SlideShare a Scribd company logo
Kharima Sari Delia
J510155086
Laporan Kasus
TB PARU DEWASA KASUS BARU
• Nama : Nn. T
• Usia : 21 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Suku : Jawa
• Alamat : Purwodadi
• Tgl periksa : Selasa, 9 agustus 2016
• No Reg : 09xxxx
IDENTITAS
ANAMNESIS
Keluhan Utama
•Pasien datang dengan keluhan batuk
RPS
•Pasien datang ke BBKPM Surakarta dengan keluhan
batuk, disertai dahak putih kekuningan, jumlah ± 1
sendok teh setiap kali batuk, mudah keluar, darah (-) pilek
(-). Keluhan sudah dirasakan ± 2 bulan, terus menerus,
tidak dipengaruhi cuaca, mengganggu terutama pada
malam hari
demam
sumer sumer
hilang timbul
Belum
berobat
Menggigil (-)
nafsu makan ↓ 
lemas
berat badan ↓
berkeringat pada
malam hari tanpa
didahului aktivitas.
Mual, sudah
berkurang dlm 1
bulan
nyeri dada (-) nyeri
ulu hati (-) sesak
napas (-). BAB dan
BAK DBN
RPD
• keluhan serupa (-)
• hipertensi (-)
• diabetes (-)
• Asma (-)
• alergi (+) diakui,
pasien mudah gatal
saat terkena udara
dingin
RPK
• keluhan serupa:
diakui, (nenek pasien,
namun tidak tinggal
serumah, tidak
pernah berobat)
• hipertensi (-)
• diabetes melitus (-)
• asma(-)
• alergi : diakui (ibu dan
adik alergi udara
dingin)
• Pasien tinggal di kos ukuran 3x4 m, dengan 1
jendela ukuran 60cm x 180cm. Pasien adalah
seorang mahasiswa yang sedang dalam
program PPL di Pabrik Tekstil.
Keadaan sosial ekonomi
• Sistem serebrospinal: penurunan kesadaran (-), kejang
(-), demam (+)
• Sistem kardiovaskuler: Sesak nafas (-), nyeri dada (-),
berdebar-debar (-)
• Sistem respirasi: Batuk (+), sesak nafas (-)
• Sistem gastrointestinal: Konstipasi (-), mual (-), muntah
(-)
• Sistem muskuloskeletal: Lemah anggota gerak (-), nyeri
otot (-), BAB TAK
• Sistem integumen: Pucat (-) gatal (-)
• Sistem urogenital: Nyeri pinggang (-), BAK TAK
Anamnesis Sistem:
PEMERIKSAAN FISIK
KU: Tampak
sakit ringan
Kes: CM TD 130/90
RR 20X/mnt S: 37,1 N: 120 x/mnt
BB: 45kg TB: 153cm
Status gizi
menurut BMI:
19,2 (gizi baik)
• Kepala : Normocephal, konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), nafas cuping hidung (-),
• Leher: Pembesaran KGB leher (-/-), sklofuloderma (-
)
• Paru
– Inspeksi : Normothorax, simetris, ketertinggalan
gerak -/-, retraksi dada -/-, massa -/-, SIC melebar -/-
– Palpasi : Trakhea di tengah, Fremitus sama antara dada
kanan dan kiri, ketertinggalan gerak -/-, nyeri tekan -/-
– Perkusi: Sonor -/- nyeri ketok -/-
– Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
• Jantung
– Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak
– Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba, tidak kuat angkat
– Perkusi: Batas jantung tidak melebar
– Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, gallop (-),
murmur (-)
• Abdomen
– Inspeksi : distended (-), tumor (-) jejas (-) dinding
abdomen lebih rendah dari dinding dada
– Auskultasi : Suara peristaltik + normal
– Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepato/splenomegali -/-
– Perkusi: Timpani pada seluruh lapang perut
• Ekstremitas
– Edema ekstremitas (-)
– Akral hangat (+)
– jari tabuh (-)
• PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Pemeriksaan sputum
• Sewaktu : negatif
• Pagi : negatif
• Sewaktu : negatif
– Pemeriksaan foto thorax: pada pemeriksaan foto
thorax didapatkan infiltrat pada apeks dextra
• DIAGNOSIS BANDING
– TB Paru
– Bronkitis
• DIAGNOSIS KERJA
– TB Paru Kasus Baru
• TERAPI
– OAT kategori 1, 4 FDC 1X3 tablet
– Paracetamol 3x500mg
– Curcuma 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
• tuberkulosis (TB): infeksi bakteri oleh
Mycobacterium, ditandai dengan
pembentukan jaringan granulasi pada
gambaran histopatologi
Definisi
• Mycobacterium tuberculosis
• mikobakteria yang masih dekat seperti
M. bovis, M. africanum, dan M. microti
yang bersama sama disebut
tuberkulosis komplek
Etiologi
Epidemiologi
8,7 juta kasus TB
baru di dunia
5,1 juta kasus di
Asia, 2,2 juta
terjadi di Afrika
WHO tahun 2013
(DEPKES, 2014)
 8,6 juta kasus
TB pada tahun
2012, 1,1 juta
(13%) pasien TB
dengan HIV
positif.
TB paru tertinggi
adalah
Jawa Barat
(0.7%)
Papua (0.6%)
DKI Jakarta
(0.6%)
Gorontalo (0.5%)
Banten (0.4%)
Papua Barat
(0.4%)
• Kuman TB masuk saluran nafas  bersarang di
jaringan paru  membentuk afek primer dapat
timbul di mana saja dalam paru  peradangan
saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal).
• Peradangan diikuti pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional). Afek
primer bersama sama dengan limfangitis regional
diekenal sebagai kompleks primer yang akan:
Patogenesis dan Patofisiologi
Afek primer
Sembuh tanpa
cacat
Meninggalkan bekas
sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang
perkapuran di hilus
Menyebar
dengan cara
Perkontinuitatu
m
hematogen
bronkogen
dimulai dengan sarang dini di segmen apikal
lobus superior maupun inferior  awalnya
akan membentuk sarang pneumonik kecil
yang selanjutnya akan:
• Diresopsi kembali, sembuh tidak
meninggalkan cacat
• Meluas, terjadi penyembuhan dengan jaringan
fibrosis, membungkus diri menjadi lebih keras,
terjadi perkapuran dan sembuh dalam bentuk
perkapuran.
TB post primer
• Meluas, membentuk jaringan kaseosa. Kaviti
akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar, awalnya berdinding tipis kemudian
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti ini akan
terjadi:
– Meluas kembali dan membentuk sarang pneumonik
baru.
– Memadat dan membungkus diri (encapsulated) dan
disebut tuberkuloma, Tuberkuloma dapat mengapur
dan menyenmbuh tapi dapat aktif kembali, mencair
lagi menjadi kaviti.
• Menjadi bersih dan menyembuh yang disebut
open healed cavity, akhirnya mengcil.
Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang
terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan
seperti bintang (stellate shaped).
• (Aditama, et al, 2006)
• Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
Klasifikasi
Tuberkulosis Paru BTA (+)
Minimal 2 dari 3
spesimen dahak
 BTA positif
1 hasil Px BTA
positif, kelainan
radiologik 
gambaran TB aktif
1 hasil Px BTA (+)
dan kultur (+)
Tuberkulosis Paru BTA
(-)
BTA - - -, klinik dan
radiologik
menunjukkan tb
aktif
tidak respons dengan
pemberian antibiotik
spektrum luas
Hasil pemeriksaan
dahak 3 kali
menunjukkan BTA
negatif dan biakan
M.tuberculosis positif
Jika belum ada hasil
pemeriksaan dahak,
tulis BTA belum
diperiksa
Berdasarkan Tipe Penderita
•Penderita yang belum pernah mendapat
OAT
• atau sudah pernah menelan OAT < satu
bulan (30 dosis harian).
Kasus baru
• Penderita tuberkulosis pernah
mendapat mendapat OAT , dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap,
kembali berobat dengan BTA + / kultur +
Kasus kambuh
(relaps)
• Penderita yang sedang pengobatan di
suatu kabupaten kmd pindah berobat ke
kabupaten lain. harus membawa surat
rujukan/pindah
Kasus pindahan
(Transfer In)
•
• sudah berobat minimal 1
bulan, berhenti 2 minggu /
lebih, kemudian datang
kembali berobat. Biasanya
dengan BTA positif.
Kasus lalai
berobat
• Penderita BTA positif dan kembali
positif pada akhir bulan ke-5
• hasil BTA negatif,  menjadi +
• gambaran radiologik positif 
mnjadi perburukan pada akhir
bulan 2 pengobatan
Kasus
Gagal
Kasus kronik
• Hasil pemeriksaan
dahak BTA masih
positif setelah selesai
pengobatan ulang
kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
Bekas TB
• BTA/kultur negatif dan
gambaran radiologik
paru menunjukkan lesi
TB inaktif, terlebih
gambaran radiologik
serial menunjukkan
gambaran yang
menetap. Riwayat
pengobatan OAT yang
adekuat akan lebih
mendukung
• TB di luar paru ringan
– Misal: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi
dan kelenjar adrenal.
• TB diluar paru berat
– Misal : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang,
TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
• Gejala Respiratorik  dapat asimtomatik,
sampai gejala yang cukup berat tergantung
dari luas lesi.
– Batuk ≥ 2 minggu, awalnya terjadi oleh karena
iritasi bronkus, selanjutnya akibat peradangan
pada bronkus batuk akan menjadi produktif.
– Batuk darah  pecahnya pembuluh darah 
paling sering membawa penderita berobat ke
dokter
Gejala klinis
– Nyeri dada  Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan nafasnya.
– Mengi Terjadi karena penyempitan lumen
endobronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan,
jaringan granulasi dan ulserasi.
– Dispneu  kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal
penyakit gejala ini tidak pernah didapatkan.
• Demam
• Keringat malam
• Malaise dan nafsu makan berkurang
• Rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu
makan berkurang, badan makin kurus, sakit
kepala dan mudah lelah.
Gejala Sistemik
Diagnosis
Anamnesis
• Gejala yang meliputi
• batuk berdahak 2 minggu / >
• Diikuti gejala tambahan seperti batuk dahak
bercampur darah, batuk darah
• sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan.
• Riwayat kontak dengan penderita
• Kelainan tergantung luas kelainan struktur
paru
• Awal perkembangan penyakit sulit
menemukan kelainan. Kelainan paru di daerah
lobus superior terutama apex dan segmen
posterior , serta daerah apex lobus inferior.
• Kelainan lanjut  suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah,
tanda-tanda penarikan paru, diafragma &
mediastinum.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
– mengumpulkan 3 contoh uji dahak dalam dua hari
kunjungan berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-
Sewaktu (SPS)
• Pemeriksaan biakan kuman
– identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb) 
menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu,
misal: TB ekstra paru, TB anak, TB dengan hasil BTA
negatif.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologik
– foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral.
Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran multiform. Gambaran
radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal
dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
• Kaviti, terutama lebih
dari satu, dikelilingi
oleh bayangan opak
berawan atau nodular
• Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya)
atau bilateral (jarang)
• Fibrotik pada segmen apikal dan atau
posterior lobus atas
• Kalsifikasi atau fibrotik
• Kompleks ranke
• Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau
penebalan pleura
• Luluh Paru (Destroyed Lung )
Gambaran radiologik yang dicurigai
lesi TB inaktif
• Melalui biopsi paru dengan trans bronchial
lung biopsy (TBLB), trans thoracal biopsy
(TTB), biopsi paru terbuka, biopsi pleura,
biopsi kelenjar getah bening dan biopsi organ
lain diluar paru.
• Menegakkan diagnosis terutama TB ekstra
paru  gambaran berupa granuloma dengan
perkejuan
Pemeriksaan histopatologi jaringan
• kurang menunjukkan indikator yang spesifik
untuk tuberkulosis.
Pemeriksaan darah
• Tahap intensif: menurunkan jumlah kuman
dalam tubuh pasien, meminimalisir pengaruh
kuman yang mungkin sudah resisten sejak
sebelum pasien mendapat pengobatan.
diberikan selama 2 bulan
• Pengobatan secara teratur dan tanpa adanya
penyulit  daya penularan menurun setelah
pengoatan selama 2 minggu
Penatalaksanaan
• Tahap lanjutan: tahap penting untuk
membunuh sisa kuman yang masih ada 
khususnya kuman persister sehingga pasien
sembuh dan mencegah terjadinya
kekambuhan
Jenis Sifat Efek samping
(H) Bakterisid Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi
hari, kejang
(R) Bakterisid Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urin
berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin rash, sesak nafas, anemia
hemolitik
(Z) Bakterisid Gangguan GIT, gangguan fungsi hati, gout artritis
(S) Bakterisid Nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia,
agranulositosis, trombositopeni
(E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer
OAT
• Kategori 1: 2 (HRZE) /4 H3R3
– Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
– Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
– Pasien TB paru terdiagnosis klinis
– Pasien TB ekstra paru
KATEGORI OAT
Berat Badan Tahap Intensif tiap hari
selama 56 hari RHZE
(150/75/400/275)
Tahap lanjutan 3 kali
seminggu selama 16 minggu
RH (150/150)
30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
≥ 71 kg
5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT
• Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA
positif yang pernah diobati sebelumnya
(pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan
OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus
berobat (lost to follow-up)
Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE)/ 5
H3R3E3)
• Kategori anak : 2(RHZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-
10HR
• Menjelaskan bahwa gejala berasal dari
gangguan paru, dan kekhawatiran mengenai
komplikasi penyakit dapat dicegah bila pasien
berobat dan kontrol teratur dan tidak putus
obat.
• Menjelaskan tentang penyakit tuberkulosis
• menjelaskan tentang pentingnya ventilasi dan
pencahayaan yang baik untuk menciptakan
rumah yang sehat
Non medikamentosa
• TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :
– Batuk darah (profus)
– Keadaan umum buruk
– Pneumotoraks
– Empiema
– Efusi pleura masif / bilateral
– Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura)
Indikasi rawat inap :
Sumber pustaka Pasien
- batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih.
- Batuk dapat diikuti gejala
tambahan seperti batuk dahak
bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas
- badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan
menurun, malaise berkeringat
malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan.
Riwayat kontak dengan
penderita TB
batuk berdahak selama kurang
lebih 2 bulan
disertai nafsu makan turun, BB
berkurang 5 kg dalam 2 bulan,
malaise, keringat malam hari
tanpa aktivitas, demam sumer-
sumer hilang timbul dan
keringat malam hari.
PEMBAHASAN
• Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan
• Pemeriksaan dahak, hasil: negatif, negatif,
negatif
• Pemeriksaan Radiologi: infiltrat di apex paru
dextra  gambaran TB aktif
• Pasien dengan sputum BTA negatif
• Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya
secara mikroskopis tidak ditemukan BTA
minimal dua kali pemeriksaan tetapi
gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif
atau
• Pasien yang pada pemeriksaan spiutumnya
secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama
sekali, tetapi pada biakannya positif.
Kriteria WHO, TB dengan BTA (-)
•SEKIAN, TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukMateri iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukJoni Iswanto
 
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Woro Nugroho
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Aris Rahmanda
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
Usqi Krizdiana
 
Presentasi laporan kasus impetigo krustosa
Presentasi laporan kasus impetigo krustosaPresentasi laporan kasus impetigo krustosa
Presentasi laporan kasus impetigo krustosa
adiastron
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Seascape Surveys
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
Suharti Wairagya
 
Lamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tbLamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tb
Oliviafebrimarchantia
 
Morning Report Neurology
Morning Report NeurologyMorning Report Neurology
Morning Report Neurology
Phil Adit R
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
Herlan Boga
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
ADam Raeyoo
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Aris Rahmanda
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
Fadel Muhammad Garishah
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungVerar Oka
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
Sri Handawati
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Aris Rahmanda
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
Kharima SD
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilSofie Krisnadi
 

What's hot (20)

Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukMateri iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi buruk
 
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Presentasi laporan kasus impetigo krustosa
Presentasi laporan kasus impetigo krustosaPresentasi laporan kasus impetigo krustosa
Presentasi laporan kasus impetigo krustosa
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Lamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tbLamp materi penyuluhan tb
Lamp materi penyuluhan tb
 
Morning Report Neurology
Morning Report NeurologyMorning Report Neurology
Morning Report Neurology
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / MorbiliPresentasi Kasus - Campak / Morbili
Presentasi Kasus - Campak / Morbili
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamilDiagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
Diagnosis dan manajemen toksoplasmosis pada ibu hamil
 

Similar to CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU

modul TB.pptx
modul TB.pptxmodul TB.pptx
modul TB.pptx
ssuserf64dc0
 
Ppt case bp david
Ppt case bp davidPpt case bp david
Ppt case bp david
David Andrean Natanael
 
Pneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxPneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptx
SitiMutia15
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
Fais PPT
 
Laporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptx
Laporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptxLaporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptx
Laporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptx
AuliaDwiJuanita
 
BATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxBATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptx
MariaSondang2
 
Presentasi kasus sandy tentang tb paru dengan pneumonia
Presentasi kasus sandy tentang tb paru dengan pneumoniaPresentasi kasus sandy tentang tb paru dengan pneumonia
Presentasi kasus sandy tentang tb paru dengan pneumonia
sandymurtiningtyas1
 
presentasi_TB.pptx
presentasi_TB.pptxpresentasi_TB.pptx
presentasi_TB.pptx
ssuser0e6f54
 
CRS_EMPIEMA_THORAX.pptx
CRS_EMPIEMA_THORAX.pptxCRS_EMPIEMA_THORAX.pptx
CRS_EMPIEMA_THORAX.pptx
AuliaRezha2
 
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptxPPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
DindaNafatilana
 
Materi respirasi
Materi respirasiMateri respirasi
Materi respirasi
luna white
 
239930897 case-hsp
239930897 case-hsp239930897 case-hsp
239930897 case-hsp
homeworkping4
 
COVID19.pptx
COVID19.pptxCOVID19.pptx
COVID19.pptx
ssuser5ae084
 
SLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptxSLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptx
Wardah413136
 
Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection
Soroy Lardo
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckd
RenitaArdani
 
Case Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverCase Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid Fever
HannaSilmiZahra
 
CBD Tuberkulosis Laring
CBD Tuberkulosis LaringCBD Tuberkulosis Laring
CBD Tuberkulosis Laring
CoassTHT
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
AlisiaNurjannah
 

Similar to CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU (20)

modul TB.pptx
modul TB.pptxmodul TB.pptx
modul TB.pptx
 
Ppt case bp david
Ppt case bp davidPpt case bp david
Ppt case bp david
 
Pneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptxPneumoni Muti.pptx
Pneumoni Muti.pptx
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Laporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptx
Laporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptxLaporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptx
Laporan Kasus Bronkopneumonia Aulia Dwi Juanita.pptx
 
BATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptxBATUK KRONIK.pptx
BATUK KRONIK.pptx
 
Presentasi kasus sandy tentang tb paru dengan pneumonia
Presentasi kasus sandy tentang tb paru dengan pneumoniaPresentasi kasus sandy tentang tb paru dengan pneumonia
Presentasi kasus sandy tentang tb paru dengan pneumonia
 
presentasi_TB.pptx
presentasi_TB.pptxpresentasi_TB.pptx
presentasi_TB.pptx
 
CRS_EMPIEMA_THORAX.pptx
CRS_EMPIEMA_THORAX.pptxCRS_EMPIEMA_THORAX.pptx
CRS_EMPIEMA_THORAX.pptx
 
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptxPPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
PPT lapsus bedah bari Dindappt appendisitiss / appendikular infiltrat x.pptx
 
Materi respirasi
Materi respirasiMateri respirasi
Materi respirasi
 
Tifoid Pada Anak
Tifoid Pada AnakTifoid Pada Anak
Tifoid Pada Anak
 
239930897 case-hsp
239930897 case-hsp239930897 case-hsp
239930897 case-hsp
 
COVID19.pptx
COVID19.pptxCOVID19.pptx
COVID19.pptx
 
SLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptxSLIDE DHF.pptx
SLIDE DHF.pptx
 
Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection Atypical Manifestations dengue virus infection
Atypical Manifestations dengue virus infection
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckd
 
Case Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid FeverCase Report Typhoid Fever
Case Report Typhoid Fever
 
CBD Tuberkulosis Laring
CBD Tuberkulosis LaringCBD Tuberkulosis Laring
CBD Tuberkulosis Laring
 
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptxPPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
PPT CRS Fikri Arfu Riza.pptx
 

More from Kharima SD

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN MIGRAIN DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN MIGRAIN DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTAHUBUNGAN OBESITAS DENGAN MIGRAIN DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN MIGRAIN DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
Kharima SD
 
LAPORAN KASUS INTRAHEPATIC CHOLESTATIS OF PREGNANCY
LAPORAN KASUS INTRAHEPATIC CHOLESTATIS OF PREGNANCYLAPORAN KASUS INTRAHEPATIC CHOLESTATIS OF PREGNANCY
LAPORAN KASUS INTRAHEPATIC CHOLESTATIS OF PREGNANCY
Kharima SD
 
Referat Mata Kabur
Referat Mata KaburReferat Mata Kabur
Referat Mata Kabur
Kharima SD
 
Treating Asthma in Pregnancy
Treating Asthma in Pregnancy Treating Asthma in Pregnancy
Treating Asthma in Pregnancy
Kharima SD
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
Kharima SD
 
Refrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Refrat Idiopathic Purpura TrombocytopenicRefrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Refrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Kharima SD
 
Case report Rehabilitasi Medis pada Malunion fraktur condylus lateralis
Case report Rehabilitasi Medis pada Malunion fraktur condylus lateralisCase report Rehabilitasi Medis pada Malunion fraktur condylus lateralis
Case report Rehabilitasi Medis pada Malunion fraktur condylus lateralis
Kharima SD
 
Laporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisLaporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitis
Kharima SD
 
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asiTahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
Kharima SD
 
Case Report ITP
Case Report ITPCase Report ITP
Case Report ITP
Kharima SD
 
Journal reading Neonatal Hypoglicemia
Journal reading Neonatal HypoglicemiaJournal reading Neonatal Hypoglicemia
Journal reading Neonatal Hypoglicemia
Kharima SD
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
Kharima SD
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
Kharima SD
 
Journal Reading, Winter season, frequent hand washing, and irritant patch tes...
Journal Reading, Winter season, frequent hand washing, and irritant patch tes...Journal Reading, Winter season, frequent hand washing, and irritant patch tes...
Journal Reading, Winter season, frequent hand washing, and irritant patch tes...
Kharima SD
 
Referat Dispepsia
Referat DispepsiaReferat Dispepsia
Referat Dispepsia
Kharima SD
 
Case Report Pansitopenia susp Multiple Myeloma
Case Report Pansitopenia susp Multiple MyelomaCase Report Pansitopenia susp Multiple Myeloma
Case Report Pansitopenia susp Multiple Myeloma
Kharima SD
 

More from Kharima SD (16)

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN MIGRAIN DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN MIGRAIN DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTAHUBUNGAN OBESITAS DENGAN MIGRAIN DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
HUBUNGAN OBESITAS DENGAN MIGRAIN DI POLIKLINIK SARAF RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA
 
LAPORAN KASUS INTRAHEPATIC CHOLESTATIS OF PREGNANCY
LAPORAN KASUS INTRAHEPATIC CHOLESTATIS OF PREGNANCYLAPORAN KASUS INTRAHEPATIC CHOLESTATIS OF PREGNANCY
LAPORAN KASUS INTRAHEPATIC CHOLESTATIS OF PREGNANCY
 
Referat Mata Kabur
Referat Mata KaburReferat Mata Kabur
Referat Mata Kabur
 
Treating Asthma in Pregnancy
Treating Asthma in Pregnancy Treating Asthma in Pregnancy
Treating Asthma in Pregnancy
 
Refrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSISRefrat THT EPISTAKSIS
Refrat THT EPISTAKSIS
 
Refrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Refrat Idiopathic Purpura TrombocytopenicRefrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
Refrat Idiopathic Purpura Trombocytopenic
 
Case report Rehabilitasi Medis pada Malunion fraktur condylus lateralis
Case report Rehabilitasi Medis pada Malunion fraktur condylus lateralisCase report Rehabilitasi Medis pada Malunion fraktur condylus lateralis
Case report Rehabilitasi Medis pada Malunion fraktur condylus lateralis
 
Laporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisLaporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitis
 
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asiTahapan pemberian makanan pendamping asi
Tahapan pemberian makanan pendamping asi
 
Case Report ITP
Case Report ITPCase Report ITP
Case Report ITP
 
Journal reading Neonatal Hypoglicemia
Journal reading Neonatal HypoglicemiaJournal reading Neonatal Hypoglicemia
Journal reading Neonatal Hypoglicemia
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Journal Reading, Winter season, frequent hand washing, and irritant patch tes...
Journal Reading, Winter season, frequent hand washing, and irritant patch tes...Journal Reading, Winter season, frequent hand washing, and irritant patch tes...
Journal Reading, Winter season, frequent hand washing, and irritant patch tes...
 
Referat Dispepsia
Referat DispepsiaReferat Dispepsia
Referat Dispepsia
 
Case Report Pansitopenia susp Multiple Myeloma
Case Report Pansitopenia susp Multiple MyelomaCase Report Pansitopenia susp Multiple Myeloma
Case Report Pansitopenia susp Multiple Myeloma
 

Recently uploaded

KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
gerald rundengan
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
LyanNurse1
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
BayuEkaKurniawan1
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
PutriHanny4
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
MuhammadAlFarizi88
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
muhammadrezkizanuars
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
nadyahermawan
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
Jumainmain1
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
YantariTiyora2
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
UmmyKhairussyifa1
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
helixyap92
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
kirateraofficial
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
andiaswindahlan1
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
fitrianakartikasari5
 

Recently uploaded (19)

KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.pptKEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
KEBIJK_Jaminan_kesehatan_Indonesia _014.ppt
 
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptxMalpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
Malpraktek & Kelalaian dalam kesehatan.pptx
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan KeperawatanAplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
Aplikasi Teori/Model pada Praktik, Penelitian, dan Pendidikan Keperawatan
 
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptxAspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
Aspek legal etik keperawatan Maternitas.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxxCBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
CBT BOARD INTERNAL Medicine chapter xxxx
 
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptxsudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
sudden death-akibat penyakit cardio vascular-forensik.pptx
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptxRUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
RUU KESEHATAN (apt. Guntur Satrio Pratomo).pptx
 
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.pptPERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
PERHITUNGAN DOSIS OBAT Cara pemberian , Melakukan perhitungan dosis.ppt
 
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan  PISP diarePanduan pencatatan dan pelaporan  PISP diare
Panduan pencatatan dan pelaporan PISP diare
 
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.pptBahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
Bahan ajar - INTERAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI-.ppt
 
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdfFIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
FIN_Kebijakan Skrining Bayi Baru Lahir.pdf
 
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
Kelainan Air Ketuban (hidramnion, oligohidramnion)
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.pptPelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
Pelatihan-Kader Kesehatan-Posbindu-SOLO ppt.ppt
 
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.pptAskep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
Askep-Anak-dengan-gangguan malnutris.ppt
 

CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU

  • 1. Kharima Sari Delia J510155086 Laporan Kasus TB PARU DEWASA KASUS BARU
  • 2. • Nama : Nn. T • Usia : 21 tahun • Jenis Kelamin : Perempuan • Suku : Jawa • Alamat : Purwodadi • Tgl periksa : Selasa, 9 agustus 2016 • No Reg : 09xxxx IDENTITAS
  • 3. ANAMNESIS Keluhan Utama •Pasien datang dengan keluhan batuk RPS •Pasien datang ke BBKPM Surakarta dengan keluhan batuk, disertai dahak putih kekuningan, jumlah ± 1 sendok teh setiap kali batuk, mudah keluar, darah (-) pilek (-). Keluhan sudah dirasakan ± 2 bulan, terus menerus, tidak dipengaruhi cuaca, mengganggu terutama pada malam hari
  • 5. nafsu makan ↓  lemas berat badan ↓ berkeringat pada malam hari tanpa didahului aktivitas. Mual, sudah berkurang dlm 1 bulan nyeri dada (-) nyeri ulu hati (-) sesak napas (-). BAB dan BAK DBN
  • 6. RPD • keluhan serupa (-) • hipertensi (-) • diabetes (-) • Asma (-) • alergi (+) diakui, pasien mudah gatal saat terkena udara dingin RPK • keluhan serupa: diakui, (nenek pasien, namun tidak tinggal serumah, tidak pernah berobat) • hipertensi (-) • diabetes melitus (-) • asma(-) • alergi : diakui (ibu dan adik alergi udara dingin)
  • 7. • Pasien tinggal di kos ukuran 3x4 m, dengan 1 jendela ukuran 60cm x 180cm. Pasien adalah seorang mahasiswa yang sedang dalam program PPL di Pabrik Tekstil. Keadaan sosial ekonomi
  • 8. • Sistem serebrospinal: penurunan kesadaran (-), kejang (-), demam (+) • Sistem kardiovaskuler: Sesak nafas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar (-) • Sistem respirasi: Batuk (+), sesak nafas (-) • Sistem gastrointestinal: Konstipasi (-), mual (-), muntah (-) • Sistem muskuloskeletal: Lemah anggota gerak (-), nyeri otot (-), BAB TAK • Sistem integumen: Pucat (-) gatal (-) • Sistem urogenital: Nyeri pinggang (-), BAK TAK Anamnesis Sistem:
  • 9. PEMERIKSAAN FISIK KU: Tampak sakit ringan Kes: CM TD 130/90 RR 20X/mnt S: 37,1 N: 120 x/mnt BB: 45kg TB: 153cm Status gizi menurut BMI: 19,2 (gizi baik)
  • 10. • Kepala : Normocephal, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), nafas cuping hidung (-), • Leher: Pembesaran KGB leher (-/-), sklofuloderma (- ) • Paru – Inspeksi : Normothorax, simetris, ketertinggalan gerak -/-, retraksi dada -/-, massa -/-, SIC melebar -/- – Palpasi : Trakhea di tengah, Fremitus sama antara dada kanan dan kiri, ketertinggalan gerak -/-, nyeri tekan -/- – Perkusi: Sonor -/- nyeri ketok -/- – Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
  • 11. • Jantung – Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak – Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba, tidak kuat angkat – Perkusi: Batas jantung tidak melebar – Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-) • Abdomen – Inspeksi : distended (-), tumor (-) jejas (-) dinding abdomen lebih rendah dari dinding dada – Auskultasi : Suara peristaltik + normal – Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepato/splenomegali -/- – Perkusi: Timpani pada seluruh lapang perut
  • 12. • Ekstremitas – Edema ekstremitas (-) – Akral hangat (+) – jari tabuh (-) • PEMERIKSAAN PENUNJANG – Pemeriksaan sputum • Sewaktu : negatif • Pagi : negatif • Sewaktu : negatif – Pemeriksaan foto thorax: pada pemeriksaan foto thorax didapatkan infiltrat pada apeks dextra
  • 13. • DIAGNOSIS BANDING – TB Paru – Bronkitis • DIAGNOSIS KERJA – TB Paru Kasus Baru • TERAPI – OAT kategori 1, 4 FDC 1X3 tablet – Paracetamol 3x500mg – Curcuma 3x1
  • 14. TINJAUAN PUSTAKA • tuberkulosis (TB): infeksi bakteri oleh Mycobacterium, ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi pada gambaran histopatologi Definisi • Mycobacterium tuberculosis • mikobakteria yang masih dekat seperti M. bovis, M. africanum, dan M. microti yang bersama sama disebut tuberkulosis komplek Etiologi
  • 15. Epidemiologi 8,7 juta kasus TB baru di dunia 5,1 juta kasus di Asia, 2,2 juta terjadi di Afrika WHO tahun 2013 (DEPKES, 2014)  8,6 juta kasus TB pada tahun 2012, 1,1 juta (13%) pasien TB dengan HIV positif. TB paru tertinggi adalah Jawa Barat (0.7%) Papua (0.6%) DKI Jakarta (0.6%) Gorontalo (0.5%) Banten (0.4%) Papua Barat (0.4%)
  • 16. • Kuman TB masuk saluran nafas  bersarang di jaringan paru  membentuk afek primer dapat timbul di mana saja dalam paru  peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). • Peradangan diikuti pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama sama dengan limfangitis regional diekenal sebagai kompleks primer yang akan: Patogenesis dan Patofisiologi
  • 17. Afek primer Sembuh tanpa cacat Meninggalkan bekas sarang Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus Menyebar dengan cara Perkontinuitatu m hematogen bronkogen
  • 18. dimulai dengan sarang dini di segmen apikal lobus superior maupun inferior  awalnya akan membentuk sarang pneumonik kecil yang selanjutnya akan: • Diresopsi kembali, sembuh tidak meninggalkan cacat • Meluas, terjadi penyembuhan dengan jaringan fibrosis, membungkus diri menjadi lebih keras, terjadi perkapuran dan sembuh dalam bentuk perkapuran. TB post primer
  • 19. • Meluas, membentuk jaringan kaseosa. Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar, awalnya berdinding tipis kemudian menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti ini akan terjadi: – Meluas kembali dan membentuk sarang pneumonik baru. – Memadat dan membungkus diri (encapsulated) dan disebut tuberkuloma, Tuberkuloma dapat mengapur dan menyenmbuh tapi dapat aktif kembali, mencair lagi menjadi kaviti.
  • 20. • Menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, akhirnya mengcil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped). • (Aditama, et al, 2006)
  • 21. • Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) Klasifikasi Tuberkulosis Paru BTA (+) Minimal 2 dari 3 spesimen dahak  BTA positif 1 hasil Px BTA positif, kelainan radiologik  gambaran TB aktif 1 hasil Px BTA (+) dan kultur (+)
  • 22. Tuberkulosis Paru BTA (-) BTA - - -, klinik dan radiologik menunjukkan tb aktif tidak respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.tuberculosis positif Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
  • 23. Berdasarkan Tipe Penderita •Penderita yang belum pernah mendapat OAT • atau sudah pernah menelan OAT < satu bulan (30 dosis harian). Kasus baru • Penderita tuberkulosis pernah mendapat mendapat OAT , dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kembali berobat dengan BTA + / kultur + Kasus kambuh (relaps) • Penderita yang sedang pengobatan di suatu kabupaten kmd pindah berobat ke kabupaten lain. harus membawa surat rujukan/pindah Kasus pindahan (Transfer In)
  • 24. • • sudah berobat minimal 1 bulan, berhenti 2 minggu / lebih, kemudian datang kembali berobat. Biasanya dengan BTA positif. Kasus lalai berobat • Penderita BTA positif dan kembali positif pada akhir bulan ke-5 • hasil BTA negatif,  menjadi + • gambaran radiologik positif  mnjadi perburukan pada akhir bulan 2 pengobatan Kasus Gagal
  • 25. Kasus kronik • Hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik Bekas TB • BTA/kultur negatif dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih mendukung
  • 26. • TB di luar paru ringan – Misal: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal. • TB diluar paru berat – Misal : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
  • 27. • Gejala Respiratorik  dapat asimtomatik, sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. – Batuk ≥ 2 minggu, awalnya terjadi oleh karena iritasi bronkus, selanjutnya akibat peradangan pada bronkus batuk akan menjadi produktif. – Batuk darah  pecahnya pembuluh darah  paling sering membawa penderita berobat ke dokter Gejala klinis
  • 28. – Nyeri dada  Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan nafasnya. – Mengi Terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan, jaringan granulasi dan ulserasi. – Dispneu  kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah didapatkan.
  • 29. • Demam • Keringat malam • Malaise dan nafsu makan berkurang • Rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala dan mudah lelah. Gejala Sistemik
  • 30. Diagnosis Anamnesis • Gejala yang meliputi • batuk berdahak 2 minggu / > • Diikuti gejala tambahan seperti batuk dahak bercampur darah, batuk darah • sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. • Riwayat kontak dengan penderita
  • 31. • Kelainan tergantung luas kelainan struktur paru • Awal perkembangan penyakit sulit menemukan kelainan. Kelainan paru di daerah lobus superior terutama apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus inferior. • Kelainan lanjut  suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pemeriksaan Fisik
  • 32. • Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung – mengumpulkan 3 contoh uji dahak dalam dua hari kunjungan berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi- Sewaktu (SPS) • Pemeriksaan biakan kuman – identifikasi Mycobacterium tuberkulosis (M.tb)  menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal: TB ekstra paru, TB anak, TB dengan hasil BTA negatif. Pemeriksaan Penunjang
  • 33. • Pemeriksaan Radiologik – foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran multiform. Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : • Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah
  • 34. • Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
  • 35. • Bayangan bercak milier Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
  • 36. • Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas • Kalsifikasi atau fibrotik • Kompleks ranke • Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura • Luluh Paru (Destroyed Lung ) Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
  • 37.
  • 38.
  • 39. • Melalui biopsi paru dengan trans bronchial lung biopsy (TBLB), trans thoracal biopsy (TTB), biopsi paru terbuka, biopsi pleura, biopsi kelenjar getah bening dan biopsi organ lain diluar paru. • Menegakkan diagnosis terutama TB ekstra paru  gambaran berupa granuloma dengan perkejuan Pemeriksaan histopatologi jaringan
  • 40. • kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Pemeriksaan darah
  • 41.
  • 42. • Tahap intensif: menurunkan jumlah kuman dalam tubuh pasien, meminimalisir pengaruh kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapat pengobatan. diberikan selama 2 bulan • Pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit  daya penularan menurun setelah pengoatan selama 2 minggu Penatalaksanaan
  • 43. • Tahap lanjutan: tahap penting untuk membunuh sisa kuman yang masih ada  khususnya kuman persister sehingga pasien sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan
  • 44. Jenis Sifat Efek samping (H) Bakterisid Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan fungsi hari, kejang (R) Bakterisid Flu syndrome, gangguan gastrointestinal, urin berwarna merah, gangguan fungsi hati, trombositopeni, demam, skin rash, sesak nafas, anemia hemolitik (Z) Bakterisid Gangguan GIT, gangguan fungsi hati, gout artritis (S) Bakterisid Nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis, trombositopeni (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer OAT
  • 45.
  • 46. • Kategori 1: 2 (HRZE) /4 H3R3 – Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: – Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis – Pasien TB paru terdiagnosis klinis – Pasien TB ekstra paru KATEGORI OAT
  • 47. Berat Badan Tahap Intensif tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150) 30-37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 KDT 38-54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2 KDT 55-70 kg 4 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT ≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2 KDT
  • 48. • Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang): • Pasien kambuh • Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya • Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up) Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE)/ 5 H3R3E3)
  • 49.
  • 50. • Kategori anak : 2(RHZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4- 10HR
  • 51.
  • 52. • Menjelaskan bahwa gejala berasal dari gangguan paru, dan kekhawatiran mengenai komplikasi penyakit dapat dicegah bila pasien berobat dan kontrol teratur dan tidak putus obat. • Menjelaskan tentang penyakit tuberkulosis • menjelaskan tentang pentingnya ventilasi dan pencahayaan yang baik untuk menciptakan rumah yang sehat Non medikamentosa
  • 53. • TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb : – Batuk darah (profus) – Keadaan umum buruk – Pneumotoraks – Empiema – Efusi pleura masif / bilateral – Sesak napas berat (bukan karena efusi pleura) Indikasi rawat inap :
  • 54. Sumber pustaka Pasien - batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. - Batuk dapat diikuti gejala tambahan seperti batuk dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas - badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Riwayat kontak dengan penderita TB batuk berdahak selama kurang lebih 2 bulan disertai nafsu makan turun, BB berkurang 5 kg dalam 2 bulan, malaise, keringat malam hari tanpa aktivitas, demam sumer- sumer hilang timbul dan keringat malam hari. PEMBAHASAN
  • 55. • Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan • Pemeriksaan dahak, hasil: negatif, negatif, negatif • Pemeriksaan Radiologi: infiltrat di apex paru dextra  gambaran TB aktif
  • 56. • Pasien dengan sputum BTA negatif • Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA minimal dua kali pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif atau • Pasien yang pada pemeriksaan spiutumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakannya positif. Kriteria WHO, TB dengan BTA (-)