Case Report Stase Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan
Dibuat oleh : Fransiska Lumempouw
Stase Kepaniteraan Klinik Radiologi
Universitas Kristen Indonesia
untuk bahan bacaan dan referensi tugas
Case Report Stase Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan
Dibuat oleh : Fransiska Lumempouw
Stase Kepaniteraan Klinik Radiologi
Universitas Kristen Indonesia
untuk bahan bacaan dan referensi tugas
kasus PBL Hospital yang berjudul Preeklamosia berat kelompok 6 semoga bermanfaat
Please contact me if you necessity to this presentation in gilangrizki.alfarizi@gmail.com
Pencegahan transmisi perinatal Hepatitis B adalah salah satu langkah pencegahan utama timbulnya kasus Hepatitis Kronis pada dewasa. Beberapa langkah PMTCT pada hepatitis B akan dijelaskan dalam presentasi ini.
Dipresentasikan pada CME: 1st Surabaya Fetomaternal Update, 14 Mei 2016.
Pengenalan pemeriksaan USG dalam kehamilan oleh dr. Hendrik Sutopo, M.Biomed, SpOG
obstetric basic ultrasound examination
Informasi dikemas secara singkat agar mudah dipahami oleh orang awam, namun tetap cukup untuk memberikan gambaran bagi tenaga kesehatan mengenai USG dalam kehamilan.
kasus PBL Hospital yang berjudul Preeklamosia berat kelompok 6 semoga bermanfaat
Please contact me if you necessity to this presentation in gilangrizki.alfarizi@gmail.com
Pencegahan transmisi perinatal Hepatitis B adalah salah satu langkah pencegahan utama timbulnya kasus Hepatitis Kronis pada dewasa. Beberapa langkah PMTCT pada hepatitis B akan dijelaskan dalam presentasi ini.
Dipresentasikan pada CME: 1st Surabaya Fetomaternal Update, 14 Mei 2016.
Pengenalan pemeriksaan USG dalam kehamilan oleh dr. Hendrik Sutopo, M.Biomed, SpOG
obstetric basic ultrasound examination
Informasi dikemas secara singkat agar mudah dipahami oleh orang awam, namun tetap cukup untuk memberikan gambaran bagi tenaga kesehatan mengenai USG dalam kehamilan.
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon.
TORCH adalah singkatan dari lima nama jenis penyakit infeksi, yaitu Toxoplasma, Other infection (Chlamydia, HIV, Hepatitis B, dan lain-lain), Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Kelima jenis penyakit infeksi ini sama-sama bisa menyerang ibu hamil dan memberi dampak buruk pada janin. Karena itu, ibu hamil diharapkan dapat waspada terhadap penyakit TORCH dengan mengetahui apa saja gejala-gejala yang ditimbulkannya.
Ibu hamil dapat terkena infeksi TORCH bila terkena kontak dengan virus atau bakteri yang menjadi penyebab penyakit tersebut selama kehamilan. Infeksi TORCH yang diidap oleh ibu hamil dapat membahayakan kondisi janin, antara lain menyebabkan janin mengalami kecacatan seperti kelainan pada saraf, mata, kelainan otak, paru-paru, telinga dan fungsi motorik lainnya; menyebabkan bayi lahir prematur, sehingga berisiko mengalami cacat bawaan yang menetap seperti asma, cerebral palsy, dan masalah perkembangan otak anak. Bila ibu hamil mengalami gejala-gejala seperti influenza, jangan disepelekan karena siapa tahu itu merupakan gejala TORCH. Segera periksakan diri ke dokter kandungan, bahkan bila perlu lakukan tes laboratorium agar penyakit TORCH dapat dideteksi lebih dini sehingga tidak terjadi dampak buruk yang tidak diinginkan.
2. Pendahuluan
Indonesia negara tropis
Insidensi toksoplasmosis tinggi
Umumnya ibu hamil sudah terpapar toksoplasmosis
sebelum kehamilan.
KENDALA :
Sarana laboratorium mahal dan kurang memadai
penapisan dan diagnosis tidak akurat, merugikan
ibu hamil dan janinnya.
5. • Infeksi aktif umumnya hanya SATU KALI
• Risiko terkena janin HANYA bila infeksi pertama kali
terjadi saat ibu hamil atau 2-3 bulan sebelum hamil.
• Imunitas yang didapat umumnya SEUMUR HIDUP
• Parasit tinggal dalam otot, jantung atau otak sebagai
infeksi laten umumnya TIDAK AKTIF dan TIDAK
BERBAHAYA
• REAKTIVASI hanya pada pasien dengan daya tahan
tubuh rendah (immunocompromised ), kemoterapI,
kortikosteroid, HIV/AIDS dan transplantasi jaringan .
Toksoplasmosis
6. Toksoplasmosis dalam kehamilan
BUKAN penyebab abortus berulang
BUKAN penyebab infertilitas
Hanya infeksi primer dalam kehamilan yang
menyebabkan penularan janin
Membentuk kekebalan yang melindungi kehamilan
berikutnya.
7. Manifestasi Klinis
Umumnya berlangsung tanpa diketahui.
Bila gejala ada (10-20%), biasanya tidak spesifik,
ringan atau sedang,
Lesu, cepat lelah, nyeri otot, sakit menelan, demam
ringan (Flu like syndrome)
Pembesaran kelenjar di belakang leher (monositosis,
seperti gejala mononukleosis) .
Gejala ini dapat berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa bulan dan sering diabaikan.
8. Transmisi ke Janin
Infeksi 6-9 bulan sebelum hamil – imunitas sudah
terbentuk, jarang sekali janin terinfeksi
2–3 bulan sebelum konsepsi < 1% risiko tertular,
angka keguguran tinggi
Trimester pertama 10 - 15% risiko tertular,
penyakit berat, kecacatan tinggi
Trimester kedua - 25% risiko tertular
Trimester ketiga - 60%, derajat penyakit pada
janin ringan, sering tanpa gejala.
9.
10. Diagnosis
Tidak dapat dari gejala klinis
Pemeriksaan laboratorium menjadi andalan.
Diagnosis pasti, ditemukannya parasit
Spesimen: cairan serebrospinal, darah atau urin.
Pemeriksaan lain: PCR, untuk cairan amnion
11. Pemeriksaan Serologis
WHO : Sabin-Feldman dye test sebagai standar emas.
Hanya sedikit laboratorium yang menyediakan
fasilitas ini.
Alternatif lain: ELISA/EIA (enzyme immune assay),
HA (hemagglutination), IFA (indirect fluorescent
antibody test), dan ISAGA (immunosorbent
agglutination assay)
12. Tujuan pemeriksaan laboratorium
Untuk memastikan fetus terinfeksi atau tidak
Pemeriksaan dilakukan pada trimester pertama.
Bila risiko infeksi fetus ada, tindakan klinik dan
pemeriksaan lanjutan harus dilakukan sesuai dengan
fasilitas yang ada.
13. KENYATAAN SAAT INI
Pemeriksaan toksoplasmosis TIDAK rutin dilakukan
Infeksi dicari apabila ibu mengalami
keguguran/kematian janin/cacat pada janin
Ibu hamil dengan IgG positif rendah dan IgM negatif
menunjukkan ibu telah terpapar infeksi.
IgM positif dipercaya sebagai marker kejadian infeksi
akut.
IgM yang negatif diinterpretasikan sebagai tidak ada
infeksi akut, sehingga tidak relevan untuk memberi
terapi pada IgG yang positif dengan IgM negatif
14. Strategi pemeriksaan toksoplasmosis pada ibu hamil.
Tujuan pemeriksaan Pemeriksaan yang diperlukan
Bukti ibu terinfeksi IgG assay
Apakah saat ini terinfeksi IgM, IgA assay
Kapan infeksi terjadi
(dihubungkan dengan
kehamilan)
IgG Avidity
16. Imunoglobulin M (IgM)
Imunoglobulin M (IgM) sebagai petanda infeksi akut
Muncul seminggu setelah individu terinfeksi
Akan naik dengan cepat pada bulan kedua atau
ketiga, dan akan menghilang umumnya kurang dari
satu tahun
< 0,89 IU : Negatif
0,9 – 1,09 : Equivokal
> 1,1 : Positif
17. Imunoglobulin G
IgG mulai muncul minggu kedua dan kadar tertinggi
antara bulan ke-5 dan ke-6 dan menurun perlahan
serta menetap dalam tubuh untuk waktu yang lama,
Dapat terdeteksi seumur hidup
Melindungi kehamilan berikutnya
Pemeriksaan serum tunggal IgG menyebabkan
interpretasi yang salah mengenai saat kejadian
infeksi.
Saat ini telah lazim dipakai pemeriksaan aviditas IgG
(IgG avidity).
18. Imunoglobulin G
< 6 IU/mL : Negatif
7-8 IU/mL: Equivocal – ulangi dalam 2 minggu, pada
fase akut kenaikan 3-4 kali lipat
> 9 IU/mL : Positif – mengindikasikan infeksi akut
atau infeksi kronis, tergantung IgM dan IgG Avidity
19. Interpretasi hasil pemeriksaan serologis toksoplasmosis
(laboratorium biasa)
Hasil IgG Hasil IgM Relevansi klinik
Negatif Negatif Belum pernah terinfeksi T.gondii.
KIE
Laboratorium serial tiap bulan
(setidaknya trimester 2)
Bila serokonversi, potensial transmisi
infeksi pada janin.
Positif Negatif Pada trimester satu atau ke dua,
umumnya menunjukkan infeksi sudah
terjadi sebelum kehamilan.a
Negatif Positif atau ekuifokal Awal infeksi akut
Atau positif palsu
Ulangi pada lab yang direferensikan
(Sabin Feldman)
Positif Positif atau ekuifokal Infeksi akut atau infeksi kronis, periksa
IgGAvidity
20. Serodiagnosis
IgM positif atau IgG naik 4X lipat dalam 2-3
minggu menunjukkan saat ini terinfeksi
IgM yang tinggi menunjukkan infeksi terjadi
dalam 3 bulan terakhir
Tingginya titer tidak menunjukkan beratnya
penyakit
21. Uji Aviditas
Cara untuk konfirmasi diagnosis untuk pasien dengan IgM
positif atau ekuifokal
Memanfaatkan afinitas terhadap IgG (rendah pada awal
infeksi akut, dan meningkat setelah beberapa
minggu/bulan)
22. Infeksi Fetus
Pemeriksaan dilakukan apabila ibu terdiagnosis
toksoplasmosis.
Pemeriksaan darah fetus atau cairan amnion untuk
IgM dan IgG toksoplasma fetus
Apabila infeksi fetus telah ditegakkan, terapi atau
tindak lanjut opsi manajemen harus dilakukan
Pemeriksaan neonatus tetap dilakukan untuk
mengeksklusi toksoplasmosis neonatus atau apabila
fasilitas diagnosis untuk fetus tidak ada.
23. Ultrasonografi fetus
Pemeriksaan ultrasonografi direkomendasikan untuk
ibu hamil yang terdiagnosis/diduga infeksi akut
Mencari kelainan pada janin: hidrosefalus, kalsifikasi
pada otak dan hepar, splenomegali dan asites.
24. Ultrasonografi fetus
USG fetus harus dilakukan pada ibu hamil terinfeksi,
penting untuk diagnostik dan prognostik.
Tanda infeksi fetus didapatkan 65% pada trimester I,
hanya 20% pada trimester II.
Tidak dapat dipakai untuk penapisan, karena hanya
mendeteksi kelainan berat.
Tetap dilakukan meskipun hasil PCR amniosentesis
negatif.
25. TERAPI
Ibu terdiagnosis toksoplasmosis akut, harus segera
diberi terapi (spiramisin)
Antibiotika menghindarkan transmisi pada janin.
Bila Fetus terinfeksi, tambahkan antibiotika lain
untuk mengurangi keparahan cacat kongenital
Bila neonatus terinfeksi berikan antibiotika (1 thn)
untuk mengurangi kebutaan/ kecacatan otak.
.
26. Spiramisin
Direkomendasikan untuk mengobati toksoplasmosis
pada ibu hamil
Terbukti menurunkan transmisi vertikal
(terkonsentrasi pada plasenta, tempat transfer
T.gondii menginfeksi janin)
Spiramisin mempunyai efek protektif pada trimester
pertama, dan insidensi infeksi kongenital berkurang
sekitar 60%
Tidak dapat dipakai untuk terapi pada fetus yang
terinfeksi
Pengobatan diberikan selama kehamilan
27. Spiramisin
Dosis yang dipakai adalah 1 Gram ( 3Million Unit) setiap 8
-12 jam
Bila transmisi ke fetus (+) / PCR+
terapi spiramisin diganti dengan pirimetamin, sulfadiazine
dan asam folinik pada kehamilan usia 18 minggu.
Ada kontroversi tentang efektivitas spiramisin dalam
mencegah infeksi kongenital
EMSCOT (European Multicentre Study on Congenital
Toxoplasmosis) melakukan penelitian dan membuktikan
spiramisin efektif dalam mencegah penularan pada janin
28. Pirimetamin, Sulfadiazin dan Asam
folinik
Tidak diperkenankan untuk sebelum usia kehamilan
18 minggu.
Efek samping: depresi sumsum tulang (reversibel,
bertahap dan tergantung dosis).
Diberikan Asam folinik (BUKAN ASAM FOLAT),
untuk reduksi dan pencegahan toksisitas pirimetamin
terhadap darah.
29. Drug Toxo during
pregnancy
Remarks
Spiramycin 6-9 MIU/day in 2 or 3
divided doses for 3 wks
followed by 2 wks
intervals until parturition
safest amongst the
antitoxoplasma
agents
Pyrimethamine
in combination
with
sulphonamides
After 16 weeks
-pyrimethamine 25
mg/day with
sulphadiazine 1-2 gm gid
alternating with the
cycles of spiramycin 6-9
MIU/day for 3 weeks
until parturition
Pyrimethamine is
teratogenic. used in
pregnancy only if
potential benefit
justifies the risk to
foetus.
33. PUSTAKA ACUAN
1. Montoya JG, Liesenfeld O. Toksoplasmosis. Lancet 2004;363:1965-76.
2. Jones J, Lopez A, Wilson M. Congenital toksoplasmosis.Am Fam
Physician 2003;67: 2131-8.
3. Jones JL, Lopez A, Wilson M, Schulkin J, Gibbs R.Congenital
toksoplasmosis; a review. Obstet Gynecol Surv 2001;56:296-305
4. Liesenfeld O, Montoya JG, Tathineni NJ, Davis M, Brown BW Jr,
Cobb KL, et al. Confirmatory serologic testing for acute
toksoplasmosis and rate of induced abortions among women
reported to have positif Toxoplasma immunoglobulin M antibody
titers. Am J Obstet Gynecol 2001;184:140-5.
5. Willis MS, Southern P, Latimer MJ. Toxoplasma infection: making
the best use of laboratory tests. Infect Med 2002;19:522-32.
34. PUSTAKA ACUAN
6. Ijpelaar H. Serodiagnosis of toxoplasmosis using the IMMULITE toxoplasma
IgM (u-Capture) assays, an international evaluation. DPC, Diagnostic
product corporation, Los Angeles, 2005.
7. Wilson M, Remington JS, Clavet C, Varney G, Press C,Ware D. Evaluation of
six commercial kits for the detection of human immunoglobulin M
antibodies to Toxoplasma gondii. J Clin Microbiol 1997;35:3112-5.
8. Montoya JG, Liesenfeld O, Kinney S, Press C,1 and RemingtonJS. VIDAS Test
for Avidity of Toxoplasma-Specific Immunoglobulin G for Confirmatory
Testing of Pregnant Women J Clin Microbiol 2002;40: 2504–8.
9. Investigation of toxoplasma infection in pregnancy,QSOP 59.Issued by
Standards Unit, Department for Evaluations, Standards and Training
Centre for Infections , Issue no: 2 Issue date: 04.03.2010, Issued by: for
Standards Unit, Department for Evaluations, Standards and Training Page: 1
– 14.
35. PUSTAKA ACUAN
10. Montoya JG and RemingtonJS. Management of Toxoplasma gondii Infection
during Pregnancy CID 2008:47 (15 August).
11. Gilbert R, Gras L, European Multicentre Study on Congenital
Toxoplasmosis. Effect of timing and type of treatment on the risk of mother
to child transmission of Toxoplasma gondii. BJOG 2003; 110:112–20.
12. Desmonts G, Couvreur J. Congenital toxoplasmosis: a prospective study of
the offspring of 542 women who acquired toxoplasmosis during pregnancy.
In: Thalhammer O, Pollak A, Baumgarten K, eds. Perinatal medicine:
proceedings of the 6th European Congress, Vienna. Stuttgart, Germany:
Georg Thieme Publishers, 1979:51–60.
13. Couvreur J, Desmonts G, Thulliez P. Prophylaxis of congenital
toxoplasmosis: effects of spiramycin on placental infection. J Antimicrob
Chemother 1988; 22:193–200.
14. Thiebaut R, Leproust S, Chene G, Gilbert R. Effectiveness of prenatal
treatment for congenital toxoplasmosis: a meta-analysis of individual
patients’ data. Lancet 2007; 369:115–22.