-),
berdebar-debar (-)
• Sistem respirasi: Batuk (+), sesak nafas (-)
• Sistem gastrointestinal: Konstipasi (-), mual (-), muntah
(-)
• Sistem muskuloskeletal: Lemah anggota gerak (-), nyeri
otot (-), BAB TAK
• Sistem integumen: Pucat (-) gatal (-)
• Sistem urogenital: Nyeri pinggang (-), BAK TAK
Anamnesis Sistem:
9. PEMERIKSAAN FISIK
KU: Tampak
sakit ringan
Kes: CM TD 130/90
RR 20X/mnt S: 37,1 N: 120 x/mnt
BB: 45kg TB: 153cm
Status gizi
menurut BMI:
19,2 (gizi baik)
10. • Kepala : Normocephal, konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), nafas cuping hidung (-),
• Leher: Pembesaran KGB leher (-/-), sklofuloderma (-
)
• Paru
– Inspeksi : Normothorax, simetris, ketertinggalan
gerak -/-, retraksi dada -/-, massa -/-, SIC melebar -/-
– Palpasi : Trakhea di tengah, Fremitus sama antara dada
kanan dan kiri, ketertinggalan gerak -/-, nyeri tekan -/-
– Perkusi: Sonor -/- nyeri ketok -/-
– Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
11. • Jantung
– Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak
– Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba, tidak kuat angkat
– Perkusi: Batas jantung tidak melebar
– Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, gallop (-),
murmur (-)
• Abdomen
– Inspeksi : distended (-), tumor (-) jejas (-) dinding
abdomen lebih rendah dari dinding dada
– Auskultasi : Suara peristaltik + normal
– Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepato/splenomegali -/-
– Perkusi: Timpani pada seluruh lapang perut
12. • Ekstremitas
– Edema ekstremitas (-)
– Akral hangat (+)
– jari tabuh (-)
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Pemeriksaan sputum
• Sewaktu : negatif
• Pagi : negatif
• Sewaktu : negatif
– Pemeriksaan foto thorax: pada pemeriksaan foto
thorax didapatkan infiltrat pada apeks dextra
14. TINJAUAN PUSTAKA
• tuberkulosis (TB): infeksi bakteri oleh
Mycobacterium, ditandai dengan
pembentukan jaringan granulasi pada
gambaran histopatologi
Definisi
• Mycobacterium tuberculosis
• mikobakteria yang masih dekat seperti
M. bovis, M. africanum, dan M. microti
yang bersama sama disebut
tuberkulosis komplek
Etiologi
15. Epidemiologi
8,7 juta kasus TB
baru di dunia
5,1 juta kasus di
Asia, 2,2 juta
terjadi di Afrika
WHO tahun 2013
(DEPKES, 2014)
8,6 juta kasus
TB pada tahun
2012, 1,1 juta
(13%) pasien TB
dengan HIV
positif.
TB paru tertinggi
adalah
Jawa Barat
(0.7%)
Papua (0.6%)
DKI Jakarta
(0.6%)
Gorontalo (0.5%)
Banten (0.4%)
Papua Barat
(0.4%)
16. • Kuman TB masuk saluran nafas bersarang di
jaringan paru membentuk afek primer dapat
timbul di mana saja dalam paru peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal).
• Peradangan diikuti pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional). Afek
primer bersama sama dengan limfangitis regional
diekenal sebagai kompleks primer yang akan:
Patogenesis dan Patofisiologi
18. dimulai dengan sarang dini di segmen apikal
lobus superior maupun inferior awalnya
akan membentuk sarang pneumonik kecil
yang selanjutnya akan:
• Diresopsi kembali, sembuh tidak
meninggalkan cacat
• Meluas, terjadi penyembuhan dengan jaringan
fibrosis, membungkus diri menjadi lebih keras,
terjadi perkapuran dan sembuh dalam bentuk
perkapuran.
TB post primer
19. • Meluas, membentuk jaringan kaseosa. Kaviti
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar, awalnya berdinding tipis kemudian
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti ini akan
terjadi:
– Meluas kembali dan membentuk sarang pneumonik
baru.
– Memadat dan membungkus diri (encapsulated) dan
disebut tuberkuloma, Tuberkuloma dapat mengapur
dan menyenmbuh tapi dapat aktif kembali, mencair
lagi menjadi kaviti.
20. • Menjadi bersih dan menyembuh yang disebut
open healed cavity, akhirnya mengcil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang
terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan
seperti bintang (stellate shaped).
• (Aditama, et al, 2006)
21. • Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
Klasifikasi
Tuberkulosis Paru BTA (+)
Minimal 2 dari 3
spesimen dahak
BTA positif
1 hasil Px BTA
positif, kelainan
radiologik
gambaran TB aktif
1 hasil Px BTA (+)
dan kultur (+)
22. Tuberkulosis Paru BTA
(-)
BTA - - -, klinik dan
radiologik
menunjukkan tb
aktif
tidak respons dengan
pemberian antibiotik
spektrum luas
Hasil pemeriksaan
dahak 3 kali
menunjukkan BTA
negatif dan biakan
M.tuberculosis positif
Jika belum ada hasil
pemeriksaan dahak,
tulis BTA belum
diperiksa
23. Berdasarkan Tipe Penderita
•Penderita yang belum pernah mendapat
OAT
• atau sudah pernah menelan OAT < satu
bulan (30 dosis harian).
Kasus baru
• Penderita tuberkulosis pernah
mendapat mendapat OAT , dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap,
kembali berobat dengan BTA + / kultur +
Kasus kambuh
(relaps)
• Penderita yang sedang pengobatan di
suatu kabupaten kmd pindah berobat ke
kabupaten lain. harus membawa surat
rujukan/pindah
Kasus pindahan
(Transfer In)
24. •
• sudah berobat minimal 1
bulan, berhenti 2 minggu /
lebih, kemudian datang
kembali berobat. Biasanya
dengan BTA positif.
Kasus lalai
berobat
• Penderita BTA positif dan kembali
positif pada akhir bulan ke-5
• hasil BTA negatif, menjadi +
• gambaran radiologik positif
mnjadi perburukan pada akhir
bulan 2 pengobatan
Kasus
Gagal
25. Kasus kronik
• Hasil pemeriksaan
dahak BTA masih
positif setelah selesai
pengobatan ulang
kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
Bekas TB
• BTA/kultur negatif dan
gambaran radiologik
paru menunjukkan lesi
TB inaktif, terlebih
gambaran radiologik
serial menunjukkan
gambaran yang
menetap. Riwayat
pengobatan OAT yang
adekuat akan lebih
mendukung
26. • TB di luar paru ringan
– Misal: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi
dan kelenjar adrenal.
• TB diluar paru berat
– Misal : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang,
TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
27. • Gejala Respiratorik dapat asimtomatik,
sampai gejala yang cukup berat tergantung
dari luas lesi.
– Batuk ≥ 2 minggu, awalnya terjadi oleh karena
iritasi bronkus, selanjutnya akibat peradangan
pada bronkus batuk akan menjadi produktif.
– Batuk darah pecahnya pembuluh darah
paling sering membawa penderita berobat ke
dokter
Gejala klinis
28. – Nyeri dada Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan nafasnya.
– Mengi Terjadi karena penyempitan lumen
endobronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan,
jaringan granulasi dan ulserasi.
– Dispneu kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal
penyakit gejala ini tidak pernah didapatkan.
29. • Demam
• Keringat malam
• Malaise dan nafsu makan berkurang
• Rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu
makan berkurang, badan makin kurus, sakit
kepala dan mudah lelah.
Gejala Sistemik
30. Diagnosis
Anamnesis
• Gejala yang meliputi
• batuk berdahak 2 minggu / >
• Diikuti gejala tambahan seperti batuk dahak
bercampur darah, batuk darah
• sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan.
• Riwayat kontak dengan penderita
31. • Kelainan tergantung luas kelainan struktur
paru
• Awal perkembangan penyakit sulit
menemukan kelainan. Kelainan paru di daerah
lobus superior terutama apex dan segmen
posterior , serta daerah apex lobus inferior.
• Kelainan lanjut suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma &
mediastinum.
Pemeriksaan Fisik
32. • Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
– mengumpulkan 3 contoh uji dahak dalam dua hari
kunjungan berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-
Sewaktu (SPS)
• Pemeriksaan biakan kuman
– identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb)
menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu,
misal: TB ekstra paru, TB anak, TB dengan hasil BTA
negatif.
Pemeriksaan Penunjang
33. • Pemeriksaan Radiologik
– foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran multiform. Gambaran
radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal
dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
34. • Kaviti, terutama lebih
dari satu, dikelilingi
oleh bayangan opak
berawan atau nodular
36. • Fibrotik pada segmen apikal dan atau
posterior lobus atas
• Kalsifikasi atau fibrotik
• Kompleks ranke
• Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau
penebalan pleura
• Luluh Paru (Destroyed Lung )
Gambaran radiologik yang dicurigai
lesi TB inaktif
37.
38.
39. • Melalui biopsi paru dengan trans bronchial
lung biopsy (TBLB), trans thoracal biopsy
(TTB), biopsi paru terbuka, biopsi pleura,
biopsi kelenjar getah bening dan biopsi organ
lain diluar paru.
• Menegakkan diagnosis terutama TB ekstra
paru gambaran berupa granuloma dengan
perkejuan
Pemeriksaan histopatologi jaringan
40. • kurang menunjukkan indikator yang spesifik
untuk tuberkulosis.
Pemeriksaan darah
41.
42. • Tahap intensif: menurunkan jumlah kuman
dalam tubuh pasien, meminimalisir pengaruh
kuman yang mungkin sudah resisten sejak
sebelum pasien mendapat pengobatan.
diberikan selama 2 bulan
• Pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit daya penularan menurun setelah
pengoatan selama 2 minggu
Penatalaksanaan
43. • Tahap lanjutan: tahap penting untuk
membunuh sisa kuman yang masih ada
khususnya kuman persister sehingga pasien
sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan
44. Jenis Sifat Efek samping
(H) Bakterisid Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi
hari, kejang
(R) Bakterisid Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urin
berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin rash, sesak nafas, anemia
hemolitik
(Z) Bakterisid Gangguan GIT, gangguan fungsi hati, gout artritis
(S) Bakterisid Nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia,
agranulositosis, trombositopeni
(E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer
OAT
47. Berat Badan Tahap Intensif tiap hari
selama 56 hari RHZE
(150/75/400/275)
Tahap lanjutan 3 kali
seminggu selama 16 minggu
RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥ 71 kg
5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT
48. • Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA
positif yang pernah diobati sebelumnya
(pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan
OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus
berobat (lost to follow-up)
Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE)/ 5
H3R3E3)
52. • Menjelaskan bahwa gejala berasal dari
gangguan paru, dan kekhawatiran mengenai
komplikasi penyakit dapat dicegah bila pasien
berobat dan kontrol teratur dan tidak putus
obat.
• Menjelaskan tentang penyakit tuberkulosis
• menjelaskan tentang pentingnya ventilasi dan
pencahayaan yang baik untuk menciptakan
rumah yang sehat
Non medikamentosa
53. • TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
– Batuk darah (profus)
– Keadaan umum buruk
– Pneumotoraks
– Empiema
– Efusi pleura masif / bilateral
– Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
Indikasi rawat inap :
54. Sumber pustaka Pasien
- batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih.
- Batuk dapat diikuti gejala
tambahan seperti batuk dahak
bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas
- badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan
menurun, malaise berkeringat
malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan.
Riwayat kontak dengan
penderita TB
batuk berdahak selama kurang
lebih 2 bulan
disertai nafsu makan turun, BB
berkurang 5 kg dalam 2 bulan,
malaise, keringat malam hari
tanpa aktivitas, demam sumer-
sumer hilang timbul dan
keringat malam hari.
PEMBAHASAN
55. • Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan
• Pemeriksaan dahak, hasil: negatif, negatif,
negatif
• Pemeriksaan Radiologi: infiltrat di apex paru
dextra gambaran TB aktif
56. • Pasien dengan sputum BTA negatif
• Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya
secara mikroskopis tidak ditemukan BTA
minimal dua kali pemeriksaan tetapi
gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif
atau
• Pasien yang pada pemeriksaan spiutumnya
secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama
sekali, tetapi pada biakannya positif.
Kriteria WHO, TB dengan BTA (-)